Asuhan Keperawatan pada An. P dengan Perioritas Masalah Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
di RSUD dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
A.T. Habib Lintang 132500093
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUNI 2016
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kasus ini yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir program DIII Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul laporan kasus ini adalah : ASUHAN KEPERAWATAN An. P DENGAN PRIORITAS MASALAH GANGGUAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH di RSUD dr. PIRNGADI MEDAN. Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan USU.
3. Ibu Siti Zahara Nst. S.Kp., MNS selaku pembimbing akademik saya.
4. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, M.A.R.S., selaku dosen penguji karya tulis ilmiah Dalam kesempatan ini juga, penulis secara khusus ingin memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya beserta ucapan rasa terima kasih yang setulus- tulusnya kepada :
1. Terutama rasa syukur dan terima kasih yang begitu mendalam kepada orang tua saya sendiri Ahmad Safi’I S.Ag beserta ibunda yang saya sayangi Siti Normi S.Pd, dengan doa mereka yang tidak pernah putus dan upaya mereka menghadirkan suasana yang hebat dalam keluarga membuat saya termotivasi untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Daftar Isi
Lembar pengesahan ... i
Kata pengantar ... ii
Daftar isi ... iv
Bab I Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Manfaat ... 2
Bab II Pengolahan Kasus ... 3
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh ... 3
1. Pengkajian ... 4
2. Analisa data ... 6
3. Rumusan masalah ... 9
4. Perencanaan ... 10
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 13
1. Pengkajian ... 13
2. Analisa data ... 21
3. Rumusan masalah ... 22
4. Perencanaan ... 23
5. Implementasi ... 26
6. Evaluasi ... 26
Bab III Kesimpulan dan Saran ... 30
A. Kesimpulan ... 30
B. Saran ... 30
Daftar Pustaka ... 31 Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari – hari dimakan oleh manusia ( Hidayat, 2006).
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2006). Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak akan sangat berguna dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan ( Hidayat, 2006).
Masalah nutrisi erat kaitanya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosioekonomi seperti adanya kemampuan individu. Status gizi seseorang muncul dari gabungan beberapa faktor yakni faktor lingkungan, genetik dan juga perilaku individu. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi status kesehatan seseorang. Untuk mengatasi gizi kurang diperlukan perubahan sosial baik gaya hidup, aktivitas fisik, perilaku makan dan disertai penyiapan lingkungan yang kondusif (Notoatmodjo, 2003).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi kurang dari kebutuhan pada An. P dengan diagnosa medis Anemia di RSUD dr. Pirngadi Medan.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi kurang dari kebutuhan pada An. P di RSUD dr. Pirngadi medan.
2. Untuk mengetahui kebutuhan dasar yang terkait dengan masalah kebutuhan dasar nutrisi kurang dari kebutuhan pada An. P.
3. Untuk memberikan Asuhan Keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi sesuai kebutuhan dasar nutrisi kurang dari kebutuhan pada An. P.
C. Manfaat 1. Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
2. Pendidik
Menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi perawat untuk meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya pada pasien kebutuhan dasar nutrisi kurang dari kebutuhan.
3. Klien
Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini bagi pasien adalah pasien dapat menerima asuhan keperawatan yang kompherensif selama penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini berlangsung
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2.1 Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahanbahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan.
Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005).
Setiap bayi atau anak memiliki suatu potensi genetik untuk pertumbuhan fisik, mental, dan emosionalnya. Nutrisi yang optimal tercapai dengan memberikan zat gizi yang memenuhi semua aspek potensial pertumbuhan tersebut. Apabila nutrisi membatasi pertumbuhan atau menyebabkan terbentuknya massa tubuh yang berlebihan, baik karena kualitas yang tidak adekuat maupun kuantitas yang tidak sesuai, atau terjadi keadaan malnutrisi (Almatsier, 2001).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi yaitu : 1. Ukuran Tubuh
Merupakan peubah utama dalam menentukan pengeluaran energi seseorang.
Tubuh yang besar memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih besar (Almatsier, 2001).
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan dengan tinggi, berat, dan umur yang sama mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. Perempuan memiliki banyak jaringan lemak dan lebih sedikit otot daripada laki-laki (Almatsier, 2001).
3. Umur
Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua. Waktu lahir akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua tahun dan akan berangsur menurun untuk meningkat lagi pada saat remaja (Almatsier, 2001).
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematik dalam pengumpulan data dari sebagian sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnose keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan ANA (American Nursing Assocation) (Nursalam, 2009).
Pengkajian nutrisi penting khususnya bagi pasien yang beresiko masalah nutrisi berhubungan dengan stres, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan gaya hidup dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi terdiri dari empat area pokok yaitu pengukuran fisik (tinggi dan berat badan), tes laboratorium, riwayat diet dan kesehatan dan observasi klinik (Potter dan Perry, 2005).
