23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. data yang dihasilkan berupa jumlah bakteri yang terdapat pada bakso sapi. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif lebih menekankan pola berpikir terkait fakta yang berasal dari realitas objektif.
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen sesungguhnya (True Experimental Research). Ciri utama dari true eksperimental adalah sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok diambil secara random dari populasi tertentu sehingga, cirinya adalah kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini melibatkan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat uji penelitian dilakukan di Laboratorium Plant Improement Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 02-04 bulan September 2020.
3.3 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah bakso daging sapi dengan karakteristik segar. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Sampel yang digunakan dalam
penelitian yakni bakso sapi yang dibuat dengan kombinasi tepung tapioca : daging sapi sebesar 1 : 1. Banyak pengulangan dihitung berdasarkan rumus berikut :
(t - 1) (r - 1) ≥ 15 Keterangan :
r : Replikasi (ulangan) t : Treatment (perlakuan) n : Jumlah sampel (perlakuan) (t - 1) (r - 1) ≥ 15
(4 - 1) (r - 1) ≥ 15 3 (r - 1) ≥ 15 3r – 3 ≥ 15
3r ≥ 12
r ≥ 4
n = t.r n = 4.4
n = 16 sampel
Berdasarkan perhitungan tersebut jumlah seluruh unit penelitian sebanyak 16 unit sampel penelitian, 1 sampel sebagai kontrol dan 3 sampel bakso diberikan konsentrasi belimbing wuluh yang berbeda-beda.
3.4 Jenis Variabel 3.4.1 Variabel bebas
Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah konsentrasi buah belimbing wuluh (0%, 30%,40 %, 50%)..
3.4.2 Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah waktu perendaman, jenis daging sapi yang digunakan, jenis tepung yang digunakan, dan ukuran bakso.
3.4.3 Variabel terikat
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah koloni bakteri pada bakso sebagai objek penelitian yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi yang telah ditentukan.
3.4.1 Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kesalahan maka dalam tiap variabel perlu didefinisikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun operasional variabel tersebut, sebagai berikut.
1. Sari dalam penelitian ini adalah belimbing wuluh. Sari belimbing wuluh merupakan sedian yang diperoleh dengan cara ekstraksi metode pemerasan, yaitu metode dengan cara memeras dan menyaring simplisia basah.
2. Konsentrasi sari belimbing wuluh adalah perbandingan ekstrak yang dihasilkan dan aquades dalam bentuk persen. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanpa perendaman (aquades steril), 30%, 40% dan 50%.
3. Lama perendaman merupakan proses perendamanan bakso daging sapi dalam konsentrasi sari belimbing wuluh yang telah ditentukan, yaitu direndam dalam konsentrasi sari belimbing wuluh 5 menit
4. Jumlah koloni bakteri dapat dihitung dengan metode Total Plate Count (TPC), yakni penghitungan jumlah mikroba yang terdapat dalam suatu produk yang tumbuh pada media agar, pada suhu dan waktu inkubasi yang telah ditetapkan.
5. Media agar NA merupakan media yang dibutuhkan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan bakteri.
3.5 Persiapan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian secara In Vitro. Berdasarkan model penelitian yang telah disampaikan, maka penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor yaitu konsentrasi belimbing wuluh. Menurut Nasrudin (2019) syarat penggunaan RAL adalah kondisi sampel diletakkan pada plot-plot percobaan dengan pengacakkan homogen yang dilakukan secara lengkap, dengan tujuan agar tidak terjadi bias pada sampel penelitian. Pengacakan dilakukan secara langsung terhadap 16 unit sampel pada bakso sapi dengan menggunakan bagan percobaan yang disajikan pada Gambar 3.
Ragam unit eksperimen : K0 = K01,K02,K03,K04
K1 = K11,K12,K13,K14
K2 = K21,K22,K23,K24
K3 = K31,K32,K33,K34
K02 K34 K22 K33
K13 K01 K24 K12
K21 K14 K32 K23
K03 K31 K04 K11
Gambar 3.3 Denah Rancanga Acak Lengkap (RAL)
Keterangan :
(K) : Variasi konsentrasi belimbing wuluh K0 : Konsentrasi 0%
K1 : Konsentrasi 30%
K2 : Konsentrasi 40%
K3 : Konsentrasi 50%
3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Persiapan Penelitian
Tahapan yang dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu sebelum melakukan suatu percobaan/ eksperimen. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut.
