• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAS KEPATUHAN DALAM PEMBERIAN GANTI RUGI DAN KONPENSASI OLEH PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) ATAS TANAH MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASAS KEPATUHAN DALAM PEMBERIAN GANTI RUGI DAN KONPENSASI OLEH PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) ATAS TANAH MASYARAKAT"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

ASAS KEPATUHAN DALAM PEMBERIAN GANTI RUGI DAN KONPENSASI OLEH PT. PERUSAHAAN LISTRIK

NEGARA (PERSERO) ATAS TANAH MASYARAKAT (Study : Pada Pembangunan Jaringan Kabel Saluran

Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Di Kabupaten Langkat Dan Kota Binjai)

TESIS

OLEH

MARASAMIN RITONGA 127005014/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

ASAS KEPATUHAN DALAM PEMBERIAN GANTI RUGI DAN KONPENSASI OLEH PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) ATAS TANAH MASYARAKAT

(Study : Pada Pembngunan Jaringan Kabel Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Di

Kabupaten Langkat Dan Kota Binjai

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

Dalam Program Studi Ilmu Hukum Pada magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara

OLEH

MARASAMIN RITONGA 127005014/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(3)

JUDUL TESIS : ASAS KEPATUTAN DALAM PEMBERIAN GANTI RUGI DAN KOMPENSASI OLEH PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) ATAS TANAH MASYARAKAT (STUDY : PADA PEMBANGUNAN JARINGAN KABEL SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) DI KABUPATEN LANGKAT DAN KOTA BINJAI)

NAMA MAHASISWA : MARASAMIN RITONGA NOMOR POKOK : 127005014

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM

MENYETUJUI KOMISI PEMBIMBING

(Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., M.Li) K e t u a

(Prof. Dr. Tan Kamello, SH., M.S.) (Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum)

A n g g o t a A n g g o t a

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Suhaidi, SH. M.H.) (Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum) Tanggal Lulus : 12 Januari 2016

(4)

Telah diuji pada

Hari/Tanggal : Selasa/12 Januari 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., M.Li Anggota : 1. Prof. Dr. Tan Kamello, SH., M.S

2. Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum 3. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum 4. Dr. Edy Ikhsan, SH., MA

(5)

ABSTRAK

Tesis ini mengambil judul : Asas Kepatutan Dalam Pemberian Ganti Rugi dan Kompensasi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Atas Tanah Masyarakat (Studi pada Pembangunan Jaringan Kabel Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di Kabupaten Langkat dan Kota Binjai.

Kerangka teori sebagai pisau analisis dalam menguji permasalahan yakni pemahaman dari John Rawls dan Gustav Radbruch tentang teori keadilan, lalu dikaitkan dengan konsep kepatutan yang dikemukakan oleh Asser Rutten. Melalui penggabungan metode penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris hasil penelitian disajikan melalui pemaparan deskriptif analitis.

Berawal dari penanganan hukum (advokasi) atas tuntutan ganti rugi dan kompensasi warga yang terkena dampak pembangunan jaringan SUTET, hingga menghasilkan terobosan hukum melalui kesepakatan bersama dan ditindaklanjuti kembali melalui pendapat hukum dari Jaksa Pengacara Negara. Akhirnya penulis menarik sebuah kesimpulan :

Pemberian ganti rugi dan kompensasi dalam topik penelitian ini, asas kepatutan berperan penting dalam menentukan pencapaian dan penerapan keadilan serta kepastian, hal itu dapat dilihat dari kesadaran tanggung jawab para pihak atas prestasi dan kemauan untuk berbuat terhadap dampak kesepakatan yang telah dilahirkan secara bersama.

Proses penerapan asas kepatutan melalui kesepakatan bersama dihasilkan lewat musyawarah, sebagai perwujudan kebiasan yang masih hidup dengan nilai-nilai keterbukaan dan kekeluargaan, sehingga mampu mengenyampingkan acuan kebijakan tertulis dari Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 975 K/47/MPE/1999.

Sebagai catatan penting dalam memaksimalkan fungsi dan tanggung jawab pihak PT. PLN (Persero), harus mengakui bahwa perkembangan perekonomian lebih maju dari aturan tertulis, untuk tidak terulangnya konsep ganti rugi dan kompensasi yang berlarut-larut diperlukan keberanian dalam membenahi internal dalam pengambilan prioritas antara kebutuhan keadilan dengan kebutuhan kepastian hukum, sehingga pencapaian tujuan yang diharapkan lebih didahulukan dari pada prosedural dalam pertanggungjawaban.

Kata Kunci : Asas Kepatutan, Ganti Rugi dan Kompensasi, Keadilan.

(6)

ABSTRACT

The Title of the thesis is ‘The Principle of Compatibility in Giving Compensation by PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) on Public Land (A Case Study on the Construction of SUTET (Extra High Voltage Overhead Line) Cables in Langkat District and Binjai.

The theory used in the research was the theory of John Rawls and Gustave Radbruch on Justice which was related to the concept of compatibility by Asser Rutten. The research used judicial normative and judicial empirical method and was presented by using descriptive analytic approach.

Based on the legal handling on the compensation for the people who were harmed by the construction of SUTET Cable Network which was resulted in the agreement by both parties (PT. PLN (Persero) and the people), followed by the opinion of the District Attorney, it could be concluded that:

The principle of compatibility played an important role in determining the achievement and the application of justice and certainty as the responsibility of the stakeholders for their performance and willingness to comply with their agreement.

The process of the principle of compatibility through the agreement by reconciliation as the realization of the living custom with transparency and consanguinity could set aside the policy of the Decree of the Minister of Mining and Energy No. 975 K/47/MPE/1999.

In maximizing its function and responsibility, PT. PLN (Persero) should admit that economic development is more advanced than the written record. In order not to be long-winded in the concept of compensation, it is necessary to be brave enough in internal improvement in prioritizing the need for justice and the need for legal certainty so that the goal is more prioritized than the procedure in taking the responsibility.

Keywords: Principle of Compatibility, Compensation, Justice

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada ALLAH S.W.T atas rahmat dan hidayah-Nya memberikan kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul: Asas Kepatutan Dalam Pemberian Ganti Rugi dan Kompensasi oleh PT.

Perusahaan Listrik Negara (Persero) atas Tanah Masyarakat (Studi: Pada Pembangunan Jaringan Kabel Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di Kabupaten Langkat dan Kota Binjai)

Penulis menyadari bahwa penyelesaian tesis ini tidak akan terlaksana tanpa saran maupun petunjuk yang diberikan oleh pembimbing maupun penguji baik pada saat pengajuan judul, seminar proposal, seminar hasil penelitian sampai pada sidang tertutup. Penulis dalam menyelesaikan tesis ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan baik materil maupun spiritual dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis sangat berterimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Subhlihar, Ph.D selaku Plt. Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan menjadi mahasiswa pada program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Runtung, SH.M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang telah diberikan untuk menyelesaikan

(8)

pendidikan Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara;

3. Prof. Suhaidi, SH,M.H, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan arahan dan bimbingan sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Kelas Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Dr. Mahmul Siregar,SH.M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Pembimbing III, atas kesempatan dan fasilitas serta dukungan moral untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan Ilmu Hukum pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus masukan, bimbingan dan arahan atas saran sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan;

5. Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH. MLI, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah yang senantiasa memberikan arahan, masukan, petunjuk, saran, pendapat dan nasehat serta dorongan sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik;

6. Prof Dr. Tan Kamello, SH. M. Hum, selaku Komisi Pembimbing yang telah senantiasa memberikan arahan, masukan, petunjuk, saran, pendapat dan nasehat serta dorongan sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik;

(9)