Pengkuran Fisik Pengukuran tinggi dan berat badan harus diperoleh ketika pasien masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan apapun. Apabila memungkinkan, pasien harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada skala sama dan dengan pakaian atau linen yang sama. Perubahan berat badan terakhir harus didokumentasikan (Potter dan Perry, 2005).
Tes Laboratorium dan Biokimia Tidak satu pun tes laboratorium atau biokimia adalah diagnostik untuk nutrisi. Tes-tes dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keseimbangan cairan dan fungsi hati, fungsi ginjal dan adanya penyakit. Tes laboratorium biasanya digunakan untuk mempelajari status nutrisi termaksud ukuran protein plasmaseperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi dan hemoglobin (Potter dan Perry, 2005).
Riwayat Diet dan Kesehatan Selain riwayat keperawatan yang umum, perawat memperoleh riwayat khusus diet yang lebih untuk mengkaji kebutuhan nutrisi aktual atau potensial. Riwayat diet berfokus pada kebiasaan asupan cairan dan makanan pasien. Sebaliknya informasi pilihan, alergi masalah dan area yang berhubungan lainnya seperti kemampuan pasien untuk memperoleh makanan (Potter dan Perry, 2005).
Tambahan bagi perawat untuk mengkaji adalah pengumpulan faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet pasien dan status nutrisi. Faktor-faktor tersebut adalah :
Status Kesehatan. Status kesehatan pasien berhubungan dengan nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat. Dan dukungan nutrisi adalah bagian esensial penyembuhan setiap penanganan medis (Potter dan Perry, 2005). Kultur dan Agama.Pola kultural, etnik, agama dan batasan mengenai makanan harus diperhitungkan. Makanan dan diet tertentu harus diberikan apabila sesuai (Potter dan Perry, 2005). Status Sosioekonomi.Biaya makanan tidak tetap dan belanja bervariasi tergantung pada uang yang tersedia (Potter dan Perry, 2005).
Pilihan Pribadi.Kesukaan atau ketidaksukaan pribadi mungkin berpengaruh terhadap diet. Makanan yang berhubungan dengan kenangan yang menyenangkan cenderung menjadi makanan favorit. Makanan yang berhubungan dengan kenangan
yang tidak menyenangkan cenderung untuk dihindari. Makanan mewah dapat digunakan sebagai simbol status. Pilihan individu harus dipertimbangkan ketika merencanakan diet terapeutik (Potter dan Perry, 2005). Faktor Psikologis. Motivasi individu untuk makanan yang seimbang dan persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan yang mempunyai nilai simbolik yang utama bagi banyak orang (misalnya susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbolkan kekuatan). Alkohol dan obat-obatan.Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan memberikan konstribusi pada defisiensi nutrisi karena mungkin dibelanjakan alkohol dari pada makanan dan alkohol menggantikan bagian makanan dan menekan nafsu makan. Alkohol juga memperngaruhi gastrointestinal.
Obat-obatan berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-obatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan gizi esensial. Obat-obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absospsi zat gizi didalam intostin (Potter dan Perry, 2005)
2. ANALISA DATA
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematik untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan- kebutuhan keperawatandan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tentang tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk kerumah sakit (initial assessment), selama pasien dirawat secara terus-menerus (ongoing
assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah atau melengkapi data (re- assessment) (Potter & Perry, 2005). Tujuan Pengumpulan Data.
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.
Tipe Data : 1. Data Subjektif.
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya, misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu (Nursalam, 2009).
2. Data Objektif.
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba, rasa) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Nursalam, 2009). Dan terdiri dari tiga karakteristik data sebagai berikut.
a. Lengkap.
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai maslah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut. Apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau sengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis?
Bagaimana respon pasien mengapa tidak mau makan (Nursalam, 2009).
b. Akurat dan Nyata.
Perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi. Pasien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak pasien berkomunikasi, tetapi pasien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Jika keadaan pasien tersebut ditulis oleh perawat bahwa pasien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku pasien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi pasien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian (Nursalam, 2009).
c. Relevan.
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang harus dikumpulkan. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tetapi singkat dan jelas (Nursalam, 2009). Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah pasien merupakan data fokus terhadap masalah pasien dan sesuai dengan situasi khusus berdasar sumber data terdiri dari.
1. Sumber data primer.
Pasien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan pasien (Nursalam, 2009).
2. Sumber data sekunder.
Informasi dapat diperoleh melalui orang terdekat pada pasien seperti, orangtua, suami, istri, anak, dan teman pasien. Jika pasien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnay pasien dalam kondisi tidak sadar (Nursalam, 2009).
3. Sumber data lainnya.
a. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya.
Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan (Nursalam, 2009).
b. Riwayat penyakit.
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit yang dperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan keperawatan (Nursalam, 2009).
c. Konsultasi
Terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnose medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis.
