Universitas Kristen Maranatha 日本企業での男女差別
マルヤム カタルヤ クスマヮルダ二 0342055
マラナタキリスト教大学 文学部
ix
Universitas Kristen Maranatha 要約
序論
過 去に おい て、日 本人 は、 女性は 自宅 にい るべ きで 、夫と 子供 の世 話を する為に、また妻及び母親として義務を果たすためであると思っていた。また、 仕事の世界にも日本人の女性は差別を受けることも事実である。彼女達は政治及 び一般の社会等全体的に同権をもらう為に、長い歴史にの中で努力してきた。
本論
筆 者は 記述 分析及 び現 象学 を使い 、こ の論 文を 書い た。記 述学 はあ る現 象の状況についての情報を集める為の研究である。つまり、研究する時の現象の そのものである。(スハルシミ・アリクント:2005 年)。その様に、記述分析 方式が事実及びある社会若しくは地域の考えと性格を体系的、現実的で正確な説 明を作るものである。一方、現象学は社会学の中のアプローチであり、人間の意 識がどのように社会行為、社会の状況及び社会の世界を作ることに関係があるか を探し、表現する方法である。 (ナタンソン: 1970)。
日本 家父長制の概念を持っている。 つまり、 子孫が男性の血統から( 父親) し
か認められない考えかたである。 この強い家父長制の概念 日本の女性が受けた生活
x
Universitas Kristen Maranatha 多 数の 会社と 企業が 日本 の経済 に非 常に大 きな 影響を 与えて いる 。当然、 これも働き蜂である日本人の努力の性質に支えられている。日本の会社と企業は 男性の人材を多く使うが、女性の人材を使う会社と企業も少ないわけではない。
日 本 人 の 女 性 の 社 会 地 位 も 男 女 雇 用 機 会 均 等 法 に つ い て の 労 務 法 律 が 1986 年に日本の政府により施行された為、非常に改善された。しかし、その法
律が施行されても、男女の同権の実施は未だ会社の持ち主により管理されている。 その後、1999 年に、この法律が改定され、男女差別に基づく邪魔になる行為は 法律違反であることという内容を持つ様になった。
1991 年より日本では仕事に就く女性の数が増えてくる。それは、日本の
会社は女性達を安い給料で働く従業員として採用し始めました。その女性達の中 では、アルバイト若しくは手当てや福祉をもらわない契約社員として仕事してい た。
ビルギット・ケルスタン(1995) によると、ジェンダーは生まれつきでは なく、社会関係から生まれたものである。日本の女性の従業員は職場にお茶組と いう男性の同僚及び会社に来客するお客さんにお茶を入れて、進めること等、不 公平な義務を持ち、差別を受ける。その上、女性の従業員はより良いキャリア若 しくは昇進を受ける機会を受けることもなかなかない。また、給料の観点にても、 男性と女性の間に差異がある。
xi
Universitas Kristen Maranatha (お茶組をする)義務を持っていた。その上、彼女の男性の同僚が別の部屋に転移
されていくが、女性の従業員はずっと同じ部署に仕事していることを良く見た。
鳴海のりこ(56 歳)が体験した職場上男女差別は会社に何年仕事していて も、ただ男性の同僚が特別訓練を受け、昇進されていくことを見ていた。一方、 女性の従業員はただ書類関係でずっと仕事している。
本 間け いこ が体験 した こと も同様 であ る。 彼女 もも らうべ き給 料を 受け ることを感じない。実際、男性の同僚と同じ作業を同じ期間で仕事をしていた。
結論
下記はなぜ女性が職場に差別を受けることの結論である。
• 女性は未だ家事と関係 を持つと思わ れる。これにより、女 性の従業員
はお茶組等、家事に関係を持つ仕事をする義務に付けられた。
• 女性は未だより良いキ ャリアを得る 能力を持っていおらず 、男性の職
員と同じ給料ををもら う資格が無い と思われる。このこと の原因は、
上司は女性がいつか結 婚し、妊娠し 、育児の為に、仕事を 辞めてしま
うと思っている為であ る。しかし、 時代が変わっていくと 共に、女性
達は自分達が仕事がで きることを証 明する為に非常に努力 した結果、
vii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Pendekatan Dan Metodologi Penelitian ... 7
1.5 Organisasi Penulisan ... 9
BAB II GENDER DALAM LINGKUNGAN KERJA ... 11
2.1 Gender Dan Pekerjaan... 13
2.1.1 Wanita Pada Saat Ini ... 15
2.1.2 (Hal-hal Yang Berhubungan Dengan) Pekerjaan Rumah Tangga ... 16
2.2 Gender Dan Penghasilan ... 17
2.2.1 Partisipasi Tenaga Kerja ... 18
2.2.2 Upah Yang Sama Dalam Pekerjaan Yang Sama... 20
BAB III KASUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN DISKRIMINASI GENDER TERHADAP WANITA DALAM LINGKUNGAN KERJA DI JEPANG ... 21
3.1 Kasus Yang Berkaitan Dengan Gender Dan Pekerjaan ... 21
viii
Universitas Kristen Maranatha
3.1.2 Penugasan Pekerjaan ... 40
3.2 Kasus Yang Berkaitan Dengan Gender Dan Penghasilan... 46
BAB IV KESIMPULAN ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
SINOPSIS... ix
xii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Keterangan Diri
Nama : Maryam Catalya Kusumawardhani Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 27 Agustus 1985