7. Prof. Dr. Hasim Purba, SH.M.Hum, selaku penguji yang juga telah banyak memberikan semangat, arahan, saran, masukan dan petunjuk sehingga penulis mampu melakukan penyempurnaan tesis ini;

8. Dr. Edy Ikhsan, SH.MA selaku selaku penguji yang telah memberikan arahan, saran, masukan dan petunjuk guna penyempurnaan tesis ini;

9. Para Bapak/Ibu Dosen yang telah bersusah payah memberikan khazanah ilmu pengetahuan dan membuka cakrawala penulis, yang sangat bermanfaat dalam menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang dan bermanfaat bagi penulis di dalam mengembangkan pelaksanaan tugas sehari-hari;

10. Lembaga Bantuan Hukum Nasional (LBHN) Jakarta, Bapak Adi Taslim dan kawan-kawan, serta jajaran PT. PLN (Persero) UIP RING SUM I khususnya Bapak Heryawan selaku Manajer Keuangan dan SDM dan Bapak Manohara, SH. selaku staff bagian Hukum, yang telah memberikan bantuan berupa sumber-sumber data sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik;

11. Terimakasih yang teristimewa kepada Istri tercinta Rosihan Juhriah Rangkuti, SH., MH. sebagai pelipur hati dan penyejuk jiwa, yang memberikan motivasi dan dukungan yang tidak mengenal lelah dan bosan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini;

12. Khusus buat ananda Sheila, Sakinah, Syifa, Suci, Saskia dan Sultan, semoga dengan kemampuan penulis menyelesaikan studi program ini (walaupun umur ayah sudah tua), kiranya dapat memberikan contoh dan motivasi kepada

(10)

kalian semua, untuk tetap semangat dan berlomba dalam menimba ilmu kejenjang yang lebih tinggi nantinya;

13. Buat teman-teman dan sahabat-sahabat ku seperjuangan di Magister Ilmu Hukum khususnya kelas Ekonomi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang setiap saat selalu bersedia dibuat sibuk oleh penulis dalam diskusi di ruang kelas serta memperkaya data dan informasi dalam penyelesaian tulisan akhir ini hingga mampu memaksimalkan penyempurnaan penelitan penulis untuk menyelesaikan studi dalam program ini;

14. Seluruh pegawai di lingkungan Program Magister Ilmu Hukum yang telah membantu penulis khususnya buat Fitri, Ganti, Hendra, Niar dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan, perhatian serta kesabarannya dalam pengurusan administrasi di kampus sehingga penulis dapat menamatkan perkuliahan di Magister Ilmu Hukum, Universitas Sumatera Utara;

15. Kantor Hukum Ritonga & Partners, Ali, Pohan, Ziah, Sarah, Sohibul, Sandri, Roi, dan Sahor, sekalipun dalam waktu dan kegiatan yang sangat padat, akan tetapi atas bantuan dan dukungan kalian, penulis dapat menyelesaikan program studi ini;

16. Teman-teman di Yayasan Pusaka Indonesia yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, sebagai pemberi semangat dan pencerahan dalam membentuk dan menanamkan sifat kepedulian sosial bagi penulis, serta mengajarkan penulis untuk dapat memahami arti dari kepemimpinan dan demokrasi;

(11)

17. Akhirnya kepada adinda Timo Dahlia Daulay, SH., MH. dan adinda Rina Melati Sitompul, SH., MH., sungguh atas dukungan dan bantuan kalian sebagai teman diskusi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, untuk itu sekali lagi terima kasih untuk adinda berdua.

Semoga Allah S.W.T senantiasa memberikan hidayah, limpahan rahmat dan karunia-NYA serta membalas segala kebaikan yang telah dilakukan. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun, akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu hukum.

Medan, Desember 2015 Penulis

MARASAMIN RITONGA

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MARASAMIN RITONGA, SH.,

Tempat & Tgl Lahir : Tobing Jae, 2 Januari 1967

Pekerjaan : Advokat.

Alamat : Jermal X No. 11-A Kel. Medan Denai Medan 20227.

Riwayat Pendidikan:

- SD, tamat Tahun 1979.

- SMP, tamat Tahun 1982.

- MAN, tamat Tahun 1985.

- Fak. Hukum Universitas Sumatera Utara, tamat Tahun 1992.

- Sedang mengikuti Program Study S2 Fak. Hukum Universitas Sumatera Utara.

Riwayat Pekerjaan:

- Law Office Maiyasak Johan Tahun 1992.

- Ketua Dewan Pembina Yayasan Pusaka Indonesia Tahun 2001 – 2012.

- Direktur Kantor Hukum Ritonga & Partners Tahun 2001 – Sekarang.

Pengalaman Organisasi:

- Ketua Umum HMI Fak. Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun 1989.

- Ketua I HMI Cab. Medan Tahun 1990.

- Sekretaris Umum Forum Komunikasi Pengacara (FKP-61) Tahun 1999 – 2003.

- Dewan Pengurus Perserikatan Perlindungan Anak Indonesia (PPAI) Medan Tahun 1999 – Sekarang.

- Wakil Ketua Gerakan Anti Narkotika (GRANAT) Sumatera Utara Tahun 2002 – 2004.

- Ketua Bidang Hukum Yayasan Peduli TAPSEL Periode 2002 – 2003.

- Presidium Forum Independen Pemantau Pemilu Sumatera Utara Periode 2002 – 2003.

- Ketua Bidang Perlindungan Anak Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Cab. Medan Tahun 2001 – 2004.

- Ketua Forum Komunikasi Pengacara (FKP-61) Periode 2003 – 2005.

- Wakil Ketua Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Cab. Medan Tahun 2004- 2007.

- Ketua Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Cab. Medan Tahun 2011 – 2015.

- Ketua Kordinator Wilayah Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI), Sumut – Aceh Tahun 2015 – 2020.

- Ketua Kordinator Wilayah Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Sumut – Aceh Tahun 2015 – 2020.

(13)

Traning / Seminar / Study Banding:

- Basic Traning HMI , 1987 di Medan.

- Intermediate Traning HMI, 1989 di Lhokseumawe.

- Senior Course HMI 1990 di Pematang Siantar.

- Workshop “Dialog Buruh Nasional”, Bandung 1996.

- Strategic Planning NGO, oleh INPI-PACT, Anyer Jawa Barat 1997.

- Traning Managemen Pengelolaan NGO, oleh INPI-PACT di Bali 1998.

- Studi Banding NGO Anak, di Philiphina 1999.

- Workshop Chil Labour / Trafficking by US Custom and US Embassy in Thailand, 2000.

- Studi Banding ke Taman Nasional Ujung Kulon, tentang pengelolaan Taman Nasional dan Hutan Lindung, 2002.

- Training Fund Raising I & II untuk NGO,s, oleh PIBAC di Jakarta, 2003.

- Wakil Ketua Team Perumus Ranperda The Work Form Child Labour Propinsi Sumatera Utara, 2003.

Keluarga:

- Isteri : Rosihan Juhriah Rangkuti, SH, MH.

- Anak : 1. Sheila Hamdah Hanum Ritonga.

2. Sakinah Nur Aulia Ritonga.

3. Syifa Hikmatul Hasanah Ritonga.

4. Suci Khusnul Khotimah Ritonga.

5. Saskia Mutiara Ramadhani Ritonga.

6. Sultan Al-Fikri Husein Ritonga.

- Ayah : Alm. H. Abdurrahman Ritonga.

- Ibu : Almh. Hj. Yurida Harahap.