Informasi tersebut dapat diambil guna membantu menegakkan diagnose. (Nursalam, 2009).
d. Hasil pemeriksaan diagnostic
Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah kesehatan pasien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan (Nursalam, 2009).
e. Perawat lain
Jika pasien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat pasien sebelumnya (Nursalam, 2009).
f. Kepustakaan
Data dasar pasien yang komprehensif, perawat dapat membaca literature yang berhubungan dengan masalah pasien (Nursalam, 2009).
3. RUMUSAN MASALAH
Untuk memelihara status nutrisi yang tepat menyediakan perawatan kualitas lebih tinggi daripada perbaikan defisit yang telah terjadi. Identifikasi pasien dengan rencana asuhan keperawatan akan mencegah atau meminimalkan masalah nutrisi.
Pendidikan konseling nutrisi penting bagi pasien yang diet teratur untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Pasien dengan diet terapeutik yang memahami rasional untuk diet adalah seperti lebih rela. Untuk kelompok pasien rencana asuhan keperawatan berdasarkan ada satu atau lebih dari tujuan berikut ini :
1. Klien akan kembali dalam 10% rentang berat badan yang baik.
2. Klien akan memperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam batasan normal.
3. Pasien akan ingesti atau telah diberikan diet atau terapi nutrisi yang secara minimal memenuhi RDA.
4. Tidak ada komplikasi yang dihasilkan dari terapi nutrisi.
Dalam lingkungan kesehatan dan perawatan rumah, maka klien dengan kondisi fisiologis yang mempengaruhi nutrisi memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan zat gizi. Jika merencanakan kebutuhan nutrisi yang kompleks maka konsultasi dengan ahli gizi untuk membantu meningkatkan sumber makanan yang cukup(Potter dan Perry, 2005)
4. PERENCANAAN
Menstimulasi Makan. Perawat dapat membantu menstimulasi nafsu makan pasien dengan adaptasi lingkungan,konsultasi dengan ahli gizi, ketentuan diet khusus dan pilihan makanan, pemberian obat yang menstimulasi nafsu makan, dan konseling pasien dengan keluarga (Potter dan Perry, 2005).
Lingkungan. Pasien menerima perawatan pada lingkungan yang beragam seperti rumah mereka, fasilitas perawatan yang luas, tatanan berdasarkan komunitas dan rumah sakit. Apapaun keadaan lingkungan, perawat bertanggung jawab dalam memberikan lingkungan yang kondusif untuk makan (Potter dan Perry, 2005).
Ahli gizi.Setelah makan, asupan makanan pasien dievaluasi dan dicatat.
Perawat berbagi tangggung jawab dengan ahli gizi (ahli diet) untuk mengevaluasi
asupana makanan, pengetahuan ahli gizi akan nutrisi normal dan terapi nutrisi membantu perawat dalam merancang suatu rencana yang memenuhi tujuan nutrisi pasien (Potter dan Perry, 2005).
Diet terapeutik dan suplemen diet.Diet yang dimodifikasi atau terapeutik menunjukkan kebutuhan khusus pada proses penyakit. Diet modifikasi ini terdapat dalam perawatan rumah, perawatan yang diperluas, lingkungan jangka panjang.
Komponen-komponen diet dimodifikasi termaksud isi nutrisi yang spesifik, jumlah kilokalori, tekstur makanan atau bumbu makanan. Terapi diet apapun akan baik jika keinginan pasien untuk mengikutinya. Rencana makanan pasien harus individual dan dikembangkan dalam kolaborasi dengan pasien (Potter dan Perry, 2005).
Makan Sendiri.Pasien cacat yang terganggu asupan makanan secara mandiri harus diperbolehkan, memotong makanan menjadi potongan kecil-kecil, melapisi roti dengan mentega dan menuangkan air. Alat makan khusus harus disediakan jika pasien ingin melakukan sebisa mungkin untuk diri mereka sendiri. Pasien yang mengalami kerusakan penglihatan memerlukan bantuan perawat untuk memberi makan. Jika kerusakan penglihatan baru terjadi atau sementara, pasien lebih memilih diberi makan. Pasien yang mengalami kerusakan penglihatan berhasil makan sendiri dan mandiri jika perawat menyediakan dan mendeskripsikan nampan dalam jangkauan pasien, memastikan bahwa cangkir air tidak terlalu penuh, dan mengorientasikan pasien pada lokasi tiap-tiap makanan dengan memegang tangan pasien dan membawa kelokasi makanan. Konseling Pasien dan Keluarga.Pasien yang keluar dari rumah sakit dengan diresepkan diet seringkali memerlukan konseling diet untuk merencanakan makanan yang memenuhi kebutuhan diet khusus atau umum. Sama halnya pada lingkungan perawatan kesehatan lain, pasien mengalami defisit nutrisi atau masalah khusus seperti obesitas membutuhkan bantuan dalam perencanaan menu dan kepatuhan dengan terapi yang direkomendasikan. Peranan konseling perawat termaksud keluarga dan informasi tentang sumber-sumber komunitas (Potter dan Perry, 2005).
