• Tidak ada hasil yang ditemukan

INOVASI TABLE TAB UNTUK SURVEYOR DENGAN METODE FAST BERBASIS REKAYASA NILAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INOVASI TABLE TAB UNTUK SURVEYOR DENGAN METODE FAST BERBASIS REKAYASA NILAI."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

INOVASI TABLE TAB UNTUK SURVEYOR DENGAN METODE

FAST BERBASIS REKAYASA NILAI

SKRIPSI

Disusun Oleh :

HALIM HAMZAH

0832010070

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

INOVASI TABLE TAB UNTUK SURVEYOR DENGAN

METODE FAST BERBASIS REKAYASA NILAI

Di susun oleh :

HALIM HAMZAH

0832010070

Telah Dipertahankan dan diterima oleh tim penguji skripsi J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industr i Univeer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran ” J awa timur

Tim Penguji Dosen pembimbing

1. 1.

Dr s. Pailan,Mpd Ir. Handooyo, MT

NIP. 19530504 198303 1 001 NIP. 19570209 198503 1 003

2. 2.

Ir. Elina Purnawati,MT Ir.Nisa Masruroh,MT NIP. 09580828 198903 2 001 NIP. 19570209 198503 1 003

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknik Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan berkat Rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan ini berdasarkan pengamatan selama penelitian berlangsung, informasi yang penyusun peroleh dari pembimbing lapangan dan Dosen Pembimbing skripsi, juga dari literature yang ada.

Atas terselesainya pelaksanaan skripsi dan terselesainya penyusunan skripsi ini, maka penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Pailan, Mpd, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Indutri UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Ir. Handoyo , MT, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan Laporan skripsi ini.

(4)

7. Pihak – pihak lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pembuatan atau penyelesaian laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penyusun menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupun penyajian. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan penyusun terima dengan senang hati.

Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah SWT memberikan Rahmat dan Berkat kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penyusun, Amin.

Surabaya, 22 Mei 2012

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ..i

ABSTRAKSI...iii

DAFTAR ISI ... .v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... .xi

DAFTAR LAMPIRAN ... .xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah... 3

1.4 Asumsi-asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian inovasi ... 6

2.2 Metode Fast ... 9

2.2.1 Fast (Function Analysis system’s Technique) ... 9

2.2.2 Identifikasi Tahapan Fast ... 12

2.3 Rekayasa Nilai ... 18

2.3.1 Pengertian Rekayasa Nilai ... 19

(6)

2.3.3 Gambaran Rekayasa Nilai ... 24

2.3.4 Value Engineering Job Plan ... 28

2.3.5 Konsep Nilai Dalam Rekayasa Nilai ... 34

2.3.6 Konsep Dasar Rekayasa Nilai ... 35

2.3.7 Waktu Penerapan Rekayasa Nilai ... 36

2.3.8 Usaha-usaha meningkatkan Nilai ... 37

2.4 Teknik- Teknik Rekayasa nilai ... 38

2.4.1 Pendekatan Fungsional ... 39

2.4.2 Fungsi Manfaat ... 40

2.4.3 Kreatifitas ... 39

2.4.4 pengujian Konsistensi ... 42

2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 44

2.5.1 AHP Sebagai alat Rekayasa Nilai ... 44

2.5.2 Pengertian AHP ... 44

2.5.3 Kelebihan AHP ... 45

2.5.4 Prinsip Dasar Pemikirn AHP ... 46

2.5.5 Prinsip Menyusun Hierarki ... 46

2.5.6 Prinsip Menetapkan Prioritas Keputusan ... 47

2.5.7 Prinsip Konsistensi Logis ... 48

2.5.8 Penggunaan Metode AHP dalam sistem pengolahan kinerja ... 49

2.5.9 Menentukan Nilai Prioritas KPI... 49

2.6 Metode Zero-One ... 53

2.8 Biaya ... 54

(7)

2.9 Metode Desain Phal & bitz ... 55

2.9.1 Perencanaan proyek dan penjelasan tugas ... 56

2.9.2 Perancangan Konsep Produk ... 57

2.9.3 Perancangan Bentuk ... 58

2.9.4 Perancangan Detail ... 59

2.10 Ergonomi Produk ... 59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 61

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 61

3.3 Populasi dan Teknik Sampel ... 62

3.4 Pengumpulan/pengambilan data ... 62

3.5 Metode Pengolahan Data ... 63

3.5.1 Pengumpulan/Pengambilan Data ... 63

3.5.2 Pengujian Konsistensi ... 65

3.5.3 Penyusunan Matriks Zero-One... 66

3.5.4 Penyusunan Matriks Evaluasi ... 67

3.5.5 Perhitungan Biaya Produksi ... 68

3.5.6 Perhitungan nilai Produk ... 68

3.6 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 70

4.2 Penentuan Fungsi Table Tab ... 71

4.3 Atribut Table Tab ... 72

(8)

4.5 Penyebaran Kuisioner ... 73

4.6 Pengujuan konsistensi ... 73

4.7 Penilaian masing-masing alternatif ... 77

4.7.1 Analisa kebutuhan ... 77

4.7.2 Menentukan ranking kriteria Table Tab ... 78

4.7.3 Menghitung preferensi produk ... 82

4.7.4 Metode zero one untuk menghitung indeks produk ... 83

4.7.5 Matrik evaluasi ... 84

4.7.3 Menghitung preferensi produk ... 82

4.8 Menghitung biaya alternatif awal dan 4 alternatif usulan ... 86

4.8.1 Faktor teknis ... 86

4.8.2 Faktor ekonomis ... 87

4.9 Menghitung nilai produk alternatif awal dan 4 alternatif usulan ... 90

4.10 Pembahasan ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 98

(9)

ABSTRAKSI

Kualitas dan harga merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Peningkatan kualitas suatu produk akan menambah biaya yang akan dibebankan pada harga jual dari produk bersangkutan. Hal ini menjadi penting untuk merencanakan perbaikan desain produk TABLE TAB (alat bantu tulis) dalam usaha mencapai keberhasilan produk bagi pengguna. Kondisi ini juga membawa kepada kreatifitas perancangan dan ketersediaan informasi mengenai tingkat utilitas konsumen dari produk yang digunakan sehingga produk menjadi multiffungsi.

FAST method adalah metodologi yang secara lengkap digunakan untuk mengidentifikasikan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya maupun usaha dalam membangun suatu produk, proses ataupun pelayanan untuk mencapai keseimbangan fungsional antara biaya, kehandalan dan performasi. Keseimbangan fungsional ini dicapai melalui pembangkitan alternatif dari beberapa ide. Ide-ide yang berpotensi dalam peningkatan performansi dievaluasi melalui Analisa Hirarki Proses dan ide-ide yang tidak memenuhi persyaratan perancangan dikeluarkan setelah melalui mekanisme team pakar dalam pemberian nilai desain alternatif.

Dalam pembahasan ini terdapat lima tahap kerja, yang mana implementasi ke lima tahap kerja tersebut saling mendukung satu dengan lainnya secara sistematis. Lima tahap kerja tersebut dikenal dengan rencana kerja lima fase yang meliputi tahap informasi, tahap kreatif, tahap analisa, tahap perkembangan, dan tahap presentasi. Analisa hirarki proses berada pada tahap perkembangan produk, dan keseluruhan tahap ini disebut juga sebagai rekayasa nilai, team yang diikutsertakan meliputi beberapa disiplin ilmu yang sudah dikenal dalam menangani rekayasa produk TABLE TAB

(10)

ABSTRACT

Quality and price are two things that are related to each other. Improving the quality of a product will increase the costs to be charged on the selling price of the product concerned. It is important to plan the improvement of product design TABLE TAB (writing tools) in an effort to achieve success for new products to users. This condition also leads to creative design and availability of information regarding the level of consumer utility of the products used.Thus became multifunctional products.

FAST method is a complete methodology used to identify related factors that affect the cost and effort in building a product, process or service to achieve a functional balance between cost, reliability and performasi. Functional balance is achieved through the generation of several alternative ideas. The ideas that have the potential in improving performance is evaluated through analysis Hierarchy Process and ideas that do not meet the design requirements issued after a team of experts in the mechanism of giving an alternative design value.

