• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BERBAHASA PADA ANAK AUTIS DI SLB ABCDE LOB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI BERBAHASA PADA ANAK AUTIS DI SLB ABCDE LOB."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI BERBAHASA PADA ANAK AUTIS DI SLB ABCDE LOB

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

oleh Erlin Herliana

NIM 1005719

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

STRATEGI BERBAHASA

PADA ANAK AUTIS

DI SLB ABCDE LOB

Oleh Erlin Herliana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Erlin Herliana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Erlin Herliana 1005719

SKRIPSI

STRATEGI BERBAHASA

PADA ANAK AUTIS DI SLB ABCDE LOB

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Dadang S. Anshori., M. Si. NIP 197204031999031002

Pembimbing II

Andika Dutha Bachari, S.Pd., M. Hum. NIP 198001292005011004

diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(4)

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

LEMBAR PERSEMBAHAN ...ii

LEMBAR PERNYATAAN ...iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACK ...v

KATA PENGANTAR ...vi

UCAPAN TERIMA KASIH ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 4

1. Identifikasi Masalah... 4

2. Batasan Masalah ... 4

3. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoretis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 5

(5)

x

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB II PANDANGAN PSIKOLINGUISTIK TERHADAP AUTIS ... 7

A. Pengantar ... 7

B. Penelitian Terdahulu ... 8

C. Pemahaman Autisme ... 8

1. Pengertian Autis ... 9

2. Perilaku Anak Autis ... 10

a. Aggressive ... 10

b. Self Injury ... 10

c. Rigid Routines ... 10

d. Self Stimulation ... 11

e. Fixations ... 11

3. Pemahaman Bahasa dan Komunikasi Anak Autis ... 11

a. Kesulitan Komunikasi Bahasa Anak Autistik ... 12

b. Komunikasi Non-verbal Anak Autis ... 12

c. Receptive dan Expressive Language ... 12

d. Echolalia ... 13

4. Pemahaman Interaksi Sosial Autis ... 14

a. Signifikansi Dimensi Sosial Anak Autis ... 14

b. Tanda-tanda Awal Keterasingan Sosial ... 14

c. Tidak Mampu Berteman dengan Teman Sebaya ... 14

d. Theory Of Mind (TOM) ... 15

e. Proses Sosial Spesifik Anak Autis ... 15

D. Pandangan Psikolinguistik Terhadap Autisme... 16

E. Strategi Berbahasa ... 18

1. Taksonomi Oxford ... 18

a. Strategi Langsung (Direct Strategies) ... 18

1) Memori ... 18

(6)

xi

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3) Kompensasi ... 19

b. Strategi Tidak Langsung (Indirect Strategies) ... 20

1) Metakognitif Strategi ... 20

2) Strategi Afektif ... 21

3) Strategi Sosial ... 21

2. Bahasa Komunikatif ... 22

a. Hakikat Komunikasi... 22

b. Aspek Komunikasi ... 23

1) Kebermaknaan Komunikasi ... 23

2) Konvensional Komunikasi ... 23

3) Kesesuaian Komunikasi ... 24

4) Interaksional Komunikasi ... 25

5) Struktur Komunikasi ... 25

c. Bahasa sebagai Komunikasi ... 25

F. Sintaksis ... 28

1. Kata ... 28

2. Frasa ... 29

3. Klausa ... 29

4. Kalimat ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Lokasi dan Subjek/Sampel Penelitian ... 30

B. Motode Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional... 31

D. Sumber, Korpus dan Unit Analisis ... 31

E. Instrumen Penelitian... 31

1. Pedoman Observasi ... 32

(7)

xii

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

b. Kartu Data 2 ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Pengolahan Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Pengantar ... 34

B. Deskripsi Data ... 33

1. Data 1 (An.B) ... 35

2. Data 2 (An.L) ... 36

3. Data 3 (An.A) ... 37

C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 38

1. Wujud Verbal pada Anak Autis ... 38

2. Tuturan Anak Autis Sebagai Fungsi Bahasa ... 47

3. Bentuk Strategi Berbahasa Anak Autis ... 57

D. TEMUAN PENELITIAN ... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Simpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN ... 73

