BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Desa Gesing, Kecamatan Kandangan
Wilayah Kecamatan Kandangan yang merupakan salah satu dari 20
kecamatan di Kabupaten Temanggung. Secara administrati batas wilayah
Kecamatan Kandangan sebelah Barat Kecamatan Kedu dan Gemawang, sebelah
Utara Kabupaten Semarang dan Kecamatan Gemawang, Sebelah timur Kabupaten
Semarang dan kecamatan Kaloran, sebelah selatan Kecamatan Temanggung dan
Kecamatan Kaloran. Kecamatan kandangan terletak pada ketinggian tanah
rata-rata 657,31 m dpl dengan suhu antara 30 ºC dan 20 ºC.
Kecamatan Kandangan memiliki luas Wilayah 7.836 ha, dengan jumlah
penduduk 46.669 orang dan mempunyai 16 desa. Desa Gesing terdapat 9 dusun
yang terdiri dari 9 rukun warga (RW) dan 26 rukun tetangga (RT) dan terdapat
1.259 Rumah Tangga. Jumlah penduduk 4.834 jiwa terdiri dari 2.415 jiwa
laki-laki dan 2.495 jiwa perempuan.
(Sumber:Kecamatan Kandangan tahun 2009)
Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah
satu hasil pertanian yang paling unggul adalah tanaman pisang. seperti yang sudah
dibahas dalam bab 1 bahwa penduduk di Desa Gesing lebih berminat dalam
pengolahan buah pisang Raja Nangka dalam bentuk pisang aroma. Terdapat 14
memasarkan produknya hingga ke berbagai daerah di Indonesia. Namun ada
beberapa pengusaha yang tidak berkembang dengan baik karena hanya
memasarkan produknya di daerah-daerah setempat dan kurang inovasi pada
produknya.
Perkembangan pisang aroma di Desa Gesing Kecamatan Kandangan cukup
pesat, dan sudah dikenal banyak masyarakt sebagai pusat oleh-oleh makanan
ringan khas Temanggung. Pisang aroma Mahkota merupakan salah satu home
industri yang terkenal dan banyak para pendatang yang membeli oleh-oleh, selain
itu kunjungan dari beberapa sekolah, dan beberapa instansi untuk melakukan studi
kewirausahaan. Perusahaan ini sebagai salah satu perusahaan yang telah
melakukan inovasi pada produknya, yaitu pisang aroma yang merupakan produk
unggulan. Inovasi pada produknya meliputi bentuk dan model kemasan.
4.1.2 Gambaran Objek Pisang Aroma Mahkota
Pisang Aroma Mahkota berdiri sejak 5 Desember 2005, sampai saat ini
baru sekitar ±8 tahun berdiri. Perusahaan ini terletak disebuah desa kecil 8 km
arah utara dari pusat kota Temanggung, bertempat di desa Gesing RT 01 RW 04
Kelurahan Gesing, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa
Tengah. Perusahaan ini merupakan usaha binaan dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, pertanian, Koperasi dan UPK (PNPM.MD Kec. Kandangan).
Berkat tangan trampil ibu Endang selaku pendiri, saat ini pisang aroma
menjadi sebuah industri kecil yang sebagian besar karyawannya berasal dari
kalangan rumah tangga kurang mampu. Jumlah karyawan sudah mencapai 30
hari raya idul fitri, karena pesanan semakin meningkat sehingga membutuhkan
tenaga kerja lebih banyak. Dengan kata lain pisang aroma Mahkota mampu
mengangkat serta membantu pengangguran di desa setempat.
Pisang aroma terbuat dari bahan dasar pisang Raja Nangka yang
dipadukan dengan berbagai bahan seperti terigu, gula, vanily, dan lain-lain, yang
diolah secara higenis. Pangsa pasar pisang aroma Mahkota telah merambah
diseluruh pulau Jawa dengan kapasitas produksi ±2000Kg – 5000 kg per bulan
dan kini juga sudah mulai merambah ke pasaran pulau Bali sejak tahun 2006.
Proses pembuatan pisang aroma dimulai dengan pembuatan kulit pisang
aroma. Bagian tersebut digunakan untuk membungkus buah pisang aroma yang
sudah dipotong sedemikian rupa. Dalam pembuatan kulit pisang aroma ini
dibutuhkan keahlian khusus, tidak semua karyawan dapat mengerjakannya. Kulit
pisang aroma tersebut terbuat dari bahan dasar terigu, garam, vanily dan air.