In this discussion there are five stages of activity, which is the implementation of the five stages of this work support each other systematically. Five stages of the work is known for its five-phase plan that includes the information stage, the creative stage, the analysis stage, developmental stage, and stage presentations. Hierarchy analysis process at the stage of product development, and the whole stage is also called value engineering, which included team includes several disciplines that are well known in handling engineering products TABLE TAB

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menuju era industrialisasi menyebabkan timbulnya berbagai macam industri di Indonesia. Hal ini mendorong makin tingginya tingkat persaingan yang disertai dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru yang menghasilkan barang-barang sejenis dengan tingkat kualitas dan kreatifitas yang bermacam-macam serta harga yang mampu bersaing. Daya kreatifitas dan inovasi-inovasi baru dalam mendesain produk merupakan salah satu hal yang utama dalam usaha penganekaragaman jenis produk yang dihasilkan. Daya kreatifitas diharapkan dapat dipergunakan semaksimal mungkin, dalam usaha untuk memperbaiki produknya agar bisa di terima oleh pengguna.

Table tab merupakan salah satu alat bantu tulis yang masih sederhana, Sampai saat ini masyarakat umum masih menggunakan alat table tab ini, padahal dalam penggunaanya kurang efektif dan efisien maka secara tidak langsung akan menghambat kinerja orang yang menggunakanya.

(12)

pekerjaannya membutuhkan bulpoin, pencil, penghapus dan alat tulis lainnya yang sebaiknya tidak di letakkan di tempat yang terpisah dari table tab, karena membutuhkan jangkauan tangan lebih dan mengurangi kecepatan kerja. Dari segi ukuran table tab juga kurang praktis karena telalu besar dan sulit untuk di bawah atau di simpan di tas.

Metode Rekayasa Nilai merupakan metode yang menyatukan peningkatan kualitas dengan selera konsumen yang menentukan jenis dan bentuk produk. Rekayasa nilai adalah suatu teknik manajemen yang kreatif dan sistematis dengan tujuan mengurangi dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan serta memberikan nilai tambah (value added) untuk produk tersebut. Rencana kerja rekayasa nilai terdiri dari empat tahap, yaitu : Tahap Informasi, Tahap Kreatif, Tahap Evaluasi, dan Tahap Rekomendasi.

Melihat permasalahan diatas dan untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk Table tab inovasi ini, maka peneliti mencoba menerapkan studi rekayasa nilai pada desain table tab dengan alternative lain, yaitu dengan penambahan komponen dengan maksud memperbaiki fungsi dari table tab itu sendiri.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka perusahaan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :

“ Bagaimana upaya memunculkan alternative penambahan fungsi table tab

(13)

1.3 Batasan Masalah

Guna menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak terarah serta menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dari pembahasan nantinya, maka dalam tugas akhir ini penulis membuat batasan-batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian hanya dilakukan pada produk table tab, dengan menggunakan metode rekayasa nilai untuk mengetahui nilai penambahan komponen yang bisa di terima dari segi fungsi.

2. Penelitian hanya dilakukan sampai diketahui pembentukan produk usulan dari rancangan table tab tersebut (tidak sampai menghitung tingkat penjualan dari produk yang sudah direkomendasikan).

1.4 Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan untuk membantu dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. komponen dan alat yang di butuhkan dalam perakitan selalu tersedia di pasaran dengan harga yang kondisional.

2. table tab yang digunakan sebagai pembanding ialah table tab lama.

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendapatkan nilai terbaik dan tertinggi dari alaternative desain table tab

(14)

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan diperoleh manfaat sebagai berikut :

Dengan penambahan tempat alat tulis di table tab akan mempermudah pengguna untuk mengambil alat tulis secara cepat karena tempat alat tulis sendiri menjadi satu bagian dengan table tab.

Dengan penambahan engsel lipat di alat table tab akan memudahkan pengguna dalam penyimpanan atau pembawaanya karena ukuran akan semakin kecil dengan di lipatnya table tab

Dengan penambahan pengait tas di table tab akan memudahkan pengguna untuk pembawaan bila si pengguna memakainya dengan keadaan ceklis sambil berdiri dan membutuhkan mobilitas tinggi

.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, asumsi-asumsi-, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan menunjang pemecahan dan pembahasan masalah, antara lain nilai, rekayasa nilai, pengujian kecukupan data, reliabilitas, dan biaya.

BAB III METODE PENELITIAN

(15)

BAB IV HASIL DAN PPEMBAHASAN

Dalam bab ini membahas pengolahan dan analisis data untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan berdasarkan rumusan yang terdapat pada pustaka.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan dan uraian yang telah dibahas pada tugas akhir ini serta memberikan saran dan masukan yang bermanfaat bagi semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Rekayasa Nilai

Rekayasa nilai atau value engineering (VE), yang sering juga disebut dengan value analysis, value management (VM), atau value planing, adalah suatu metode

yang didasarkan pada metodologi nilai atau value methodology. Metode ini pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1940-an oleh perusahaan General Electric pada saat dihadapkan kepada tantangan pengambilan keputusan mengenai alternatif desain di dalam kondisi ketersediaan sumberdaya yang terbatas. Ketika itu disadari bahwa penelaahan kembali desain dan melakukan substitusi material ternyata sering menghasilkan produk yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah dan dengan demikian mencapai nilai atau value yang lebih baik. Lawrence D.Miles, Manager of Purchasing pada perusahaan tersebut, yang mengembangkan metode yang efektif untuk memperbaiki nilai yang dinamakan analisis nilai atau value analysis (VA) pada tahun 1947.

Metode ini didasarkan pada pemahaman bahwa fungsi yang disandang oleh sebuah produk yang merupakan kunci untuk mencapai nilai yang lebih baik.Metode ini pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1940-an oleh perusahaan General Electric pada saat dihadapkan kepada tantangan pengambilan keputusan

(17)

pada anggapan bahwa VE dapat memperbaiki cost-effectiveness proyek-proyek yang dibiayai publik. Pada saat ini VE telah diterapkan pada berbagai proyek konstruksi di berbagai negara terutama untuk proyek-proyek yang memakan biaya besar.

2.1.1 Pengertian Rekayasa Nilai

Rekayasa nilai atau value engineering (VE) didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sistematik dan terorganisir untuk melakukan analisis terhadap fungsi sistem, produk, jasa dengan maksud untuk mencapai atau mengadakan fungsi yang esensial dengan life cycle cost yang terendah dan konsisten dengan kinerja, keandalan, kualitas dan keamanan yang diisyaratkan. Seperti yang telah disampaikan di atas berapa istilah lainnya sering digunakan untuk menyatakan value engineering. SAVE International (The Society of American Value Engineers International)

menggunakan istilah yang lebih luas yaitu metodologi nilai atau value methodology yang juga bermakna sama.

Setelah fungsi-fungsi suatu produk atau jasa teridentifikasi maka dilakukan evaluasi terhadap nilai kegunaan (worth) fungsi-fungsi tersebut. SAVE mendefinisikan nilai atau value sebagai biaya yang terendah untuk mengadakan fungsi yang diperlukan, secara handal, pada waktu dan tempat yang diinginkan dengan kualitas yang esensial disertai faktor-faktor kinerja lainnya untuk memenuhi keperluan pengguna.

(18)

VE merupakan suatu studi yang dilakukan oleh sebuah tim yang independen dan multidisiplin beranggotakan para ahli. Proses VE, yang biasa disebut dengan Job Plan, meliputi sejumlah aktivitas yang dilakukan secara berurutan selama suatu studi VE yang meliputi suatu workshop VE. Selama workshop VE, tim mempelajari latar belakang proyek, mendefinisikan dan mengklasifikasikan fungsi-fungsi produk, mengidentifikasi pendekatan-pendekatan kreatif untuk menghasilkan fungsi-fungsi tersebut dan kemudian mengevaluasi, mengembangkan dan mempresentasikan proposal-proposal VE kepada para pengambil keputusan kunci. Pemusatan perhatian kepada fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan suatu proyek, produk, atau proses inilah yang membedakan VE terhadap pendekatan-pendekatan perbaikan kualitas atau penghematan biaya lainnya.

Rekayasa nilai adalah suatu teknik manajemen yang merupakan pendekatan untuk mencapai keseimbangan fungsional terbaik antara biaya, keandalan dan penampilan dari suatu produk. berdasarkan definisi diatas maka Zimmerman dan Hart (1982) menyatakan karakteristik dari rekayasa nilai yaitu :

1. Berorientasi pada fungsi.

Fungsi adalah apapun yang membuat sesuatu dapat bekerja atau bernilai, penggunaan fungsi dalam rekayasa nilai terletak pada analisis fungsi yang bertujuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi esensial dan menghilangkan fungsi-fungsi yang tidak diperlukan.

(19)

3. Berorientasi pada siklus hidup proyek rekayasa nilai berkembang mulai dari perancaangan produk, produk mulai diperkenalkan, produk dewasa sampai produk mengalami kemunduran sehingga perlu di pertimbangkan total biaya dan pengoprasian yang terlihat..

