• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Muhammad Chandra Gumilar, 2015

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas V Sekolah Dasar”

Muhammad Chandra Gumilar

1104659

ABSTRAK

Penelitian ini di latar belakangi berdasarkan hasil observasi awal peneliti di kelas V SDN disalah satu Kecamatan Sukasari Kota Bandung, terdapat masalah pada proses pembelajaran siswa, salah satunya rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA materi daur air karena dalam proses pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered) dimana siswa lebih banyak diberi materi-materi yang sudah tersedia pada buku, adapun praktek percobaan hanya membuktikan kebenaran teori-teori yang sudah ada. Hal ini menyebabkan siswa bosan dan banyak siswa yang tidak memperhatikan guru. Sehingga terbukti hanya sekitar 8 orang siswa atau 25 % siswa yang berhasil mencapai nilai KKM dari 24 orang siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti memperbaiki hasil belajar siswa dalam pembelajaran melalui penerapan pendekatan inkuiri, akan menciptakan pembelajaran yang lebih menarik dan membuat siswa menjadi jauh berperan dalam proses pembelajaran (student centered). Berdasarkan permasalah diatas, instrument penelitian yang digunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa dan dokumentasi berupa foto. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berlangsung 2 siklus. Dari setiap siklusnya presentase hasil belajar dan jumlah ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang bisa dikatakan cukup baik yaitu pada tahap siklus I rata-rata post-tes hanya mencapai 54,19, setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan inkuiri hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 81,13 dengan jumlah siswa yang mencapai KKM mencapai 75 %, siklus II siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 92 % dengan rata-ratanya 85. Jadi kesimpulannya adalah penerapan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPA kelas V sekolah Dasar sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa terlihat pada siklus II siswa yang mencapai KKM sebesar 92 %. Sebagai rekomendasi bagi seluruh yang terkait di dunia pendidikan bahwa pendekatan inkuiri dapat dijadikan alternative untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena pendekatan ini mempunyai kelebihan membuat siswa menjadi jauh lebih aktif pada saat proses pembelajaran, namun dalam melakukan pendekatan inkuiri perlu dipersiapkan dengan matang.

(2)

DAFTAR ISI

A. Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran ... 8

B. Konsep Hasil Belajar ... 20

C. Konsep Daur Air Dalam Pembelajaran IPA Kelas V ... 30

D. Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran ... 36

(3)

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

C. Hasil Belajar Siswa ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Rekomendasi ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alasan mendasar guru harus merancang pembelajaran dengan baik adalah agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan. Secara umum, tujuan pendidikan adalah segala bentuk kegiatan manusia yang berkontribusi pada bagaimana memfungsikan komponen-komponen pendukung sistem pendidikan dengan maksimal.

Tugas seorang guru pada dasarnya adalah mendidik. Membelajarkan dan melatih peserta didik melalui proses pembelajaran yang sistematis dan terencana. Tugas mendidik berarti bahwa guru membantu peserta didik untuk mengembangkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan dan masa depan peserta didik sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Tugas membelajarkan berarti bahwa guru bertugas untuk memfasilitasi dan memberikan peluang untuk belajar dengan merancang suasana yang kondusif dan pendukung proses belajar peserta didik. Sedangkan tugas melatih berkaitan dengan upaya membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya.

Dalam PP No. 19 pasal 18 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta memberikan keteladanan kepada peserta didik.

(5)

dan teori-teori. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai proses adalah memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya.

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Adapun tujuan mata pelajaran IPA tersebut direalisasikan melalui pembelajaran.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas) ditegaskan bahwa pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Hal ini seperti yang diharapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP. 2006) yang mengatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Guru mata pelajaran IPA masih banyak yang membelajarkan IPA hanya dengan metode ceramah dan tugas-tugas membaca sebagai pola pembelajaran pokok. Kalaupun ada kegiatan praktek, kegiatannya hanya berfokus pada pengembangan kemampuan praktis dan menguji kebenaran teori-teori terdahulu yang sudah ada. Pengalaman dan kegiatan belajar kurang diarahkan pada bagaimana cara mengkonstruksi ide-ide atau gagasan ilmiah yang baru melalui proses inkuiri.