Medan, 28 Desember 2015

Marasamin Ritonga, SH

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Perumusan Masalah ……….……….. 9

C. Tujuan Penelitian ………... 10

D. Manfaat Penelitian ……….……….... 10

E. Keaslian Penelitian ……….... 11

F. Kerangka Teori dan Konsep ……….. 14

1. Kerangka Teori ……….. 14

2. Kerangka Konsepsi ……… 21

G. Metode Penelitian ………..…… 24

1. Sumber Data ...………. 27

2. Teknik Pengumpulan Data ………..……. 28

3. Analisis Data ……….…… 29

BAB II ASAS KEPATUTAN MENJAMIN KEADILAN BAGI MASYARAKAT YANG TANAH MILIKNYA DILEWATI KABEL JARINGAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI DALAM PEMBERIAN GANTI RUGI DAN KOMPENSASI OLEH PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) 30 A. Sejarah Lahirnya Asas Kepatutan ...………. 30

1. Sejarah Penerapan Asas Kepatutan Pemerintahan Hindia Belanda... 32 2. Perkembangan Pengaturan Pertanggung Jawaban Ganti Rugi

(15)

dan Kompensasi Pasca Lahirnya UU Pokok Agraria... 37 B. Posisi Asas Kepatutan Dalam Hukum Indonesia... 48 C. Analisis Asas Kepatutan dalam pemberian ganti Rugi dan

Kompensasi oleh PT. PLN (Persero) ... 54

BAB III PENERAPAN ASAS KEPATUTAN DALAM PEMBERIAN GANTI

RUGI DAN KOMPENSASI KEPADA MASYARAKAT

KHUSUSNYA PADA MASYARAKAT YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT PEMBANGUNAN JARINGAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI KABUPATEN

LANGKAT DAN KOTA BINJAI 65 A. Analisis Permasalahan Pembangunan SUTET Untuk Kepentingan

Umum ………... 65 1. Perencanaan Pembangunan SUTET Untuk Pemenuhan

Kebutuhan Energi Listrik...…….. 66 2. Kondisi Masyarakat Yang Terkena Dampak Pembangunan

SUTET... 72 B. Kesepakatan Bersama Sebagai Acuan Pembayaran Ganti Rugi dan

Kompensasi ...……..

C. Kepatutan Sebagai Solusi Mencapai Keadilan ...

76 93 D. Peranan Para Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Dalam Proses

Penyelesaian Ganti Rugi dan Kompensasi... 96 1. Pemerintah Kecamatan ...…………... 96 2. Pemerintahan Kota Binjai dan Kabupaten Langkat ... 97 3. Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dalam hal ini “Jaksa

Pengacara Negara”... 99 4. LBHN (Lembaga Bantuan Hukum Nasional) ... 104 BAB IV KENDALA/HAMBATAN YURIDIS DAN PROSEDUR DALAM

PENERAPAN ASAS KEPATUTAN DALAM PEMBERIAN GANTI RUGI DAN KOMPENSASI KEPADA MASYARAKAT

107 A. Kendala Hukum …...……...

1. Substansi Hukum ...

2. Struktur Hukum ...

107 108 110 B. Kendala Penerapan....………... 114

(16)

1. Perusahaan Listrik Negara (Persero)....………... 114 2. Masyarakat ...………..…... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 120

A. Kesimpulan ……….………... 120

B. Saran ………... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mensejahterakan rakyat merupakan tanggung jawab Negara dengan memajukan program pembangunan di segala bidang. Untuk mempermudah arus mobilisasi orang atau barang, Negara membangun infrastruktur jalan serta segala perlengkapannya.

Begitu pula dengan energi listrik, Negara membangun sarana dan prasana agar semua penduduknya menikmati penerangan dengan baik termasuk perusahaan maupun orang perorangan atau rumah tangga.

Pembangunan sarana dan prasarana sudah pasti membutuhkan tanah atau lahan, dimana pengadaannya dapat memanfaatkan tanah atau lahan yang dikuasai Negara atau hak milik individu. Status kepemilikan hak milik, tentu membutuhkan proses pengalihan dan negosiasi secara musyawarah dan juga secara tegas melalui ketentuan hukum yang mengatur teknis ganti rugi dan kompensasi hak dari Negara. Asas untuk kepentingan publik selalu menjadi senjata ampuh guna memaksa masyarakat memberikan pengalihan hak miliknya untuk sarana pembangunan.

Pengelolaan dan penyediaan sumber tenaga listrik sepenuhnya dikuasai oleh Negara melalui PT. PLN (Persero) yang merupakan bagian dari anak usaha BUMN yang diberi mandat dalam kebijakan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan,1 sebagai perusahaan yang berwenang dalam penyediaan listrik

1 Pasal 11 ayat (20 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.

(18)

untuk kepentingan umum. Penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum meliputi jenis usaha “pembangkit tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, dan/atau penjualan tenaga lsitrik”2. Listrik telah dianggap sebagai hal yang sangat vital dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, pengelolaannya pun harus satu pintu dikelola langsung Badan Usaha Milik Negara.3

Kebutuhan terhadap energi listrik sangat tinggi, sehingga membutuhkan perluasan instalasi jaringan agar dapat dialirkan hingga ke pelanggan sesuai rencana pembangunan yang telah disusun secara terencana.4 Sumber tenaga listrik merupakan penunjang pembangunan secara nasional yang peruntukkannya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merata dan adil.5

Wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) meliputi Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh, memiliki rencana perluasan sistem interkoneksi P3B (Pusat Pengaturan dan Penyaluran Beban) pembangunan instalasi listrik 275/150 kV dari Binjai ke Pangkalan Susu.6 Kapasitas 1000 MVA (Mega Volt Amper) hingga tahun 2010 progres pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik di Sumatera Utara baru berhasil menyelesaikan persiapan 46%, dengan panjang perluasan kabel yang hendak

2 Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalsitrikan.

3 Sesuai dengan pasal 33 ayat (2) UUD 1945 hasil amandemen ke IV.

4 Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.

5 PT. PLN (Persero) memiliki Misi yaitu : Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. Selain Misi, PT. PLN (Persero) juga memiliki Motto, yaitu :Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik. http://www.pln.co.id. Diakses pada tanggal 3 April 2014. Hlm ini sesuai dengan Pasal 2 ayat (2) UU Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikkan.

6 Master Plan PT. PLN (Persero) 2010-2014, hal 23

(19)

dicapai 160 kms (Kilo Meter Sirkuit). Perluasan kabel jaringan transmisi merupakan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (selanjutnya disingkat dengan SUTET) melewati dua kabupaten/kota yaitu Kabupaten Langkat dan Kota Binjai.7

Pembangunan SUTET,8 terpaksa harus melintasi pemukiman warga di 11 (sebelas) kecamatan di dua wilayah kabupaten/kota. Wilayah Kota Binjai melintasi Kecamatan Binjai Utara dengan perlintasan di tiga kelurahan yaitu : Kelurahan Jati Karya, Kelurahan Jati Utomo dan Kelurahan Cengkeh Turi. Sedangkan untuk Kabupaten Langkat, melintasi 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Binjai, Kecamatan Stabat, Kecamatan Wampu, Kecamatan Hinai, Kecamatan Padang Tualang, Kecamatan Gebang, Kecamatan Babalan, Kecamatan Sei Lepan, Kecamatan Brandan Barat dan Kecamatan Pangkalan Susu dengan total desa yang dilintasi sebanyak 23 (dua puluh tiga) desa.9

Proses pembangunan dimulai melalui identifikasi wilayah perlintasan SUTET dengan melakukan kordinasi dengan pemerintah daerah setempat guna pendataan penduduk dan wilayah perlintasan SUTET. Perluasan transmisi jaringan SUTET tidak ada cara lain tetap harus melintasi tanah, bangunan maupun tanaman warga setempat sehingga untuk mempercepat pembebasan lahan warga dilakukan dengan upaya pemberian ganti rugi dan kompensasi.10 Pemberian ganti rugi dilakukan