NRP : 0342055 Jurusan : Sastra Jepang Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam
Alamat : Jl. Biologi No.4, Cigadung, Bandung 40191 Nama Ayah : Darmawan Hardjakusumah
Nama Ibu : Ernawati Musadi
Riwayat Pendidikan
1990-1991 : TK Gelatik Bandung 1991-1997 : SD Taruna Bhakti 1997-2000 : SMP Taruna Bhakti 2000-2003 : SMA Taruna Bhakti
1
Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jepang adalah salah satu negara termaju di dunia yang memiliki beragam kebudayaan yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan merupakan bagian yang integral antara bahasa dan pikiran. Salah satu budaya yang hingga kini masih dipegang teguh oleh masyarakat Jepang adalah budaya patriarkal yang merupakan suatu sistem dimana sebuah keturunan diakui dari garis kerabat pria saja (bapak). Budaya patriarkal yang kental inilah yang akhirnya menjadi pemicu timbulnya diskriminasi gender di Jepang, yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan perlakuan yang diterima oleh kaum wanita dibanding oleh kaum pria. Tadao Umesao (1995 : 911) mengatakan bahwa gender merupakan perbedaan jenis kelamin pria-wanita yang dibentuk secara sosial dan kultural.
Dalam bukunya yang berjudul Japanese Woman, Traditional Image & Changing Reality, Iwao Sumiko menceritakan bahwa dalam mitologi Jepang dikenal
2
Universitas Kristen Maranatha biasa dapat bertani, memancing dan berdagang serta dapat menikmati kebebasan (termasuk dalam hal cinta dan pernikahan) dalam kondisi yang seimbang dengan pria. Sedangkan untuk para wanita yang berdarah ningrat (keluarga samurai), mereka menganut yang disebut “tiga kepatuhan”, yaitu patuh kepada ayah saat masih muda, patuh kepada suami setelah menikah dan patuh kepada anak lelaki di usia senja. Memasuki era Meiji (1868-1912) bangsa Jepang mulai mengalami modernisasi, dan pada jaman ini budaya kasta samurai yang ada pada era Muromachi merasuk seluruhnya ke dalam kehidupan masyarakat dan semenjak saat itu perbedaan kelas yang kaku secara resmi dihapus. Sebagai konsekuensinya, kaum wanita kehilangan kekuatan dan keseimbangan yang mereka nikmati. Dengan adanya modernisasi, integrasi dan sentralisasi dalam kehidupan masyarakat Jepang mengalami kemajuan, dan kaum pria mendominasi, serta kehidupan masyarakat yang terstruktur secara vertikal benar-benar tidak dapat dihindari, mengeluarkan wanita dari peran utama walaupun mereka tetap berusaha untuk memainkan peran yang kuat dalam masyarakat.
Di dalam bahasa Jepang pun tercerminkan ‘ketidakberuntungan’ kaum wanita dibanding kaum pria. Beberapa bukti kuat yang memperkuat anggapan ini terlihat dalam pembentukan huruf kanji, pembentukan kata dan peribahasa Jepang.
Abe Hiroshi (1999 : 135) menjelaskan bahwa siapapun mungkin akan setuju
3
Universitas Kristen Maranatha kesusasteraan, gambar atau lukisan, film, dan sebagainya. Di dalam ekspresi kebahasaan pun yang merupakan dasar berbagai manusia, gender muncul dalam berbagai aspek.