(8)

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

STRATEGI BERBAHASA PADA ANAK AUTIS DI SLB ABCDE LOB

Erlin Herliana NIM 1005719

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan strategi berbahasa pada saat berkomunikasi penderita autis cenderung berbeda dengan orang normal. Hal tersebut dipicu oleh adanya gangguan bahasa yang terjadi pada penderita autis pada saat berbahasa. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikolinguistik. Data diperoleh dari anak autis usia 7-9 tahun yang berjumlah 3 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan tiga hal berikut. Pertama, terdapat wujud verbal yang dituturkan oleh anak autis, bahwa terdapat kata, klausa, dan kalimat. Wujud verbal kata, seperti hoyong (mau), kue, mas, bu. Wujud klausa, seperti hoyong cokelat silver queen (mau cokelat silver queen). Wujud kalimat, seperti sudah, atos (sudah). Dapat disimpulkan bahwa wujud verbal yang sering dituturkan oleh anak autis berupa kata. Wujud verbal yang dituturkan anak autis cenderung sedikit, tetapi dalam tuturannya itu mengandung makna yang memiliki tujuan berkomunikasi. Bentuk verbal yang dikolaborasikan dengan perilaku non-verbal dapat dikatakan bahwa adanya penegasan pesan dan memberikan penekanan pada pesan verbal.

Kedua, terdapat 5 (empat) fungsi bahasa yang sebagian besar menjadi ciri khas anak autis dalam berbahasa, yaitu fungsi instrumental, fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi imajinatif, dan fungsi representasional. Dari kelima fungsi tersebut yang lebih mendominan adalah fungsi interaksional, fungsi instrumental, dan fungsi representasional. Ketiga, data tuturan memiliki hubungan peran antara penutur dan mitra tutur, latar, maksud serta cara. Dilihat dari hubungan tersebut ditemukan adanya strategi tidak langsung, yaitu strategi sosial. Bukti strategi sosial ini membuka saluran komunikasi dan membangun hubungan di antara anggota masyarakat lainnya. Strategi tidak langsung mendominan tuturan pada penderita autis, yaitu strategi sosial di SLB ABCDE LOB.

(9)

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

THE STRATEGY LANGUAGE IN CHILDREN WITH AUTISM AT SLB ABCDE LOB

Erlin Herliana NIM 1005719

ABSTRACT

This research motivated by the use of language strategies of autism. At the time of communicating, people with autism tend to be different from normal people. This is caused by the presence of a language disorder that occurs in people with autism. This research uses psycholinguistic approach. Data were obtained from children with autism by the age of 7-9 years, amounting to third children. The result of this research show the following three things. First of all, there is a form of verbal spoken by children with autism in the form of words, clauses, and sentences. The verbal form of a hoyong (want), kue, mas, bu. The form of such clauses hoyong coklat silver queen (wants silver queen chocolate). The form of sentences such as,

sudah, atos (already). It can be concluded that the verbal form that is often spoken form of the word by children with autism. Verbal form spoken by children with autism tend to be a little, but the meaning of the utterances that have the purpose of communication. Verbal forms of collaboration with non-verbal behavior can be said that the existence assertion message and emphasize the verbal message. Secondly, there are five functions of language which most characterizes children with autism in the language, which is a function of instrumental, interactional function, personal function, the function of imaginative and representational function. Of the five functions, which are dominated more interactional function, instrumental function, and representational functions. Third, the utterances have a role relationship between speaker and hearer, background, purpose, and ways. Judging from the relationship, there was an indirect strategy, the social strategy. Evidence of this social strategy, open channels of communication and build relationships between community members not directly dominate the narrative strategies in children with autism, the social strategy in SLB ABCDE LOB.