7 Data dari dokumen kasus.

8 SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)

9 Arsip data penanganan kasus.

10 Pada Pasal 27 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikkan, disebutkan tentang perihlm untuk kepentingan umum, pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dalam hlm ini PT. PLN (Persero) ketika melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik, berhak untuk melintasi tanah dan udara, juga berhak melakukan pemotongan tanaman yang mengganggu namun

(20)

apabila tanah tersebut dipergunakan secara langsung oleh pemegang izin usaha penyedia tenaga listrik atas bangunan serta tanaman di atas tanah (membangun instalasi sehingga bangunan atau tanaman harus dibongkar). Sedangkan pemberian kompensasi, apabila penggunaan tanah secara tidak langsung oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang mengakibatkan berkurangnya nilai ekonomis atas tanah, bangunan, dan tanaman karena dilintasi jaringan transmisi kabel SUTET (melintasi bangunan dan atau tanaman yang berada di atas tanah tersebut).11

Proses pemberian ganti rugi dan kompensasi atas tanah-tanah warga diatas ternyata mendapat perlawanan serius dari warga setempat yang tidak puas dengan nilai ganti rugi yang ditawarkan. Acuan ganti rugi dan kompensasi yang merujuk kepada Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor: 975 K/47/MPE/1999 tertanggal 11 Mei 1999 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor: 01.P/47/M. PE/1992 Tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)12 dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk Penyaluran Tenaga Listrik. Dalam Lampiran menegaskan kompensasi atas tanah dan bangunan hanya diberikan sekali sebesar 10 (sepuluh) per seratus dari jumlah harga NJOP13 yang berlaku di wilayah tersebut. Atas pengalihan atau peralihan hak tanah dan bangunan tidak menimbulkan hak kembali untuk memperoleh kompensasi bagi tetap dengan memperhatikan kepentingan pemilik dengan memberikan ganti rugi dan kompensasi seperti yang diatur dalam Pasal 30 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 yang diatur secara khusus dalam Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri terkait.

11 Pasal 30 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikkan, ayat (2) dan ayat (3).

12 SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi)

13 NJOP (Nilai Jual Objek Pajak)

(21)

pemilik baru. Besaran ganti rugi atas bangunan dan tumbuh-tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan berdasarkan musyawarah serta berpedoman pada peraturan perundang-udangan yang berlaku.

Besaran ganti rugi yang tidak memiliki standart nilai menimbulkan celah dalam penyampaian keberatan warga. Besaran kompensasi yang mendapat keberatan secara langsung atas standart nilai dari 10% dari harga NJOP, dalam musyawarah tersampaikan. Rumusan kebijakan hukum dari Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi diatas dipandang kurang memberikan rasa keadilan bagi warga. Masyarakat merasakan kerugian yang cukup besar disebabkan nilai ekonomis tanah milik mereka berkurang, harga tanah akan sangat jatuh, sedangkan kompensasi hanya 10 (sepuluh) perseratus dari NJOP yang ditawarkan di wilayah tersebut.

Di kawasan Kota Binjai lintasan jaringan SUTET umumnya melintasi kawasan tempat tinggal/perumahan warga, sedangkan di Kabupaten Langkat umumnya melintasi tanah yang diperuntukkan untuk pertanian ataupun perkebunan. Biasanya terhadap tempat tinggal/perumahan dan tanah bila telah dilintasi oleh SUTT ataupun SUTET, akan mengalami pengurangan nilai jual tanah/bangunan. Terhadap lahan pertanian atau perkebunan maka sudah pasti berlaku aturan khusus tanaman yang diperbolehkan untuk ditanam atau yang diperbolehkan tumbuh di sepanjang lintasan SUTET atau SUTT. Bagi pemilik lahan yang memiliki tanaman keras dan menahun misalnya, Durian, Jati, Mahoni, Jengkol dan sebagainya terpaksa harus merelakan hasil tanamannya dengan melakukan penebangan, karena dapat mengganggu jaringan SUTET/SUTT yang berada di atasnya.

(22)

Kondisi itu dianggap sangat merugikan masyarakat sebagai pemilik lahan, bangunan dan tanaman. Masyarakat akan kehilangan sebahagian produksinya, sedangkan masyarakat pemilik bangunan, akan mengalami kerugian, karena nilai jual tanah dan bangunannya sangat rendah, karena sangat jarang orang mau membeli tanah dan bangunan yang berada di bawah lintasan jaringan SUTET/SUTT.

Anggapan dan asumsi tersebut disebabkan karena berada di bawah jaringan listrik dengan tegangan tinggi akan membahayakan kehidupan dari ancaman kabel dapat putus kapan saja, adanya radiasi yang dapat menimbulkan penyakit, dan sebagainya.14 Jangankan untuk tinggal, untuk melintas saja sebahagian orang enggan melakukannya.

Tawaran pemberian nilai ganti rugi dan kompensasi cukup berbeda-beda yang ditawarkan pihak PT. PLN (Persero) secara langsung. Standarisasi yang ditawarkan sebelum pergolakan dan protes warga melalui pendampingan rutin LBHN-Jakarta (Lembaga Bantuan Hukum Nasional) tergantung pada status sosial pemilik tanah atau bangunan. Salah seorang warga Langkat-Adi Taslim mengakui telah ditawari pihak PT. PLN (Persero) untuk ganti rugi dan kompensasi sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) untuk tanah, bangunan dan tanamannya. Demikian juga halnya

14 Pendapat masyarakat ketika dialaksanakan musyawarah antara Tim pengacara dengan Masyarakat yang dilintasi SUTET. Musyawarah dilaksanakan pada Hari senin, tanggal 3 Oktober 2011, Pukul 10.45 s/ selesai, bertempat di Gedung KNPI, Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

(23)

salah seorang warga yang bernama Haji Syamsudin Ritonga yang ditawarkan ganti rugi dan kompensasi sebesar Rp. 13.000.000,- (tiga belas juta rupiah)15.

Acuan NJOP sebagai standart nilai harga menghasilkan besaran ganti rugi dan kompensasi sangat rendah. Sehingga menimbulkan beragam ketidakpuasan dari warga, resistensi dalam bentuk penolakan dan unjuk rasa menghambat proses percepatan perluasan jaringan transmisi SUTET. Gangguan dalam penyediaan jaringan daya energi listrik bagi kebutuhan wilayah Sumatera Bagian Utara mengalami keterlambatan dalam perencanaan.

Mobilisasi massa sebagai bentuk protes dan perlawanan tidak terhindarkan, sebagai wujud perlawanan atas hak milik mereka yang hendak diambil pihak PT.

PLN (Persero) terhadap tanah-bangunan dan tanaman mereka. Bentuk penekanan yang dilakukan warga sekitar diharapkan agar PT. PLN (Persero) bisa memberikan kepastian atas harga bangunan, tanah dan tanaman yang layak. Sebagaimana kesediaan dan kemauan mereka yang telah memberikan ruang tempat bagi pencapaian target usaha perluasan transmisi kelistrikan. Demonstrasi yang dilakukan akhirnya menghambat pembangunan SUTET, karena masyarakat bersikeras akan melakukan blokade terhadap segala bentuk aktifitas pembangunan jaringan SUTET.16

15 Temuan langsung dalam pendampingan proses ganti rugi dan kompensasi (data kasus dan arsip kantor hukum ritonga dan rekan).