Dalam bahasa Jepang, pria dan wanita masing-masing dilambangkan dengan kanji yang berbeda. Pria dilambangkan dengan huruf yang mengandung unsur kanji yang berarti ‘sawah’ dan ‘tenaga’ yang menggambarkan perannya sebagai orang yang bekerja sekuat tenaga memproduksi padi di sawah untuk menyokong kehidupan bangsa guna membangun negara. Pekerjaan mulia ini dianggap milik pria walaupun pada kenyataannya banyak juga wanita yang turut bekerja di sawah. Berbeda dengan pria, wanita ditulis dengan huruf yang melambangkan orang yang sedang menari. Hal ini memberi gambaran sosok wanita yang berperan sebagai penghibur orang (pria). Seolah-olah mereka dijadikan objek kesenangan atau kepuasan orang yang melihatnya. Meskipun banyak pria yang menjadi penari, tetapi kanji pria tidak diperlakukan seperti itu.
Kanji yang melambangkan pria dan wanita itu dapat digabungkan dengan kanji lain sehingga membentuk kanji baru yang memiliki arti tertentu. Anehnya jumlah kanji yang mengandung unsur kanji wanita lebih banyak dibanding jumlah kanji yang mengandung unsur kanji pria. Lebih aneh lagi, ternyata banyak sekali kanji yang mengandung unsur wanita yang memiliki makna yang terkesan negatif, seperti 安い (yasui - murah), 媚びる (kobiru - merayu, menjilat, mencumbu), dan 嫉
4
Universitas Kristen Maranatha pembentukan kata pun wanita tidak mendapat prioritas utama. Kata 男女 (danjo -
pria-wanita) tidak dapat diubah menjadi 女男 (joshi) dengan harapan mendahulukan
unsur wanitanya. Sama dengan 男女, kata-kata 父母 (fubo - ayah-ibu), 夫婦 (fuufu -
suami-istri) dan 子女 (shijo - anak pria-anak wanita) tidak bisa dibalikkan menjadi
母 父 (bofu), 婦 夫 (fufuu), dan 女 子 (joshi). Belum lagi melihat kata-kata yang
menunjukkan profesi yang cukup populer dan mantap seperti 医者 (isha - dokter), 作
家 (sakka - penulis) dan 俳優 (hairyuu - aktor/aktris). Masih menurut sumber yang sama, semua mengacu pada pria. Sebab selain kata-kata itu terdapat kata 女医 (joi -
dokter wanita), 女流作家 (joryuu sakka - penulis wanita) dan 女優 (joyuu - aktris).
Begitu juga dalam peribahasa. Tidak sedikit peribahasa Jepang yang mengangkat citra wanita seperti itu. Contoh sebagai berikut, 女はまもの - onna wa
mamono.’wanita adalah ‘jin’ – orang bertubuh halus’. Maksud dari peribahasa
tersebut adalah wanita digambarkan sering membuat pria lupa daratan.
Selain diskriminasi dalam kanji, wanita juga mengalami masalah gender dalam lingkungan kerja.
5
Universitas Kristen Maranatha Menurut kutipan dari media cetak Sinar Harapan, Rabu, 7 Maret 2007, pegawai wanita di Jepang mengeluhkan adanya diskriminasi gender. Di negara maju seperti Jepang, perempuan ternyata masih dikaitkan dengan pekerjaan rumah tangga, seperti menyajikan minuman. Meski tidak menjadi aturan tertulis, tugas tersebut telah melekat pada pegawai wanita apapun pekerjaan utamanya. Tidak hanya itu, perlakuan diskriminatif yang mengutamakan pria juga sering mereka terima.
Michiko Koseki (59), mengaku selama bekerja di perusahaannya, dia dan
pegawai wanita lainnya sering mendapatkan perlakuan yang berbeda dibanding rekan pria mereka. Perbedaan itu sangat terasa ketika perusahaannya tiba-tiba memutuskan untuk memindahkan seluruh karyawan pria ke ruangan yang lebih bagus, sementara pegawai wanita tetap tinggal di bangsal yang lama. Koseki, yang bertugas menangani surat penawaran dan perpajakan, kemudian diperintahkan untuk menyediakan teh bagi karyawan-karyawan pria dan mengunjungi pelanggan atau biasa disebut お茶く
み (ochakumi). Dalam pertemuan dan rapat sekalipun pegawai wanitalah yang
diharapkan menuangkan teh kepada peserta rapat. Setelah mendapat keterangan lebih lanjut, pemimpin perusahaan hanya mengatakan bahwa ia tidak mungkin membayar seseorang hanya untuk menuangkan teh.