4. Multidisiplin. Perlibatan semua elemen perusahaan dalam suatu tim menjadi suatu keharusan untuk menyukseskan perancangan produk tersebut.

5. Rekayasa nilai merupakan suatu teknik manajemen yang dapat dibuktikan dan mengakomodasi pola pikir kreatif terhadap hal-hal yang baru dan inovatif.

6. Control kualitas tidak hanya merupakan pengujian gagal-berhasil dari pabrik dan perancang produk.

Perancangan yang baik akan menghasilkan nilai kinerja yang baik pula. Begitu juga dalam perancangan produk yang tidak terlepas dari usaha untuk menuju kebaikan agar produk tersebut mampu diterima ditengah-tengah konsumen. Untuk itu perlu dibuat rencana kerja yang baik dan sistematis dalam rekaysa nilai ini.

2.1.2 Pr insip Dasar Rekayasa Nilai

Tujuan utama menciptakan suatu produk pada dasarnya adalah agar produk yang dibuat dapat terjual dengan cepat, dengan keuntungan yang maksimal dan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Dengan demikian para perancang produk (desain produk) seharusnya tidak menciptakan fungsi-fungsi produk maupun penggunaan bahan produksi yang berlebihan pada akhirnya tidak berguna dan harganya pun tinggi..

(20)

1. Penghematan biaya

Yaitu menggunakan biaya seminimal mungkin tanpa mengurangi fungsi dan kualitas dari suatu produk, tapi dengan toleran biaya yang di keluarkan balance dengan kualitas dan multifungsi dari produk tersebut.

2. Waktu

yaitu memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin ini di maksudkan dengan menggunakan waktu yang minimal dengan mendapatkan hasil yang maksimal.

3. Bahan

Yaitu menggunakan bahan yang benar-benar memenuhi fungsi atau kualitas. Hal ini perlu diperhatikan dalam penambahan fungsi/manfaat dan menggunakan bahan yang sembarangan pada produk akan menyebabkan penambahan biaya. Kiranya dapat dipahami dalam hal tertentu mungkin saja konsumen lebih menyukai yang disediakan. Jadi nilai adalah suatu perbandingan antara keluaran dan masukan yang dirumuskan sebagai berikut :

Biaya Manfaat Fungsi

Nilai= /

Dengan demikian, nilai dapat dimaksimalkan dengan melalui dua pendekatan, yaitu: 1. Memaksimalkan fungsi/manfaat produk

Produk yang dibuat benar-benar memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen, sehingga produk tersebut dapat digunakan semaksimal mungkin.

2. Meminimalkan biaya

(21)

satu faktor kualitas produk jelek adalah kualitas bahan yang digunakan. Maka oleh karena itu pemilihan bahan produksi harus diperhatikan, agar jangan sampai memakai bahan yang kualitasnya jelek.

Dalam rekayasa nilai dapat dianalisis antara fungsi/manfaat terhadap biaya yang telah dikeluarkan yang dikenal dengan analisis Rasio Manfaat Biaya (RMB) yaitu menganalisis dengan mengurutkan biaya yang terendah ke yang tertinggi. dan melakukan langkah dan prosedurnya.

Penerapan RMB dalam rekayasa nilai di harapkan dapat memilih biaya yang cocok dalam penelitian. Biaya cocok artinya biaya balance antara sistem yang di buat menggunakan metode rekayasa nilai.

2.1.3 Gambaran Mengenai Rekayasa Nilai

Berikut ini adalah beberapa gambaran mengenai rekayasa nilai, yaitu : 1. Berorientasi Terhadap Sistem

Yaitu suatu rencana kerja yang memberikan ide-ide kreatif dengan alternatif-alternatif pilihan yang akan dipilih dengan memilih bahan yang baik dengan biaya yang murah.

2. Pendekatan Multidisiplin

Yaitu Pelaksanaan yang dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pemilik, pekerja, pemilik bahan dan peneliti sendiri..

3. Berorientasi Tehadap Fungsi

(22)

Untuk memperoleh nilai yang tinggi, maka salah satunya yang perlu diperhatikan adalah bahan pembuat produk.

4. Bukan Hanya Mengurangi Biaya Semata

Yaitu tidak untuk mengurangi biaya dengan mengorbankan fungsi 5. Syarat Akhir Pada Semua Perancangan

Yaitu seluruh hasil perancangan harus dianalisis baik fungsi/manfaat maupun biayanya, sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana fungsi yang belum dapat dipenuhi fungsi dan bagian-bagian mana pula biaya yang terlalu tinggi.

6. Kontrol Kualitas

Yaitu berusaha untuk memperoleh mutu yang maksimal sesuai dengan yang direncanakan, dengan biaya yang semurah mungkin, jadi bukan sekedar dari kegiatan pengendalian kualitas semata.

Rencana yang telah dibuat akan tetap terdapat biaya yang tidak diinginkan. Tidak mungkin untuk membuat suatu rencana secara rinci dari suatu rencana produksi yang memiliki keseimbangan fungsional yang terbaik antara biaya, mutu dan keandalan tanpa melakukan studi rekayasa nilai. Peranan rekayasa nilai dalam menentukan bahan untuk produksi akan makin telihat seandainya telah diketahui penyebab timbulnya biaya yang berlebihan, yaitu biaya yang tidak memberikan nilai secara maksimal terhadap produk.

Penyebab timbulnya biaya yang berlebihan maupun penggunaan bahan baku produksi yang masih belum maksimal antara lain adalah :

a) Kekurangan Waktu

(23)

rencana dan membuat perbandingan fungsi maupun biaya untuk mencapai nilai yang diinginkan, sehingga perancang mengambil keputusan yang tergesa-gesa yang berakibat banyak timbulnya biaya yang tidak diinginkan dan penggunaan bahan yang tidak maksimal.

b) Kekurangan Informasi

Berbagai material atau bahan yang ada tidak banayak diketahui sehingga dalam proses produksi masih banyak menggunakan bahan baku produk yang tinggi. c) Kekurangan Ide

Dalam perancangan kadang-kadang terdapat kekurangan ide-ide alternatif, sehingga pada saat dilakukan perancangan sedikitnya ide-ide yang muncul yang berakibat banyaknya biaya-biaya yang tidak diinginkan maupu penggunaan bahan produksi yang belum memenuhi fungsi atau fungsi bahan tersebut belum maksimal..

d) Keandalan Sementara Yang Menjadi Permanen

Perancang memiliki waktu yang terbatas untuk menyelesaikan rancangannya, seringkali hal-hal yang belum pasti sudah diambil dan dijadikan suatu keputusan, sehingga keputusan tersebut tidak akurat..

e) Kesalahan Konsep

Sebagai manusia tidak luput dari kesalahan, pengalaman yang di peroleh kadang-kadang memberikan terjadinya kesalahan konsep atau perancang tidak mengikuti keadaan di lapangan, karena terlalu berpijak terhadap pengalaman terdahulu. f) Sikap Menolak Saran

(24)

g) Biaya Perancangan Kurang

Tidak memadainya biaya perancangan, hal ini dapat mempengaruhi hasil kerja dari perancang. Sebab bekerja dengan dana yang kurang memadai, hal ini akan mengurangi kinerja dari seorang perancang yang berakibat terhadap kurang valid hasil rancangan tersebut. Kurangnya biaya perancangan adalah bagian kecil dari biaya pembuatan suatu produk, tetapi akan mempengaruhi dari harga total produk itu sendiri.

2.1.4 Value Engineering J ob Plan

Seperti telah disinggung di atas, value engineering (VE) Job Plan merupakan suatu urutan aktivitas di dalam studi VE yang dilakukan untuk suatu objek (proyek, proses, produk) yang meliputi pendefinisian fungsi-fungsi proyek, pengembangan dan evaluasi gagasan, dan selanjutnya pengembangan dan penyajian proposal VE di dalam suatu workshop. Pada saat ini tidak terdapat suatu proses yang baku untuk mengimplementasikan proposal VE.

Metodologi VE (Job Plan) yang direkomendasikan untuk digunakan oleh tim VE selama workshop terdiri dari lima fase yang berbeda satu sama lain. Fase-fase tersebut diuraikan berikut ini.

1) Fase Informasi

Selama fase ini, tim VE menggali sebanyak mungkin informasi mengenai desain, latar belakang, kendala, dan proyeksi biaya proyek. tim melaksanakan analisis fungsi dan menentukan analisis sistem dan analisis sistem.

