Kajian Penentuan Komoditas Unggulan dan
Identifikasi Kebutuhan Teknologi Pertanian di Maluku Utara
Fredy LalaBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara Komplek Pertanian Kusu, Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan
E-mail: lalafredy@ymail.com
Abstrak
Ketidaksesuaian komoditas dan teknologi pertanian yang dikaji oleh BPTP dengan komoditas unggulan dan teknologi pertanian yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah/ pengguna masih terjadi di Maluku Utara. Kondisi wilayah kepulauan mengharuskan pengkajian dirancang dengan memperhatikan berbagai unsur keunggulan sehingga dapat menjawab kebutuhan inovasi teknologi pertanian pemerintah daerah, stakeholder, dan pengguna lainnya secara komprehensif.Penentuan komoditas unggulan menggunakan metode Location Quotation (LQ). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Maluku Utara memiliki keunggulan komparatif pada komoditas perkebunan (kelapa, cengkeh, dan pala) sebagai basis sedangkan komoditas lain sebagai non basis atau penunjang. Masing-masing kabupaten/ kota memiliki komoditas unggulan perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan. Kebutuhan teknologi pertanian komoditas unggulan teridentifikasi berdasarkan senjang hasil yang menjadi titik ungkit keberhasilan peningkatan produktivitas.
Kata kunci: kebutuhan teknologi, komoditas unggulan, senjang hasil
Pendahuluan
Latar Belakang
Penempatan kedudukan (positioning) sektor pertanian dalam pembangunan nasionalmerupakan kunci utama keberhasilan mewujudkan “Pertanian Indonesia yang Bermartabat, Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”(Anonim, 2013). Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan keunggulan komperatif sektor pertanian yang merupakan modal fundamental bagi pertumbuhan ekonomi sehingga perlu di kelola dengan baik (Nainggolan dan Aritonang, 2012). Kecukupan pangan bagi setiap orang merupakan hak azasi manusia sehingga pemenuhan pangan bagi seluruh penduduk harus menjadi sasaran utama kebijakan pemerintah (Suryana, 2005).
Balitbangtan telah cukup berhasil dalam menghasilkan inovasi pertanian dan beberapa diantaranya telah berkembang dalam masyarakat, namun demikian kecepatan pemanfaatan inovasi yang dihasilkan secara umum masih cenderung lambat(Halil dan Armiati, 2012). Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.16 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, disebutkan bahwa BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.Namun posisi BPTP Maluku Utara yang strategis dalam implementasinya belum sepenuhnya mampu menyediakan teknologi spesifik lokasi yang dibutuhkan oleh pengguna di daerah.Salah satu penyebabnya adalah ketidaksesuaian komoditas dan/atau teknologi pertanian yang dikaji oleh BPTP dengan komoditas unggulan dan teknologi pertanian yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah/pengguna.
Provinsi Maluku Utara adalah wilayah kepulauan yang terdiri dari 395 pulau besar dan kecil.Sebanyak 64 pulau dihuni dan 331 tidak dihuni.Wilayah Maluku Utara didominasi oleh laut (78% dari total wilayah). Selain itu, sebaran jumlah penduduk di Maluku Utara cenderung tersebar
di masing-masing pulau yang dihuni dengan komposisi 42% berada di pulau Halmahera dan 17% di pulau Ternate serta 41% berada di pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil tersebut merupakan aset sumber daya alam yang jika dikelola secara baik dan berkelanjutan akan memberikan manfaat ekonomi yang tinggi, baik bagi penduduk pulau-pulau kecil itu maupun kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan di Maluku Utara.
Perakitan teknologi sesuai kondisi setempat menuntut peneliti untuk mampu memahami secara komprehensif tentang kebutuhan dan preferensi petani.Oleh karena itu langkah awal yang penting dalam pemilihan SST (site specific technology) secara partisipatif adalah mengidentifikasi kebutuhan petani sesuai dengan kondisi agro-ekologi serta sosial, budaya, dan ekonomi setempat.Untuk itu, BPTP Maluku Utara sangat perlu melakukan inventarisasi komoditas pertanian unggulan daerah dan teknologi pertanian yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah dan pengguna. Tujuan penelitian ini yaitu (1) menetapkan komoditas pertanian unggulan daerah, (2) mengidentifikasi kebutuhan teknologi komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi, dan (3) mengetahui besarnya senjang hasil antara kondisi eksisting di tingkat petani dengan potensi hasil dari genetiknya.
