• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF ANAK MELALUI TEKNIK FINGER PAINTING : Penelitian Pre-Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF ANAK MELALUI TEKNIK FINGER PAINTING : Penelitian Pre-Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh Annisa Fatsa

0802651

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Program

Bimbingan untuk Mereduksi Perilaku Agresif Anak Melalui Teknik Finger Paintingini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

tersebut, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, Juni 2014

Yang membuat pernyataan,

Annisa Fatsa

(3)

Oleh

Annisa Fatsa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Annisa Fatsa 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP.19600501 198603 1 004

PEMBIMBING II

Dra. Chandra Affiandary, M.Pd. NIP. 19570611 198609 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI BANDUNG

(5)

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...iii

UCAPAN TERIMA KASIH...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GRAFIK...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian...1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...9

D. Manfaat Penelitian...9

E. Struktur Organisasi Skripsi...9

BAB II KONSEPTUALISASI TEKNIK FINGER PAINTING DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF ANAK...10

A. Konsep Agresif...10

1. Pengertian Agresif...10

2. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif Anak...11

3. Faktor yang Mempengaruhi Agresif...13

4. Dampak Perilaku Agresif pada Anak...15

(6)

4. Kelebihan dan Kekurangan Finger Painting...18

5. Art Theraphy...19

C. Intervensi Bimbingan melalui Finger Painting dan Mereduksi Perilaku Agresif...20

D. Kerangka Berpikir...21

E. Penelitian Terdahulu...23

F. Asumsi...24

G. Hipotesis Penelitian...24

BAB III METODE PENELITIAN...25

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian...25

B. Desain Penelitian...26

C. Pendekatan dan Metode Penelitian...29

D. Definisi Operasional Variabel...30

E. Instrumen Penelitian...31

F. Pengembangan dan Pelaksanaan Program...37

G. Prosedur Penelitian...39

H. Pengumpulan dan Pengolahan Data...41

I. Program Bimbingan untuk Mereduksi Perilaku Agresif Anak melalui Teknik Finger Painting...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...59

(7)

B. Pembahasan Hasil Penelitian...76

1. Profil Perilaku Agresif Siswa Kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014...77

2. Efektivitas Finger Painting Berdasarkan Pelaksanaan Program...88

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...90

A. Simpulan...90

B. Saran...90

DAFTAR PUSTAKA...92

LAMPIRAN-LAMPIRAN...97

(8)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif...33

Tabel 3.3 Format Penilaian Angket...34

Tabel 3.5 Kategori Tingkat Agresi Peserta Didik...44

Tabel 4.2 Profil Pencapaian Pre –Test Aspek Agresif...61

Tabel 4.11 Perilaku Agresif Hasil Pre-Test...72

(9)
(10)

Lampiran 1 Administrasi Penelitian

Lampiran 2 Instrrumen Penelitian

Lampiran 3 Program Bimbingan Untuk Mereduksi Perilaku Agresif Anak

Melalui Teknik Finger Painting

Lampiran 4 Pengolahan Data

(11)
(12)

Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas penggunaan teknik finger painting untuk mereduksi perilaku agresif peserta didik. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode pra eksperimen dengan desain one-group pre-test-posttest design. Partisipan penelitian adalah peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 13 peserta didik (laki-laki 13) pada kategori perilaku agresif tinggi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket. Penelitian ini menghasilkan: 1) Gambaran umum perilaku agresif peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori tinggi 2) Rumusan program layak menurut pakar dan praktisi, dan 3) Program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting efektif dalam mereduksi perilaku agresif peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 yang berada pada kategori tinggi. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada guru BK adalah dapat menggunakan instrumen perilaku agresif peserta didik tersebut untuk mengetahui profil perilaku agresif peserta didik pada tingkat kelas yang lainnya dan dapat dikembangkan lagi atau dimanfaatkan untuk menghadapi fenomena lainnya di sekolah. Dan untuk peneliti selanjutnya dapat dijadikan tambahan wawasan untuk gambaran perilaku agresif maupun teknik finger painting.

(13)

Experimental Research The Fifth Grade Students SDN Leuwi Anyar Year 2013/2014)

The study aims to determine the effectiveness of the use of finger painting techniques to reduce aggressive behavior of learners. The approach used in this study is a quantitative method of pre-experimental design with a one-group pretest-posttest design. Study participants were fifth grade students of SDN Leuwi Anyar Bandung School Year 2013/2014, amounting to 13 students (13 males) in the category of high aggressive behavior. Instruments used in the study was a questionnaire. This research resulted in: 1) a general description of the aggressive behavior of learners the fifth grade SDN Leuwi Anyar Academic Year 2013/2014 at the high category 2) Formulation of programs feasible by experts and practitioners, and 3) guidance program to reduce aggressive behavior of children through finger painting techniques effective in reducing aggressive behavior of learners SDN Leuwi Anyar Year 2013/2014 which are in the high category. Research recommendation is addressed to counselor can use the instruments of aggressive behavior such learners to know the profile of the aggressive behavior of students at grade level and the other can be developed or utilized for other phenomena faced in school. And for further research can be used as additional insight for aggressive behavior and technical description of finger painting.

(14)

Anak adalah tunas bangsa yang sangat berharga menjadi tumpuan

harapan di masa depan. Melihat mereka tumbuh pastilah amat membahagiakan

(Hazarika, 2013). Akan tetapi pada kenyataannya banyak ditemukan juga bahwa

tidak semua hal berjalan sesuai dengan harapan dan rencana apalagi ketika mulai

muncul berbagai perilaku yang tidak diharapkan. Dalam bersosialisasi anak akan

menunjukkan perilaku yang sosial dan tidak sosial. Menurut Hurlock (1997:118),

pola perilaku yang sosial antara lain : meniru, persaingan, kerjasama, simpati,

empati, dukungan sosial dan tidak mementingkan diri sendiri dan perilaku akrab.

Sedangkan perilaku tidak sosial (non-social) antara lain: negativisme, agresif,

pertengkaran, merusak, mendominasi, egosentris, berprasangka buruk, dan

pertengkaran lawan jenis.

Masalah perilaku agresif anak bukanlah menjadi suatu masalah yang

baru bagi orang tua dan guru. Tetapi masalah perilaku merupakan masalah yang

sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan dan masa depan anak. Bila tidak

ditangani dengan baik dan benar, perilaku agresif dapat berdampak negatif pada

kehidupan anak di kemudian hari. Murry (Hardi Mulyono, 2008) mendefinisikan

agresif sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai,

menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya

agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak

milik orang lain. Namun, yang menjadi masalah serius adalah apabila pola-pola

agresif ini menetap dan berlebihan. Anak yang agresif cenderung menampilkan

sikap yang menyerang, bertingkah laku temperamental bila merasa frustrasi, suka

bertengkar, memilih berkelahi untuk menyelesaikan masalah, bahkan tidak

memperdulikan hak dan harapan orang lain.

Dampak yang sangat merugikan bila kita tidak dengan sungguh-sungguh

mengatasi sikap anak karena tentunya sangat mempengaruh masa depan anak

(15)

tetapi kita tentulah harus berhati-hati apakah malah dapat menimbulkan masalah

baru bagi anak di kemudian hari. Memberikan hukuman bukanlah suatu solusi

yang baik, untuk mengatasi sikap anak, malah sebaliknya dapat memperburuk

keadaan. Anak yang mendapatkan hukuman secara fisik, akan cenderung

meningkatkan agresif anak (Shields & Cicchetti, 2001).