Pembuatan dengan isi menggunakan buah pisang (pisang raja nangka). Sedangkan
gula dan terigu digunakan sebagai bahan perekat. Kadaluarsa untuk pisang aroma
yaitu 5 bulan.
4.1.3 Produk
Kotler, (2002 : 3) mendefinisikan produk adalah tawaran yang dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan. Setelah dilakukan proses wawancara
dengan narasumber, dan juga observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti,
maka dapat disajikan hasil dan pembahasan penelitian.
Inovasi yang dilakukan dengan merubah makanan ringan yang berbahan
menjadi makanan ringan pisang aroma dengan tekstur yang lebih kering dan tahan
lama. Inovasi produk yang ada di pisang aroma Mahkota meliputi perubahan
pada bentuk produk dan model kemasan. Kualitas produk lebih mengutamakan
kekhasan rasa dari pisang aroma, belum pernah ada inovasi yang dilakukan untuk
rasa pisang aroma. Perusahaan hanya merubah bentuk dari tampilan model
produknya, sedangkan dalam dalam tampilan luarnya mengubah pada model
kemasannya. Makanan ringan pisang aroma merupakan makanan sehat untuk
dikonsumsi oleh masyarakan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian produk
pisang aroma oleh Departemen Perindustrian RI, sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil pengujian produk oleh Departemen Perindustrian RI, di
laboratorium pengujian limbah dan lingkungan dan aneka komoditi dihasilkan
sebagai berikut :
No Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji
1 Kadar Air % 5,53 SNI.01-2891-992 Btr 5.1
2 Abu % 1,10 SNI.01-2891-992 Btr 6.1
3 Lemak % 17,40 SNI.01-2891-992 Btr 8.2
4 Protein % 7,33 Kjeldahl
5 Serat Kasar % 0,38 SNI.01-2891-992 Btr 11
6 Karbohidrat % 68,26 Perhitungan
Sumber : Departemen Perindustrian RI, data sekunder dari pisang aroma Mahkota.
Distribusi hasil uji laboratorium pada produk pisang aroma Mahkota
menunjukkan bahwa produk pisang aroma memiliki kandungan nutrisi yang
cukup baik. Bahan dasar buah pisang mengandung vitamin C yang berfungsi
untuk daya tahan tubuh, protein dan serat yang berfungsi untuk menjaga
[image:4.595.99.518.205.609.2]kepercayan pelanggan, pisang aroma Mahkota telah memiliki label “halal” pada
produk kemasannya.
Semakin dikenalnya pisang aroma Mahkota membuat perekonomian
pisang aroma Mahkota semakin membaik. Inovasi yang dilakukan pisang aroma
Mahkota yaitu mengubah pisang aroma yang sebelumnya dibuat dengan tekstur
yang lembek dan kurang tahan lama menjadi pisang aroma dengan tekstur yang
lebih kering dan tahan lama untuk dikonsumsi selama berbulan-bulan. Adapun
bentuk inovasi pisang aroma yang berbahab dasar buah pisang raja nangka dapat
[image:5.595.100.515.189.740.2]disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Proses Inovasi Pisang Aroma
no Deskriptor inovasi produk Keterangan
1.
Pisang rajangaka, bahan baku dalam
pembuatan pisang aroma. Harga
pisang tundungan biasanya berkisar
antara 35ribu – 50ribu, tergantung
ukuran pisang.
2.
Pisang raja nangka yang sudah
dipotong per irisnya, yang dibeli para
konsumen untuk dikonsumsi sebagai
3.
Sebelumnya biasanya, pisang raja
nangka digunakan untuk pisang
goreng. Pisang raja nangka sering
juga disebut pisang raja goreng.
4.
Buah pisang yang sudah
dipoton-potong, bahan dasar untuk digunakan
sebagai isi pisang aroma, normalnya
dalam satu buah pisang dapat
dipotong 16 irisan.
5.
Setelah disisir, buah pisang
dimasukkan dalam balutan tepung
yang sudah dibuat sedemikian rupa.
Kemudian digulung. Dan siap untuk
digoreng.
6.
Bentuk pisang aroma sebelum
adanya inovasi, teksturnya masih
basah dan tidak tahan lama untuk
7.
