DAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.06/2009 NOMOR 24 TAHUN
2009 TENTANG PENSERTIFIKATAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA TANAH DI KABUPATEN SIAK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum
TINA MARTINI NIM. 11820724578
PROGRAM S1 ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023 M/ 1444 H
i
Berupa Tanah Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Keuangan Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 186/PMK.06/2009 Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah Di Kabupaten Siak
Berdasarkan Peraturan Bersama Nomor 186/PMK.06/2009 Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah, Pasal 2 menyatakan bahwa BMN berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Kementerian/Lembaga yang menggunakan.
Pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah menjadi upaya yang sangat penting dalam rangka mengamankan aset negara, alasannya karena sertifikat merupakan bukti kepemilikan yang sah dan menjadi jaminan kepastian hukum, sekaligus menjadi alat pembuktian yang kuat bahwa aset tersebut benar-benar dimiliki dan dikuasai oleh negara/pemerintah daerah. Namun berdasarkan kenyataannya di Kabupaten Siak masih banyak BMN berupa tanah yang belum bersertifikat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah di Kabupaten Siak sekaligus hambatan bagi ATR/BPN dalam menerbitkan sertifikat tanah. Jenis penelitian yang digunakan adalah hukum sosiologis. Sifat penelitian adalah deskriptif yakni mendeskripsikan keadaan yang terjadi pada saat ini yang berkaitan dengan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah di Kabupaten Siak. Lokasi penelitian di Kantor Pertanahan Kabupaten Siak.
Berdasarkan hasil penelitian, dalam pelaksanaan pensertifikatan BMN berupa tanah di Kabupaten Siak belum terlaksana secara optimal, karena masih banyak kendala atau hambatan yang menganggu sehingga memperlambat berjalannya program tersebut. Beberapa faktor yang menjadi penghambat diantaranya adalah tertunda karena mendahulukan pensertifikatan PSN/PTSL, keterbatasan sumber daya manusia atau pegawai di kantor ATR/BPN, ketidakdisiplinnya pemohon atau pendamping terhadap petugas ukur yang turun ke lapangan, serta adanya lokasi tanah yang masuk dalam kawasan Penetapan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru sehingga sertifikat tidak bisa diterbitkan. Hal inilah yang membuat banyak BMN berupa tanah di Kabupaten Siak belum bersertifikat.
Kata kunci: Barang Milik Negara, Pelaksanaan, Sertifikasi.
ii
KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahhirobbil „alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan rahmat-Nya peneliti. Akhirnya peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan yakni skripsi dengan baik. Shalawat dan salam selalu dikirimkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dengan mengucapkan “Allahumma sholli „ala sayyidina muhammad wa„ala alihi sayyidina muhammad”.
Skripsi ini merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syari'ah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Dalam masa penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan pelajaran yang sangat berharga. Oleh karena itu, selayaknya peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga tercinta yaitu Ayahanda Jasmi, Ibunda Misnawati, Adik Dwi Hikmayani dan Nayla Arisa Witriani yang rela mengorbankan harta benda untuk pendidikan, senantiasa mendoakan, serta memberikan dukungan dan menjadi motivator terbaik sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih Ayah dan Ibu atas do’a, ridha dan dukungan yang telah diberikan.
2. Bapak Prof. Dr. Hairunas, M. Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Suska
iii Riau.
3. Bapak Dr. Zulkifli, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum beserta jajarannya yang telah mempermudahkan proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Bapak Asril S.H.I., M.H dan Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum Bapak Dr. M. Alpi Syahrin S.H., M.H beserta staf jurusan Ilmu Hukum yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. Maghfirah, M.A selaku pembimbing materi dan Bapak Muslim, S.Ag.,S.H.,M.Hum selaku pembimbing metodologi yang telah membimbing, sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. H. Abu Samah, S.H., S.E., M.M., selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan nasehat dan dukungan kepada peneliti selama menjalani proses perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti. Semua ilmu yang telah diberikan sangat berarti dan berharga demi kesuksesan peneliti dimasa depan.
8. Kepada Bapak dan Ibu di ATR/ BPN sekaligus Bidang Aset BKD (Badan Keuangan Daerah) Kabupaten Siak yang sudi menerima dan membantu peneliti dalam proses penelitian skripsi ini dengan baik.
9. Kepada teman-teman seperjuangan Ilmu Hukum angkatan 2018 yang telah membersamai menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau.
10. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan juga terima kasih
iv
kepada sahabat-sahabat peneliti Afri Helmi, Qamarul Huda, Nora Gus Tyara Br. Siagian, Mayang Yuliana, Rini, yang telah membersamai peneliti menempuh pendidikan dalam keadaan suka dan duka dan memberikan motivasi hidup yang sangat berharga.
Harapan peneliti, semoga berkah dan Allah SWT menerima segala amal kebaikan mereka dan membalasnya dengan yang lebih baik. Dan semoga skripsi ini memberi manfaat dan bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kepada banyak orang.
Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pekanbaru, 02 Januari 2023
Peneliti
TINA MARTINI
NIM: 11820724578
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah... 9
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Kerangka Teoritis ... 12
1. Teori Pelaksanaan ... 12
2. Pendaftaran Tanah ... 14
3. Sertifikat Tanah ... 18
4. Barang Milik Negara ... 19
B. Penelitian Terdahulu ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Jenis Penelitian ... 24
B. Metode Pendekatan ... 24
C. Lokasi Penelitian ... 25
D. Populasi dan Sampel ... 25
E. Sumber Data ... 26
F. Teknik Pengumpulan Data ... 26
G. Analisis Data ... 27
H. Sistematika Penulisan... 28
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Pelaksanaan Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah Di Kabupaten Siak ... 30
B. Faktor-Faktor Yang Menghambat Proses Pelaksanaan Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah Di Kabupaten Siak ... 44
BAB V PENUTUP ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Populasi dan Sampel ... 25 Tabel IV.1 Jumlah Aset Pemerintah Daerah Kabupaten Siak ... 32
1 A. Latar Belakang
Hak atas tanah adalah suatu hak untuk menguasai tanah oleh negara yang diberikan kepada seseorang, sekelompok orang, maupun kepada badan hukum baik warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA). Pemegang hak atas tanah diberikan wewenang untuk menggunakan tanah atau mengambil manfaatnya dari tanah tersebut.1 Negara berwenang untuk menentukan hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki atau diberikan kepada perseorangan atau badan hukum yang memenuhi syarat yang telah ditentukan. 2
Kewenangan tersebut diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang menyatakan bahwa: 3
“Atas dasar hak menguasai dari negara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang- orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan- badan hukum”.
Hak-hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA dijabarkan dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA, yaitu:
1 Urip Santoso, Hukum Agraria & Hak-Hak Atas tanah (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 87.
2 Ibid, hal. 82.
3 Hendra Turnip, Tesis: Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, (Medan: Progran Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Medan Area, 2014), hal. 36.
1. Hak Milik: diatur dalam Pasal 20-27 UUPA. Menurut Pasal 20 ayat (1) UUPA, hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat bahwa hak tersebut mempunyai fungsi sosial.
2. Hak Guna Usaha (HGU): adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu paling lama 25 tahun atau 35 tahun yang dapat diperpanjang lagi dalam waktu 25 tahun, guna perusahaan pertanian, perikanan, peternakan, dengan luas paling sedikit 5 hektare (Pasal 28 ayat 1 dan ayat 2 UUPA).
3. Hak Guna Bangunan (HGB): adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka
waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang lagi untuk waktu 20 tahun (Pasal 35 ayat 1 dan ayat 2 UUPA)
4. Hak Pakai: adalah hak untuk menggunakan atau memungut hasil dari tanah yang langsung dikuasai negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang bersangkutan (Pasal 41 UUPA).
5. Hak Sewa: seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah, apabila ia berhak mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.
6. Hak Membuka Tanah dan Hak Memungut Hasil Hutan: sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan Pasal 46, hak-hak tersebut adalah hak-hak dalam hukum adat yang menyangkut tanah, bukan hak atas tanah. Dengan membuka tanah ulayat yang diikuti dengan penggunaanya secara nyata, barulah terciptanya hak atas tanah yang bersangkutan. Hak memungut hasil hutan termasuk bidang hukum kehutanan dan diatur dalam Undang- Undang Kehutanan.
7. Hak Pengelolaan: Hak Pengelolaan sering disebut dengan nama Hak Pengelolaan Lahan (HPL) pada dasarnya merupakan hak menguasai dari negara yang sebagian kewenangannya dilimpahkan pelaksanaannya kepada pemegang haknya.4
Dasar bagi pengembangan kebijakan nasional di bidang pertanahan melalui Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam mewujudkan tujuan nasional Bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
4 Bambang Eko Supriyadi, Hukum Agraria Kehutanan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 55-64.
(UUPA). Ketentuan pokok dalam UUPA, pada dasarnya merupakan penjabaran terhadap ketentuan-ketentuan mengenai pengelolaan tanah dan sumber daya alam pada umumnya. Seperti yang tertuang dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan bahwa:
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
UUPA memberikan landasan yuridis bagi penyeleggaraan kebijakan pengelolaan tanah. Pentingnya pengelolaan tanah merupakan bagian dari kewenangan negara yang termuat dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA yang menyebutkan bahwa Hak Menguasai Negara berisi kewenangan:5
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa;
2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa; dan
3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Pemberian jaminan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat Indonesia, yang menjadi salah satu tujuan di undangkan UUPA dapat terwujud melalui dua upaya, yaitu:
1. Tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan ketentuan- ketentuannya.
2. Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang memungkinkan bagi pemegang hak atas tanah untuk dengan mudah membuktikan hak atas tanah yang
5 Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.24.
dikuasainya, dan bagi yang berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditor, untuk memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang menjadi objek perbuatan hukum yang akan dilakukan, serta bagi pemerintah untuk melaksanakan kebijaksanaan pertanahan.
Menurut konsep hukum tanah di Indonesia, Pemerintah Daerah dapat menguasai tanah dengan Hak Pakai dan Hak Pengelolaan. Hak Pakai diberikan terhadap tanah-tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan tugasnya, sedangkan Hak Pengelolaan sebagai hak atas tanah diberikan kepada Pemerintah Daerah dengan maksud untuk digunakan sendiri dan dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Hak Pengelolaan yang diserahkan harus disertifikatkan terlebih dahulu agar perjanjian yang dilakukan bisa aman dan saling menguntungkan.6
Dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada pemegang hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun dikeluarkan sertifikat sebagai alat bukti kepemilikan hak atas tanah. Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dinyatakan bahwa:
”...Dalam hal suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak yang merasa mempunyai hak atas tanah ini tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkanya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifkat dan kepala kantor pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan pada pengadilan negeri atas penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut”.