(6)

Pendidikan bidang IPA yang professional bertanggung jawab untuk memfasilitasi peserta didik dalam belajar tentang bagaimana melakukan inkuiri dan menggunakan informasi ilmiah untuk menyelesaikan masalah dan mengambil kesimpulan. Guru harus mengurangi keinginan untuk mengajarkan tumpukan fakta-fakta yang bukan merupakan inti dari pengetahuan ilmiah. Namun demikian, guru harus mengembangkan materi inti IPA dan meningkatkan usahanya untuk mengembangkan inkuiri sebagai materi IPA dan sebagai metode pembelajaran.

Rendahnya perolehan hasil belajar pada mata pelajaran IPA di SD kelas V di salah satu SD Kecamatan Sukasari Bandung, menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran yang berkualitas. Hal ini terbukti dengan perolehan nilai belajar siswa yang hanya mencapai rata-rata 72,78 atau daya serap 72,78% di bawah Ktiretia Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran IPA yang telah ditetapkan yaitu 75 atau daya serap minimal mencapai 75% setiap siswa, dengan jumlah siswa yang mencapai KKM baru 14 siswa atau 58,33 % dari 24 siswa, sedangkan 10 siswa atau 41,66 % masih berada di bawah KKM. Maka guru perlu melakukan evaluasi diri untuk perbaikan nilai pada mata pelajaran tersebut.

Menurut pengalaman penulis (sebagai peserta PLP), pelaksanaan pembelajaran di kelas umumnya cenderung menerapkan model konvesional. Guru yang cenderung lebih aktif dari pada siswa. Dimana guru tidak melaksanakan pembelajaran IPA yang mana seharusnya yakni lebih banyak untuk menemukan pemahaman dan konsep-konsep sendiri oleh siswa. Guru lebih banyak menerapkan pendekatan ceramah dan tanya jawab sehingga menyebabkan siswa kurang bergairah dalam belajar. Kalaupun ada kegiatan praktek, kegiatannya hanya berfokus pada pengembangan kemampuan praktis dan menguji kebenaran teori-teori terdahulu yang telah ada. Jarang dijumpai keaktifan siswa belajar yang lebih, seperti berdiskusi, melakukan penemuan, menguji suatu konsep atau teori.

(7)

dapat diterapkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA. Hal ini mengacu kepada karakteristik pendekatan inkuiri. Karakteristik dari pendekatan inkuiri ini adalah guru tidak mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi mereka sendiri, kemudian topik, masalah yang dipelajari, dan metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan oleh siswa, dapat ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru. Pembelajaran inkuiri memberi tekanan pada ide-ide konstruktivis dari belajar. Kemajuan belajar terbaik terjadi dalam situasi kelompok.

Menurut Mulyasa (dalam Heriawan, 2012, hlm. 103) pendekatan inkuiri adalah pendekatan yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif.

Sagala (2007, hlm. 196) juga menyatakan bahwa :

Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan ke kreatifan dalam memecahkan masalah.

Maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri adalah suatu pendekatan yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, yang dipandang sebagai stimulus dalam menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam kelompok, dimana siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri dengan bimbingan guru dimana prosesnya berpusat pada siswa.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

tindakan kelas dengan judul “PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK

(8)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas V pada mata pelajaran IPA. Kemudian, untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA pada Pokok Bahasan daur air kelas V SD dengan menerapkan pendekatan inkuiri ?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA pada Pokok Bahasan daur air dengan menerapkan pendekatan inkuiri di kelas V SD ?

3. Bagaimana hasil belajar siswa SD kelas V SD pada mata pelajaran IPA Pokok Bahasan daur air dengan menerapkan pendekatan inkuiri ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk penerapan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan daur air untuk siswa SD kelas tinggi. Kemudian, tujuan khusus penelitian ini terdiri dari tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Memperoleh bentuk perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan inkuiri dalam pokok bahasan daur air di kelas V SD

2. Mengetahui proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPA dalam pokok bahasan daur air di kelas V SD 3. Mengetahui hasil belajar siswa SD kelas V dengan menggunakan

pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPA dalam pokok bahasan daur air

D. Manfaat / Signifikansi Penelitian 1. Manfaat Teoritik

(9)

dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan hubungan-hubungan personal.

Adapun menurut Prendergas (dalam Maharani, 2014, hlm. 32) manfaat PTK adalah :

a. Dapat membantu pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa.

b. Peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada peningkatan

kompetensi kepribadian, sosial, dan professional guru.

2. Manfaat Praksis a. Bagi Siswa

1. Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.

2. Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan siswa di sekolah.

3. Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

4. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, kesenangan dalam diri siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dikelas. Di samping itu, hasil belajar siswapun dapat meningkat.