1. Alat dan Bahan dalam Proses Penyarian buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Alat yang digunakan dalam proses penyarian buah belimbing wuluh antara lain gelas kimia (500 ml), pisau, baskom ukuran sedang, blender, dan kain saring. Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam proses ini antara lain 5000 gram buah belimbing wuluh, air bersih, dan aquades steril.
2. Alat dan Bahan dalam Pembuatan bakso daging sapi
Alat yang digunakan dalam pembuatan bakso sapi antara lain blender, penggiling daging, panci, penyaring, baskom, dan sendok. Sedangkan bahan yang dibutuhkan
antara lain daging sapi 1 kg, tepung tapioka 100 gram, bawang putih 6-7 siung, lada bubuk, garam, telur 1 butir, air es 100 cc.
3. Alat dan Bahan dalam Perlakuan
Alat yang digunakan dalam perlakuan antara lain 4 buah wadah perlakuan, dan handphone. Sedangkan bahan yang dibutuhkan antara lain 16 butir bakso sapi, dan sari buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
3.6.2 Tahap pelaksanaan 1. Pembuatan Bakso Sapi
1. Membeli daging sapi yang masih segar pada bagian paha sapi sebanyak 1 kg dan menjaganya agar tetap dalam keadaan dingin.
2. Daging sapi digiling dengan menggunakan mesin penggiling daging.
3. Daging sapi yang telah digiling dimasukkan dalam mesin mixer dan dicampur dengan sebagian es, lalu diaduk dengan kecepatan tinggi, jika sudah tercampur, tepung dan bumbu (merica, garam, dan bawang putih) dimasukkan ke dalam mesin mixer, lalu diaduk kembali hingga tercampur rata.
4. Melakukan pencetakan bakso bentuk bulat dengan ukuran 2 cm - 3 cm dicetak dengan menggunakan tangan dan sendok.
5. Bakso yang telah dicetak bulat selanjutnya direbus dalam air panas dengan suhu 100oC. Perebusan menggunakan api yang tidak terlalu besar dengan Proses perebusan selama 10-15 menit.
6. Bakso yang telah direbus selanjutnya didinginkan atau dianginkan hingga tidak ada air yang menetes lagi.
2. Pembuatan Ekstrak Belimbing Wuluh
Pembuatan ekstrak belimbing wuluh dapat dilakukan dengan menggunakan metode infus. Berikut langkah-langkahnya;
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Buah belimbing wuluh terlebih dahulu dicuci hingga bersih dan ditimbang.
c. Buah dipotong kecil-kecil dan dipisahkan bagian tengah.
d. Menghaluskan bagian buah belimbing wuluh menggunakan blender.
e. Merebus aquades hingga mendidih dengan ukuran sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.
f. Menuangkan aquades tersebt kedalam gelas kimia yang berisikan buah belimbing wuluh yang telah dihaluskan,tunggu hingga dingin.
g. Kemudian, ekstrak yang dibuat disaring dengan menggunakan kain saring.
3. Pengenceran sari buah belimbing wuluh
Pembuatan konsentrasi ekstrak buah belimbing wuluh 30%, 40%, 50%, dan 0% (perlakuan kontrol), masing-masing konsentrasi pengenceran dibuat sebanyak 100 ml. Jumlah tersebut disesuaikan dengan bahan yang akan direndam. Adapun perhitungan volume pengenceran dengan aquades adalah sebagai berikut.
Konsentrasi 30% = 30 ml sari buah belimbing wuluh + 70 ml aquades Konsentrasi 40% = 40 ml sari buah belimbing wuluh + 60 ml aquades Konsentrasi 50% = 50 ml sari buah belimbing wuluh + 50 ml aquades Kontrol negatif 0 ml = 0 ml ekstrak buah belimbing wuluh + 100 ml aquades
Penggunaan konsentrasi 30%, 40%, dan 50% didapatkan dari uji pendahuluan sebelumnya yaitu konsentrasi yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah 20%,40%,60% ((Octaviani & Fadila, 2018)).
4. Sterilisasi alat dan media
Pada umumnya sterilisasi alat dapat dilakukan dengan uap panas di dalam autoklaf dengan suhu 121ºC selama 15-30 menit. Kemudian, alat dibungkus dengan menggunakan kertas buram. Ketika perlakuan dilakukan sterilisasi dapat dilakukan di LAF dengan menggunakan Bunsen.