(25)

analisis ini membantu tim VE di dalam menentukan biaya terendah yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi utama dan fungsi pendukung serta mengidentiffikasi biaya yang dapat dikurangi atau dihilangkan tanpa mempengaruhi kinerja dan kendala produk.

Fungsi diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi yang terdiri dari dua kata, yaitu kata kerja dan kata benda. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja aktif dan kata benda yang digunakan merupakan kata benda yang terukur.

Fungsi dasar suatu produk merupakan pekerjaan utama yang harus di laksanakan. Fungsi sekunder sering merupakan fungsi yang mungkin di inginkan keberadaanya tetapi sebenarnya tidak diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu. Fungsi-fungsi sekunder yang harus ada merupakan fungsi-fungsi yang secara absolut diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu, walaupun sebenarnya tidak melaksanakan fungsi dasar. Fungsi produk/bangunan secara menyeluruh ditentukan terlebih dahulu sebelum menentukan fungsi elemen-elemennya.

(26)

rekayasa nilai adalah dengan membedakan secara jelas perbedaan pengertian antara nilai (wort ) dan harga (cost), yaitu :

a) Ukuran nilai ditentukan oleh fungsi atau kegunaannya, sedangkan harga atau biaya ditentukan oleh substansi barangnya atau harga komponen yang membentuk barang tersebut.

b) Ukuran nilai cenderung kearah subyektif dan sebagian tergantung pada seberapa jauh pemilik dapat memanfaatkanya sedangkan harga adalah pengeluaran yang terbentuk materi yang di lakukan untuk mendapatkan barang tersebut.

Tujuan tahap informasi adalah memperoleh pemahaman yang menyeluruh atau item yang dipelajari yaitu dengan cara mengumpulkan informasi, keterangan, fakta-fakta data yang berhubungan dengan masalah sebanyak dan selengkap mungkin. Agar dapat menentukan bagian mana yang menjadi fokus penelitian pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab :

1. Apakah item itu ?

2. Apa yang dilakukan ? 3. Apa bahannya ? 4. Berapa biayanya ?

5. Apa yang ditampilkan dari fungsi tersebut ? Cara yang digunakan dalam tahap ini yaitu : 1. Hubungan kemasyarakatan yang baik

(27)

2. Mendapatkan semua fakta

Semua komponen dari produk harus menelaah pada fakta nyata, dengan melakukan wawancara akan mengetahui apa bahanya, berapa harganya dan fungsinya. Tujuanya adalah mendapatkan fakta, dan fakta ini adalah informasi yang terbaik.

3. Melengkapi perolehan informasi

Pada fase ini, tim berusaha mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan konsumen akan produk tentang hal yang diinginkan dan tidak diinginkan dari produk yang akan dikembangkan dan ditentukan asumsi-asumsi, batasan, biaya dan pengoprasiannya. Informasi tersebut dapat dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner, wawancara, survey pasar, dan metode pengumpulan data yang lain. Analisis fungsi juga diperlukan dalam fase informasi ini untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu ditingkatkan. Salah satu metodenya dengan Function Analysis System’s Technique (FAST).

2) Fase Kreatif

Pada fase ini, merujuk dari hasil pada fase informasi. Dari hasil tersebut informasi-informasi yang didapat kemudian dikelompokkan menjadi beberapa fungsi dari ide-ide yang didapat dengan membagi fungsi-fungsi tersebut kedalam fungsi primer dan fungsi sekunder produk tersebut. Di dalam fase ini, Tim VE menggunakan suatu proses interaksi kelompok yang kreatif untuk mengidentifikasi gagasan alternatif guna memenuhi fungsi suatu sistem atau subsistem.

(28)

Pertanyaan Kunci, Adakah cara-cara maupun komponen lain yang memenuhi fungsi yang dibutuhkan dengan penggunaan biaya yang rendah

Cara-cara yang digunakan dalam tahap kreativitas ini adalah : 1. Mencetuskan dan menyaring

setiap pemikiran dalam rekayasa nilai di tuntut untuk memunculkan ide-ide kreatif, mengumpilkanya dalam opini dan membuang ide yang tidak jelas.

2. Perbandingan fungsional

Menjawab pertanyaan kunci dengan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah dan menemukan jalan pemecahan yang baru untuk mendapatkan bahan yang murah dan biaya yang rendah.

3) Fase Analisis

Fase ini merupakan kelanjutan dari fase kreatif yang melakukan analisis terhadap masukan ide alternatif yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing alternatif. Alat analisis dalam pengambilan keputusan seperti matrik evaluasi, Zero One Method AnailisAtribut, dan Analytical Hierarchy Product (AHP).

Tujuan tahap analisis adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang membuat alternatif-alternatif tersebut baik atau tidak dan merekomendasikan alternatif yang terbaik.

Cara-cara yang digunakan dalam tahap analisis ini adalah :

a) Analisis Karakteristik agar dapat dipastikan apakah ada perbedaan setelah diadakan analisis manfaat dan biaya.

(29)

4) Fase Rekomendasi

Pada fase ini, Tim VE menelaah gagasan atau alternatif yang terpilih dan menyiapkan deskripsi, gambar-gambar dan estimasi life cycle cost terkait yang mendukung rekomendasi yang diajukan sebagai proposal VE yang resmi.

Life cycle cost (LCC) merupakan seluruh biaya yang signifikan yang tercakup didalam pemilikan dan penggunaan suatu benda, sistem atau jasa sepanjang suatu waktu yang ditentukan. Periode waktu yang digunakan adalah masa guna efektif yang direncanakan untuk fasilitas yang bersangkutan. Analisis LCC dilakukan untuk menentukan alternatif dengan biaya paling rendah. Di dalam VE seluruh gagasan dapat dibandingkan atas dasar LCC bila seluruh alternatif di definisikan untuk menghasilkan fungsi dasar atau sekumpulan fungsi yang sama. Selain fungsi yang sebanding, analisis ekonomi mensyaratkan bahwa altenatif-alternatif dipertimbangkan atas dasar kesamaan kerangka waktu, kuantitas, tingkat kualitas, tingkat pelayanan, kondisi ekonomi, kondisi pasar, dan kondisi operasi.

2.1.5 Konsep Nilai dalam Rekayasa Nilai

Nilai dapat diidentifikasikan sebagai sejumlah uang yang diterima kembali dari suatu produk. Dengan kata lain bahwa nilai adalah kegunaan atau manfaat yang dapat diberikan oleh suatu produk.

Di dalam suatu rekayasa nilai dapat diuraikan jenis nilai (value) yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan, yaitu :

(30)

2. Nilai prestige (Esteem Value), yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar kemampuan produk untuk memuaskan konsumen yang memilikinya. Kemampuan ini ditentukan oleh sifat-sifat khusus produk seperti daya tarik, keindahan maupun prestige produk tersebut.

3. Nilai tukar (Excange Value), yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar keinginan konsumen untuk mengeluarkan biaya untuk mendapatkan produk tersebut.

4. Nilai biaya (Cost Value), yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar biaya total yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk serta memenuhi semua fungsi yang diinginkan.

Tujuan Rekayasa Nilai adalah mendapatkan nilai (value) semaksimal mungkin, secara sederhana value dapat dinyatakan sebagai berikut :

min max

C F

V =

Dimana :

Vmax : Nilai Maksimal, F : Fungsi, Cmin : Biaya Minimal

Konsep nilai dapat digambarkan sebagai rasio antara performansi yang ditampilkan oleh suatu produk terhadap biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk tersebut.

Fungsi disini bisa juga dinyatakan dengan kata benda dan kata sifat, jadi untuk nilai V bisa juga dinyatakan sebagai berikut :

(31)

Dimana :

Performansi : Keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari fungsi-fungsi suatu produk.

Biaya : Biaya total yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan semua fungsi yang diinginkan.

Nilai dinyatakan sebagai perbandingan antara performansi yang diberikan oleh sistem yang sedang didesain dengan jumlah biaya untuk mengadakan fungsi-fungsi yang diberikan oleh desain.