5. Memberikan bekal kecakapan berfikir ilmiah melalui keterlibatan siswa dalam kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru.

b. Bagi Guru

1. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui satu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.

2. Dengan melakukan penelitian ini, guru dapat berkembang dan

(10)

dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. 3. Melalui PTK,guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan senidiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran.

4. Dengan PTK, Guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri didalam kelas,tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, serta mengembangkan alternative pemecahan masalah/ kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.

c. Bagi LPTK

1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu, hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian (Penelitian Tindakan Kelas)

Metode Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reserch) yang mengacu pada setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas saat pembelajaran sedang berlangsung. Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran dikelas secara propesional. Adapun prosedur pelaksanaan nya adalah sebagai berikut :

1). Merencanakan

2). Melakukan Tindakan

3). Mengamati.

4). Refleksi

Merencanakan

Refleksi Melakukan Tindakan

Mengamati

Gambar 3.1

(12)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian berisi tahapan kegiatan pembelajaran penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan sebanyak tiga siklus dimana tahapan ini adalah tahap merencanakan, melaksanakan tindakan, mengamati, dan refleksi, keempat hal ini sangat penting dilaksanakan karena merupakan hal pokok dalam pelaksanaan penelitian, ketika hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus atau kegiatan pertama terlihat kurang memuaskan maka akan diperbaiki pada pertemuan selanjutnya, dan dicarikan solusi-solusi terbaik untuk kegiatan pembelajaran pada siklus kedua.

Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas disesuaikan dengan model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Hermawan, 2008, hlm. 127). Model Kemmis & Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Model ini hampir sama dengan model Kurt Lewin hanya saja komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya dua komponen tersebut disebabkan adanya kenyataan yang tidak dapat dipungkiri ketika antara implementasi acting dan observing sebenarnya dua kegiatan namun tidak dapat dipisahkan secara tegas. Artinya ketika seorang peneliti melakukan tindakan otomatis ia melakukan pengamatan pula karena kegiatan itu dilakukan dalam satu kesatuan waktu secara bersamaan. Begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga dilaksanakan.

Desain Kemmis ini menggunakan model yang dikenal sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan

(13)

Gambar 3.2 : Model Desain Kemmis & Mc Taggart (dalam Hermawan, 2008, hlm. 128)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di salah satu Sekolah Dasar yang berada di Kecamatan Sukasari Bandung. Alasan peneliti mengadakan penelitian di SD ini dikarenakan peneliti merupakan peserta PLP di SD tersebut.

D. Subjek Penelitian

(14)

E. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tiga bulan, mulai dari tahap persiapan pada bulan April 2015 sampai tahap pengiriman laporan akhir pada bulan Juni 2015. Sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ditetapkan sesuai dengan jadwal pelajaran dan sesuai dengan kesepakatan dengan tim peneliti, wali kelas dan kepala sekolah.

F. Instrumen Penelitian

Insrtumen Penelitian merupakan alat atau perlengkapan yang dapat digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Untuk memperoleh kebenaran yang objektif dalam pengumpulan data, diperlukan adanya instrumen yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan terefleksi dengan baik. instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dan akan diuraikan sebagai berikut: a. Instrumen Pembelajaran

1. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan sebagai suatu

instrument pembelajaran yang berfungsi untuk mengungkap hasil data pada kegiatan pembelajaran.

2. LKS (Lembar Kerja Siswa)

LKS dibuat berdasrkan tujuan yang ingin dicapai, dan materi yang akan diajarkan. Digunakan untuk mempermudah siswa tentang pemahaman dan keterampilan siswa pada waktu pembelajaran kelompok.

b. Instrumen Pengumpulan Data

1. Lembar Observasi

(15)

berlangsung. Lembar observasi ini juga digunakan sebagai bahan refleksi siklus berikutnya.

2. Lembar Tes

Alat pengumpulan data tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternative jawabannya memiliki standar jawaban tertentu. Instrumen yang berisi skala jawaban benar-salah, pilihan jamak, menjodohkan, jawaban singkat dan tes isian. Tes dipakai untuk mengukur kemampuan siswa, baik kemampuan awal, perkembangan atau peningkatan kemampuan selama dikenai tindakan, dan kemampuan pada akhir siklus tindakan.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini berguna untuk mencatat informasi kualitatif yang terjadi terkait dengan tindakan. Hal-hal yang dicatat sangat banyak sekali macamnya, misalnya perilaku spesifik yang dapat menjadi penunjuk adanya permasalahn atau penunjuk untuk langkah berikutnya. Catatan kualitatif juga dapat dipakai untuk menunjukan kecenderungan perubahan yang bersifat positif atau negative.