(10)

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Otak manusia secara genetik telah disiapkan untuk berbahasa. Salah satu alat dalam otak manusia untuk menerima bahasa disebut LAD (Language Acqusition Device). Melalui LAD, manusia memungkinkan untuk berbahasa selain dukungan alat. Jesper (Harras dan Bachari, 2009: 10) menyatakan bahwa bahasa sebagai simbol di dalam otak manusia yang melambangkan pikiran atau membangkitkan pikiran harus dilihat dari sudut pandang perilaku.

Ketika manusia berbahasa dapat dilihat dengan jelas bahwa manusia yang memiliki kelainan akan berbeda performanya (tampilan) dengan orang normal. Misalnya berbahasa pada saat berkomunikasi. Perbedaan itu akan terlihat pada saat manusia yang memiliki gangguan psikis, seperti halnya pada penderita anak autis, melakukan komunikasi. Anak autis merupakan gangguan perkembangan dalam hal berinteraksi dan berperilaku. Pada dasarnya anak penderita autis sulit menerima rangsangan bahasa dibandingkan dengan anak normal lainnya. Strategi berbahasa yang digunakan pada penderita autis dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial jelas akan berbeda dengan manusia normal pada umumnya. Ketika berkomunikasi, penderita autis akan menggunakan cara yang nonkonfensional, seperti menggunakan gerakan tangan sendiri, berbicara dengan mengulang kata, berisyarat melalui gestur tubuh, dan menyampaikan pesan melalui gambar.

(11)

2

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kontak mata, tidak menoleh ketika dipanggil, menghayati dunianya secara berlebih, dan tidak empati terhadap lingkungan sosial. Dari sisi berbahasa, anak autis cenderung lambat berbicara, tidak ada usaha untuk menggunakan potensi gestur tubuh. Hal lain yang berkaitan dengan ciri-ciri anak autis, seperti tertawa dan menangis tanpa sebab yang jelas serta rasa takut yang berlebihan.

Contoh yang terjadi di masyarakat ketika anak penderita autis sedang memukul-mukul meja dengan dua jari telunjuk kanan dan kirinya, jika anak tersebut akan merasa terganggu dia akan marah. Teman-teman yang memahami dengan kondisi tersebut, mereka akan membiarkan sampai dia merasa bosan. Contoh lain, terlihat pada anak yang bernama Abim. Abim mengambil tempat makan di tasnya, lalu ia memukul-mukul tempat makannya dengan sendok sambil berteriak-teriak pada gurunya, lalu gurunya menghampiri membukakan tempat makan Abim. Peneliti berpikir bahwa Abim melakukan strategi berbahasa dalam berkomunikasi dengan gurunya secara simbol.

Sejalan dengan masalah di atas, peneliti merasa perlu lebih jauh mengetahui bagaimana strategi berbahasa yang digunakan oleh penderita autis ketika berkomunikasi. Penelitian ini akan dilakukan pada anak penderita autis usia 7-9 tahun, alasan dengan pertimbangan anak usia dini lebih aktif dalam mengapresiasikan dirinya. Dari permasalahan yang diderita oleh anak autis dapat dikatakan sebagai wujud atau komunikasi patologi bahasa. Dalam persfektif klinis patologi bahasa terbagi menjadi dua bagian yaitu gangguan bahasa dan gangguan wicara. Gangguan bahasa adalah gangguan yang berhubungan dengan kompetensi atau otak. Sedangkan gangguan wicara adalah gangguan yang berkaitan dengan rusaknya organ mulut atau alat ucap. Dapat dikatakan bahwa anak autis termasuk kedalam anak yang mengalami gangguan bahasa secara kompleks.

(12)

3

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Penelitian sebelumnya perihal penderita autis dilakukan oleh Yunanto (2005) mengenai pola komunikasi orang tua terhadap anak autis. Hasil penelitian ini adalah orang tua mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan bahasanya pada saat berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal dan juga berkomunikasi antar pribadi dengan anak autis; Wardani (2009) mengenai strategi orang tua menghadapi anak autis. Penelitian tersebut menghasilkan bentuk perilaku berbahasa yang baik dan benar yang dilakukan oleh informan dengan berorientasi pada cara penyelesaian, serta informan merasakan ada perubahan yang positif kepada objek. Makie (2012) mengenai strategi komunikasi pendidik anak autis. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa penggunaan bahasa yang tepat pada saat berkomunikasi secara inpersonal akan memudahkan proses komunikasi pendidik dengan anak autis.

