• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN KERUPUK IKAN BELUT DENGAN PERBEDAAN PROPORSI IKAN/TEPUNG TAPIOKA DAN LAMA PENGUKUSAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBUATAN KERUPUK IKAN BELUT DENGAN PERBEDAAN PROPORSI IKAN/TEPUNG TAPIOKA DAN LAMA PENGUKUSAN."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Ilrh. mTN[

ruil$Tlill{I,

ilp.

upN

"vH[mll""

IAw[

TI]IIIR

$UMB[T[

ISSN

t4t l-et02

Pembuatan Kerupuk lkan Belut Dengan Perbedaan Proporsr lkan/Tepung Tapioka dan Lama Pengukusan

Ratna Yulistiani, Jariah, dan Dwi Siswoyo

Pembuatan Pulp dari Daun Nanas Dengan Menggunakan Larutan KOH

Dwi Hery

Astuti

Penyisihan Bahan Organik Limbah Cair Pabrik Kulit Dengan Menggunakan Reaktor Aerobik Media Terfluidakan

Okik Hendriyanto C.

Ekstraksi Natrium Alginat dari Alga Laut Jenis Sargassum Polycystum Bambang Wahyudi

Penerapan StudiRekayasa Nilai Pada Perancangan Produk Pupuk Organik Cair Dengan Bahan Baku Alternatif Limbah Udang

DiCV. Hiper lndonesia Surabaya

Yustina Ngatilah

Pembuatan Alkohol Dengan Proses Fermentasi Buah Jambu Mete Oleh

Kh a m i r S ach a rcm i ces Cereveslae Nizar Bajasut

Penggunaan Enzim Optimalt Barley p - Amilase dan Optimax L

-

1000

Pullulanase Dalam Hidrolisa High Maltose Syrup

Susilowati

Studi Analisa Perkerasan Lentur Dengan Metode Bina:, Marga, Aastho dan Naasra (Ruas Jalan Rogojampi-Benculuk Kab. Banyuwangi Sta. 0\000

-

5\000)
(2)

VOl, 4. No.

2

Desember

2004

lssN

1411

-97A2

JURNAL PENELITIAN ILMU-ILMU TEKNIK

Publikasi

llmiah ini

memuat

tulisan yang bersifat ilmiah dan

belum

pernah dipublikasikan dalam media lain.

Jurnal

ini

berisikan tulisan

hasil

penelitian dosen

UPN

"Veteran" Jawa

Timur dan

para

peneliti

Penanggung Jawab

Rektor UPN

"Veteralt"

Jawa

Timur

Drs.H.

Warsito,

SH.MM

Pemimpin Redaksi

Ketua LPPM

UPN

"Veteran"

Jawa

Timur

Dr.

lr.

H. Sumartono, MS

Redaksi Pelaksana

Dr.

lr.

Sumargono, SU'

lr.

Putu

Wesen,

MS

lr.

Ninik

Anggraini,

MT

lr.

Yustina

Ngatilah, MT

Drh. Ratna

Yulistiani,

MP

lr,

Tutuk

Harsini, MT

lr. C.

Pudjiastuti, MT

lr.

Titi

Susilowati, MT

Sekretariat

Nurul

Wardani,

SE

Samiatun

Lembasapeneriti*lH:'F""rrXHlffffi

il:syarakat(LppM)

UPN "Veteran" Jawa

Timur

Jalan

Raya Medokan

Ayu,

Rungkut, Surabaya

Telp.

(031) 8706369

-

Fax.

(031) 8706372

Jurnal

Penelitian

ini

adalah pemisahan

dari

Majalah llrniah Pembangunan (ISSN

: 0853

-

9553)

(3)

KATAPENGANTAR,

Jurnal Penelitian

llmu-Ilmu

Teknik pada Volume 4, Nomor 2, Desember

2004 menyajikan hasit-hasil peilelitim. tentang Pernbuatan Kerupuk Ikan Belut

Penggunaan Enzim, Perancangan Produk Pupuk Organik

Cair,

Aktifasi Arang Dari

Tempurung

Biji

Pala, penyisihan wama pada limdah industri, dam

hal&al

yang

berkaitan dengan pengembangan hasil penelitian.

Usaha-usaha

ini

ttr$s

berlanjut

dan

dikaitkan dargan

peningkatan

kefiampilan dan

peugetahuan dosen

ddarn

purelitian melalui latihan

atau

pendidikar formal

baik

didalam negeri maupun

di

luar negeri. Pengembmgan

hasil-hasil penelitian dan berbagai upaya terus dilalnrkan dengan disertai publikasi

ilmiah

agr

dapat

dimaofaatkt

oleh pihak-pihak

ymg

bcrkepentingsan..

Akhirnya

laitik

dan

saran

dari

pembaca

untuk

meningkatkan kualitas Jumat Penelitian

Ilmu-Ilmu

Telmik pada nomor'nonror buikutnya

sargd

krni

harapkan.

Snrabaye, Ilesernber 2004

(4)

JURNAL PBNELITIAN

ILMU-ILMU TEKNIK

ISSN t4t1 -

glyz

DAFTAR ISI

YOLUME,:4

NOMOR:2

I}ESEMBER 2{X}4

,

Kata Pengantar

Pembuatan Kerupuk Ikan Belut Dengm Perbedaan Proporsi Ikan/

'

Tepung Tapioka dan Lama Pengukusan

Rana Yulistiani, Jariyah don Dwi

Sisra;a...

l-9

Pembuatan Pulp dari Daun Nanas Dengan Menggunakan Larutan KOI{

Dwi

HeryAstuti.-...

