Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh Annisa Fatsa
0802651
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Program
Bimbingan untuk Mereduksi Perilaku Agresif Anak Melalui Teknik Finger Painting” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
tersebut, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.
Bandung, Juni 2014
Yang membuat pernyataan,
Annisa Fatsa
Oleh
Annisa Fatsa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Annisa Fatsa 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung
Tahun Ajaran 2013/2014)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
PEMBIMBING I
Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP.19600501 198603 1 004
PEMBIMBING II
Dra. Chandra Affiandary, M.Pd. NIP. 19570611 198609 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI BANDUNG
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...iii
UCAPAN TERIMA KASIH...iv
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR GRAFIK...ix
DAFTAR LAMPIRAN...x
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Penelitian...1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah...7
C. Tujuan Penelitian...9
D. Manfaat Penelitian...9
E. Struktur Organisasi Skripsi...9
BAB II KONSEPTUALISASI TEKNIK FINGER PAINTING DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF ANAK...10
A. Konsep Agresif...10
1. Pengertian Agresif...10
2. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif Anak...11
3. Faktor yang Mempengaruhi Agresif...13
4. Dampak Perilaku Agresif pada Anak...15
4. Kelebihan dan Kekurangan Finger Painting...18
5. Art Theraphy...19
C. Intervensi Bimbingan melalui Finger Painting dan Mereduksi Perilaku Agresif...20
D. Kerangka Berpikir...21
E. Penelitian Terdahulu...23
F. Asumsi...24
G. Hipotesis Penelitian...24
BAB III METODE PENELITIAN...25
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian...25
B. Desain Penelitian...26
C. Pendekatan dan Metode Penelitian...29
D. Definisi Operasional Variabel...30
E. Instrumen Penelitian...31
F. Pengembangan dan Pelaksanaan Program...37
G. Prosedur Penelitian...39
H. Pengumpulan dan Pengolahan Data...41
I. Program Bimbingan untuk Mereduksi Perilaku Agresif Anak melalui Teknik Finger Painting...44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...59
B. Pembahasan Hasil Penelitian...76
1. Profil Perilaku Agresif Siswa Kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014...77
2. Efektivitas Finger Painting Berdasarkan Pelaksanaan Program...88
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...90
A. Simpulan...90
B. Saran...90
DAFTAR PUSTAKA...92
LAMPIRAN-LAMPIRAN...97
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif...33
Tabel 3.3 Format Penilaian Angket...34
Tabel 3.5 Kategori Tingkat Agresi Peserta Didik...44
Tabel 4.2 Profil Pencapaian Pre –Test Aspek Agresif...61
Tabel 4.11 Perilaku Agresif Hasil Pre-Test...72
Lampiran 1 Administrasi Penelitian
Lampiran 2 Instrrumen Penelitian
Lampiran 3 Program Bimbingan Untuk Mereduksi Perilaku Agresif Anak
Melalui Teknik Finger Painting
Lampiran 4 Pengolahan Data
Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas penggunaan teknik finger painting untuk mereduksi perilaku agresif peserta didik. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode pra eksperimen dengan desain one-group pre-test-posttest design. Partisipan penelitian adalah peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 13 peserta didik (laki-laki 13) pada kategori perilaku agresif tinggi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket. Penelitian ini menghasilkan: 1) Gambaran umum perilaku agresif peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori tinggi 2) Rumusan program layak menurut pakar dan praktisi, dan 3) Program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting efektif dalam mereduksi perilaku agresif peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 yang berada pada kategori tinggi. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada guru BK adalah dapat menggunakan instrumen perilaku agresif peserta didik tersebut untuk mengetahui profil perilaku agresif peserta didik pada tingkat kelas yang lainnya dan dapat dikembangkan lagi atau dimanfaatkan untuk menghadapi fenomena lainnya di sekolah. Dan untuk peneliti selanjutnya dapat dijadikan tambahan wawasan untuk gambaran perilaku agresif maupun teknik finger painting.
Experimental Research The Fifth Grade Students SDN Leuwi Anyar Year 2013/2014)
The study aims to determine the effectiveness of the use of finger painting techniques to reduce aggressive behavior of learners. The approach used in this study is a quantitative method of pre-experimental design with a one-group pretest-posttest design. Study participants were fifth grade students of SDN Leuwi Anyar Bandung School Year 2013/2014, amounting to 13 students (13 males) in the category of high aggressive behavior. Instruments used in the study was a questionnaire. This research resulted in: 1) a general description of the aggressive behavior of learners the fifth grade SDN Leuwi Anyar Academic Year 2013/2014 at the high category 2) Formulation of programs feasible by experts and practitioners, and 3) guidance program to reduce aggressive behavior of children through finger painting techniques effective in reducing aggressive behavior of learners SDN Leuwi Anyar Year 2013/2014 which are in the high category. Research recommendation is addressed to counselor can use the instruments of aggressive behavior such learners to know the profile of the aggressive behavior of students at grade level and the other can be developed or utilized for other phenomena faced in school. And for further research can be used as additional insight for aggressive behavior and technical description of finger painting.
Anak adalah tunas bangsa yang sangat berharga menjadi tumpuan
harapan di masa depan. Melihat mereka tumbuh pastilah amat membahagiakan
(Hazarika, 2013). Akan tetapi pada kenyataannya banyak ditemukan juga bahwa
tidak semua hal berjalan sesuai dengan harapan dan rencana apalagi ketika mulai
muncul berbagai perilaku yang tidak diharapkan. Dalam bersosialisasi anak akan
menunjukkan perilaku yang sosial dan tidak sosial. Menurut Hurlock (1997:118),
pola perilaku yang sosial antara lain : meniru, persaingan, kerjasama, simpati,
empati, dukungan sosial dan tidak mementingkan diri sendiri dan perilaku akrab.
Sedangkan perilaku tidak sosial (non-social) antara lain: negativisme, agresif,
pertengkaran, merusak, mendominasi, egosentris, berprasangka buruk, dan
pertengkaran lawan jenis.
Masalah perilaku agresif anak bukanlah menjadi suatu masalah yang
baru bagi orang tua dan guru. Tetapi masalah perilaku merupakan masalah yang
sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan dan masa depan anak. Bila tidak
ditangani dengan baik dan benar, perilaku agresif dapat berdampak negatif pada
kehidupan anak di kemudian hari. Murry (Hardi Mulyono, 2008) mendefinisikan
agresif sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai,
menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya
agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak
milik orang lain. Namun, yang menjadi masalah serius adalah apabila pola-pola
agresif ini menetap dan berlebihan. Anak yang agresif cenderung menampilkan
sikap yang menyerang, bertingkah laku temperamental bila merasa frustrasi, suka
bertengkar, memilih berkelahi untuk menyelesaikan masalah, bahkan tidak
memperdulikan hak dan harapan orang lain.
Dampak yang sangat merugikan bila kita tidak dengan sungguh-sungguh
mengatasi sikap anak karena tentunya sangat mempengaruh masa depan anak
tetapi kita tentulah harus berhati-hati apakah malah dapat menimbulkan masalah
baru bagi anak di kemudian hari. Memberikan hukuman bukanlah suatu solusi
yang baik, untuk mengatasi sikap anak, malah sebaliknya dapat memperburuk
keadaan. Anak yang mendapatkan hukuman secara fisik, akan cenderung
meningkatkan agresif anak (Shields & Cicchetti, 2001).