Penelitian ini tentunya memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang telah diulas diatas. Perbedaan tersebut terletak pada penggunaan bahasa dalam berkomunikasi pada penderita autis usia 7-9 tahun. Sudah kita ketahui bahwa penderita autis memiliki strategi berbahasa yang berbeda dengan manusia normal. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana bentuk bahasa yang disampaikan oleh penderita autis pada saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Bentuk bahasa yang dimaksud peneliti adalah bentuk secara verbal (tuturan) maupun non-verbal.

(13)

4

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

B. Masalah Penelitian

Peneliti akan menjelaskan masalah penelitian: (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah. Adapun uraiannya sebagai berikut.

1. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini masalah diidentifikasi. Adapun identifikasi masalahnya yaitu gangguan bahasa yang diderita autis dan kaitannya dengan cara atau strategi anak autis tersebut menggunakan keadaan (setting) komunikasi. 2. Batasan Masalah

Peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini. Pada persoalan strategi berbahasa yang digunakan anak autis dalam berkomunikasi ditinjau dalam persfektif perkembangan bahasa (psikolinguistik).

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan indentifikasi batasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1) Bagaimana bentuk verbal bahasa yang dituturkan oleh anak autis?

2) Apa fungsi bahasa yang dituturkan dalam setting komunikasi yang dihadapi oleh anak autis?

3) Strategi bahasa apa yang digunakan anak autis ketika berkomunikasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

(14)

5

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Berikut ini adalah uraian dari manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1) Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi di bidang keilmuan, yaitu ilmu bahasa yang di dalamnya terdapat kemampuan berbahasa untuk menganalisis penelitian ini, seperti fungsi bahasa. Selain itu, dapat memberikan informasi untuk menambahkan wawasan menyangkut adanya teori berbahasa yang dapat mengkaji tuturan penderita autis pada saat berkomunikasi.

2) Secara praktis, dengan mengetahui informasi dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi guru dan orang tua. Penderita autis lebih diperhatikan oleh guru dan orang tua dalam mengembangkan berbahasa pada saat komunikasinya terutama pelajaran cara menyampaikan tuturan yang baik. Para pembaca diharapkan lebih memperhatikan dan menghargai anak yang mengalami gangguan bahasa khususnya anak autis. Selain itu, dapat dijadikan salah satu bahan bacaan bagi penelitian selanjutnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan struktur skripsi yang berisi bab I, II, III, IV dan V. Berikut penjelasannya.

1) Bab I skripsi merupakan pendahuluan dan bagian awal pada skripsi. Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

(15)

6

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3) Bab III skripsi merupakan metode penelitian. Dalam metode penelitian ini, terdiri dari: a) lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian; b) desain penelitian dan justifikasi; c) metode penelitian dan justifikasi; d) definisi operasional; e) instrumen penelitian; f) proses pengembangan instrumen diantara lain pengujian validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan karakteristik lainnya; g) teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya; h) analisis data berupa laporan secara rinci tahap-tahap analisis data, serta teknik yang dipakai dalam analisis tersebut.

4) Bab IV skripsi merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang atas: a) pengolahan data atau menganalisis data untuk mendapatkan hasil temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian; b) pembahasan atau analisis temuan.

(16)

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan metodologi yang mencakup penelitian, yaitu a) lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian; b) metode penelitian; c) definisi operasional; d) sumber, korpus dan unit analisis; e) instrumen penelitian; f) teknik pengumpulan data; g) teknik pengolahan data. Mengenai hal tersebut, peneliti sajikan sebagai berikut.