4. Dokumentasi

Teknik ini merupakan bukti yang berhubungan dengan focus permasalahan penelitian. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji dan menafsirkan focus permasalahan dalam penelitian. Studi dokumentasi dapat berupa foto, video atau rekaman.

G. Prosedur Penelitian

(16)

Gambar 3.3 Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas

a. Perencanaan

Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun, dan dari segi definisi mengarah pada tindakan. Rencana bersifat fleksibel karena tindakan sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan. Rencana disusun berdasarkan hasil pengamatan awal yang reflektif.

b. Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar (Inkuiri) meliputi :

a. Membuka pelajaran.

b. Mengajukan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas untuk memncing siswa membuat pertanyaan dan memotivasi siswa dalam belajar.

(17)

Setelah siswa melakukan diskusi dan percobaan, setiap kelompok ditugaskan untuk membacakan dan melaporkan hasil diskusinya di depan kelas.

d. Kemudian guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi. e. Tahap penutup dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pemberian waktu untuk bertanya kepada siswa.

2) Pemberian pos tes sebagai pengukur tercapainya indikator.

Kegiatan ini terus berlanjut hingga siklus terakhir dilaksanakan, yakni mulai dari siklus I hingga siklus III.

c. Monitoring atau Pengawasan

Pengawasan dilakukan selama tindakan berlangsung. Observer (peneliti) menggunakan instrumen antara lain lembar observasi yang dilengkapi dengan catatan lapangan. Aktivitas siswa menjadi fokus utama pengamatan. Hasil observasi digunakan sebagai data yang bersifat kualitatif untuk menilai keberhasilan penelitian secara proses.

d. Evaluasi dan Refleksi

(18)

H. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan analisis ini dimaksudkan untuk mengolah data pada masing-masing siklus apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi daur air setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Cara yang ditempuh untuk menganalisis hasil kerja siswa adalah dengan melihat dan membandingkan skor hasil tes kemudian dihitung persentase siswa yang sudah tuntas pada masing-masing siklus. Adapun data yang diperoleh pada penelitian ini berupa dokumen RPP, data interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran, serta data hasil belajar siswa. Data hasil belajar diolah secara kuantitatif, sedangkan data RPP serta interaksi guru dan siswa diolah secara kualitatif. Setelah data terkumpul, tindakan selanjutnya adalah:

1. Seleksi dan reduksi data

Pada tahap seleksi data, peneliti memilih data-data yang diperlukan terutama yang relevan dengan tujuan perbaikan pembelajaran. Data yang kurang relevan direduksi, terutama yang berkenaan dengan hasil observasi.

2. Klasifikasi data

Pada tahap klasifikasi data, peneliti mengelompokkan data-data antar jenisnya, seperti data perencanaan, data pelaksanaan, data hasil belajar, dan sebagainya.

3. Deskripsi data

Pada tahap deskripsi data, peneliti menjabarkan atau menjelaskan segala data yang diperoleh dalam hasil pembelajaran dalam bentuk deskripsi.

4. Interpretasi data

(19)

pembelajaran yang sedang diperbaiki. Dibawah ini disajikan pengolahan data kuantitatif dan kualitatif, sebagai berikut:

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa hasil belajar diolah berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Penskoran terhadap jawaban siswa untuk menghitung nilai siswa. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Rumus menghitung nilai siswa.

2) Mencari rata-rata nilai yang diperoleh siswa melalui rumus yang diadaptasi dari Sudjana, N. (2012, hlm.109)

3) Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa yang lulus di kelas V dengan rumus:

(Prihardina, 2012)

N = Skor Perolehan Siswa x 100

Skor Maksimum

Keterangan:

N = Nilai

R

= ∑x ∑N

Keterangan :

R = Nilai rata-rata siswa

∑x =jumlah seluruh nilai siswa

∑N = Jumlah siswa =

(20)

4) Menghitung Gain

Gain adalah selisih antara skor Pre-test dan Post-test. Nilai gain dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Hake, 1997 dalam Sanusi, 2012)

Keterangan : G = gain

Sf = Skor post-tes Si = Skor pre-test

5) Menghitung gain ternomalisasi

Gain ternomalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual yaitu

skor gain yang diperoleh siswa dengan gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.