Perencanaan makan harus memperhitungkan anggaran keluarga dan perbedaan pilihan anggota keluarga. Makanan yang spesifik dipilih berdasarkan resep diet atau standar pedoman diet seperti kelompok dasar makanan. Makanan juga harus menyediakan variasi dalam makanan dan warna yang kontras serta
konsitensinya. Untuk keluarga dengan anggaran yang terbatas, dapat menggunakan pengganti. Misalnya buncis atau keju seringkali menggantikan daging pada makan(Potter dan Perry, 2005).
Pemberian makan oral.Membantu pasien dalam pemberian makan perawat dapat meningktakan pemberian makan pasien dalam perlindungan martabat pasien dan secara aktif melibatkan pasien dalan proses. Material apapun yang digunakan untuk melindungi pakaian harus serbet. Perawat harus memberikan pasien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan, berusaha menyelaraskan kecepatan pemberian makanan dengan kesiapan mereka dan seringkali menanyakan apakah terlalu cepat atau lambat. Perawat juga harus memperbolehkan pasien untuk menunjukkan perintah tentang makanan pilihan pasien yang ingin dimakan, dan percakapan dengan topik selain makanan harus menajdi bagian integral dalam proses (Potter dan Perry, 2005).
Nutrisi Enteral dan Infus.Nutrisi Enteral adalah nutrisi yang diberikan melalui saluran gastrointestinal. Hai ini termaksud makanan keseluruhan, campuran semua makanan, suplemen oral, dan formula selang pemberian makan. Nutrisi enteral adalah metode yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jika salauran gastrointestinal pasien berfungsi dengan menyediakan dukungan psikologi, keamanan, dan nutrisi yang ekonomis (Potter dan Perry, 2005)
B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian
PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RSUD dr. PIRNGADI MEDAN
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. P
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 6 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah Agama : Kristen Protestan Pendidikan : SD
Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Segumpan Julu Balige Tanggal Masuk RS : 26-05-2016
No. Register : 00.99.87.30 Ruangan/Kamar : Melati 1 (anak) Golongan Darah : 30-05-2016
Tanggal Operasi : Klien tidak melakukan operasi Diagnosa Medis : ANEMIA
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan keluar darah dari hidung (mimisan) , muntah darah.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya : Kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Nutrisi klien
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan : - 2. Bagaimana dilihat : -
C. Region
1. Dimana lokasinya : hidung 2. Apakah menyebar : tidak
D. Severity : -
E. Time : -
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami : keluar darah dari hidung (mimisan)
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan : terapi obat-obatan C. Pernah dirawat/operasi : klien pernah dirawat di
RS. H Adam Malik Sumatera Utara
D. Lama dirawat : klien dirawat selama 3 minggu
E. Alergi : klien tidak mempunyai alergi.
F. Imunisasi : imunisasi klien lengkap.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
kedua orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit.
B. Saudara kandung
klien memiliki dua saudara kandung. Kedua saudara klien tidak memiliki penyakit.
C. Penyakit keturunan yang ada
tidak ada penyakit keturunan dikeluarga klien.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
klien tidak memiliki saudara ataupun keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
idak ada anggota keluarga klien yang meninggal.
VI. RIWAYAT OBSTETRIK
Klien anak ke 2, klien lahir dengan cara normal
VII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien terhadap penyakitnya : klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
B. Konsep diri
- Gambaran diri : klien mengatakan tubuhnya tetap seperti biasa dan menerima apa yang ada pada dirinya.
- Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit.
- Harga diri : klien berhubungan baik dengan keluarga.
- Peran diri : klien sebagai anak dalam keluarga
- Identitas : klien sebagai anak pertama dalam keluarga C. Keadaan emosi
terkontrol dengan baik, ketika klien diajak berbicara, klien dapat mengontrol emosinya.
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti :Klien
mengatakan dekat dengan ibunya.
- Hubungan dengan keluarga : Baik
- Hubungan dengan orang lain : Baik - Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan : klien selalu berdoa disaat pagi dan malam hari dengan harapan cepat sembuh.
- Kegiatan ibadah : klien hanya berdoa di tempat tidur.
VIII. STATUS MENTAL
- Tingkat kesadaran: bingung/orientasi
- Penampilan : klien berpakaian rapi.
- Pembicaraan : selama wawancara klien mudah diajak berbicara, namun ketika menjawab pertanyaan agak lambat.
- Alam perasaan : klien tampak lesu dan pucat
- Afek : afek klien datar
- Interaksi selama wawancara : selama wawancara kontak mata klien kurang
IX. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
klien hanya bisa ditempat tidur saja dan tidak bisa banyak beraktifitas.