10-15

Penyisihan Bahan Organik Limbah Cair Pabrik Kulit Dengan Menggunakan Reaktor Aerobik Media Tsfluidakan

Okik Hendrganto

C...

16-19

Ekstraksi

N#ium

Algnde D,ri Alga Laut Jenis Srrgussum Pollaystum

Bombang ltrahyudi

.,...:.-...-....-.

20-31

.

Peneralan Studi Rekayasa Nilai Pada Paancangan Pmduk Pupuk Orgrmik Cair

Dengan Bahan Baku Altsnatif Limbah Udang di CV. Hiper lndonesia Surabaya

Ywtina

Ngatilah..-...-...---

32:39

Pernbuatan Alkohol Dengan Proses Fermentasi Buah Jambu Mete

Oldr Kharnir Sachraromices Cerevesiae

Nizar

8ajaat...-...

4A-47

Penggunaan Enzim Optirnalt Barley $ -

Amibe

da

Optimax L

-

I 000

Pullulanase Dalam Hidrolisa High Makose Syrup

Susilotvati 48-s9

Studi Anaiisa Perkerasan Lentur Dengan Metode Bina Marg4 Aa$ho

dan Naasra (Ruas Jalan Rogojarnpi-Benculuk

Kab. Banyuwangi Sta. 0 \ 00O

-

5 \ 0m)
(5)

Pembuatan Kerupuk Ikan Belut (Ratna Yulistiani. Jari),ah dan Dwi Siswoyo)

PEMBUATAN KERUPUK

IKAN

BELUT

DENGAN PERBEDAAN

PROPORSI IKAN/TEPTJNG

TAPIOKA

DAN

LAMA

PENGUKUSAN

Ratna Yulistiani, Jariyah dan

Ihni

Siswoyo Teknologr Pangan FTI - IIPN "Veterafl" Jawa Timur

Abstract

The Eel (lvfonoptents atbus) contain a lot of protein and

it's

produet was tasty, and cheaper

than the other fish food product. Using the Eel meat can incrmse nutrition value of chips and produce chips that have acceptable sensory charaeteristie and proper eeonomically.

The objective of this reseach was to increase protein content and acceptable by consumer with

to deterrnine the Eel meat cassava strach proportion and steaming time.

The st*isticai method of this reseach was Randomized Complete Design with two factor and three repetation, i.e. :Eel meat/cassava stach proportion (10 : 90, 3O :7A,50 : 50, 7O : 30) and

steaming time (40, 60, 80 minutes).

The rezult of this research base on sensory erraluafion (colour, smell, taste and cryspiness) and

chemical analysis (protein content, moisture content and development level) showed that the

best combination was proportion 3A Yo : 7O o/o of e,el meatleassava starch and 60 minutes

of

steaming, which produce Eel fish chips with protein content 5.65 yo, moistrrre conterit 8. 43 o/o and development level 368%.

Key x,ord : Eelfish chips

Intisari

Ikan belut {Monopterus albus) mengandung banyak protein dan olahan dagingnya gurih, serta

lebih murah dibanding harga ikan konsumsi lainnya. Pemanfaatan ikan belut pada pembuatan

kerupuk selain dapat meningkatkan nilai gizi kerupuk, kemungkinan juga dapat menghasilkan

produk yang disukai konsumen dan layak secara ekonomi.

Penelitian

ini

bertujuan untuk meningkatkan

nilai gizi

kerupuk terutana dari kandrmgar

proteinnya dan untuk menghasilkan kerupuk ikan belut yang disukai konsumen dengan

menentukan kombinasi perlakuan terbaik antaraproporsi daging ikan belut : tepung tapiokadan

lama pengukusan. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini

adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor I adalah proporsi daging ikan belut

: tepung tqioka

(lA

o/o

:90 Vo,

3A

%

: 7O Yo, 50 %o

:

50

yt,

70

yo

. 3A Y$ dan lama

pengukusan (40,60, 80 menit).

Hasil penelitian yang didasarkan atas uji organoleptik (*arrrq arom4 rasa dar kerenyahan) dan

uji

fisikokimiawi (kadar protein, kadar

air,

volume pengembangan)

dari

12 kombinasi

perlakuan, menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan dengan proporsi dagrrg

ikan belut : tepung tapioka 3O Yo : 7O Yo

du

lama pengukusan 6O menit, yang menghasilkan

kerupuk ikan belut dengan kadar protein 5,65 Ya, kadar air 8,43 Yo dan volume pengernbangan

368Yo.

(6)

PEI',{DAHtiLUAN

Kerupuk

adalah

produk

makanan kering yang dibuat dari tepung tapioka atau

pati

sagu dengan atav tanpa penambahan

bahan makanan dan tambahan

lain

yang diijinkan, dan harus disiapkan dengan eara

menggoreng

I

memanggang sebelum

disajikan

(Yu,

1991).

Untuk

memperkaya

citarasa

kerupuk

biasanya ditambahkan

penyedap berupa lumatan ikan laut, udang,

telur dan lain-lain (Meliana Budiman, 1985 ;

Jujun Julianty dkk.

