• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN SIKAP DAN KETERAMPILAN KEWIRASWASTAAN MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN: Studi Kasus tentang Pembinaan Usaha Peningkatan Perdapatan Keluarga Akseptor-Keluarga Berencana Berstatus Sosial Ekonomi Rendah di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN SIKAP DAN KETERAMPILAN KEWIRASWASTAAN MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN: Studi Kasus tentang Pembinaan Usaha Peningkatan Perdapatan Keluarga Akseptor-Keluarga Berencana Berstatus Sosial Ekonomi Rendah di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN SIKAP DAN KETERAMPILAN KEWIRASWASTAAN

MELALOI KEGIATAN PENYULUHAN

( Studi Kasus

tentang

Pembinaan

Usaha

Peningkatan

Perdapatan Keiuarga Akseptor-Keiuarga Berencana Berstatus

Sosial Ekonomi Rendah di Kecamatan Ciparay

Kabupaten

Bandung)

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis IKIP Bandung

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Penyelesaian Studi Pada Program Magister

Bidang Studi

Pendidikan Luar Sekolah

oieh

NANi NUR'AENI

No. Pokok 9232024

PROGRAM PASCA SARJANA

INST1TUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(2)

V/M-/

DISETUJUI DAK DISAHKAH OLEH PEMBIMBIHG

PEMBIMBIHG I

PROF.DR.SUTARYAT TRISHAKAHSYAH MA

(3)

ABSTRAK

Judul

penelitian : "Pembinaan Sikap dan Keterampilan

Kewiraswastaan

melalui

Kegiatan

Penyuluhan

CStudi

Kasus

tentang

Pembinaan

Usaha

Peningkatan

Pendapatan

Keiuarga

Akseptor-Keiuarga Berencana Berstatus Sosiai Ekonomi Rendah

di Kecamatan Ciparay Kabupaten BandungD.

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengungkap

bentuk

kegiatan

penyuluhan

dalam

pembinaan

sikap

dan

keterampilan

kewiraswastaan bagi pengusaha UPPKA berstatus sosiai ekonomi

rendah,

upaya

yang

dilakukan

dalam

mengembangkan

kemampuan

kewiraswastaan,

tingkat

keberhasilan pembinaan,

faktor

yang

berpengaruh

dalam

pembinaan

serta

pengaruh

pembinaan

kewiraswastaan terhadap peningkatan kesejahteraan keiuarga.

Metode

penelitian

yang

digunakan

adalah- pendekatan

kualitatif

dengan

cara

studi

kasus.

Pengumpulan

data

dilakukan melalui teknik : observasi , wawancara, studi

dokumentasi

dan

studi

pustaka

dengan

subjek

penelitian

sebanyak

6

pengusaha

UPPKA .dilengkapi

dengan

informan

lain

yang relevan.Analisis data menggunakan pendekatan studi PLS. Has i 1 peneli t i an menunj uk kan bahwa : C1D .Pembi naan

sikap dan keterampilan kewiraswastaan bagi pengusaha CUPPKA}

berstatus sosiai ekonomi

rendah melalui

penyuluhan dilakukan

dalam bentuk

pengarahan

yang

terprogram dan

bimbingan

yang

berkelanjutan.

Model

pembinaan

yang

diterapkan

adalah

"empowering process".

Si fat pembelajaran merupakan stimulasi

untuk

menumbuhkan

kemampuan

pengusaha

mencapai

tujuan

belajar

Ianjut an

secara

mandiri.

Kegiatan

belajar

secara

formal dilakukan dalam bentuk kelompok melalui

cara

saling

membelajarkan /

tukar

pengalaman dan

tanya

jawab.

Komponen

pembelajaran terdiri dari masukan sarana, masukan mentah,

(4)

memiliki

hubungan

secara

fungsional.

C2D.

Upaya

pengusaha

selaku

warga

belajar

dalam

mengembangkan

kemampuan

kewiraswastaannya adalah mengubah cara hidup sebagai

petani

Cburuh

taniD

menjadi

pengusaha

yang

menuntut

kemampuan

dinamis,

progresif

dan

produktif.

Pengembangan

kemampuan

dilakukan melalui cara-cara : pengamatan, bertanya, peniruan

dan pengalaman sendiri.

C3D.

Hasil

pembinaan kewiraswastaan

melalui

penyuJuhan menunjukkan adanya 3 kategori

kemampuan

pengusaha

UPPKA,

yakni

pengusaha

yang

sangat

responsif,

cukup

responsif

dan

kurang

responsif

terhadap

pembinaan.

Akan

tetapi

kualitas

kewiraswastaan

pengusaha

masih

bersifat

sederhana.

Untuk

menciptakan

hal-hal

baru,

manajemen usaha yang efisien, sebagai ciri wiraswasta kurang

dilakukan.

C4D . Keber hasil an pembinaan kewiraswastaan melalui

penyuluhan dipengaruhi olen berbagai faktor pendukung, yakni

:pendekatan

dan

strategi

yang

digunakan,

kredibilitas

pembina,

kondisi

lingkungan

sosiai

dan

lingkungan

alam,

pinjaman

dana

usaha;

serta

faktor

penghambat

:

kompetensi

penyuluh,

kondisi

internal

pengusaha

dan

faktor

yang

bersifat

teknis

dalam

pengembangan

produksi

dan

pemasaran

usaha.

C5D.

Pembinaan

kewiraswastaan

melalui

penyuluhan

berpengaruh

secara

positif

terhadap

peningkatan

kesejahteraan

keiuarga,

antara

lain

ditunjukkan

dengan

peningkatan

kemampuan

untuk

menghasilkan

produksi

sekitar

5-10 kali

lipat dari

kemampuan awal.

(5)

DAFTAR ISI

hal aman

ABSTRAK

iLi

KATA PENGANTAR

v

UCAPAN TERIMA KASIH

viii

DAFTAR ISI

^i

DAFTAR TABEL

^

DAFTAR GAMBAR

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

x^iL

BAB I

PENDAHULUAN

!

A.Latar Belakang Masalah 1

B.Identifikasi Masalah dan Fokus Masalah 9

C. Def i ni si Operasi onal 12

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 20

BAB II PEMBINAAN SIKAP DAN KETERAMPILAN KEWIRASWASTAAN

DALAM PENDI DI KAN LUAR SEKOLAH 22

A. Konsep Pendidikan Luar Sekoiah

22

1. Pengertian,Tujuan dan Pembelajaran dalam PLS

22

2.Penyuluhan sebagai Bentuk Pembelajaran PLS..

30

B. Sistem

Pembinaan

Sikap

dan

Keterampilan

Kewiraswastaan

mel alui

Penyuluhan

34

1.Konsep

Dasar

Sikap

dan Keterampilan

Kewiraswastaan 34

a. Pengertian Sikap 34

b. Pengertian Keterampilan 41

c. Konsep Kewiraswastaan 44

2.Pembinaan

Kewiraswastaan dan Kesejahteraan

Keiuarga 50

3.Komponen Sistem Pembinaan 54

(6)

b.Masukan Mentah 75

c.Masukan Lingkungan 81

d. Proses 83

e. Kel uar an 86

f. Masukan Lain 89

g. Pengaruh . 90

BAB III METODE PENELITIAN 92

A. Metode 92

B. Subjek yang Diteliti 94

C.Instrumen Penelitian 98

D.Tek ni k Pengumpulan Data 101

E. Analisis dan Penafsiran Data 104

F.Langkah-langkah Penelitian Ill

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 1 6 A.Gambaran Umum Daerah Penelitian 116 1.Keadaan Daerah dan Pemerintahan 116

2.Keadaan Penduduk 118

3.Keadaan Sosiai Budaya 124

4.Lokasi dan Keadaan Pengusaha UPPKA 127 B.Penyelenggaraan Pembinaan Sikap dan Keteram

pilan Kewiraswastaan bagi Pengusaha UPPKA 131

1.Pendekatan 131

2. Strategi Pembinaan 132

3.Tahapan Kegiatan Pembinaan 134

4.Partisipasi Anggota dalam Pembinaan 146

(7)

C.Kemampuan Ekonomi dan Perkembangan

Kewiraswastaan Pengusaha UPPKA 152 D. Respon Masyarakat terhadap Pengusaha UPPKA . . 220

E.Pembahasan 224

1.Bentuk dan Proses Pembinaan Kewiraswastaan 225

2. Pengembangan kewiraswastaan 240

3.Keberhasilan Pembinaan . 247

4.Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap

Keberhasilan Pembinaan 256

5.Pengaruh Pembinaan Kewiraswastaan terhadap

Kesejahteraan Keiuarga 272

6.Temuan Lapangan 274

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 277

A. Kesimpulan 277

B. Rekomendasi 284

DAFTAR PUSTAKA 290

LAMPIRAN 294

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.