Bentuk pisang aroma setelah adanya
inovasi, teksturnya lebih kering,
dapat dikemas dan tahan lama untuk
dikonsumsi selama berbulan-bulan.
8.
Bentuk pisang aroma dengan
potongan bulat-bulat kecil ukuran 2
cm, rasanya lebih renyah.
Merupakan bentuk awal dalam
pembuatan produk pisang aroma.
9.
Kripik kulit pisang raja nangka, kulit
pisang yang tadinya tidak bermanfaat
dapat dimanfaatkan dan diolah
menjadi kripik pisang yang
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa inovasi pada buah pisang
Raja Nangka memberikan nilai lebih. Perkembangan inovasinya meliputi, pertama
pisang Raja Nangka biasanya digunakan untuk pisang goreng yang hanya
menggunakan balutan tepung terigu. Pisang goreng merupakan makanan ringan
namun tidak dapat dikonsumsi dalam waktu yang lama. Selanjutnya dengan
makanan serupa di inovasi dengan mengolahnya menjadi makanan ringan pisang
aroma. Hampir sama dengan pisang goreng namun pada pisang aroma dibungkus
dengan kulit tepung terigu yang sudah yang sudah dibentuk sedemikian rupa
dengan maksud agar makanan tersebut lebih tahan lama. Namun ternyata kurang
tahan lama karena teksturnya yang basah dan agak lembek.
Dengan pengalaman tersebut, pisang aroma Mahkota berinovasi dengan
merubah makanan serupa dengan tekstur yang lebih kering, dapat dikemas dan
tahan lama untuk dikonsumsi berbulan-bulan. Sehingga menjadi makanan ringan
yang lebih praktis dan efisien untuk dikonsumsi.
Usaha pisang aroma Mahkota terus berkembang, awal berdirinya hanya
memperkerjakan 26 karyawan dan kini sudah memiliki 30 orang karyawan tetap.
Produk pertama yang dihasilkan pisang aroma berbentuk potongan bulat-bulat
kecil ukran 2 cm dengan rasa gurih dan manis. Tahun 2007 pisang aroma
Mahkota mulai berinovasi dengan model tampilan lain, yaitu merubah bentuk
potongan menjadi dua bagian dan potongan utuh, bentuknya memanjang seperti
selai pisang namun rasanya tetap gurih dan manis, agak sedikit kenyal karena
teksturnya yang sedikit basah. Buah pisang selain dagingnya yang bisa
mengolahnya menjadi kripik kulit pisang yang dipadukan dengan rasa trasi.
Dengan nama produk sikulpis yaitu kripik kulit pisang rasa trasi.
4.1.4. Kemasan
Selain dari bentuk model produk, pemilik juga berinovasi pada kemasan
produknya agar terlihat menarik. Hampir beberapa tahun sekali model kemasan
selalu berubah-ubah, agar tampilan lebih baik dan menarik. Adapun gram netto
untuk ukuran kemasan 200 gr, 250 gr, 450 gr, 500 gr, 900gr, 4kg dan 5 kg.
[image:9.595.99.515.192.757.2]Produk-produk kemasan dapat disajikan dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3. Produk-Produk Kemasan Pisang Aroma Mahkota.
No Deskriptor Inovasi Kemasan Keterangan
1.
Kemasan pisang aroma, untuk
pisang aroma dengan potongan
bulat kecil-kecil dan pisang aroma
dengan ukuran potongan menjadi
dua.
2.
Kemasan dengan ukuran potongan
menjadi dua bagian. Biasanya
gram nettonya 250 g dengan harga
Rp.6000,- dan 450 g dengan harga
3.
Kemasan box dengan gram netto
ukuran 250 g, harganya Rp.
12.000,- ,lebih mahal dari
kemasan sebelumnya walaupun
ukurannya sama. Kemasan ini
mulai di produksi pada tahun
2007.
4.
Kemasan box dengan ukuran
gram netto 350 g, harganaya Rp.
13.000,-
5.
Kemasan dos paket, di produksi
pada tahun 2010. Ada dua macam
model bentuk dus paket. Paket
dalam kemasan ini terdiri dari
paket I Rp. 50.000,- ; paket II
Rp.70.000,-; paket III Rp.
96.000,-; paket IV Rp.90.000,-;
Paket V Rp. 90.000,-
6.
7.
Kemasan panjang, untuk pisang
aroma dengan ukuran memanjang.