Metodologi
Ruang Lingkup Kegiatan, Jenis dan Sumber Data
Ruang lingkup kegiatan meliputi: (1) Inventarisasi Komoditas Pertanian Unggulan Daerah, (2) Identifikasi Kebutuhan Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, (3) Identifikasi Senjang Hasil dan (4) Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat Adopsi Teknologi. Data yang dianalisis terdiri dari data primer dan sekunder.Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara yang menggunakan kuesioner terstruktur dan PRA (Partisipatory Rural Apraissal) pada petani di sentra komoditas unggul.Sentra komoditas unggul ditentukan berdasarkan desk study dan mempertimbangan informasi dari instansi terkait di daerah.Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari luas lahan, produksi, dan produktivitas komoditas unggulan daerah dalam lima tahun terakhir (2008-2013).
Metode Analisis
Identifikasi komoditi yang unggul pada suatu wilayah kabupaten dalamkonteks wilayah propinsi dapat menggunakan hasil analisis LQ. Analisis ini dapat memberikangambaran komoditi unggulan dengan baik jika menggunakan data time series (Nainggolan dan Aritonang, 2013). Penentuan komoditas unggulan di Maluku Utara menggunakan metode Location Quotation(LQ).Metode ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan suatu wilayah
misalnya provinsi terhadap nasional atau kabupaten terhadap provinsi, kecamatan terhadap kabupaten, dan desa terhadap kecamatan.Secara matematis Miller (1991) dalam Sudana (2010) merumuskan LQ sebagai berikut.
pi/pt LQ = ---Pi/Pt Dimana:
pi = luas areal panen komoditas i pada tingkat kabupaten
pt = total luas areal panen subsektor komoditas i pada tingkat kabupaten Pi = luas areal panen komoditas i pada tingkat provinsi
Pt = total luas areal panen subsektor komoditas i pada tingkat provinsi Kriteria
LQ >1: Sektor basis, artinya komoditas i di suatu wilayah memiliki keunggulan Komparatif,
LQ=1: Sektor non basis, artinya komoditas i di suatu wilayah tidak memiliki keunggulan, produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri,
LQ<1: Sektor non basis, artinya komoditas I di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan dari luar.
Tarigan (2005) menyampaikan bahwa apabila nilai LQ>1, maka tingkat spesialisasi komoditi lebih besar di kabupaten dibanding di Propinsi.Strategi pelaksanaan model diseminasi inovasi teknologi dan yang dapat mempercepat penyampaian informasi dan teknologi pertanian adalah melalui penerapkan teknologi inovatif yang tepat guna secara partisipatifberdasarkan karakteristik wilayah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat(Bahar, 2011).Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keungulan komperatif akan memberikan perkembangan bukan hanya pada sektor itu saja melainkan juga sektor lain yang memiliki keterkaitan(Kuncoro, 2009).
Hasil analisiskomoditas pertanian unggulan daerah yang dilakukan BPTP Maluku Utara tersebut selanjutnya dikomunikasikan dengan instansi dan pemangku kepentingan terkait melalui FGD (Focus Group Discussion).Setelah melalui proses penggalian informasi dan penelaahan hasil analisis, selanjutnya BPTP Maluku Utara merekomendasikan komoditas pertanian unggulan daerah ke instansi terkait untuk disahkan dengan SK (Surat Keputusan).Penetapan komoditas pertanian unggulan daerah tersebut selanjutnya digunakan sebagai salah satu acuan untuk menentukan skala prioritas rencana pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian di BPTP Maluku Utara.
Identifikasi kebutuhan teknologi pertanian spesifik lokasi yang menyeluruh dimaksudkan untuk memetakan dan menyusun prioritas kebutuhan teknologi masing-masing komoditas pertanian unggulan daerah Kabupaten/Kota di tiap-tiap sentra produksi.Identifikasi kebutuhan teknologi ini disesuaikan dengan permasalahannya yang digali dari wawancara dengan petani malalui metode PRA (ParticipationRural Appraisal).Penggalian informasi melalui FGD dengan mengundang instansi dan pemangku kepentingan terkait untuk memperoleh informasi permasalahan dan kebutuhan teknologi yang paling mendekati kebutuhan pengguna.