Keadaan

Pengusaha

UPPKA

Sukagalih

Kecamatan

Ciparay Ctahun 1994D qq

2. Jumlah Responden Penelitian 96

3.

Keadaan

Penduduk

Kecamatan Ciparay Berdasarkan

Usia dan Jenis Kelamin ng

4.

Keadaan

Penduduk

Kecamatan

Ciparay

Berdasarkan

Jenis Pekerjaan 121

5. Jenis Pendidikan Negeri/Swasta di Kecamatan

Ciparay tahun 1994/1995 122

6.

Keadaan

Penduduk

Kecamatan

Ciparay

Berdasarkan

Pendi di k an 123

7.

Keadaan

Penduduk

Kampung

Sukagalih

Berdasarkan

tingkat Pendidikan 129

8.

Keadaan Tempat Tinggal Penduduk Kampung Sukagalih

129

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.

Hubungan

Fungsional

antar

Komponen

Sistem

Pembinaan Kewiraswastaan melalui Penyuluhan. .

57

2. Sistem Manajemen Perubahan Sikap dan Perilaku

pada Individu

85

3. Proses

Perubahan

Sikap

dan

Perilaku

pada

Individu

88

4.

Model

Pembinaan

Kewiraswastaan

melalui

Penyuluhan

288

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.

Gambaran

Keberhasilan

Pembinaan

Sikap

dan

Keterampilan Kewiraswastaan 294

2. Gambaran Pengaruh Pembinaan Kewiraswastaan

Terhadap Kesejahteraan Keiuarga 300

3. Peta Lokasi Penelitian 301

4. Kondisi dan Kegiatan Kewiraswastaan Pengusaha

UPPKA di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. 302

5. Rekomendasi Ijin Penelitian dari Direktorat

Sosiai Politik Jawa Barat 305

6. Rekomendasi Ijin Penelitian dari Kantor Sosiai

Politik Kabupaten DT II Bandung 306

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakana Masaiah

1. Perlunya Pembinaan Kewiraswastaan

Sal ah

satu

nilai

luhur

dari

UUD'45

adalah

tujuan

dibentuknya negara Indonesia, yakni : "

melindungi

segenap

bangsa

Indonesia,

memajukan

kesejahteraan

umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia

berdasarkan

kemerdekaan,

perdamaian

abadi

dan

keadilan

sosiai".

Nilai-nilai

tersebut

dimaksudkan

sebagai upaya untuk membentuk bangsa yang bermartabat,

yang

memiliki kemampuan

untuk mengisi

kehidupan dengan kualitas

yang

optimal.

Tingkat

kualitas

yang

diperoleh

seseorang

dapat

mengangkat

martabatnya

baik

dalam kelompoknya

atau

dalam lingkungan

masyarakatnya

yang lebih luas.

Kehidupan

yang cerdas dan sejahtera menjadi

tujuan upaya pembangunan

bangsa yang diharapkan

mampu memenuhi

kualitas manusia baik

dalam aspek jasmaniahnya maupun aspek ruhaniahnya.

Untuk

mendukung

tujuan

tersebut,

dalam

masa

pembangunan

jangka

panJang

tahap

kedua

C1994-20193,

yang

ditujukan

kepada

upaya

"mewujudkan

bangsa

yang

maju

dan

mandiri serta sejahtera lahir dan batin....", dengan sasaran

umum pembangunan ". ..terciptanya kualitas manusia dan

kualitas

masyarakat

Indonesia

yang

maju

dan

mandiri

CKetetapan

MPR

RI

No. II/MPR/1993

tentang • GBHNZ).

raaka

(12)

pendidihan

menjadi

hal

utama

yang

harus

diperhitungkan

sebagai

media

dalam

meningkatkan

kualitas

kehidupan

dan

martabat

manusia

Indonesia.

Pendidikan

dalam

maknanya

yang

hakiki,

memberi

kesempatan

kepada

individu

melalui

proses

interaksi untuk melakukan perubahan perilaku CbelajarD.

Kualitas

manusia

erat

kaitannya

dengan

peningkatan

jumlah penduduk.

Besarnya jumlah penduduk menuntut pemenuhan

kebutuhan

yang

seimbang.

Namun

demikian,

sekalipun

laju

pertumbuhan penduduk mengalami penurunan, di sisi lain

kepadatan

penduduk

akan

senantiasa

naik.

Lembaga

Demografi

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, memperkirakan bahwa

" Kepadatan

penduduk

pada tahun

1990 sebesar

93 orang/km

persegi, akan naik menjadi 112 orang/km persegi pada tahun 2000 dan akan menjadi 120 orang/km persegi pada tahun 2005"

CSukamdani

1993

:

3055.

Dengan

memperhitungkan

data

tersebut, menurut Alwi Dahlan, pemecahan masalah kualitas

manusia, tidak hanya dapat dipecahkan melalui pendekatan kuantitatif, namun harus diimbangi dengan pemecahan

kualitatif

CSofian

Effendi

:

1993:

hal

5I>.

Artinya

pembentukan kualitas manusia, tidak hanya mengi mbangi

keselarasan Jumlah penduduk dengan kondisi daya dukung alamiah, namun harus diperhatikan pula peningkatan potensi manusia yang cerdas, terpenuhi kebutuhan pokoknya dengan

mutu kehidupan yang lebih baik.

(13)

3

kelompok

masyarakat

berstatus

sosiai

ekonomi

rendah

kemiskinan merupakan hambatan mendasar untuk meraih kualitas

optimal martabat manusia.

Dilihat dari sudut pandang ekonomi, kemiskinan adalah

suatu

keadaan

dimana

tingkat

pendapatan

seseorang

tidak

mencukupi

kebutuhan

hidupnya,

sandang,

pangan,

papan,

pendidikan,

pemukiman

dan

kesehatan

C

Said

Tuhuleley

1993!).

Faktor

penyebab timbulnya

kemiskinan dapat diamati

dari

dua

aspek

yakni

aspek

kultural

dan

aspek

struktural.

Dari

aspek

kultural,

kemiskinan

timbul

karena

adanya

faktor-faktor

penghambat

yang menghalangi

seseorang

untuk

memanfaatkan

kesempatan

yang

tersedia.

Faktor

penghambat

tersebut

dapat

berasal

dari

kemampuan

seseorang,

misalnya

karena rendahnya tingkat pendidikan atau karena kebudayaan

setempat yang

tidak

mau

maju

atau tidak

berkeinginan

untuk

mencapai

kemajuan Cneed for acievement).

Kedua,

dari

aspek

struktural,

mengisyaratkan

bahwa

kemiskinan

terjadi

karena

lembaga-lembaga

yang ada atau struktur

sosiai

menciptakan

keadaan dimana sekelornpok

masyarakat

tidak

mampu menguasai

sarana ekonomi dan fasilitas yang ada secara merata.

Kemiskinan ekonomi mengakibatkan munculnya kemiskinan sosiai

budaya

dan

psikologis.

Ketidakmampuannya

dalam

memenuhi

kebutuhan hidup menyebabkan tumbuhnya mentalitas yang kurang

menguntungkan,

seperti

:"sikap

fatalisme,

sikap

menerima

nasib, sikap keter.gantungan dan kurang yakin akan kemampuan

(14)

mengurangi

sikap-sikap

yang

tidak

menguntungkan

dan

mengarahkan

sikap

positif

yang

mendukung

terhadap

pembangunan,

seperti

berkemauan keras,

berkemauan kuat atas

kekuatan

pribadi,

jujur

dan

bertanggungjawab,

memiliki

ketahanan fisik

dan

mental,

memiliki keuletandan

ketekunan

bekerja

serta

memiliki

pemikiran

yang

konstruktif

dan

kreatif

dalam

memecahkan

masalah,

maka

upaya

mengatasi

kemiskinan harus

dilakukan

melalui

pendidikan

dalam bentuk

pengembangan/pembinaan

watak

percaya diri

serta kemampuan

berusaha

dan

bekerja,

berupaya

memanfaatkan

setiap

kesempatan untuk memperoleh peningkatan kualitas yang lebih

baik.

Kegiatan

pembinaan

terhadap

pengusaha

berstatus

sosiai ekonomi rendah yang umumnya melakukan kegiatan usaha

ekonomi

produktif dalam lingkungan rumah tangga seperti

perajin jenis komoditi

pangan Ctahu.tempe,

makanan

ringan

dan

sejenisnyaZ)

pada

dasarnya

bertujuan

untuk

memotivasi

agar lebih berkembang dan lebih mandiri dalam mengembangkan

usaha

ekonominya.

Untuk

menghadapi

tantangan

yang

lebih

besar,

bagi

pengusaha

berstatus

sosiai

ekonomi

rendah

diperlukan sikap mental dan keterampilan kewiraswastaan yang

optimal. Harapan pembinaan kewiraswastaan adalah peningkatan

kemampuan

memanfaatkan

setiap

peluang

usaha

untuk

mempercepat

kemandirian

dan

mempercepat

kemampuan

kewiraswastaan yang handal.t

(15)

5

cenderung sifatnya lebih menetap pada seseorang, akan tetapi

bukan

hal

mustahil

untuk

diajarkan

atau

dibinakan

kepada

orang lain.

Menurut

Vesper

&

Drucker

C1985D,

orang

yang

memiliki

keberanian

untuk

mengambil

keputusan

yang

unsur

pokoknya

mengambil

resiko,

dapat

belajar

menjadiwiraswastawan

dan

berperilaku

wiraswasta.

Kewiraswastaan

lebih

merupakan

perilaku

daripada

gejala

kepribadian.

Dasarnya

terletak

pada

teori

dan

intuisi.

Sedangkan

menurut

Yuyun

Wirasasmita,

"dalam

kewiraswastaan

yang terpenting adalah peningkatan nilai intrinsik

CIKOPIN,

1993},

artinya

menyangkut

unsur

kepribadian

dan

intuisi.

Sesungguhnya pendapat Vesver & Drucker menunjuk pula adanya

unsur kepribadian yakni

menegaskan unsur keberanian sebagai

syarat untuk mengambil keputusan beresiko,

hanya saja untuk

mengambil keputusan beresiko dapat dilakukan melalui

proses

belajar

Ckonsep

dan

teoriD.

Kemungkinan

menaikan

nilaiintrinsik kewiraswastaan didasarkan atas anggapan bahwa

setiap manusia pada dasarnya dikaruniai ambisi. motivasi dan

keinginan

untuk mengambil

resiko,

namun

pada diri

manusia

itu

pula

ada

hambatan-hambatan

untuk

mengaktualisasikan

dirinya. Pada diri pengusaha berstatus sosiai ekonomi

rendah,

sekalipun

memiliki

usaha

yang

bersifat

informal

sesungguhnya

sudah

mulai

tertanam

kemampuan

dan

semangat

untuk

berusaha

secara

mandiri

(wiraswasta).

Pembinaan

diperlukin

untuk

mengaktualisasikan

nilai

kewiraswastaan

(16)

dan Keterampilan Kewiraswastaan

Pembinaan kewiraswastaan dapat dilakukan di dalam lingkungan pendidikan persekolahan dan di luar pendidikan

persekolahan. Bagi masyarakat kemampuan belajar dapat dikembangkan melalui pendidikan Ianjutan yang

diselenggarakan di luar lingkungan sekoiah.

Pendidikan luar sekoiah adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang didalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah diselenggarakan di luar sekoiah, sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi mengenai pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dan nilai-nilai yang mmungkinkan bagi seseorang atau

kelompok untuk berperan serta secara efisien dan

efektif dalam lingkungan keluarganya, pekerjaannya masyarakat bahkan negaranya" CThe South East Asian Ministry o/ Education Organization dalam D. Sudjana 1991 hal 43D.

Kegiatan pendidikan dalam PLS memungkinkan semua orang dapat memperoleh layanan pendidikan dalam rangka memperbaiki tingkat kualitas hidup secara optimal sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat mengisyaratkan adanya kebermaknaan pendidikan secara luas dalam peningkatan

kualitas manusia.

Dalam PLS, komponen pembelajaran yang terdiri dari masukan - proses - keluaran - dan pengaruh berhubungan secara fungsional CSudjana : 1991D. Pembelajaran memperhatikan karakteristik masukan tidak saja menyangkut

(17)

7

usaha, seperti : modal usaha, pemasaran usaha. Hasil

pembelajaran dalam PLS memiliki makna apabila memberi pengaruh atau dampak bagi warga belajar, seperti adanya

peningkatan taraf hidup, peningkatan pendapatan keluara atau

pembelajaran kepada orang lain.

Pembelajaran dalam PLS dapat dilakukan melalui berbagai cara dan berbagai kegiatan, seperti magang, penyuluhan atau bentuk pembelajaran lainnya. Pengusaha sebagai warga belajar dapat menentukan cara yang sesuai bagi

dirinya untuk mengembangkan kemampuan lebih baik. Salah satu bentuk pembelajaran bagi pengusaha berstatus sosiai ekonomi

rendah adalah melalui penyuluhan kelompok Usaha Peningkatn Pendapatan Keiuarga Akseptor Keiuarga Berencana CUPPKAD.

Upaya ini merupakan peningkatan keterampilan keiuarga dalam

rangka meningkatkan ksejahteraaan keiuarga sebagai kesatuan

dari program pembinaan Keiuarga Berencana. Kesejahteraan keiuarga menunjuk kepada keadaan tingkat keseimbangan, keselarasan dan keserasian pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

jasnani dan rokhani dari suatu keiuarga Cayah, ibu, anak dan

anggota keiuarga lainnya CPusat Pendidikan dan Latihan BKKBN

: 19803. Tingkat keiuarga sejahtera akan terpanuhi apabila terjadi keseimbangan antara faktor-faktor pendukungnya, seperti : jumlah anggota keiuarga, keadaan tempat tinggal, keadaan sosiai ekonomi yakni meliputi keserasian hubungan k.skerabatan dalam keiuarga serta perolehan tingkat

(18)

tingkat kesejahteraan penduduk, UPPKA melakukan kegiatannya

dalam

rangka

meningkatkan

pemantapan

pelembagaan

dan

pembudayaan keiuarga kecil bahagia sejahtera melalui per an

serta

masyarakat

dalam mengelola dan

mengembangkan usaha

ekonomi

produktif.

Upaya ini

dilakukan melalui

pemberian

bantuan

pinjaman

dana

usaha

serta

pembinaan

untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat agar

mampu

meningkatkan

pendapatan

keiuarga

secara

mandiri

sehingga

harapan

terwujudnya kesejahteraan dapat terpenuhi.

Sasaran

kegiatan

UPPKA

diarahkan

kepada

institusi

masyarakat dalam bentuk kelompok dengan ciri sebagai berikut

a. Masyarakat status sosiai ekonomi lemah;

b. Beranggotakan lebih dari

50 % adalah akseptor

Keiuarga

Berencana;

c.Beranggotakan lebih

dari 50 % wanita;

d. Mempunyai usaha ekonomi produktif;

e. Kelompok

sudah

terbentuk

dan

mempunyai

kegiatan

dasar

sebagai

suatu kelompok,

seperti

: pertemuan

rutin,

ada

simpanan pokok dan simpanan wajib;

f.Bukan kelompok binaan atau mendapat dana bantuan donatur

lain untuk kegiatan yang sama;

g. Kelompok yang berpotensi untuk mengembangkan diri•

h. Kelompok yang mendapat perhatian dan pembinaan serius dari

petugas lapangan yang bersangkutan;

i. Mendapat dukungan dari semua pihak.

CSumber :BKKBN

Propinsi Jawa Barat 1993)

Hakikatnya kegiatan UPPKA merupakan bentuk pendidikan

yang

dilakukan

secara

terorganisasi,

terprogram

untuk

mendorong kesadaran masyarakat agar mampu melakukan tindakan

pembaharuan dalam rangka meningkatkan martabat kehidupannya

melalui

kegiatan

ekonomi

produktif.

Pembelajaran

melalui

kegiatan UPPKA merupakan bentuk PLS yang menekankan kepada

pemberdayaan kemampuan Cempowering) warga belajar agar mampu

(19)

kelompok,

menganalisis situasi

kehidupan dengan menguasai

keterampilan

yang

dapat

meningkatkan

kehidupan.

Warga

belajar

akan

dapat

mempengaruhi

struktur

serta

hubungan

sosiai

ekonomi dan atau politik masyarakat sehingga dapat

memperbaiki kedudukannya di masyarakat CKindervatten : 1979

: 12-13).

Kegiatan

UPPKA

bermaksud

menolong

atau

melayani

pengusaha berstatus sosiai

ekonomi

rendah mencapai

tujuan

belajar

yakni

mengembangkan

kewiraswastaan

pengusaha

sehingga mampu membentuk manusia mandiri, meningkatkan taraf

hidup,

dan

memperbaiki

status

sosiai

ekonomi

dalam

masyarakat.

B-

Identifikasi

Masalah dan Fokus Masai ah

Sejalan

dengan

program

pembinaan

UPPKA

Pemerintah

Indonesia

dalam

masa

pembangunan

jangka

panjang

tahap

pertama CI969 - 1994) telah menggalakkan program - program

pembangunan yang secara operas!onal

melibatkan

sepenuhnya

partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan pembangunan.

Upaya

yang

dilakukan

seperti:

pemberantasan

buta

huruf

melalui

"Paket A" serta program peningkatan kesejahteraannya melalui

"Kelompok Belajar Usaha ;pembinaan etos kerja petani melalui

kegiatan penyuluhan serta bantuan kesejahteraannya melalui

pemberian

bantuan

keringanan

xredit;

program

Usaha

Peningkatan Pendapatan Keiuarga CUP2K) dengan bantuan Inpres

Desa untuk

PKK di

Desa;

program

Usaha Ekonomi

Produktif

(20)

bagi fakir miskin.karang taruna, Jompo.dan wanita berpendidikan rendah melalui Departemen Sosiai dan Dinas

Sosiai

Propinsi;

sedikitnya telah membantu upaya peningkatan

kecerdasan dan kesejahteraan sebagian penduduk. Berhasil tidaknya pengembangan program pembangunan tersebut, terletak pada faktor internal warga belajarnya, kesesuaian materi program dengan kebutuhan sasaran,serta kredibilitas tutor / penyuluhnya. Beberapa hasil penelitian, diantaranya dikemukakan oleh : Rusli Lutan CI982) tentang Kejar Paket A, ditemukan bahwa "corak kepemimpinan tutor dan motif

bresprestasi

warga belajar merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap prestasi belajar pada program kejar Paket A"; Zainuddin Arif CI982) tentang Kejar Paket A, disimpulkan

bahwa "motif bresprestasi dan status sosiai ekonomi

merupakan faktor determinatif terhadap minat belajar orang dewasa dalam program Kejar Paket A"; Mohamad Zen C1985) tentang Kelompok Belajar Usaha, menegaskan bahwa "ada hubungan fungsional antara keterampilan produktif dengan

sikap

mental

warga

belajarnya

dan

ada

ketergantungan

fungsional antara keterampilan produktif warga belajar pada dana dari pemerintah melalui program "membelajarkan" dalam program kejar Paket A". Cik Suabuana C1994) tentang

pembinaan etos kerja petani. Penelitiannya menegaskan bahwa

pembinaan etos kerja Detani dipengaruhi oleh beberapa

faktor,

yakni

latar

belakang

diri

dan

keiuarga,

(21)

11

kondisi psikologis sebagai orang dewasa dan kredibilitas penyuluh. Disamping itu, ada f aktor-faktor lain yang

mempengaruhi proses, yakni : kesesuaian materi pembinaan

etos kerja dengan kebutuhan petani kecil, media dan waktu pembinaan.

Dengan memperhitungkan permasalahan yang dimiliki oleh pelaku usaha keiuarga berstatus sosiai ekonomi rendah, kemungkinan pengembangannya serta rujukan hasil-hasil penelitian yang dikemukakan di muka, maka yang diperlukan bagi pengusaha keiuarga berstatus sosiai ekonomi rendah,

khususnya dalam UPPKA, selain pemberian bantuan kemudahan

perolehan dana, juga mengubah cara berfikirnya melalui

pemberian motivasi yang berkelanjutan disertai bimbingan

usaha yang intehsif untuk meningkatkan sikap dan keterampilan kewiraswastaan.

Setelah program UPPKA diperkenalkan dan menjadi

program peningkatan kesejahteraan keiuarga, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penyelenggaraan

program UPPKA. Permasalahan pokok yang ingin diamati adalah

"Sejauhmana pembinaan sikap dan keterampilan kewiraswastaan melalui penyuluhan Usaha Peningkatan Pendapatan Keiuarga

Akseptor Keiuarga Berencana CUPPKA) mampu meningkatkan kesejahteraan keiuarga pengusaha berstatus sosiai ekonomi

rendah di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung ?". Secara.

r'inci permasalahan penelitian dirumuskan dalam /ohus masalah

(22)

1.

Bagaimana

bentuk

kegiatan

penyuluhan

dalam

pembinaan

sikap

dan

keterampilan

kewiraswastaan

bagi

pengusaha

UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah ?

2. Bagaimana upaya pengusaha UPPKA berstatus sosiai

ekonomi

rendah

mengembangkan

kemampuan

sikap

dan

keterampilan

kewiraswastaannya melalui penyuluhan ?

3. Bagaimana

tingkat

keberhasilan

pembinaan

sikap

dan

keterampilan kewiraswastaan bagi pengusaha UPPKA berstatus

sosiai ekonomi rendah melalui penyuluhan ?

4. Faktor-faktor

apakah

yang

mempengaruhi

keberhasilan

pembinaan

sikap

dan

keterampilan

kewiraswastaan

bagi

pengusaha UPPKA berstatus

sosiai

ekonomi

rendah melalui

penyuluhan ?

5. Bagaimana

pengaruh

pembinaan

sikap

dan

keterampilan

kewiraswastaan melalui

penyuluhan terhadap kesejahteraan

keiuarga 7

C. Definisi Operas!onal

Untuk tidak

menimbulkan keraguan terhadap pemahaman

kajian penelitian, diperlukan adanya kejelasan konsep-konsep

pokok dari permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

1. Pembinaan

Pembinaan, dalam kamus umum Bahasa Indonesia

susunan

Poerwadarminta

C1983)

dimaknakan

sebagai

"pembangunan",

"pembaruan".

Menurut Soetopo & Soemanto C1986),

pembinaan

(23)

13

yang telah

ada.

Sejalan dengan

makna

tersebut,

pembinaan

dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai "setiap usaha yang

dilakukan

melalui

kegiatan penyuluhan

untuk

mengembangkan

pengetahuan dan kecakapan yang telah dimiliki sasaran agar

lebih berkualitas".

2. Wiraswasta dan Kewiraswastaan

Meredith,

C1989:

5

)

mengemukakan bahwa wiraswasta

adalah : individu-individu yang berorientasi kepada tindakan

dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar

tujuannya".

Selanjutnya

dikemukakan

bahwa

wiraswasta

ditunjukkan oleh ciri : percaya diri, berorientasi tugas dan

hasil,

pengambil

resiko,

kepemimpinan,

keorisinilan,

dan

berorientasi kemasa depan.

Yang dimaksud wiraswasta dalam penelitian ini

adalah

pelaku usaha Cpengusaha)

yang memiliki

kemampuan melakukan

kegiatan

ekoncmi

secara

mandiri

dengan

dilandasi

ide

inovatif,

kreatif,

dan

produktif

yang

ditunjukkan

dengan

ciri-ciri sebagai berikut :

- mempunyai keinginan maju dan terbuka terhadap pembaharuan

Cide—ide baru);

memiliki

keberanian

untuk

mengambil

resiko

apabila

ter jadi ;

- memiliki keberanian untuk memupuk modal;

memiliki

kesediaar?

untuk

menginvestasikan

kembali

(24)

- memiliki kemandirian usaha Cpercaya kepada diri sendiri);

- mampu memanfaatkan waktu secara ekonomis;

- menjaga kepercayaan orang lain;

- mampu

memanfaatkan

nilai

positif

dari

persaingan

dan

kerja sama untuk tujuan ekonomi.

Sedangkan kewiraswastaan, secara etimologis terbentuk

dari kata ke-wiraswasta-an, yang menunjukkan kata sifat yang

dibentuk

dari

kata benda wiraswasta.

Kewiraswastaan adalah

proses

yang

membawa

ide

atau

nilai

kreatif,

inovatif

dan

produktif dengan ciri-ciri wiraswasta.

Makna pembinaan sikap dan keterampilan kewiraswastaan

merupakan

setiap

usaha

yang

dilakukan

melalui

penyuluhan

terhadap pengusaha UPPKA agar mampu mengembangkan sikap dan

keterampilan

kewiraswastaan

sehingga

dengan

kekuatannya

sendiri dapat meningkatkan Mesejahteraan keiuarga.

3. Si hap Kewiraswastaan

Sihap,

merupakan

predisposisi

seseorang

untuk

bertindak senang atau tidak

senang

terhadap

objek

sosiai

yang ditunjukkan

oleh

penilaiannya

positif

atau

negatif

CKrech,

Cruchfield,

Ballachey

: 1963).

Selanjutnya

sikap

berfungsi ntuk menentukan perilakunya ke arah tertentu yang

ditunjukkan oleh objek sikap.

Berdasarkan pengertian tersebut, sikap kewiraswastaan

(25)

15

dibinakannya

melalui

penyuluhan.

Kecenderungan

sikapnya

mengarahkan perilakunya terhadap karakteristik nilai

k ewi r aswastaan.

4. Keterampilan Kewiraswastaan

Keterampilan

adalah

suatu

kemampuan

atau

kecakapan

untuk melakukan suatu aktifitas tertentu.

Orang yang trampil

memiliki

kemampuan

intelektual

yang

mendasari

daya

potensi

keterampilannya. Keterampilan kewiraswastaan pengusaha UPPKA

meliputi kemampuan untuk berfikii kreatif Cmemecahkan

permasalahan dengan car-mat);

melakukan pengambilan keputusan

secara efektif Cpemilihan sejumlah alternatif pemecahan

masalah

yang

tepat

dengan

memperhitungkan

untung

ruginya

terhadap keputusan yang diambil);

kemampuan memimpin dirinya

untuk berusaha dengan berpedoman kepada alur sistem nilai

yang dituntut dalam kewiraswastaan; dan kemampuan untuk

mengelola

usaha

produksi

atas

dasar

prinsip-prinsip

manajerial dalam mengembangkan kemampuan usaha ekonomi

produktif nya.

5. Kegiatan UPPKA

Kegiatan UPPKA CUsaha Peningkatan Pendapatan Keiuarga Akseptor-Keiuarga Berencana) adalah kegiatan bersama dalam

bentuk pra koperasi yang dilakukan oleh, dari dan untuk

(26)

diharapkan dapat menambah/ meningkatkan pendapatan keiuarga

dan atau menunjang terwujudnya pelembagaan

dan

pembudayaan

Norma

Keiuarga

Kecil

Bahagia

dan

Sejahtera

CNKKBS)

di

masyarakat. CSumber : Pedoman Operasional Pelaksanaan

Kegiatan

UPPKA,

BKKBN

1988).

Kegiatan

ekonomi

dapat

dilakukan secara perorangan atau kelompok.

6.Usaha Wiraswasta Keiuarga Berstatus Sosiai Ehonomi Rendah

Konsep ini dimaksudkan sebagai suatu bentuk kegiatan

ekonomi yang dilakukan oleh keiuarga akseptor KB,

khususnya

wanita

yang

bertujuan

untuk

meningkatkan

pendapatan

keiuarga secara produktif,

selanjutnya dalam penelitian ini

disebut

pengusaha

UPPKA. .

Kegiatan

ekonomi

dilakukan

di

dalam

lingkungan

keiuarga

dengan

usahanya

sendiri,

mempergunakan modalnya sendiri,

dengan tidak

didukung

oleh

sumber

tenaga

kerja

secara

formal

yakni

dilakukan

oleh

anggauta

keluarganya

sendiri

dengan

memanfatkan

tempat

dan

lahan usahanya secara mandiri. Status sosiai ekonomi rendah

adalah

tempat

atau

posisi

pengusaha

dalam

lingkungan

masyarakat

yang

ditunjukkan

oleh

kondisi

pendidikan

yang

rendah dengan tingkat perolehan pendapatan yang belum mampu

memenuhi

tingkat keseimbangan pemenuhan kesejahteraan hidup

keiuarga

secara

optimal.

Bentuk

usaha

yang

dikembangkan

adalah

industri

rumah

tangga

yang

mengolah

bahan

baku

hasil

pertanian

menjadi

komoditas

konsumsi

pangan

dalam

(27)

17

7. PenyuIuhan

Yang dimaksud dengan penyuluhan

adalah bentuk proses

pembelajaran

sikap

dan

keterampilan

kewiraswastaan

yang

dilakukan

dengan bimbingan,

arahan

dan

pengertian

secara

berkelanjutan

untuk

menumbuhkan

kesadaran

pengusaha

UPPKA

agar mampu mengembangkan sikap dan keterampilan usaha secara

inovatif, kreatif, produktif.

Proses pembelajaran melibatkan

komponen pembelajaran tertentu sebagai suatu sistem, yakni :

masuhan

sarana

yang

melibatkan

unsur

tujuan

pembelajaran

Cprogram),

materi,

metoda,

media

dan

penyuluh;

masuhan

mentah,

melibatkan

pengusaha

UPPKA

yang

berstatus

sosiai

ekonomi rendah dan memiliki

kemampuan

kewiraswastaan

yang

belum berkembang;

masuhan

linghungan,

yakni

kondisi

sosiai

dan

kondisi

alam

yang

berpengaruh

terhadap

keberhasilan

proses pembelajaran ;

masuhan lain,

yakni

daya dukung lain

yang

berpengaruh

terhadap

keberhasilan

pembinaan,

diantaranya modal

usaha dan pemasaran usaha;

proses,

yakni

proses interaksi

antara penyuluh yang terdiri

dari

Petugas

Lapangan Keiuarga Berencana CPLKB)

selaku penyuluh formal,

Pemimpin

Masyarakat

yang

bersifat

formal

dan

informal

sebagai mediator yang memperkuat proses penyuluhan

terhadap

anggota

UPPKA

yang

berstatus

sosiai

ekonomi

rendah;

heluaran,

meliputi sikap

kewiraswastaan

yang

positif

dan

keterampilan kewiraswastaan yang berkembang ;

dampah,

yakni

pengaruh

yang

ditimbulkan

dari

keberhasilan

pembelajaran

(28)

bentuk peningkatan kesejahteraan keiuarga.

8. Kriteria Keberhasilan Pembinaan

Keberahasilan

adalah

ukuran

untuk

menentukan

nilai

tambah

yang

diperoleh

dari

suatu

proses

pembelajaran/pembinaan.

Keberhasilan

pembinaan

sikap

dan

keterampilan kewiraswastaan bagi pengusaha UPPKA ditunjukkan

berdasarkan indikator sebagai

berikut :

a. Si hap Kewiraswastaan

Meliputi

perubahan unsur kognisi, afeksi,

dan konasi.

Unsur

kognisi

ditunjukkan

dengan

kecenderungan

perubahan

pemikirannya

terhadap

nilai

pembaharuan Cide-ide

baru)

dan

kemajuan usaha, keberaniannya dalam mengambil resiko apabila

terjadi,

keberaniannya

dalam

memupuk

modal,

kesediaan

menginvestasikan

kembali

sebagian

labanya,

kemandirian

usaha,

pemanfaatan

waktu

untuk

mengembangkan

usaha

produktif,

kejujuran

dan

menjaga kepercayaan

orang

lain,

pemanfaatan nilai

positif

dari

persaingan,

dan

perlunya

kerjasama.

Unsur

afeksi

ditunjukkan

dengan

kecenderungan

perasaan

senang

atau

tidak

senangnya

dalam

mengembangkan

usaha

produktif

yang

dilakukannya

dan

aspek

konasi

ditunjukkan dengan

kecenderungan

keinginan

atau

tekadnya

untuk

mau

atau

tidak

memper bahar ui

J.emampuan

usaha

(29)

19

b. Keterampilan Kewiraswastaan

Meliputi

perubahan

unsur

:

1).

Berfikir

kreatif

melalui

kemampuannya

dalam

memecahkan

permasalahan

dengan

cermat,

menggunakan kemampuannya untuk

memperoleh kemajuan

dan

keberhasilan

usaha.

2).

Pengambilan

keputusan

secara

efektif terhadap pemanfaatan dana pinjaman, mencari peluang

dan

memanfaatkan

waktu

secara

optimal

untuk

memperoleh

keuntungan.

3).

Kemampuan

kepemimpinan

melalui

tindakan

pengendalian

diri

untuk

berusaha

dan

mengupayakan

kesungguhan

usaha

atas

dasar

kemandirian.

4). Kemampuan

mengembangkan

usaha

produktif

dengan

menggunakan

prinsip

manajemen usaha melalui

kemampuannya untuk

memperhitungkan

tujuan,

waktu

dan

tenaga,

mendayagunakan

sumber

tenaga

kerja,

mendorong

pihak

lain

bekerjasama

meningkatkan

kualitas

dan

kuantitas

produk

dan memanfaatkan

penilaian

usaha untuk meningkatkan kemampuan yang lebih besar.