,

L994). Ikan

wr

tawar

belum

lazim

digunakan untuk pembuatan

kerupuk.

Tahap-tahup proses pembuatan

kerupuk

umumnya

meliputi

pembuatart

adonan,

pembentukan

gelondoog,

pengukusan? pendin ginan, penglrisan dan

pengeringan.

Ikan belut

(kfonoPtenn

olbtrs) mengandung banyak

protein

dan

olahan dryingnya gurih, dengan kandungan protein 14 a/a, le.rnak 27 o/o, kalsium O,OZ o/o, fosfor

O,2O Ya, besi 0,001

%

dan vitamin

A

1,60

grant/100 gram., vitamin 81 0,001 gralcrtll0O

gram dan vitamin

C

O,OW gram/100 gram

(Depkes

R[,

1981). Ikan belut lebih murah

dibandit

g

harga

ikan

konsumsi lainny4

kemungkinan karena budidayanya mudah dan

cepat berkembang

biak

(Jatmika

1986).

Pemanfaxan

ikan

belut

pada pembu atan

kerupuk selain dapat meningkatkan nilai gizi

kerupuk, kemungkinan juga dapat memberi

hasil

dengan

sifat

inderawi

yang

dapat

ditenma dan secara ekonomi layak.

Penggunaan tepung taPioka dalam

pembuatan

kerupuk

disebabkan karena kandun gan terbesar dalam tepung tapioka

adalah

pati

yang

merupakan komponen terpenting dan berpengaruh terhadap daya kembang kerupuk. Pengembangan kerupuk

sangat ditentukan oleh jumlah tepung yang

ditambahkan. Semakin banyak penambahan

bahan selain pati,

semakin

kecil

pengembangan

kerupuk pada

saat

penggorengal dan

pengembangan

menentukan kerenyahan

(Haryadi,

dkk,

1e8e).

Penambahan bahan selain Pati Yang

mudah mengikx

ur

dapat menyulitkan proses

Jurnal Penelitian Ilmu Teknik Vol.4 No.2 Desember 2004 '. 1- 9:

pemasakan pati (Chinachoti dkk., 1990). Ikan

banyak

mengandung

protein,

denafurasi protein pada pemasakan adonan berakibat

penurunan kemampuan mengikat air (Kropf

dan

Bowers, 1992).

Air

yang

dilePas

digunakan untuk gelatinisasi

pati

sehingga semakin banyak

ikan

ditambahkan, makin cepat pemasakan pati. Kematangan adonan

pati rnempengaruhi pengembangan pada hasil

akhir dan

akibatnya

mempengaruhi kereny ahannya (Haryadi, 1994). Kerenyahan merupakan penentu utama tingkat penerimaan kerupuk (Siaw dan ldrus, 1979 dalam Yu

dkk., 1981).

Semakin

lama waktu

pengukusan

semakin masak pati, yaitu semakin renggang

ikatan hidrogen antar molekul pada granula

pati

(Biliaderis, 1992). Dengan demikian semakin banyak ikatan hidrogen terlepas,

menjadikan pati semakin kurang kompak dan

semakin banyak gugus

hidrofil

terleP?s,

dengan demikian pati semakin suka air dan

semakin sulit melepas aff sehingga kadar atr

makin

tinggi

pada kerupuk

yang

makin matang.

Fenomena pengembangan keruPuk disebabkan terlepasnya air yang terikat pada

gel pati saat

penggorsngan atau

pemanggangan pada selang suhu tertentu. Arr

mula-mula

akan

men;adi

uap

akibat

meningkatnya suhu dan uap akan mendesak

jaringan

gel

untuk keluar sehingga terjadi pengembangan

dan

sekaligus

terjadi pengosongan

yang

membentuk kantung-kantung udara pada kerupuk yang telah

digoreng (Nabil, 1983).

Penelitian

ini

bertujuan

untuk meningkatkan nilai gizi kerupuk terutwna dari

kandungan

proteinnya

dan

untuk menghasilkan

kerupuk

ikan

belut

yang

disukai

konsumen,

dengan

menentukan kombinasi perlakuan terbaik antara proporsi

daging ikan belut . tepung tapioka dan lama

pengukusan.

METODE PENELITIAN

Bahan Peneltian

Bahan baku yang digunakan dalam

(7)

1-9 kam rasi ib,m ropf ryas

wa

drul f,uxm tasll nnhi fusul @i Yu: ryrrk eeia &ilJ

. Alr

ubat SSAK rjadr rya*{i

rry-adail q:n"lk

, dari

mruk !w$g uken pomx lanaa alam roleh

Pembuatan Kerupuk lkan Belut (Ratna Yulistiani, Jariyah dan

Ilwi

Siswoyo)

tsffii

ps

mila kim p8e del ptsr dffil, r &tr nfun

dari

peternak Banyuwangi, tepung tapioka

serta bahan pembanfu seperti garam, gul4

i.{aHCO3, MSG, bawang putih, bawang merah

dan ketumbar.

Bahan kimia yang digunakan dalam

penelitian meliputi

:

aquades, alkohol, H:CL,

itiaOF{, larutan Fehling, indikator Methylen

BIuq I{zSO+ pekat, indikator phenol pthyalin,

asam borat.

AIat Penelitian

Alat yang

digunakan

untuk

pembuatan kerupuk meliputi

:

alat pengukus, pisau, timbangan, waJan, talenan dan baskom.