6 Yenpi Haryanto, Skripsi: Minat Masyarakat Dalam Pensertifikatan Tanah Di Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Provinsi Jambi, (Yogyakarta: Program Diploma IV Pertanahan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN), 2008).
Dengan demikian, pemegang sertifikat yang telah melampaui masa 5 (lima) tahun mendapatkan perlindungan hukum penuh dari Pemerintah, dengan catatan ia memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya. Artinya berdasarkan ketentuan Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tersebut pemegang sertifikat tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lain yang merasa memiliki sebidang tanah.7
Sertifikat hak atas tanah adalah produk pemerintah yang lahir karena hukum, dan bersifat kongkret karena ditujukan untuk subyek dan objek yang dapat ditentukan. Sertifikat atas tanah juga bersifikat individual dan final, karena tidak ditujukan untuk masyarakat umum, akan tetapi hanya bagi mereka yang tercantum dalam sertifikat tersebut serta tidak memerlukan persetujuan dari instansi lain. Bila dilihat dari akibat yang ditimbulkan maka tindakan pemerintah dalam kegiatan pemberian sertifikat hak atas tanah adalah bertujuan untuk menimbulkan keadaan hukum baru (recht sechpendde/constitutieve beschikking) sehingga lahir pula hak-hak dan kewajiban-kewajiban hukum baru terhadap orang baru atau badan hukum tertentu yang telah memiliki sertifikat hak atas tanah.8
Sertifikat Hak atas tanah merupakan suatu produk Pejabat Tata Usaha Negara (TUN) sehingga atasnya berlaku ketentuan Hukum Administrasi Negara. Sebagai mana ditetapkan dalam Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang
7 Muwahid, Pokok-Pokok Hukum Agraria di Indonesia, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2016) cetakan ke-1, h. 154-156.
8 Flonarianus SP Sangsun, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, , (Jakarta: Visimedia, 2007), h.1.
Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara:
“Barang Milik Negara/Daerah yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat/Daerah harus disertifikatkan atas nama pemerintah Republik Indonesia/ Pemerintah Daerah yang bersangkutan.”9
Barang milik daerah atau aset merupakan salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu pemerintah dituntut agar dapat mengelola kekayaann daerah secara profesional, transparans, akuntabel, efisien dan efektif mulai dari tahap perencanaan, pendistribusian, pemanfaatan dan pengawasannya.10
Menurut Sri Soedewi Maschun Syofwan, bahwa bagi pemerintah sangat penting untuk melakukan pendaftaran tanah aset yang dimilikinya, ini berkaitan dengan upaya pengelolaan tanah yang diperuntukkan untuk pembangunan ataupun pemanfaatan lahan tanah yang bisa diperdayakan.
Dengan dilakukannya pendaftaran tanah, maka pihak ketiga dapat dengan mudah melihat hak-hak apa serta beban apa saja yang ada atau melekat pada bidang tanah tersebut.11
Pemerintah sebagai pemegang hak atas tanah, memiliki kewajiban yang sama dengan pemegang hak lainnya, seperti orang perorangan maupun badan hukum, dalam hak pemanfaatan dan pengelolaan tanah sesuai dengan sifat dan tujuan peruntukannya. Berdasarkan Pasal 3 huruf i Perpres Nomor
9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.
10 Chabib Soleh dan Heru Rochmansyah, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;
Sebuah Pendekatan Struktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, (Bandung:
Fokusmedia, 2010) Cetakan Ke-2, h.167.
11 Sri Soedewi Maschun Syofwan, Hukum Perdata: Hak Jaminan Atas Tanah, (Yogyakarta: Liberty, 2005), h.6.
10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional, yang menyatakan bahwa:
“Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/ atau milik negara/ daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan.”12
Tindakan untuk penertiban BMN berupa tanah merupakan amanah dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara Pasal 49, yang kemudian diatur lebih lanjut dalam Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, dan secara konkrit Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mendukung dan melaksanakan tugas yang diamanatkan dalam Peraturan Bersama Nomor 186/PMK.06/2009 Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah, Pasal 2 yang menyatakan bahwa “BMN berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Kementerian/Lembaga yang menguasai dan/atau menggunakan”
Oleh karena itu, Kemeterian/Lembaga hendaknya berperan aktif memenuhi persyaratan administratif dan segera mengikuti prosedur sertifikasi yang sudah disepakati dengan beban biaya yang sudanh dianggarkan pada BPN. Peraturan ini menjadi dasar untuk dilakukannya pensertifikatan BMN berupa tanah yang bertujuan agar seluruh BMN berupa tanah dapat disertifikatkan sehingga dapat dipertanggungjawabkan aspek legalitas dan akuntabilitasnya. Selain itu, program ini juga bertujuan agar tanah yang
12 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional.
dimiliki oleh negara/pemerintah dapat memenuhi prinsip 3T, yakni Tertib Fisik, Tertib Administrasi dan Tertib Hukum.13
Bukti kepemilikan atas Barang Milik Negara (BMN) berupa tanah adalah sertifikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia c.q Kementerian/Lembaga. Pengelolaan BMN berupa tanah dapat dijalankan dengan baik apabila bukti kepemilikannya sudah ada dan sesuai dengan atuan. Dengan demikian diadakanlah sebuah program untuk mempercepat pendaftaran tanah BMN. Program tersebut dijalankan mulai tahun 2013 dan ditargetkan hingga tahun 2022. Berdasarkan penjelasan di atas, pelaksanaan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah harus sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Keuangan Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 186/PMK.06/2009 Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah.