Hasil penelaahan kebutuhan teknologi pada sumber-sumber teknologinya (lembaga litbang terutama Balitbang Pertanian) selanjutnya disampaikan kepada instansi dan pemangku kepentingan terkait di daerah sesuai dengan permasalahan yang akan diatasi.Identifikasi kebutuhan teknologi spesifik lokasi juga memanfaatkan informasi yang tersedia dari analisis AEZ (Agroekologi Zone).
Hasil dan Pembahasan
Komoditas Unggulan Existing dan Hasil Analisis
Strategi pengembangan komoditi unggulan dalam sektor pertanian yang meliputikomoditi perkebunan, pangan dan hortikultura merupakansalah satu strategi regional untuk meningkatkan produktifitas. Upaya tersebut sekaligusuntuk memberikan efek pengganda (multiflier effect) pada sektor lain yang terkait sehingga akandapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah (Nainggolan, 2011).
Berdasarkan kajian pengembangan komoditas unggulan, maka Maluku Utara termasuk daerah yang lahannya masih tersedia dan berpeluang dikembangkan (Djaenudin, 2008).Komoditas unggulan Maluku Utara yangexistingadalah komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, mencakup areal tanam yang luas, dan diusahakan secara terus-menerus oleh penduduk. Penetapan komoditas unggulan di Maluku Utara belum dilakukan dengan Surat Keputusan (SK) dari pejabat atau instansi yang berkompetensi. Dasar penetapan belum secara yuridis tetapi didasarkan pada potensi (luas areal dan populasi) komoditas tersebut.Luasan komoditas pertanian unggulan sub sektor tanaman pangan dan hortikultura lebih kecil dibanding sub sektor perkebunan. Hal menunjukkan bahwa perkebunan merupakan sub sektor yang dominan diusahakan oleh masyarakat tani di Maluku Utara.Komoditas pertanian unggulan di Provinsi Maluku Utara umumnya existing, memiliki areal yang luas,dan bernilai ekonomi tinggi.Komoditas pertanian unggulan daerah di kabupaten/ kota di Provinsi Maluku Utara telah dianalisis dengan metode LQ (Tabel 1).
Tabel 1. Analisis Komoditas Unggulan BerdasarkanMetode LQ di Maluku Utara.
No. Jenis Komoditas Hasil Analisis (LQ>1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pangan dan Hortikultura
1. Padi Sawah 1,5 1,4 1,3 6,7 - - - - -2. Padi Ladang 4,6 - - 1,1 1,6 1,4 - - -3 Jagung 2,3 1,6 - 1,6 - 1,1 - - -4. Kedelai - - - 7,1 1,7 1,2 - - -5. Ubi Kayu 1,2 1,1 - 1,1 - 1,7 - - 1,3 6. Ubi Jalar 2,6 - - 1,3 1,8 1,5 - - 1,1 7. Kacang tanah 2,1 1,1 - 2,5 2,1 - - - -8. Bawang merah - 2,0 - 3,5 - - - - 3,5 9. Cabai rawit - 2,2 1,3 - 2,5 - - - -10. Belimbing - 2,2 1,1 - - - 1,9 - -11. Jeruk - - - - 8,2 - - - -12. Durian - - 2,2 - - 1,8 - 3,4 1,1 Perkebunan 6. Cengkeh - - - 1,5 1,7 3,0 7. Pala - 1,3 - - 4,8 - - - 1,1 8. Kelapa 1,3 1,5 - - - - 2,0 - -9. Kakao - 1,1 - - - - 2,9 - -10. Jambu Mate - - - 6,0 - -11. Lada - 4,6 - - - -12. Vanili - 4,1 - - - 1,7 - - -Peternakan 11. Sapi 2,2 1,5 1,3 1,1 - 1,4 2,6 - 1,2 12. Kambing 1,8 - 1,3 - - 4,0 1,6 - -13. Ayam Pedaging - - - 3,0 -14. Ayam Buras 1,1 1,2 1,4 1,3 1,8 - 1,1 - 1,3 15. Itik 1,5 1,4 - 2,4 - - - - -16 Ayam Petelur - - 1,9 - - - - 1,1 7,7