Kekerasan pada anak di Indonesia tiap hari meningkat. Hingga akhir
tahun 2006 Komisi Perlindungan Anak mencatat 1124 kasus dengan perincian
kekerasan fisik sebanyak 247 kasus 426 kekerasan seksual serta 451 kekerasan
psikis. Padahal pada tahun 2005 jumlah anak korban kekerasan baik kekerasan
fisik psikis dan seksual adalah 736 kasus, sedangkan pada tahun 2004 tercatat 441
kasus. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan tempat dimana
para siswa mengembangkan berbagai potensi yang mereka miliki sepenuhnya
(Maruf, 2007). Di Malang tahun 2010, siswa sekolah dasar nekat memanjat tower
saluran tegangan tinggi yang berada tak jauh dari sekolahnya. Untungnya aksi
nekat siswa duduk di bangku kelas IV diketahui gurunya. Hal tersebut
dikarenakan siswa berebut alat tulis, saling mengolok kemudian berkelahi
(Aminudin, 2010). Peristiwa ini menegaskan bahwa apabila keinginan dan
harapan tidak sesuai dengan kenyataan akan dapat menimbulkan perilaku agresif.
Perilaku agresif muncul dikarenakan kegagalan dalam usahanya yang
diekspresikan dengan kemarahan dan luapan emosi yang meledak-ledak kadang
disertai dengan bertindak sadis dan usaha untuk merugikan orang lain.
Fenomena tersebut diperkuat dari data hasil penyebaran instrument yang
dilakukan pada peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014
mengenai perilaku agresif peserta didik, menunjukkan jumlah peserta didik
mengenai perilaku agresif sebanyak 9,2% peserta didik berada pada kategori
rendah, sebanyak 71,1% berada pada kategori sedang dan 17,1% berada pada
kategori tinggi.
Penyebab meningkatnya perilaku agresif dapat berasal dari berbagai
faktor. Afiati (2002:25) menyebutkan beberapa faktor penyebab timbulnya
perilaku agresif yaitu faktor keluarga dan faktor media massa. Faktor keluarga
konsistennya orang tua dalam menerapkan aturan dan disiplin, misalnya orang tua
melarang sesuatu untuk tidak dilakukan anak padahal yang menegakkan disiplin
itu bertindak sebaliknya. Kondisi ini jelas akan memicu perilaku agresif anak
untuk memberontak dengan berperilaku agresif.
Bentuk perilaku agresif memiliki karakteristik yang sangat beragam dari
yang ringan hingga yang berat dan biasanya dapat dinyatakan secara perkataan
(verbal) maupun dalam perbuatan (non-verbal). (Haerudin, 2002:30-31). Perilaku
agresif secara verbal menurut Clarizio memiliki ciri-ciri antara lain adanya
penggunaan bahasa yang kasar, sering bertengkar mulut, mengkritik dengan
pedas, menghina dan memanggil orang lain dengan nama yang tidak disukai oleh
orang lain. Sedangkan ciri-ciri perilaku agresif secara fisik atau non-verbal
anatara lain menggigit, menendang, memberontak, mengganggu, merusak,
mendorong, menyerang, mendominasi, berkelahi, memukul serta perilaku
destruktif lain yang mengganggu kesenangan dan ketenangan orang lain (Afiaty,
2002:7).
Dengan adanya fenomena di atas, maka disusunlah rancangan layanan
bimbingan pribadi dan sosial. Dalam pelaksanaanya kegiatan bimbingan dalam
situas kelompok dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan
pribadi sosial bagi peserta didik. Hakekat penggunaan finger painting terletak
pada keterlibatan emosional dalam situasi masalah yang dihadapi. Melalui finger
painting diharapkan para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaanya,
memperoleh wawasan tentang nilai, sikap, dan persepsi, serta mengembangkan
keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Penggunaan finger painting untuk mereduksi perilaku agresif peserta
didik dalam penelitian ini yaitu melukis dengan jari sesuai dengan materi yang
ditetapkan. Peserta didik berkesampatan melakukan dan berdiskusi tentang
pemecahan masalah. Terlihat pula kecenderungan berperilaku agresif peserta
didik saat melakukan aktivitas finger painting dari segi melukis, mewarnai, dan
dominasi alat melukis.
Pendekatan seni sebagai suatu proses pembelajaran pada saat ini, sering
menghilangkan kegiatan kesenian dalam proses pendidikan anak di sekolah.
Meskipun tidak dihilangkan, biasanya hanya sebagai pelengkap atau sebagai
formalitas saja. Padahal setiap anak harus mendapatkan kesenian di sekolah. Seni
adalah suatu bentuk ekspresi dan komunikasi. Seni mempunyai nilai penting yang
sama dengan pelajaran-pelajaran yang terdapat pada kurikulum pendidikan.
(Dewey, 1934). Pendekatan seni ini bila digunakan oleh konselor, dapat menjadi
suatu pendekatan yang sangat berguna untuk membantu anak mengatasi
masalahnya sehingga dapat memperbaiki perilaku anak karena kemungkinan anak
tidak akan bosan apabila diberikan pendekatan yang menyenangkan.
Anak-anak dapat diajak menceritakan kisah mereka melalui terapi,
permainan dan menggunakan media yang sesuai. Media harus sesuai dengan
tahapan perkembangan anak-anak dan bermanfaat agar anak-anak mampu
menceritakan kisah mereka (Geldard, 2011:78). Finger painting merupakan seni
yang sudah lama ditinggalkan. Dahulu digunakan oleh orang-orang Amerika
Utara, Cina dan Eropa. Dan diperkenalkan lagi oleh Shaw (Hardi Mulyono, 2008)
pada tahun 1931. Shaw menemukan teknik ini tanpa sengaja. Salah satu murid
Shaw, Leonardo mendapatkan luka di tangannya dan Shaw memberikan sebotol
obat dan mengantar anak ke kamar mandi. Ketika Leonardo tidak kembali ke
kelas, Shaw mendatangi anak itu dan menemukan anak sedang bermain-main
dengan obat. Ia sedang melumuri dinding kamar mandi dengan obat tersebut.
Shaw memilih melihat kekacauan itu sebagai suatu bentuk kreativitas.
Dari temuan tersebut, Shaw dan murid-muridnya menghabiskan lima
tahun melakukan penelitian untuk menciptakan material cat yang aman untuk
anak. Material yang bebas dari racun sehingga anak dapat menggunakannya
dengan bebas. Teman sekerja Shaw, John Thomas Payne, seorang artis dan
psikolog,mempelajari metode dan filosofi Shaw dan meneruskannya ketika Shaw
meninggal pada tahun 1969. Point terpenting dari Shaw adalah gerakan. Dalam
melakukan aktivitas ini, bukan hanya tangan saja yang bergerak tetapi seluruh
tubuh.
Sebagaimana diungkapkan The American Art Therapy Associaton
dengan membuat sebuah karya seni yang kreatif. Proses penyembuhan ini berguna
dalam meningkatkan kualitas kehidupan. Art Therapy sangat membantu dalam
mengatasi gangguan emosi, menyelesaikan konflik, menambah wawasan,
mengurangi perilaku bermasalah, serta meningkatkan kebahagiaan hidup.