(Hake, 1997 dalam Sanusi, 2012)

Keterangan :

g = gain ternomalisasi Sf = Skor post-test Si = Skor pre-test

Nilai (g) yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dapa tabel dibawah, sebagai berikut:

Gain (G) =Sf - Si

<g> = G = Sf - Si

(21)

Tabel 3.1 Interpretasi Nilai

(Hake, 1997 dalam Sanusi, 2012)

b) Data Kualitatif

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, dengan langkah-lagkah sebagai berikut :

1. Analisis terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode inkuiri yang meliputi ask (bertanya), investigate (penyelidikan), create (menghasilkan), discuss (diskusi), reflect (refleksi). 2. Analisis terhadap proses pembelajaran yang meliputi aktivitas guru da peserta

didik dengan cara metode inkuiri yaitu : konsep awal peserta didik, melakukan percobaan, diskusi kelompok, melaporkan hasil percobaan dan membuat kesimpulan.

3. Analisis terhadap hasil pembelajaran peserta didik, dengan cara membuat daftar nilai, dijumlahkan, dirata-ratakan, dan diprosentasikan.

Untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dalam model pembelajaran inkuiri dengan data tes yang masuk dirata-ratakan, dikelompokkan dan diprosentasekan untuk memperoleh nilai persen berdasarkan kriteria ketuntasan

minimal (KKM) yaitu 75. Apabila siswa mendapatkan nilai ≥ 75 maka dinyatakan

tuntas, sedangkan siswa yang mendapat nilai < 75 maka dinyatakan belum tuntas. Begitupun juga dengan penilaian LKS walaupun tidak dijadikan penilaian akhir tetapi dijadikan bahan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran yang diinterpretasikan dalam table 3.1.

Nilai <g> Interpretasi Efektivitas

0,7 < (g) ≤ 1,00 Tinggi

0,3 < (g) ≤ 0,7 Sedang

(22)

Tabel 3.2

Presentase Nilai LKS dan Kategorinya

No Nilai Presentase Kategori

1. 80-100 81-100 % Baik sekali

2. 60-79 71-80 % Baik

3. 40-59 60-70 % Cukup

4. 21-39 0-59 % Kurang

(Syah dalam Prihardina, 2012)

(23)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisis data pada pembahasan sebelumnya terhadap hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan di kelas V SDN di salah satu Kecamatan Sukasari Bandung melalui penerapan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi daur air, bahwa diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pada penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) IPA materi daur air melalui penerapan pendekatan inkuiri dikelas V-A di SDN salah satu Kecamatan Sukasari Bandung yang sudah dirancang dengan baik, perencanaan pada setiap siklus mengalami perubahan-perubahan untuk memperbaiki kesalahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya. Perencanaan pembelajaran yang disusun memberikan sumbangan positif terhadap pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Berdasarkan penilaian para observer dan validasi dosen pembimbing, RPP telah dikatakan layak untuk dijadikan pegangan dalam pelaksanaan penelitian. Perencanaan ini juga dijadikan acuan selama penelitian berlangsung, dan RPP yang telah dibuat dapat digunakan untuk instrument dalam melaksanakan penelitian.

(24)

refleksi (reflect). Pelaksanaan pada setiap siklus mengalami beberapa peningkatan, hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa juga mulai terbiasa melakukan Tanya jawab

mengenai materi yang akan dipelajari, melakukan percobaan,

menyimpulkan hasil percobaan, melakukan diskusi dan saling memberikan tanggapan, kemudia siswa juga terbiasa melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi daur air setelah menerapkan pendekatan inkuiri di kelas V SDN di salah satu Kecamatan Sukasari mengalami peningkatan, yang dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata serta persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Pada siklus pertama diperoleh nilai pre-test siswa hanya mencapai 56,19 dengan dengan jumlah siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 6 orang atau 25 %, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 18 orang atau sebesar 75 % dari 24 orang siswa. setelah dilakukan tindakan siklus I yaitu dengan menerapkan pendekatan inkuiri nilai rata-rata siswa meningkat, yaitu 81,13 dengan jumlah siswa yang sudah tuntas mencapai 18 orang atau 75 % dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 orang atau 25 % dari 24 orang siswa. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat yaitu 85 dengan jumlah siswa yang sudah tuntas mencapai 22 orang atau 92 % dan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 orang atau 8 % dari 24 orang siswa. 4. Penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran IPA materi daur air di Kelas V-A SDN di salah satu Kecamatan Sukasari Bandung.