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah) Keterangan:
1=Kabupaten Pulau Morotai, 2=Kabupaten Halmahera Utara, 3= Kabupaten Halmahera Barat, 4= Kabupaten Halmahera Timur, 5= Kabupaten Halmahera Tengah, 6= Kabupaten Halmahera Selatan, 7= Kabupaten Kepulauan Sula, 8= Kota Ternate, 9= kota Tidore Kepulauan
Berdasarkan nilai LQ, maka hampir semua kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara rata-rata memiliki komoditas unggulan daerah sesuai sub sektor (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan)(Tabel 2), kecuali Kabupaten Kepulauan Sula dan Kota Ternate.Khusus Kabupaten Kepulauan Sula, komoditas unggulan adalah tanaman perkebunan dan ternak. Tanaman pangan dan hortikultura kurang dibudidayakan karena inherent sumberdaya lahan, air dan petani.Guna mengoptimalkan kapasitas sumberdaya lahan yang ada di Kabupaten Kepulauan Sula maka alternatif penerapan teknologi integrasi ternak sapi-tanaman kelapa perlu dipertimbangkan.Sementara di Kota Ternate, dengan kondis keterbatasan lahan, maka program m-KRPL (modelKawasan Rumah Pangan Lestari) masih perlu terus dikembangkan, minimal untuk membantu pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga.Inisiasi tersebut tentunya harus disinergikan dengan program-program pengembangan pembangunan pertanian di wilayah tersebut. Maluku Utara yang dikenal sebagai kepulauan rempah, makadalam pembangunan pertaniannya hendaknya difokuskan sesuai dengan potensi lingkungannya, baik biotik (lahan, iklim, air, dan lainnya) dan abiotik (flora dan fauna).Dengan kata lain bahwa Maluku Utara identik dengan komoditas perkebunan (pala, cengkeh, kelapa) sebagai basis, sedangkan lainnya sebagai penopang (non basis) yang dapat dipenuhi sebagian atau dari daerah lainnya. Hanya dengan fokus pada komoditas perkebunan, Provinsi Maluku Utara akan lebih berpeluang menjadi daerah yang berdaya saing tinggi dan memiliki keunggulan komparatif. Semakin prestisius lagi jika faktor-faktor penunjang lainnya seperti infrastruktur, transportasi, dan komunikasi, semuanya dikemas dalam suatu system yang terkoneksi berkelanjutan.Begitu juga dengan perdagangan komoditas pertanian unggulan yang dipahami dalam sebuah system rantai pasok wilayah kepulauan yang terkendali dan bukan dataran yang luas (kontinental).Konsep-konsep inilah kiranya dapat dipertimbangkan dalam penyusunan suatu road map komoditas unggulan daerah berbasis kepulauan.
Posisi Maluku Utara yang berada di garis depan wilayah Pasifik harus dipersiapkan agar mempunyai kekuatan sehingga mampu menangkal kemungkinan adanya ekspansi lingkungan eksternal. Bentuk kekuatan yang dimaksud yaitu ketahanan dan kemandirian pangan, termasuk didalamnya kemampuan sumberdaya manusianya dalam mengelola lingkungan pertanian dan sekitarnya.
Tabel 2. Sebaran Komoditas Pertanian Unggulan di Maluku Utara.