Namun kenyataannya menurut Asna Diroya dan Roby Syaiful Ubed menyatakan bahwa fakta di lapangan masih banyak BMN berupa tanah yang belum bersertifikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia c.q. K/L menjadi temuan BPK yang kemudian menjadi salah satu alasan dibentuknya program percepatan penyertifikatan BMN berupa tanah. 14 Hal ini juga tidak jauh berbeda terjadi di Kabupaten Siak. Dari data ATR/BPN tahun 2021, BMN berupa tanah berjumlah 2.580 bidang tanah, yang sudah bersertifikat
13https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/3140/Bersinergi-menuju-tanah-BMN- bersertifikat-an-pemerintah-RI.html
14 Asna Diroya dan Roby Syaiful, Tinjauan Pelaksanaan Sertifikasi BMN Berupa Tanah Dalam Rangka Pengamanan Barang Milik Negara Pada KPKNL Semarang Tahun 2018-2019, Indonesia Rich Journal, Vol. 1, No. 2, H. 123-133
hanya 279 bidang tanah.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah di wilayah Kabupaten Siak, perlu diadakan penelitian sungguh-sungguh. Dalam hal ini peneliti merumuskan judul penelitian yaitu “Pelaksanaan Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Keuangan Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 186/PMK.06/2009 Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah Di Kabupaten Siak”.
B. Batasan Masalah
Dalam skripsi ini, peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas agar lebih terarah dan berfokus pada masalah pelaksanaan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah di Kabupaten Siak yang meliputi perencanaan, pengelompokan, pelaksanaan dan juga pengawasan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Keuangan Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 186/PMK.06/2009
Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah di Kabupaten Siak?
2. Apa saja faktor-faktor yang menghambat proses pelaksanaan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah di Kabupaten Siak?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Keuangan Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 186/PMK.06/2009 Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah di Kabupaten Siak;
b. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang menghambat proses pelaksanaan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah di Kabupaten Siak;
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti, dalam hal ini mengenai pelaksanaan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah di Kabupaten Siak.
b. Manfaat praktis
Dapat memberikan data serta informasi mengenai pelaksanaan
pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah di Kabupaten Siak.
c. Manfaat akademis
Diharapkan menjadi bahan informasi dan data sekunder bagi kalangan akademis yang ingin meneliti hal yang sama.
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis 1. Teori Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Santoso Sastropoetro pengertian pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam kenyataannya.
Sedangkan menurut Menurut G.R Terry pelaksanaan adalah kegiatan meliputi menentukan, mengelompokan, mencapai tujuan, penugasan orang-orang dengan memperhatikan lingkungan fisik, sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasilnya suatu pelaksanaan adalah :
a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan.
b. Resources (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program
d. Struktur birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating Procedures) yang mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian masalah-masalah akan memerlukan penangan dan penyelesaian khusus tanpa pola yang baku.
Selain itu dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang penting dan mutlak menurut Abdullah yaitu :
a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.
b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program perubahan dan peningkatan.
c. Unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan yang bertanggungjawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.15
15 https://www.bungfei.com/2021/07/teori-pelaksanaan-pengertian.html?m=1
2. Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian tanda bukti haknya bagi bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak yang membebaninya.16 Menurut Boedi Harsono, pendaftaran tanah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terus menerus untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyajikan data tertentu mengenai bidang tanah yang ada di suatu wilayah tertentu.17
Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya yang dilakukan secara serentak, meliputi semua obyek pendaftaran yang belum didaftarkan dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran secara sistematik diselenggarakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan pada suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/ Kepala
16 Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
17 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Djambatan, 2004), h.405.
Badan Pertanahan Nasional.
Pendaftaran tanah secara seporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal. Pendaftaran seporadik dilaksanakan atas prakarsa pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas obyek pendaftaran yang bersangkutan.18
Pendaftaran tanah dikenal dua sistem pendaftaran, yaitu:
1. Sistem positif adalah bahwa apa yang termuat dalam sertifikat tanah merupakan hal yang mutlak adanya, baik mengenai data fisik dan data yuridis. Negara menjamin kebenaran data yang ada dalam buku tanah.
2. Sistem negatif adalah bahwa apa yang terdapat dalam sertifikat tanah dianggap benar sampai dapat dibuktikan sebaliknya. Artinya pemegang sertifikat sewaktu-waktu dapat digugat oleh pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah.19
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dimana dalam Pasal 3 dijelaskan mengenai tujuan pendaftaran tanah, yakni:
1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas sesuatu bidang tanah, satuan rumah susun, dan hak- hak lain yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan
2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah, agar dengan mudah dapat
18 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 137.
19 Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Praktisi Hukum, (Jakarta: Rajawali Press, 1991),h. 97.
memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang terdaftar.
3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.20
Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, dalam melakukan pendaftaran harus berlandaskan pada asas-asas berikut:
1. Asas sederhana, adalah agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah
2. Asas aman, dimaksudkan untuk menujukkan bahwa pendaftaran tanah harus diselenggrakan secara teliti dan cermat, sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.