Ukuran gram netto 400 g dengan
Dari tabel diatas produksi kemasan pertama kali, berbentuk memanjang
dengan plastik yang sudah diberi label dan diikat menggunakan pita berwarna
merah atau kemasan irit, biasanya untuk kemasan ini berisi pisang aroma yang
dipotong kecil-kecil sekitar dua cm dan potongan dua bagian.
Tahun 2007 perusahaan menawarkan model kemasan yang terbuat dari
kardus disebut dengan kemasan box, harga lebih mahal dengan kemasan yang
memakai pita 250 gr. Tahun 2010 berinovasi dengan model kardus ukuran lebih
besar, dos paket yang memuat bermacam-macam snack dan pisang aroma
kemasan irit dan kemasan box.
Tahun 2012 menggunakan plastik tebal, polos, dan label pisang aroma
hanya ditaruh pada bagian penutup atau perekat plastik. Digunakan untuk pisang
aroma dengan potongan utuh atau memanjang.
4.1.5. Prospek Perkembangan Pisang Aroma Mahkota
Menjaga kemitraan dilakukan dengan ASPO (asosiasi pengusaha pusat
oleh-oleh), dengan tukar menukar produk makanan ringan atau saling menjualkan
produknya.
Perkembangan pisang aroma Mahkota dipasarkan di daerah Temanggung
hingga ke daerah lain seperti Purworejo, Yogyakarta, Magelang, Salatiga, Kudus,
dan Bali. Prospek perkembangan meningkat setelah adanya inovasi pada model
bentuk pisang aroma. Peningkatan produk lebih kepada pisang aroma dengan
potongan memanjang. Potongan dalam bentuk ini paling sering dikirim ke Bali,
yang dari kardus dengan gram netto 250 gr. Permintaan paling banyak saat
menjelang hari raya idul fitri.
4.1.6. Tipe Inovasi
Tipe pendekatan inovasi dapat berubah secara total maupun hanya berubah
dengan menambahkan saja. Terdapat dua tipe pendekatan inovasi yaitu
incremental innovaton dan radical innovaton. incremental innovaton dalam
Davila , dkk (2006 : 46) adalah inovasi yang membawa sedikit peningkatan pada
produk dan proses bisnis yang sudah ada. Sedangkan radical innovation dalam
Davila, dkk (2006 : 46) inovasi dengan menghasilkan produk barag dan jasa baru
yang disampaikan sepenuhnya dengan cara-cara baru.
Pisang aroma Mahkota menggunakan pendekatan incremental innovation.
karena inovasi yang dilakukan pada pisang aroma tidak merubah secara
keseluruhan dari keaslian produk. Inovasi hanya menambah produk dengan
memanfaatkan kulit pisang untuk dijadikan kripik, mengubah bentuk produk
pisang aroma dan menambahkan berbagai macam design kemasan.
4.2. Pembahasan 4.2.1. Produk
Inovasi dan kreativitas pada produk di suatu industri usaha kecil menengah
merupakan alat untuk mengembangkan usaha. Pakar manajemen Peter Drucer
dalam buku (Thomas, dkk. 2008:57) bahwa inovasi merupakan instrumen khusus
wirausahawan, sarana yang mereka gunakan untuk mengeksploitasi perubahan
menjadi peluang untuk bisnis atau jasa yang berbeda. Inovasi tersebut melibatkan
merupakan cara untuk pemabaharuan pada produk yang diproduksi suatu
perusahaan.
Inovasi yang dilakukan pada pisang aroma Mahkota adalah dengan
mengubah makanan ringan berbahan dasar pisang dan berbalut tepung terigu
dengan tekstur basah kemudian dirubah menjadi makanan ringan yang serupa
namun dengan tekstur yang lebih kering dan tahan lama sehingga dapat
dikonsumsi selama berbulan-bulan. Inovasi pada buah pisang Raja Nangka
dengan mengolahnya menjadi makanan ringan pisang aroma memberikan nilai
ekonomis yang lebih tinggi. Satu siung pisang dapat bernilai tinggi karena tiap
siung dipotong menjadi ±16 potong yang digunakan sebagai isi pisang aroma.
Dalam satu pisang aroma dapat dipotong kira-kira 8-10 bagian.