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,4 0C - Tekanan darah : 100/50 mmhg
- Nadi : 126 x/m
- Pernafasan : 28 x/m
- TB : 115 cm
- BB : 28 kg
C. Hasil Laboratorium
- Hemoglobin (Hb) : 10,4 g/dL - Trombosit : 3.000/µL - Leukosit : 14.500/µL - Eritrosit : 4,18 10*6/mL - Hematokrit : 31,2 %
D. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut
- Bentuk : bentuk kepala bulat
- Ubun-ubun : normal, tidak ada ditemukan adanya tonjolan - Kulit kepala : kurang bersih
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : rambut klien normal
- Bau : berbau keringat
- Warna kulit : hitam
Wajah
- Warna kulit : warna kulit wajah klien hitam - Struktur wajah : simetris, pipi menonjol
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : klien memiliki mata lengkap yaitu dua dan simetris
- Palbebra : tidak normal, ditemukan adanya kelainan
- Konjungtiva dan sclera : mata klien tidak normal, dan ditemukan adanya pucat dan berwarna kuning
- Pupil : diameter pupil tidak normal, reaksi terhadap cahaya tidak baik.
- Cornea dan iris : adanya ditemukan kelainan
- Visus : ada dilakukan pemeriksaan
- Tekanan bola mata : tidak normal, mata kanan dan mata kiri
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi : tidak ditemukan adanya kelainan dan letaknya di medial
- Lubang hidung : normal dan simetris
- Cuping hidung : normal dan tidak ada kelainan
Telinga
- Bentuk telinga : bentuk antara telinga kanan dan kiri normal
- Ukuran telinga : ukuran antara telinga kanan dan kiri simetris
- Lubang telinga : tidak ditemukan adanya kelainan pada lubang telinga, adanya serumen pada lubang telinga
- Ketajaman pendengaran : ketajaman pendengaran lambat
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : bibir tampak kering
- Keadaan gusi dan gigi : gusi dan gigi terlihat kurang bersih - Keadaan lidah : lidah tampak bersih
- Orofaring : tidak ditemukan adanya kelainan
Leher
- Posisi trachea : posisi trachea normal di bagian medial
- Thyroid : tidak ditemukan adanya pembengkakan pada thyroid
- Suara : normal dan jelas
- Kelenjar limfe : tidak ditemukan adanya pembengkakan pada kelenjar limfe
- Vena jugularis : tidak ditemukan adanya pembesaran pada vena jugularis
- Denyut nadi karotis : denyut nadi karotis teraba
Pemeriksaan integument
- Kebersihan : kurang bersih
- Kehangatan : suhu tubuh dalam keadaan normal - Warna : kulit berwarna hitam
- Turgor : kembali <2 detik - Kelembaban : kulit tampak kering
- Kelainan pada kulit : tidak ditemukan adanya kelainan pada kulit
X. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI A. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan : 3 x/hari
- Nafsu/selera makan : nafsu makan klien kurang baik, tapi klien makan dengan jadwal yang teratur pagi, siang, dan sore
- Nyeri ulu hati : tidak ditemukan adanya nyeri ulu hati - Alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi - Mual dan muntah : klien mengalami atau pun merasakan
mual dan muntah
- Tampak makan dan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) :
klien tidak pernah memisahkan diri dengan orang lain pada saat makan.
- Waktu pemberian makan : pagi, siang dan malam
- Jumlah dan jenis makanan : jumlah makan klien 1 porsi dan jenis makanan klien nasi dan lauk pauk
- Waktu pemberian cairan/minum : tidak ditentukan, sesuai dengan kebutuhan klien.
- Masalah makan dan minum : klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan dan mengunyah makanan.
B. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : kebersihan tubuh klien kurang, karena klien mandi tidak menggunakan sabun mandi
- Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut kurang bersih - Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku tangan dan kaki klien
tampak pendek dan bersih.
C. Pola kegiatan/aktivitas
- Mandi dan makan dilakukan klien secara mandiri dan dibantu, eliminasi bowel dilakukan sekali sehari secara mandiri, eliminasi urine 6x sehari,
ganti pakaian 2x sehari dilakukan sebahagian karena dibantu ibu kandung klien.
XI. Pola eliminasi A. BAB
- Pola BAB : 1 x/hari - Karakter feses : lembek
- Riwayat perdarahan : tidak ditemukan adanya kelainan - BAB terakhir : sehari yang lalu
- Diare : klien tidak mengalami diare - Penggunaan laksatif : tidak menggunakan laksatif
B. BAK
- Pola BAK : 3-4 kali sehari
- Karakter urin : tidak dilakukan
pemeriksaan
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ditemukan nyeri/rasa terbakar/ kesulitan BAK
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada riwayat penyakit ginjal
- Penggunaan diuretic : tidak menggunakan
diuretik
- Upaya mengatasi masalah : tidak ditemukan adanya masalah.