3. Asas terjangkau, artinya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi lemah memperhatikan kebutuhan dan kemampuannya, artinya pendaftaran tanah harus dapat dijangkau oleh pihak-pihak yang memerlukan.
4. Asas mutakhir artinya data-data yang ada di dalam atau diperoleh dari penyelenggaraan pendaftaran tanah harus dijaga eksistensinya, sehingga data terpelihara sesuai dengan kenyataan di lapangan.
5. Asas terbuka, artinya melalui penyelenggaraan pendaftaran tanah, bagi masyarakat maupun pemerintah yang ingin memperoleh keterangan data fisik dan data yuridis, akan dapat memperoleh data yang benar.21
20 Samun Ismaya, Hukum Administrasi Pertanahan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.22.
Sedangkan bidang-bidang pendaftaran tanah menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 meliputi:
1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai;
2. Tanah hak pengelolaan;
3. Tanah wakaf;
4. Hak milik atas satuan rumah susun;
5. Hak tanggungan;
6. Tanah negara;
Pendaftaran tanah yang bertujuan memberikan jaminan kepastian hukum dikenal dengan sebutan Rechts Cadaster/ Legal Cadaster.
Pendaftaran tanah ini menghasilkan sertifikat sebagai bukti haknya.
Kebalikan dari pendaftaran tanah yang Rechts Cadaster adalah Fiscaal Cadaster, yaitu pendaftaran tanah yang bertujuan untuk menetapkan siapa yang wajib membayar pajak atas tanah. Pendaftaran tanah ini menghasilkan surat tanda bukti pembayaran pajak atas tanah, yang sekarang dikenal dengan sebutan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB).22
3. Sertifikat Tanah
Sertifikat tanah adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak
21 Waskito dan Hadi Arwono, Penyelenggaraan Pendaftaraan Tanah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2019), edisi pertama cetakan ke-1, h.8-9.
22 Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, (Jakarta: Kencana, 2010) h.2.
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun (rusun) dan hak tanggungan yang masing-masing sudah didaftar dalam buku tanah yang bersangkutan. Dalam Pasal 30 ayat (1) disebutkan bahwa sertifikat tanah diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan.
Sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah. 23
Buku tanah diartikan sebagai dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya. Menurut Pasal 29 PP Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah menjelaskan bahwa berdasarkan sebuah kebutuhan, hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, dan hak milik atas satuan rumah susun (rusun), harus didaftarkan dengan membukukan dalam sebuah buku tanah yang memuat data yuridis dan data fisik dari bidang tanah yang bersangkutan dan sepanjang ada surat ukurnya maka harus dicatat pula pada surat ukur tersebut.24
4. Barang Milik Negara
Barang Milik Negara atau aset daerah sebagaimana disebut dalam pernyataan standar akuntasi pemerintahan (PSAP) adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi atau sosial dimasa depan, agar dapat digunakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang termasuk di dalamnya sumber daya
24 Romi Sihombing, Cacat Administrasi: Pembatalan Sertifikat Tanah Oleh BPN Tanpa Putusan Pengadilan, (Jakarta: Kencana, 2022) cetakan ke-1, h.127.
non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Pengelolaan aset daerah harus ditangani dengan baik agar aset tersebut dapat menjadi salah satu bekal bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan kemampuan keuangannya serta meningkatkan layanan terhadap masyarakat. Akan tetapi jika tidak dikelola dengan semestinya, aset tersebut menjadi beban biaya karena sebagian dari aset membutuhkan biaya perawatan atau pemeliharaan dan juga turun nilainya (terdepresiasi) seiring waktu.25
Aset dikategorikan menjadi tiga jika dilihat dari penggunaanya yaitu :26
a. Aset pemerintah yang digunakan untuk operasi pemerintah daerah (local government used assets).
b. Aset pemerintah yang digunakan masyarakat dalam rangka pelayanan publik (social used assets).
c. Aset daerah yang tidak digunakan untuk pemerintah maupun publik (surplus property), aset ini pada dasarnya merupakan aset yang menganggur dan perlu dioptimalkan pemanfaatannya.
Aset dapat dikategorikan menjadi dua, jika dilihat dari sifat
25 M.Yusuf, Delapan Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju Pengelolaan Keuangan Daerah Terbaik, (Jakarta: Salemba Empat, 2010) h.11.
26 Waskito dan Hadi Arnowo, Pertanahan, Agraria dan Tata Ruang, (Jakarta: Kencana, 2017), h.116.
mobilitasnya yaitu: 27
a. Benda tidak bergerak (real property), meliputi:
1) Tanah
2) Bangunan gedung 3) Bangunan air 4) Jalan dan jembatan 5) Instalasi
6) Jaringan
7) Monument/ bangunan bersejarah
b. Benda bergerak (personal property), meliputi:
1) Mesin 2) Kendaraan
3) Peralatan, meliputi: alat berat, alat angkutan, alat bengkel, alat pertanian, alat kantor, dan rumah tangga, alat studio, alat kedokteran, alat laboratorium, dan alat keamanan
4) Buku/perpustakaan
5) Barang bercorak kesenian & kebudayaan 6) Hewan/ternak dan tanaman
7) Persediaan (barang habis pakai, suku cadang, bahan baku, bahan penolong, dan sebagainya)
8) Surat-surat berharga 28
Aset Pemerintah Kabupaten Siak adalah semua kekayaan daerah
27 Ibid.
30 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
yang miliki maupun yang dikuasai oleh pemerintah, yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, misalnya sumbangan, hadiah, donasi, wakaf, hibah, swadaya, kewajiban pihak ketiga, dan sebagainya. Legalitas yang sering ditanyakan masyarakat saat ini adalah mengenai buku tanah dan sertifikat tanah.