Dengan kata lain pemilik telah mentransformasikan idenya dan dapat
memanfaatkan peluang yang ada untuk berwirausaha. Sesuai dengan pendapat
Suryana dalam jurnal Ernani Hadiyati ( 2011:11) menyatakan inovasi sebagai
kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan
dan peluang untuk meningkatkan dan memeperkaya kehidupan.
Terdapat 3 bentuk pisang aroma yaitu bentuk bulat kecil-kecil ukuran 2
cm, potongan menjadi dua dan potongan utuh. Inovasi pada bentuk pisang aroma
dilakukan perusahaan di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dipengaruhi
oleh permintaan pelanggan yang menginginkan bentuk lain dari pisang aroma.
Khususnya pelanggan atau distributor yang biasa memasok pisang aroma
Mahkota yang ada di Bali, hal ini berarti pisang aroma Mahkota telah melakukan
produk pisang aroma Mahkota. Sesuai dengan pendapat teori Kotler, (2002 : 13)
yang mendefinisikan produk adalah tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan
dan keinginan konsumen. Dengan melakukan inovasi produk pengusaha pisang
aroma telah mampu memenuhi kebutuhan para pelanggannya.
Faktor lain dari inovasi produk yaitu ide kreatif dari pemilik pisang aroma
Mahkota yang memanfaatkan bahan dasar pisang rajangka untuk diolah lebih
lanjut. Selain dagingnya yang digunakan untuk isi pisang aroma, kulitnya pun
dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi kripik. Sebelumnya di Desa Gesing
sudah terdapat kripik kulit pisang namun terbuat dari kulit pisang yang masih
mentah. Oleh karena itu pemilik berinovasi dengan memanfaatkan kulit pisang
yang sudah matang, mengingat pisang yang digunakan untuk membuat pisang
aroma adalah pisang yang sudah matang. Kripik kulit pisang tersebut dipadukan
dengan rasa trasi, sehingga rasanya menjadi geti-getir renyah. Inovasi ini
menambah nilai dari suatu produk. Barang yang mungkin tidak berguna dapat
dimanfaatkan menjadi makanan ringan, yang memiliki nilai jual.
4.2.2. Kemasan
Kemasan pada pisang aroma Mahkota berbentuk memanjang dengan
plastik yang sudah diberi label dan diikat menggunakan pita berwarna merah.
Biasanya untuk kemasan ini berisi pisang aroma yang dipotong kecil-kecil sekitar
dua cm dan potongan dua bagian.
Tahun 2007 mencoba menawarkan dengan model kemasan yang terbuat dari
kardus, berbentuk persegi panjang. Walaupun harga yang ada pada kemasan box
yaitu 250 gr. Inovasi pada kemasan ini dilakukan karena dipengaruhi beberapa
faktor, yang pertama untuk membuat kemasan yang lebih praktis. Ide ini didapat
dari pemilik karena melihat konsumen sekarang lebih menyukai hal-hal yang
praktis. Dengan kemasan ini para konsumen tidak perlu repot-repot mencari tali
untuk mengikat jika makanan masih sisa. Selain itu kemasan dari kardus juga
ramah lingkungan. Kedua agar pembeli atau pelanggan tidak bosan untuk
membeli produknya karena kemasan yang bervariatif sangat diperlukan. Hal ini
sependapat dengan teori Robert (1981) dalam buku Lena, lina (2009 : 18) bahwa
inovasi bukan hanya sekedar penemuan, tetapi lebih menekankan kepada ide-ide
yang dibutuhkan untuk dipraktikkan.
Tahun 2010 kembali melakukan inovasi pada kemasan dengan model
kardus ukuran lebih besar yaitu kemasan dos paket yang di dalamnya memuat
bermacam-macam snack. Inovasi ini dilakukan karena permintaan dari Bank
Jateng untuk oleh-oleh. Fungsi dari kemasan ini dapat digunakan sebagai parsel
oleh-oleh makanan ringan pisang aroma Mahkota. Selain bentuknya yang simpel
dan cukup menarik, dalamnya pun dapat diisi dengan berbagai macam makanan
ringan yang diproduksi oleh pisang aroma Mahkota sesuai denggan paket-paket
yang tersedia.