Menurut BAAT (British Association of Terapist Art), mengatakan bahwa
art therapy adalah suatu bentuk psikoterapi yang menggunakan seni sebagai
media dengan modus utama sebagai wadah komunikasi. Menurut BAAT, art
therapy dapat digunakan untuk kelompok, individu, tergantung pada kebutuhan
konseli dan kegiatan art therapy bukan sebagai aktivitas rekreasi atau pelajaran
seni, meskipun dalam setiap sesi yang dijalani menyenangkan. Untuk kegiatan ini
konseli tidak perlu memiliki pengalaman sebelumnya atau keahlian seni.
Malchiodi (2003) Art Therapy digunakan sebagai fasilitas perawatan kejiwaan.
Namun, seriring dengan perkembangan kebutuhan manusia Art Therapy memiliki
fungsi preventif yaitu mengembangkan suatu sikap yang dapat meningkatkan
kualitas hidup.
Finger painting merupakan salah satu bagian dari art therapy. Finger
paiting mempunyai kandungan sepiritual, seperti yoga. Aktivitas yang baik untuk
meningkatkan kepercayan diri dan dapat digunakan secara maksimal untuk
pengekspresian diri (Downs, 2008). Penggunaan finger painting dalam mereduksi
perilaku agresif telah mengajarkan keterampilan peserta didik untuk
mengajarakan keterampilan manajemen konflik.
Finger painting sebagai aktivitas yang dapat menenangkan anak. Hal ini
merupakan aktivitas yang sehat dan bertujuan dalam mereduksi perilaku agresif
karena anak dapat memvisualisasikan emosinya lewat garisan gambar, warna dan
bentuk dari gambar tersebut yang membangun keselarasan mental anak. Seni
adalah dramatis karena memiliki kemampuan untuk mengangkut dunia orang lain,
dunia yang tampaknya lebih baik, atau lebih santai (Allen & Krebs, 2006:92).
Dengan seni visual memberi kita akses ke pengalaman individu karena sebagian
individu belum mampu mengartikulasikannya secara lisan (Allen & Krebs,
2006:83). Hal ini untuk melihat bagaimana individu menggambarkan
dapat menggambarkan keluarganya. Ini bisa sangat mengungkapkan karena anak
jauh lebih bebas mengekspresikan apa yang mereka rasakan dengan menggunakan
teknik finger painting.
Bimbingan dan konseling merupakan sarana pendidikan yang diberikan
dengan cara memberikan bantuan kepada siswa dalam mengembangkan
potensinya termasuk juga untuk mengembangkan sikap negatif termasuk perilaku
agresif. Untuk membuat anak mau membicarakan masalah sensitif konselor harus
menggunakan media dengan menggunakan teknik konseling dimana jika ingin
bergabung dengan anak-anak sebelumnya kita masuk di dunia mereka.
Menemukan sisi anak-anak tidak berarti menjadi kekanak-kanakan atau
menjadi anak-anak, tetapi ini berarti berhubungan dengan bagian dari diri kita
yang sesuai dengan dunia anak-anak dan yang paling penting adalah konselor
mencari cara memfasilitasi atau berhubungan dengan anak-anak untuk masuk ke
dunianya. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dipaparkan, maka peneliti
merasa teartarik meneliti program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif
anak melalui teknik finger painting. Sehingga anak dapat mengembangkan
keterampilan baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Masa Sekolah Dasar sering disebut masa intelektual atau masa keserasian
sekolah. Dalam mengikuti pendidikan formal, anak banyak berinteraksi atau
bersosialisasi dengan anak-anak lain. Dalam bersosialisasi itu anak akan
menunjukkan perilaku yang sosial dan tidak sosial. Menurut Hurlock (1997:118),
pola perilaku yang sosial antara lain : meniru, persaingan, kerjasama, simpati,
empati, dukungan sosial dan tidak mementingkan diri sendiri dan perilaku akrab.
Sedangkan perilaku tidak sosial (non-social) antara lain: negativisme, agresif,
pertengkaran, merusak, mendominasi, egosentris, berprasangka buruk, dan
pertengkaran lawan jenis.
Menurut Murry (Hardi Mulyono, 2008) agresif didefinisikan sebagai suatu
cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang,
tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang
lain. Namun, yang menjadi masalah serius adalah apabila pola-pola agresif ini
menetap dan berlebihan. Bayangkan betapa dampak yang sangat merugikan bila
kita tidak dengan sungguh-sungguh mengatasi sikap anak karena tentunya sangat
mempengaruh masa depan anak tersebut. Banyak pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengatasi sikap anak, tetapi kita tentulah harus berhati-hati
apakah malah dapat menimbulkan masalah baru bagi anak di kemudian hari.
Perilaku agresif yang terjadi di lingkungan sekolah jika tidak segera
ditangani dapat mengganggu proses pembelajaran dan perkembangan sosialnya.
Anak akan meniru dan membentuk siswa lain untuk berperilaku agresif pula.
Perilaku agresif siswa dianggap biasa dan akan semakin meluas. Menurut
(Geldard, 2011:77) sebagai konselor, sudah seharusnya kita harus melibatkan diri
dengan anak-anak sehingga mereka bisa berbicara bebas mengenai masalah yang
menyakitkan dan kita bisa bergabung dengan anak-anak melalui permainan, tanah
liat dan macam bentuk seni lainnya. Konselor memberikan lingkungan yang
nyaman bagi anak-anak agar siswa dapat mengembangkan potensinya.
Seni adalah suatu bentuk ekspresi dan komunikasi. Seni mempunyai
nilai penting yang sama dengan pelajaran-pelajaran yang terdapat pada kurikulum
pendidikan. (Dewey, 1934). Apabila pendekatan seni digunakan secara baik dan
benar, dapat menjadi suatu pendekatan yang sangat berguna untuk membantu
anak mengatasi masalahnya sehingga dapat memperbaiki perilaku anak. Menurut
The American Art Therapy Associaton (Malchiodi;2003) art therapy adalah
sebuah proses penyembuhan yang dilakukan dengan membuat sebuah karya seni
yang kreatif. Proses penyembuhan ini berguna dalam meningkatkan kualitas
kehidupan. Art Therapy sangat membantu dalam mengatasi gangguan emosi,
menyelesaikan konflik, menambah wawasan, mengurangi perilaku bermasalah,
serta meningkatkan kebahagiaan hidup.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pemberian bantuan layanan
bimbingan dan konseling bagi peserta didik untuk mengurangi perilaku agresif di
sekolah yaitu penggunaan finger painting. Finger painting dapat membantu atau
mengemukakan ada sesuatu hubungan antara tindakan fisik dari menyentuh cat
dengan sesuatu di dalam diri individu (Hardi Mulyono, 2008). Finger painting
secara singkat dinyatakan sebagai aktivitas yang dapat menenangkan anak. Finger
painting merupakan aktivitas yang sehat dan bertujuan dalam mereduksi perilaku
agresif karena anak dapat memvisualisasikan emosinya lewat garisan gambar,
warna dan bentuk dari gambar tersebut yang membangun keselarasan mental
anak. Namun pokok permasalahan yang akan dibahas penulis adalah bimbingan
mereduksi perilaku agresif melalui teknik finger painting.
Maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran umum perilaku agresif di kelas V SDN Leuwi Anyar
Tahun Ajaran 2013/2014 ?
2. Seperti apa rumusan program bimbingan yang efektif untuk mereduksi
perilaku agresif anak melalui teknik finger painting di kelas V SDN Leuwi
Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 ?
3. Seperti apa gambaran keefektifan program bimbingan menggunakan teknik
finger painting dalam mereduksi perilaku agresif di kelas V SDN Leuwi
Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum perilaku agresif di
SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 dan efektivitas program bimbingan
untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting di kelas V
SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014
1. Memperoleh gambaran umum perilaku agresif di kelas V SDN Leuwi Anyar
Tahun Ajaran 2013/2014
2. Merumuskan program bimbingan yang efektif untuk mereduksi perilaku agresif
anak melalui teknik finger painting di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran
2013/2014
3. Keefektifan program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak
menggunakan teknik finger painting di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Konselor Sekolah
Penelitian ini bermanfaat bagi konselor untuk mengetahui peserta didik yang
berprilaku agresif di SDN Leuwi Anyar. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam mengembangkan program bimbingan sekolah.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan instrumen dan fokus
penelitian selanjutnya.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, asumsi dan struktur organisasi
skripsi. Bab II menyajikan konsep teoretis yang terdiri dari konsep agresi anak
dan finger painting, kerangka berpikir, penelitian terdahulu, dan hipotesis
penelitian. Bab III Metode Penelitian, terdiri dari lokasi populasi dan sampel
penelitian, pendekatan dan metode penelitian, devinisi operasional variabel,
proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan
prosedur penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari
penguraian hasil penelitian dan pembahasan temuan penelitian. Bab V Penutup,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
Penelitian dilakspeserta didikan di SD Negeri Leuwi Anyar yang berlokasi
di Jalan Leuwi Anyar IV, Kel. Kebonlega, Kec. Bojongloa Kidul Bandung 40235.
Alasan pemilihan lokasi penelitian disebabkan berdekatan dengan terminal bis.
Tempat itulah yang kemudian menjadi simbol rawan kriminalitas dan agresifitas
di lingkungan tersebut. Banyak peserta didik pedagang kaki lima dan pengamen
peserta didik-peserta didik. Di lingkungan tersebut mereka membaur dengan
orang dewasa yang mayoritas berkata kasar, berperilaku kasar, penyebab dari
lingkungan juga turut mempengaruhi yakni polusi udara, kesesakan sehingga
timbul kejengkelan, frustasi karenanya. Hal inilah yang mengakibatkan peserta
didik khususnya SD Negeri Leuwi Anyar dapat berprilaku agresif.
Populasi dalam penelitian adalah peserta didik Kelas V SD Negeri Leuwi
Anyar Bandung tahun ajaran 2013/2014. Jumlah populasi penelitian adalah 74
orang. Sampel penelitian diambil secara Simple Random Sampling yaitu
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pengambilan sampel acak
sederhana dapat dilakukan secara undian, memilih bilangan, dan daftar bilangan
secara acak, dsb (Sugiyono, 2010:64). Berdasarkan pengertian tersebut maka
peneliti mengambil sampel dengan cara mengundi dari jumlah peserta didik yang
memiliki tingkat agresi tinggi. Untuk penyebaran angket sebanyak 2 kelas, dan
dalam penelitian ini peserta didik yang diberi intervensi (treatment) adalah 2-13
peserta didik dari hasil skor tertinggi perilaku agresif secara acak. Pertimbangan
menentukan jumlah berdasarkan prespektif bimbingan kelompok bahwa jumlah
Tabel 3.1
Jumlah Anggota Populasi Penelitian Peserta Didik Kelas V SD NegeriI Leuwi Anyar
No. Kelas Anggota Populasi
1. V A 39
2. V B 35
Total 74
Adapun banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13
peserta didik (laki-laki 13) dengan kategori perilaku agresif tinggi.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan one-group pre-test post-test design. Pada
desain ini terdapat pre-test sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain penelitian digunakan untuk
memperoleh gambaran keefektifan program bimbingan menggunakan teknik
finger painting dalam mereduksi perilaku agresif di SD Negeri Leuwi Anyar
Tahun Bandung tahun ajaran 2013/2014. Desain penelitian tindakan dilakukan
melalui langkah-langkah yang dapat dilihat pada gambar berikut.
Analisis Kondisi Objektif Lapangan
Identifikasi kasus dan membuat rancangan bimbingan kelompok
melalui finger painting
Proses pelaksanaan bimbingan kelompok melalui
finger painting
Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi
Evaluasi Akhir
Analisis Hasil
Kesimpulan
Keterangan
1. Analisis kondisi objektif lapangan, tahap ini merupakan analisis kondisi
objektif lapangan di SDN Leuwi Anyar Bandung. Analisis dilakukan dengan
mengamati kondisi lapangan pada meliputi perilaku agresif peserta didik yang
dilakukan melalui observasi pada saat kegiatan belajar mengajar dan istirahat.
Dari hasil pengamatan terdapat beberapa siswa yang diindikasikan memiliki
perilaku agresif yang tinggi dengan indikator perilaku di antaranya
permusuhan terbuka dan pertengkaran, kekerasan dan marah yang sadis, dan
2. Pada tahap ini, dilakukan pengembangan rencana tindakan bagi siswa
kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung yang memiliki perilaku agresif tinggi
yaitu menetapkan treatment yang akan diberikan kepada siswa yang
mengalami perilaku agresif tinggi yaitu dengan bimbingan kelompok
melalui permainan finger painting.
3. Proses Pelaksanaan Bimbingan Kelompok melalui finger painting.
Tahap ini merupakan pelaksanaan intervensi yang didokumentasikan melalui
pedoman observasi, angket, dan pengambilan gambar. Berikut ini rincian
kegiatan pelaksanaan intervensi, yaitu:
a) Pelaksanaan tindakan yang dimulai dari perencanaan dan tindakan dengan
menggunakan bimbingan kelompok melalui finger painting.
b) Observasi pelaksanaan bimbingan kelompok melalui finger painting untuk
mereduksi perilaku agresif.
c) Refleksi perilaku agresif berdasarkan temuan dalam proses pelaksanaan
bimbingan kelompok melalui finger painting.
4. Evaluasi Akhir
Evaluasi akhir bertujuan sebagai evaluasi dari seluruh kegiatan
pelaksanaan bimbingan kelompok melalui finger painting. Evaluasi
dilakukan menggunakan jurnal harian.
5. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari evaluasi akhir dianalisis secara kuantitatif. Analisis
kuantitatif dilakukan uji statistik.