16 Harian Sinar Indonesia Baru (SIB), Rabu, 8 Agustus 2012, dan Harian Waspada, Rabu, 8 Agustus 2012.

(24)

PT. PLN (Persero) sebagai anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN), memiliki peran yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian nasional. Mandat dan tanggung jawab terhadap pembangunan demokrasi ekonomi rakyat menjadi tujuan utama dalam mencapai tingkat kesejahteraan, peningkatan layanan struktur dan infrastruktur rakyat.17

Setiap anak perusahaan BUMN umumnya dikelola untuk mencari laba dan keuntungan, umumnya bentuk perusahaannya lebih didominasi Perusahaan Perseroan (Persero).18 PT. PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan negara yang menghasilkan rasio investasi melalui upaya menyalurkan listrik ke seluruh rumah tangga, desa serta mampu memenuhi kebutuhan industri guna perkembangan perekomian yang cepat.19

Pencapaian target pembangunan jalur SUTT/SUTET sebagai anak perusahaan BUMN, dituangkan dalam rencana 5 (lima) tahunan untuk pengembangan infrastrukturnya20. Kendala dan hambatan dalam pembebasan lahan tentulah mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Untuk meminimalisir kendala dan hambatan di lapangan PT. PLN (Persero) memiliki aturan kebijakan UU, PP maupun Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi sebagai prosedural standart dalam mencapai negosiasi ganti rugi/kompensasi kepada masyarakat.

17 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Konsideran butir a dan b.

18 Daeng Naja, Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, (Yogyakarta, Pustaka Yustisia : 2008), hlm-34.

19 Visi PT. PLN (Persero) dalam Buku Master Plan Pembangunan Ketenaga Listrikan Tahun 2010-2014.

20 Ibid

(25)

Praktek atas penerapan ganti rugi dan kompensasi memerlukan terobosan hukum guna menyatukan kepentingan dua pihak PT. PLN (Persero) dan warga atas pencapaian konsep penyelesaian konflik yang cukup panjang (2009-2012).21 Proses negosiasi dan mediasi yang dilakukan dengan tidak menafikan kepentingan sekelompok masyarakat yang terkena dampak dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Asas kepatutan menjadi sangat penting dalam melakukan penilaian, apakah besaran ganti rugi dan kompensasi tersebut sudah mencerminkan rasa keadilan bagi kedua pihak yakni masyarakat penerima dampak dan juga PT. PLN (Persero). Hal inilah yang menjadi catatan penting sehingga dalam penelitian ini mengangkat judul:

Asas Kepatutan Dalam Pemberian Ganti Rugi dan Kompensasi oleh PT.

Perusahaan Listrik Negara (Persero) atas Tanah Masyarakat (Studi Pada Pembangunan Jaringan Kabel Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di Kabupaten Langkat dan Kota Binjai).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka Penulis merumuskan beberapa hal penting yang dianggap sebagai permasalahan yang akan menjadi titik tolak pembahasan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana asas kepatutan menjamin keadilan bagi masyarakat yang tanah miliknya dilewati kabel jaringan saluran udara tegangan ekstra tinggi dalam pemberian ganti rugi dan kompensasi oleh Perusahaan Listrik Negara (Persero)?

21 Notulensi Pendampingan Warga dalam Meminta Ganti Rugi dan Kompensasi.

(26)

2. Bagaimana penerapan asas kepatutan dalam pemberian ganti rugi dan kompensasi kepada masyarakat khususnya pada masyarakat yang mengalami kerugian akibat pembangunan jaringan saluran udara tegangan ekstra tinggi di Kabupaten Langkat dan Kota Binjai?

3. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala/hambatan yuridis dan prosedur dalam penerapan asas kepatutan dalam pemberian ganti rugi dan kompensasi kepada masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan antara lain untuk :

1. Menganalisis penerapan asas kepatutan dalam pemberian ganti rugi dan kompensasi kepada anggota masyarakat yang mengalami kerugian akibat pembangunan SUTET.

2. Menganalisis penerapan asas kepatutan dalam menjamin keadilan bagi masyarakat yang tanah miliknya dilewati SUTET dalam bentuk pemberian ganti rugi dan kompensasi.

3. Menemukan hal-hal yang menjadi kendala ataupun hambatan yuridis dan prosedur dalam penerapan asas kepatutan dalam pemberian ganti rugi dan kompensasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1. Secara Teoritis

(27)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis khusus mengenai asas kepatutan dalam pemberian kompensasi atau ganti kerugian di Indonesia.

2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan untuk penyempurnaan bagi Pemerintah khususnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam penyusunan regulasi berkaitan dengan proses ganti kerugian ataupun pemberian kompensasi dalam setiap proses pembangunan yang menimbulkan kerugian terhadap masyarakat.

b. Sebagai bahan masukan dan pedoman bagi perusahaan BUMN khususnya PT.

PLN (Persero) dalam proses pemberian ganti kerugian ataupun pemberian kompensasi kepada masyarakat yang mendapatkan dampak kerugian.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan data dan informasi serta penelusuran yang dilakukan di Perpustakaan Hukum Universitas Sumatera Utara maupun Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum USU, maka penelitian tesis dengan judul ” Asas Kepatutan dalam Pemberian Kompensasi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) atas Tanah Masyarakat (Study : Pembangunan Jaringan Kabel Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di Kabupaten Langkat dan Kota Binjai)”, belum pernah ada yang melakukan penelitian maupun menuliskannya dalam bentuk tesis.

Ada beberapa penelitian tesis yang hampir mirip yaitu :

(28)

1. Binsar Hutabarat, Mahasiswa Pascasarjana FH-USU, NIM: 097005083, dengan judul: “Perubahan Status Perusahaan Listrik Negara dari Perum Menjadi Perseroan Dalam Kaitannya Dengan Public Service Obligation (PSO)”. Dengan perumusan masalah:

a. Bagaimanakah alasan-alasan yang menjadi dasar perubahan status perusahaan listrik negara dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Persero?

b. Bagaimanakah kondisi perubahan-perubahan status perusahaan listrik negara sebelum dan sesudah menjadi Persero?

c. Bagaimanakah pengelolaan PLN dengan status Persero yang diwajibkan melaksanakan public service obligation (PSO)?

2. Floraulina, Mahasiswa Pascasarjana FH-USU, NIM: 127005007, dengan judul:

“Pertanggungjawaban Direksi BUMN Terhadap Pengadaan Barang Jasa yang Menggunakan Anggaran Perusahaan (Studi di PT. PLN (Persero)”. Dengan perumusan masalah:

a. Apakah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di BUMN khususnya di PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

b. Bagaimanakah tanggung jawab pejabat dibawah direksi terhadap pengadaan barang dan jasa di BUMN menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku?

c. Bagaimanakah pertanggungjawaban pejabat dibawah direksi terhadap pengadaan barang dan jasa sesuai dengan Putusan No.

(29)

42/PID.SUS.K/2014/PN.MDN. a.n. Chris Leo Manggala General Manager PT.PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara.

Ada kesamaan pada lokasi penelitian, yaitu di PT. PLN (Persero), namun objek penelitian berbeda, kalau kedua judul di atas lebih fokus pada isu pertanggungjawaban direksi dalam pengadaan barang dan bagaimana meningkatkan mutu perusahaaan sehingga meningkatnya status dari perum menjadi perseroan terbatas.

3. Syukri, Mahasiswa Pascasarjana FH USU, NIM. 007011061/MKn, dengan judul

“Analisis Terhadap Perlindungan Hukum Konsumen Listrik: Studi pada PT. PLN Ranting Dewantara di Kabupaten Aceh Utara”. Dengan topik permasalahan:

a. Bagaimanakah aspek perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen listrik ditinjau dari Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan?

b. Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan oleh konsumen listrik dalam rangkan perlindungan atas hak terhadap ketidakpuasan pelayanan yang diberikan oleh PT. PLN?

c. Apakah hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan perlindungan terhadap hak-hak konsumen listrik Ranting Dewantara di Kabupaten Aceh Utara?