AIat

yang digunakan untuk analisa

kimia meliputi

:

botol

timbang, oven" eksikator,

cawan

platin4

bunsen, labu kjeldahl, Iabu

ukur,

alat pendingin tegalq

corong, buret, erlenmeyer, tabung reaksi dan

kertas saring.

trIetode Penelitian

Penelitian ini

menggunakan Rancangan

Acak

Lengkap

(RAL)

pola

faklonal dengan dua fbktor dan tiga ulangan.

Untuk menentukan adanya perbed aafi diantara

perlakuan digunakanuji Beda Nyata Terkesil

(Bhff) dengan taraf 5 %.

Faktor

I:

Proporsi daging ikan belut . tepung

tapioka

A1 _

10oA

:

9OYo

A2 -

30%

:

7Ao/o

43 -

5A%

:

50oA

Faktor II: Lama Pangukusan

81 -

40 menit

83 _

80 menit

Cara Penelitian

Daging

ikan

belut yang

telah dibersihkan dari kepala dan durinya (dengan

menggunakan

pisau),

dihaluskan dengan

blender. Drying ikan belut yang telah halus

dicampur dengan tepung tapioka (berat total

34O gram), dengan proporsi berat daging ikan

belut . tepung

tapioka:

lO%

:

9OYo, 3U/o '.

7Ao ,5A%

:

5}o/o,

dan

TAoh

.

3Aa/o (bib)

Selanjutnya dibuat adonan dengan

cara

mencarnpur bahan

di

atas

dengan

bumbu-bumbu (gula 2 gr, garam 2 gr, MSG I

gr, NaHCO3 1 gr, bawang putih

2

gr, bawang

merah

2

gr, ketumbar

2

gr) dan air 25A ml

sampai homogen. Setelah terbentuk adonan

yang

homogen, dilakukan analisa kadar

amilosa (metode IRRI, Yulioilo, 1971), kadar

amilopektin (metode hidrolisis, Sudarmaji

dkk.,

1989)

dan

kadar protein

(metode

Kjaldahl, A0AC,1970).

Tahap selanjutny4 adonan yang telah

homogen dimasukkan

dalam

selongsong

plastik

diameter

3 cm

dan

dilakukan

pengukusan selama 40,

60

dan

80

menit.

Adonan

yang telah dikukus

dilakukan

pendinginan dalarn lemari es (suhu 5

-

100C)

selama 12 jarn untuk rnempercepat te{adi nya

retrogradasi

pati

sehingga mempermudah penginsan.

Pengirisan adonan dilakukan dengan

ketebalan

3

ffiffi,

selanjutnya dikeringkan

dengan

sinar

matahari selama

10

jam. Kerupuk mentah yang dihasitrkan dilakukan

analisa kadar

air

dan

kadar protein dan sel anjutnya dil akukan penggoren gan.

Pada kerupuk matang yang dihasilkan

dilakukan analisis

tingkat

pengembangan

kerupuk dan uji organoleptik (uji ras4 warna,

aroma

dan

kerenyaharr).

Diagram

alir
(8)

Balran baku

Perbandingan tepung tapioka : ikan belut (total 340 gr)

90:10%(blb) 7t):30%

50.507o

30: 70%

Percampuran

Dimasukkan dalant selongsong plastik

Pengukusan

{40,60, 80 menit), suhu 90"C

Pendingrnan dalam lemari es dengan suhu

5-l0 oC selama 12 jam

Pengirisan dengan tebal 3 mm

Pengeringan dengan

:irr* matahari selama l0

Jam

Jurnal Penelitian IImu Teknik Vol.4 No.2 Desember 2OO4 : 1- 9

r--

Kerupulimentah

f-'il:;a

kemb ans

---+ -

Ujiorganoleptik

(lvarna" rasa, aro-ma kerenyahan)

M

Burnbu-burnbu

gula 2 gr, garam 2 gt, MSG 1

gr,'NaFICO 1 gr, bawang putih 2 gr, barvang merah?

gr, ketumbar 2 gr, arc 0,25 |

Analisa Amilosa

Amilopelcin

Protein

Analisa.

kadar air

kadar protein

il"1

''r *lr

,&m

'@@

Kd

m&

ffiffi@

,furh

lM M

,m

nmuqfi

h

,d

ul

W

Kil

flICM u'st

ru

wk

ffi

Penggorengan

[image:8.612.73.608.84.636.2]

Kerupuli goreng

(9)

Fernbuatan Kerupuk lkan Belut {Ratna Yulistiani. Jariyah dan Dwi Siswoyo)

HASIL

DAN PEMBAHASAN

A. Kadar Protein

Hasil analisis ragam, menunjukkan bahwa perlakuan proporsi daging ikar belut

0,05) terhadap kadar protein adonan kerupuk.

Kadar protein rerata adonan berkisar 2,08

13, 95 % (Tabel I ). Kadar protein tertinggi

adonan diperoleh pada proporsi daging ikan belut

.

tepung tapioka 70

%

:

30

%

dan

terendah pada proporsi lOoh : 90 Ya.Tabel I,

menunjukkan bahwa semakin besar proporsi

daging

ikan

belut, kadar protein adonan

kerupuk semakin tinggi. Hal

ini

disebabkan

karena kandungan protein pada ikan belut.

cukup tinggi yaitu sebesar 1,4 s/o (Djatmiko,

1980), sedangkan komponen utama tepung

tapioka adalah pati yaitu sebesar 85

-

87 %.