6. Kesimpulan
Hasil analisis dan pemaknaan digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan sebagai umpan balik bagi intervensi. Pada akhir penelitian
tindakan, hasil analisis dan pemaknaan data digunakan untuk
C. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, Digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan. Metode penelitian yang dipakai adalah metode
pra-eksperimen. Metode ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena
masih terdapat variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel
dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel kontrol, dan sampel
tidak dipilih secara random. Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka
dibuat desain penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana
dijabarkan berikut ini:
a. Tahap I
Tahap persiapan, meliputi: (a) penyusunan proposal skripsi; (b) penyusunan
skripsi; dan (c) pembuatan surat izin penelitian untuk memenuhi kelengkapan
administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
b. Tahap II
Tahap pengumpulan data, meliputi: (a) penyusunan dan pengembangan instrumen
berupa angket untuk mengungkap tingkat agres peserta didik kelas V SD Negeri
Leuwi Anyar Tahun Bandung; (b) judgment instrumen oleh ahli sebelum
c. Tahap III
Tahap pengolahan data meliputi: (a) verifikasi data, (b) penyekoran data, dan (c)
pengelompokkan data.
d. Tahap IV
Tahap penyusunan program, program yang disusun berupa program teknik finger
painting dalam mereduksi agresif peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar
Tahun Ajaran 2013/2014 Bandung.
e. Tahap V
Tahap pelaksanaan tindakan, tindakan dengan menggunakan teknik finger
painting pada peserta didik yang memiliki tingkat agresi tinggi.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Perilaku Agresif Peserta Didik
Perilaku agresif peserta didik yang menjadi target dalam penelitian ini
adalah peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Bandung. Perilaku agresif
peserta didik disini diartikan sebagai tindakan yang disengaja untuk menyakiti
atau melukai baik secara verbal maupun non verbal. Aspek-aspek yang muncul
pada perilaku agresif peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar mengacu
pada Schneiders (1955: 336) menurutnya bentuk-bentuk perilaku agresif terbagi
menjadi dua yaitu bentuk agresi verbal dan non verbal. Dalam penelitian ini
menurut Schneiders (Haerudin, 2002) aspek dan indikator dikembangkan
menjadi;
a. Self-Assertion (suka menonjolkan diri), seperti memiliki gejala keinginan untuk
berhasil tanpa usaha.
b. Possesion (memiliki), seperti suka menuntut semua barang seperti semua mainan
adalah miliknya (umumnya pada peserta didik-peserta didik), merampas atau
merenggut dengan kasar mainan atau sesuatu kepunyaannya bila diambil orang
lain, dan menyembunyikan barangnya dari orang lain.
c. Teasing (suka mengganggu), seperti suka mengejek dengan kata-kata yang
d. Dominance (suka menguasai), seperti menguasai orang lain, tidak mau dilawan
atau ditantang baik pendapat maupun perintahnya.
e. Bullying (suka menggertak), seperti serangan permusuhan biasanya tertuju pada
yang lebih lemah, memandang dengan marah
f. Open hostility and Attact (permusuhan terbuka dan pertengkaran), seperti suka
berkelahi, menyepak, dan menggebrak meja
g. Violence and Destruction (bengis dan merusak), seperti merusak fasilitas umum
h. Revenge (balas dendam), seperti melukai melalui kata-kata kasar atau dengan
melukai psikisnya
i. Brutality and Sadistic Fury (kekerasan dan marah yang sadis), seperti ingin
memukul korban sampai parah
2. Teknik Finger Painting
Teknik finger painting difokuskan pada indikator yang memiliki tingkat
ketercapaian tinggi dari aspek kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas
V SDN Leuwi Anyar Dalam kegiatan ini peserta didik dapat melampiaskan
perilaku agresif melalui teknik finger painting lalu menyadari dan meminta maaf
atas perbuatannya sehingga peserta didik dapat mempertanggungjawabkan
perbuatan yang telah dilakukan.
E. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa angket (kuesioner).
Kuesioner merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Angket yang dibuat adalah angket yang mengungkap perilaku agresif
peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Bandung. Angket tersebut
dikembangkan dari bentuk-bentuk perilaku agresif yang diungkapkan oleh
Schneider. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa
jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif
jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.
2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan perilaku agresif peserta didik
peserta didik di sekolah dikembangkan dari definisi operasional variabel
penelitian merujuk pada pendapat Schneider. Kisi-kisi instrumen sebelum
judgement tersaji pada Tabel berikut.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif
No. Aspek Indikator Pernyataan (-) Jumlah
1. Self Assertion
(suka menonjolkan diri
No. Aspek Indikator Pernyataan (-) Jumlah
7. Violence and Destruction
(bengis dan merusak)
9. Brutality and Sadistic
Fury
Angket dikembangkan dalam bentuk force choice, yaitu berisi pernyataan
yang bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”.
Peserta didik diberi sejumlah pernyataan kemudian menjawab setiap pernyataan
dengan cara memberi tanda silang pada kolom “Ya” untuk jawaban yang sesuai
dengan keadaan diri peserta didik atau kolom “Tidak” untuk jawaban yang tidak
sesuai dengan keadaan diri peserta didik. Format penilaian angket dapat dilihat
pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Format Penilaian Angket
Pernyataan Ya Tidak
4. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen dilakukan dengan cara menimbang (judgement)
pada setiap butir pernyataan yang telah dibuat dengan tujuan untuk mengetahui
kelayakan angket dari segi bahasa, materi, maupun konstruk. Penimbangan
dilakukan oleh dosen ahli yakni dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan. Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian
pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item
yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut bisa digunakan, dan item
yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa
digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut. Hasil judgement dari tiga
pakar tersebut dijadikan bahan untuk menyempunakan angket sehingga layak
diberikan kepada responden (Peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar
Bandung).
5. Uji Keterbacaan
Sebelum instrumen diuji validitas, instrumen tersebut di uji keterbacaan
kepada sampel setara di sekolah lain. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur
sejauh mana instrument tersebut dapat dipahami oleh subjek penelitian. Setelah
uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi
sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik kelas V SD
Negeri Leuwi Anyar Bandung 2013/2014.
6. Uji Validitas
Uji validitas alat pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa
yang akan diukur (Sugiyono, 2011: 121). Sebuah instrument dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2006:
158). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Point Biseral
√
(Sudijono, 2008: 185)
Keterangan:
= koefisensi biserial
= mean butir yang menjawab benar
= mean skor total
= simpangan baku total
= proposi yang menjawab benar
Untuk melihat signifikasninya digunakan Uji-t dengan rumus :
√ √
(Sudijono, 2008: 195)
Keterangan:
t = nilai t hitung
r = koefesien hasil r hitung
n = jumlah responden
Distribusi (tabel t) untuk ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n - 2). Kriteria
yang digunakan adalah item yang memiliki dinyatakan
7. Uji Reliabilitas
Reliabilitas intrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi)
skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam
kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor
perolehan subjek. Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil
pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Seperti
yang diungkapkan oleh Arikunto (2006: 221) bahwa reliabilitas berhubungan
dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Menurut Sukardi (2008: 127), reliabilitas sama dengan konsistensi atau
keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang
tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur
yang hendak diukur. Adapun rumus yang digunakan dalam metod
Kuder-Richardson sebagai berikut :
(Sudijono, 2008: 253)
Keterangan :
= Koefisien reliabilitas tes n = Jumlah item
= Varians skor total
= Proporsi testee yang menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan
= Proporsi testee yang menjawab dengan salah butir item yang bersangkutan
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS 20. Sebagai
tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas sebagai berikut.