6
Universitas Kristen Maranatha paruh waktu atau karyawan kontrak tanpa fasilitas tunjangan atau fasilitas kesejahteraan.
Banyak perusahaan-perusahaan Jepang yang mengesampingkan undang-undang tenaga kerja yang lemah. Mereka menempatkan wanita-wanita ke tugas administrasi dengan bayaran rendah dan tidak ada prospek kenaikan jabatan. Sementara itu pria ditempatkan di jalur karir dengan mobilitas ke depan yang besar dan gaji yang lebih tinggi.
Pandangan tradisional yang menganggap wanita dalam masyarakat hanyalah menjadi ibu rumah tangga sudah mulai berubah dalam generasi muda Jepang. Namun generasi lebih tua, yang memegang mayoritas di perusahaan dan kekuasaan politik tampaknya belum menerima kenyataan masuknya wanita dalam dunia kerja. Apakah pada masa ini perlakuan diskriminatif terhadap kaum wanita di tempat kerja di Jepang masih terjadi? Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang diskriminasi gender terhadap wanita dalam lingkungan pekerjaan.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah hal-hal sebagai berikut:
− Masih ada diskriminasi gender pada lingkungan kerja di Jepang saat ini.
− Apa saja yang mendorong terjadinya diskriminasi gender pada lingkungan kerja
7
Universitas Kristen Maranatha 1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
− Mendeskripsikan diskriminasi gender yang terjadi pada lingkungan kerja di
Jepang saat ini.
− Mendeskripsikan faktor-faktor yang mendorong terjadinya diskriminasi gender
pada lingkungan kerja di Jepang saat ini.
1.4 Pendekatan dan Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analisis dan pendekatan Fenomenologi, yang akan dilaksanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: mengamati, mengungkap, menilai, dan membandingkan makna sebenarnya dalam kasus-kasus yang penulis dapat.
8
Universitas Kristen Maranatha membuat penjelasan secara sistematis, actual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-pemikiran-pemikiran suatu populasi masyarakat adau daerah tertentu.
Kata “Fenomenologi” berasal dari bahasa latin. Phainomeron : yang tampak atau gejala, sedangkan Logos : rasio atau ilmu. Fenomenologi diperkenalkan oleh Edmund Husserl yang dikenal sebagai bapak fenomenologi. Menurut Edmund Husserl, Fenomenologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena atau tentang gejala segala sesuatu yang tampak.
Fenomenologi mempelajari struktur dari Conscious Experience seperti mengalaminya dari sudut pandang orang pertama, berikut juga dengan kondisi pengalaman tersebut. Conscious Experience adalah suatu pengalaman yang kita alami, kita hidup dalam pengalaman itu.
Fenomenologi adalah suatu filosofi yang didasarkan ada pengalaman dari sebuah fenomena, dan berdasarkan suatu pemikiran bahwa kenyataan terdiri dari objek kejadian, maka manusia dapat secara sadar merasakannya. Dengan fenomenologi kita dapat dengan sengaja menempatkan diri kita pada suatu objek atau kejadian dan kemudian memakai perasaan dan imajinasi kita untuk kita merasakannya.
Natanson (1970) mengatakan :
9
Universitas Kristen Maranatha Sebagai suatu pendekatan dalam sosiologi, fenomenologi mencari menyatakan bagaimana kesadaran manusia ialah terkait dalam menghasilkan tindakan sosial, situasi sosial dan dunia sosial.
Tujuan dari fenomenologi adalah untuk menerangkan bagaimana objek pengamatan dituangkan dalam perbuatan pikiran dari mengamati, begitu juga untuk perasaan, imajinasi dan lain-lain. Hal yang penting adalah “bagaimana”, maksudnya adalah bagaimana suatu hal bisa terjadi.
Data-data yang akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini bersumber dari buku, artikel-artikel di internet, karya-karya ilmiah yang sesuai dengan validasi dan tujuan dari penelitian ini.
1.5 Organisasi Penulisan
Adapun organisasi penulisan skripsi ini ditulis dan disusun menjadi empat bab.
Bab pertama berisi tentang latar belakang dari masalah yang diteliti yang kemudian dirumuskan menjadi rumusan masalah yang lebih sederhana. Tujuan penelitian, metode dan teknik kajian serta organisasi penulisan skripsi juga terdapat dalam bab pertama.