No. Jenis
Komoditas Unggulan (sesuai LQ)
Sebaran Lokasi (Ha) Luas Areal atau Pop. Saat Ini (ha atau ekor)
Kab./Kota Kecamatan
1. Kelapa Dalam Pulau Morotai Morotai Selatan 2.970
Halmahera Utara Tobelo Selatan 7.048
Kepulauan Sula Taliabu Timur 5.958
2. Pala Halmahera Tengah Patani Utara 5.890
3. Cengkeh Kota Ternate Pulau Ternate 678
Kota Tidore Tidore Utara 592
4. Kakao Kepulauan Sula Mangoli Tengah 1.048
5. Vanili Halmahera Selatan Bacan 93
6. Jambu Mete Kepulauan Sula Sulabesi Selatan 1.228
7. Padi Sawah Halmahera Timur Wasile Timur 1.875
8. Padi Ladang Pulau Morotai Morotai Selatan 75
Halmahera Barat Sahu Timur 266
No. Jenis Komoditas
Unggulan (sesuai LQ)
Sebaran Lokasi (Ha) Luas Areal atau Pop. Saat Ini (ha atau ekor)
Kab./Kota Kecamatan
Tidore Kepulauan Tidore 98 ha
10. Ubi Jalar Pulau Morotai Morotai Selatan 12
11. Jagung Halmahera Utara Tobelo Barat 257
12. Kedelai Halmahera Timur Wasile Timur 175
13. Jeruk siam Halmahera Tengah Weda Selatan 205
14. Bawang merah Tidore Kepulauan Tidore 12,4
15. Cabe besar Halmahera Timur Wasile Timur 26,5
16. Mangga Halmahera Barat Jailolo 5,0
17. Sapi Pulau Morotai Morotai Selatan 2.551
Halmahera Utara Tobelo Timur 1.032
Kepulauan Sula Mangoli 10.351
18. Kambing Halmahera Selatan Gane Timur 2.539
19. Ayam buras Halmahera Barat Jailolo 31.236
Halmahera Tengah Weda Selatan 15.920
20. Ayam pedaging Kota Ternate Kota Ternate 218.500
21. Ayam petelur Tidore Kepulauan Tidore Timur 4.500
22. Itik Halmahera Timur Wasile 3.422
Sumber: Data primer, 2014 (diolah)
Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi
Identifikasi kebutuhan teknologi digali berdasarkanpermasalahan-permasalahan komoditas unggulan hasil analisis yang didominasi oleh komoditas perkebunan (kelapa, pala, cengkeh), sebagian tanaman pangan (padi sawah, ubi kayu), dan peternakan (sapi dan ayam buras).Salah satu hasil penajaman masalah yaitu menghitung senjang hasil antara potensi existing terhadap potensi genetiknya (Tabel 3).Senjang (gap) yang diperoleh merupakan titik ungkit utama dalam mengatasi permasalahan.Salah satu solusinya yaitu dengan introduksi inovasi teknologi spesifik lokasi.Semakin kecil gaphasil komoditas unggulan yang dihasilkan semakin besar tingkat keberhasilan (proses adopsi dan penerapan) suatu inovasi teknologi.
Tabel 3. Perbandingan Kondisi Eksisting dengan Potensi Hasil Komoditas Pertanian Unggulan Kabupaten/Kota di Maluku Utara.
Kabupaten/ Kota
Jenis Komoditas
Unggulan
Hasil Senjang Hasil
Kondisi Eksisting
Potensi Genetik Jumlah %
Pulau Morotai
Kelapa 1,3 t/ha kopra 2 t/ha kopra 0,7 t/ha 35
Padi ladang 2 t/ha GKG 3-4 t/ha GKG 1-2 t/ha 33,3-50
Ubi jalar 5 t/ha 20 t/ha 15 t/ha 75
Sapi (penambahan berat badan) 0,126 kg/hr 0,416 kg/hr 0,29 kg/hr 69,7 Halmahera Utara
Kelapa 1,8 t/ha kopra 2 t/ha kopra 0,2 t/ha 10
Padi sawah 4,4 t/ha GKG 6-7 t/ha GKG 1,6-2,6 t/ha 26,7-37,1