B. Rekomendasi

(25)

bermanfaat untuk keberhasilan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh peneliti lain, diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Saat pelaksanaan proses pembelajaran dikelas siswa harus lebih aktif dan bersemangat, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, dan hasil belajar nya menjadi meningkat. Siswa juga diharapkan dapat dengan focus dalam melaksanakan setiap kegatan pembelajaran, seperti pada saat kegiatan percobaan dan diskusi kelompok, agar siswa dapat lebih memahami materi yang sedang diajarkan.

2. Bagi Guru

Peneliti merekomendasikan untuk menerapkan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran atau materi yang lainnya, hal ini karena pendekatan inkuiri ini dapat memberikan sumbangan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. selain itu, guru diharapkan bisa menguasai pendekatan yang akan diterapkannya, menguasai SK-KD yang akan disampaikan, memahami indikator dan materi yang akan disampaikan serta memahami dan menggunakan media atau alat dan bahan yang dibutuhkan pada saat pembelajaran dilaksanakan. Guru juga diharapkan dapat membimbing siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran agar siswa dapat aktif, hal ini karena pada pendekatan inkuiri terdapat langkah-langkah seperti bertanya, penyelidikan, menghasilkan, diskusi, dan refleksi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(26)

DAFTAR PUSTAKA

BNSP. (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dirjen.

BSNP. (2006) Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Dirjen.

Bundu, P. (2006) Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam

Pembelajaran SAINS-SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata

Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta : Depdiknas.

Dimyanti dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Hamalik, Oemar. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara

Heriawan, A., Darmajari., & Senjaya, A. (2012). Metodologi Pembelajaran

Kajian Teoritis Praktis. Banten: LP3G (Lembaga Pembinaan dan

Pengembangan Profesi Guru.

Hermawan, R., Mujono., & Suherman, A (2007). Metode Penelitian Pendidikan

Sekolah Dasar. Bandung : UPI PERS

Inquiry Page. (2004). Inquiry Process. Tersedia :

http://www.inquiry.uiuc.edu/inquiry/process.php3

Inquiry Page. (2004). Our Definition of Inquiry. Tersedia :

http://www.inquiry.uiuc.edu/inquiry/definition.php3

Irianto, D.M dan Didin S. (1999) Pembelajaran IPA di SD. Bandung:UPI.

Jufri, W. (2013). Belajar dan Pembelajaran SAINS. Bandung: Pustaka Reka

(27)

Kesuma, D. (2011). Perencanaan Pembelajaran (Bahan Ajar Mata Kuliah

Perencanaan Pembelajaran Sekolah Dasar). Bandung : Tidak diterbitkan

Maharani, E. (2014). Panduan Sukses Menulis Penelitian Tindakan Kelas yang

Simple, Cepat dan Memikat. Yogyakarta: Parasmu.

Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Nasution, S. (2006) Metode Research (penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Prihardina, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cyle Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA Materi

Pokok Sifat-Sifat Cahaya: Penelitian Tindakan Kelas Di SDN Pagerwangi 3

Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 Kecamatan Lembang Kabupaten

Bandung Barat. Universitas Pendidikan Indonesia

Rasyid, H & Mansur. (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana

Prima.

Sanjaya,W. (2014). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sanusi, I. (2012). Penggunaan Perangkat Lunak CX-Programmer Untuk

Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Membuat Rangkaian Kontrol Motor

Listrik Tiga Fasa : Tidak diterbitkan

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

(28)

Surapranata, S. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum

Gambar

Gambar 3.1 Tahap-tahap dalam PTK
Gambar 3.2 : Model Desain Kemmis & Mc Taggart
Gambar 3.3 Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Interpretasi Nilai
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mempertahan presepsi guru tentang pembelajaran matematika sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual, perlu diyakinkan secara terus menerus bahwa

[r]

APLIKASI MULTIMEDIA METODE PECS ( PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM ) UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN KOMUNIKASI ANAK.. ASD ( AUTISME SPECTRUM

dapat berkomunikasi dengan baik, ramah dan sopan, adalah kemampuan soft skills. yang harus diberikan kepada pemustaka agar tercipta kepuasan yang

[r]

Pengembangan teks dongeng Berbasis pendidikan karakter sebagai alternatif Bahan ajar prosa fiksi siswa smp kelas vii.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Karakteristik listrik dan kinerja baterai seperti tegangan, kapasitas, kepadatan energi, tingkat kemampuan, siklus hidup, dan lama hidup akan berubah sebagai salah

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan