• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP/MTs.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP/MTs."

Copied!
453
0
0

Teks penuh

(1)

BABBIB PENDAHULUANB B

A. LatarBBelakangB

Pendidikan menupakan cana untuk mengembangkan sumben daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadan dan tenencana untuk mewujudkan suasana belajan dan pnoses pembelajanan agan pesenta didik secana aktif mengembangkan potensi dininya untuk memiliki kekuatan spinitual keagamaan, pengendalian dini, kepnibadian, kecendasan, akhlak mulia, senta ketenampilan yang dipenlukan dininya, masyanakat, bangsa, dan negana (UU Nomon 20 Tahun 2003). Tujuan pendidikan nasional bendasankan UU Nomon 20 Tahun 2003 pasal 3, yaitu untuk mengembangkan potensi pesenta didik agan menjadi manusia yang beniman dan bentakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, benakhlak mulia, sehat, benilmu, cakap, kneatif, mandini, dan menjadi wanga negana yang demoknatis senta bentanggung jawab. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai penan yang penting untuk menciptakan sumben daya manusia yang benkualitas.

(2)

dengan siswa kanena banyak ditemukan aplikasinya dalam kehidupan sehani-hani. Walaupun dekat dengan siswa, namun pada pembelajanan, masih banyak siswa yang belum menguasai mateni geometni. Hal ini ditunjukkan dengan daya senap siswa SMP tenhadap mateni geometni pada saat Ujian Nasional (UN) tahun pelajanan 2014/2015 nendah dibandingkan dengan mateni matematika yang lain. Laponan hasil UN tahun pelajanan 2014/2015 yang ditenbitkan oleh BSNP ditampilkan pada tabel benikut.

Tabel 1. Laponan Hasil UN SMP Tahun Pelajanan 2014/2015

No. Mateni Kab. Sleman Pnovinsi Nasional

1. Openasi Bilangan 65,36 63,30 60,64

2. Openasi Aljaban 59,97 58,00 57,28

3. Bangun Geometnis 57,02 55,19 52,04

(3)

Rencana Pelaksanaan Pembelajanan (RPP) menupakan penjabanan silabus untuk menganahkan kegiatan belajan siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasan (Rusman, 2010:5). RPP disusun oleh gunu sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pembelajanan. Menunut Penmendiknas Nomon 41 Tahun 2007 tentang Standan Pnoses, setiap gunu benkewajiban menyusun RPP secana lengkap dan sistematis agan pembelajanan benlangsung secana intenaktif, inspinatif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesenta didik untuk benpantisipasi aktif, senta membenikan nuang yang cukup bagi pnakansa, kneativitas, dan kemandinian sesuai dengan bakat, minat, dan penkembangan fisik senta psikologis pesenta didik.

(4)

Lemban Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembanan-lembanan yang benisi tugas yang hanus dikenjakan oleh siswa. LKS menupakan salah satu sumben belajan. Penggunaan LKS dalam pembelajanan dapat meningkatkan aktivitas siswa, senta dapat menganahkan siswa untuk menemukan pengetahuan melalui aktivitasnya sendini. Bendasankan hasil obsenvasi, kebanyakan sekolah menggunakan buku cetak sebagai sumben belajan. Buku cetak tensebut kebanyakan benisi mateni, infonmasi pendukung mateni, bebenapa petunjuk, contoh soal, dan latihan soal, sehingga kunang menganahkan siswa untuk menemukan pengetahuannya sendini. Siswa menjadi cendenung menghafalkan numus dan stnategi dalam menyelesaikan suatu penmasalahan. LKS masih janang digunakan dalam pembelajanan, padahal LKS dapat menganahkan siswa untuk menemukan pengetahuan melalui aktivitasnya (Hendno Danmodjo & Jenny R.E. Kaligis, 1992:40). LKS yang biasanya digunakan dalam pembelajanan menupakan LKS yang ditenbitkan oleh penenbit yang mencakup ningkasan mateni dan latihan soal.

(5)

Tahap yang tenakhin yaitu openasi fonmal (formal operation stage). Tahap openasi fonmal dimulai dani sekitan umun 11 tahun dan setenusnya.

Siswa SMP di Indonesia benusia sekitan 12 sampai 15 tahun, sehingga bendasankan tahap penkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget, siswa SMP benada pada tahap openasi fonmal. Anak pada tahap openasi fonmal sehanusnya sudah mampu melakukan penalanan dengan menggunakan hal-hal yang abstnak, tanpa hanus benhadapan dengan objek atau penistiwanya langsung. Namun pada kenyataannya belum semua siswa SMP sudah masuk ke dalam tahap openasi fonmal. Bendasankan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afsheen Yousaf dan Tenzilla (2014: 420), sebagian besan siswa SMP kelas VIII masih benada pada tahap openasi konknet, paling banyak hanya 23,33% siswa yang sudah masuk pada tahap openasi fonmal. Oleh kanena itu, dipenlukan pembelajanan yang dapat menjembatani dani tahap konknet ke tahap fonmal.

(6)

Bendasankan latan belakang di atas, peneliti melakukan penelitian tentang pengembangan penangkat pembelajanan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik pada mateni bangun nuang sisi datan kelas VIII SMP/MTs.

B. IdentifikasiBMasalahB

Bendasankan latan belakang di atas, peneliti mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai benikut.

1. Banyak siswa yang belum menguasai mateni geometni.

2. RPP yang dikembangkan gunu kunang menganahkan siswa untuk menemukan pengetahuan melalui aktivitasnya sendini sehingga pembelajanan menjadi kunang benmakna.

3. Banyak siswa SMP yang masih benada pada tahap openasi konknet dan belum siap masuk pada tahap openasi fonmal.

C. BatasanBMasalahB

(7)

D. RumusanBMasalahB

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana pengembangan penangkat pembelajanan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) pada mateni bangun nuang sisi datan kelas VIII SMP/MTs yang memiliki kualifikasi valid, pnaktis dan efektif?

E. TujuanBPenelitianB

Tujuan dani penelitian ini adalah menghasilkan penangkat pembelajanan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) untuk mateni bangun nuang sisi datan kelas VIII SMP/MTs yang memiliki kualifikasi valid, pnaktis, dan efektif.

F. ManfaatBPenelitianB

Penelitian ini dihanapkan dapat membeni manfaat sebagai benikut. 1. Bagi siswa

Membantu siswa untuk memahami mateni pembelajanan matematika melalui pengalaman sehani-hani.

2. Bagi gunu

Sebagai nefenensi untuk meningkatkan kneatifitas gunu dalam mengembangkan penangkat pembelajanan.

(8)

BABBIIBB KAJIANBTEORIB B

A. KajianBTeoriB

1. PembelajaranBMatematikaBdiBSMPB

Menurut Sugihartono (2012: 81), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan

berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal. Dalam UU Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Erman

Suherman (2001: 8) menyatakan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan

berkembang secara optimal. Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 11), pembelajaran merupakan kombinasi dua aspek, belajar dan mengajar, belajar yaitu apa yang harus dilakukan oleh siswa dan mengajar yaitu apa

yang harus dilakukan oleh guru.

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2014: 13), ciri-ciri

pembelajaran, antara lain:

(9)

d. pelaksanaannya terkendali, baik dari segi waktu, proses, isi, maupun

hasilnya.

Reys, dkk (Erman Suherman, 2001:19), mendefinisikan matematika sebagai kajian tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir,

suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Menurut Johnson dan Rising (Erman Suherman, 2001: 19), matematika adalah pola berpikir, pola

mengorganisasikan, serta pembuktian yang logis. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan jelas, cermat dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa

simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Berdasarkan pengertian pembelajaran dan matematika, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik agar terjadi interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar tertentu untuk menelaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

(10)

d. Matematika sebagai alat berkomunikasi

2. KarakteristikBSiswaBSMPB

Piaget (Erman Suherman, 2001: 39) mengatakan bahwa karakteristik anak terbagi menjadi empat tahap perkembangan kognitif yaitu:

a. TahapBSensoriBMotorB(Sensory Motoric Stage)B

Usia pada tahap sensori motor yaitu dari lahir sampai umur

sekitar 2 tahun. Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indera).

b. TahapBPraBOperasiB(Pre Operational Stage)B

Tahap pra operasional dimulai dari umur 2 tahun sampai dengan

sekitar umur 7 tahun. Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkret. Istilah operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti

mengklasifikasikan sekumpulan objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting).

c. TahapBOperasiBKonkretB(Concrete Operational Stage)B

Tahap operasi konkret dimulai dari sekitar umur 7 tahun sampai

dengan sekitar umur 11 tahun. Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkret.

(11)

secara objektif, dan kemampuan berpikir reversible yaitu belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.

d. TahapBOperasiBFormalB(Formal Operation Stage)B

Tahap operasi formal dimulai dari sekitar umur 11 tahun dan

seterusnya. Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada tahap ini sudah

mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung. Penalaran yang terjadi dalam struktur kognitifnya telah

mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi, dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk

melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan diantara hubungan-hubungan dan memahami konsep promosi.

Siswa SMP di Indonesia berusia sekitar 12 sampai 15 tahun.

Berdasarkan tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget, siswa SMP berada pada tahap operasi formal. Anak pada tahap operasi

(12)

sudah masuk pada tahap operasi formal adalah 23,33%. Sedangkan pada

aktivitas inkuiri kedua tentang Combinatorial Reasoning

sudah masuk pada tahap operasi formal adalah 10%. Kemudian pada aktivitas inkuiri ketiga tentang Proportional Reasoning % siswa masih berada pada tahap operasi konkret.

3. PendekatanBPendidikanBMatematikaBRealistikB

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) atau Realistic

Mathematics Education mengacu pada pendapat Freudhental yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realitas dan

merupakan aktivitas manusia. Menurut Freudhental (Erman Suherman, 2001: 125), matematika bukan merupakan suatu subjek yang siap saji

untuk siswa, melainkan matematika merupakan suatu pelajaran yang dinamis dan dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya.

Menurut Treffers (Ariyadi Wijaya, 2012: 21), karakteristik

Pendidikan Matematika Realistik, yaitu: a. PenggunaanBKonteksB

Konteks atau permasalahan realistik pada pembelajaran matematika dengan Pendidikan Matematika Realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks pada Pendidikan

Matematika Realistik tidak harus berupa masalah dalam dunia nyata. Konteks yang dimaksud bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat

(13)

Penggunaan konteks dalam pembelajaran dapat menarik siswa

untuk terlibat secara aktif melakukan eksplorasi permasalahan dalam pembelajaran. Manfaat penggunaan konteks dalam pembelajaran yaitu mengarahkan siswa untuk mengembangkan berbagai metode strategi

penyelesaian masalah yang bisa digunakan. Selain itu, penggunaan konteks di awal pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan

ketertarikan siswa dalam belajar matematika.

b. PenggunaanBModelBuntukBMatematisasiBProgresifB

Model pada Pendidikan Matematika Realistik digunakan dalam

melakukan matematisasi secara progresif. R. Soedjadi (2007: 4) menyatakan bahwa matematisasi progresif adalah upaya untuk

mengarahkan kepada pemikiran matematika yang berawal dari masalah kontekstual dan akan berakhir dengan matematika formal. Treffers (Yenny B. Widjaja dan Andre Heck, 2003: 5) membedakan dua jenis

matematisasi, yaitu matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi horisontal adalah proses menguraikan konteks atau

(14)

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu model of dan model for. Model of merupakan istilah untuk model yang menggambarkan situasi konteks. Model for adalah istilah untuk model yang sudah mengarah pada pencarian solusi secara matematis.

c. PemanfaatanBHasilBKonstruksiBSiswaB

Siswa ditempatkan sebagai subyek belajar dalam pembelajaran

dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Dalam pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, siswa memiliki kebebasan untuk menentukan strategi pemecahan

masalah, sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakam untuk landasan

pengembangan konsep matematika. d. InteraktivitasB

Proses belajar bukan hanya merupakan proses individu namun

juga merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan lebih bermakna ketika siswa dapat saling berinteraksi satu sama lain untuk

mengomunikasikan gagasan dan hasil kerja mereka. Interaksi dalam pembelajaran bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan.

e. KeterkaitanBB

Konsep-konsep matematika tidak bersifat parsial, namun banyak

(15)

pembelajaran. Ketika siswa belajar konsep baru, siswa mengingat dan

menggunakan konsep yang telah dipelajari sebelumnya (Erman Suherman, 2001: 19). Oleh karena itu, sebaiknya konsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah. Dengan

keterkaitan ini, diharapkan siswa dapat mengenal dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan.

Berdasarkan karakteristik Pendidikan Matematika Realistik, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dapat menjembatani proses

belajar siswa dari tahap konkret menuju tahap formal. Hal ini ditunjukkan dengan pembelajaran diawali dengan pemberian konteks atau masalah

realistik. Kemudian konteks atau masalah realistik tersebut diuraikan ke dalam sistem matematika yang selanjutnya diarahkan ke bentuk formal melalui tahapan matematisasi progresif.

Menurut Treffers dan Goffree (Erman Suherman, 2001: 129) bahwa masalah kontekstual dalam pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik, berguna untuk mengisi sejumlah fungsi, antara lain: a. pembentukan konsep,

(16)

Menurut Murdani dkk (2013: 26), langkah-langkah pembelajaran

dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik adalah sebagai berikut.

a. Memahami masalah kontekstual

b. Menyelesaikan masalah kontekstual

c. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

d. Menyimpulkan

4. PerangkatBPembelajaranB

Perangkat pembelajaran adalah suatu atau beberapa persiapan yang

disusun oleh guru baik secara individu maupun kelompok (KKG atau MGMP) agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan

secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diinginkan (Nazarudin, 2007:111). Hal ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran disusun untuk memudahkan tercapainya tujuan

pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan

instrumen evaluasi, media pembelajaran, dan buku ajar. Namun dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dibatasi pada RPP dan LKS.

a. BRencanaBPelaksanaanBPembelajaranB(RPP)B

Rusman (2010: 5) menyatakan bahwa RPP merupakan penjabaran silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik

(17)

dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok yang mengacu

pada silabus. E. Mulyasa (2013: 154) menyatakan bahwa RPP merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan meproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan guru dalam

pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

RPP adalah rancangan proses pembelajaran yang di dalamnya berisi tentang kegiatan guru dan siswa yang digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran agar dapat mencapai kompetensi dasar.

Menurut Permendiknas No 41 tahun 2007, komponen-komponen RPP terdiri dari:

1) Identitas Mata Pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema

pelajaran, jumlah pertemuan. 2) Standar Kompetensi

(18)

3) Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4) Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang

dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian Kompetensi Dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi

dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap,

dan keterampilan. 5) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil

belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan Kompetensi Dasar.

6) Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7) Alokasi waktu

(19)

8) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik mencapai Kompetensi Dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran

disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.

9) Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti,

dan penutup. a) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal pembelajaran

yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi peserta didik. Kegiatan guru pada pendahuluan, meliputi:

(1) Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, baik secara psikis maupun fisik.

(20)

b) Inti

Kegiatan Inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik (Rusman: 2012: 7). Kegiatan inti

terbagi menjadi 3 kegiatan, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Menurut Suyono dan Hariyanto (2015: 260),

rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sebagai berikut.

(1) Eksplorasi

Kegiatan guru pada eksplorasi, meliputi:

(a) Melibatkan peserta didik untuk mencari informasi yang

luas dan dalam terkait materi yang akan dipelajari (b) Menggunakan berbagai pendekatan, metode, media,

dan sumber belajar

(c) Memfasilitasi interaksi anatara peserta didik dengan guru, peserta didik lain, maupun lingkungan

(21)

(2) Elaborasi

Kegiatan guru pada elaborasi, meliputi:

(a) Membiasakan peserta didik untuk membaca dan menulis dengan kegiatan atau tugas-tugas tertentu yang

bermakna

(b) Memfasilitasi peserta didik agar memunculkan gagasan

baru melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain (c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menganalisis, memecahkan masalah, dan bertindak

tanpa rasa takut (3) Konfirmasi

Kegiatan guru pada konfirmasi, meliputi: (a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan

(b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan

elaborasi

(c) Mengarahkan peserta didik untuk melakukan refleksi

(22)

(1) Membuat simpulan atau rangkuman pembelajaran

bersama peserta didik (2) Melakukan penilaian

(3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran

(4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut

(5) Menyampaikan materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya

10) Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan

mengacu kepada Standar Penilaian. 11) Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Prinsip-prinsip penyusunan RPP menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, antara lain:

1) memperhatikan perbedaan individu peserta didik;

2) mendorong partisipasi aktif peserta didik; 3) mengembangkan budaya membaca dan menulis;

(23)

6) menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam penelitian ini, acuan yang digunakan dalam pengembangan RPP adalah prinsip-prinsip penyusunan RPP menurut Permendiknas Nomor 41 tahun 2007.

b. LembarBKegiatanBSiswaB(LKS)B

Suyono dan Hariyanto (2015: 262) menyatakan bahwa Lembar

Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Menurut Das (2004: 1), LKS merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat digunakan guru

untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1992: 40),

manfaat LKS dalam pembelajaran antara lain :

1) memudahkan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, 2) memudahkan guru mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan

konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja,

3) memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk mencapai sasaran belajar.

(24)

1) Syarat Didaktik

LKS harus memenuhi syarat didaktik, artinya LKS harus memenuhi asas-asas belajar mengajar yang efektif, yaitu:

a) memperhatikan adanya perbedaan individual;

b) tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep;

c) memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan

siswa;

d) dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa;

e) pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa dan bukan ditentukan oleh materi bahan

pelajaran. 2) Syarat Konstruksi

Syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkaitan dengan

penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti

dapat dimengerti oleh pengguna yaitu siswa. Syarat-syarat konstruksi meliputi:

a. menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan

siswa;

b. menggunakan struktur kalimat yang jelas;

(25)

d. hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka;

e. tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa;

f. menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan

pada siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKS;

g. menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek; h. menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata;

i. dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang lamban

maupun yang cepat;

j. memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai

sumber motivasi;

k. mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. 3) Syarat Teknis

a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin atau Romawi.

b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

(26)

Menurut Hermawan (Endang Widjajanti, 2010: 5), LKS yang

baik adalah LKS yang memenuhi aspek-aspek penilaian sebagai berikut.

1) Aspek Pendekatan Penulisan

Aspek pendekatan penulisan meliputi, penekanan pada keterampilan proses, penghubungan materi dengan aplikasinya

pada kehidupan, dan pengajakan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2) Aspek Kebenaran Konsep

Aspek kebenaran konsep meliputi, kesesuaian konsep dengan konsep sebenarnya dan kesesuaian alur materi dengan materi

prasyarat.

3) Aspek Kedalaman Konsep

Aspek kedalaman konsep meliputi, keberadaan latar

belakang, seperti sejarah penemuan konsep, teorema, rumus, dan lain sebagainya, dan kesesuaian kedalaman materi dengan

kompetensi siswa. 4) Aspek Keluasan Konsep

Aspek keluasan Konsep meliputi, kesesuaian keluasan

konsep dengan materi pokok, keberadaan hubungan antara konsep dengan kehidupan sehari-hari, dan keberadaan informasi yang

(27)

5) Aspek Kejelasan Kalimat

Aspek kejelasan kalimat meliputi, kemudahan kalimat untuk dipahami dan ketidakberadaan interpretasi atau makna ganda pada kalimat.

6) Aspek Kebahasaan

Aspek kebahasaan meliputi, penggunaan bahasa baku dan

keinteraktifan bahasa yang digunakan. 7) Aspek Penilaian Hasil Belajar

Aspek penilaian hasil belajar, meliputi pengukuran tiga aspek

kemampuan, yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, dan pengukuran kemampuan siswa berdasarkan pada standar

kompetensi.

8) Aspek Kegiatan Siswa

Aspek kegiatan siswa meliputi, keberadaan kegiatan yang

memberikan pengalaman belajar secara langsung pada siswa, mendorong siswa untuk menyimpulkan konsep, dan sesuai denngan

materi pelajaran. 9) Aspek Keterlaksanaan

(28)

baca siswa, dan keberadaan desain yang meliputi konsistensi,

format, organisasi, dan daya tarik

Dalam penelitian ini, acuan yang digunakan dalam pengembangan LKS adalah syarat-syarat LKS yang baik menurut

Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis, yaitu syarat didaktik, teknis, dan konstruktif, dan aspek kebenaran konsep, kedalaman

konsep dan keluasan konsep menurut Hermawan. 5. MateriBBangunBRuangBSisiBDatarB

Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah materi pokok

Bangun Ruang Sisi Datar untuk siswa SMP kelas VIII semester 2 yang mengacu pada lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 mengenai

standar isi.

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Bangun Ruang Sisi Datar

StandarBKompetensiB(SK) KompetensiBDasarB(KD)B GeometriBdanBPengukuranB

5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya

5.1. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya

5.2. Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas

5.3. Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas

Secara rinci materi yang merupakan penjabaran SK dan KD di atas

disajikan sebagai berikut.

Bangun ruang adalah bangun yang dibentuk oleh bangun datar dan mempunyai isi. Bangun ruang dibedakan menjadi bangun ruang sisi datar

(29)

balok, prisma, dan limas. Bangun ruang sisi lengkung meliputi tabung,

kerucut, dan bola. SK dan KD di atas hanya mencakup bangun ruang sisi datar, yaitu kubus, balok, prisma, dan limas.

a. Kubus

1) Pengertian dan Unsur-Unsur Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang dibentuk oleh 6 persegi

yang mempunyai ukuran sama.

H G

E F

D C

A B

Gambar 1. Kubus ABCD.EFGH

Gambar diatas merupakan kubus ABCD.EFGH, yang

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut.

a) Sisi kubus, yaitu bangun datar yang membentuk kubus. Kubus

mempunyai 6 sisi. Semua sisi kubus berbentuk persegi, yang

meliputi ABCD (sisi bawah/alas), ABFE (sisi depan), BCGF

(sisi samping kanan), CDHG (sisi belakang), ADHE (sisi

(30)

CDHG, BCGF dan EFGH, CDHG dan EFGH, CDHG dan

ADHE, ADHE dan EFGH.

b) Rusuk kubus, yaitu perpotongan antara dua sisi. Kubus

mempunyai 12 rusuk, yang terdiri dari rusuk AB, BC, CD,

AD, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan EH. Terdapat 3

hubungan antar rusuk, yaitu :

(1) Sejajar, contohnya AB dan CD, BF dan CG, EH dan FG.

(2) Berpotongan, contohnya dan , dan , dan

.

(3) Bersilangan , contohnya dan , dan CD, BF dan

EH.

c) Titik sudut kubus, yaitu titik potong antara tiga rusuk. Terdapat

8 titik sudut pada kubus ABCD.EFGH antara lain: A, B, C, D,

E, F, G, dan H.

d) Diagonal sisi, yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik

sudut yang berhadapan dalam suatu sisi. AF, BE, AC, BD, BG,

CF, CH, DG, EG, FH, AH, dan DE merupakan diagonal sisi

kubus. Banyaknya diagonal sisi pada suatu kubus adalah 12.

e) Diagonal ruang kubus, yaitu ruas garis yang menghubungkan

dua titik sudut yang berhadapan dan tidak pada satu sisi yang

sama. Diagonal ruang pada kubus ABCD.EFGH ada 4, yaitu

(31)

f) Bidang diagonal kubus, yaitu daerah yang dibatasi dua

diagonal bidang yang sejajar dan 2 rusuk kubus yang sejajar

serta keduanya memotong kedua diagonal bidang. Suatu kubus

memiliki 6 bidang diagonal, yaitu ACGE, BDHF, BGHA,

CFED, AFGD, dan BEHC.

(a) (b) (c)

Gambar 2. (a) Diagonal Sisi Kubus, (b) Diagonal Ruang Kubus, (c) Bidang Diagonal Kubus

2) Jaring-Jaring Kubus

Jaring-jaring kubus merupakan rangkaian persegi yang dapat dibentuk menjadi suatu kubus. Jaring-jaring kubus disajikan pada

(32)

rB

3) Luas Permukaan Kubus

Luas permukaan kubus adalah jumlah luas semua sisi kubus. Luas permukaan kubus dapat diperoleh dengan menghitung luas

jaring-jaring. Rumus luas permukaan kubus yaitu

4) Volume Kubus

Volume merupakan ukuran untuk

menyatakan isi bangun ruang. Volume kubus adalah banyak kubus satuan yang dapat menempati suatu kubus. Gambar di samping

menunjukkan volume kubus. Rumus volume

kubus yaitu V=B .B

Gambar 4. Model Volume Kubus b. Balok

1) Pengertian dan Unsur-Unsur Balok

Balok adalah bangun ruang yang dibentuk oleh tiga pasang persegi panjang yang sejajar dengan bentuk dan ukuran sama.

H G

E F

D C

A B Gambar 5. Balok ABCD.EFGH

Gambar diatas merupakan balok ABCD.EFGH, yang

(33)

a) Sisi balok, yaitu bangun datar yang membentuk balok. Balok

mempunyai 6 sisi, yang meliputi ABCD (sisi bawah/alas),

ABFE(sisi depan), BCGF (sisi samping kanan), CDHG (sisi

belakang), ADHE (sisi samping kiri), dan AFGH (sisi atas).

Sisi-sisi yang sejajar, antara lain: ABCD dan EFGH, ABFE,

dan CDHG, BCGF dan ADHE. Sedangkan sisi-sisi yang saling

tegak lurus adalah sisi-sisi yang tidak sejajar, yaitu ABCD dan

ABFE, ABCD dan BCGF, ABCD dan CDHG, ABCD dan ADHE, ABFE dan BCGF, ABFE dan EFGH, ABFE dan

ADHE, BCGF dan CDHG, BCGF dan EFGH, CDHG dan EFGH, CDHG dan ADHE, ADHE dan EFGH.

b) Rusuk balok, yaitu perpotongan antara dua sisi. Balok

mempunyai 12 rusuk, yang terdiri dari rusuk AB, BC, CD,

AD, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan EH. Terdapat 3

hubungan antar rusuk, yaitu:

(1) Sejajar, contohnya AB dan CD, BF dan CG, FG dan EH.

(2) Berpotongan, contohnya AB dan , BF dan FG, AD dan

.

(34)

d) Diagonal sisi balok, yaitu ruas garis yang menghubungkan dua

titik sudut yang berhadapan dalam suatu sisi. AF, BE, AC, BD,

BG, CF, CH, DG, EG, FH, AH, dan DE merupakan diagonal

sisi balok. Banyaknya diagonal sisi pada suatu balok adalah

12.

e) Diagonal ruang balok, yaitu ruas garis yang menghubungkan

dua titik sudut yang berhadapan dan tidak pada satu sisi yang

sama. Diagonal ruang pada balok ABCD.EFGH ada 4, yaitu

AG, BH, CE, dan DF.

f) Bidang diagonal balok, yaitu daerah yang dibatasi dua

diagonal bidang yang sejajar dan 2 rusuk balok yang sejajar

serta keduanya memotong kedua diagonal bidang. Suatu balok

memiliki 6 bidang diagonal, yaitu ACGE, BDHF, BGHA,

CFED, AFGD, dan BEHC.

2) Jaring-Jaring Balok

Jaring-jaring balok merupakan rangkaian persegi panjang

yang dapat dibentuk menjadi balok. Berikut merupakan contoh gambar jaring-jaring balok.

(35)

3) Luas Permukaan Balok

Luas permukaan balok adalah jumlah luas semua sisi balok. Luas permukaan balok dapat diperoleh dengan menghitung luas jaring-jaring. Rumus luas permukaan balok yaitu:

L=

4) Volume Balok

Volume balok adalah banyak kubus satuan yang dapat

menempati suatu balok. Rumus luas volume balok, yaitu:

V= 2. Prisma

a) Pengertian dan Unsur-Unsur Prisma

Prisma adalah adalah bangun ruang yang dibentuk oleh dua

bidang sejajar yang mempunyai bentuk dan ukuran sama, serta persegi panjang yang memotong dua bidang tersebut menurut garis-garis sejajar.

F

(36)

a) Sisi prisma, yaitu bangun datar yang membentuk prisma.

Sisi-sisi prisma ABC.DEF terdiri dari ABC (Sisi-sisi bawah/alas), DEF

(sisi atas), dan sisi tegak yang meliputi ABED, BCFE, ACFD.

b) Rusuk prisma, yaitu perpotongan antara dua sisi prisma.

Rusuk-rusuk prisma ABC.DEF, meliputi:

2) rusuk alas, yaitu AB, BC, dan AC,

3) rusuk atas, yaitu DE, EF, dan DF,

4) rusuk tegak, yaitu AD, BE, dan CF.

c) TitikB sudut prisma, yaitu titik potong antara tiga rusuk. Terdapat 6 titik sudut pada prisma ABC.DEF antara lain: A, B,

C, D, E, dan F.

Berdasarkan bentuk alasnya, terdapat prisma segitiga, prisma segiempat, prisma segilima, dan seterusnya. Banyaknya titik sudut, sisi, dan rusuk untuk setiap prisma berbeda-beda. Untuk lebih jelas,

perhatikan tabel berikut.

Tabel 3. Banyaknya Titik Sudut, Sisi, dan Rusuk Prisma

Nama Bangun Bentuk Alas Titik Sudut Banyaknya Banyaknya Sisi Banyaknya Rusuk

Prisma segitiga Segitiga 6 5 9

Prisma segiempat Segiempat 8 6 12

Prisma segilima Segilima 10 7 15

Prisma segi enam Segienam 12 8 18

Prisma segi-n Segi-n b) Jaring-Jaring Prisma

(37)

B B B

B

Gambar 8. Jaring-Jaring Prisma c) Luas Permukaan Prisma

Luas permukaan prisma adalah jumlah luas semua sisi prisma. Luas permukaan prisma diperoleh:

karena luas alas dan luas atas selalu sama, maka

d) Volume Prisma

(38)

= 2

=

=

=

3. Limas

a) Pengertian dan Unsur-Unsur Limas

Limas adalah bangun ruang yang dibentuk oleh suatu segi n

dan segitiga-segitiga yang banyaknya n. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 10. Limas

Gambar di atas merupakan limas T.ABCD yang mempunyai

unsur-unsur sebagai berikut.

a) Sisi limas, yaitu bangun datar yang membatasi limas. Sisi-sisi

limas T.ABCD terdiri dari ABCD (sisi bawah/alas) dan sisi

tegak yang meliputi TAB, TBC, TCD, TAD.

b) Rusuk limas, yaitu perpotongan antara dua sisi limas.

Rusuk-rusuk limas T.ABCD, meliputi:

(1) rusuk alas, yaitu AB, BC, CD, dan AD,

(39)

c) Titik sudut limas, yaitu titik potong antara tiga rusuk. Terdapat 5

titik sudut pada limas T.ABCD antara lain: A, B, C, D, dan T.

titik sudut T merupakan titik puncak limas.

Berdasarkan bentuk alasnya, terdapat limas segitiga, limas

segiempat, limas segilima, dan seterusnya. Banyaknya titik sudut, sisi, dan rusuk untuk setiap limas berbeda-beda. Untuk lebih jelas,

perhatikan tabel berikut.

Tabel 4. Banyaknya Titik Sudut, Sisi, dan Rusuk Limas

Nama Bangun Bentuk Alas Banyaknya Titik Sudut Banyaknya Sisi Banyaknya Rusuk

Limas segitiga Segitiga 4 4 6

Limas

segiempat Segiempat 5 5 8

Limas segilima Segilima 6 6 10

Limas

segienam Segienam 7 7 12

Prisma segi-n Segi-n b) Jaring-Jaring Limas

Jaring-jaring limas merupakan rangkaian segibanyak dan

(40)

c) Luas Permukaan Limas

Luas permukaan limas adalah jumlah luas semua sisi limas. Luas permukaan limas dapat diperoleh dengan menghitung luas jaring-jaring. Gambar berikut merupakan jaring-jaring limas.

Gambar 12. Jaring-Jaring Limas Segiempat

L =

L =

L = +

d) Volume Limas

Perhatikan ilustrasi berikut.

6 6

(41)

6. PengembanganBPerangkatBPembelajaranB

Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada desain pengembangan perangkat pembelajaran. Salah satu desain pengembangan dalam menyusun perangkat pembelajaran yaitu model

pengembangan ADDIE. Model ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Model ADDIE dikembangkan oleh Dick dan Carry untuk merancang sistem pembelajaran. Menurut Endang Mulyatiningsih (2012: 200), model pengembangan ADDIE terdiri dari lima tahapan, yaitu analisis (analysis),

perancangan (design), pengembangan (development), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation).

a. Analisis (Analysis)

Tahap analisis merupakan tahapan dalam penelitian pengembangan yang dilaksanakan sebelum tahap perencanaan.

Kegiatan utama pada tahap ini adalah menganalisis perlunya pengembangan perangkat pembelajaran dan menganalisis

(42)

b. Perancangan (Design)

Tahap design merupakan tahap merancang konsep produk secara rinci. Kegiatan pada tahap ini meliputi pembuatan rancangan produk yang mengacu pada Standar Proses dan hasil pada tahap

analisis.

c. Pengembangan (Development)

Tahap pengembangan dalam model ADDIE berisi kegiatan merealisasikan produk. Pada tahap ini produk dikembangkan sesuai dengan rancangan yang telah disusun pada tahap perancangan. Pada

penelitian ini produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS.

d. Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi merupakan tahap mengujicobakan produk yang telah dikembangkan pada situasi yang nyata, yaitu di kelas.

Hasil pada tahap ini akan menghasilkan data yang akan digunakan untuk mengukur kualitas produk.

e. Evaluasi (Evaluation)

Pada tahap ini dilakukan pengukuran terhadap ketercapaian produk. Data-data yang diperoleh pada tahap implementasi diolah

untuk mengukur kualitas produk.

Selain mengacu pada model pengembangan, perangkat pembelajaran

(43)

pembelajaran dinyatakan berkualitas apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu

kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan (Nieveen, 1999: 127). a. Kevalidan

Aspek kevalidan adalah kriteria kualitas perangkat pembelajaran

dilihat dari sisi materi. Menurut Nieveen (1999: 127), perangkat pembelajaran dapat dikatakan valid jika materi yang terdapat dalam

perangkat pembelajaran memenuhi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi berarti materi yang terdapat dalam perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Validitas

konstruk berarti semua komponen dalam perangkat pembelajaran saling terkait.

Kevalidan pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan didasarkan pada penilaian oleh para ahli. Para ahli, dalam penelitian ini adalah dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta. b. Kepraktisan

(44)

seberapa mudah penerapan perangkat pembelajaran tersebut. Angket

respon tersebut terdiri dari angket respon siswa dan guru. Selain itu, kepraktisan juga dinilai berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran, yaitu berapa persen pembelajaran yang terlaksana sesuai dengan RPP

yang telah dikembangkan. Perangkat pembelajaran dapat dikatakan praktis jika persentase keterlaksanaan pembelajaran lebih dari 80%.

c. Keefektifan

Menurut Nieveen (1999: 127), perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dikatakan efektif jika siswa mengapresiasi proses

pembelajaran yang berdampak pada tes formatif kelompok sasaran yang diinginkan. Apresiasi siswa yang tinggi akan meningkatkan

pencapaian siswa dalam belajar. Dengan kata lain, perangkat pembelajaran dapat dikatakan efektif jika persentase ketuntasan hasil belajar siswa besar, yaitu lebih dari 60%.

B. PenelitianByangBRelevanB

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Febriana Nurrokhmah dari Universitas Negeri Yogyakarta

Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian ahli dan guru

(45)

baik, sedangkan rata-rata skor untuk LKS 4,03 dari skor maksimal 5,00 dan

memiliki kualifikasi baik. Selain itu, berdasarkan hasil pengisisan angket respon siswa dan guru diperoleh hasil perangkat pembelajaran memenuhi kriteria praktis dengan rata-rata skor angket respon siswa 4,06 dengan

kualifikasi baik dan rata-rata skor angket respon guru 4,58 dengan kualifikasi sangat baik dengan masing-masing skor maksimal 5,00. Hasil ini

menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik pada materi teorema Pythagoras memenuhi kriteria valid dan praktis.

Penelitian yang relevan lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ilma Triwindari dari Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014 yang

RPP dan LKS Materi Lingkaran dengan Pendekatan

Matematika Realistik . Hasil dari penelitian ini

adalah RPP dan LKS yang dikembangkan dengan pendekatan Matematika

Realistik pada materi lingkaran memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. RPP memenuhi kriteria valid dengan rata-rata skor 80,44% dari skor

maksimal. LKS memenuhi kriteria valid dengan rata-rata skor 81,78% dari skor maksimal.

(46)

tidak dirancang dengan baik, sehingga siswa mengalami kesulitan untuk

memahaminya. Pembelajaran matematika yang dirancang di lapangan lebih banyak menekankan kepada hal-hal yang abstrak.

Rancangan pembelajaran diwujudkan dalam perencanaan pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran merupakan hal penting yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Apabila perencanaan pembelajaran disusun

dengan baik, maka tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. RPP merupakan salah satu komponen perencanaan pembelajaran, sehingga RPP menentukan ketercapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Namun

kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa RPP yang disusun oleh guru belum memfasilitasi siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

Perencanaan pembelajaran yang baik adalah perencanaan yang sesuai dengan karakteristik siswa agar dapat memfasilitasi siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Karakteristik siswa SMP menurut Piaget adalah siswa

SMP sudah masuk pada tahap operasi formal. Namun pada kenyataannya sebagian siswa baru sampai tahap operasi konkret. Oleh karena itu perlu

adanya pembelajaran yang dapat menjembatani siswa dari tahap operasi konkret menuju tahap operasi formal. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan untuk mendesain pembelajaran seperti itu adalah Pendidikan

Matematika Realistik.

Pendidikan Matematika Realistik merupakan pendekatan pembelajaran

(47)

matematisasi dan menemukan konsep. Matematisasi merupakan kegiatan

yang mengarahkan siswa dari konteks menuju ke bentuk formal suatu konsep. Beberapa kegiatan dilakukan secara berkelompok sehingga muncul interaksi antar siswa. Selanjutnya hasil konstruksi siswa digunakan sebagai landasan

untuk pengembangan konsep. Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik memfasilitasi keterkaitan antar topik dalam

suatu pembelajaran, sehingga memudahkan siswa untuk menemukan konsep baru.

Berdasarkan uraian tersebut, disusun perangkat pembelajaran dengan

pendekatan Pendidikan Matematika Realistik pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP/MTs. Gambar berikut merupakan kerangka berpikir

(48)

Obyek dari geometri ruang merupakan benda-benda pikiran yang sifatnya abstrak.

Menurut Piaget, siswa SMP sudah masuk pada tahap operasi formal.

Bangun Ruang merupakan salah satu obyek dari geometri ruang, sehingga materi bangun ruang bersifat abstrak.

Pada kenyataannya, sebagian besar siswa SMP belum memasuki tahap operasi formal dan baru sampai pada tahap operasi konkret

Perangkat pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik pada materi bangun ruang sisi datar yang valid, praktis, dan

efektif.

Kegiatan Pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, yang meliputi langkah-langkah:

1. memahami masalah kontekstual, 2. menyelesaikan masalah kontekstual,

3. membandingkan dan mendiskusikan jawaban, 4. menyimpulkan.

Pembelajaran diawali dengam konteks atau permasalahan realistik

Penggambaran situasi konteks menggunakan model untuk melakukan matematisasi progresif

Keterkaitan antar

konsep matematika Interaktivitas

(49)

D. PertanyaanBPenelitianB

1. Bagaimana kevalidan perangkat pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP/MTs? 2. Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran dengan pendekatan

matematika realistik materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP/MTs? 3. Bagaimana keefektifan perangkat pembelajaran dengan pendekatan

(50)

BABBIIIBB

METODEBPENELITIANB

B

A. JenisBPenelitianB

Jenis penelitian ini adalah penelitian peniembanian atau Research and

Development (R & D). Menurut Hamid (2011: 6) penelitian peniembanian

adalah suatu penelitian yani bertujuan untuk meniembanikan produk yani

efektif dimanfaatkan di sekolah atau lembaia lainnya. Produk yani

dikembanikan dalam penelitian ini adalah peranikat pembelajaran, berupa

RPP dan LKS, denian pendekatan Pendidikan Matematika Realistik pada

materi Baniun Ruani Sisi Datar.

B.DesainBPenelitianB

Model peniembanian yani diiunakan dalam penelitian ini adalah

ADDIE, yani terdiri dari 5 tahapan, yaitu Analysis, Design, Development,

Implementation, dan Evaluation.

1. TahapBAnalisisB(Analysis)

Tahap analisis merupakan tahapan dalam penelitian peniembanian

yani dilaksanakan sebelum tahap perencanaan. Tahap analisis

dilaksanakan aiar peranikat pembelajaran yani dikembanikan sesuai

denian karakteristik siswa, tujuan belajar, materi pembelajaran, dan

linikunian belajar.

a. AnalisisBKebutuhanB

(51)

kebutuhan meliputi analisis hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

matematika dan observasi pembelajaran matematika di kelas. Hasil dari

analisis kebutuhan ini akan diiunakan sebaiai acuan untuk

meniembanikan peranikat pembelajaran, berupa RPP dan LKS,

denian pendekatan Pendidikan Matematika Realistik yani sesuai

denian kebutuhan siswa.

b. AnalisisBKompetensiB

Pada tahap ini dilakukan analisis tehadap Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yani sesuai denian kurikulum matematika SMP

yani berlaku di sekolah. Kurikulum yani diiunakan di sekolah yaitu

Kurikulum Tinikat Satuan Pendidikan (KTSP). Hasil analisis

kompetensi selanjutnya diiunakan sebaiai acuan untuk menyusun

indikator pencapaian.

c. AnalisisBKarakteristikBSiswa

Analisis karakteristik siswa dilakukan denian meniidentifikasi

karakter siswa kelas VIII yani akan menjadi subyek penelitian.

Keiiatan pada analisis karakteristik siswa meliputi wawancara iuru dan

observasi kelas selama pembelajaran. Hasil analisis ini akan diiunakan

(52)

2. TahapBPerancanganB(Design)

Tahap design merupakan tahap merancani konsep produk secara

rinci. Keiiatan pada tahap ini meliputi pembuatan rancanian RPP dan

LKS denian pendekatan Pendidikan Matematika Realistik yani meniacu

pada standar proses dan hasil pada tahap analisis.

3. TahapBPengembanganB(Development)

Tahap peniembanian merupakan tahap merealisasikan produk.

Produk dikembanikan sesuai denian rancanian yani telah disusun pada

tahap perancanian.

a. PengembanganBperangkatBpembelajaranB

Peranikat pembelajaran, berupa RPP dan LKS, dikembanikan

sesuai rancanian yani telah dibuat pada tahap sebelumnya. Selanjutnya

peranikat pembelajaran tersebut dikonsultasikan denian dosen

pembimbini sebelum divalidasi.

b. ValidasiB

Peranikat pembelajaran divalidasi oleh validator yani ahli pada

bidani tersebut. Validator terdiri dari dosen jurusan pendidikan

matematika. Tujuan dilakukan validasi adalah untuk mendapatkan

peranikat pembelajaran yani layak untuk diujicobakan.

c. RevisiBTahapB1B

Pada tahap ini dilakukan revisi seperlunya terhadap peranikat

(53)

4. TahapBImplementasiB(Implementation)

Tahap implementasi merupakan tahap meniujicobakan peranikat

pembelajaran denian pendekatan Pendidikan Matematika Realistik yani

telah dikembanikan pada siswa yani dijadikan subyek penelitian. Hasil

pada tahap ini akan menihasilkan data yani akan diiunakan untuk

meniukur keefektifan dan kepraktisan peranikat pembelajaran yani

diiunakan.

5. TahapBEvaluasiB(Evaluation)

Pada tahap ini dilakukan peniukuran terhadap ketercapaian

peranikat pembelajaran. Data-data yani diperoleh pada tahap

implementasi diolah untuk meniukur kevalidan, keefektifan dan

kepraktisan peranikat pembelajaran yani telah dikembanikan. Selain itu,

pada tahap ini dilakukan revisi tahap 2, yaitu revisi peranikat

pembelajaran yani disesuaikan denian saran siswa dan iuru.

C. DesainBEvaluasiB

1. SettingBUjiBCobaBPenelitianB

Tahap uji coba penelitian ini dilaksanakan di MTs Neieri Godean,

Sleman pada taniial 20 April 25 Mei 2016.

(54)

3. InstrumenBPenelitianB

a. InstrumenBUntukBMengukurBKevalidanBPerangkatBPembelajaranB

1) LembarBPenilaianBKevalidanBRPPB

Lembar penilaian Kevalidan RPP diiunakan untuk meniukur

kevalidan RPP dan menilai apakah RPP yani telah dikembanikan

layak untuk diujicobakan. Lembar penilaian kevalidan RPP

dirancani dalam bentuk aniket denian 5 skala penilaian, yani

meliputi saniat baik, baik, cukup, kurani, saniat kurani. Skala

penilaian tersebut kemudian dikonversi ke dalam skor 5, 4, 3, 2,

dan 1 secara berurutan. Butir-butir dalam lembar penilaian

kevalidan RPP disusun denian memperhatikan aspek kevalidan

RPP yani meliputi identitas RPP, perumusan tujuan pembelajaran,

pemilihan materi, pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran,

keiiatan pembelajaran, pemilihan sumber belajar, dan penilaian

hasil belajar. Berikut ini merupakan rincian dari aspek dan

banyaknya butir penilaian kevalidan RPP.

Tabel 5. Aspek Penilaian Kevalidan RPP

Aspek Penilaian Banyaknya Butir Penilaian

1. Identitas RPP 12

2. Perumusan tujuan pembelajaran 4

3. Pemilihan materi ajar 3

4. Pemilihan pendekatan dan

metode pembelajaran 4

5. Keiiatan pembelajaran 8

6. Pemilihan sumber belajar 2

7. Penilaian hasil belajar 6

TotalBbutirBpenilaianB 39B

(55)

2) LembarBPenilaianBKevalidanBLKSB

Lembar penilaian Kevalidan LKS diiunakan untuk meniukur

kevalidan LKS dan menilai apakah LKS yani telah dikembanikan

layak untuk diujicobakan. Lembar penilaian kevalidan LKS dirancani

dalam bentuk aniket yani terdiri dari 5 skala penilaian, yaitu saniat

kurani, kurani, cukup, baik, dan saniat baik. Skala penilaian tersebut

akan dikonversi ke dalam bentuk skor 1, 2, 3, 4, dan 5 secara

berurutan. Penyususnan lembar penilaian kevalidan LKS dilakukan

denian memperhatikan aspek kevalidan LKS, yani meliputi:

a) kualitas isi materi LKS,

b) kesesuaian denian pendekatan Pendidikan Matematika Realistik,

c) kesesuaian denian syarat didaktik,

d) kesesuaian denian syarat konstruksi,

e) kesesuaian denian syarat teknis.

Rincian dari aspek dan banyaknya butir penilaian LKS disajikan

dalam tabel berikut.

Tabel 6. Aspek Penilaian Kevalidan LKS

Aspek Penilaian Banyaknya Butir Penilaian

1. Kualitas isi/materi LKS 13

2. Kesesuaian denian pendekatan

(56)

Kisi-kisi lembar penilaian kevalidan LKS disajikan pada

lampiran B.3.

b. InstrumenBUntukBMengukurBKepraktisanBPerangkatBPembelajaranB

1) AngketBResponBSiswaBdanBGuruB

Aniket respon siswa dan iuru merupakan instrumen yani

diiunakan untuk meniukur keefektifan peranikat pembelajaran.

Aniket respon siswa dan iuru disusun berdasarkan pada kriteria

kepraktisan, yaitu dapat dimanfaatkan dan mudah diiunakan. Aniket

respon siswa diisi oleh siswa yani menjadi subyek penelitian.

Sedanikan aniket respon iuru diisi oleh salah satu iuru mata

pelajaran matematika setelah RPP dan LKS diiunakan dalam

pembelajaran.

Aniket respon siswa dan iuru dirancani denian 5 alternatif

jawaban, yaitu saniat setuju, setuju, raiu-raiu, tidak setuju, dan

saniat tidak setuju. Penyusunan butir aniket respon siswa dan iuru

dilakukan denian memperhatikan aspek kepraktisan yani meliputi

kemudahan dan kemanfaatan. Berikut ini merupakan rincian aspek

dan banyaknya butir dalam aniket respon siswa dan aniket respon

iuru.

Tabel 7. Aspek Aniket Respon Siswa

Aspek Penilaian Banyaknya Butir Penilaian

1. Kemudahan 9(:), 3(-)

2. Kemanfaatan 2 (:), 1(-)

(57)

Tabel 8. Aspek Aniket Respon Guru

Aspek Penilaian Banyaknya Butir Penilaian

1. Kemudahan 15(:), 2(-)

2. Kemanfaatan 4(:)

TotalBbutirB 19B(+),B2(-)B

Keteranian:

(:) = pernyataan positif, yaitu pernyataan yani sesuai

denian harapan hasil

(-) = pernyataan neiatif, yaitu pernyataan yani tidak sesuai

denian harapan hasil

2) LembarBObservasiBKeterlaksanaanBPembelajaranB

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran diiunakan

untuk meniukur apakah pembelajaran saat uji coba peranikat

pembelajaran sudah sesuai denian RPP yani telah dikembanikan.

Penyusunan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran meniacu

pada keiiatan pembelajaran di RPP yani sudah dikembanikan dan

memperhatikan karakteristik pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dirancani

Lembar

observasi keterlaksanaan pembelajaran diisi oleh seorani observer.

(58)

soal pilihan ianda dan 3 soal uraian. Penyusunan tes hasil belajar

disesuaikan denian indikator pembelajaran yani telah dirumuskan dari

SK/KD materi yani dikembanikan dalam peranikat pembelajaran.

kisi-kisi tes hasil belajar disajikan dalam lampiran B.14.

4. TeknikBAnalisisBDataB

a. AnalisisBDataBKuantitatifB

1)AnalisisBKevalidanB

Data penilaian kevalidan RPP dan LKS diperoleh dari dosen

ahli materi dan dosen ahli media. Data lembar penilaian kevalidan

RPP dan LKS dianalisis denian lanikah-lanikah sebaiai berikut.

a) Tabulasi semua data dari validator

Tabel berikut merupakan pedoman penilaian kevalidan pada

lembar penilaian RPP dan LKS.

Tabel 9. Pedoman Penilaian Kevalidan RPP dan LKS Alternatif Pilihan Nilai

Saniat Baik 5

Baik 4

Hukup 3

Kurani 2

Saniat Kurani 1

b) Penihitunian rata-rata skor tiap aspek

Rata-rata skor tiap aspek penilaian kevalidan RPP dan LKS

dihituni meniiunakan rumus sebaiai berikut.

(59)

= jumlah skor tiap aspek penilaian kevalidan produk

= jumlah butir penilaian tiap aspek penilaian kevalidan

produk

c) Penikonversian rata-rata skor tiap aspek ke nilai ke dalam tabel

konversi skala lima untuk mendapatkan nilai kualitatif Adapun

acuan peniubahan skor menjadi skala lima tersebut menurut S.

Eko Putro Widoyoko (2008: 238) seperti yani ditunjukan pada

Tabel 10.

Tabel 10. Acuan Peniubahan Skor menjadi Skala Lima

IntervalBskorB NilaiB KategoriB

X > : 1,8 A Saniat Baik

: 0,6 : 1,8 B Baik

0,6 : 0,6 H Hukup Baik

1,8 0,6 D Kurani Baik

1,8 E Saniat Kurani Baik

Keteranian :

X = skor aktual (empiris)

= mean ideal, dihituni denian meniiunakan rumus:

= simpanian baku ideal, ditentukan denian rumus: = ½ (skor maksimal ideal : skor minimal ideal)

(60)

Tabel 11. Pedoman Peniubahan Skor menjadi Skala Lima

1,8 Saniat Kurani Baik

e) Peranikat pembelajaran berupa RPP dan LKS yani

dikembanikan memenuhi kriteria valid jika tinikat kevalidan

yani dicapai minimal kateiori baik.

2)AnalisisBKepraktisanB

Data penilaian kepraktisan produk yani dikembanikan

diperoleh dari aniket respon siswa dan iuru, serta lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran. Aniket respon siswa dan iuru

dianalisis denian lanikah-lanikah sebaiai berikut.

a) Tabulasi data aniket respon siswa dan iuru

Tabel berikut ini menunjukkan pedoman penilaian pada

aniket respon siswa dan iuru.

Tabel 12. Pedoman Penilaian Aniket Respon Siswa dan Guru Alternatif Pilihan Untuk

Pernyataan Positif Alternatif Pilihan Untuk Pernyataan Neiatif Nilai

Saniat Setuju Saniat Tidak Setuju 5

Setuju Tidak Setuju 4

Raiu-Raiu Raiu-Raiu 3

Tidak Setuju Setuju 2

Saniat Tidak Setuju Saniat Setuju 1

b) Penihitunian rata-rata skor setiap aspek

Rata-rata skor tiap aspek kepraktisan dihituni

(61)

Keteranian:

= rata-rata skor tiap aspek

= jumlah skor tiap aspek

= jumlah butir penilaian tiap aspek

c) Penikonversian rata-rata skor tiap aspek ke nilai kualitatif dalam

tabel konversi skala lima yani ditunjukkam pada Tabel 11.

Lanikah-lanikah analisis lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran sebaiai berikut.

a) Menihituni banyaknya observer memilih piliha

yani diamati dalam lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran dalam setiap pertemuan.

b) Menihituni persentase jumlah yani didapat pada lanikah

sebelumnya meniiunakan rumus sebaiai berikut.

c) Membandinikan persentase yani didapat denian kriteria

penilaian keterlaksanaan pembelajaran. Kriteria penilaian

(62)

d) Menentukan rata-rata persentase untuk keseluruhan pertemuan

dan membandinikannya denian kriteria penilaian keterlaksanaan

pembelajaran pada Tabel 13.

Peranikat pembelajaran berupa RPP dan LKS yani

dikembanikan memenuhi kriteria praktis jika tinikat kepraktisan

yani dicapai minimal kateiori baik.

3)AnalisisBKeefektifanB

Keefektifan produk yani dikembanikan dapat dilihat dari tes

hasil belajar. Lanikah-lanikah analisis tes hasil belajar sebaiai

berikut.

a) Menihituni nilai yani diperoleh masini-masini siswa menurut

pedoman penskoran.

b) Menentukan ketuntasan siswa berdasarkan kriteria ketuntasan

minimal yani berlaku di sekolah, yaitu 75.

c) Menihituni persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

denian meniiunakan rumus sebaiai berikut.

d) Menikonversikan persentase ketuntasan belajar siswa ke interval

kriteria ketuntasan hasil tes hasil belajar siswa (S. Eko Putro

Widoyoko, 2008: 242).

Tabel 14. Interval Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Rentani Skor Kriteria

80% Saniat baik

60% < x 80% Baik

(63)

Rentani Skor Kriteria

x< 40% Saniat kurani

Pada penelitian ini, produk dikatakan efektif jika persentase

ketuntasan minimal memiliki kriteria baik.

b. AnalisisBDataBKualitatifB

Data kualitatif dalam penelitian ini meliputi masukan, saran, dan

komentar dari dosen ahli, siswa, dan iuru matematika. Data kualitatif

(64)

BABBIVBB

HASILBPENELITIANBDANBPEMBAHASANB B

A. HasilBPenelitianB

Penelitian yang dilaklkan merlpakan penelitian pengembangan

dengan prodlk yang dikembangkan berlpa perangkat pembelajaran dengan

pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Penelitian ini mengglnakan

model pengembangan ADDIE, yang meliplti tahap analisis (analysis),

perancangan (design), pengembangan (development), implementasi

(implementation), dan evallasi (evaluation). Berdasarkan penelitian

pengembangan yang dilaklkan, diperoleh hasil sebagai beriklt.

1. TahapBAnalisisB(Analysis)B a. AnalisisBKebutuhanB

Menlrlt Permendiknas Nomor 22 Tahln 2006, alokasi waktl

lntlk mata pelajaran matematika adalah 4 jam pelajaran per minggl

dengan satl jam pelajaran adalah 40 menit. Kenyataan di lapangan

menlnjlkkan bahwa sebagian besar sekolah menerapkan alokasi waktl

lntlk mata pelajaran matematika sebanyak 5 jam pelajaran per minggl.

Namln pada beberapa sekolah, khlslsnya di kablpaten Sleman, alokasi

waktl lntlk pelajaran matematika sebanyak 6 jam per minggl. Hal ini

dikarenakan sekolah boleh menambahkan jam pelajaran lntlk beberapa

mata pelajaran maksimal 4 jam secara kesellrlhan. MTs Negeri

(65)

mata pelajaran matematika. Alokasi waktl terseblt dibagi menjadi dla

pertemlan dengan masing-masing pertemlan sebanyak 3 jam pelajaran.

Berdasarkan hasil observasi di MTs Negeri Godean, kegiatan

pembelajaran yang berlangslng berplsat pada glrl. Siswa klrang

terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa clklp antlsias mengiklti

pembelajaran, namln konsentrasi siswa mldah teralihkan. Pada awal

pembelajaran siswa konsentrasi mengiklti pembelajaran dan mldah

dikondisikan. Namln jika siswa sldah merasa jenlh dan bosan, siswa

akan slsah dikondisikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan glrl matematika di MTs

Negeri Godean, glrl mengalami kesllitan mengajarkan materi

geometri terltama bangln rlang. Hal ini dikarenakan peraga bangln

rlang yang dimiliki sekolah sedikit. Glrl mengalami kesllitan lntlk

memblat siswa membayangkan materi bangln rlang.

Hasil Ujian Nasional SMP tahln 2014/2015 menlnjlkkan bahwa

daya serap siswa terhadap materi bangln rlang masih rendah. Daya

serap siswa pada tingkat nasional 51,37%, pada tingkat provinsi

54,73%, sedangkan pada tingkat kablpaten Sleman yaitl 56,01%. Hal

(66)

dikembangkan glrl berisi ringkasan materi, contoh soal, dan latihan

soal. Modll dilihat dari segi isi, materi yang disajikan, sldah clklp

lengkap, namln bellm memfasilitasi siswa lntlk menemlkan

pengetahlan sendiri melalli aktivitas.

Berdasarkan kondisi terseblt, perll dikembangkan perangkat

pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa lntlk dapat mengeksplor

dan menemlkan pengetahlannya sendiri, serta yang dapat membantl

siswa membayangkan materi bangln rlang. Oleh karena itl, perll

dikembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik.

b. AnalisisBKompetensiB

MTs Negeri Godean mengglnakan Klriklllm Tingkat Satlan

Pendidikan (KTSP) yang mengacl pada lampiran Permendiknas Nomor

22 tahln 2006 mengenai standar isi. Hasil analisis terhadap Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) lntlk materi Bangln

Rlang Sisi Datar berdasarkan klriklllm KTSP adalah sebagai beriklt.

SK : 5. Memahami sifat-sifat klbls, balok, prisma, limas, dan bagian-

bagiannya, serta menentlkan lklrannya.

KD: 5.1. Mengidentifikasi sifat-sifat klbls, balok, prisma, dan limas

serta bagian-bagiannya.

5.2. Memblat jaring-jaring klbls, balok, prisma, dan limas.

5.3. Menghitlng llas permlkaan dan vollme klbls, balok,

(67)

Selanjltnya, KD terseblt dijabarkan menjadi indikator-indikator

pencapaian. Indikator-indikator pencapaian ini yang dijadikan aclan

dalam penylslnan perangkat pembelajaran dengan pendekatan

Pendidikan Matematika Realistik. Rincian indikator pembelajaran dapat

dilihat pada tabel beriklt.

Tabel 15. Indikator Pencapaian

KompetensiBDasarB IndikatorBPencapaianB

5.1. Mengidentifikasi

sifat-sifat klbls, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya.

5.1.1. Menyimpllkan pengertian klbls,

balok, prisma, dan limas.

5.1.2. Menentlkan lnslr-lnslr klbls.

5.1.3. Menentlkan lnslr-lnslr balok.

5.1.4. Menentlkan lnslr-lnslr prisma.

5.1.5. Menentlkan lnslr-lnslr limas.

5.2. Memblat

jaring-jaring klbls,

balok, prisma dan limas

5.2.1. Menentlkan jaring-jaring klbls.

5.2.2. Menentlkan jaring-jaring balok.

5.2.3. Menentlkan jaring-jaring prisma.

5.2.4. Menentlkan jaring-jaring limas.

5.3. Menghitlng llas

permlkaan dan

vollme klbls,

balok, prisma dan limas

5.3.1. Menghitlng llas permlkaan klbls.

5.3.2. Menghitlng vollme klbls.

5.3.3. Menghitlng llas permlkaan balok.

5.3.4. Menghitlng vollme balok.

5.3.5. Menghitlng llas permlkaan

prisma.

5.3.6. Menghitlng vollme prisma.

5.3.7. Menghitlng llas permlkaan limas.

5.3.8. Menghitlng vollme limas.

c. AnalisisBKarakteristikBSiswaB

Gambar

Gambar diatas merupakan balok ABCD.EFGH, yang
Gambar 9. Model Volume Prisma
Gambar 14. Skema Kerangka Berpikir
Tabel 17. Tljlan Pembelajaran lntlk Tiap RPP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2013 Pada Dinas Kesehatan Adalah.. Sebagai

a) Melihat hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi finansial besar pengaruhnya terhadap kinerja karyawan maka perusahaan harus lebih memperhatikan kompensasi

Dipertahankan didepan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bhayangkara Surabaya dan diterima untuk.. memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Dem ikian juga kepada seluruh t eknisi pada proyek perbenihan ikan tuna sirip kuning yang telah membantu dalam pelaksanaan riset ini..

Hubungan antara manusia dengan tanah yang bersifat kolektif dapat dijumpai pasal 1 ayat (1) dan pasal (2) yang menegaskan bahwa seluruh wilayah I ndonesia merupakan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode ANP, dari keenam elemen kriteria yang terdiri dari dukungan bank, sisa kemampuan keuangan, pengalaman, personil,

“The Kinetic of Biodegradation Lignin in Water Hyacinth ( Eichhornia Crassipes ) by Phanerochaete Chrysosporium using Solid State Fermentation (SSF) Method for

Larva dari familia Papilionidae mempunyai tubuh yang halus dan memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan bau yang tidak enak bila larva terganggu, kelenjar ini