XII. Mekanisme koping - Adaptif
Bicara dengan orang lain - Maladaptif
- Reaksi lambat/berlebihan
ANALISA DATA
No. Data Penyebab Masalah
keperawatan 1. DS :
An. P kelihatan lemas dan kebutuhan nutrisi dari kebutuhan tubuh klien kurang dan kurang
mencukupi karena kurang selera makan
DO :
- Hb : 10,4 g/dl - Klien tampak
kurus dari sebelumnya
TD : 100/50 mmHg
HR : 126 x/menit RR : 28x/menit
Anemia
Kadar Hb turun
Komponen sel penghantar oksigen O2/zat nutrisi ke sel
berkurang
Asupan nutrisi tidak adekuat
Kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
2. DS :
pasien mengatakan tidak bisa secara mandiri untuk melakukan aktivitas perawatan diri mandi
DO :
- Klien tampak kusam
- Gigi klien tampak kotor
- Klien tidak
mampu melakukan perawatan diri seperti mandi
Kerusakan Neuromuscular
Penurunan kesadaran, Kelemahan
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
Defisit perawatan diri Mandi
Defisit perawatan diri
Mandi
MASALAH KEPERAWATAN
1. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2.
Defisit perawatan diri mandiDIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan usia 6 tahun, berat badan = 28 kg, hasil lab. An.
P hemoglobin = 10,4 g/L, konjungtiva An. S terlihat pucat kekuning-kuningan, dan An.S terlihat lemah. TD : 100/50 mmHg, HR : 126x/menit, RR : 28x/menit.
PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari/tanggal No.
Dx
Perencanaa Keperawatan Senin, 30-05-
2016
1. Tujuan :
An. P akan bertambah berat badan rata – rata 1 sampai 2 kg/mimggu Kriteria Hasil:
Parameter laboratorium akan menunjukkan bukti hidrasi adekuat dan meningkatkan parameter nutrisI
Rencana Tindakan Rasional Dx 1. 1. Lakukan pengkajian
fisik dan pemeriksaan Laboratorium yang sudah dilakukan An. P sebelumnya.
2. Lakukan kolaborasi dalam pemberian diet dengan dokter atau ahli gizi.
3. Lakukan kolaborasi untuk pemberian cairan dan transfusi pada An. P
4. Lalukan pemasangan cairan Intra Vena (IV) pada An. P dengan pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i 5. Lakukan
pengontrolan cairan intravena pada An. P
6. Bila tidak ada demam,
1. Pengkajian merupakan tahap awal dalam melakukan perencanaan dan implementasi keperawatan 2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan agar dapat menaikkan berat badan dan Hb 3. Terapi cairan
dikolaborasikan dengan dokter sesuai dengan diagnosa penyakit dan kebutuhan tubuh pasien 4. Pemberian cairan
intravena untuk membantu pasien dalam memenuhi menjaga
keseimbangan kebutuhan cairan elektrolit
5. Pengontrolan dilakukan untuk mengetahui keefektifan pemberian cairan 6. Transfusi dilakukan
atau suhu tubuh aman untuk transfusi, kolaborasikan dengan dokter untuk
dilakukan transfusi darah.
untuk menaikkan Hb
Hari/tanggal No. dx Perencanaan Keperawatan
2. Tujuan : Dalam 2×24 jam pasien mampu memenuhi kebutuhan hygiene mandi, makan, berpakaian, dan toilet.
Kriteria hasil :
1. Kondisi klien tetap bersih dan rapi 2. Penampilan pasien bersih dan rapi
3. Kondisi kuku pendek, bersih, kulit tidak kering, rambut bersih dan tidak berbau.
4. Tidak terdapat karies pada gigi dan mulut bersih, bibir tidak kering dan pasien merasa nyaman.
Rencana Tindakan Rasional Senin, 30-05-
2016
Dx 2 1. Ajarkan
pasien/keluarga penggunaan metode alternatif untuk mandi dan hygiene mulut 2. Gunakan lotion pada
kulit setelah mandi.
3. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local
4. Keringkan kulit dengan teliti setelah setiap selesai mandi
5. Lakukan perawatan perineal setelah setiap kali buang air kecil
1. Meningkatkan pengetahuan pasien
2. lotion yang
menghaluskan kulit dan mencegah kehilangan kelembaban.
3. kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
4. Kelembaban yang berlebihan
menyebabkan maserasi kulit, yang meningkatkan perkembangan bakteri
5. Sekresi keringat yang berlebihan dari kelenjar apokrin di
dan besar.
6. Ganti alas tidur pasien laken, sarung bantal.
daerah aksila dan pubis menyebabkan bau yang tidak sedap. Sekresi yang terakumulasi pada permukaan kulit sekitar genitalia berperan sebagai tempat penyimpanan infeksi
6. Mengurangi resiko kerusakan integritas kulit karena gesekan dari alat tidur pasien.
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi Senin, 30-
05-2016
Dx 1. 1. Melakukan pengkajian fisik dan hasil
pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. P sebelumnya
2. Melakukan kolaborasi dalam pemberian diet dengan dokter atau ahli gizi
3. Lakukan kolaborasi untuk pemasangan cairan intravena 4. Melakukan
pemasangan cairan Intra Vena (IV) pada An. S dengan
pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i 5. Melakukan
pengontrolan cairan intravena pada An. P 6. Bila tidak ada demam,
atau suhu tubuh aman untuk transfusi, kolaborasikan dengan dokter untuk
dilakukan transfusi darah.