9.

Kesejahteraan Keiuarga

Kesejahteraan

keiuarga

dalam

penelitian

ini

dimaksudkan

sebagai

suatu

keadaan

tingkat

keseimbangan

pemenuhan

kebutuhan

material

dan

kebutuhan

spiritual

dari

keiuarga

akseptor

KB

yang

terhimpun

dalam

kelompok

UPPKA. Kesejahteraan material meliputi:

pemenuhan

kebutuhan

sandang,

pangan,

perumahan

dan

fasilitas

kesehatan.

Sedangkan

kesejahteraan

spiritual/rohaniah,

meliputi

:

(30)

takut, cemas, dan tertekan.

D. Tujuan dan Kequnaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran empirik tentang penyelenggaraan pembinaan sikap dan

keterampilan

kewiraswastaan

melalui

penyuluhan

bagi

pengusaha UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah di Kecamatan

Ciparay

Kabupaten

Bandung.

Temuan

penelitian

diharapkan

mampu memberi masukan berarti bagi perencana, pendidik dan

pengelola program pendidikan luar sekoiah dalam mencari

alternatif

peningkatkan

kualitas

sumber

daya

manusia

dan

kesejahteraan keiuarga bagi pengusaha berstatus sosiai

ekonomi rendah.

Sejalan dengan tujuan tersebut, secara khusus

penelitian ini dimaksudkan untuk :

a. mengetahui bentuk kegiatan penyuluhan dalam pembinaan sikap dan keterampilan kewiraswastaan bagi pengusaha

UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah.

b.memperoleh gambaran upaya pengusaha UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah dalam mengembangkan kewiraswastaan melalui kegiatan penyuluhan.

c.mengetahui ti ngk at keber nasi1an pembi naan si k ap dan keterampilan kewiraswastaan bagi pengusaha UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah melalui penyuluhan.

(31)

21

pembinaan

sikap

dan

keterampilan

kewiraswastaan

bagi

pengusaha UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah melalui

penyuluhan.

e.memperoleh

gambaran

pengaruh

pembinaan

sikap

dan

keterampilan

kewiraswastaan

melalui

penyuluhan

terhadap

peningkatan kesejahteraan keiuarga.

2. Kegunaan Penelitian

Ada

dua

kegunaan

utama

yang

diharapkan

dapat

diperoleh

dari

hasil

penelitian

ini,

yakni

kegunaan

yang

bersifat teoritis dan kegunaan yang bersifat praktis.

Secara

teoritis,

melalui

temuan

yang

diperoleh,

diharapkan mampu memberi

nilai yang berarti

bagi

pengayaan

pembelajaran

sikap

dan

keterampilan

kewiraswastaan

dalam

pendidikan

luar

sekoiah

sarta

mampu

memberi

sumbangan

berarti

bagi pengayaan konsep pendidikan luar

sekclah dalam

mengembangkan

pendidikan

lanjutan

Ccontinuing

education),

khususnya bagi

keiuarga berstatus sosiai

ekonomi

rendah.

Secara

praktis,

penelitian

ini

diharapkan

mampu

memberi masukan bagi tenaga pengelola dan pelaksana program

pembinaan sikap dan keterampilan kewiraswastaan bagi pelaku

usaha

keiuarga

berstatus

sosiai

ekonomi

rendah,

khususnya

bagi

PLKB

selaku

Penyuluh

dan

instansi

terkait

dalam

(32)
(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan atas tujuan peneliti, untuk memperoleh data

konkrit secara alamiah sebagai suatu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Peneliti ingin mengungkap

makna y».ng t<?r k e.ndung dalam sikap dan keterampilan wiraswasta yang ditunjukkan oleh pelaku usaha keiuarga

berstatus sosiai ekonomi rendah sorta mondoskripsikan

interaksi yang terjadi dalam proses pembentukan kemampuan

tersebut sesuai dengan latarnya.

Pendekatan kualitatif dianggap sesuai untuk

permasalahan penelitian ini, dengan pertimbangan sebagai

berikut .- 1. lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan

ganda; 2. menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara

peneliti dan responden; 3. lebih peka dan lebih dapat

menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama

dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi CLexy Moleong : 1991 : 5). Hal yang diamati terkait secara langsung dengan permasalahan aktual yang dihadapi responden saat ini. David

Williams CSanafiah Faisal :1990 : 22), menjelaskan bahwa

tipe-tipe informasi yang lebih sesuai dengan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

a).Untuk memahami makna yang mendasari tingkah laku partisi pan, bukan untuk mengamati tingkah laku yang

(34)

terobservasi .

b).Untuk

mendeskripsikan latar dan interaksi

yang kompleks

dari partisi pan, bukan untuk mensisntesis dan

mengikhtisarkan mana variabel terpenting pengaruhnya.

c).Eksplorasi

untuk

mengidentifikasi

tipe-tipe

informasi

baru

yang

hendak

dikumpulkan,

bukan

meringkas

ikhtisar-ikhtisar dari apa yang telah diketahui.

d).Untuk

memahami

keadaan

yang

terbatas

jumlannya,

dengan

fokus yang mendalam dan rinci,

bukan

untuk memahmi banyak

keadaan dengan fokus yang luas.

e). Untuk

mendeskripsikan

fenomena

guna

melahirkan

sesuatu

teori bukan untuk mendeskripsikan fenomena dalam latar yang terkendali guna pengujian teori.

f).Mempersoalkan

variabel-variabel

menurut

pandangan

dan

definisi

partisipan,

bukan

mempersoalkan

variabel

variabel

menurut pandangan dan definisi

peneliti.

g).Menghendaki

deskripsi

dan

konklusi

yang

kaya

tentang

konteks,

bukan

menghendaki

generalisasi

yang bebas dari

konteks.

h).Menghendaki terfokus pada interaksi manusia dan proses-proses yang mereka gunakan, bukan menghendaki

terfokus pada produk

dan hasil yang diperoleh.

Sesuai

dengan

permasalahan

penelitian,

penulis

menetapkan metode studi kasus dengan tujuan untuk menyelami

dan

memahami

keberadaan

subjek

dengan

seksama

berkenaan

dengan berbagai hal yang diperlukan.

Dalam kajian Bogdan & Biklen CI982 : 59-61), ada tiga

(35)

94

organizational case studies, 2). observational case studi,

dan 3). life story. Historical organization case studies, memusatkan perhatiannya terhadap organisasi tertentu pada

waktu yang lama, menelusuri suatu organisasi atau peristiwa sejak awal pertumbuhannya, serta perkembangannya atau

perubahan-perubahan yang terjadi terhadap organisasi

tersebut. Observational case studies, memusatkan perhatian

pada aspek tertentu atau berbagai aspek dari suatu organisasi, dengan menggunakan teknik observasi partisipasi.

Life Story, memusatkan perhatian pada peristiwa yang

menyangkut riwayat hidup seseorang. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengumpulkan cerita tentang riwayat seseorang.

Dihubungkan dengan tipe Bogdan di atas, maka studi kasus dalam penelitian ini, termasuk dalam kategori

o b s e r v a t i o n c a s e s t u d i e s . Peneliti bermaksud untuk melakukan

observasi partisipatif dengan kegiatan responden, untuk mengetahui bagaimana bentuk pembinaan sikap dan keterampilan wiraswasta terhadap pelaku usaha keiuarga yang berstatus sosiai ekonomi rendah melalui kegiatan penyuluhan, bagaimana responden melakanakan fungsi dan peranannya, bagaimana bentuk keberhasilan pembinaan, serta bagaimana pengaruhnya terhadap peningkatan kesejahteraan hidup keluarganya.

B. Subjek yang Diteliti

Unit analisis penelitian adalah pengusaha keluar.ja yang tergabung dalam kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keiuarga Akseptor - Keiuarga Berencana CUPPKA) Kampung

(36)

Kelompok UPPKA terdiri dari 20 orang yang melakukan kegiatan usaha secara perorangan. Mereka adalah ibu rumah tangga peserta Keiuarga Berencana Caktif) yang mengembangkan jenis usaha industri rumah tangga, mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi konsumsi makanan ringan Cranginang

-mentah).

Untuk memperoleh data penelitian secara mendalam,

mengingat keterbatasan waktu, maka jumlah subjek penelitian ditentukan sebanyak enam orang yang dipilih berdasarkan

kriteria sebagai berikut :

1.Akseptor Keiuarga Berencana yang terdaftar sebagai anggota

kelompok UPPKA Kampung Sukagalih Kecamatan Ciparay.

2.Anggota UPPKA yang memiliki usaha ekonomi produktif rumah tangga yakni mengolah, memproduksi dan memasarkan hasil

usahanya.

3 Pengusaha memperoleh bantuan modal usaha dari BKKBN dalam

jumlah yang relatif sama.

4.Sesuai dengan keadaan pengusaha, responden ditentukan

secara purposive sejalan dengan keadaan kasus.

Untuk memperoleh gambaran resoonden yang dijadikan subjek penelitian, terlebih dahulu dapat diamati keadaan pengusaha pengusaha UPPKA dalam tabel 1 dan ketetapan

responden dalam tabel 2 . Kriteria keadaan pengusaha, diperhitungkan oleh peneliti sendiri berdasarkan tinykat kemampuan pengusaha dalam mengolah bahan baku dan. nilai

penghasilan produksi. Penghasilan ini tidak memperhitungkan

penghasilan tambahan lain, kecuali dari penjualan hasil

(37)

Keadaan

ber k embang

pesat

berkembang kurang ber k embang

Tabel 1

KEADAAN PENGUSAHA UPPKA SUKAGALIH

KECAMATAN CIPARAY CTAHUN 1994)

Rata-rata bahan bak u

yang di

Cbulan)

750 - lOOO kg

550 - 700 kg

400 - 500 kg

Pendapatan /bulan

Rp 225.OOO - Rp 300.

Rp 150.OOO - Rp 220. OOO,-Rp 90.OOO - Rp

140.OOO,-Tabel 2

JUMLAH RESPONDEN PENELITIAN

No. Keadaan Pengusaha Jumlah Responden

1 . 2. 3. berkembang pesat berkembang kurang berkembang 4 13 3 2 3 i i

jumlah 20 6

96

Kriteria

keadaan

pengusaha

dalam

tabel

1,

diperhitungkan oleh peneliti sendiri berdasarkan

pertimbangan

tingkat

kemampuan

pengusaha

dalam

mengolah

bahan baku dan nilai penghasilan

produksi.

Penghasilan ini

tidak

memperhitungkan

penghasilan

tambahan

lain,

kecuali

dari

penjualan

hasil

produksinya.

Keadaan pengusaha berkisar antara

usia 32 hingga 51

tahun,

pra

UPPKA

mengawali

usaha

dengan

modal

sendiri

sekitar Rp 20.000 - Rp 40.000,- , berpendidikan hampir sama

(38)

Rp

150.000

-

Rp

200.000,-.

Berdasarkan

keadaan

tersebut,

responden penelitian ditentukan sebagai berikut :

a). Dari

4

pengusaha

yang

berkembang

pesat,

dipilih

2

pengusaha yangsama-sama berusia muda C32-33 tahun) dengan

jumlah anak dan tanggungan keiuarga berbeda.

b).Dari

13 pengusaha yang berkembang,

ditentukan 3 pengusaha

berdasarkan tingkatan usia, yakni : usia tua C51 tahun),

usia sedang C42 tahun ) dan usia muda C32 tahun).

c).Dari 3 pengusaha yang kurang berkembang, ditentukan 1

pengusaha yang berusia sedang C43 tahun).

Hakikatnya penelitian kualitatif menghendaki studi kasus dengan jumlah terbatas yang ditentukan secara purposive. Cara demikian tidak mengurangi makna keabsahan

kaidah ilmiah yang harus berlaku universal, karena secara

konseptual

penelitian

kualitatif

bersifat

idiographik

Cpenafsiran data yang memiliki arti keberlakuan khusus,

bukan mencari

hukum keberlakuan umum)

dan

bersifat

aplikasi

tentati/, karena asumsi atas realitas yang bersifat ganda dan berbeda, dan interaksi antara peneliti dan responden yang bersifat khusus, tidak dapat Oiduplikasikan CNoeng Muhadjir : 1991 : 129). Menurut Sanafiah Faisal C1990: 56),

bahwa

"penelitian

kualitatif

bertolak

dari

asumsi

tentang

realitas sosiai yang bersifat untk, kompleks dan ganda.

Padanya terdapat regularltas

dari

pola tertentu,

namun penuh

dengan variasi". Dengan demikian penelitian kualitatif menghendaki perlakuan kegiatan yang sengaja memburu

informasi

seluas mungkin

ke arah variasi

yang ada.

Apabila

(39)

98

unik

tersebut,

maka

penelusuran penelitian

tersebut

dapat

terpenuhi.

Hakikatnya

penelitian

kualitatif

menghendaki

studi

kasus

dengan

jumlah

terbatas

yang

ditentukan

secara

purposive.

Cara

demikian

tidak

mengurangi

makna

keabsahan

kaidah

ilmiah yang

harus

berlaku universal,

karena

secara

konseptual

penelitian

kualitatif

bersifat

idiographik

(penafsiran

data

yang

memiliki

arti

keberlakuan

khusus,

bukan mencari hukum keberlakuan umum) dan bersifat

aplikasi

tentatif,

karena asumsi

atas

realitas

yang

bersifat

ganda

dan

berbeda,

dan

interaksi

antara

peneliti

dan

responden

yang

bersifat

khusus,

tidak

dapat

diduplikasikan

CNoeng

Muhadjir : 1991 : 129).

Dari

sejumlah

informasi

yang

diberikan

responden,

kemudian

dikonfirmasikan

kembali

kepada

informan

lain

,

yaitu : tokoh-tokoh masyarakat, para sepuh/pendahulu anggota

keiuarga dari subjek penelitian,

penyuluh dan pembina UPPKA

di tingkat Desa, Kecamatan maupun Kabupaten.

Untuk mendukung

pengamatan

peneliti

terhadap

kasus,

sebagai

pembanding

diamati pula kondisi

dan

reaksi-reaksi

yang

timbul

dari

pengusaha non-UPPKA dalam lingkungan setempat.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen

pengumpul

data

dikembangkan

oleh

peneliti

sendiri

berdasarkan

arah

penelitian

yang

akan

diperoleh,

serta

dengan

mempertimbangkan

kemungkinan

hal-hal

yang

berkembang

dalam

realitas

penelitian.

Peneliti

melakukan

interaksi

secara

langsung

dengan

situasi

dan

lingkup

(40)

Lexy J. Moleong C1991 : 19), menegaskan bahwa dalam

penelitian kualitatif,

"lebih banyak bergantung pada

dirinya

sebagai alat pengumpul data.

Selanjutnya

dijelaskan

pula,

bahwa "...orang sebagai

instrumen

memiliki

senjata

"dapat

memutuskan",

yang

secara

luwes

dapat

digunakannya.

Ia

senantiasa

dapat

menilai

dan

mengambil

keputusan".

Karakteristik

ini

menempatkan

peneliti

sendiri

menjadi

instrumen pengumpul

data C

instrumen human

).

Menurut

Noeng

Muhadjir

C1990:

127),

instruman human mampu menangkap makna,

interaksinya momot nilai, lebih-lebih untuk menghadapi nilai

lokal

yang

berbeda,

instrumen

human

mampu

mengadaptasi,

tidak

dapat

dikerjakan

oleh

instrumen

non

human

seperti

kuesioner.

Sebagai

pedoman untuk

mengarahkan penelitian terhadap

kasus,

dirumuskan

pokok-pokok

pertanyaan

penelitian

yang

diperuntukkan bagi tiga sumber data sebagai berikut : 1.Pembina/Penyuluh, pokok masalah yang diajukan :

- pendidikan tertinggi yang diperoleh;

- bentuk program pembinaan UPPKA;

- kebijakan yang dilakukan dalam melaksanakan pembinaan; - upaya yang dilakukan dalam pembinaan ;

- materi yang diberikan dalam pembinaan; - metode dan media dan waktu pembinaan;

- proses pembi naan ;

- oeni1ai an k eber has i J an pembi naan;

- daya dukung dan hambatan yang dihadapi dalam melakukan

pembi naan.

(41)

lOO

- pendidikan tertinggi

yang diperoleh ;

- riwayat usaha ;

- motivasi mengembangkan usaha;

- cara mengolah produk dan peralatan yang

diperlukan.