5. Pembuatan Natrium Agar (NA)
Pembuatan medium nutrien agar (NA) dapat dilakukan dengan cara menimbang media NA sebanyak 2,8 gram dan larutkan dalam 100 ml aquades,
lalu panaskan di atas hotplate hingga homogen dan kemudian sterilkan media pada autoklaf dengan suhu 1210C selama 1 jam. Selanjutnya, media bisa dituang secara aseptis ke cawan petri yang telah diseterilkan dalam penggunaannya (Juariah & Sari, 2018).
6. Perlakuan perendaman sampel dalam sari buah belimbing wuluh
Sampel bakso yang telah disiapkan kemudian dilakukan perendaman pada masing-masing konsentrasi yaitu 0%, 30%, 40%, dan 50%. Masing-masing konsentrasi dilakukan perendaman selama 5 menit. Waktu lama perendaman tersebut diperoleh dari uji pedahuluan yang telah dilakukan peneliti terdahulu.
7. Preparasi dan Perlakuan Bakso Sapi
Pada tahap ini dilakukan perlakuan terhadap bakso daging sapi. Berikut tahapannya.
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
2. Meletakkan bakso daging sapi di wadah sesuai yang telah ditentukan.
3. Berikan perlakuan pada bakso daging sapi sesuai dengan perlakuan, yaitu sebagai berikut.
a. Bakso daging sapi direndam dalam sari buah belimbing wuluh konsentrasi 30%
selama 5 menit
b. Bakso daging sapi direndam dalam sari buah belimbing wuluh konsentrasi 40%
selama 5 menit
c. Bakso daging sapi direndam dalam sari buah belimbing wuluh konsentrasi 50%
selama 5 menit
8. Uji Total Plate Count (TPC)
Prosedur kerja Untuk Uji TPC (Total Plate Count) sebagai berikut.
1. Pengambilan sampel
Peneliti mengambil sampel dari perumahan landungsari kota Malang dan di bawa ke Laboratorium Plant Improement Universitas Muhammadiyah Malang, sampel yang di ambil harus dimasukkan kedalam box.
2. Proses Sterilisasi
a. Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan
b. Membungkus alat berbahan kaca dengna menggunakan kertas c. Mengisi panci autoklaf dengan air kran setinggi batas sarangan d. Memasukkan semua alat ke dalam autoklaf, kemudian menutupnya
e. Meletakkan autoklaf pada kompor yang sudah menyala, dengan mengatur katup air pada autoklaf
f. Sampai keluar uap dari celah katup, kemudian melipat katup hingga dalam posisi datar
g. Menunggu hingga jarum manometer menunjukan angka 15, menunjukkan autoklaf telah mencapai 15 lbs.
h. Mematikan api, kemudian menunggu hingga 15 menit supaya tekanan pada manometer kemballi pada 0 lbs
i. Menegakkan katup air supaya uap air keluar, kemudian alat yang sudah disterilkan dikeluarkan
3. Pembuatan media NA
Membuat media nutrient agar dengan sebanyak 39 g dalam 1000 mL aquades kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
4. Proses pengenceran
a. Menimbang sampel setelah dihaluskan sebanyak 4 gram
b. Menambahkan sampel kedalam tabung reaksi berisi 10 ml NaCl c. Membuat homogen sampel menggunakan vortex
d. Masing – masing tabung reaksi untuk pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-
5 berisi 9 ml larutan NaCl
e. Mengambil 1 ml sampel ke dalam factor pengenceran 10-1 dan menghomogenkannya.
f. Memasukkan sampel 1 ml dari factor pengenceran 10-1 ke factor pengenceran 10-2 dan melakukan hal yang sama pada factor pengenceran 10-3, 10-4, 10-5.
5. Proses isolasi
a. Tahap isolasi menggunakan metode tuang
b. Menuangkan 0,1 ml untuk tiap factor pengenceran ke dalam cawan petri sebelum diberi media nutrient agar.
c. Isolasi mikroba dari sampel ikan di lakukan secara duplo dengan faktor pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5.
6. Proses inkubasi
a. Memasukkan cawan perti yang sudah berisi biakan bakteri ke dalam inkubator dengan suhu 37o C
b. Membiarkan biakan selama 1 x 24 jam 7. Pembacaan Hasil
a. Mengeluarkan biakan dalam cawan petri dari inkubator
b. Menghitung jumlah koloni biakan pada media dengan colony counter.
3.6.3 Tahap pengamatan
Pada tahap ini perlu diperhatikan beberapa tahapan yaitu sebagai berikut.