Tabel 3.4
Interprestasi Koefisien Reliabilitas
Interprestasi
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
(Arikunto, 2006: 196)
Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan dari
ke-34 butir item, menunjukkan koefisien reliabilitas (konsistensi internal) instrumen
perilaku agresif sebesar 0.811. Artinya, tingkat korelasi dan derajat keterandalan
instrumen perilaku agresif peserta didik berada pada kategori sangat tinggi.
F. Pengembangan dan Pelaksanaan Program
1. Pengembangan Program
Dalam rangka menghasilkan program bimbingan untuk mereduksi
perilaku agresif anak melalui teknik finger painting yang layak dilaksanakan,
maka disusun tahapan kegiatan sebagai berikut;
a. Tahap awal mengambil need assesment siswa terhadap perilaku agresif diungkap
melalui angket perilaku agresif yang disebarkan kepada seluruh siswa.
b. Tahap pengkajian hasil need assesment yang diperoleh dari hasil angket dijadikan
bahan masukan pengembangan program.
c. Tahap pengembangan program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak
teori mengenai perilaku agresif anak, maka dikembangkan sebuah program finger
painting.
d. Tahap judgement program. Untuk mengkaji kelayakan sebuah program adalah
dilakukan judgement program kepada pakar atau ahli bimbingan dan konseling di
lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Judgement atau validasi program
tersebut bertujuan untuk memperoleh rumusan program finger painting yang
layak untuk dilaksanakan di kelas baik dari sisi bahasa, isi maupun konstruk.
Dengan demikian diperoleh saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengembangan program, sehingga tersusunlah bimbingan untuk mereduksi
perilaku agresif anak melalui teknik finger painting. Uji coba lapangan. Kegiatan
uji coba yang berbentuk penelitian pra-eksperimen (one group pre test-post test)
melibatkan siswa yang menjadi konseli yaitu siswa yang skor rata-rata agresifnya
rendah yaitu dalam rentang 0-32,99 dan melibatkan sampel penelitian dengan skor
rata-rata perilaku agresif tinggi yaitu dalam rentang 67,00-100,00. Pelatihan finger
painting dilakukan selama 4 sesi dengan 10 materi pada bulan April-Mei.
e. Analisis dan revisi program. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger
painting Revisi program dilakukan atas hasil analisis pada uji coba yaitu dampak
dan reaksi siswa selama proses bimbingan kelompok, sehingga terwujud program
akhir finger painting yang mampu mereduksi perilaku agresif siswa.
2. Pelaksanaan Program
Gambaran setiap sesi intervensi program bimbingan untuk mereduksi
perilaku agresif anak melalui teknik finger painting adalah sebagai berikut:
Sesi 1
Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengikuti aturan-aturan yang
berlaku di sekolah, mengenal norma dalam berinteraksi dengan teman sebaya,
serta meningkatkan rasa empati terhadap teman sebaya yang ditandai dengan
kesediaan untuk mengikuti seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Merebut
Bendera’’. Layanan ini menggunakan alat melukis dan pilihan gambar bendera negara melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan mengisi jurnal kegiatan
Sesi 2
Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat dapat meningkatkan
kemampuan untuk menahan emosi dan mengenal norma-norma dalam
berinteraksi dengan teman yang ditandai dengan kesediaan untuk mengikuti
seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Patuhilah Perintah”. Layanan ini menggunakan alat melukis melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan
mengisi jurnal kegiatan bimbingan.
Sesi 3
Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat meningkatkan kemampuan
untuk membina hubungan yang positif yang ditandai dengan kesediaan untuk
mengikuti seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Bangun Datar”. Layanan ini menggunakan alat melukis melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan
mengisi jurnal kegiatan bimbingan.
Sesi 4
Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan cara
pengendalian diri untuk tidak melukai teman, mempertunjukkan cara-cara
mengkomunikasikan perasaan dengan tepat serta memahami perasaan diri dan
orang lain. Sesi ini berjudul “Melukis Sesuai Keinginan”. Layanan ini
menggunakan alat melukis melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan
mengisi jurnal kegiatan bimbingan.
G. Prosedur Penelitian
1. Langkah-Langkah Penelitian
a. Penyusunan Proposal Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu menyusun proposal
penelitian. Proses penyusunan proposal dimulai dari pengajuan tema bahasan
penelitian kepada dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling,
proposal diseminarkan untuk mendapatkan berbagai masukan dari dosen mata
kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling maupun dari peserta seminar
direvisi dan diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan
dosen pembimbing skripsi.
b. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakspeserta didikan kepada wali kelas mengenai
gambaran umum agresi peserta didik di SD Negeri Leuwi Anyar Bandung dalam
proses belajar, khususnya peserta didik kelas V. Selain itu, peneliti juga
melakukan observasi langsung saat peserta didik mengikuti kegiatan belajar
mengajar sehingga peneliti mendapatkan gambaran perilaku agresif peserta didik
secara langsung.
c. Perizinan Penelitian
Perizinan penelitian dilakukan sebagai persapan selanjutnya untuk
mengumpulkan data. Proses perizinan dimaksudkan untuk memperlancar
pelaksanaan pengumpulan data. Perizinan penelitian diperoleh dari Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Direktorat UPI,
Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat dan Kepala Sekolah SD
Negeri Leuwi Anyar Bandung.
d. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan 10 pertemuan. Pertemuan pertama digunakan
untuk pelaksanaan pre-test. Pre-test digunakan untuk mengetahui tingkat agresif
peserta didik yang menjadi sampel penelitian sebelum dilakukan treatment atau
intervensi. Peneliti memberikan angket kepada seluruh peserta didik kelas V dan
memberikan penjelasan mengenai petunjuk pengisian angket tersebut. Setelah
pre-test dilakspeserta didikan, peneliti melakukan pengolahan data secara statistik.
Kemudian data empiris mengenai gambaran agresif peserta didik kemudian
diturunkan ke dalam sebuah rancangan program yaitu “Program Bimbingan untuk
Mereduksi Perilaku agresif Peserta didik dengan Menggunakan Teknik Finger
painting”. Program tersebut juga diuji kelayakannya sebelum diujicobakan di
sekolah.
Pertemuan kedua digunakan untuk memberkan orientasi kepada kelas
mengenai gambaran hasil pre-test yang mereka lakukan, serta tujuan untuk
seoptimal mungkin. Pertemuan ketiga dan seterusnya digunakan untuk
memberikan intervensi berdasarkan program bimbingan yang telah dirancang.
Setalah program intervensi dilaksanakan, pertemuan terakhir diberikan post-test
kepada peserta didik yang berada pada kelas sampel. Tujuan diadaknnya post-test
ialah untuk mengetahui penurunan agresif peserta didik setelah diberikan
treatment. Kemudian, skor post-test tersebut dibandingkan dengan skor pre-test
untuk mengetahui efektivitas program bimbingan untuk mereduksi perilaku
agresif peserta didik dengan menggunakan teknik finger painting.
e. Tahap Akhir
Pada tahap akhir dilakukan pengolahan dan menganalisis data tentang
efektivitas program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif peserta didik
dengan menggunakan teknik finger painting, serta kesimpulan dari hasil
penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
H. Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
Teknik yang dipilih untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan angket atau kuesioner. Arikunto (2010:194), menjelaskan
“angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang diketahuinya.”