10
Universitas Kristen Maranatha Bab ketiga dalam skripsi ini membahas analisis-analisis yang peneliti lakukan. Pada bab ketiga ini juga dibahas kasus-kasus yang berkaitan dengan skripsi yang sedang ditulis.
51
Universitas Kristen Maranatha BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan penelitian yang dilakukan pada kasus-kasus yang ada pada bab tiga, penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut, bahwa perlakuan diskriminatif berbasis gender yang dihadapi pekerja wanita masih kerap terjadi dalam lingkungan pekerjaan.
1. Walaupun perlakuan diskriminatif ini sudah jauh berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya, tetapi hal itu masih saja terjadi. Pada kasus-kasus tersebut para pekerja wanita mengeluhkan bahwa mereka mengalami berbagai perlakuan diskriminatif di tempat mereka bekerja seperti, mereka harus
melakukan お茶 くみ , yaitu menyajikan minuman untuk rekan-rekan
52
Universitas Kristen Maranatha 2. Adapun faktor-faktor yang mendorong sehingga tenaga kerja wanita mendapat
perlakuan diskriminasi dalam lingkungan kerja, adalah sebagai berikut:
• Wanita masih kerap dikaitkan dengan pekerjaan rumah tangga, hal inilah
yang mengakibatkan para pekerja wanita dilimpahi tugas yang berkaitan dengan urusan rumah tangga, seperti menyajikan minuman, membersihkan ruangan, dan sebagainya.
• Wanita masih dianggap kurang mampu untuk mendapatkan jenjang karier
53
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi (edisi ketiga). Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Tachibanaki, Toshiaki. (2010). The New Paradox for Japanese Women: Greater Choice, Greater Inequality. Tokyo : Toyo Keizai, Inc.
AMPO. (1996). Voices from the Japanes Women’s Movement. New York : M. E. Sharpe, Inc.
Iwao, Sumiko. (1993). The Japanese Woman : Traditional Image and Changing Reality. New York : The Free Press, A Division of Macmillan, Inc.
Kutha, Ratna Nyoman. (2007). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogya : Pustaka Pelajar.
Sudjianto. (2000). Jender, Wanita, dan Bahasa Jepang dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Jepang. Bandung : PPBJ FPBS UPI
II. Publikasi Elektronik
Ministry of Internal Affairs and Communications. (2011). Statistics Bureau, Director-General, for Policy Planning (Statistical Standards) & Statistical Research and Training Institute. 27 Mei 2013. http ://www.stat.go.jp/english/data/handbook/c12cont.htm
HDN. (23 Desember 2000). Japanese Women Win Sex Discrimination in Lawsuit. Tokyo. 20 Juni 2013.
http://www.hurriyetdailynews.com/default.aspx?pageid=438&n=japanese-women-win-sex-discrimination-lawsuit-2000-12-23
User Survey. (26 Desember 2006). 21 Mei 2013.
http://detail.chiebukuro.yahoo.co.jp/qa/question_detail/q1410344914 User Survey. (24 Agustus 2008). 21 Mei 2013.
http://www.navigate-inc.co.jp/ojt/case/m/2004/05/post-36.php?mtkk_layer=comments
User Survey. (19 September 2009). 21 Mei 2013.
54
Universitas Kristen Maranatha User Survey. (24 November 2009). 21 Mei 2013.
http://detail.chiebukuro.yahoo.co.jp/qa/question_detail/q1133339401 User Survey. (6 Januari 2009). 21 Mei 2013.
http://komachi.yomiuri.co.jp/t/2009/0106/219214.htm?o=0 User Survey. (14 Maret 2013). 20 Mei 2013.
http://komachi.yomiuri.co.jp/t/2013/0314/579859.htm?g=02
Makino, Catherine. (12 September 2010). Career Ladder for Japan’s ‘New’ Women Still Tilted. Tokyo : WeNews. 11 Juni 2013.
http://womensenews.org/story/labor/100910/career-ladder-japans-new-women-still-tilted#.UbaB6thQ11k
Smith, Mersh. (26 April 2011). Women in Japan. 11 Juni 2013.
http://prezi.com/8l_hm8a3endh/women-in-japan/?utm_source=website&utm_medium=prezi_landing_related&utm_cam paign=prezi_landing_related_author
User Survey. (3 Maret 2008). 22 Mei 2013. http://oshiete.goo.ne.jp/qa/3829888.html User Survey. (12 Desember 2011). 22 Mei 2013.