2.1.6 Konsep Dasar Rekayasa Nilai

Dalam rekayasa nilai terdapat unsur-unsur penunjang utama yang digunakan untuk mendukung suatu proses untuk menganalisa suatu permasalahan. Menurut Zimmerman (1982), ada unsur utama dikenal sebagai Key of Value Engineering. Unsur utama tersebut antara lain sebagai berikut :

Analisa Fungsi (Function Analysis)

Model Biaya (Cost Model)

Biaya Siklus Hidup (The Life Cycle Casting)

Teknik Sistem Analisa Fungsi (Function Analysis Technique / FAST)

Rencana Kerja Rekayasa Nilai (VE Job Plan)

Berfikir Kreatif (Creatif Thinking)

Kebiasaan dan Sikap (Human Dynamics)

Biaya dan Nilai (cost and Worth)

Managemen Hubungan Antar Pelaku Dalam Rekayasa Nilai (Managing The

(32)

2.1.7 Waktu Penerapan Rekayasa Nilai

Rekayasa nilai akan efektif jika dapat diterapkan seawal mungkin pada tahap perencanaan untuk menghasilkan penghematan yang sebesar-besarnya. Sebenarnya secara teori rekayasa nilai dapat diterapkan pada setiap tahap sepanjang waktu berlangsungnya proyek, tetapi jika semakin lama penerapan rekayasa nilai potensi penghematan yang akan dicapai menjadi semakin kecil, sedangkan biaya untuk melakukan perubahan akibat adanya rekayasa nilai semakin besar. Pada suatu saat potensi penghematan dan biaya perubahan akan mencapai titik impas yang berarti tidak ada penghematan yang dapat dicapai.

Secara umum, VE (value engineering) dapat diterapkan pada semua jenis proyek yakni mulai dari gagasan awal hingga menjadi kenyataan atau disebut “daur hidup proyek konstruksi” (the life cycle of construction project) dimana pada setiap tahapannya adalah saling berhubungan, yaitu:

1. Konsep Dan Studi Kelayakan (Concept And Feasilibility Studies) 2. Pengembangan (Development)

3. Perencanaan (Design) 4. Kontruksi (Construction)

5. Operasi Dan Pemeliharaan (Operation And Maintenance) 6. Perbaikan

Sesuai dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai, yakni penghematan biaya yang optimal maka penerapan VE (value engineering) harus tepat waktunya. Untuk itu perlu diketahui hubungan antara penghematan potensial (saving potential) yang dapat dilakukan VE (value engineering) dan waktu dalam kaitannya dengan keenam tahapan.

(33)

2.1.8 Usaha-Usaha Meningkatkan Nilai

Usaha untuk meningkatkan nilai akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Hal ini karena nilai, efisiensi dan produktivitas mempunyai konsep perbandingan yang sama. Untuk memecahkan masalah ini dilakukan pendekatan dengan melakukan peningkatan perbandingan yaitu perbandingan masukan keluaran. 1. Menurunkan biaya :

I turun, O tetap. Menurunkan biaya biasanya banyak dilakukan namun harus benar-benar dikendalikan dan diawasi sehingga nilai produk tetap.

2. Selektif :

I turun/tetap, O naik/tetap. Berusaha membuat keluaran yang baik dengan biaya yang rendah atau seimbang. Cara ini baik digunakan untuk meningkatkan nilai. 3. Bekerja dengan lebih cerdik :

I tetap, O naik. Masukan yang dapat menghasilkan keluaran yang lebih, sehingga menurunkan ongkos produksi satuan. Tindakan ini dilakukan dengan memberikan motivasi dan semangat kerja, biasanya bersifat sementara sulit bertahan dalam jangka waktu lama.

4. Melakukan pengembangan :

I naik lebih kecil, O naik lebih besar. Jarang dilakukan karena menaikan masukan sangat sulit, sedangkan dana yang tersedia umumnya terbatas.

5. Menurunkan I dan O :

(34)

2.2 Teknik-teknik Rekayasa Nilai

Dalam penerapan metode rekayasa nilai ada beberapa tahap teknik yang harus dimengerti untuk mengarah pada kesempurnaan dalam rekayasa nilai.

2.2.1 Pendekatan Fungsional

Pendektatan fungsional dalam usaha pemilihan bahan dan penurunan biaya bahan merupakan hal yang penting yang membedakan rekayasa nilai dengan usaha penurunan biaya secara konvensional. Pendekatan fungsional ini terdiri dari 4 (empat) teknik yang saling berkaitan yaitu:

a) Definisi Fungsional

Yaitu mendefinisikan fungsi/manfaat yang terdapat didalam suatu produk, sehingga dari fungsi/manfaat tersebut dapat ditentukan ide-ide kreativitas yang akan dimunculkan.

b) Alternatif Fungsional

Yaitu menentukan alternatif-alternatif yang akan dimunculkan, alternative tersebut dipilih yang terbaik untuk dijadikan sebuah fungsi/manfaat didalam suatu produk. c) Evaluasi Fungsional

Yaitu menentukan nilai fungsi/manfaat dari tiap-tiap alternatif bahan dan biaya yang telah dimunculkan.

d) Analisa Nilai

Yaitu menganalisis fungsi/manfaat yang terdapat didalam suatu produk, sehingga fungsi/manfaat yang ada dapat ditingkatkan dengan tidak memakan biaya yang tinggi.

(35)

maksimal dan biaya minimal, maka diperlukan penelitian terhadap bahan dan biaya pembuat produk tersebut.

2.2.2 Fungsi/Manfaat

Setiap produk selalu mempunyai fungsi/manfaat pokok. Dengan kata lain suatu produk harus dapat atau memungkinkan untuk melakukan sesuatu. Identifikasi fungsi/manfaat produk hanya mungkin dilakukan melihat kegunaan yang diberikan oleh produk tersebut, misalnya :

a) Menulis (untuk sebuah pensil, ball point) b) Menyalakan api (untuk sebuah korek api)

c) Mengangkut atau memindahkan (untuk sebuah mobil, motor)

Walaupun demikian pada umumnya konsumen masih menginginkan sejumlah fungsi/manfaat tertentu yang sebetulnya bersifat sekunder, misalnya : (dengan tetap mengacu pada contoh diatas)

a) Menulis dengan tinta hitam b) Menyalakan api dengan korek gas c) Mengangkut dengan aman dan nyaman

Selain fungsi/manfaat diatas, suatu produk kadang-kadang mempunyai nilai estetis, misalnya :

a) Alat tulis yang tampak mewah b) Korek api yang bentuknya indah

c) Mobil yang warna dan interiornya mewah dan menawan

(36)

(Andri,1994) yang penulis kutip fungsi/manfaat dapat didefinisikan sebagai berikut, Fungsi adalah suatu kegunaan yang diberikan kepada pemakai atau pemilik produk untuk melakukan sesuatu atau seseorang mendapatkan sesuatu dari produk tersebut.

2.2.3 Kreativitas

Pola pikir kreatif sering dihubungkan dengan pengembangan suatu pikiran baru, ide baru atau konsep baru yang tidak terpikirkan atau tidak dilakukan sebelumnya. Definisi lain dari pola pikir kreatif adalah hasil dari suatu kombinasi dari ide-ide atau pikiran-pikiran yang diajukan secara individu maupun bersama-sama. Teknik-teknik kreatif atau brainstorming dapat digunakan untuk menghasilkan perbaikan atau kemajuan dari yang sebelumnya. Berpikir kreatif mungkin kelihatannya sebagai suatu alat untuk menanggulangi masalah yang kita hadapi. Proses berpikir kreatif terdiri dari tiga tahap yaitu imajinasi, inspirasi dan iluminasi. a) Imajinasi timbul karena adanya antusiasme. Imajinasi adalah suatu proses yang

disengaja yang bekerja sesuai dengan proporsi antusiasme seseorang.

b) Inspirasi adalah suatu faktor yang dihasilkan oleh rancangan yang bersifat kebetulan. Pengertian dan pengalaman sering tersedia tetapi dibutuhkan juga beberapa ide-ide baru yang akan memicu hasil rancangan.

c) Iluminasi adalah apa yang terjadi bila ide tentang sesuatu telah bekerja secara sederhana. Iluminasi ditimbulkan oleh penambahan informasi baru yang akan menerangkan pada alternative pelaksanaan fungsi.

(37)

kemajuannya sendiri. Dalam rekayasa nilai berpikir kreatif sangat penting, terutama pada tahap kreativitas.

2.2.5 Metode Zero-One

Metode zero-one adalah salah satu cara pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan urutan prioritas fungsi-fungsi. Prinsip metode ini adalah menentukan relativitas suatu fungsi. Fungsi “yang lebih penting” atau “kurang penting” terhadap fungsi lainnya. Fungsi yang ”lebih penting” diberi nilai satu, sedangkan fungsi yang ”kurang penting” diberi nilai nol. Cara pelaksanaannya adalah dengan mengumpulkan fungsi-fungsi yang tingkatannya sama, kemudian disusun dalam matrik zero-one yang berbentuk bujur sangkar. Kemudian dilakukan penilaian fungsi-fungsi secara berpasangan, sehingga ada matriks akan terisi nilai satu dan nol, kecuali diagonal utama yang berisi x. Selanjutnya nilai-nilai pada matriks ini kemudian dijumlah menurut baris dan dikumpulkan pada kolom jumlah

Tabel 2.3 Contoh metode zero-one

(38)

Keterangan : 1 : lebih penting 2 : kurang penting

Pada Tabel 2.5 diatas dapat dijelaskan bahwa pada baris 1 kolom 2 bernilai 1, artinya fungsi A lebih penting dari fungsi B begitu sebaliknya dengan baris 2 kolom 1 bernilai 0. Dari Tabel 2.5 diatas diperoleh urutan prioritas yang dapat dilihat pada kolom jumlah.

2.2.6 Pengujian Konsistensi

Dalam persoalan pengambilan keputusan mungkin penting untuk mengetahui seberapa konsistensi kita karena kita tidak mungkin ingin keputusan itu didasarkan atas pertimbangan yang memiliki konsistensi begitu rendah sehingga nampak seperti pertimbangan acak. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah pengujian konsistensi agar didapatkan keputusan yang terbaik.

Sebelum melakukan uji konsentrasi terlebih dahulu dihitung : a. Menghitung

__ X

b. Membuat matriks perbandingan berpasangan.

Rata-rata bobot tersebut kemudian dibandingkan antara sifat (adjective) yang satu tehadap sifat (adjective) yang lainnya. Untuk membandingkan yang kita gunakan skala perbandingan yang dibuat oleh Thomas L. Saaty, dimana skala ini dibuat untuk menggambarkan relative pentingnya suatu elemen terhadap elemen yang lain.

c. Mencari Eugen Vector dan Eugen Value - Mencari Matriks B

(39)

- Mencari Eugen Value

Biaya adalah semua keluaran yang dapat diukur dengan uang, baik yang telah, sedang maupun yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Ilmu yang mempelajari masalah biaya dan pembentukan biaya produksi tersebut akuntansi biaya. Akuntansi biaya didalam suatu perusahaan berhubungan dengan tugas mencatat, mengklasifikasikan, menganalisis dan menyajikan data keuangan. Akuntansi biaya dapat digunakan sebagai alat untuk :

1) Menentukan biaya-biaya produk, proses, pekerjaan satuan atau departemen. 2) Menetapkan harga jual produk yang menguntungkan bagi perusahaan.

(40)

2.4 Metode FAST

2.4.1 FAST (Function Analysis System’s Technique)

FAST adalah metodologi yang secara lengkap digunakan untuk mengidentifi- kasikan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya maupun usaha dalam membangun suatu produk, proses ataupun pelayanan untuk mencapai keseimbangan fungsional antara biaya, kehandalan dan performasi. Keseimbangan fungsional ini dicapai melalui pembangkitan alternatif dari beberapa ide. Ide-ide yang berpotensi dalam peningkatan performansi dievaluasi melalui Analisa Hirarki Proses dan ide-ide yang tidak memenuhi persyaratan perancangan dikeluarkan setelah melalui mekanisme dalam pemberian nilai desain alternatif.

Berdasarkan Whitten (2004) FAST dikembangkan sebagai gabungan dari praktek-praktek terbaik yang telah ditemui dalam banyak referensi komersial dan metodologi. FAST adalah sebuah kerangka kerja yang cukup fleksibel untuk berbagai jenis pengembangan produk dan strategi. Sebuah pengembangan produk dimulai dengan beberapa kombinasi dari masalah, peluang dan petunjuk dari pengguna dan diakhiri dengan sebuah solusi untuk komunitas pengguna.

FAST memiliki beberapa tahapan Metodologi, berikut adalah tahapan-tahapanya :

1. Tahap 1 - Scope Definition

(41)

2. Tahap 2 - Problem Analysis

Analisa masalah merupakan tahap mempelajari sistem yang sudah ada dan menganalisa temuan-temuan agar dapat menemukan pemahaman yang lebih mendalam atas masalah yang memicu adanya pengembangan produk ini.

3. Tahap 3 - Requirement Analysis

Analisa kebutuhan merupakan tahap yang mendefinisikan dan memprioritaskan kebutuhan produk. Dengan kata lain memahami pengguna untuk mengetahui apa yang dibutuhkan atau inginkan dari sistem baru, dengan menghindari pembahasan tentang teknologi atau teknis pelaksanaan.Ini mungkin merupakan tahap terpenting pengembangan sistem karena kesalahan dan kelalaian dari hasil analisis ini mengakibatkan ketidakpuasanpengguna dengan sistem final dan modifikasi.

4. Tahap 4 - Logical Design

Pada tahap logical design adalah menerjemahkan kebutuhan produk ke dalam model sistem. Istilah logical design diartikan sebagai teknologi independenAnalisis, Tomy Yudho Pratomo (2010) dimana makna gambar menggambarkan sistem independen dari setiap kemungkinan solusi teknis, kebutuhan model bisnis yang diinginkan harusdipenuhi oleh solusi teknis yang ingin dipertimbangkan.

5. Tahap 5 - Decision Analysis

(42)

6. Tahap 6 - Physical Design and Integration

Setelah solusi dipilih oleh manajemen, langkah selanjutnya adalah melakukan transformasi dari kebutuhan produk dalam bentuk spesifikasi fisik yang akan menjadi panduan desain sistem.

7. Tahap 7 - Construction and Testing

Tujuan dari tahap ini adalah untuk melakukan pengujian atas sistem yang telah

dikembangkan untuk mengetahui tingkat penerimaan terhadap pengguna sistem.

2.4.2 Identifikasi tahapan FAST (Function Analysis System Technique)

FAST sendiri berkaitan erat dengan analisis dan desain sistem melalui cara PIECES (Performance, Information, Economics, Control, Efficiency, dan Service). PIECES membantu metode FAST pada tahap analisis masalah dan kebutuhan sistem, meliputi:

Performance (kinerja), peningkatan terhadap kinerja sistem yang baru sehingga

menjadi lebih efektif diukur dari jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan pada saat tertentu (throughput) dan response time.

Information (informasi), peningkatan terhadap kualitas informasi yang disajikan. Economics (ekonomi), peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau keuntungan

atau penurunan biaya yang terjadi.

Control (pengendalian), peningkatan terhadap pengendalian untuk mendeteksi dan

(43)

1. Value Analysis/Engineering FAST Technique

The Society of American Value Engineering mendefinisikan value engineering sebagai “aplikasi sistematis yang mengakui teknik-teknik yang mana mengidentifikasi fungsi suatu produk atau jasa, menetapkan monetary value untuk fungsi tersebut dan menyediakan fungsi yang dibutuhkan pada keseluruhan biaya terendah”. Value Engineering (VE) atau value analysis (VA) adalah aplikasi dari berbagai kemampuan

untuk mengurangi biaya manufaktur atau industri jasa. Kemampuan ini bisa dari statistik, teknisi, dan psikologi hingga akunting dan penjualan. Value engineering berhubungan dengan harga suatu produk atau jasa hingga biayanya.

(44)

alami (misal gaya penciptaan) dan merupakan persentase yang tinggi dari total biaya. Faktor lain dalam praktek FAST adalah dekomposisi, yaitu mengurai proyek desain menjadi proses dan sub-proses yang lebih kecil. Ini dicapai melalui satu set pertanyaan logis yang sudah tertera. Bagaimana fungsi tersebut didapat, mengapa fungsi tersebut digunakan, kapan fungsi tersebut digunakan, Apa mekanisme penggunaannya (langkah proses, hardware, software)

Value engineering memaparkan permasalahan desain dalam suatu urutan langkah, setiap kemajuan menuju solusi yang memungkinkan. Suatu sub-divisi dapat dibuat sehingga kenyataan dapat mempunyai tumpuan langsung maupun tak langsung dalam sistem. Suatu proyek VE harus dilaksanakan melewati enam fase berurutan yang disebut job plan (Park, 1992)

(45)

tags, memori CPU, dan lain-lain. Demikian, mendefinisikan fungsi dalam istilah luas memperbesar kebebasan untuk alternatif pengembangan secara kreatif (Park, 1992). Penamaan jenis ini hampir sama dengan proses ketika mendefinisikan solusi kebutuhan fungsional bebas. Dalam memfasilitasi hubungan tugas-tugas, beberapa panduan dikembangkan untuk mengatur aktivitas dan menjaganya dengan benar. Bagaimanapun, panduan ini bukanlah aturan, dan kesuksesan implementasinya bergantung pada kualitas dan pengalaman tim desain. Panduannya adalah:Definisikan fungsi menggunakan sudut pandang terluas yang paling mungkin agar membuka kemungkinan pengembangan kreativitas (buat solusi proses bebas)Usahakan batasi ungkapan dari fungsi tidak lebih dari dua kata, satu kata kerja dan satu kata benda. Menggunakan batas ini, kita menghindari fungsi ganda ataupun tersembunyi ketika mendefinisikan peta fungsional dari suatu entitas jasa.

Penggunaan abstraksi dapat memfasilitasi deskripsi aktivitas. Hindari penggunaan nama pada bagian kata benda, yaitu, bagian kata benda secara umum (sejenis ketidakpastian fuzzy, nonspesifik) yang diinginkan dalam definisi fungsi pada konsep. Kebutuhan fungsional (FRs) menunjukkan bagian kata benda dari definisi fungsi.

2. Generasi FAST

(46)

Informasi dinamik dan aliran energi seperti ditunjukkan, Hubungan fisik ini tidak tergambar dalam FAST,

Menentukan batasan untuk proses konseptual. Beberapa fungsi mungkin ditemukan menjadi diluar batas keinginan dari desain yang diidentifikasi oleh fungsi tujuan, dan jika menentukannya akan membuang waktu dan sumber daya.

Mengidentifikasi fungsi dasar dari konsep desain yang baru. Fungsi dasar merupakan alasan utama untuk konsep yang ada secara fisik. Jika sistem kompleks, akan ada lebih dari satu fungsi dasar. Gunakan block diagram bernomor untuk menampilkan fungsi. Biasanya, fungsi dasar dinomeri pertama. Fungsi kedua mempunyai nomor yang lebih besar. Gunakan pertanyaan logis untuk menguji definisi dari fungsi dasar

Bagaimana fungsi akan terpenuhi?

Mengapa fungsi ditampilkan?

Kapan fungsi ditampilkan?

(47)

Pada metode Function Analysis System Technique (FAST) ruang lingkup masalah yang masing-masing berbatasan dengan fungsi tingkat tinggi dan fungsi tingkat rendah. Penyusunan fungsi-fungsi dalam diagram FAST dilakukan dengan menggunakan dua buah pertanyaan yaitu bagaimana (how) dan mengapa (why). Charles W. Bytheway dari Soerry Rand Corporation menjelaskan bahwa Function Analysis System Technique dikembangkan dan diperkenalkan melalui makalah yang disajikan pada National Conference of Society of America. Sistem ini terutama dapat diaplikasikan pada suatu proyek secara total dan prosesnya tadi terdiri dari langkah-langkah yang saling berhubungan dalam serangkaian aktivitas. Langkah-langkah-langkah dalam penyusunan FAST ini adalah menyiapkan suatu daftar fungsi-fungsi dari suatu item dengan menggunakan definisi dua kata seperti yang telah diterapkan pada analisa fungsi yang sesuai dengan customer requirement, dan menuliskan setiap fungsi kemudian menentukan posisi fungsi utama, fungsi tertinggi, fungsi terendah dan fungsi sekunder yang diinginkan sesuai dengan design requirment

(48)

Prinsip dasar analisa nilai dengan tujuan utama adalah perancangan produk untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada pemakai produk. Oleh karena itu, perancang seharusnya tidak memberikan fungsi-fungsi pada produk secara berlebih, karena hal ini akan mengakibatkan penambahan biaya.Analisa nilai adalah suatu teknik manajemen yang menggunakan pendekatan sistematis untuk mencapai keseimbangan fungsional antara biaya, kehandalan dan performansi dari suatu produk atau proyek (Larry W. Z. dan Glen D. H., 1982).

2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)

2.5.1 AHP Sebagai tool (alat) rekayasa nilai

Sebagaimana telah diungkapkan dalam rekayasa nilai (value engineering) adalah suatu metode yang di dasarkan atas metodologi nilai value untuk menentukan nilai terbaik. Dari beberapa desain untuk memberi inovasi pada produk table tab maka digunakan AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk memecahkan masalah yang kompleks dan menentukan nilai subyektif tentang pentingnya nilai variable yang di Berikan terhadap inovasi produk. Dalam hal ini AHP dapat di gunakan untuk melakukan rekayasa nilai terbaik terhadap inovasi desain produk.

2.5.2 Pengertian AHP

(49)

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif yang terbaik. Seperti melakukan penstrukturan persoalan, penentuan alternatif-alternatif, penetapan nilai kemungkinan untuk variabel aleatori, penetapan nilai, pernyataan preferensi terhadap waktu, dan spesifikasi preferensi atas resiko. Betapapun melebarnya alternatif yang dapat ditetapkan maupun terperincinya penjajagan nilai kemungkinan, keterbatasan yang tetap melingkupi adalah dasar pembandingan berbentuk suatu kriteria yang tunggal.

Peralatan utama Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah memilih sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.

2.5.3 Kelebihan AHP (Analytical Hierarchy Process)

Berikut adalah spesifikasi kelebihan menggunakan AHP :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

(50)

setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.

2.5.4 Pr insip Dasar Pemikiran AHP

Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, ada tiga prinsip yang mendasari pemikiran AHP, yakni : prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas ,dan prinsip konsistensi logis.

2.5.5 Pr insip Menyusun Hirar ki

Prinsip menyusun hirarki adalah dengan menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan cara memecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah. Caranya dengan memperinci pengetahuan, pikiran kita yang kompleks ke dalam bagian elemen pokoknya, lalu bagian ini dipecah lagi ke dalam bagian-bagiannya, dan seterusnya secara hirarki.

(51)

2.5.6 Pr insip Menetapkan Prioritas Keputusan

Bagaimana peranan matriks dalam menentukan prioritas dan bagaimana menetapkan konsistensi. Menetapkan prioritas elemen dengan membuat perbandingan berpasangan, dengan skala banding telah ditetapkan oleh Saaty.

Tabel 2.4 Penetapan pr ioritas elemen dengan Perbandingan Berpasangan Intensitas

kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya

5

Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya

7

Satu elemen jelas lebih lebih mutlak penting daripada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek

9

Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8

Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang

(52)

2.5.7 Pr insip Konsistensi Logis

Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut, harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal, sebagai berikut :

• Hubungan Kardinal : aij . ajk = aik

• Hubungan Ordinal : Ai > Aj, Aj > Ak, maka Ai > Ak

Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut :

a) Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila apel lebih enak 4 kali dari jeruk, dan jeruk lebih enak 2 kali dari melon, maka apel lebih enak 8 kali dari melon.

b) Dengan melihat preferensi transitif, misalnya apel lebih enak dari jeruk, dan jeruk lebih enak dari melon, maka apel lebih enak dari melon. Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidak konsistenan dalam preferensi seseorang.

2.5.8 Penggunaan metode AHP dalam Sistem Pengelolaan Kinerja Kaidah pembobotan menyatakan bahwa:

1. Nilai bobot KPI berkisar antara 0 – 1 atau antara 0% – 100% jika kita menggunakan prosentase.

(53)

2.5.9 Menentukan nilai pr ioritas KPI.

Biasanya orang lebih mudah mengatakan bahwa KPI A lebih penting daripada KPI B, KPI B kurang penting dibanding dengan KPI C dsb, namun mengalami kesulitan menyebutkan seberapa penting KPI A dibandingkan KPI B atau seberapa kurang pentingnya KPI B dibandingkan dengan KPI C. Untuk itu kita perlu membuat tabel konversi dari pernyatan prioritas ke dalam angka-angka. Contoh tabel skala nilai prioritas KPI seperti pada tabel dibawah:

Tabel 2.5 Contoh tabel skala nilai prioritas KPI

Nilai Tingkat pr ioritas

1 KPI A sama penting dibanding dengan KPI B

3 KPI A sedikit lebih penting dibanding dengan KPI B

5 KPI A lebih penting dibanding dengan KPI B

7 KPI A sangat penting dibanding dengan KPI B

9 KPI A jauh sangat penting dibanding dengan KPI B

2,4,6,8 *) nilai tengah-tengah

(54)

*) Tabel diatas tidak disebutkan konversi nilai KPI A kurang penting dari KPI B karena pernyataan KPI A kurang penting dari KPI B sama dengan pernyataan

nilai KPI B lebih penting dari KPI A

Selanjutnya adalah membuat table perbandingan prioritas setiap KPI dengan membandingkan masing-masing KPI. Sebagai contoh: Jika kita mempunyai 4 KPI, maka kita membuat matrik perbandingan ke-4 KPI tersebut. Misalkan dari proses menbandingkan antar KPI diperoleh nilai prioritas KPI sebagai berikut:

Tabel 2.6 Contoh perbandingan pr ioritas setiap KPI

Cara mengisinya adalah dengan menganalisa prioritas antara KPI baris dibandingkan dengan KPI kolom. Dalam prakteknya kita hanya perlu menganalisa prioritas KPI yang terdapat dibawah pada garis diagonal (kotak dengan warna dasar putih) yang ditunjukan dengan warna kuning atau diatas garis diagonal yang ditunjukan dengan kotak warna hijau. Hal ini sesuai dengan persamaan matematika yang menyebutkan jika A:B= X, maka B : A = 1/X.