Legalitas tersebut merupakan dua dokumen yang sangat penting untuk pendaftaran tanah.
Dalam rangka mengamankan aset daerah atau Barang Milik Negara (BMN) khususnya tanah, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Siak bekerjasama dengan BPN (Badan Pertanahan Nasional) Kabupaten Siak. Sertifikat tanah sebagai aset pemerintah daerah di pegang oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Bidang Aset Daerah. Bidang Aset Daerah adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan melalui Sekretaris Badan. Bidang Aset Daerah mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan, menyusun rencana dan program kerja, mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan serta memantau dan mengevaluasikan kegiatan Aset Daerah.29
B. Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu ini bertujuan untuk melihat dan menilai perbedaan penilitian yang direncanakan dengan penelitian sebelumnya.
29 https://nabirekab.go.id/portal/badan-pengelola-keuangan-dan-aset-daerah/
1. Virgina Febri, tahun 2020, Universitas Andalas, Fakultas Hukum, skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Yang Akan Menjadi Aset Pemerintah Daerah Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Mukomuko”
Perbedaannya adalah di sini peneliti membahas mengenai pendaftaran tanah yang akan menjadi aset pemerintah, sedangkan di penelitian saya membahas tinjauan yuridis pelaksanaan sertifikasinya.
2. Bheni Yulianto, tahun 2009, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiah, skripsi yang berjudul “Pengelolaan Administrasi Tanah-Tanah Aset Pemerintah Guna Mendapatkan Kepastian Hukum Di Kabupaten Wonogiri.
Perbedaannya adalah di sini peneliti membahas bagaimana implementasi pengelolaan administrasi tanah aset pemerintah guna mendapatkan kepastian hukumnya, sedangkan yang akan saya teliti adalah bagaimana tinjauan yuridis pelaksanaan sertifikasinya, artinya lebih spesifik dari administrasi yang meliputi perencanaan, pengelompokan, pelaksanaan dan juga pengawasan.
3. Sri Susyanti Nur, tahun 2015, Bagian Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, jurnal yang berjudul “Aspek Hukum Pendaftaran Tanah Bekas Milik Asing Sebagai Aset Pemerintah Daerah”
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana status hukum tanah-tanah bekas milik asing/ Cina dan Belanda yang menjadi aset pemerintah daerah Kota Makassar berdasarkan Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1956 tentang Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Bekas Belanda
dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.06/2011 Jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PK.06/2008 tentang Penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina. Sedangkan penelitian saya adalah bagaimana tinjauan yuridis pelaksanaan sertifikasi tanah yang menjadi aset Pemerintah Daerah di Kabupaten Siak.
24 BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. 30
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum sosiologi, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan pemahaman dan penafsiran dari suatu peristiwa dalam hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala sosial, dengan cara mengidentifikasikan hukum dan bagaimana hukum itu berlaku. 31 Sifat penelitian adalah deskriptif yakni mendeskripsikan fenomena atau keadaan yang terjadi pada saat ini yang berkaitan dengan pensertifikatan Barang Milik Negara berupa tanah di Kabupaten Siak.
B. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis. Pendekatan secara yuridis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara mengkaji peraturan perundang-undangan yang relavan dengan permasalahan yang diteliti.32
30 Khudzalifah Dimyati, Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, (Surakarta: Fakultas Hukum, 2004) h.1-3.
31 Zinuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafik, 2005) h.255.
32 Muh Abdul Kadir, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2004), h.101.
C. Lokasi Penelitian
Tempat yang ditentukan sebagai lokasi penelitian ini adalah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Kabupaten Siak Provinsi Riau.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan di teliti. Populasi dapat juga berupa himpunan orang, benda hidup atau benda mati, kejadian, kasus-kasus, waktu atau tempat dengan ciri dan sifat yang sama.33 Sedangkan sampel adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian.34 Dalam penelitian ini, teknik pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah penetuan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan pertimbangan yang dinilai dapat mewakili populasi.
Tabel III. 1 Populasi dan Sampel
No. Responden Populasi Sampel Persentase
1 Pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten Siak
23 4 17 %
2 Bidang Perencanaan Kebutuhan dan
Investasi Bidang Aset Badan
Keuangan Daerah Kabupaten Siak
6 1 16%
Sumber: Data Olahan Tahun 2022
33 Bambang Suggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h.
118.
34 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 107.
E. Sumber data
Jenis data didalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder:
1. Data Primer adalah data yang langsung diperoleh di lapangan berdasarkan informasi dari instansi pemerintah yaitu Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) dan Bidang Aset Badan Keuangan Daerah Kabupaten Siak selaku informan penelitian ini.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan sebagainya.