Jagung 5,5 t/ha 7-9 t/ha 1,5-3,5 t/ha 21,4-38,9
Sapi 0,126 kg/hr 0,416 kg/hr 0,29 kg/hr 69,7
Halmahera Barat
Kelapa 1,4 t/ha kopra 2 t/ha kopra 0,6 t/ha 30
Padi ladang 1,2 t/ha GKG 3-4 t/ha GKG 1,8-2,8 t/ha 60-70
Mangga 3,7 t/ha 7 t/ha 1,6t/ha 22,9
Ayam buras 1,3 kg/ekor 1,7 kg/ekor (ayam KUB)
0,4 kg/ekor 23,5
Kabupaten/ Kota
Jenis Komoditas
Unggulan
Hasil Senjang Hasil
Kondisi Eksisting
Potensi Genetik Jumlah %
Timur Kedelai 1,6 t/ha 2 t/ha 0,4 t/ha 20
Cabe besar 1,85 t/ha 2 t/ha kopra 0,15 t/ha 7,5
Itik Ekstensif Semi intensif Hemat biaya UT
Padi 5-10%
5-10% 5-10
Halmahera Tengah
Pala 0,3 t/ha 0,4 t/ha 0,1 t/ha 25
Jeruk siam 8,6 t/ha 38 t/ha 29,4 t/ha 77,4
Ubi jalar 12 t/ha 20 t/ha 8 t/ha 40
Ayam buras 1,3 kg/ekor 1,7 kg/ekor 0,4 kg/ekor 23,5 Halmahera
Selatan
Kelapa 0,87 t/ha 2 t/ha kopra 1,13 t/ha 56,5
Ubi kayu 11,4 t/ha 20 t/ha 8,6 t/ha 43
Vanili 0,06 t/ha 0,1 t/ha 0,04 t/ha 40
Kepulauan Sula
Jambu mete 0,3 t/ha 0,8 t/ha 0,5 t/ha 62,5
Kakao 1,0 t/ha 1,0-1,3 t/ha 0-0,3 t/ha 23,1
Kelapa 1,4 /ha 2 t/ha kopra 0,6 t/ha 30
Sapi 0,126 kg/hr 0,416 kg/hr 0,29 kg/hr 69,7
Ternate Cengkeh 0,4 t/ha 0,5-0,8 t/ha 0,1-0,4 t/ha 20-50
Pala 0,6 t/ha 0,4 t/ha + 0,2 t/ha 50%
Ayam pedaging
1,3 kg/ekor 1,7 kg/ekor 0,4 kg/ekor 23,5
Tidore Kepulauan
Pala 0,4 t/ha 0,4 t/ha 0 t/ha 0
Ubi kayu 4 t/ha 20 t/ha 16 t/ha 80
Bawang merah 1,3 t/ha 9-10 t/ha 7,7-8,7 t/ha 85,6-87 Ayam buras 1,3 kg/ekor 1,7 kg/ekor 0,4 kg/ekor 23,5 Sumber: Data primer, 2014 (diolah)
Pada komoditas pala, senjang hasil tidak ada lagi bahkan produktivitasnya lebih tinggi dari potensi genetiknya. Hanya saja proses pascapanennya harus lebih ditingkatkan sehingga mutu yang dihasilkan mencapai grade tertinggi. Kemungkinan adanya aflatoksin perlu dikaji untuk menghindari turunnya mutu produk sehingga tetap berdaya saing tinggi.Sementara itu untuk komoditas unggulan tanaman pangan, beberapa Kabupaten/Kota mengandalkan ubi kayu dan ubi jalar disamping padi sawah dan padi ladang.Senjang hasil komoditas unggulan padi dan ubi-ubian sebesar 23-80%, menunjukkan bahwa potensi produktivitasnya masih sangat berpeluang untuk ditingkatkan. Walaupun memiliki senjang hasil yang besar yaitu 40-80%, usahatani komoditas unggulan ubi kayu masih menguntungkan (BCR= 2,63). Berbagai pendekatan seperti PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) yang dipadukan dengan Katam (Kalender Tanam) Terpadu dan analisis Agroekologi Zone (AEZ) dapat membantu mengatasi berbagai permasalahan di lapangan.Aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan komoditas pertanian adalah lokasi yang memenuhi syarat agroekologis, kelayakan agroekonomi, agro-sosio-ekonomi dan aksesibilitas yang memadai (Susanto dan Sirappa, 2007), juga kualitas tanah dan karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter sesuai kondisi setempat (Djaenuddin et al., 2011 dalam Salamba et al., 2014).