Kadar protein pada tepung tapioka sangat

rendah yaitu sebesar 1,10

%

(Anonymous?

1e81)

Tabel 1.

Nlai

rata-rata kadar protein adonan

kerupuk dengan perbed aarr proporsi

daging ikan belut dan tepung tapioka

Daging ikan belut :

tepung tapiok a {%)

Kadar protein

adonan

{%) 10 . 90 2,08 u

30:70

6,12 0

50 50 10,10 "

70 : 30 13,95

"

'

Keterangan

:

Angka yang didampingi huruf

yang

sama pada kolom

yang

sama

menunjukkan tidak berbed a nyata (p0,05)

Hasil analisis ragam, menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata

(p

S

0,05) antara perlakuan proporsi daging ikan belut : tepung tapioka dan lama pengukusarl

terhadap kadar protein kerupuk mentah. lrTilai

rata kadar protein kerupuk mentah dapat

dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Nilai rata-rata kadar protein kerupuk rnentah dengan perbedaarr proporsi daging ikan belut

:

tepung tapioka dan lama pengukusan

Perlakuan Kadar protein

kerupuk mentah {%}

Daging ikan belut :

tepung tapioka {%)

Lama pengukusan

(menit)

10:90 40 1,65 u

10 : 90 60 1,55 u

10:90 BO 1,50

'

30 70 10 5,78'

30:70 60 5,65 0

30 :74 80 5,63 "

50:50 40 8,85 0

50:50 60 8,63 d

50 50 80 8,58 0

70:30 40 1,0,37 "

70 : 30 60 10,1 8 s

70 :34 80 La,02'

Keterangan : Angkayarg didampingi huruf yang samapadakolom

yang sama menunjukka;:-r;dak berbeda nyata (p0,05)

Tabel 2, menunjukkan bahwa

kadar

pengukusan

40

menit,

sedangkan kadar

protein kerupuk mentah

tertinggi

(10,37

protein terendah kerupuk mentah Q,5A %)

%) diperoleh pada proporsi daging ikan

belut

diperoleh pada proporsi daging ikan belut : [image:9.612.332.527.116.282.2] [image:9.612.148.502.433.658.2]
(10)

6

pengukusan 80 menit.

Hasil penelitian di atas menunjukkan

bahwa semakin lama waktu pengukusan dar

semakin sedikit proporsi daging ikan belut

yang ditambahkan rr*aka semakin rendah kadar

protein

kerupuk mentah.

Hal

ini disebabkan karena semakin

lama

waktu

pengukusan, suhu

di

dalam adonan kerupuk

semakin tinggi sehingga semakin cepat reaksi

Maillard yang terjadi. lv{enurut Haris dan

Karmas

(

19S9),

pemanasan

dapat

menurunkan menurunkan nilar

gizi

protein

terutama melalui reaksi Maillard. Tri Susanto

dan

Budi

Saneto (1994), mellgemukakan

bahwa reaksi Maillard dapat terjadi antara

amin4 asaln amino dan protein dengan gula

reduksi, aldehid dan keton. Reaksi Maillard

berlangsung

lebih

cepat

dengan adanya

kenaikan suhu dan kenaikan pH.

Hasil penelitian di atas, menunjukkan

bahwa semakin tinggi proporsi daging ikan

belut yang ditambahkan, maka kadar amilosa

dan

amilopektin adonan semakin kecil. Semakin besar proporsi tepung tapioka yang ditambahkan,

maka kadar

amilosa dan

amilopektin adonan cenderung- lebih tinggi. Hat ini disebabkan karena kadar amilosa dan

amilopet<tln

pada

tepung tapioka cukup

tinggi, yaitu masing-masing sebesar 1 7 % dan

73 % (Tahir, 1985), sedangkan amilosa dan

amilopektin

tidak

didapatkan pada daging

ikan belut.

Jurnal Penelitian IImu Teknik Yol.4 No.2Desember2OO4.

l-9

90 % dengan lama B. Kadar Amilosa dan Amilopektin pada

Adonan Kerupuk

Hasil

analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata

antara perlakuan proporsi daging ikan belut :

tepung tapioka

dan

lama

pengukusan terhadap kadar amilosa

dan

amilopektin

adonan kerupuk.

Sedangkan perlakuan proporsi daging ikan belut . tepung tapioka berpengaruh nyata (p 5 0,05) terhadap kadar amilosa dan arnilopektin adonan kerupuk.

Tabel

3,

menunjukkan bahwa nilai rata-rata

kadar

amilosa

dan

amilopektin

tertinggi diperoleh (20,51 %> diperoleh pada perlakuan proporsi daging ikan belut : tepung tapioka

rc

a/o : 9O o/a dan terendah (8"27 %)

pada proporsi 70 % '.30 %.

I*rmnnt

Tabel 3. Ir{ilai reratakadar amilosa dan arnilopektin adonan kerupuk

dengan perlakuan proporsi daging ikan belut . tepung tapioka

Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom

yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p0,05)

&r

umro

TlWfljlii iitt!1f,11'

r,f,f

ffiilTr

'Tilltffilll

w1rf1l

[,rrffirlr TJ[fJlI ll]]i,fifl Jiil,mll C. Kadar

Air

dan Tingkat Pengembangan

Kerupuk

Hasil analisis rqgarn, menunjukkan

0,05) antara perlakuan proporsi daging ikan belut : tepung tapioka dan lama pengukusan terhadap kadar

air

kerupuk mentah dan

tingkat pengembangan kerupuk.