3. Data tersier adalah data penunjang yang dapat memberi petunjuk terhadap data primer dan sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia.35
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi/ Pengamatan
Observasi adalah proses pemerolehan data informasi dari tangan pertama, dengan cara melakukan pengamatan. Observasi merupakan kegiatan untuk mengamati suatu proses maupun objek dengan tujuan agar bisa memahami dan merasakan pengetahuan terhadap fenomena berdasarkan landasan pengetahuan dan gagasan yang sudah ada sebelumnya, sehingga informasi tersebut bisa dijadikan landasan dalam penelitian. Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.
35 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (UI Pres, 1986), h.12.
2. Wawancara/ Interview
Wawancara yaitu pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dengan cara bertanya langsung kepada informan penelitian yakni, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan, Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran, Seksi Survei dan Pemetaan Kantor Pertanahan Kabupaten Siak, dan Kepala Bidang Aset di Badan Keuangan Daerah Kabupaten Siak Provinsi Riau.
3. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yang menelaah buku, karangan ilmiah, peraturan- peraturan, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan, angka dan gambar yang dapat mendukung penelitian.
G. Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan. Hasil penelitian akan disajikan secara deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta dan sifat-sifat pengelolaan tanah-tanah aset pemerintah, kendala umum yang dihadapi dalam pengelolaan tersebut beserta solusi yang sekiranya perlu ditempuh oleh para pengelola tanah-tanah aset pemerintah Kabupaten Siak.
H. Sistematika Penelitian
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti memuat latar belakang pembahasan, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian, yang menjadi pedoman dalam bab-bab selanjutnya.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi tentang pemaparan pengertian aset pemerintah, sertifikat dan buku tanah serta pembendaharaan negara yang akan dipakai dalam menganalisa permasalahan yang akan dibahas sehubungan dengan masalah yang akan diteliti.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang metode yang digunakan dalam penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data dan pendekatan penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai bagaimana Pelaksanaan Sertifikasi Tanah Yang Menjadi Aset Pemerintah Kabupaten Siak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini merupakan bagian terakhir yang di dalammnya memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
48 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Masih banyak Barang Milik Negara berupa tanah di Kabupaten Siak yang belum memiliki sertifikat. Hal ini tentunya belum sesuai dengan amanah Peraturan Bersama Menteri Keuangan Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 186/PMK.06/2009 Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa proses yang dilakukan oleh pejabat ATR/BPN untuk menerbitkan sertifikat tanah sebagai aset pemerintahan Kabupaten Siak ini mulai dari perencanaan, pengelompokan, pelaksanaan hingga pengawasan.
2. Kendala atau hambatan bagi pejabat ATR/BPN Kabupaten Siak ini dalam menjalankan tugasnya untuk menerbitkan sertifikat aset pemerintah Kabupaten Siak berasal dari faktor internal, eksternal dan faktor hukum. Di dalam faktor internal, keterbatasan sumber daya manusia (pegawai) dan tertundanya karena pelaksanaan pensertifikatan aset pemerintah daerah untuk mendahulukan proyek PSN/PTSL.
Sedangkan dari faktor eksternal, pendamping/pemohon sering tidak hadir atau terlambat mendampingi petugas ukur dan panitia turun ke lapangan,
maka pihak ATR/BPN akhirnya melakukan penjadwalan ulang pengukuran sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama lagi.
Sementara itu dari faktor hukum, apabila lokasi tanah aset yang masuk dalam kawasan PIPPIB (kebijakan pemerintah berdasarkan SK Kemenhut) maka sertifikat tidak bisa diterbitkan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti sebagai bahan rekomendasi perbaikan bagi ATR/BPN adalah sebagai berikut:
1. Perlunya kerjasama lebih insentif lagi antara Pemerintah dan petugas pensertifikatan tanah aset pemerintah daerah Kabupaten Siak. ATR/BPN juga seharusnya memperbanyak tenaga kerja terutama ahli pertanahan agar bisa mempercepat proses pensertifikatan tanah PSN/PTSL sekaligus pensertifikatan tanah aset pemerintah daerah Kabupaten Siak. Khususnya bagi masyarakat Kabupaten Siak yang memiliki latar belakang pendidikan dibidang aset maupun pertanahan. Demi terlaksananya otonomi daerah pemerintahan yang baik dalam hal mengelola aset tanah dengan mempekerjakan anak bangsa di daerahnya sendiri.
2. Pihak panitia ukur harus bersikap lebih tegas terhadap pemohon agar tidak terlambat dalam mendampingi pada saat proses pengukuran, sehingga tidak perlu penjadwalan ulang yang akan memakan lebih banyak waktu, yaitu dengan cara melakukan sosioalisasi kepada pemohon pada saat pengajuan pensertifikatan tanah.
3. Perlunya pengawasan dan monitoring langsung ke lapangan secara berkesinambungan oleh Pemerintah Kabupaten Siak terhadap tanah aset yang tersebar di Kabupaten Siak agar lebih mendekatkan diri kepada pemegang hak tentang tanah aset terdeteksi sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Arnowo, Hadi dan Waskito. 2017. Pertanahan, Agraria dan Tata Ruang.
Jakarta: Kencana.
Arnowo, Hadi dan Waskito. 2019. Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Ali, Zinuddin. 2005. Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar Grafik.
Dimyati, Khudzalifah dan Wardiono, Kelik. 2004. Metode Penelitian Hukum.
Surakarta: Fakultas Hukum.
Eko, Bambang dan Supriyadi. 2013. Hukum Agraria Kehutanan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hadi Arnowo, Hadi dan Waskinto. 2019. Penyelenggaraan Pendaftaraan Tanah di Indonesia. Jakarta: Kencana. Edisi pertama cetakan ke-1.