4. Rohana, Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Teknik USU, NIM. 037025029/TI, dengan judul “Analisis Perilaku Pelanggan PLN Dalam Pemakaian Daya Listrik Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Cabang Medan”. Dengan topik permasalahan:

(30)

a. Terkonsentrasinya penggunaan tenaga listrik di rumah tangga pada jam-jam beban puncak.

b. Perlu ditemukannya suatu sistem pengaturan kegiatan rumah tangga yang memerlukan pemakaian energi listrik, agar lebih terdistribusi secara merata tanpa mengganggu karakteristik kegiatan rumah tangga tersebut.

Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan ini benar keasliannya baik dari materi, permasalahan, tujuan penelitian dan kajiannya karena dituliskan mengikuti prinsip-prinsip dalam keilmuan seperti jujur, rasional, objektif dan terbuka.

Selain itu, penelitian ini dilakukan dengan menjunjung tinggi kode etik penulisan karya ilmiah sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannnya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan pendukung dalam membangun atau berupa penjelasan permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori yang terdiri dari pendapat para sarjana hukum, digunakan untuk mengkaji permasalahan hukum yang dihadapi.

Dengan demikian kerangka teori memuat uraian sistematis tentang teori dasar yang relevan terhadap fakta hukum dan hasil penelitian sebelumnya yang berasal dari pustaka mutakhir yang memuat teori, konsep atau pendekatan terbaru yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.22

22 Johny Ibrahim dalam Abdul Hakim, “Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Melalui Kontrak Baku dan Asas Kepatutan dalam Perlindungan Konsumen”, Disertasi, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum USU, 2013, hal. 20.

(31)

Sebuah penelitian tesis, harus selalu menyertakan teori-teori dari para sarjana.

Teori dalam penelitian tesis berfungsi untuk memberikan arahan/petunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati.23 Sebagaimana menurut Morris L Cohen menyebutkan penelitian hukum :24 “Is the process of finding the law that governs activities in human society …. It involves locating both the rules are enforced by the states and commentaries which explain or analyse these rules.”

Namun sebelumnya perlu diketahui apa sebenarnya pengertian dari teori.

Menurut Loren Bagus, ada beberapa pengertian tentang teori secara lebih luas, yaitu:25

1. Pemahaman tentang hal-hal dalam hubungannya yang universal dan ideal antara satu sama lain. Berlawanan dengan eksistensi faktual dan/atau praktek;

2. Prinsip untuk abstrak atau umum di dalam tubuh pengetahuan yang menjanjikan suatu pandangan yang jelas dan sistematis tentang beberapa materi pokoknya;

3. Model atau prinsip umum, abstrak dan ideal yang digunakan menjelaskan gejala-gejala;

4. Hipotesis, suposisi atau bangun yang dianggap benar dan yang berlandaskan atas gejala-gejala yang dapat diperkirakan dan/atau dijelaskan dan yang darinya dideduksikan pengetahuan lebih lanjut;

5. Dalam filsafat ilmu pengetahuan, teori berpijak pada penemuan fakta-fakta maupun pada hipotesis. Dalam bidang ilmu alam, suatu deskripsi dan penjelasan fakta yang didasarkan atas hukum-hukum dan sebab-sebab niscaya, mengikuti konfirmasi fakta-fakta dengan pengalaman dan percobaan (eksperimen). Deskripsi ini sifatnya pasti, non diktoris, dan matematis (jika mungkin). Bagaimanapun juga, sejauh penjelasan semacam ini mungkin, tetapi sesungguhnya tidak meniadakan penjelasan lainnya, ia tetap merupakan hipotes yang kurang lebih probable. Hanya bila bukti dikemukakan sedemikian rupa

23 Ronny H. Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimentri. (Jakarta: Ghlmia Indonesia, 1998). hlm. 37.

24 Mukti Fajar ND, dkk, Ðualisme Penelitian Hukum : Normatif dan Empiris, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010) hal.27.

25 Loren Bagus dalam H.R.Otje Salma, dkk. Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, (Bandung: Refika Aditama, 2008) hlm. 24.

(32)

sehingga penjelasan tertentu merupakan penjelasan yang sepadan dengan fakta- fakta, maka penjelasan itu sungguh-sungguh mencapai tingkat teori.

Mencoba menyimpulkan hasil dari Theory Idea des Rechts dari Gustav Radbruch dan Asas Kepatutan yang dikemukakan oleh Asser Rutten, untuk dapat menyimpulkan satu nilai kepatutan. Sebagaimana pendapat Asser Rutten kepatutan adalah suatu legal order dalam suatu sistem yuridis yang membentengi perjanjian.26 Dengan demikian, asas kepatutan menjadi dasar dalam kesepakatan pemberian ganti rugi maupun kompensasi agar masing-masing pihak mendapatkan keadilan. Prinsip dasar yang dikemukakan oleh Gustav Radbruch yang diidentikkan menjadi tujuan hukum yaitu, apakah hukum memberikan rasa keadilan, memberikan kemanfaatan dan menjamin kepastian hukum meskipun dalam implementasinya sering sekali terjadi benturan antara keadilan dan kepastian hukum atau sebaliknya. Dan untuk itu, Radbruch memberikan prioritas dalam tujuan hukum adalah rasa keadilan.27

Teori Radbruch sangat sejalan juga dengan teori yang dikemukakan oleh John Rawls, A Theory of Justice, yang menekankan pada justice as fairness menyebutkan tentang prinsip-prinsip keadilan yang dijabarkannya sebagai berikut :28

1. Prinsip kesamaan

Tiap-tiap pribadi memiliki hak yang sama akan suatu sistem akan kebebasan dasar sebesar mungkin sejauh sistem itu dapat disesuaikan dengan sistem kebebasan yang sama besar bagi orang lain. Menurut prinsip ini, pemerataan

26 Abdul Hakim, “Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Melalui Kontrak Baku dan Asas Kepatutan dalam perlindungan Konsumen”, Disertasi, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum USU, 2013, hlm 22.

27 Ibid, hlm 21.

28 Terjemahan Filsafat Hukum Buku ke I dan II, Kumpulan Tugas Bahan Bacaan, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Pada Pembahasan Topik “Modern Trends in Analitical and Normaive Jurisprudence”. hlm. 13-14.

(33)

yang dimaksud mencakup pemerataan dalam kebebasan, untuk berkembang, kemudian mendapatkan pendapatan dan kekayaan.

2. Prinsip ketidaksamaan

Dalam situasi ketidaksamaan ini, harus diberikan aturan yang sedemikian rupa sehingga juga menguntungkan bagi masyarakat/golongan yang paling lemah. Hal ini terjadi kalau syarat dipenuhi, yaitu : Situasi ketidaksamaan yang menjamin maximum minimorum bagi golongan orang yang paling lemah. Jaminan ini tentunya harus diberikan oleh Negara ataupun otoritas yang memiliki kekuasaan di masyarakat atau wilayah tersebut dalam bentuk aturan-aturan normatif.

Berkaitan dengan keadilan. Aristoteles membedakan adanya dua macam keadilan, yaitu keadilan distributif (distributive justice) dan keadilan komutatif (remedial justice). Keadilan distributif menuntut bahwa setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya atau jatahnya, sedangkan keadilan komutatif memberi kepada setiap orang sama banyaknya.29

Teori tentang keadilan ini sangat kontekstual dengan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian tesis ini. Pembangunan jaringan SUTET/SUTT dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik sebagai salah satu wujud penggerak perekonomian negara. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya Persero yang pada umumnya bergerak dalam bidang pencarian laba dan keuntungan30, selayaknya memperhatikan kepentingan masyarakat yang telah berpartisipasi dan berperan memberikan hak kepemilikan mereka dalam memperluas jaringan transmisinya.