Kekerasan pada anak di Indonesia tiap hari meningkat. Hingga akhir

tahun 2006 Komisi Perlindungan Anak mencatat 1124 kasus dengan perincian

kekerasan fisik sebanyak 247 kasus 426 kekerasan seksual serta 451 kekerasan

psikis. Padahal pada tahun 2005 jumlah anak korban kekerasan baik kekerasan

fisik psikis dan seksual adalah 736 kasus, sedangkan pada tahun 2004 tercatat 441

kasus. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan tempat dimana

para siswa mengembangkan berbagai potensi yang mereka miliki sepenuhnya

(Maruf, 2007). Di Malang tahun 2010, siswa sekolah dasar nekat memanjat tower

saluran tegangan tinggi yang berada tak jauh dari sekolahnya. Untungnya aksi

nekat siswa duduk di bangku kelas IV diketahui gurunya. Hal tersebut

dikarenakan siswa berebut alat tulis, saling mengolok kemudian berkelahi

(Aminudin, 2010). Peristiwa ini menegaskan bahwa apabila keinginan dan

harapan tidak sesuai dengan kenyataan akan dapat menimbulkan perilaku agresif.

Perilaku agresif muncul dikarenakan kegagalan dalam usahanya yang

diekspresikan dengan kemarahan dan luapan emosi yang meledak-ledak kadang

disertai dengan bertindak sadis dan usaha untuk merugikan orang lain.

Fenomena tersebut diperkuat dari data hasil penyebaran instrument yang

dilakukan pada peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014

mengenai perilaku agresif peserta didik, menunjukkan jumlah peserta didik

mengenai perilaku agresif sebanyak 9,2% peserta didik berada pada kategori

rendah, sebanyak 71,1% berada pada kategori sedang dan 17,1% berada pada

kategori tinggi.

Penyebab meningkatnya perilaku agresif dapat berasal dari berbagai

faktor. Afiati (2002:25) menyebutkan beberapa faktor penyebab timbulnya

perilaku agresif yaitu faktor keluarga dan faktor media massa. Faktor keluarga

(16)

konsistennya orang tua dalam menerapkan aturan dan disiplin, misalnya orang tua

melarang sesuatu untuk tidak dilakukan anak padahal yang menegakkan disiplin

itu bertindak sebaliknya. Kondisi ini jelas akan memicu perilaku agresif anak

untuk memberontak dengan berperilaku agresif.

Bentuk perilaku agresif memiliki karakteristik yang sangat beragam dari

yang ringan hingga yang berat dan biasanya dapat dinyatakan secara perkataan

(verbal) maupun dalam perbuatan (non-verbal). (Haerudin, 2002:30-31). Perilaku

agresif secara verbal menurut Clarizio memiliki ciri-ciri antara lain adanya

penggunaan bahasa yang kasar, sering bertengkar mulut, mengkritik dengan

pedas, menghina dan memanggil orang lain dengan nama yang tidak disukai oleh

orang lain. Sedangkan ciri-ciri perilaku agresif secara fisik atau non-verbal

anatara lain menggigit, menendang, memberontak, mengganggu, merusak,

mendorong, menyerang, mendominasi, berkelahi, memukul serta perilaku

destruktif lain yang mengganggu kesenangan dan ketenangan orang lain (Afiaty,

2002:7).

Dengan adanya fenomena di atas, maka disusunlah rancangan layanan

bimbingan pribadi dan sosial. Dalam pelaksanaanya kegiatan bimbingan dalam

situas kelompok dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan

pribadi sosial bagi peserta didik. Hakekat penggunaan finger painting terletak

pada keterlibatan emosional dalam situasi masalah yang dihadapi. Melalui finger

painting diharapkan para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaanya,

memperoleh wawasan tentang nilai, sikap, dan persepsi, serta mengembangkan

keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Penggunaan finger painting untuk mereduksi perilaku agresif peserta

didik dalam penelitian ini yaitu melukis dengan jari sesuai dengan materi yang

ditetapkan. Peserta didik berkesampatan melakukan dan berdiskusi tentang

pemecahan masalah. Terlihat pula kecenderungan berperilaku agresif peserta

didik saat melakukan aktivitas finger painting dari segi melukis, mewarnai, dan

dominasi alat melukis.

Pendekatan seni sebagai suatu proses pembelajaran pada saat ini, sering

(17)

menghilangkan kegiatan kesenian dalam proses pendidikan anak di sekolah.

Meskipun tidak dihilangkan, biasanya hanya sebagai pelengkap atau sebagai

formalitas saja. Padahal setiap anak harus mendapatkan kesenian di sekolah. Seni

adalah suatu bentuk ekspresi dan komunikasi. Seni mempunyai nilai penting yang

sama dengan pelajaran-pelajaran yang terdapat pada kurikulum pendidikan.

(Dewey, 1934). Pendekatan seni ini bila digunakan oleh konselor, dapat menjadi

suatu pendekatan yang sangat berguna untuk membantu anak mengatasi

masalahnya sehingga dapat memperbaiki perilaku anak karena kemungkinan anak

tidak akan bosan apabila diberikan pendekatan yang menyenangkan.

Anak-anak dapat diajak menceritakan kisah mereka melalui terapi,

permainan dan menggunakan media yang sesuai. Media harus sesuai dengan

tahapan perkembangan anak-anak dan bermanfaat agar anak-anak mampu

menceritakan kisah mereka (Geldard, 2011:78). Finger painting merupakan seni

yang sudah lama ditinggalkan. Dahulu digunakan oleh orang-orang Amerika

Utara, Cina dan Eropa. Dan diperkenalkan lagi oleh Shaw (Hardi Mulyono, 2008)

pada tahun 1931. Shaw menemukan teknik ini tanpa sengaja. Salah satu murid

Shaw, Leonardo mendapatkan luka di tangannya dan Shaw memberikan sebotol

obat dan mengantar anak ke kamar mandi. Ketika Leonardo tidak kembali ke

kelas, Shaw mendatangi anak itu dan menemukan anak sedang bermain-main

dengan obat. Ia sedang melumuri dinding kamar mandi dengan obat tersebut.

Shaw memilih melihat kekacauan itu sebagai suatu bentuk kreativitas.

Dari temuan tersebut, Shaw dan murid-muridnya menghabiskan lima

tahun melakukan penelitian untuk menciptakan material cat yang aman untuk

anak. Material yang bebas dari racun sehingga anak dapat menggunakannya

dengan bebas. Teman sekerja Shaw, John Thomas Payne, seorang artis dan

psikolog,mempelajari metode dan filosofi Shaw dan meneruskannya ketika Shaw

meninggal pada tahun 1969. Point terpenting dari Shaw adalah gerakan. Dalam

melakukan aktivitas ini, bukan hanya tangan saja yang bergerak tetapi seluruh

tubuh.

Sebagaimana diungkapkan The American Art Therapy Associaton

(18)

dengan membuat sebuah karya seni yang kreatif. Proses penyembuhan ini berguna

dalam meningkatkan kualitas kehidupan. Art Therapy sangat membantu dalam

mengatasi gangguan emosi, menyelesaikan konflik, menambah wawasan,

mengurangi perilaku bermasalah, serta meningkatkan kebahagiaan hidup.