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini di Sekolah Luar Biasa (SLB) ABCDE LOB, terletak di Jalan Manglayang 1 no.7, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. Sampel yang akan diteliti oleh peneliti adalah sampel bertujuan (purposive sampling) anak autis usia 7 sampai 9 tahun yang berjumlah 3 orang.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini berkaitan langsung dengan tuturan penderita autis. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif (descriptive research). Dengan metode deskriptif, peneliti akan mendeskripsikan atau menjabarkan wujud verbal pada anak autis, fungsi bahasa, dan bentuk strategi, secara sistematis dan faktual.

(17)

31

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

C. Definisi Operasional

Definisi operasional ini merupakan penjabaran dari beberapa istilah yang dipakai oleh peneliti berupa deskripsi. Di sini peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang dipakai untuk penelitian ini, berikut penjelasannya.

1) Strategi berbahasa adalah penggunaan bahasa yang disampaikan atas dasar informasi serta dilihat dari cara berkomunikasi dengan individu lainnya. 2) Anak autis merupakan anak yang menderita gangguan perilaku maupun otak

yang ditandai tidak mampu bersosialisasi dengan baik ataupun jelas secara verbal dan simbolik.

D. Sumber, Korpus dan Unit Analisis

Sumber data dari penelitian ini adalah anak autis berusia 7-9 tahun dengan jumlah 3 orang anak. Korpus data penelitian adalah tuturan anak dan segala tingkah laku berbahasa yang dilakukan oleh anak penderita autis. Unit analisis data dalam penelitian ini secara primer mengarah pada tuturan dan secara sekunder mengarah pada perilaku non-verbal

Tabel 3.1

Sumber Data Penelitian

No. Nama Jenis Kelamin Umur Tingkat Autis

1. An.B L 7 th Autis sedang

2. An.L P 8 th Autis sedang

3. An.A L 9 th Autis tinggi

E. Instrumen Penelitian

(18)

32

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

tersebut dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis. Berikut contoh uraiannya.

1. Pedoman Observasi.

Pedoman observasi yang gunakan dalam penelitian ini adalah kartu data. Kartu data tersebut diadaptasi dari teori strategi komunikasi Harold D. Lasswell (dalam Ekawati, 2011). Formula Lasswell tersebut digambarkan oleh Denis Mc Quail dan Sven Windahl.

Tabel 3.2 Contoh Kartu Data 1 Data 1

Penutur Tuturan Maksud Komunikan Fungsi bahasa

Tabel diatas terdapat penutur (siapa yang menuturkan), tuturan (bentuk bahasa), maksud (pesan yang disampaikan), komunikan (mitra tutur) dan fungsi bahasa (termasuk kedalam fungsi apa berdasarkan tuturan).

Tabel 3.3 Contoh Kartu Data 2

(19)

33

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Strategi

Tabel diatas terdapat penutur (siapa yang menuturkan), tuturan (bentuk bahasa), maksud (pesan yang disampaikan), cara (apakah dengan cara verbal atau non-verbal), komunikan (mitra tutur) dan bentuk strategi (termasuk strategi apa berdasarkan tuturan).

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data, yakni observasi. Observasi merupakan alat yang langsung untuk meneliti bermacam-macam gejala. Banyak aspek-aspek tingkah laku manusia yang dapat diamati melalui observasi langsung (Narbuko, 2010: 76). Observasi ini dalam penelitian ini disebut sebagai observasi pastisipasi (partisipan). Hal itu berarti peneliti mempelajari masalah bahasa yang terjadi pada penderita autis dan menjadi bagian dari anggota kelompok anak autis tersebut. Dalam observasi pengumpulan data, peneliti akan memakai sistem simak, libat, dan catat. Peneliti akan menyimak segala tingkah laku pada saat anak berbahasa.

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian ini akan dilakukan melalui teori yang dikembangkan melalui teori psikolinguistik. Data diolah berdasarkan klasifikasi bentuk verbal. Adapun uraian langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Data dideskripsikan melalui bentuk verbal tuturan anak autis.