Esensi hak kepemilikan merupakan satu wujud kekuasaan individu yang terbentuk karena adanya pengakuan dari hukum. Sedangkan aturan hukum benar-

29 Sudikno Mertokusumo dalam Abdul hakim, Op. Cit. hlm. 23.

30 Loc cit

(34)

benar memberikan kekuasaan, salah satunya kekuasaan mengatur hubungan ekonominya melalui transaksi hukum khususnya kontrak.31 Hukum harus mampu menjaga ketertiban dan keamanan, sehingga sarana pembangunan mampu berjalan dan terlaksana.

Keterkaitan dengan pemahaman konteks ajaran cita hukum diatas (Idee Des Recht) menyebutkan secara proporsional harus memenuhi ketiga asas yaitu, kepastian hukum (rechtssicherkeit), keadilan (gerechtigkeit), dan kemanfaatan (zweckjmasigket).32 Kepastian hukum memaknakan seseorang memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu, juga kepastian sebagai norma yang dapat dijadikan petunjuk bagi masyarakat dalam aturan yang disepakati.

Jika dikaitkan dengan tafsir hukum John Rawls bagaimana nilai-nilai perbedaan sebagai landasan untuk menciptakan kerangka harapan bagaimana ketimpangan sosial ekonomi harus menjadi perhatian atau representasi dalam semua posisi sosial yang relevan.33 Lebih lanjut Rawls mengemukakan untuk memastikan penerapan keadilan terlebih dahulu melihak keutamaan prinsip dari struktur masyarakat selanjunya prinsip individu, baru kemudian diikuti prinsip hukum secara nasional. 34 Pemberian ganti rugi dan kompensasi kepada para pemilik tanah, bangunan maupun tanaman yang akan dilintasi pembangunan SUTET/SUTT norma kepatutan

31 Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safaat, “Teori Hans Kelsen Tentang Hukum” (Jakarta;

Sekjend & Kepaniteraan MK, 2006) hlm 72-72

32 Fince M. Wantu, “Antinomi Dalam Penegakan Hukum oleh Hakim”, Jurnal Berkala Mimbar Hukum, Vol 19 No. 3 Oktober 2007, Yogyakarta : Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada.

33 John Rawls, “Teori Keadilan, Dasar-dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam negara”, (Yogyakarta, Pustaka Offset; 2011), hal 114)

34 Ibid, hal 130

(35)

yang digambarkan atas makna kelayakan dalam konteks hukum tertulis memberikan pemahaman “wajar, pantas, patut, mulia, terhormat”35. Sedangkan bagi korporasi yakni PT. PLN (Persero) pemilik kepentingan dalam memajukan usaha jaringan transmisi listrik, guna memastikan pencapaian target tentulah akan berupaya melakukan kesepakatan sebagai jaminan keamanan dalam melaksanakan usahanya.

Asas kepatutan sebagaimana dikemukakan Asser Rutten, hukum kontrak sebagai dasar persetujuan, mengenal tiga asas yaitu : konsensualisme, kekuatan mengikatnya perjanjian, dan kebebasan berkontrak.36 Kesepakatan antara masyarakat yang terkena dampak pembangunan jaringan SUTET/SUTT dan PT. PLN (Persero) merupakan konsep hak hukum sebagai bagian dari itikad baik masing-masing atas kesepakatan yang dibuat.

John Rawls sangat jelas memberikan perhatian pada perlindungan kepentingan individu ataupun kelompok yang posisinya tidak setara atau lemah jika dibandingkan dengan PT. PLN (Persero) sebagai perpanjangan tangan Negara.

Sebagaimana Rawls mencoba menerangkan teorinya dalam bentuk skema sebagai berikut:37

35 Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses dari http://kbbi.web.id/layak, tanggal 22 Nopember 2015 pukul. 13.00 wib.

36 Tri Budiono, “Genealogi Kontrak, (Study tentang Historitas Asas dalam Hukum Kontrak), Disampaikan dalam acara Orasi Ilmiah Fakultas Hukum pada tanggal 5 Desember 2012 di BU Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

37 Achmad Ali, “Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence): Termasuk Interpretasi Undang-UNdang (Legisprudence)”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) hlm. 275.

(36)

Keterangan Diagram :

1. Bagiamana orang mampu secara bebas dan merdeka dalam menentukan pilihannya, secara jujur, nyata dan masuk akal.

2. Kontrak sosial memahamkan mampu menjadi alat penghubung perbedaan bagi semua atau pihak-pihak yang mengalami perbedaan pandang.

3. Selubung ketidaktahuan maksudnya: Setiap orang dihadapkan pada tertutupnya seluruh fakta dan keadaan tentang dirinya sendiri, termasuk terhadap posisi sosial dan doktrin tertentu, sehingga membutakan adanya konsep atau pengetahuan tentang keadilan yang tengah berkembang. Orang-orang atau kelompok yang terlibat dalam situasi yang sama tidak mengetahui konsepsi- konsepsi mereka tentang kebaikan. Ketika mereka atau salah satu pihak tau akan kesalahannya dengan pemahaman awal secara sadar mampu merubah dan menentukan pilihannya.

4. (Posisi original ) : Situasi yang sama dan setara antara tiap-tiap orang di dalam masyarakat, tidak ada pihak yang memiliki posisi lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya. Dalam keadaan ini orang-orang dapat melakukan kesepakatan dengan pihak lainnya secara seimbang.

5. Prinsip Kebebasan yang Sama (equal liberty principle) : Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan-kebebasan dasar yang paling luas dan kompatibel dengan kebebasan-kebebasan sejenis bagi orang lain. “Setiap orang mempunyai kebebasan dasar yang sama”.

Dalam hal ini kebebasan-kebebasan dasar yang dimaksud antara lain : a. kemerdekaan berpolitik (political of liberty),

b. kebebasan berpendapat dan mengemukakan ekspresi (freedom of speech and expression),

Human rationality Capacity to make choices Human

1

Social Contract Overlapping consensus

2

Original Position Constitutional

coference 4

Justice as fairness Two pronciples of justice

procedural fairness 6

Reflective equlibrium

5 Veil of ignorance

3

Skema 1. Justice as Fairness dari John Rawls

(37)

c. kebebasan personal (liberty of conscience and though).

d. kebebasan untuk memiliki kekayaan (freedom to hold property) e. Kebebasan dari tindakan sewenang-wenang.

6. Keadilan adalah Kelayakan (Justice as Fairness) Masyarakat adalah kumpulan individu yang di satu sisi menginginkan bersatu karena adanya ikatan untuk memenuhi kumpulan individu, tetapi disisi yang lain masing-masing individu memiliki pembawaan serta hak yang berbeda yang semua itu tidak dapat dilebur dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu Rawls mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan, bagaimana mempertemukan hak-hak dan pembawaan yang berbeda disatu pihak dengan keinginan untuk bersama demi terpenuhnya kebutuhan bersama.

Menurut Rawls, cara yang adil untuk mempersatukan berbagai kepentingan yang berbeda adalah melalui keseimbangan kepentingan-kepentingan tersebut tanpa memberikan perhatian istimewa terhadap kepentingan itu sendiri.38 Itu sebabnya kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam membedah persoalan- persoalan yang akan dibahas agar sesuai dengan prinsip-prinsip dalam penelitian ilmu hukum.