(55)

Selanjutnya adalah menentukan bobot pada tiap KPI, nilai bobot ini berkisar antara 0 – 1. dan total bobot untuk setiap kolom adalah 1. Cara menghitung bobot adalah angka pada setiap kotak dibagi dengan penjumlahan semua angka dalam kolom yang sama. Contoh bobot dari (KPI A, KPI A) = 1/ (1+2+5+3) = 0.090, (KPI B, KPI A) = 2 / (1+2+5+3) = 0.181. Dengan perhitungan yang saman bobot prioritas tabel KPI di atas menjadi:

Tabel 2.7 Perhitungan bobot pada tiap KPI

Selanjutnya adalah mencari nilai bobot untuk masing-masing KPI. Caranya adalah dengan melakukan penjumlahan setiap nilai bobot prioritas pada setiap baris tabel dibagi dengan jumlah KPI. Sehingga diperoleh bobot masing-masing KPI adalah:

• KPI A = (0.091 + 0.092 + 0.057 + 0.118) / 4 = 0.089 (8.9%)

• KPI B = (0.182 + 0.182 + 0.094 +0.353) / 4 = 0.203 (20.3%), dengan perhitungan

yang sama KPI C, KPI D • KPI C = 0.365 (36.5%)

KPI A KPI B KPI C KPI D

KPI A 0.091 0.091 0.057 0.118

KPI B 0.182 0.182 0.094 0.353

KPI C 0.455 0.545 0.283 0.176

(56)

• KPI D = 0.343 (34.3%)

Sehingga jumlah total bobot semua KPI = 1 (100%) sesuai dengan kaidah pembobotan dimana jumlah total bobot harus bernilai 100.

Perhitungan secara manual akan lebih mudah jika jumlah KPI yang dimiliki hanya sedikit , jika jumlah KPI sudah lebih dari 10 maka perhitungan bobot menggunakan software akan jauh lebih mudah..

Proses yang paling menentukan dalam menentukan bobot KPI dengan menggunakan AHP adalah menentukan besarnya prioritas antar KPI. Karena itu seringkali terjadi pembahasan yang alot antar anggota tim implementasi sistem pengelolaan kinerja mengenai masalah tersebut. Hal ini dikarenakan tiap-tiap anggota tim memiliki persepsi tersendiri mengenai prioritas masing-masing KPI.

2.6 Metode Desain Pahl & Beitz

Perancangan merupakan kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah perancangan selesai maka kegiatan yang menyusul adalah pembuatan produk. Kedua kegiatan tersebut dilakukan dua orang atau dua kelompok orang dengan keahlian masing-masing, yaitu perancangan dilakukan oleh tim perancang dan pembuatan produk oleh tim kelompok pembuat produk.

(57)

1. Perencanaan dan penjelasan tugas 2. Perancangan konsep produk

3. Perancangan bentuk produk (embodiment design) 4. Perancangan detail

Sebenarnya langkah-langkah dalam keempat fase proses perancangan diatas tidaklah perlu dikelompokkan dalam 4 fase secara kaku, sebab seperti misalnya, pada langkah pada fase perancangan detail (fase ke-4) cara pembuatan komponen produk sudah diperlukan detail dan banyak lain contohnya seperti itu.

Setiap fase proses perancangan berakhir pada hasil fase, seperti fase pertama menghasilkan daftar persyaratan dan spesifikasi perancangan. Hasil setiap fase tersebut kemudian menjadi masukan untuk fase berikutnya dan menjadi umpan balik untuk fase yang mendahului. Perlu dicatat pula bahwa hasil fase itu sendiri setiap saat dapat berubah oleh umpan balik yang diterima dari hasil fase-fase berikutnya.

2.6.1 Perencanaan Pr oyek dan Penjelasan Tugas

Tugas fase ini adalah menyusun spesifikasi produk yang mempunyai fungsi khusus dan karakteristik tertentu yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Produk ini dengan fungsi khusus dan karakteristik tertentu tersebut merupakan olahan hasil survei bagian pemasaran atau atas permintaan segmen masyarakat. Fase pertama tersebut perlu diadakan untuk menjelaskan secara lebih detail sebelum produk tersebut dikembangkan lebih lanjut.

(58)

suatu daftar persyartan teknis. Fase perencanaan produk tersebut baru dapat memberikan hasil yang baik, jika fase tersebut memperhatikan kondisi pasar, keadaan perusahaan dan ekonomi negara.

Pada perencanaan proyek dibuat jadwal kegiatan dan waktu penyelesaian setiap kegiatan dalam proses perancangan.

2.6.2. Perancangan Konsep Produk

Berdasarkan spesifikasi produk hasil fase pertama, dicarilah beberapa konsep produk yang dapat memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi tersebut. Konsep produk tersebut merupakan solusi dari masalah perancangan yang harus dipecahkan. Beberapa alternative konsep produk dapat ditemukan. Konsep produk biasanya berupa gambar skets atau gambar skema yang sederhana, tetapi telah memuat semua.

(59)

2.6.3. Perancangan Bentuk (Embodiment Desaign)

Dari diagram alir cara merancang Pahl dan Beitz dapat dilihat bahwa fase perancangan bentuk terdiri dari beberapa langkah, yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah langkah-langkah pada fase perancangan konsep produk.

Pada fase perancangan bentuk ini, konsep produk “diberi bentuk”, yaitu komponen-komponen konsep produk yang dalam gambar skema atau gambar skets masih berupa garis atau batang saja, kini harus diberi bentuk, sedemikian rupa sehingga komponen-komponen tersebut secara bersama menyusun bentuk produk, yang dalam geraknya tidak saling bertabrakan sehingga produk dapat melakukan fungsinya. Konsep produk yang sudah digambarkan pada preliminary layout, sehingga dapat diperoleh beberapa preliminary layout.

Preliminary layout masih dikembangkan lagi menjadi layout yang lebih baik

lagi dengan meniadakan kekurangan dan kelemahan yang ada dan sebagainya. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap beberapa preliminary layout yang sudah dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kriteria teknis, kriteria ekonomis dan lain-lain yang lebih ketat untuk memperoleh layout yang terbaik yang disebut definitive layout.

Definitive layout telah dicek dari segi kemampuan melakukan fungsi produk,

kekuatan, kelayakan finansial dan lain-lain

2.6.4. Perancangan Detail

Gambar

Tabel 2.3 Contoh metode zero-one
tabel konversi dari pernyatan prioritas ke dalam angka-angka. Contoh tabel skala nilai
Tabel 2.6 Contoh perbandingan prioritas setiap KPI
Tabel 2.7 Perhitungan bobot pada tiap KPI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengendalian biaya dan waktu proyek bertujuan agar proyek diselesaikan sesuai dengan waktu dan biaya yang direncanakan di kontrak atau lebih cepat dari rencana waktu pelaksanaan

PERBANDINGAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN DASAR COST UNTUK MEMPEROLEH LABA YANG MAKSIMAL.. PADA MINI

Kualitas jasa yang diberikan Cipaganti Travel tidak bisa maksimal bila adanya kesenjangan antara persepsi manajemen dengan spesifikasi standar perusahaan yang telah ditetapkan..

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada objek wisata Pulau Tangkil memperoleh data biaya perjalanan total yang dikeluarkan pengunjung adalah sebesar

Seperti pada proyek bangunan penghubung di Desa Tirtomoyo Kabupaten Malang.Salah satu cara untuk memperoleh produk perencanaan yang efektif dan efisien dengan

Pengendalian kualitas pada alur proses produksi maupun bahan yang digunakan dan pada saat produk jadi pada dasarnya diperlukan oleh suatu perusahaan untuk memperbaiki mutu produk

Gedung regional Indosat semarang adalah sebuah kantor Indosat tingkat regional yang wilayah kerjanya meliputi Jawa Tengah dan Yogyakarta. Berkewajiban mengatur

Konsep Nilai Hasil (Earned Value) merupakan salah satu metode pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan biaya dan waktu proyek secara terpadu. Metode ini