Nilai

rata-rata kadar

air

kerupuk mentah dan tingkat

pengembangan kerupuk dilih at padaTabel 4"

Iild

sm,I

I, TfiJl{liil&ll

Jr'$flrfr

nlrnfilr'i

llr,fill 1r*ll 11, ff'

**

ftr.trrfi rffi .rBMiI

,,1 .&tl

.Itr-iar.

--tt-Ji-lt*

Daging ikan beiut :

tepung tapiok a (%)

Kadar amilosa

(%)

Kadar

Amilopektin t%)

10 . 90 20,51 0 74,81 d

30 7A 17

,29'

57 ,04'

50:50 12,7 4 n 42,75 0

[image:10.612.126.480.381.464.2]
(11)

t

: l- 9 pada iukhan myata

Hut:

&usan

@nn

laklran nprcka

I lr;*-dar

dL

r

nilai

ryektrn

h@a

@ung ,3?

";)

l;rngan

;luk*rut

!g lliar

ukusan

fo

dan

ri

rata-ttngkat

&d4

FernL,uatan Kerupuk lkan Belut {Ratna Yulistiani, Jariyah dan Dwi Siswo}ro)

Tabel 4. Nilai rata-rata kadar air kerupuk mentah dan tingkat pengembangar kerupuk

dengan perbedaan proporsi daging ikan belut/tepung tapioka dan lama

pengukusan

Perlakuan Kadar air Kerupuk

mentah (%)

Tingkat

Pengembangan

Daging ikan belut

:

T. tapioka {%}

Larnapengu-kusan (menit)

10:90 4A 6.23" 265 bc

10 : 90 60 6.29" 259*

10 :90 80 6.42"

276*

30 70 40 g.2go 370"

30 :7A 60 9,430 36gu

30:70 80 9.53" 331u

50:50 40 9.59" 2660

50:50 60 I0.530 29a"o

50:50 80 t t .13. 1g4"o

70 : 30 40 11.08' 17 g"o

70.30 60 I 1 .18" 1g5'o

7A :30 80 1 I.33' l4gd

Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom

yang sarna menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)

Tabel

4,

menunjukkan bahwa kadar

alr tertinggi kerupuk mentah

(

11,33

%

)

diperoleh

pada proporsi daging

ikan

belutitepung tapioka 70

%

: 30

%

dengan

lama pengukusan 80 menit, sedangkan kadar

air

terendah kerupuk mentah

{6.23

%}

diperoleh

pada proporsi daging

ikar

belut/tepung tapioka 10

%

.90

%

dengan

lama pengukusan 40 menit.

Semakin tinggr proporsi daging ikan

belut dan semakin lama waktu pengukusan maka semakin

tinggi

kadar

air

kerupuk

mentah.

Hal ini

disebabkan karena

penambahan bahan selain podi yang mudah mengikat

atr

dapat

menyulitkan proses

pemasakan pati (Chinachoti

dkh

1990). Ikan

banyak mengandung

protein,

dmaturasi protein pada pemasakan adonan berakibat penurunan kemampuan mengikat air ( Kropf

dan Bowerq

1992)..

Air

yang

dilepas

digunakan untuk gelatinisasi

pati

sehingga

semakin banyak ikan ditrambahkan, makin

cepat pemasakan pati. Kematangan adonan

pati mempengaruhi pengembangan pada hasil

akhir dan

akibatnya

mempengaruhi kerenyahannya ( Haryadi, 1994). Kerenyahan

merupakan

penentu

utama

tingkat

penerimaan kerupuk ( Siaw dan Idrus, 1979'.

dalam Yu dklq 1931).

Sernakin lama

waktu

pengukusan

semakin masak pati, yaitu semakin ranggang ikatan hidrogen antar molekul pada granula

pati

(

Biliaderiq

1992).Dengan demikian semakin banyak ikatan hidrogen terlepas,

menjadikan pati semakin kurang kompak dan

semakin banyak gugus

hidrofil

terlepas,

dengan demikian pati semakin suka air dan

semakin sulit melepas air sehingga kad ar atr semakin tinggi pada kerupuk mentah.

Tingkat pengembangan kerupuk dari

hasil

berbagai

perlakuan, menunjukkar

bahwa semakin tinggi rasio daging ikan belut

dibanditrg

tepung tapioka

menunjukkan tingkat pengembangan yang semakin kecil ( Tabel

4)

Hal

ini

selaras dengan penelitian

Haryadi dkk

(

1939), bahwa semakin banyak

proporsi bahan bukan

p*i

mengakibxkan

penurunan pengembangan kerupuk.