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah defenisi operasional dari berbagai istilah yang digunakan dalam penelitian guna menghindari perbedaan penafsiran dan dipergunakan untuk memberikan pegangan pada proses penelitian.39 Konsep ini berfungsi sebagai penghubung yang diharapkan dapat menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya ada dalam pikiran (berupa ide). Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.40

38 Ibid., hal. 278.

39 Abdul Hakim, Op. Cit, hal. 39.

40 Masri Singarimbun, dkk, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3S, 1999), hal. 34.

(38)

Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The Classical Theory of Concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik.41

Untuk itu, dalam rangka menghindari salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang variabel-variabel yang menjadi kunci permasalahan dalam penelitian ini, maka kemudian dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut:

1. Asas kepatutan merupakan acuan dasar kesepakatan dalam menentukan nilai ganti rugi dan kompensasi, sehingga mampu menstabilkan kepentingan dua pihak (masyarakat yang memiliki kewenangan mutlak atas pengakuan hukum terhadap tanah, bangunan dan tanaman) dengan PT. PLN (Persero) sebagai perpanjangan tangan negara.

2. Mengacu kedalam Pasal 1339 KUHPerdata asas kepatutan erat keterkaitannya dengan isi perjanjian/kesepakatan, yang mempertahankan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat sehingga mencerminkan nilai-nilai keadilan yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Menurut beberapa para sarjana nilai kepatutan sangat dekat dengan itikad baik.

41 Pengertian konsep, Wikipedia Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Konsep, diakses pada tanggal 25 Maret 2014, pukul 09. 20 WIB.

(39)

3. Jarak bebas minimum adalah jarak terpendek antara penghantar SUTT atau SUTET dengan permukaan tanah, benda-benda dan kegiatan lain di sekitarnya, yang mutlak tidak boleh lebih pendek dari yang telah ditetapkan demi keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya serta juga keamanan operasi SUTT atau SUTET.42

4. Ruang bebas (right of way) adalah ruang sekeliling penghantar yang dibentuk oleh jarak bebas minimum sepanjang SUTT atau SUTET, yang di dalam ruang itu harus dibebaskan dari benda-benda dan kegiatan lainnya.43

5. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.44

6. SUTET adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara bertegangan diatas 245 kV sesuai standar di bidang Ketenagalistrikan.

7. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik di seluruh Indonesia.

8. Ganti rugi hak atas tanah adalah penggantian atas pelepasan atau penyerahan hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan/atau benda lain yang terdapat di atas tanah tersebut.45

42 http://www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=449, diakses pada tanggal 3 April 2014.

43 http://www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=449, Loc. Cit.

44 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikkan, Pasal 1, angka 1.

45 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikkan, Pasal 1, angka 13.

(40)

9. Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada pemegang hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan/atau benda lain yang terdapat di atas tanah tersebut karena tanah tersebut digunakan secara tidak langsung untuk pembangunan ketenagalistrikan tanpa dilakukan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.46

10. Penerima ganti kerugian dan kompensasi adalah anggota masyarakat yang memiliki tanah dan atau bangunan, dan atau tanaman yang akan dilewati oleh SUTET/SUTT.

11. Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual- beli yang terjadi secara wajar. Apabila tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP dilakukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.47

G. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Sedangkan penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.48

46 Undang-Undang nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikkan, Pasal 1, angka 14 .

47 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan, Pasal 1 angka 3.

48 Soerjono Soekanto dkk, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:PT.

Raja Grafindo Persada, 2001) hal. 1.

(41)

Menurut Peter R. Senn,49 metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis.

Sedangkan pendapat sarjana lain, Wolfman,50 mengartikan metode sebagai teknik dan prosedur pengamatan dan percobaan yang menyelidiki alam yang digunakan oleh ilmuwan untuk mengolah fakta-fakta, data dan penafsirannya sesuai dengan asas-asas dan aturan-aturan tertentu.

Bedasarkan pengertian di atas, jelas bahwa metode merupakan suatu hal yang sangat penting dalam dunia ilmu pengetahuan, seperti yang dikemukakan oleh Descartes, tentang metodologi: Bahwa memiliki pemikiran yang jelas saja tidaklah cukup, poin yang paling penting adalah mengaplikasikannya secara yaitu menerapkannnya secara metodologis. 51

Penting sekali memahami jenis penelitian yang akan dilakukan. Ada perdebatan antara apakah penelitian hukum terbagi dua menjadi penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro, bahwa:

“Penelitian hukum dapat dibedakan antara penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal, yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan, dan penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian hukum yang memperoleh datanya dari data primer atau data yang diperoleh langsung dari masyarakat.”52

Sedangkan menurut Peter Mahmud Marzuki, menyebutkan :

49 Peter R. Senn dalam Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung:

CV Mandar Maju, 2008) hal 3

50 Wolfman dalam Bahder Johan Nasution, Ibid

51 Descartes dalam Bahder Johan Nasution, Ibid, hal. 13

52 Mukti Fajar ND, dkk, Op. Cit. hal. 154.

(42)

“Dikotomi ke dalam penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris adalah menyesatkan karena tidak memiliki dasar berpijak. Dapat diketahui bahwa yang membuat dikotomi semacam itu tidak paham terhadap ilmu hukum. Begitu juga dikotomi antara penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris tidak dikenal, baik di Negara-negara dengan common law system maupun civil law system “53

Penelitian hukum tidak bermaksud untuk membuat dikotomi ataupun pemisahan secara radikal antara penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Apabila dikehendaki peneliti dapat saja menggabungkan kedua jenis penelitian tersebut dalam satu penelitian. Kerap akan selalu ditemui teori tentang ilmu hukum dan kondisi yang ada di dalam masyarakat akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.54

Penelitian ini merupakan penggabungan penelitian hukum yuridis normatif dan yuridis empiris, yang bersifat deskriptif analitis yang menggambarkan fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka sistematisasi maupun sinkronisasi berdasarkan aspek yuridis, dengan tujuan menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian.55

Penelitian yang dilakukan dengan norma sebagai bagian dari prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatif.56 Penelitian yuridis normatif digunakan untuk menggambarkan dan menganalisa pelaksanaan konsep-konsep hukum dan peraturan yang erat kaitannya

53 Ibid.

54 Ibid, hal. 155.

55 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001) hlm. 116-117.

56 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang, UMM Press : 2007), hlm-57

Gambar

Gambar 1. Peta Jalur Transmisi untuk Sumbagut.

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK – Penelitian ini bertujuan untuk menghasillkan media preparat jaringan tumbuhan menggunakan pewarna alternatif wenter sebagai alternatif dalam pewarnaan

Sistem pewarisan individual diterapkan pada masyarakat bilateral seperti Jawa. Ciri-ciri dari sistem pewarisan ini ialah harta warisan dapat dibagikan kepada

Berangkat dari kajian atas dasar penelitian-penelitian yang sudah yang dipublikasikan, Grene dkk (1989) mengidentifikasi lima sasaran utama dalam mengggunakan metode campursari:

[r]

Adapun reduksi data ini obyek penelitiannya adalah MTs Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, dimana implementasi supervisi akademik kepala madrasah dalam

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul “ Pengaruh Budaya Organisasi dan Persespsi Dukungan Organisasi terhadap

Pada siswa SMK yang memiliki hasil belajar mata pelajaran adaptif tinggi, adakah perbedaan hasil telajar teori atau praktik Kewirausahaan antara yang diberi(an penilaian

Pengawas mengevaluasi pekerjaan dan membuat laporan secara tertulis yang dilaporkan secara harian dan bulanan. Mendapatkan penilaian kualitas kerja bulanan dari