- hambatan-hambatan yang dihadapidalam mengembangkan usaha;

- motivasi keterlibatan dalam kegiatan UPPKA;

- kapan, dimana dan

dan berapakali memperoleh pembinaan;

- bagaimana cara pembina melakukan pembinaan;

- materi apa yang diperoleh dari hasil pembinaan;

- bagaimana sikapnya terhadap kemajuan usaha;

- bagaimana

sikapnya

terhadap

keberanian

dalam mengambil

resiko;

- bagaimana sikapnya terhadap upaya kerja sama;

- bagaimana sikapnya terhadap pemupukan modal usaha;

- bagaimana sikapnya

dalam menginvestasikan kembali iaba;

- bagaimana

sikapnya

terhadap ide-ide baru;

- bagaimana sikapnya terhadap disipiin waktu dan ketepatan

memenuhi janji ;

- bagaimana sikapnya terhadap persaingan;

- bagaimana sikapnya terhadap kepercayaan orang lain;

- apakah

menggunakan

pencatatan

dan

penghitungan

usaha

dengan teliti;

- bagaimana

upayanya

dalam

mengelola

kegiatan

usaha

produktif;

-

bagaimana

upayanya

dalam

mengatasi

masalah

kesulitan

usaha;

-

bagaimana

upayanya

dalam

meningkatkan

kualitas

dan

(42)

- bagaimana upayanya untuk memahami

keadaan pasar;

- apa keinginannya untuk mengembangkan usaha lebih lanjut ; - berapa pendapatan keiuarga sebelum dan sesudah UPPKA;

-

bagaimana

keadaan

pemenuhan

kebutuhan

pokok

keiuarga

sebelum dan sesudah UPPKA;

- persepsi terhadap kegiatan penyuluhan;

- sikap terhadap penyuluh/pembina.

3. Masyarakat, pokok masaiah yang diajukan :

- bagaimana tanggapannya terhadap pengusaha UPPKA. - bagaimana tanggapannya terhadap program UPPKA.

D. Tek ni k Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah -.observasi, wawancara secara mendalam, studi

dokumentasi dan studi pustaha.

Observasi dilakukan untuk mengamati situasi nyata dari kasus yang diamati, yakni situasi sosiai yang terjadi

akibat dari pembinaan UPPKA. Yang dimaksud situasi sosiai dalam penelitian ini ditunjukkan dalam bentuk :

1.Lokasi / fisik tempat kegiatan pembinaan sikap dan

keterampilan kewiraswastaan dalam UPPKA.

2. Individu/pelaku yang berperan dalam kegiatan pembinaan

sikap dan keterampilan kewiraswastaan dalam UPPKA,

meliputi- ekspresi kecenderungan kewiraswastaannya serta keterampilan kewiraswastaannya yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam mengelola usaha ekonomi produktif;

3.Kegiatan

atau

aktifitas

para

pelaku

pada

lokasi/tempat

(43)

102

kewiraswastaan, meliputi : tingkah laku para pelaku pada saat berlangsungnya pembinaan serta pengembangan

k ewi r aswastaannya.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non-partisipatif. Maksudnya, peneliti melakukan pengamatan secara mendalam terhadap situasi sosiai, akan

tetapi

tidak

secara

langsung

terlibat

dalam

kegiatan

pembinaan UPPKA secara keseluruhan. Beberapa saat penelitian ini dilakukan, peneliti terlibat dengan kegiatan mereka akan tetapi lebih berperan sebagai pengamat untuk melihat reaksi yang terjadi dari proses komunikasi dalam pembinaan

kewiraswastaan UPPKA.

Tahap observasi yang dilakukan peneliti, meliputi : observasi deshriptif dan obssrvasi terfokus. Observasi

daskriptif merupakan kegiatan observasi awal, untuk melihat gambaran umum lokasi penelitian, serta unsur-unsur situasi

sosiai

dimana

terjadi

proses

komunikasi

yang

berperan

sebagai bentuk pembinaan kewiraswastaan UPPKA. Setelah

diketahui kemungkinan permasalahan yang diangkat dari situasi sosiai yang terjadi pada observasi deskriptif, selanjutnya peneliti melakukan observasi terpokus, yakni

observasi secara mendalam ke arah elemen-elemen tertentu untuk memperoleh data atau informasi sesuai dengan fokus

penelitian.

Teknik yang 'kedua adalah wawancara secara mendalam, yakni percakapan secara mendalam antara peneliti dengan

(44)

latar alamiah responden agar respon informasi yang diajukan

tidak bias dengan keaslian yang dimiliki responden.

Kegiatan

wawancara

tersebut

dilaksanakan

dalam

suasana

wajar

dan

dengan bahasa sehari-hari

responden,

adakalanya pembicaraan

seolah-olah tidak

dirasakan oleh responden sebagai

dirinya

sedang diwawancara.

Dalam

penelitian

kualitatif,

teknik

ini

merupakan

instrumen

utama

untuk

mengungkap

data.

Seperti

dijelaskan

Bogdan & Tylor CI975), bahwa "penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan

dari

orang-orang

dan

perilaku

yang

dapat

diamati".

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pendekatan ini diarahkan

pada latar dan individu itu sendiri secara

holistik.

(Lexy

Moleong : 1990 : 3). Data hasil wawancara kemudian

dideskripsikan dan ditafsirkan sesuai dengan latarnya secara

u t u h . .

Agar informasi atau data yang diperoleh senantiasa

sejalan dengan arah

penelitian,

penulis

mempergunakan

pula

pedoman

umum wawancara

sebagai

kerangka

konseptual

untuk

mengangkat permasalahan penelitian. Kerangka konseptual

tersebut

dibuat

sebelum

wawancara

dilakukan,

dengan

mempertimbangkan

keseluruhan

aspek

yang

diduga

akan

diperoleh dari responden . Sekalipun demikian, bentuk

pertanyaan

lain

mungkin

berkembang

sesuai

dengan

jawaban-jawaban informasi awal dari responden dan pengurutan

pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan keadaan

responden dalam konteks wawancara yang sebenarnya.

(45)

104 \

dibutuhkan dalam penelitian untuk memperoleh data atau informasi resmi yang terkait dengan situasi kehidupan sosiai, budaya dan alamiah yang mendukung terhadap

penciptaan pembinaan kewiraswastaan pada anggota

UPPKA.Terakhir, teknik yang digunakan adalah studi pustaka. Pustaka adalah sarana potensial yang memberi landasan

konseptual kerangka teori penelitian serta landasan

kontekstual yang membantu mendeskripsikan pemaknaan informasi atau data yang diperoleh peneliti dari kasus yang

diamati .

Untuk mendukung teknik penelitian, digunakan alat

bantu foto Chamera> dan catatan lapangan. Penulis telah

mempersiapkan tape recoder, namun atas permintaan responden, tape recoder tidak digunakan dengan alasan , ada perasaan

khawatir untuk bicara bebas sehingga tidak dapat

mengungkapkan informasi apa adanya.

D. Analisis dan Penafsiran Data 1. A n a l i s i s D a t a

Yang dimaksud dengan analisis data adalah suatu

proses mengurutkan dan mengamati secara sistematis transkrip interview (wawancara), catatan lapangan (hasil observasi) dan bahan-bahan lain yang ditemukan untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang kasus yang diamati. dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain (Bogdan & Bihlen : 1982 : 145). Hal senada dijelaskan oleh Lexy Moleong (1991:103), bahwa analisis data merupakan "proses

(46)

dan satuan uraian dasar

Referensi

Dokumen terkait

Laporan akhir program kreativitas mahasiswa : Isolasi Metabolit Sekunder dari Mycobiont Lichen Sumatera Stereocaulon Halei dan Aktivitas terhadap Antibakteri..

Dengan menggunakan statistik tiap cluster, pelatih atau pemandu bakat dapat memprediksi statistik dan posisi di lapangan seorang pemain basket yang ditest, yang berada pada

Kemuian yang keempat, dalam penelitian ini menemukan bahwa perempuan mengalami reprsentasi negatif secara seksual yang mengarah pada eksplotasi ganda yakni dalam ruang

Dari hasil penelitian telah didapatkan data tinggi muka air tanah dan data unsur hara makro untuk daerah penelitian, keadaan lahan duku di kabupaten Muaro Jambi merupakan tanaman

Berarti dapat disimpulkan ada hubungan yang kuat ke arah positif antara pengetahuan perawat tentang kejang demam dengan penanganan kejang demam pada anak di IRDA

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan populasi seluruh mahasiswa yang mengkuti mata kuliah Praktik OAW. Sampel yang diambil sebanyak 35 orang yang terdiri dari

Antara daun yang berwarna hijau dan daun yang berwarna merah, kadar senyawa antosianin paling tinggi pada daun yang bewarna hijau tua, pada tingkat paling bawah