2. Wujud verbal diidentifikasi berdasarkan kartu data untuk menentukan fungsi bahasa.

3. Wujud verbal diidentifikasi berdasarkan kartu data untuk menentukan strategi kebahasaan.

(20)

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berbahasa dapat dikatakan sebagai aktivitas komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Sebagian besar dari mereka dapat berbicara, namun tidak dapat menggunakan kemampuan bahasanya dalam berkomunikasi dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, pada saat penderita autis berbahasa dalam berkomunikasi akan menjadi acuan utama penelitian ini untuk mencari tahu keberadaan komunikasi verbal dan non-verbal. Data diambil dari tiga sumber anak yang menderita autis usia 7, 8, dan 9, dua anak tergolong low functioning autism (An.B dan An.L) satu anak tergolong high functioning autism (An.A). Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Wujud verbal yang terbentuk pada anak autis usia 7-9 tahun terdapat kata, klausa, dan kalimat. Wujud kata, seperti hoyong (mau), kue, mas, bu. Wujud klausa, seperti hoyong cokelat silver queen (mau cokelat silver queen). Wujud kalimat, seperti sudah, atos (sudah). Dapat disimpulkan bahwa wujud verbal yang sering dituturkan oleh anak autis berupa kata. Setiap tuturan yang dibarengi dengan bentuk perilaku anak autis merupakan penegasan pesan dan penekanan pada pesan verbal jika maksud tuturan verbal itu sendiri tidak dimengerti. Seperti pada anak yang bernama Byan, ketika anak tersebut ingin

meminta nilai pada gurunya, ia bertutur “udah udah” (sambil menyodorkan buku). Bentuk bahasa tubuh „menyodorkan buku‟ tersebut merupakan

penegasan maksud dan memberikan penekanan pada pesan verbal yang dituturkan anak tersebut.

(21)

70

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

representasional. Fungsi bahasa yang mendominasi tuturan anak autis adalah fungsi interaksional, fungsi instrumental, dan fungsi representasional.

3. Dari keseluruhan data yang sudah dianalisis melalui teori strategi bahasa, ditemukan adanya strategi tidak langsung, yaitu strategi sosial. Bukti interaksi sosial ini membuka saluran komunikasi dan membangun hubungan di antara anggota masyarakat lainnya. Strategi sosial banyak digunakan pada anak autis yang bertutur atau berbahasa di SLB ABCDE LOB.

4. Adanya perbedaan bahasa yang dituturkan oleh anak autis berdasarkan tingkatan autis. Autis tinggi dalam menuturkan tuturan cenderung lebih bisa menuturkan bahasa yang panjang atau kata-kata yang panjang. Berbeda dengan tingkatan autis sedang, anak autis sedang cenderung sedikit dalam menuturkan bahasanya dan kurang responsif terhadap orang yang ingin berinteraksi dengan anak tersebut.

B. Saran

Berdasarkan uraian hasil analisis strategi berbahasa pada anak autis di SLB ABCDE LOB, penulis memberikan saran sebagai berikut.

1. Peneliti berharap agar melakukan hubungan komunikasi antar pribadi lebih intensif. Hal tersebut dilakukan agar strategi berbahasa pada anak autis lebih terlatih sehingga pada saat berbahasa anak autis selalu ada kemajuan akan hal itu.

2. Dari pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang lebih memadai yang nantinya akan berpengaruh pada anak dalam keberhasilan dalam berbahasa.

(22)

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Apipah. (2012). “Pengertian Penelitian Kualitatif”. [online]. Tersedia di Blog:

http://diaryapipah.blogspot.com/2012/05/pengertian-penelitian-kualitatif.html. (Diakses pada tanggal 16 April 2014, pukul 16.00 WIB)

Aziez, F., & Alwasilah, A.C (1996). Pengajaran Bahasa Komunikatif: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dardjowidjojo, S (2003). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Indonesia. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Dewi, Surya. (2009). “Strategi Komunikasi Menghadapi Anak Autis (Studi Deskriptif Cara-cara Berkomunikasi dengan Orangtua dengan Anak Autis di TK. Citra Cendikia Sidoarjo)”. [online]. Tersedia di Blog:

http://ewykesehatan.blogspot.com/. (Diakses pada tanggal 20 April 2014,

pukul 14.00 WIB )