Menurut

Yu

(1991

a ),

protein

berinteraksi dengan pati dalam berbagar cara

yang

mengakibatkan

penghambatan

pengembangan. Komponen

utama

yang berperan

untuk

pengembagangan kerupuk

adalah patr, sedangkan protein dan lain-lain

[image:11.612.135.545.153.375.2]
(12)

&Hffiil

Jurnal Penelitiar IImu Teknik Vol.4 No.2 llesember 2OA4 . I - 9

proporsi tepung tapioka semakin

sedikit

menjadi uap akibat meningkahnya suhu dan

pengembangan.

uap akan mendesakjaringan gel untuk keluar

Tingkat

pengembangan

kerupuk

sehinggaterjadipengembangandansekaligus

menunjukkan kecenderungan semakin

kecil

pengosongan

yang

membentuk

kantung-dengan semakin lamanya waktu pengukusan

.

kantung udara pada kerupuk yang digoreng'

hal ini kemungkinan kxena dengan semakin

lama waktu

perebusan mengakibatkan D. Uii Organoleptik

granula pati semakin pecah yang selanjuhya

memberikan

hasil

dengan

tingkat

Hasil uji organoleptik dari 15 panelis

pengernbangan semakin

kecil.

yang meliputi

uji

warn4

uji

arom4 uji rasa

Tingkat pengembangan

kerupukjuga

dan uji kerenyahan dapx dilihat padatabel 5.

dipengaruhi oleh kadar air kerupuk

mentah.

hasil

uji

penngkat Friedman menunjukkan

Minurut

Nabil

(

1983),

fenomena bahwa perlakuan proporsi daging ikan belut :

penganbangan

kerupuk

disebabkan

tepung

tapioka

dan

lama

pengukusa,n

terlipasnya

air

yang terikat

gel pati

saat

berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan

perrggorerg*

atau

pemanggangan

pada

panelis baik terhadap warn4 afoma' raa dan

selang suhu tertentu.

Air

mula-mula

akan

keraryahan kerupuk.

faUet S. Hasil Uji Organoleptik terhadap wamq arom4 rasa dan kerenyahan kerupuk

Perlakuan Jumlah Peringkat

Daging ikan belut :

T. taoioka (%\

Lama pengu-kusan (menit)

Warna Aroma Rasa Kerenyahan

10

90 40 1056 "25s 506.25I 650.2sf 299.00"d

10 :90 60 3 g0.25d 529.00ts 132.25c 2g9.00"0

I

10 : 90 80 65A.25' 506.25I 72.25a 42A.25"'

30.70 40 494.00" 794.00s 529.00e 42A.25'1

30:70 60 1296.00' I 190.25h 992.25h 1260.25h

30 :70 80 65A.25' 462.25d1 289.00de 3 80.25d

i

50:50 40 44L 00' g 1 .000 784.00g 970.25s

50 50 60 192 25'd 400 000 676.00fg sTe.0d

50 50 80 169.00" 484.00* 210 25d 400.00'

1

70 : 30 4A 64.t5' 64.00' 1 96 00cd 1 14.000

70:30 60 ga zsu 132.?5" 156.25cd 16.00.

7A :30 80 64.00* 132.25" 84.00b 24A.?5"

Keterangan : Angk ayangdidampingi huruf yang sama pada kolom

yang sama menunjukkan tidak berbed a rtyata(p>0,05)

mmlml

Wffil

iilllflEMli,r]i

mmffiHj ,mumllll llrfrluuM

:finHxl}ir lrI

iilmffit

rMmfrfi xmlffim

;iuml

"fl5tilmrlll*lltulll

uw$

mffis

:Mllrum Irtll{itu , IMUH ilxiffilr(

'mff

j'd'tr,,i

&irr

l''lu

Tabel 5, rnenunjukkan bahwa tingkat

kesukaan panelis terhadap warna arom4 rasa

dan

kerenyahan kerupuk terdapat pada

perlakuan proporsi daging ikan belut/tepung

tapioka 30 oA

:

7A

%

dengan lama waktu

pengukusan

60

menit.

Hal

ini

disebabkan

karena warna kerupuk tidak terlalu coklat,

aroma khas ( amis) dari ikan belut tidak keras

(menyolok), rasa

ikan belut tidak

keras(

(menyolok), kerenyahan kerupuk sangat baik.

Wama coklat pada keruPuk ikan belut adalah akibat reaksi Maillard. Menurut

Tri

susanto dan Budi Saneto

(

1994), reaksi

Maillard dapd terjadi antara

amina,

asam amino

dan

protein

denga

gula

reduski, aldehid atau keton. Sernakin

tingi

proporsi daging

ikan

belut, semakin

tinggi

kadar protein kerupuk sehingga terjadnya reaksi

maillard semakin besar.

Pada proporsi tepung taPioka Yang

semakin tinggi, maka kerenyahan kerupuk

semakin

tinggi.

Hal

ini

disebabkan kadar

amilopektin kerupuk yang semakin tinggi sehingga

tingkat

pengembangan kerupuk semakin besar dan semakin renyah. Menurut [image:12.612.97.486.335.532.2]
(13)

:

l-9

u dmr

re&uar

drgus

mmg-Frfr i"f-f H,..

sme,trls

i

rElsa

tod5

d*emr

hdut :

krsffir

uMaxl

ED daill

k

fu*

--r

:;r--E*

5-td.

f,q,sm duski, uporsi kaCar rmksi

r yang !rupuk

kdar

umggi lmrpuk srurut rnakin

?er::,numan Kerupuk Ikan Belut Eatna Yulistiani. Jariyah dan Dari Sisrn'o]ro)

f,

il

::en g em ban g jik-a-ketdungan amil opektinnya ang€i. Hal

ini

disebab-kan-karena bangunan

3rilicpekrin kurang kompak dan kurang kuat

mesrahan

pengembangan

selafila

pemggorengan. Penambahan bahan selain pati

akmr mergurangi pengembangan kerupuk.

KESIiltPT]LAN

Semakin besar proporsi daging ikan

belut dibandit

g

tepung tapioka (

dari

30 a

:70

%

sampai 7A

%

:30

W,

dan semakin

lama waktu pengukusan

(

dari 4A sampai 80

menit),

kdar

protein dan kadar air kerupuk

rnentah semakin

tinggi,

sedangkan kadar

amllosa dan amilopektin adonan semakin

rendah, tingkat pengembangan kerupuk dan

tingkat penerimclan panelis semakin menurun.

Perlakuan

terbaik dari

hasil

penelitian

ini

adalah perlakuan dengar proporsi daging

ikan belut

:

tapioka 30

a/o.7Aa/a dan lama penguku$an 60 menit, yang

nnenghasilkan kerupuk

ikan

belut dengan

kadar

protein

5,65ak, kadar

air

kerupuk

mentah 8,43

%

dan tingkat pengembangan

368%.

DAFTARPUSTAKA

Biliaderis, C.G. 1992. Structures nnd Phase

Traftsition

of

Starch

in

Food System. J. Food Technol (6) : 98

-145

Chinachotti, P., M.P. , Steinberg and Yillota,

R. 1990. A model

for

Quantitatiog

Energlt

and

Degree

of

Sturch

Gelatination

Based

ofi

Yfl*ter,

Sugor and Salt Content. J. Food Science 55 : 543

Haryadi, Sutardi

dan Murdiiati

Gardjito,

1989. Pembustan Mskanan Kecil

dsri

Tepung Sagu

dan

Waluh.

PAU Pangan dan Gizi UGM

Haryadi, 1997.

Beberap{r K$rakteristik Kerupuk lkar, !'{rrrg Dibuat deng*n Variusi Rssio

lksn

l{ila/Tapioka

dan

Innw

Perebussn Adonuru

Agritech.

Ma3alah

Ilmu

dan

Teknologi Pertanian. Yol

.

17 (3) :

17

-21

i.

Jujun Juliarti, Belo, P., Smith,

E.

and Mc.

Proud,

L.

L994. Egg White Pou,der

in

F,x*uded

Fish

Crackerc. Internationsl J. Food Science and

Technolo# 29 . 315

-

32O

Meliana Budiman, 1985. Penguruh Rusio

Udang

dun

Tapiok*

terhad*p

Sifat-sdat Kerupwh U darg. Skripsi.

Fakultas Teknologi

Pertanian

UGM. Yogyakarta.

Nabil, M. 1983

Mempel*j*ri

Csrs Pembuutan Kerupuk Telur serta Beberapa

Sifat

Fisik dan Kimia

dari

Kerupuk

ynng

Dihssilksn.

Skripsi. Fakultas

Teknologi

Pertanian. IJniversitas Brawijaya. Malang.

Siaw, C.L., Idrus A,..2. and Yu, S.Y. 1985.

Intermediute Technology

for

Fish

Crackerc {Keropok} Production J.

Food Technology 20 . 17

-

21

Tri

Susanto

dan

Budi

Saneto, 1994.

Teknologi Pengolahan

Husil

Pertanian.

P.T. Bina

Ilrnu.

Surabaya.

Yu, S.Y. 1991. Effect of Fish '. Flowr on Fish

Craekers (Keropok). Asean Food J.

Gambar

Gambar I : Diagram atir prc$e$ pembuatan kerupuk ikan belut
Tabel 1. Nlai rata-rata kadar protein adonan
Tabel 3. Ir{ilai reratakadar amilosa dan arnilopektin adonan kerupukdengan perlakuan proporsi daging ikan belut
Tabel 4. Nilai rata-rata kadar air kerupuk mentah dan tingkat pengembangar kerupuk
+2

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Rata – Rata Kadar Protein Terlarut Dengan Perlakuan Penambahan Tepung Tapioka Terhadap Kamaboko Ikan Mujair. menunjukkann bahwa semakin tinggi penambahan

sebelumnya yaitu pembuatan kerupuk dengan kombinasi antara tepung ubi jalar ( Ipomoea batatas L.) putih, daging ikan gabus ( Channa striata Bloch) dan tepung tapioka.

Analisis Varian pada Uji Duncan Organoleptik untuk Parameter Warna Kerupuk Ikan Lele Dengan Substitusi Tepung Labu Kuning pada Tepung Tapioka. Tabel

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan tepung tapioka dan tepung gandum pada pembuatan kerupuk ikan teri nasi berpengaruh sangat nyata terhadap kadar

Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Daging Ikan Belut (Monopterus albus) Terhadap Kualitas Kerupuk, bertujuan untuk mengetahui penambahan daging ikan belut

Faktor yang diteliti adalah pengaruh perbedaan proporsi tapioka dan terigu terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik kerupuk tapioka-kacang hijau.. Data dianalisa

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan proporsi tepung (tepung tempe semangit : tepung tapioka) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar protein,

Untuk menghasilkan kerupuk dengan kandungan gizi yang baik, porsi tepung kacang hijau banding tapioka diharapkan semaksimal mungkin, tetapi bila tepung kacang