Tabel 4. Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Unggulan di Maluku Utara. Kabupaten/ Kota Komoditas Unggulan Kebutuhan Inovasi Teknologi Sumber Teknologi Pulau Morotai
Kelapa Perangkap hama Sexava, pembuatan tepung Sexava dan
akses dan Pemasaran VCO
Balit Palma PSE/KP
Padi ladang VUBumur genjah dan tahan kekeringan Balitpa
Ubi jalar Pengolahan tepung BB
Pascapanen Sapi Sosek pemeliharaan intensifdan Inseminasi
buatan (IB)
Balitnak PSE/KP Halmahera
Utara
Kelapa Perangkap hama Sexava, pembuatan tepung Sexava dan
akses dan Pemasaran VCO
Balit Palma PSE/KP
Padi sawah VUB tahan kekeringan dan ampibi danPHT Balitpa, Lolit Tungro
Jagung PHT bulai dan pemasaran hasil Balitser,
PSE/KP Sapi Pola intensif, IB, dan hijauan pakan unggul
lokal
Balitnak
Halmahera Barat
Padi ladang VUB genjah, alat panen, PHSL, alat penyiang Balitpa BB Mektan
Mangga PHT lalat buah ramah lingk. Balitbu
Ayam buras Ayam KUB dan penetasan telur Balitnak
Halmahera Timur
Padi sawah VUB tahan kekeringan dan PHT Balitpa
Kedelai PHT hama pemakan daun dan penggerek polong
Balitkabi
Cabe PHT penyakit busuk buah, kerontokan, dan tanam luar musim(off season)
Balitsa,
Itik Pakan unggullokal dan integrasi itik dengan padi sawah
Balitnak
Halmahera Tengah
Pala Minimalisir aflatoksin pala dan pemasaran Balitri, PSE/KP,
BB pascapanen Jeruk siam PHTekologi untuk hama kepik lembing Balitbu
Ubi jalar Var. unggul genjah dan pembuatan tepung Balitkabi, BB Pasca Panen Ayam buras Bibit ayam KUB dan formulasi pakan unggul
lokal
Balitnak
Halmahera Selatan
Ubi kayu Var. unggul genjah dan pembuatan tepung Balitkabi Vanili Bibit stek unggul tahan penyakit dan
pemasaran
Kabupaten/ Kota Komoditas Unggulan Kebutuhan Inovasi Teknologi Sumber Teknologi Kambing Pengendalian penyakit cacing dan hijauan
pakan unggul lokal
Balitnak
Kepulauan Sula
Jambu mete Teknologi fermentasi,diversifikasi produk dan pasar
BB Pascapanen,
PSE/KP Kakao Teknologi fermentasi,
diversifikasi hasil, pemasaran
Puslitkoka, PSE/KP Kelapa Pupuk berimbang,diversifikasi produk, dan
pemasaran
Balit Palma PSE/KP Sapi Integrasi sapi-kelapa dan pakan unggul lokal Puslitbangnak,
Balitnak Ternate Cengkeh PHT penggerek batang dan penyakit mati
bujang, isolasi minyak atsiri, dan pengeringanbunga saat musim hujan
Puslitbangbun, BB Pascapanen, BB Mektan Ayam pedaging
Bibit Ayam KUB dan penetasan telur Puslitbangnak, Balitnak Tidore
Kepulauan
Cengkeh PHT penggerek batang dan penyakit mati bujang,Isolasi minyak atsiri, dan
pengeringanbunga saat musim hujan
Puslitbangbun, BB Pascapanen,
BB Mektan Ubi kayu Var. unggul genjah dan pengolahan tepung Balitkabi
Bawang merah
Var. unggul tahan cekaman, dan pestisida nabati
Balitsa
Ayam petelur Bibit unggul danenetasan telur Balitnak Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Usahatani ternak sapi dilakukan secara ekstensif dengan pengembalaan di lahan kering, walaupun demikian peternak masih memiliki keuntungan (R/C ratio=1,48). Inisiasi potensi peternakan Sapi di Kabupaten Halmahera Utara, Halmahera Selatan, dan Kepulauan Sula, maka beberapa pendekatan dan terobosan yang perlu dilakukan untuk mengurangi senjang hasil (berat badan ternak) sebesar 69,7% antara lain melalui CLS (Crop Livestock System) dengan penekanan pada pemeliharaan intensif/semi intensif dan penggunaan pakan hijauan unggul lokal. Selain itu integrasi ternak sapi-tanaman juga berpotensi dilakukan karena lahan di bawah tegakan tanaman kelapa belum dilakukan secara optimal.Berdasarkan berbagai permasalahan yang menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas komoditas unggulan, maka untuk meningkatkan produksi sekaligus mengurangi senjang hasil dilakukanlah identifikasi berbagai alternatif kebutuhan teknologi (Tabel 4).Hasil identifikasi kebutuhan teknologi dari komoditas unggulan dapat digunakan sebagai dasar penentuan program pengembangan pertanian di wilayah kepulauan seperti di Sulawesi Utara (Kairupan dan Lintang, 2015).Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakansuatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh
petani, agar merekadapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat meningkatkankesejahteraan hidupnya (Nasrul, 2012).