S: klien mengatakan tubuhnya sangat lemas dan tidak bertenaga dan merasakan perasaan yang sangat sedih
karena tidak dapat
melakukan aktivitas apapun.
O: klien tampak sedih, Lemas.
TTV :
- TD :100/50 mmHG - RR :28x/menit - HR : 110x/menit.
A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan.
Dx 2. 1. Mengkaji pola kebutuhan personal hygiene (mandi dan kebersihan mulut) pasien.
2. Membantu pasien dalam menjaga kebersihan badannya dengan cara
memandikan pasien.
3. Menganjurkan untuk menggunakan sampo untuk membersihkan
S : Pasien mengatakan tidak mampu mandiri sendiri.
O :
- Rambut pasien bersih.
- Gigi pasien bersih.
- Badan segar.
- Kulit bersih dan tidak lengket.
A : Masalah belum teratasi
rambut.
4. Mengajurkan untuk menggosok gigi dengan benar.
5. Membantu pasien mengganti pakain.
6. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang kebersihan diri pada pasien.
P : Intervensi dilanjutkan.
Selasa, 31- 05-2016
Dx 1. 1. Melakukan pengkajian fisik dan hasil
pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. P sebelumnya
2. Melakukan kolaborasi dalam pemberian diet dengan dokter atau ahli gizi
3. Lakukan kolaborasi untuk pemasangan cairan intravena 4. Melakukan
pemasangan cairan Intra Vena (IV) pada An. S dengan
pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i 5. Melakukan
pengontrolan cairan intravena pada An. P 6. Bila tidak ada demam,
atau suhu tubuh aman untuk transfusi, kolaborasikan dengan dokter untuk
dilakukan transfusi darah.
S: klien mengatakan masih lemah.
O: klien masih terlihat lemah
TTV :
- TD : 100/60 mmHg - RR : 24x/menit - HR :102x/menit
A : Sebagian masalah teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
Dx 2. 1. Mengkaji pola kebutuhan personal hygiene (mandi dan kebersihan mulut) pasien.
2. Membantu pasien
S : Pasien mengatakan badannya wangi dan segar.
O :
- Rambut pasien bersih.
dalam menjaga kebersihan badannya dengan cara
memandikan pasien.
3. Menganjurkan untuk menggunakan sampo untuk membersihkan rambut.
4. Mengajurkan untuk menggosok gigi dengan benar.
5. Membantu pasien mengganti pakain.
6. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang kebersihan diri pada pasien.
- Gigi pasien bersih.
- Badan segar.
- Kulit bersih dan tidak lengket.
- Pasien mau diajari cara menggosok gigi yang benar.
A : masalah sebagian teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Rabu, 01- 06-2016
Dx 1. 1. Melakukan pengkajian fisik dan hasil
pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. P sebelumnya
2. Melakukan kolaborasi dalam pemberian diet dengan dokter atau ahli gizi
3. Lakukan kolaborasi untuk pemasangan cairan intravena 4. Melakukan
pemasangan cairan Intra Vena (IV) pada An. S dengan
pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i 5. Melakukan
pengontrolan cairan intravena pada An. P 6. Bila tidak ada demam,
atau suhu tubuh aman untuk transfusi, kolaborasikan dengan dokter untuk
dilakukan transfusi darah.
S: klien mengatakan perasaannya masih sedih karena belum bisa melakukan aktivitas . Klien mengatakan waktu tidur malamnya tercukupi yaitu 7 jam.
O: klien terlihat lemah TTV:
- TD : 110/60 mmHg - RR : 22x/menit - HR :98x/menit -
A : Sebagian masalah teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
Dx 2. 1. Mengkaji pola kebutuhan personal hygiene (mandi dan kebersihan mulut) pasien.
2. Membantu pasien dalam menjaga kebersihan badannya dengan cara
memandikan pasien.
3. Menganjurkan untuk menggunakan sampo untuk membersihkan rambut.
4. Mengajurkan untuk menggosok gigi dengan benar.
5. Membantu pasien mengganti pakain.
S : Pasien mengatakan belum dapat mandi sendiri dan pasien mengatakan badannya bersih dan wangi O :
- Rambut pasien bersih.
- Gigi pasien bersih.
- Badan segar.
- Pasien memahami pentingnya
kebersihan tubuh.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada pasien An. P ada masalah keperawatan yang ditemukan yaitu kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan butuh dan Defisit Perawatan Diri Mandi. Diagnosa keperawatan prioritas adalah kebutuhan dasar nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kelemahan dan ketidak efektifan klien memenuhi kebutuhan asupan nutrisi, pasien terlihat kurus dan hanya banyak melakukan aktivitas di atas tempat tidur, dan secara umum aktivitas pasien sebagian besar banyak dibantu oleh keluarga, TTV : TD : 100/50 mmHg, HR : 110x/menit, RR : 28x/menit Hb : 10,4 g/dl. Kemudian dilakukan implementasi berdasarkan intervensi yang direncanakan selama tiga hari dan hasil evaluasi diperoleh pasien masih belum terpenuhi kebutuhan nutrisi dan belum dapat melakukan aktivitas yang berat karena mudah kelelahan, sebagian besar aktivitas pasien banyak dibantu oleh keluarga dengan TTV : TD : 110/60 HR : 98x/menit RR : 22x/menit.