Tahun 2012 kemasan untuk potongan pisang aroma dengan model
memanjang menggunakan plastik tebal, polos tidak ada label pada plastik. Label
pisang aroma hanya ditaruh pada bagian penutup atau perekat plastik. Kemsanan
dengan menggunakan bahan dari mica bening agar pisang aroma terlihat dengan
Inovasi pada produk kemasannya perlu dimaksimalkan. Perusahaan harus
terus melakukan inovasi-inovasi terbaru, namun tetap memperhatikan proses
dalam melakukan inovasi. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi resiko yang
terlalu besar. Oleh karena itu riset pemasaran dilakukan oleh pemilik pisang
aroma untuk mengetahui lebih jauh keinginan konsumen agar tetap setia dengan
produk pisang aroma Mahkota.
4.2.3. Prospek Perkembangan Pisang Aroma Mahkota
Inovasi dilakukan para pengusaha untuk tetap dapat bersaing dan
meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Dalam menjaga kemitraan,
perusahaan pisang aroma Mahkota menjalin kemitraan dengan ASPO (asosiasi
pengusaha pusat oleh-oleh), dengan tukar menukar produk makanan ringan,
dengan kata lain mereka saling menjualkan produknya. Hal ini dilakukan
semata-mata untuk saling memperkenalkan produk dari setiap industri rumahan yang ada
di Temanggung, namun dalam hal ini tidak menukarkan produk dengan barang
yang sejenis.
Perkembangan pisang aroma Mahkota sudah cukup luas, selain dipasarkan
secara lokal di daerah Temanggung, pisang aroma Mahkota kini mampu
memasarkan ke luar daerah seperti Purworejo, Yogyakarta, Magelang, Salatiga,
Kudus, hingga Bali. Prospek perkembangan pisang aroma semakin meningkat,
setelah adanya inovasi pada model bentuk pisng aroma peningkatan produk yang
dihasilkan lebih kepada pisang aroma dengan potongan memanjang, potongan
Pisang aroma dengan potongan utuh rasanya berbeda dengan pisang aroma
dengan potongan bulat kecil-kecil, padahal tidak ada perbedaan penggunaan
bahan dasarnya. Pisang aroma dengan bentuk memanjang rasanya lebih kenyal
dan agak sedikit basah, juga lebih manis, sedangkan pisang aroma dengan
potongan bulat kecil-kecil rasanya gurih, manisnya kurang karena modelnya yang
kecil.
Pelanggan dalam hal ini para distributor menginginkan pisang aroma
dengan bentuk bulat kcil-kecil yang diletakan pada kemasan kardus dengan gram
netto 250 gr. Karena dengan kemasan ini, dinilai lebih praktis dalam penataan di
etalase toko dan terlihat menarik pembeli, selain itu lebih mudah jika ingin dibawa
saat berpergian. Permintaan dari berbagai daerah pun meningkat, permintaan
paling banyak saat menjelang hari raya idul fitri, dimana pada saat hari besar
digunakan untuk kue lebaran, sehingga kadang perusahaan perlu menambah
karyawan dalam memproduksi pisang aroma karena permintaan terlalau banyak.
4.2.4. Tipe inovasi
Tipe pendekatan inovasi dapat berubah secara total maupun hanya berubah dengan menambahkan saja. Dalam inovasi produk pisang aroma Mahkota
menggunakan pendekatan incremental innovation, peneliti dapat mengkatagorikan
kedalam pendekatan incremental innovation karena inovasi yang dilakukan pada
pisang aroma tidak merubah secara keseluruhan dari keaslian produk. Inovasi
hanya menambah atau mengubah bentuk produk yang sudah ada dan menambah
berbagai model kemasan. Dapat terlihat dari prosesnya membuat produk berubah
penambahan modifikasi dari produk yang telah ada untuk meningkatkan kinerja
perusahaan, Lena,Lina (2009 : 56).
Inovasi yang hanya menambahkan saja tanpa harus mengubah total dinilai
sangat cocok bagi pengusaha pisang aroma Mahkota yang masih dalam katagori
usaha kecil menengah. dengan mnggunakan pendekatan tipe incremenntal
innovation sangat ekonomis, mudah dan murah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Davila dkk. (2006:50) mengungkapkan bahwa Incrementa innovationl adalah cara
untuk memerah sebanyak mungkin nilai dari produk barang atau jasa yang sudah
ada tanpa membuat perubahan singnifikan atau investasi besar. Hanya dengan
menambahkan produk dengan memanfaatkan kulit pisang untuk dijadikan kripik,
merubah bentuk atau model tampilan pisang aroma dan menambahkan design
baru untuk kemasannya. Hal ini sudah merupakan bentuk inovasi yang dapat