Menurut BAAT (British Association of Terapist Art), mengatakan bahwa

art therapy adalah suatu bentuk psikoterapi yang menggunakan seni sebagai

media dengan modus utama sebagai wadah komunikasi. Menurut BAAT, art

therapy dapat digunakan untuk kelompok, individu, tergantung pada kebutuhan

konseli dan kegiatan art therapy bukan sebagai aktivitas rekreasi atau pelajaran

seni, meskipun dalam setiap sesi yang dijalani menyenangkan. Untuk kegiatan ini

konseli tidak perlu memiliki pengalaman sebelumnya atau keahlian seni.

Malchiodi (2003) Art Therapy digunakan sebagai fasilitas perawatan kejiwaan.

Namun, seriring dengan perkembangan kebutuhan manusia Art Therapy memiliki

fungsi preventif yaitu mengembangkan suatu sikap yang dapat meningkatkan

kualitas hidup.

Finger painting merupakan salah satu bagian dari art therapy. Finger

paiting mempunyai kandungan sepiritual, seperti yoga. Aktivitas yang baik untuk

meningkatkan kepercayan diri dan dapat digunakan secara maksimal untuk

pengekspresian diri (Downs, 2008). Penggunaan finger painting dalam mereduksi

perilaku agresif telah mengajarkan keterampilan peserta didik untuk

mengajarakan keterampilan manajemen konflik.

Finger painting sebagai aktivitas yang dapat menenangkan anak. Hal ini

merupakan aktivitas yang sehat dan bertujuan dalam mereduksi perilaku agresif

karena anak dapat memvisualisasikan emosinya lewat garisan gambar, warna dan

bentuk dari gambar tersebut yang membangun keselarasan mental anak. Seni

adalah dramatis karena memiliki kemampuan untuk mengangkut dunia orang lain,

dunia yang tampaknya lebih baik, atau lebih santai (Allen & Krebs, 2006:92).

Dengan seni visual memberi kita akses ke pengalaman individu karena sebagian

individu belum mampu mengartikulasikannya secara lisan (Allen & Krebs,

2006:83). Hal ini untuk melihat bagaimana individu menggambarkan

(19)

dapat menggambarkan keluarganya. Ini bisa sangat mengungkapkan karena anak

jauh lebih bebas mengekspresikan apa yang mereka rasakan dengan menggunakan

teknik finger painting.

Bimbingan dan konseling merupakan sarana pendidikan yang diberikan

dengan cara memberikan bantuan kepada siswa dalam mengembangkan

potensinya termasuk juga untuk mengembangkan sikap negatif termasuk perilaku

agresif. Untuk membuat anak mau membicarakan masalah sensitif konselor harus

menggunakan media dengan menggunakan teknik konseling dimana jika ingin

bergabung dengan anak-anak sebelumnya kita masuk di dunia mereka.

Menemukan sisi anak-anak tidak berarti menjadi kekanak-kanakan atau

menjadi anak-anak, tetapi ini berarti berhubungan dengan bagian dari diri kita

yang sesuai dengan dunia anak-anak dan yang paling penting adalah konselor

mencari cara memfasilitasi atau berhubungan dengan anak-anak untuk masuk ke

dunianya. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dipaparkan, maka peneliti

merasa teartarik meneliti program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif

anak melalui teknik finger painting. Sehingga anak dapat mengembangkan

keterampilan baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Masa Sekolah Dasar sering disebut masa intelektual atau masa keserasian

sekolah. Dalam mengikuti pendidikan formal, anak banyak berinteraksi atau

bersosialisasi dengan anak-anak lain. Dalam bersosialisasi itu anak akan

menunjukkan perilaku yang sosial dan tidak sosial. Menurut Hurlock (1997:118),

pola perilaku yang sosial antara lain : meniru, persaingan, kerjasama, simpati,

empati, dukungan sosial dan tidak mementingkan diri sendiri dan perilaku akrab.

Sedangkan perilaku tidak sosial (non-social) antara lain: negativisme, agresif,

pertengkaran, merusak, mendominasi, egosentris, berprasangka buruk, dan

pertengkaran lawan jenis.

Menurut Murry (Hardi Mulyono, 2008) agresif didefinisikan sebagai suatu

cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang,

(20)

tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang

lain. Namun, yang menjadi masalah serius adalah apabila pola-pola agresif ini

menetap dan berlebihan. Bayangkan betapa dampak yang sangat merugikan bila

kita tidak dengan sungguh-sungguh mengatasi sikap anak karena tentunya sangat

mempengaruh masa depan anak tersebut. Banyak pendekatan yang dapat

digunakan untuk mengatasi sikap anak, tetapi kita tentulah harus berhati-hati

apakah malah dapat menimbulkan masalah baru bagi anak di kemudian hari.

Perilaku agresif yang terjadi di lingkungan sekolah jika tidak segera

ditangani dapat mengganggu proses pembelajaran dan perkembangan sosialnya.

Anak akan meniru dan membentuk siswa lain untuk berperilaku agresif pula.

Perilaku agresif siswa dianggap biasa dan akan semakin meluas. Menurut

(Geldard, 2011:77) sebagai konselor, sudah seharusnya kita harus melibatkan diri

dengan anak-anak sehingga mereka bisa berbicara bebas mengenai masalah yang

menyakitkan dan kita bisa bergabung dengan anak-anak melalui permainan, tanah

liat dan macam bentuk seni lainnya. Konselor memberikan lingkungan yang

nyaman bagi anak-anak agar siswa dapat mengembangkan potensinya.

Seni adalah suatu bentuk ekspresi dan komunikasi. Seni mempunyai

nilai penting yang sama dengan pelajaran-pelajaran yang terdapat pada kurikulum

pendidikan. (Dewey, 1934). Apabila pendekatan seni digunakan secara baik dan

benar, dapat menjadi suatu pendekatan yang sangat berguna untuk membantu

anak mengatasi masalahnya sehingga dapat memperbaiki perilaku anak. Menurut

The American Art Therapy Associaton (Malchiodi;2003) art therapy adalah

sebuah proses penyembuhan yang dilakukan dengan membuat sebuah karya seni

yang kreatif. Proses penyembuhan ini berguna dalam meningkatkan kualitas

kehidupan. Art Therapy sangat membantu dalam mengatasi gangguan emosi,

menyelesaikan konflik, menambah wawasan, mengurangi perilaku bermasalah,

serta meningkatkan kebahagiaan hidup.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pemberian bantuan layanan

bimbingan dan konseling bagi peserta didik untuk mengurangi perilaku agresif di

sekolah yaitu penggunaan finger painting. Finger painting dapat membantu atau

(21)

mengemukakan ada sesuatu hubungan antara tindakan fisik dari menyentuh cat

dengan sesuatu di dalam diri individu (Hardi Mulyono, 2008). Finger painting

secara singkat dinyatakan sebagai aktivitas yang dapat menenangkan anak. Finger

painting merupakan aktivitas yang sehat dan bertujuan dalam mereduksi perilaku

agresif karena anak dapat memvisualisasikan emosinya lewat garisan gambar,

warna dan bentuk dari gambar tersebut yang membangun keselarasan mental

anak. Namun pokok permasalahan yang akan dibahas penulis adalah bimbingan

mereduksi perilaku agresif melalui teknik finger painting.

Maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran umum perilaku agresif di kelas V SDN Leuwi Anyar

Tahun Ajaran 2013/2014 ?

2. Seperti apa rumusan program bimbingan yang efektif untuk mereduksi

perilaku agresif anak melalui teknik finger painting di kelas V SDN Leuwi

Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 ?

3. Seperti apa gambaran keefektifan program bimbingan menggunakan teknik

finger painting dalam mereduksi perilaku agresif di kelas V SDN Leuwi

Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum perilaku agresif di

SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 dan efektivitas program bimbingan

untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting di kelas V

SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014

1. Memperoleh gambaran umum perilaku agresif di kelas V SDN Leuwi Anyar

Tahun Ajaran 2013/2014

2. Merumuskan program bimbingan yang efektif untuk mereduksi perilaku agresif

anak melalui teknik finger painting di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran

2013/2014

3. Keefektifan program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak

menggunakan teknik finger painting di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran

(22)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Konselor Sekolah

Penelitian ini bermanfaat bagi konselor untuk mengetahui peserta didik yang

berprilaku agresif di SDN Leuwi Anyar. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar

pertimbangan dalam mengembangkan program bimbingan sekolah.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan instrumen dan fokus

penelitian selanjutnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, asumsi dan struktur organisasi

skripsi. Bab II menyajikan konsep teoretis yang terdiri dari konsep agresi anak

dan finger painting, kerangka berpikir, penelitian terdahulu, dan hipotesis

penelitian. Bab III Metode Penelitian, terdiri dari lokasi populasi dan sampel

penelitian, pendekatan dan metode penelitian, devinisi operasional variabel,

proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan

prosedur penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari

penguraian hasil penelitian dan pembahasan temuan penelitian. Bab V Penutup,

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakspeserta didikan di SD Negeri Leuwi Anyar yang berlokasi

di Jalan Leuwi Anyar IV, Kel. Kebonlega, Kec. Bojongloa Kidul Bandung 40235.

Alasan pemilihan lokasi penelitian disebabkan berdekatan dengan terminal bis.

Tempat itulah yang kemudian menjadi simbol rawan kriminalitas dan agresifitas

di lingkungan tersebut. Banyak peserta didik pedagang kaki lima dan pengamen

peserta didik-peserta didik. Di lingkungan tersebut mereka membaur dengan

orang dewasa yang mayoritas berkata kasar, berperilaku kasar, penyebab dari

lingkungan juga turut mempengaruhi yakni polusi udara, kesesakan sehingga

timbul kejengkelan, frustasi karenanya. Hal inilah yang mengakibatkan peserta

didik khususnya SD Negeri Leuwi Anyar dapat berprilaku agresif.

Populasi dalam penelitian adalah peserta didik Kelas V SD Negeri Leuwi

Anyar Bandung tahun ajaran 2013/2014. Jumlah populasi penelitian adalah 74

orang. Sampel penelitian diambil secara Simple Random Sampling yaitu

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pengambilan sampel acak

sederhana dapat dilakukan secara undian, memilih bilangan, dan daftar bilangan

secara acak, dsb (Sugiyono, 2010:64). Berdasarkan pengertian tersebut maka

peneliti mengambil sampel dengan cara mengundi dari jumlah peserta didik yang

memiliki tingkat agresi tinggi. Untuk penyebaran angket sebanyak 2 kelas, dan

dalam penelitian ini peserta didik yang diberi intervensi (treatment) adalah 2-13

peserta didik dari hasil skor tertinggi perilaku agresif secara acak. Pertimbangan

menentukan jumlah berdasarkan prespektif bimbingan kelompok bahwa jumlah

(24)

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi Penelitian Peserta Didik Kelas V SD NegeriI Leuwi Anyar

No. Kelas Anggota Populasi

1. V A 39

2. V B 35

Total 74

Adapun banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13

peserta didik (laki-laki 13) dengan kategori perilaku agresif tinggi.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan one-group pre-test post-test design. Pada

desain ini terdapat pre-test sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan

keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain penelitian digunakan untuk

memperoleh gambaran keefektifan program bimbingan menggunakan teknik

finger painting dalam mereduksi perilaku agresif di SD Negeri Leuwi Anyar

Tahun Bandung tahun ajaran 2013/2014. Desain penelitian tindakan dilakukan

melalui langkah-langkah yang dapat dilihat pada gambar berikut.

(25)

Analisis Kondisi Objektif Lapangan

Identifikasi kasus dan membuat rancangan bimbingan kelompok

melalui finger painting

Proses pelaksanaan bimbingan kelompok melalui

finger painting

Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi

Evaluasi Akhir

Analisis Hasil

Kesimpulan

Keterangan

1. Analisis kondisi objektif lapangan, tahap ini merupakan analisis kondisi

objektif lapangan di SDN Leuwi Anyar Bandung. Analisis dilakukan dengan

mengamati kondisi lapangan pada meliputi perilaku agresif peserta didik yang

dilakukan melalui observasi pada saat kegiatan belajar mengajar dan istirahat.

Dari hasil pengamatan terdapat beberapa siswa yang diindikasikan memiliki

perilaku agresif yang tinggi dengan indikator perilaku di antaranya

permusuhan terbuka dan pertengkaran, kekerasan dan marah yang sadis, dan

(26)

2. Pada tahap ini, dilakukan pengembangan rencana tindakan bagi siswa

kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung yang memiliki perilaku agresif tinggi

yaitu menetapkan treatment yang akan diberikan kepada siswa yang

mengalami perilaku agresif tinggi yaitu dengan bimbingan kelompok

melalui permainan finger painting.

3. Proses Pelaksanaan Bimbingan Kelompok melalui finger painting.

Tahap ini merupakan pelaksanaan intervensi yang didokumentasikan melalui

pedoman observasi, angket, dan pengambilan gambar. Berikut ini rincian

kegiatan pelaksanaan intervensi, yaitu:

a) Pelaksanaan tindakan yang dimulai dari perencanaan dan tindakan dengan

menggunakan bimbingan kelompok melalui finger painting.

b) Observasi pelaksanaan bimbingan kelompok melalui finger painting untuk

mereduksi perilaku agresif.

c) Refleksi perilaku agresif berdasarkan temuan dalam proses pelaksanaan

bimbingan kelompok melalui finger painting.

4. Evaluasi Akhir

Evaluasi akhir bertujuan sebagai evaluasi dari seluruh kegiatan

pelaksanaan bimbingan kelompok melalui finger painting. Evaluasi

dilakukan menggunakan jurnal harian.

5. Analisis Hasil

Data yang diperoleh dari evaluasi akhir dianalisis secara kuantitatif. Analisis

kuantitatif dilakukan uji statistik.