Harsono, Boedi. 2004. Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang- Undang Pokok Agraria Isi Dan Pelaksanaannya. Jakarta:
Djambatan.
Hutagalung, Arie Sukanti dan Gunawan, Markus. 2008. Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan. Jakarta: Rajawali Pers.
Ismaya, Samun. 2013. Hukum Administrasi Pertanahan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kadir, Muh Abdul. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti.
Muwahid. 2016. Pokok-Pokok Hukum Agraria Di Indonesia. Surabaya: UIN Sunan Ampel. Cetakan ke-1.
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2013. Metodologi Penelitian, Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Perangin, Effendi. 1991. Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Praktisi Hukum. Jakarta: Rajawali Press.
Sangsun, Flonarianus SP. 2007. Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah.
Jakarta: Visimedia.
Santoso, Urip. 2010. Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta:
Kencana.
Santoso, Urip. 2010. Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta:
Kencana.
Sihombing, Romi. 2022. Cacat Administrasi: Pembatalan Sertifikat Tanah oleh BPN Tanpa Putusan Pengadilan. Jakarta: Kencana. Cetakan ke-1.
Soekanto, Soerjono 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Pres Soleh, Chabib dan Rochmansyah Heru. 2010. Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah; Sebuah Pendekatan Struktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik. Bandung: Fokusmedia.
Suggono, Bambang. 2008. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Press.
Sutedi, Adrian. 2007. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya.
Jakarta: Sinar Grafika.
Syofwan, Sri Soedewi Maschun. 2005. Hukum Perdata: Hak Jaminan Atas Tanah. Yogyakarta: Liberty.
Yusuf. M. 2010. Delapan Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju Pengelolaan Keuangan Daerah Terbaik. Jakarta: Salemba Empat.
B. Skripsi, Jurnal dan Makalah
Diroya, Asna dan Roby Syaiful. 2020. Tinjauan Pelaksanaan Sertifikasi BMN Berupa Tanah Dalam Rangka Pengamanan Barang Milik Negara Pada KPKNL Semarang Tahun 2018-2019. Indonesia Rich Journal.
Haryanto, Yenpi. 2008. Minat Masyarakat Dalam Pensertifikatan Tanah Di Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Provinsi Jambi. Skripsi.
Yogyakarta: Program Diploma IV Pertanahan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN).
Hermayulis. 2003. Penguasaan dan Pengelolaan Tanah di Kawasan Kuasa Pertambangan di Daerah Kota Sawahlunto. Proposal Kajian. Pusat Kajian dan Konsultasi Hukum Agraria. Fakultas Hukum Universitas Andalas.
Turnip, Hendra. 2014. Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Tesis. Medan. Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Medan Area.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pengaturan Dasar Pokok- Pokok Agraria.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional.
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penetapan Hak Pengelolaan Dan Hak Atas Tanah.
D. Wawancara dan Website
Arman, Kasubbid Perencanaan Kebutuhan dan Investasi Bidang Aset BKD, wawancara, 23 Agustus 2022.
Khomsadi, Muhammad. Seksi Survei dan Pemetaan, wawancara, Siak 18 Agustus 2022
Novendra, Armansyah Kepala Sub Bagian Tata Usaha, wawancara, Siak 17 Agustus 2022.
Satria, Yudith. Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran, wawancara, Siak 18 Agustus 2022
Sulaiman, Muhammad Arif Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan, wawancara, Siak 17 Agustus 2022.
http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6502/luas-areal-penghentian- pemberian-izin-bertambah-372417-ha-pada-pippib-2022-periode 20kebijakan%20hutan%20dan%20lahan%20gambut.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Aset#
https://nabirekab.go.id/portal/badan-pengelola-keuangan-dan-aset-daerah/
https://www.bungfei.com/2021/07/teori-pelaksanaan-pengertian.html?m=1 https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/3140/Bersinergi-menuju-tanah-
BMN-bersertifikat-an-pemerintah-RI.html
LAMPIRAN
Foto saat pengambilan data dan wawancara di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Siak
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
TINA MARTINI, biasa dipanggil Tina. Lahir di Siak pada tanggal 03 April 2000, anak pertama dari 3 bersaudara.
Anak dari pasangan Bapak Jasmi dan Ibu Misnawati. Penulis memulai pendidikan di SDN 003 Sungai Selodang, Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak dari tahun 2006- 2012. Selanjutnya menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Modern Fataha Kecamatan Tualang Kabupaten Siak dari tahun 2012-2015. Kemudian di SMAN 1 Sungai Mandau Kabupaten Siak dari tahun 2015-2018. Pada tahun 2018 penulis melanjutkan pendidikan kejenjang Strata-1 (S1) di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Fakultas Syari’ah dan Hukum dengan jurusan Ilmu Hukum.
Saat menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi yang ada di kampus. Pada tahun 2020 penulis magang di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Riau selama 45 hari. Di tahun 2021 penulis KKN di Kelurahan Sialang Munggu Cipta Karya Panam Pekanbaru Riau selama 45 hari. Pada tahun 2022 penulis mulai melakukan penelitian sosiologis yang tertuang dalam judul skripsi “Pelaksanaan Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Keuangan Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 186/PMK.06/2009 Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah Di Kabupaten Siak”.