Kesimpulan
1. Komoditas pertanian unggulan di Maluku Utara berbeda-beda pada setiap kabupaten/kota. Di Kab. Pulau Morotai komoditas unggulan adalah kelapa, jagung, padi ladang, ubi jalar, dan sapi. Kab. Halmahera Utara: kelapa, jagung, dan sapi. Kab. Halmahera Barat: padi ladang, manga, dan ayam buras. Kab. Halmahera Timur: padi sawah, kedelai, cabai keriting, dan itik. Kab. Halmahera Tengah: pala, jerus, dan ayam buras. Kab. Halmahera Selatan: vanili, ubi kayu, dan kambing. Kab. Kepulauan Sula: kelapa, kakao, jambu mete, dan sapi. Kota Ternate: cengkeh dan ayam daging. Sedangkan Kota Tidore Kepulauan: cengkeh, ubi kayu, bawang merah, dan ayam petelur.
2. Penentuan kebutuhan teknologi komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi Maluku Utara berdasarkan analisis dan penggalian berbagai permasalahan terutama senjang hasil.
3. Besar kecilnya senjang hasil antara kondisi eksisting di tingkat petani dengan potensi hasil dari genetiknya menunjukkan besar kecilnya potensi titik ungkit setiap komoditas unggulan di Maluku Utara sehingga dengan sentuhan inovasi teknologi dapat mengatasi masalah rendahnya produktivitas, minimnya diversifikasi, kurangnya akses pemasaran, dan lemahnya kelembagaan petani.
Daftar Pustaka
Anonim, 2013. Maluku Utara dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara. Ternate.
Bahar, S. 2011.Pengelolaan Ternak Sapi dengan Pendekatan Komponen Teknologi Secara Terpadu. Buletin Inovasi dan Informasi Pertanian,5:46-51.
Djaenudin, D. 2008. Perkembangan Penelitian Sumber Daya Lahan dan Kontribusinya untuk Mengatasi Kebutuhan Lahan Pertanian di Indonesia, 27(4):137-145.
Halil dan Armiati, 2012.Kriteria Pemilihan Inovasi Pertanian untuk Mempercepat Proses Adopsi dan Difusinya Kepada Pengguna.Buletin Buletin Inovasi dan Informasi Pertanian,Nomor 6 Tahun 2012.
Kairupan, A.N. dan M. Lintang. 2015. Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi di Wilayah Pulau-Pulau Terluar di Sulawesi Utara. Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi Mendukung Kedaulatan Pangan.Manado, hal.297-310.
Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi.Edisi 3.Erlangga.Jakarta,hal.63-66.
Nainggolan, H. L. 2011. Identifikasi Komoditi Unggulan Dalam Rangka Pengembangan Komoditi Tanaman Pangan Untuk Menciptakan Ketahanan Pangan Wilayah, Studi Kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi; Pertanian Presisi Menuju Kedaulatan Pangan, Medan, hal.121-130.
Nainggolan, H. L. dan J. Aritonang. 2013. Identifikasi Komoditi Pangan Unggulan Dalam Peningkatan Produktifitas Dan Ketersediaan Pangan di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Pertanian. Faperta UGM Yogyakarta, hal 741-749.
Nainggolan, H. L dan J. Aritonang. 2012. Pengembangan Pertanian Berbasis Komoditi Unggulan Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia.Medan, hal.337-341.
Nasrul, W. 2012.Pengembangan Kelembagaan Pertanian untuk Peningkatan Kapasitas Petani Terhadap Pembangunan Pertanian. Menara Ilmu, 3(29):166 – 174.
Salamba, A.N., S.R.P. Sitorus, Darmawan, dan A. Iswati. 2014. Analisis Komoditas Unggulan dan Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara. Buletin Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi, 1(1):51-59.
Sudana, W. 2010. Tahapan Proses Perencanaan Pengkajian BPTP. Informatika Pertanian, Vol. 19 (2).
Suryana, A. 2005.Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional.Simposium Nasional Ketahanan dan Keamanan Pangan Pada Era Otonomi dan Globalisasi.IPB. Bogor.
Susanto, A.N. dan M.P. Sirappa. 2007. Karakteristik dan Ketersediaan Data Sumber Daya Lahan Pulau-Pulau Kecil untuk Perencanaan Pembangunan Pertanian di Maluku. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 26(2):41-53.
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta, hal 79-85.