B. Saran
a. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan perawat lebih optimal dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan dasar aktivitas dan istirahat sehingga dapat mencegah masalah kebutuhan dasar aktivitas dan istirahat yang lebih buruk. Diperlukan dokumentasi intervensi dan implementasi agar ada sinkron antara perawat di masing-masing pelayanan kesehatan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi staf pengajar dapat meningkatkan pengayaan, penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang pemahaman kebutuhan dasar nutrisi kurang dari kebutuhan , serta pada mahasiswa dapat memahami kesenjangan antara teori dan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan dasar nutrisikurang dari kebutuhan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.A. (2006). Pengantar kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2009). Proses dan dokumentasi keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarwoto. W. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: salemba medika
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/
tanggal
No.
Dx
Pukul Implementasi Keperawatan Evaluasi Senin,
30-05- 2016
1. 09 : 00 wib
10 : 00 wib
11 : 00 wib 11 : 30 wib
12 : 00 wib
13 : 00 wib
1. Melakukan pengkajian fisik dan hasil
pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. P sebelumnya 2. Melakukan
kolaborasi dalam pemberian diet dengan dokter atau ahli gizi
3. Lakukan kolaborasi untuk pemasangan cairan intravena 4. Melakukan
pemasangan cairan Intra Vena (IV) pada An. S dengan pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i 5. Melakukan
pengontrolan cairan intravena pada An.
P
6. Bila tidak ada demam, atau suhu tubuh aman untuk transfusi,
kolaborasikan dengan dokter untuk dilakukan transfusi darah.
S: klien mengatakan masih lemas belum bisa beraktivitas O: klien terlihat sedih, Lemas.
TTV :
- TD :100/50 mmHG - RR :28x/menit - HR : 110x/menit.
A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan.
Senin, 30-05- 2016
2. 08 : 00 wib
1. Mengkaji pola kebutuhan personal hygiene (mandi dan kebersihan mulut) pasien.
S : Pasien mengatakan tidak mampu mandiri sendiri.
O :
- Rambut pasien bersih.
08 : 30 wib
08 : 40 wib
08 : 45 wib 08 : 55 wib
2. Membantu pasien dalam menjaga kebersihan badannya dengan cara memandikan pasien.
3. Menganjurkan untuk
menggunakan sampo untuk membersihkan rambut.
4. Mengajurkan untuk menggosok gigi dengan benar.
5. Membantu pasien mengganti pakain.
- Gigi pasien bersih.
- Badan segar.
- Kulit bersih dan tidak lengket.
A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan.
Selasa, 31-05- 2016
1. 09 : 00 wib
10 : 00 wib
11 : 00 wib 11 : 30 wib
12 : 00 wib
1. Melakukan pengkajian fisik dan hasil
pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. P sebelumnya 2. Melakukan
kolaborasi dalam pemberian diet dengan dokter atau ahli gizi
3. Lakukan kolaborasi untuk pemasangan cairan intravena 4. Melakukan
pemasangan cairan Intra Vena (IV) pada An. S dengan pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i 5. Melakukan
pengontrolan cairan intravena pada An.
P
S: klien mengtakan
perasaannya sedih dan masih ditempat tidur karena lemah O: klien terlihat lemah dan lemas
TTV :
- TD : 100/60 mmHg - RR : 24x/menit - HR :102x/menit -
A : Sebagian masalah teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
13 : 00 wib
6. Bila tidak ada demam, atau suhu tubuh aman untuk transfusi,
kolaborasikan dengan dokter untuk dilakukan transfusi darah.
Selasa, 31-05- 2015
2. 08 : 00 wib
08 : 30 wib
08 : 40 wib
08 : 45 wib 08 : 55 wib
1. Mengkaji pola kebutuhan personal hygiene (mandi dan kebersihan mulut) pasien.
2. Membantu pasien dalam menjaga kebersihan badannya dengan cara memandikan pasien.
3. Menganjurkan untuk
menggunakan sampo untuk membersihkan rambut.
4. Mengajurkan untuk menggosok gigi dengan benar.
5. Membantu pasien mengganti pakain.
S : Pasien mengatakan badannya wangi dan segar.
O :
- Rambut pasien bersih.
- Gigi pasien bersih.
- Badan segar.
- Kulit bersih dan tidak lengket.
- Pasien mau diajari cara menggosok gigi yang benar.
A : masalah sebagian teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Universitas Sumatera Utara