1. Kualitas Mikrobiologi (jumlah koloni bakteri)
a. Keluarkan media yang telah diinkubasi, kemudian letakkan cawan petri di atas meja secara berurutan sesuai dengan perlakuan.
b. Kemudian hitunglah jumlah koloni bakteri yang tumbuh dengan cara manual.
Selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Koloni ml/gram = jumlah koloni per cawan x 1
Faktor pengeceran
c. Tuliskan hasil perhitungan pada tabel perlakuan yang telah disediakan.
Perhitungan jumlah koloni bakteri dilakukan dengan menggunakan perhitungan koloni (Colony counter), cara kerjanya sebagai berikut :
a. Menyalakan tombol colony counter yang berada pada bagian belakang
b. Meletakkan cawan petri yang sudah dilakukan inkubasi pada tempat yang sudah tersedia untuk menghitung jumlah total koloni bakteri.
c. Menandai setiap koloni-koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri menggunakan spidol berwarna.
d. Pada layar angka akan nampak jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri yang sudah ditandai tersebut.
Masing-masing cawan dihitung jumlah koloni bakterinya, selanjutnya menghitung jumlah koloni bakteri per gram sampel seperti yang sudah ditetapkan oleh SNI (2006) :
Jumlah koloni bakteri per gram sampel dihitung menggunakan rumus : Koloni (CFU /g) = Ʃ Koloni cawan
⦋(1x𝑛1 )+(0,1 x 𝑛2)⦌ 𝑥 (𝑑)
Untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi dengan cara hitung cawan digunakan standar yang disebut Standart Plat Counts (SPC) sebagai berikut : 1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni
bakteri antara 25-250 koloni.
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan kumpulan koloni besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni.
3. Suatu deretan koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.
3.7 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 3.4 Kerangka kerja penelitian Membuat sari belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi.L) Mempersiapkan alat dan
bahan
Direndam dalam sari Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi.L).
Konsentrasi:
• Konsentrasi kontrol (aqudes steril)
• Konsentrasi 30%
• Konsentrasi 40%
• Konsentrasi 50%
Lama perendaman:
• Lama perendaman 5menit
Uji TPC (Total Plate Count)
Bakso sapi
Menghitung jumlah koloni bakteri
Konsentrasi 30% Konsentrasi 40% Konsentrasi 50%
Sterilisasi Alat dan media
Pembuatan Medium Agar
(NA)
Analisis Data
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dilakukan melalui observasi eksperimen, yaitu melakukan pengamatan secara langsung dengan prosedur berencana yang melibatkan kegiatan melihat dan mencatat kegiatan tertentu. Observasi di laboratorium difokuskan pada objek penelitian yaitu pada jumlah koloni bakteri dan mencatat hasilnya dalam tabel observasi berikut.
Table 3.7 Total Bakteri Bakso Sapi
Perlakuan Konsentrasi (%)
Ulangan (r)
1 2 3 4
K0U1 0
K0U2 30
K0U3 40
K0U4 50
K1U1 0
K1U2 30
K1U3 40
K1U4 50
K2U1 0
K2U2 30
K2U3 40
K2U4 50
K3U1 0
K3U2 30
K3U3 40
K3U4 50
3.9 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pertama melakukan uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan perhitungan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 17.0. Kenormalan data dapat uji dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov, sedangkan untuk menguji homogenitas menggunakan Levene test. Kedua uji tersebut digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal dan bersifat homogen atau tidak dalam suatu populasi yang memiliki varians yang sama. Apabila data yang dianalisis tidak berdistribusi normal dan homogen, maka dapat digunakan uji statistic non-parametrik uji Kruskal-Wallis, yakni uji untuk menentukan perbedaan signifikan antara dua atau lebih variabel independen pada variabel dependen.
Data yang telah memenuhi uji prasyarat normalitas dan homogenitas selanjutnya menggunakan uji one-way ANOVA untuk melihat apakah ada pengaruh faktor konsentrasi ekstrak belimbing wuluh. Analisis uji one-way ANOVA, apabila P-value < α maka H0 ditolak dan H1 gagal ditolak, sehingga membuktikan bahwa variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. jika hasil perlakuan berbeda nyata maka akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) untuk mengetahui dan membandingkan apa yang diperoleh dari setiap perlakuan. Alternaif lainnya dapat digunakan apabila data yang dianalisis tidak berdistribusi normal dan homogen, maka dapat digunakan uji statistik non-parametrik uji Kruskal-Wallis, yakni uji untuk menentukan perbedaan signifikan antara dua atau lebih variabel independen pada variabel dependen.