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket
tertutup. Riduwan (2002:27) menjelaskan “angket tertutup adalah angket yang
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa (angket berstruktur) sehingga responden
diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik
dirinya dengan memberikan tanda silang (X) atau checklist (√).”
Dalam mengumpulkan data, angket yang disebarkan kepada responden
berbentuk pernyataan-pernyataan mengenai aspek perilaku agresif siswa. Angket
yang berisi 34 pernyataan (sebelum uji coba) disebarkan untuk mencari tingkat
yang berisi 34 pernyataan (setelah uji coba) disebarkan dalam tahap penelitian
pretest dan posttest
2. Pengolahan Data
Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan,
masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut.
1. Pertanyaan penelitian mengenai perilaku agresif peserta didik Kelas V SDN
Leuwi Anyar dijawab dengan cara mengelompokkan perilaku agresif peserta
didik ke dalam 3 kategori yaitu tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R). Hal yang
pertama dilakukan adalah mengubah skor mentah menjadi skor matang, dengan
menggunakan skor skala 100. Kemudian menentukan panjang kelas sebelumnya
terlebih dahulu perlu diketahui rentang (R) antara skor terbesar dengan skor
terkecil, berikut rumus yang digunakan :
(Furqon, 2004: 24)
Setelah diketahui nilai rentang (R), maka panjang kelas (p), dapat
diketahui dengan rumus:
(Furqon, 2004: 25)
Pada instrumen mengungkap perilaku agresif peserta didik yang telah
disebarkan, diketahui bahwa skor terbesar ideal adalah 100 dan skor terkecil
ideal adalah 0, sehingga dapat diketahui bahwa skor rentang, yaitu 100. Dengan
menggunakan rumus di atas, didapat nilai panjang kelas, yaitu 33. Jadi untuk
mengelompokkan data dengan rentang sebesar 100 dan banyak kelas sebanyak 3,
diperlukan panjang kelas 33. Secara terperinci interval skor perilaku agresif
peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.
R = skor terbesar
–
skor terkecil
Tabel 3.5
Kategori Tingkat Agresi Peserta didik
Rentang Skor Kategori
0 - 32,99
33,00 - 66,99
67,00 - 100,00
Rendah
Sedang
Tinggi
2. Pertanyaan kedua mengenai rancangan intervensi melalui teknik finger painting
dalam mereduksi perilaku agresiff peserta didik. Rancangan intervensi disusun
berdasarkan hasil pre-test. Uji kelayakan (judgement) dilakukan untuk rancangan
intervensi.
3. Pertanyaan penelitian ketiga mengenai efektivitas teknik finger painting
dirumuskan ke dalam hipotesis “teknik finger painting efektif dalam mereduksi perilaku agresif peserta didik.” Pengujian hipotesis dilakukan dengan
PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF ANAK MELALUI TEKNIK FINGER PAINTING
KELAS V SDN LEUWI ANYAR TAHUN AJARAN 2013-2014
A. Rasional
Masa Sekolah Dasar sering disebut masa intelektual atau masa
keserasian sekolah. Dalam mengikuti pendidikan formal, anak banyak
berinteraksi atau bersosialisasi dengan anak-anak lain. Dalam
bersosialisasi itu anak akan menunjukkan perilaku yang sosial dan tidak
sosial. Menurut Hurlock (1997:118), pola perilaku yang sosial antara lain :
meniru, persaingan, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial dan tidak
mementingkan diri sendiri dan perilaku akrab. Sedangkan perilaku tidak
sosial (non-social) antara lain: negativisme, agresif, pertengkaran,
merusak, mendominasi, egosentris, berprasangka buruk, dan pertengkaran
lawan jenis.
Fenomena meningkatnya perilaku agresif dikalangan sekolah pada
jenjang pendidikan sekolah dasar antara lain peserta didik di Malang tahun
2010, nekat memanjat tower saluran tegangan tinggi yang berada tak jauh
dari sekolahnya. Untungnya aksi nekat peserta didik duduk di bangku
kelas IV diketahui gurunya. Hal tersebut dikarenakan peserta didik berebut
alat tulis, saling mengolok kemudian berkelahi (Aminudin, 2010).
Peristiwa ini menegaskan bahwa apabila keinginan dan harapan tidak
sesuai dengan kenyataan akan dapat menimbulkan perilaku agresif.
Perilaku agresif muncul dikarenakan kegagalan dalam usahanya yang
diekspresikan dengan kemarahan dan luapan emosi yang meledak-ledak
kadang disertai dengan bertindak sadis dan usaha untuk merugikan orang
lain.
Fenomena tersebut diperkuat dari data hasil penyebaran instrument
yang dilakukan pada peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun
jumlah peserta didik mengenai perilaku agresif sebanyak 9,2% peserta
didik berada pada kategori rendah, sebanyak 71,1% berada pada kategori
sedang dan 17,1% berada pada kategori tinggi.
Moore dan Fine dalam Koeswara (1988:5) mendefinisikan perilaku
agresif sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun verbal terhadap
individu atau terhadap objek tertentu. Menurut (Singgih, 2012) perilaku
agresif pada anak merupakan bentuk pelampiasan emosi. Anak kelihatan
agresif sekali ketika menghadapi keadaan terkekang atau reaksi emosi
terhadap frustasi karena dilarang melakukan sesuatu. Agresif anak juga
sering muncul karena tingkah laku agresif sebelumnya mengalami
penguatan. Selain itu anak menjadi agresif karena mencontoh apa yang
dilihat sekitarnya. Perilaku agresif tersebut dapat disalurkan dalam bentuk
perbuatan, tetapi bila perilaku tersebut dihalangi maka akan tersalurkan
melalui kata-kata dan pikiran. Perilaku agresif anak dipandang sebagai
perilaku yang cenderung menyakiti orang lain atau benda secara fisik
maupun verbal dengan tujuan ataupun tanpa tujuan tertentu (Nurlaela,
2003:20).
Dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif anak adalah tindakan
anak yang dapat melukai atau merugikan orang lain dan merusak barang
atau objek lain di sekitar anak baik dilakukan dalam bentuk perilaku
agresif secara fisik, verbal maupun nonverbal.
Setiap individu pernah melakukan agresi dalam bentuk yang
berbeda, namun yang perlu mendapat perhatian adalah intensitas dalam
melakukan agresi. Perilaku agresif dianggap sebagai suatu gangguan
perilaku bila ia memenuhi persyaratan sebagai berikut (Saefi, 2010);
bentuk perilaku luar biasa, misalnya memukul itu termasuk perilaku yang
biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju dinyatakan dengan
memukul, maka perilaku di atas dapat diindikasikan sebagai perilaku
agresif. Apabila memukulnya menggunakan alat yang tidak wajar,
misalnya memukul dengan menggunakan tempat minum juga termasuk
agresif bersifat menetap, terus-menerus, dan tidak menghilang dengan
sendirinya. Perilaku agresif yang terjadi di lingkungan sekolah jika tidak
segera ditangani dapat mengganggu proses pembelajaran dan
perkembangan sosialnya. Anak akan meniru dan membentuk peserta didik
lain untuk berperilaku agresif pula. Perilaku agresif peserta didik dianggap
biasa dan akan semakin meluas.
Bimbingan dan konseling merupakan sarana pendidikan yang
diberikan dengan cara memberikan bantuan kepada peserta didik dalam
mengembangkan potensinya termasuk juga untuk mengembangkan sikap
negatif termasuk perilaku agresif. Untuk membuat anak mau
membicarakan masalah sensitif konselor harus menggunakan media
dengan menggunakan teknik konseling dimana jika ingin bergabung
dengan anak-anak sebelumnya kita masuk di dunia mereka. Menurut
Geldard (2011:77) sebagai konselor, sudah seharusnya kita harus
melibatkan diri dengan anak-anak sehingga mereka bisa berbicara bebas
mengenai masalah yang menyakitkan dan kita bisa bergabung dengan
anak-anak melalui permainan, tanah liat dan macam bentuk seni lainnya.
Konselor memberikan lingkungan yang nyaman bagi anak-anak agar
peserta didik dapat mengembangkan potensinya.
Menemukan sisi anak-anak tidak berarti menjadi kekanak-kanakan
atau menjadi anak-anak, tetapi ini berarti berhubungan dengan bagian dari
diri kita yang sesuai dengan dunia anak-anak dan yang paling penting
adalah konselor mencari cara memfasilitasi atau berhubungan dengan
anak-anak untuk masuk ke dunianya salah satunya dengan teknik finger
painting.
Finger painting adalah teknik melukis dengan mengoleskan cat
pada kertas basah dengan jari atau dengan telapak tangan (Salim,1991).
Sifat anak ketika melukis ingin cepat agar ide dan gagasan tidak kandas
dan menghilang. Oleh karena itu, anak dengan nekat mengambil warna
yang ada secara langsung dari warna yang telah disediakan. Dengan
lukisannya. Akhirnya, anak mencelupkan tangannya sendiri ke cat warna.
Perilaku anak seperti ini adalah perilaku bermain, jadi dengan model
bermain, jari-jari anak tersebut lincah digerakkan ke media lukis. Teknik
melukis langsung dengan cat pewarna tersebut dinamakan finger painting,
yaitu teknik melukis dengan jari tangan secara langsung tanpa
menggunakan bantuan alat (Pamadi dan Sukardi, 2010:3.35).
Art Therapy adalah teknik terapi yang menggabungkan berbagai
bentuk seni visual (termasuk gambar, lukisan patung, dan teknik terkait)
sebagai sarana berkomunikasi. Art therapy ini dirancang untuk membantu
individu yang telah berjuang dengan kecanduan, trauma, depresi,
kesedihan atau jenis lain dari tantangan fisik, mental atau emosional
(Dewi, 2013). Menurut Malchiodi (2003) Art Therapy digunakan sebagai
fasilitas perawatan kejiwaan. Namun, seriring dengan perkembangan
kebutuhan manusia art therapy memiliki fungsi preventif yaitu
mengembangkan suatu sikap yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
Disampaikan oleh Council (Malchiodi, 2003) bahwa fungsi preventif art
therapy dilakukan melalui suatu pengaturan yang disesuaikan dengan
intervensi kesehatan manusia yang dilakukan baik secara traidisonal
maupun komplementer. Para ahli biasanya melakukan art therapy dengan
menggunakan teknik bermain, kondisi ini membuat art therapy menjadi
sangat sesuai jika digunakan dalam dunia anak-anak.
Finger painting dapat membantu atau membuat anak dan remaja
duduk diam dalam waktu yang relatif cukup lama. Finger painting
merupakan aktivitas yang baik untuk meningkatkan kepercayaan diri dan
dapat digunakan secara maksimal untuk pengekpresian diri yang dapat
diterima dengan baik tanpa adanya paksaaan. Tentunya dengan paksaan
hanya akan menimbulkan masalah baru bagi anak di hari berikutnya.
Program bimbingan melalui teknik finger painting terhadap tingkat
agresi anak penting dilakukan. Apabila peserta didik berada pada kondisi
yang tidak teratur di sekolah dan belum mecapai tugas-tugas
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru, belum
mengembangkan sikap positif terhadap kelompok-kelompok sosial, maka
hal tersebut akan mengganggu proses pembelajaran dan perkembangan
sosial.
Semakin tinggi tingkat agresi peserta didik maka semakin rendah
kemampuan peserta didik untuk mengatur dirinya sendiri. Oleh karena itu
peserta didik perlu mendapatkan bimbingan untuk mereduksi perilaku
agresifnya dengan menggunakan teknik finger painting.
Data hasil dari penyebaran instrument yang dilakukan pada peserta
didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014 mengenai
perilaku agresif peserta didik, menunjukkan bahwa sebanyak 7 peserta
didik, (9,2%) berada pada kategori rendah dengan rentang skor antara 0 -
32,99; sebanyak 54 peserta didik (71,1%) berada pada kategori sedang
hdengan rentang skor antara 33,00 - 66,99; sebanyak 13 peserta didik
(17,1%) berada pada kategori tinggi dengan rentang skor 67,00 - 100,00.
Dari data tersebut menunjukkan peserta didik kelas V SDN Leuwi
Anyar lebih banyak berada pada kategori sedang, artinya secara umum
peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar memiliki masalah dengan
perilaku agresif sehingga membutuhkan layanan bimbingan untuk
mereduksi perilaku agresif.
Dengan adanya fenomena agresi yang tinggi itulah yang perlu
direduksi menjadi kadang-kadang bahkan tidak pernah/rendah, maka
dibuatlah suatu program intervensi penelitian pra-eksperimen untuk
membantu peserta didik mereduksi perilaku agresif dengan menggunakan
teknik finger painting. Teknik finger painting dinyatakan efektif untuk
mereduksi perilaku agresif anak. Penggunaan strategi-strategi yang
terdapat pada program finger painting diprediksi dapat digunakan untuk
mereduksi perilaku agresif anak.
Finger painting mampu melakukan perubahan diri kearah yang
lebih positif. Finger painting secara singkat dinyatakan sebagai aktivitas
dan bertujuan dalam mereduksi perilaku agresif karena anak dapat
memvisualisasikan emosinya lewat garisan gambar, warna dan bentuk dari
gambar tersebut yang membangun keselarasan mental anak.
B. Deskripsi Kebutuhan.
Hasil penyebaran instrumen kecenderungan perilaku agresif
peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar menghasilkan gambaran umum
Tabel 3.6
Deskripsi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014
Aspek Tingkat
Ketercapaian
Kondisi Kecenderungan Perilaku Agresif
Kebutuhan Intervensi Layanan Bantuan
Self Assertion
56,6% Pe Peserta didik belum menumbuhkan rasa
empati terhadap teman sebaya
97,4% Peserta didik belum bertanggung jawab
atas ucapannya
Meningkatkan kemampuan untuk menahan
emosi
Mengenal norma-norma dalam berinteraksi
dengan teman
Layanan Dasar
Layanan Dasar
Dominance
( (suka menguasai)
78,9% Peserta didik belum menumbuhkan rasa