6. Kesimpulan

Hasil analisis dan pemaknaan digunakan untuk menjawab pertanyaan

penelitian dan sebagai umpan balik bagi intervensi. Pada akhir penelitian

tindakan, hasil analisis dan pemaknaan data digunakan untuk

(27)

C. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, Digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan. Metode penelitian yang dipakai adalah metode

pra-eksperimen. Metode ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena

masih terdapat variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel

dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel kontrol, dan sampel

tidak dipilih secara random. Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka

dibuat desain penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana

dijabarkan berikut ini:

a. Tahap I

Tahap persiapan, meliputi: (a) penyusunan proposal skripsi; (b) penyusunan

skripsi; dan (c) pembuatan surat izin penelitian untuk memenuhi kelengkapan

administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

b. Tahap II

Tahap pengumpulan data, meliputi: (a) penyusunan dan pengembangan instrumen

berupa angket untuk mengungkap tingkat agres peserta didik kelas V SD Negeri

Leuwi Anyar Tahun Bandung; (b) judgment instrumen oleh ahli sebelum

(28)

c. Tahap III

Tahap pengolahan data meliputi: (a) verifikasi data, (b) penyekoran data, dan (c)

pengelompokkan data.

d. Tahap IV

Tahap penyusunan program, program yang disusun berupa program teknik finger

painting dalam mereduksi agresif peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar

Tahun Ajaran 2013/2014 Bandung.

e. Tahap V

Tahap pelaksanaan tindakan, tindakan dengan menggunakan teknik finger

painting pada peserta didik yang memiliki tingkat agresi tinggi.

D. Definisi Operasional Variabel

1. Perilaku Agresif Peserta Didik

Perilaku agresif peserta didik yang menjadi target dalam penelitian ini

adalah peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Bandung. Perilaku agresif

peserta didik disini diartikan sebagai tindakan yang disengaja untuk menyakiti

atau melukai baik secara verbal maupun non verbal. Aspek-aspek yang muncul

pada perilaku agresif peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar mengacu

pada Schneiders (1955: 336) menurutnya bentuk-bentuk perilaku agresif terbagi

menjadi dua yaitu bentuk agresi verbal dan non verbal. Dalam penelitian ini

menurut Schneiders (Haerudin, 2002) aspek dan indikator dikembangkan

menjadi;

a. Self-Assertion (suka menonjolkan diri), seperti memiliki gejala keinginan untuk

berhasil tanpa usaha.

b. Possesion (memiliki), seperti suka menuntut semua barang seperti semua mainan

adalah miliknya (umumnya pada peserta didik-peserta didik), merampas atau

merenggut dengan kasar mainan atau sesuatu kepunyaannya bila diambil orang

lain, dan menyembunyikan barangnya dari orang lain.


c. Teasing (suka mengganggu), seperti suka mengejek dengan kata-kata yang

(29)

d. Dominance (suka menguasai), seperti menguasai orang lain, tidak mau dilawan

atau ditantang baik pendapat maupun perintahnya.

e. Bullying (suka menggertak), seperti serangan permusuhan biasanya tertuju pada

yang lebih lemah, memandang dengan marah

f. Open hostility and Attact (permusuhan terbuka dan pertengkaran), seperti suka

berkelahi, menyepak, dan menggebrak meja

g. Violence and Destruction (bengis dan merusak), seperti merusak fasilitas umum

h. Revenge (balas dendam), seperti melukai melalui kata-kata kasar atau dengan

melukai psikisnya

i. Brutality and Sadistic Fury (kekerasan dan marah yang sadis), seperti ingin

memukul korban sampai parah

2. Teknik Finger Painting

Teknik finger painting difokuskan pada indikator yang memiliki tingkat

ketercapaian tinggi dari aspek kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas

V SDN Leuwi Anyar Dalam kegiatan ini peserta didik dapat melampiaskan

perilaku agresif melalui teknik finger painting lalu menyadari dan meminta maaf

atas perbuatannya sehingga peserta didik dapat mempertanggungjawabkan

perbuatan yang telah dilakukan.

E. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa angket (kuesioner).

Kuesioner merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Angket yang dibuat adalah angket yang mengungkap perilaku agresif

peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Bandung. Angket tersebut

dikembangkan dari bentuk-bentuk perilaku agresif yang diungkapkan oleh

Schneider. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa

(30)

jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif

jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.

2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan perilaku agresif peserta didik

peserta didik di sekolah dikembangkan dari definisi operasional variabel

penelitian merujuk pada pendapat Schneider. Kisi-kisi instrumen sebelum

judgement tersaji pada Tabel berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif

No. Aspek Indikator Pernyataan (-) Jumlah

1. Self Assertion

(suka menonjolkan diri

(31)

No. Aspek Indikator Pernyataan (-) Jumlah

7. Violence and Destruction

(bengis dan merusak)

9. Brutality and Sadistic

Fury

Angket dikembangkan dalam bentuk force choice, yaitu berisi pernyataan

yang bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”.

Peserta didik diberi sejumlah pernyataan kemudian menjawab setiap pernyataan

dengan cara memberi tanda silang pada kolom “Ya” untuk jawaban yang sesuai

dengan keadaan diri peserta didik atau kolom “Tidak” untuk jawaban yang tidak

sesuai dengan keadaan diri peserta didik. Format penilaian angket dapat dilihat

pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Format Penilaian Angket

Pernyataan Ya Tidak

(32)

4. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen dilakukan dengan cara menimbang (judgement)

pada setiap butir pernyataan yang telah dibuat dengan tujuan untuk mengetahui

kelayakan angket dari segi bahasa, materi, maupun konstruk. Penimbangan

dilakukan oleh dosen ahli yakni dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan. Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian

pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item

yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut bisa digunakan, dan item

yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa

digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut. Hasil judgement dari tiga

pakar tersebut dijadikan bahan untuk menyempunakan angket sehingga layak

diberikan kepada responden (Peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar

Bandung).

5. Uji Keterbacaan

Sebelum instrumen diuji validitas, instrumen tersebut di uji keterbacaan

kepada sampel setara di sekolah lain. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur

sejauh mana instrument tersebut dapat dipahami oleh subjek penelitian. Setelah

uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi

sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik kelas V SD

Negeri Leuwi Anyar Bandung 2013/2014.

6. Uji Validitas

Uji validitas alat pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui apakah

instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa

yang akan diukur (Sugiyono, 2011: 121). Sebuah instrument dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan secara tepat. Tinggi rendahnya

validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2006:

158). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Point Biseral

(33)

(Sudijono, 2008: 185)

Keterangan:

= koefisensi biserial

= mean butir yang menjawab benar

= mean skor total

= simpangan baku total

= proposi yang menjawab benar

Untuk melihat signifikasninya digunakan Uji-t dengan rumus :

√ √

(Sudijono, 2008: 195)

Keterangan:

t = nilai t hitung

r = koefesien hasil r hitung

n = jumlah responden

Distribusi (tabel t) untuk ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n - 2). Kriteria

yang digunakan adalah item yang memiliki dinyatakan

(34)

7. Uji Reliabilitas

Reliabilitas intrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi)

skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam

kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor

perolehan subjek. Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil

pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Seperti

yang diungkapkan oleh Arikunto (2006: 221) bahwa reliabilitas berhubungan

dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf

kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Menurut Sukardi (2008: 127), reliabilitas sama dengan konsistensi atau

keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang

tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur

yang hendak diukur. Adapun rumus yang digunakan dalam metod

Kuder-Richardson sebagai berikut :

(Sudijono, 2008: 253)

Keterangan :

= Koefisien reliabilitas tes n = Jumlah item

= Varians skor total

= Proporsi testee yang menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan

= Proporsi testee yang menjawab dengan salah butir item yang bersangkutan

(35)

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS 20. Sebagai

tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas sebagai berikut.

Tabel 3.4

Interprestasi Koefisien Reliabilitas

Interprestasi

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

(Arikunto, 2006: 196)

Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan dari

ke-34 butir item, menunjukkan koefisien reliabilitas (konsistensi internal) instrumen

perilaku agresif sebesar 0.811. Artinya, tingkat korelasi dan derajat keterandalan

instrumen perilaku agresif peserta didik berada pada kategori sangat tinggi.

F. Pengembangan dan Pelaksanaan Program

1. Pengembangan Program

Dalam rangka menghasilkan program bimbingan untuk mereduksi

perilaku agresif anak melalui teknik finger painting yang layak dilaksanakan,

maka disusun tahapan kegiatan sebagai berikut;

a. Tahap awal mengambil need assesment siswa terhadap perilaku agresif diungkap

melalui angket perilaku agresif yang disebarkan kepada seluruh siswa.

b. Tahap pengkajian hasil need assesment yang diperoleh dari hasil angket dijadikan

bahan masukan pengembangan program.

c. Tahap pengembangan program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak

(36)

teori mengenai perilaku agresif anak, maka dikembangkan sebuah program finger

painting.

d. Tahap judgement program. Untuk mengkaji kelayakan sebuah program adalah

dilakukan judgement program kepada pakar atau ahli bimbingan dan konseling di

lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Judgement atau validasi program

tersebut bertujuan untuk memperoleh rumusan program finger painting yang

layak untuk dilaksanakan di kelas baik dari sisi bahasa, isi maupun konstruk.

Dengan demikian diperoleh saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam

pengembangan program, sehingga tersusunlah bimbingan untuk mereduksi

perilaku agresif anak melalui teknik finger painting. Uji coba lapangan. Kegiatan

uji coba yang berbentuk penelitian pra-eksperimen (one group pre test-post test)

melibatkan siswa yang menjadi konseli yaitu siswa yang skor rata-rata agresifnya

rendah yaitu dalam rentang 0-32,99 dan melibatkan sampel penelitian dengan skor

rata-rata perilaku agresif tinggi yaitu dalam rentang 67,00-100,00. Pelatihan finger

painting dilakukan selama 4 sesi dengan 10 materi pada bulan April-Mei.

e. Analisis dan revisi program. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas

program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger

painting Revisi program dilakukan atas hasil analisis pada uji coba yaitu dampak

dan reaksi siswa selama proses bimbingan kelompok, sehingga terwujud program

akhir finger painting yang mampu mereduksi perilaku agresif siswa.

2. Pelaksanaan Program

Gambaran setiap sesi intervensi program bimbingan untuk mereduksi

perilaku agresif anak melalui teknik finger painting adalah sebagai berikut:

Sesi 1

Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengikuti aturan-aturan yang

berlaku di sekolah, mengenal norma dalam berinteraksi dengan teman sebaya,

serta meningkatkan rasa empati terhadap teman sebaya yang ditandai dengan

kesediaan untuk mengikuti seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Merebut

Bendera’’. Layanan ini menggunakan alat melukis dan pilihan gambar bendera negara melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan mengisi jurnal kegiatan

(37)

Sesi 2

Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat dapat meningkatkan

kemampuan untuk menahan emosi dan mengenal norma-norma dalam

berinteraksi dengan teman yang ditandai dengan kesediaan untuk mengikuti

seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Patuhilah Perintah”. Layanan ini menggunakan alat melukis melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan

mengisi jurnal kegiatan bimbingan.

Sesi 3

Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat meningkatkan kemampuan

untuk membina hubungan yang positif yang ditandai dengan kesediaan untuk

mengikuti seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Bangun Datar”. Layanan ini menggunakan alat melukis melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan

mengisi jurnal kegiatan bimbingan.

Sesi 4

Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan cara

pengendalian diri untuk tidak melukai teman, mempertunjukkan cara-cara

mengkomunikasikan perasaan dengan tepat serta memahami perasaan diri dan

orang lain. Sesi ini berjudul Melukis Sesuai Keinginan. Layanan ini

menggunakan alat melukis melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan

mengisi jurnal kegiatan bimbingan.

G. Prosedur Penelitian

1. Langkah-Langkah Penelitian

a. Penyusunan Proposal Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu menyusun proposal

penelitian. Proses penyusunan proposal dimulai dari pengajuan tema bahasan

penelitian kepada dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling,

proposal diseminarkan untuk mendapatkan berbagai masukan dari dosen mata

kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling maupun dari peserta seminar

(38)

direvisi dan diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan

dosen pembimbing skripsi.

b. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakspeserta didikan kepada wali kelas mengenai

gambaran umum agresi peserta didik di SD Negeri Leuwi Anyar Bandung dalam

proses belajar, khususnya peserta didik kelas V. Selain itu, peneliti juga

melakukan observasi langsung saat peserta didik mengikuti kegiatan belajar

mengajar sehingga peneliti mendapatkan gambaran perilaku agresif peserta didik

secara langsung.

c. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian dilakukan sebagai persapan selanjutnya untuk

mengumpulkan data. Proses perizinan dimaksudkan untuk memperlancar

pelaksanaan pengumpulan data. Perizinan penelitian diperoleh dari Jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Direktorat UPI,

Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat dan Kepala Sekolah SD

Negeri Leuwi Anyar Bandung.

d. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan 10 pertemuan. Pertemuan pertama digunakan

untuk pelaksanaan pre-test. Pre-test digunakan untuk mengetahui tingkat agresif

peserta didik yang menjadi sampel penelitian sebelum dilakukan treatment atau

intervensi. Peneliti memberikan angket kepada seluruh peserta didik kelas V dan

memberikan penjelasan mengenai petunjuk pengisian angket tersebut. Setelah

pre-test dilakspeserta didikan, peneliti melakukan pengolahan data secara statistik.

Kemudian data empiris mengenai gambaran agresif peserta didik kemudian

diturunkan ke dalam sebuah rancangan program yaitu “Program Bimbingan untuk

Mereduksi Perilaku agresif Peserta didik dengan Menggunakan Teknik Finger

painting”. Program tersebut juga diuji kelayakannya sebelum diujicobakan di

sekolah.

Pertemuan kedua digunakan untuk memberkan orientasi kepada kelas

mengenai gambaran hasil pre-test yang mereka lakukan, serta tujuan untuk

(39)

seoptimal mungkin. Pertemuan ketiga dan seterusnya digunakan untuk

memberikan intervensi berdasarkan program bimbingan yang telah dirancang.

Setalah program intervensi dilaksanakan, pertemuan terakhir diberikan post-test

kepada peserta didik yang berada pada kelas sampel. Tujuan diadaknnya post-test

ialah untuk mengetahui penurunan agresif peserta didik setelah diberikan

treatment. Kemudian, skor post-test tersebut dibandingkan dengan skor pre-test

untuk mengetahui efektivitas program bimbingan untuk mereduksi perilaku

agresif peserta didik dengan menggunakan teknik finger painting.

e. Tahap Akhir

Pada tahap akhir dilakukan pengolahan dan menganalisis data tentang

efektivitas program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif peserta didik

dengan menggunakan teknik finger painting, serta kesimpulan dari hasil

penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

H. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Teknik yang dipilih untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan angket atau kuesioner. Arikunto (2010:194), menjelaskan

“angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang diketahuinya.”

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket

tertutup. Riduwan (2002:27) menjelaskan “angket tertutup adalah angket yang

disajikan dalam bentuk sedemikian rupa (angket berstruktur) sehingga responden

diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik

dirinya dengan memberikan tanda silang (X) atau checklist (√).”

Dalam mengumpulkan data, angket yang disebarkan kepada responden

berbentuk pernyataan-pernyataan mengenai aspek perilaku agresif siswa. Angket

yang berisi 34 pernyataan (sebelum uji coba) disebarkan untuk mencari tingkat

(40)

yang berisi 34 pernyataan (setelah uji coba) disebarkan dalam tahap penelitian

pretest dan posttest

2. Pengolahan Data

Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan,

masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut.

1. Pertanyaan penelitian mengenai perilaku agresif peserta didik Kelas V SDN

Leuwi Anyar dijawab dengan cara mengelompokkan perilaku agresif peserta

didik ke dalam 3 kategori yaitu tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R). Hal yang

pertama dilakukan adalah mengubah skor mentah menjadi skor matang, dengan

menggunakan skor skala 100. Kemudian menentukan panjang kelas sebelumnya

terlebih dahulu perlu diketahui rentang (R) antara skor terbesar dengan skor

terkecil, berikut rumus yang digunakan :

(Furqon, 2004: 24)

Setelah diketahui nilai rentang (R), maka panjang kelas (p), dapat

diketahui dengan rumus:

(Furqon, 2004: 25)

Pada instrumen mengungkap perilaku agresif peserta didik yang telah

disebarkan, diketahui bahwa skor terbesar ideal adalah 100 dan skor terkecil

ideal adalah 0, sehingga dapat diketahui bahwa skor rentang, yaitu 100. Dengan

menggunakan rumus di atas, didapat nilai panjang kelas, yaitu 33. Jadi untuk

mengelompokkan data dengan rentang sebesar 100 dan banyak kelas sebanyak 3,

diperlukan panjang kelas 33. Secara terperinci interval skor perilaku agresif

peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

R = skor terbesar

skor terkecil

(41)

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Agresi Peserta didik

Rentang Skor Kategori

0 - 32,99

33,00 - 66,99

67,00 - 100,00

Rendah

Sedang

Tinggi

2. Pertanyaan kedua mengenai rancangan intervensi melalui teknik finger painting

dalam mereduksi perilaku agresiff peserta didik. Rancangan intervensi disusun

berdasarkan hasil pre-test. Uji kelayakan (judgement) dilakukan untuk rancangan

intervensi.

3. Pertanyaan penelitian ketiga mengenai efektivitas teknik finger painting

dirumuskan ke dalam hipotesis “teknik finger painting efektif dalam mereduksi perilaku agresif peserta didik.” Pengujian hipotesis dilakukan dengan

(42)

PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF ANAK MELALUI TEKNIK FINGER PAINTING

KELAS V SDN LEUWI ANYAR TAHUN AJARAN 2013-2014

A. Rasional

Masa Sekolah Dasar sering disebut masa intelektual atau masa

keserasian sekolah. Dalam mengikuti pendidikan formal, anak banyak

berinteraksi atau bersosialisasi dengan anak-anak lain. Dalam

bersosialisasi itu anak akan menunjukkan perilaku yang sosial dan tidak

sosial. Menurut Hurlock (1997:118), pola perilaku yang sosial antara lain :

meniru, persaingan, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial dan tidak

mementingkan diri sendiri dan perilaku akrab. Sedangkan perilaku tidak

sosial (non-social) antara lain: negativisme, agresif, pertengkaran,

merusak, mendominasi, egosentris, berprasangka buruk, dan pertengkaran

lawan jenis.

Fenomena meningkatnya perilaku agresif dikalangan sekolah pada

jenjang pendidikan sekolah dasar antara lain peserta didik di Malang tahun

2010, nekat memanjat tower saluran tegangan tinggi yang berada tak jauh

dari sekolahnya. Untungnya aksi nekat peserta didik duduk di bangku

kelas IV diketahui gurunya. Hal tersebut dikarenakan peserta didik berebut

alat tulis, saling mengolok kemudian berkelahi (Aminudin, 2010).

Peristiwa ini menegaskan bahwa apabila keinginan dan harapan tidak

sesuai dengan kenyataan akan dapat menimbulkan perilaku agresif.

Perilaku agresif muncul dikarenakan kegagalan dalam usahanya yang

diekspresikan dengan kemarahan dan luapan emosi yang meledak-ledak

kadang disertai dengan bertindak sadis dan usaha untuk merugikan orang

lain.

Fenomena tersebut diperkuat dari data hasil penyebaran instrument

yang dilakukan pada peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun

(43)

jumlah peserta didik mengenai perilaku agresif sebanyak 9,2% peserta

didik berada pada kategori rendah, sebanyak 71,1% berada pada kategori

sedang dan 17,1% berada pada kategori tinggi.

Moore dan Fine dalam Koeswara (1988:5) mendefinisikan perilaku

agresif sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun verbal terhadap

individu atau terhadap objek tertentu. Menurut (Singgih, 2012) perilaku

agresif pada anak merupakan bentuk pelampiasan emosi. Anak kelihatan

agresif sekali ketika menghadapi keadaan terkekang atau reaksi emosi

terhadap frustasi karena dilarang melakukan sesuatu. Agresif anak juga

sering muncul karena tingkah laku agresif sebelumnya mengalami

penguatan. Selain itu anak menjadi agresif karena mencontoh apa yang

dilihat sekitarnya. Perilaku agresif tersebut dapat disalurkan dalam bentuk

perbuatan, tetapi bila perilaku tersebut dihalangi maka akan tersalurkan

melalui kata-kata dan pikiran. Perilaku agresif anak dipandang sebagai

perilaku yang cenderung menyakiti orang lain atau benda secara fisik

maupun verbal dengan tujuan ataupun tanpa tujuan tertentu (Nurlaela,

2003:20).

Dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif anak adalah tindakan

anak yang dapat melukai atau merugikan orang lain dan merusak barang

atau objek lain di sekitar anak baik dilakukan dalam bentuk perilaku

agresif secara fisik, verbal maupun nonverbal.

Setiap individu pernah melakukan agresi dalam bentuk yang

berbeda, namun yang perlu mendapat perhatian adalah intensitas dalam

melakukan agresi. Perilaku agresif dianggap sebagai suatu gangguan

perilaku bila ia memenuhi persyaratan sebagai berikut (Saefi, 2010);

bentuk perilaku luar biasa, misalnya memukul itu termasuk perilaku yang

biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju dinyatakan dengan

memukul, maka perilaku di atas dapat diindikasikan sebagai perilaku

agresif. Apabila memukulnya menggunakan alat yang tidak wajar,

misalnya memukul dengan menggunakan tempat minum juga termasuk

(44)

agresif bersifat menetap, terus-menerus, dan tidak menghilang dengan

sendirinya. Perilaku agresif yang terjadi di lingkungan sekolah jika tidak

segera ditangani dapat mengganggu proses pembelajaran dan

perkembangan sosialnya. Anak akan meniru dan membentuk peserta didik

lain untuk berperilaku agresif pula. Perilaku agresif peserta didik dianggap

biasa dan akan semakin meluas.

Bimbingan dan konseling merupakan sarana pendidikan yang

diberikan dengan cara memberikan bantuan kepada peserta didik dalam

mengembangkan potensinya termasuk juga untuk mengembangkan sikap

negatif termasuk perilaku agresif. Untuk membuat anak mau

membicarakan masalah sensitif konselor harus menggunakan media

dengan menggunakan teknik konseling dimana jika ingin bergabung

dengan anak-anak sebelumnya kita masuk di dunia mereka. Menurut

Geldard (2011:77) sebagai konselor, sudah seharusnya kita harus

melibatkan diri dengan anak-anak sehingga mereka bisa berbicara bebas

mengenai masalah yang menyakitkan dan kita bisa bergabung dengan

anak-anak melalui permainan, tanah liat dan macam bentuk seni lainnya.

Konselor memberikan lingkungan yang nyaman bagi anak-anak agar

peserta didik dapat mengembangkan potensinya.

Menemukan sisi anak-anak tidak berarti menjadi kekanak-kanakan

atau menjadi anak-anak, tetapi ini berarti berhubungan dengan bagian dari

diri kita yang sesuai dengan dunia anak-anak dan yang paling penting

adalah konselor mencari cara memfasilitasi atau berhubungan dengan

anak-anak untuk masuk ke dunianya salah satunya dengan teknik finger

painting.

Finger painting adalah teknik melukis dengan mengoleskan cat

pada kertas basah dengan jari atau dengan telapak tangan (Salim,1991).

Sifat anak ketika melukis ingin cepat agar ide dan gagasan tidak kandas

dan menghilang. Oleh karena itu, anak dengan nekat mengambil warna

yang ada secara langsung dari warna yang telah disediakan. Dengan

(45)

lukisannya. Akhirnya, anak mencelupkan tangannya sendiri ke cat warna.

Perilaku anak seperti ini adalah perilaku bermain, jadi dengan model

bermain, jari-jari anak tersebut lincah digerakkan ke media lukis. Teknik

melukis langsung dengan cat pewarna tersebut dinamakan finger painting,

yaitu teknik melukis dengan jari tangan secara langsung tanpa

menggunakan bantuan alat (Pamadi dan Sukardi, 2010:3.35).

Art Therapy adalah teknik terapi yang menggabungkan berbagai

bentuk seni visual (termasuk gambar, lukisan patung, dan teknik terkait)

sebagai sarana berkomunikasi. Art therapy ini dirancang untuk membantu

individu yang telah berjuang dengan kecanduan, trauma, depresi,

kesedihan atau jenis lain dari tantangan fisik, mental atau emosional

(Dewi, 2013). Menurut Malchiodi (2003) Art Therapy digunakan sebagai

fasilitas perawatan kejiwaan. Namun, seriring dengan perkembangan

kebutuhan manusia art therapy memiliki fungsi preventif yaitu

mengembangkan suatu sikap yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

Disampaikan oleh Council (Malchiodi, 2003) bahwa fungsi preventif art

therapy dilakukan melalui suatu pengaturan yang disesuaikan dengan

intervensi kesehatan manusia yang dilakukan baik secara traidisonal

maupun komplementer. Para ahli biasanya melakukan art therapy dengan

menggunakan teknik bermain, kondisi ini membuat art therapy menjadi

sangat sesuai jika digunakan dalam dunia anak-anak.

Finger painting dapat membantu atau membuat anak dan remaja

duduk diam dalam waktu yang relatif cukup lama. Finger painting

merupakan aktivitas yang baik untuk meningkatkan kepercayaan diri dan

dapat digunakan secara maksimal untuk pengekpresian diri yang dapat

diterima dengan baik tanpa adanya paksaaan. Tentunya dengan paksaan

hanya akan menimbulkan masalah baru bagi anak di hari berikutnya.

Program bimbingan melalui teknik finger painting terhadap tingkat

agresi anak penting dilakukan. Apabila peserta didik berada pada kondisi

yang tidak teratur di sekolah dan belum mecapai tugas-tugas

(46)

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru, belum

mengembangkan sikap positif terhadap kelompok-kelompok sosial, maka

hal tersebut akan mengganggu proses pembelajaran dan perkembangan

sosial.

Semakin tinggi tingkat agresi peserta didik maka semakin rendah

kemampuan peserta didik untuk mengatur dirinya sendiri. Oleh karena itu

peserta didik perlu mendapatkan bimbingan untuk mereduksi perilaku

agresifnya dengan menggunakan teknik finger painting.

Data hasil dari penyebaran instrument yang dilakukan pada peserta

didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014 mengenai

perilaku agresif peserta didik, menunjukkan bahwa sebanyak 7 peserta

didik, (9,2%) berada pada kategori rendah dengan rentang skor antara 0 -

32,99; sebanyak 54 peserta didik (71,1%) berada pada kategori sedang

hdengan rentang skor antara 33,00 - 66,99; sebanyak 13 peserta didik

(17,1%) berada pada kategori tinggi dengan rentang skor 67,00 - 100,00.

Dari data tersebut menunjukkan peserta didik kelas V SDN Leuwi

Anyar lebih banyak berada pada kategori sedang, artinya secara umum

peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar memiliki masalah dengan

perilaku agresif sehingga membutuhkan layanan bimbingan untuk

mereduksi perilaku agresif.

Dengan adanya fenomena agresi yang tinggi itulah yang perlu

direduksi menjadi kadang-kadang bahkan tidak pernah/rendah, maka

dibuatlah suatu program intervensi penelitian pra-eksperimen untuk

membantu peserta didik mereduksi perilaku agresif dengan menggunakan

teknik finger painting. Teknik finger painting dinyatakan efektif untuk

mereduksi perilaku agresif anak. Penggunaan strategi-strategi yang

terdapat pada program finger painting diprediksi dapat digunakan untuk

mereduksi perilaku agresif anak.

Finger painting mampu melakukan perubahan diri kearah yang

lebih positif. Finger painting secara singkat dinyatakan sebagai aktivitas

(47)

dan bertujuan dalam mereduksi perilaku agresif karena anak dapat

memvisualisasikan emosinya lewat garisan gambar, warna dan bentuk dari

gambar tersebut yang membangun keselarasan mental anak.

B. Deskripsi Kebutuhan.

Hasil penyebaran instrumen kecenderungan perilaku agresif

peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar menghasilkan gambaran umum

(48)

Tabel 3.6

Deskripsi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014

Aspek Tingkat

Ketercapaian

Kondisi Kecenderungan Perilaku Agresif

Kebutuhan Intervensi Layanan Bantuan

Self Assertion

56,6% Pe Peserta didik belum menumbuhkan rasa

empati terhadap teman sebaya

97,4% Peserta didik belum bertanggung jawab

atas ucapannya

Meningkatkan kemampuan untuk menahan

emosi

Mengenal norma-norma dalam berinteraksi

dengan teman

Layanan Dasar

Layanan Dasar

Dominance

( (suka menguasai)

78,9% Peserta didik belum menumbuhkan rasa

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik yang duduk di Kelas IV berada pada rentang usia 9-10 tahun, berarti mereka telah memiliki kesadaran untuk merespons dengan lebih sesuai terhadap

Skripsi dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Jarimatika Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas II SDN Batangsaren III Kauman Tulungagung Tahun Ajaran 2010/2011” yang

Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Mengembangkan Perilaku Altruistik Peserta Didik (Studi Deskriptif tentang Perilaku Altruistik di MA Negeri 1 Kota Bandung Tahun