Ekawati, R.A (2011). “Strategi Penguasaan Berbahasa”. [online]. Tersedia di Blog: http://rennyayuekawati.blogspot.com/. (Diakses pada tanggal 20 April April 2014, pukul 14.30 WIB )

Hariyanto. (2012). “Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan”. [online]. Tersedia di Website:

http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/ . (Diakses pada tanggal 5 Juni

2014, pukul 13.00 WIB)

Harras, A. K & Bachari, A. D (2009). Dasar-dasar Psikolinguisti. Bandung: UPI PRESS.

Hismanoglu, M (2000). “Language Learning Strategies in Foreign Language Learning and teaching”. [online]. Tersedia di website:

http://iteslj.org/Articles/Hismanoglu-Strategies.html. (Diakses pada

tanggal 25 April 2014, pukul 13.00 WIB)

Kopega, M. H. (2009). Strategi Komunikasi Orangtua dengan Anak Autis dalam Proses Sosial di Lingkungan Keluarga Kota Palembang. (Skripsi). Palembang: tidak diterbitkan.

Makie, J. E. (2012). Strategi Komunikasi Pendidik Anak Autis (Studi pada SLB Permata Hati Manado). (Skripsi). Manado: tidak diterbitkan.

Narbuko, C & Abu, A. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Oxford, R.L. (2003). Language Learning Styles and Strategies: An Overview.

(23)

72

Erlin Herliana, 2014

Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Ramlan, M. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono. Sari, D N. (2011). Komunikasi Antara Tenaga Didik dengan Penderita Autis.

(Skripsi). UNIKOM, Bandung: tidak diterbitkan.

Setiawan, A. H & Yayan, H. (2006). Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI PRESS.

Tisnasari, S. (2010). Ekspresi Pemahaman Anak Autis: Suatu Analisis Neurolinguistik (Kasus Subjek Tunggal). (Makalah). Mahasiswi S-2 UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Wardani, D.S. (2009). Strategi Coping Orang Tua Menghadapi Anak Autis.

Jurnal mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.

Yoon, S. (2013). “Teori Interaksionisme simbolik H Blumer”. [online]. Tersedia di Blog:

http://yoonhyewon.blogspot.com/2013/08/teori-interaksionisme-simbolik-h-blumer.html (Diakses pada tanggal 12 Januari 2014, pukul

19.00)

Yule, G. (2006). Pragmatik. Penterjemah: Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yunanto, F. (2005). “Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Penderita Autisme (Studi Deskriptif Pada Penerapan Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme)”. Skripsi Mahasiswa STMIK, Jakarta: tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Contoh Kartu Data 1

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Kang Yoto itu sebenarnya memaksa birokrasi untuk patuh dengan skenarionya dengan cara „melemparkan‟ birokrasi kepada rakyat Bojonegoro. Pemaksaan tersebut

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari ke empat bank BUMN yang paling baik kinerjanya adalah Bank BRI dan yang paling buruk kinerjanya adalah Bank BTN baik dilihat

Setiap perubahan Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Perlintasan Selat Bali dan

Dari hasil analisis framing di dalam penelitian ini, dapat disarankan kepada pemerintah untuk menjalin relasi dengan media dan menggunakan media untuk berkomunikasi kepada

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Perangkat Daerah Kota Mojokerto, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Mojokerto merupakan Dinas

Dari pemikiran negatif yang dimiliki individu jika dibiarkan akan menciptkan perilaku yang maladaptif atau merugikan bagi dirinya sendiri, maka dari itu

Jika salah satu dari masalah primal atau masalah dual tersebut memiliki solusi optimal, maka masalah lainnya juga memiliki solusi optimal dan nilai fungsi objektif optimalnya

Menurut (Depdiknas, 2003) tentang sistem pendidikan nasional pada Bab I Pasal I Ayat I menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan