PEMBINAAN SIKAP DAN KETERAMPILAN KEWIRASWASTAAN
MELALOI KEGIATAN PENYULUHAN
( Studi Kasus
tentang
Pembinaan
Usaha
Peningkatan
Perdapatan Keiuarga Akseptor-Keiuarga Berencana Berstatus
Sosial Ekonomi Rendah di Kecamatan Ciparay
Kabupaten
Bandung)
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis IKIP Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Penyelesaian Studi Pada Program Magister
Bidang Studi
Pendidikan Luar Sekolah
oieh
NANi NUR'AENI
No. Pokok 9232024
PROGRAM PASCA SARJANA
INST1TUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
V/M-/
DISETUJUI DAK DISAHKAH OLEH PEMBIMBIHG
PEMBIMBIHG I
PROF.DR.SUTARYAT TRISHAKAHSYAH MA
ABSTRAK
Judul
penelitian : "Pembinaan Sikap dan Keterampilan
Kewiraswastaan
melalui
Kegiatan
Penyuluhan
CStudi
Kasus
tentang
Pembinaan
Usaha
Peningkatan
Pendapatan
Keiuarga
Akseptor-Keiuarga Berencana Berstatus Sosiai Ekonomi Rendah
di Kecamatan Ciparay Kabupaten BandungD.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengungkap
bentuk
kegiatan
penyuluhan
dalam
pembinaan
sikap
dan
keterampilan
kewiraswastaan bagi pengusaha UPPKA berstatus sosiai ekonomi
rendah,
upaya
yang
dilakukan
dalam
mengembangkan
kemampuan
kewiraswastaan,
tingkat
keberhasilan pembinaan,
faktor
yang
berpengaruh
dalam
pembinaan
serta
pengaruh
pembinaan
kewiraswastaan terhadap peningkatan kesejahteraan keiuarga.
Metode
penelitian
yang
digunakan
adalah- pendekatan
kualitatif
dengan
cara
studi
kasus.
Pengumpulan
data
dilakukan melalui teknik : observasi , wawancara, studi
dokumentasi
dan
studi
pustaka
dengan
subjek
penelitian
sebanyak
6
pengusaha
UPPKA .dilengkapi
dengan
informan
lain
yang relevan.Analisis data menggunakan pendekatan studi PLS. Has i 1 peneli t i an menunj uk kan bahwa : C1D .Pembi naan
sikap dan keterampilan kewiraswastaan bagi pengusaha CUPPKA}
berstatus sosiai ekonomi
rendah melalui
penyuluhan dilakukan
dalam bentuk
pengarahan
yang
terprogram dan
bimbingan
yang
berkelanjutan.
Model
pembinaan
yang
diterapkan
adalah
"empowering process".
Si fat pembelajaran merupakan stimulasi
untuk
menumbuhkan
kemampuan
pengusaha
mencapai
tujuan
belajar
Ianjut an
secara
mandiri.
Kegiatan
belajar
secara
formal dilakukan dalam bentuk kelompok melalui
cara
saling
membelajarkan /
tukar
pengalaman dan
tanya
jawab.
Komponen
pembelajaran terdiri dari masukan sarana, masukan mentah,
memiliki
hubungan
secara
fungsional.
C2D.
Upaya
pengusaha
selaku
warga
belajar
dalam
mengembangkan
kemampuan
kewiraswastaannya adalah mengubah cara hidup sebagai
petani
Cburuh
taniD
menjadi
pengusaha
yang
menuntut
kemampuan
dinamis,
progresif
dan
produktif.
Pengembangan
kemampuan
dilakukan melalui cara-cara : pengamatan, bertanya, peniruan
dan pengalaman sendiri.
C3D.
Hasil
pembinaan kewiraswastaan
melalui
penyuJuhan menunjukkan adanya 3 kategori
kemampuan
pengusaha
UPPKA,
yakni
pengusaha
yang
sangat
responsif,
cukup
responsif
dan
kurang
responsif
terhadap
pembinaan.
Akan
tetapi
kualitas
kewiraswastaan
pengusaha
masih
bersifat
sederhana.
Untuk
menciptakan
hal-hal
baru,
manajemen usaha yang efisien, sebagai ciri wiraswasta kurang
dilakukan.
C4D . Keber hasil an pembinaan kewiraswastaan melalui
penyuluhan dipengaruhi olen berbagai faktor pendukung, yakni
:pendekatan
dan
strategi
yang
digunakan,
kredibilitas
pembina,
kondisi
lingkungan
sosiai
dan
lingkungan
alam,
pinjaman
dana
usaha;
serta
faktor
penghambat
:
kompetensi
penyuluh,
kondisi
internal
pengusaha
dan
faktor
yang
bersifat
teknis
dalam
pengembangan
produksi
dan
pemasaran
usaha.
C5D.
Pembinaan
kewiraswastaan
melalui
penyuluhan
berpengaruh
secara
positif
terhadap
peningkatan
kesejahteraan
keiuarga,
antara
lain
ditunjukkan
dengan
peningkatan
kemampuan
untuk
menghasilkan
produksi
sekitar
5-10 kali
lipat dari
kemampuan awal.
DAFTAR ISI
hal aman
ABSTRAK
iLi
KATA PENGANTAR
v
UCAPAN TERIMA KASIH
viii
DAFTAR ISI
^i
DAFTAR TABEL
^
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
x^iL
BAB I
PENDAHULUAN
!
A.Latar Belakang Masalah 1
B.Identifikasi Masalah dan Fokus Masalah 9
C. Def i ni si Operasi onal 12
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 20
BAB II PEMBINAAN SIKAP DAN KETERAMPILAN KEWIRASWASTAAN
DALAM PENDI DI KAN LUAR SEKOLAH 22
A. Konsep Pendidikan Luar Sekoiah
22
1. Pengertian,Tujuan dan Pembelajaran dalam PLS
22
2.Penyuluhan sebagai Bentuk Pembelajaran PLS..
30
B. Sistem
Pembinaan
Sikap
dan
Keterampilan
Kewiraswastaan
mel alui
Penyuluhan
34
1.Konsep
Dasar
Sikap
dan Keterampilan
Kewiraswastaan 34
a. Pengertian Sikap 34
b. Pengertian Keterampilan 41
c. Konsep Kewiraswastaan 44
2.Pembinaan
Kewiraswastaan dan Kesejahteraan
Keiuarga 50
3.Komponen Sistem Pembinaan 54
b.Masukan Mentah 75
c.Masukan Lingkungan 81
d. Proses 83
e. Kel uar an 86
f. Masukan Lain 89
g. Pengaruh . 90
BAB III METODE PENELITIAN 92
A. Metode 92
B. Subjek yang Diteliti 94
C.Instrumen Penelitian 98
D.Tek ni k Pengumpulan Data 101
E. Analisis dan Penafsiran Data 104
F.Langkah-langkah Penelitian Ill
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 1 6 A.Gambaran Umum Daerah Penelitian 116 1.Keadaan Daerah dan Pemerintahan 116
2.Keadaan Penduduk 118
3.Keadaan Sosiai Budaya 124
4.Lokasi dan Keadaan Pengusaha UPPKA 127 B.Penyelenggaraan Pembinaan Sikap dan Keteram
pilan Kewiraswastaan bagi Pengusaha UPPKA 131
1.Pendekatan 131
2. Strategi Pembinaan 132
3.Tahapan Kegiatan Pembinaan 134
4.Partisipasi Anggota dalam Pembinaan 146
C.Kemampuan Ekonomi dan Perkembangan
Kewiraswastaan Pengusaha UPPKA 152 D. Respon Masyarakat terhadap Pengusaha UPPKA . . 220
E.Pembahasan 224
1.Bentuk dan Proses Pembinaan Kewiraswastaan 225
2. Pengembangan kewiraswastaan 240
3.Keberhasilan Pembinaan . 247
4.Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Keberhasilan Pembinaan 256
5.Pengaruh Pembinaan Kewiraswastaan terhadap
Kesejahteraan Keiuarga 272
6.Temuan Lapangan 274
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 277
A. Kesimpulan 277
B. Rekomendasi 284
DAFTAR PUSTAKA 290
LAMPIRAN 294
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Keadaan
Pengusaha
UPPKA
Sukagalih
Kecamatan
Ciparay Ctahun 1994D qq
2. Jumlah Responden Penelitian 96
3.
Keadaan
Penduduk
Kecamatan Ciparay Berdasarkan
Usia dan Jenis Kelamin ng
4.
Keadaan
Penduduk
Kecamatan
Ciparay
Berdasarkan
Jenis Pekerjaan 121
5. Jenis Pendidikan Negeri/Swasta di Kecamatan
Ciparay tahun 1994/1995 122
6.
Keadaan
Penduduk
Kecamatan
Ciparay
Berdasarkan
Pendi di k an 123
7.
Keadaan
Penduduk
Kampung
Sukagalih
Berdasarkan
tingkat Pendidikan 129
8.
Keadaan Tempat Tinggal Penduduk Kampung Sukagalih
129
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Hubungan
Fungsional
antar
Komponen
Sistem
Pembinaan Kewiraswastaan melalui Penyuluhan. .
57
2. Sistem Manajemen Perubahan Sikap dan Perilaku
pada Individu
85
3. Proses
Perubahan
Sikap
dan
Perilaku
pada
Individu88
4.
Model
Pembinaan
Kewiraswastaan
melalui
Penyuluhan
288
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Gambaran
Keberhasilan
Pembinaan
Sikap
dan
Keterampilan Kewiraswastaan 294
2. Gambaran Pengaruh Pembinaan Kewiraswastaan
Terhadap Kesejahteraan Keiuarga 300
3. Peta Lokasi Penelitian 301
4. Kondisi dan Kegiatan Kewiraswastaan Pengusaha
UPPKA di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. 302
5. Rekomendasi Ijin Penelitian dari Direktorat
Sosiai Politik Jawa Barat 305
6. Rekomendasi Ijin Penelitian dari Kantor Sosiai
Politik Kabupaten DT II Bandung 306
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakana Masaiah
1. Perlunya Pembinaan Kewiraswastaan
Sal ah
satu
nilai
luhur
dari
UUD'45
adalah
tujuan
dibentuknya negara Indonesia, yakni : "
melindungi
segenap
bangsa
Indonesia,
memajukan
kesejahteraan
umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia
berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian
abadi
dan
keadilan
sosiai".
Nilai-nilai
tersebut
dimaksudkan
sebagai upaya untuk membentuk bangsa yang bermartabat,
yang
memiliki kemampuan
untuk mengisi
kehidupan dengan kualitas
yang
optimal.
Tingkat
kualitas
yang
diperoleh
seseorang
dapat
mengangkat
martabatnya
baik
dalam kelompoknya
atau
dalam lingkungan
masyarakatnya
yang lebih luas.
Kehidupan
yang cerdas dan sejahtera menjadi
tujuan upaya pembangunan
bangsa yang diharapkan
mampu memenuhi
kualitas manusia baik
dalam aspek jasmaniahnya maupun aspek ruhaniahnya.
Untuk
mendukung
tujuan
tersebut,
dalam
masa
pembangunan
jangka
panJang
tahap
kedua
C1994-20193,
yang
ditujukan
kepada
upaya
"mewujudkan
bangsa
yang
maju
dan
mandiri serta sejahtera lahir dan batin....", dengan sasaran
umum pembangunan ". ..terciptanya kualitas manusia dan
kualitas
masyarakat
Indonesia
yang
maju
dan
mandiri
CKetetapan
MPR
RI
No. II/MPR/1993
tentang • GBHNZ).
raaka
pendidihan
menjadi
hal
utama
yang
harus
diperhitungkan
sebagai
media
dalam
meningkatkan
kualitas
kehidupan
dan
martabat
manusia
Indonesia.
Pendidikan
dalam
maknanya
yang
hakiki,
memberi
kesempatan
kepada
individu
melalui
proses
interaksi untuk melakukan perubahan perilaku CbelajarD.
Kualitas
manusia
erat
kaitannya
dengan
peningkatan
jumlah penduduk.
Besarnya jumlah penduduk menuntut pemenuhan
kebutuhan
yang
seimbang.
Namun
demikian,
sekalipun
laju
pertumbuhan penduduk mengalami penurunan, di sisi lain
kepadatan
penduduk
akan
senantiasa
naik.
Lembaga
Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, memperkirakan bahwa
" Kepadatan
penduduk
pada tahun
1990 sebesar
93 orang/km
persegi, akan naik menjadi 112 orang/km persegi pada tahun 2000 dan akan menjadi 120 orang/km persegi pada tahun 2005"
CSukamdani
1993
:
3055.
Dengan
memperhitungkan
data
tersebut, menurut Alwi Dahlan, pemecahan masalah kualitas
manusia, tidak hanya dapat dipecahkan melalui pendekatan kuantitatif, namun harus diimbangi dengan pemecahan
kualitatif
CSofian
Effendi
:
1993:
hal
5I>.
Artinya
pembentukan kualitas manusia, tidak hanya mengi mbangi
keselarasan Jumlah penduduk dengan kondisi daya dukung alamiah, namun harus diperhatikan pula peningkatan potensi manusia yang cerdas, terpenuhi kebutuhan pokoknya dengan
mutu kehidupan yang lebih baik.
3
kelompok
masyarakat
berstatus
sosiai
ekonomi
rendah
kemiskinan merupakan hambatan mendasar untuk meraih kualitas
optimal martabat manusia.Dilihat dari sudut pandang ekonomi, kemiskinan adalah
suatu
keadaan
dimana
tingkat
pendapatan
seseorang
tidak
mencukupi
kebutuhan
hidupnya,
sandang,
pangan,
papan,
pendidikan,
pemukiman
dan
kesehatan
C
Said
Tuhuleley
1993!).
Faktor
penyebab timbulnya
kemiskinan dapat diamati
dari
dua
aspek
yakni
aspek
kultural
dan
aspek
struktural.
Dari
aspek
kultural,
kemiskinan
timbul
karena
adanya
faktor-faktor
penghambat
yang menghalangi
seseorang
untuk
memanfaatkan
kesempatan
yang
tersedia.
Faktor
penghambat
tersebut
dapat
berasal
dari
kemampuan
seseorang,
misalnya
karena rendahnya tingkat pendidikan atau karena kebudayaan
setempat yang
tidak
mau
maju
atau tidak
berkeinginan
untuk
mencapai
kemajuan Cneed for acievement).
Kedua,
dari
aspek
struktural,
mengisyaratkan
bahwa
kemiskinan
terjadi
karena
lembaga-lembaga
yang ada atau struktur
sosiai
menciptakan
keadaan dimana sekelornpok
masyarakat
tidak
mampu menguasai
sarana ekonomi dan fasilitas yang ada secara merata.
Kemiskinan ekonomi mengakibatkan munculnya kemiskinan sosiai
budaya
dan
psikologis.
Ketidakmampuannya
dalam
memenuhi
kebutuhan hidup menyebabkan tumbuhnya mentalitas yang kurang
menguntungkan,
seperti
:"sikap
fatalisme,
sikap
menerima
nasib, sikap keter.gantungan dan kurang yakin akan kemampuan
mengurangi
sikap-sikap
yang
tidak
menguntungkan
dan
mengarahkan
sikap
positif
yang
mendukung
terhadap
pembangunan,
seperti
berkemauan keras,
berkemauan kuat atas
kekuatan
pribadi,
jujur
dan
bertanggungjawab,
memiliki
ketahanan fisik
dan
mental,
memiliki keuletandan
ketekunan
bekerja
serta
memiliki
pemikiran
yang
konstruktif
dan
kreatif
dalam
memecahkan
masalah,
maka
upaya
mengatasi
kemiskinan harus
dilakukan
melalui
pendidikan
dalam bentuk
pengembangan/pembinaan
watak
percaya diri
serta kemampuan
berusaha
dan
bekerja,
berupaya
memanfaatkan
setiap
kesempatan untuk memperoleh peningkatan kualitas yang lebih
baik.
Kegiatan
pembinaan
terhadap
pengusaha
berstatus
sosiai ekonomi rendah yang umumnya melakukan kegiatan usaha
ekonomi
produktif dalam lingkungan rumah tangga seperti
perajin jenis komoditi
pangan Ctahu.tempe,
makanan
ringan
dan
sejenisnyaZ)
pada
dasarnya
bertujuan
untuk
memotivasi
agar lebih berkembang dan lebih mandiri dalam mengembangkan
usaha
ekonominya.
Untuk
menghadapi
tantangan
yang
lebih
besar,
bagi
pengusaha
berstatus
sosiai
ekonomi
rendah
diperlukan sikap mental dan keterampilan kewiraswastaan yang
optimal. Harapan pembinaan kewiraswastaan adalah peningkatan
kemampuan
memanfaatkan
setiap
peluang
usaha
untuk
mempercepat
kemandirian
dan
mempercepat
kemampuan
kewiraswastaan yang handal.t
5
cenderung sifatnya lebih menetap pada seseorang, akan tetapi
bukan
hal
mustahil
untuk
diajarkan
atau
dibinakan
kepada
orang lain.
Menurut
Vesper
&
Drucker
C1985D,
orang
yang
memiliki
keberanian
untuk
mengambil
keputusan
yang
unsur
pokoknya
mengambil
resiko,
dapat
belajar
menjadiwiraswastawan
dan
berperilaku
wiraswasta.
Kewiraswastaan
lebih
merupakan
perilaku
daripada
gejala
kepribadian.
Dasarnya
terletak
pada
teori
dan
intuisi.
Sedangkan
menurut
Yuyun
Wirasasmita,
"dalam
kewiraswastaan
yang terpenting adalah peningkatan nilai intrinsik
CIKOPIN,
1993},
artinya
menyangkut
unsur
kepribadian
dan
intuisi.
Sesungguhnya pendapat Vesver & Drucker menunjuk pula adanya
unsur kepribadian yakni
menegaskan unsur keberanian sebagai
syarat untuk mengambil keputusan beresiko,
hanya saja untuk
mengambil keputusan beresiko dapat dilakukan melalui
proses
belajar
Ckonsep
dan
teoriD.
Kemungkinan
menaikan
nilaiintrinsik kewiraswastaan didasarkan atas anggapan bahwa
setiap manusia pada dasarnya dikaruniai ambisi. motivasi dan
keinginan
untuk mengambil
resiko,
namun
pada diri
manusia
itu
pula
ada
hambatan-hambatan
untuk
mengaktualisasikan
dirinya. Pada diri pengusaha berstatus sosiai ekonomi
rendah,
sekalipun
memiliki
usaha
yang
bersifat
informal
sesungguhnya
sudah
mulai
tertanam
kemampuan
dan
semangat
untuk
berusaha
secara
mandiri
(wiraswasta).
Pembinaan
diperlukin
untuk
mengaktualisasikan
nilai
kewiraswastaan
dan Keterampilan Kewiraswastaan
Pembinaan kewiraswastaan dapat dilakukan di dalam lingkungan pendidikan persekolahan dan di luar pendidikan
persekolahan. Bagi masyarakat kemampuan belajar dapat dikembangkan melalui pendidikan Ianjutan yang
diselenggarakan di luar lingkungan sekoiah.
Pendidikan luar sekoiah adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang didalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah diselenggarakan di luar sekoiah, sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi mengenai pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dan nilai-nilai yang mmungkinkan bagi seseorang atau
kelompok untuk berperan serta secara efisien dan
efektif dalam lingkungan keluarganya, pekerjaannya masyarakat bahkan negaranya" CThe South East Asian Ministry o/ Education Organization dalam D. Sudjana 1991 hal 43D.
Kegiatan pendidikan dalam PLS memungkinkan semua orang dapat memperoleh layanan pendidikan dalam rangka memperbaiki tingkat kualitas hidup secara optimal sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat mengisyaratkan adanya kebermaknaan pendidikan secara luas dalam peningkatan
kualitas manusia.
Dalam PLS, komponen pembelajaran yang terdiri dari masukan - proses - keluaran - dan pengaruh berhubungan secara fungsional CSudjana : 1991D. Pembelajaran memperhatikan karakteristik masukan tidak saja menyangkut
7
usaha, seperti : modal usaha, pemasaran usaha. Hasil
pembelajaran dalam PLS memiliki makna apabila memberi pengaruh atau dampak bagi warga belajar, seperti adanya
peningkatan taraf hidup, peningkatan pendapatan keluara atau
pembelajaran kepada orang lain.
Pembelajaran dalam PLS dapat dilakukan melalui berbagai cara dan berbagai kegiatan, seperti magang, penyuluhan atau bentuk pembelajaran lainnya. Pengusaha sebagai warga belajar dapat menentukan cara yang sesuai bagi
dirinya untuk mengembangkan kemampuan lebih baik. Salah satu bentuk pembelajaran bagi pengusaha berstatus sosiai ekonomi
rendah adalah melalui penyuluhan kelompok Usaha Peningkatn Pendapatan Keiuarga Akseptor Keiuarga Berencana CUPPKAD.
Upaya ini merupakan peningkatan keterampilan keiuarga dalam
rangka meningkatkan ksejahteraaan keiuarga sebagai kesatuan
dari program pembinaan Keiuarga Berencana. Kesejahteraan keiuarga menunjuk kepada keadaan tingkat keseimbangan, keselarasan dan keserasian pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasnani dan rokhani dari suatu keiuarga Cayah, ibu, anak dan
anggota keiuarga lainnya CPusat Pendidikan dan Latihan BKKBN
: 19803. Tingkat keiuarga sejahtera akan terpanuhi apabila terjadi keseimbangan antara faktor-faktor pendukungnya, seperti : jumlah anggota keiuarga, keadaan tempat tinggal, keadaan sosiai ekonomi yakni meliputi keserasian hubungan k.skerabatan dalam keiuarga serta perolehan tingkat
tingkat kesejahteraan penduduk, UPPKA melakukan kegiatannya
dalam
rangka
meningkatkan
pemantapan
pelembagaan
dan
pembudayaan keiuarga kecil bahagia sejahtera melalui per an
serta
masyarakat
dalam mengelola dan
mengembangkan usaha
ekonomi
produktif.
Upaya ini
dilakukan melalui
pemberian
bantuan
pinjaman
dana
usaha
serta
pembinaan
untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat agar
mampu
meningkatkan
pendapatan
keiuarga
secara
mandiri
sehingga
harapan
terwujudnya kesejahteraan dapat terpenuhi.
Sasaran
kegiatan
UPPKA
diarahkan
kepada
institusi
masyarakat dalam bentuk kelompok dengan ciri sebagai berikut
a. Masyarakat status sosiai ekonomi lemah;
b. Beranggotakan lebih dari
50 % adalah akseptor
Keiuarga
Berencana;c.Beranggotakan lebih
dari 50 % wanita;
d. Mempunyai usaha ekonomi produktif;
e. Kelompok
sudah
terbentuk
dan
mempunyai
kegiatan
dasar
sebagai
suatu kelompok,
seperti
: pertemuan
rutin,
ada
simpanan pokok dan simpanan wajib;
f.Bukan kelompok binaan atau mendapat dana bantuan donatur
lain untuk kegiatan yang sama;
g. Kelompok yang berpotensi untuk mengembangkan diri•
h. Kelompok yang mendapat perhatian dan pembinaan serius dari
petugas lapangan yang bersangkutan;
i. Mendapat dukungan dari semua pihak.
CSumber :BKKBN
Propinsi Jawa Barat 1993)
Hakikatnya kegiatan UPPKA merupakan bentuk pendidikan
yang
dilakukan
secara
terorganisasi,
terprogram
untuk
mendorong kesadaran masyarakat agar mampu melakukan tindakan
pembaharuan dalam rangka meningkatkan martabat kehidupannya
melalui
kegiatan
ekonomi
produktif.
Pembelajaran
melalui
kegiatan UPPKA merupakan bentuk PLS yang menekankan kepada
pemberdayaan kemampuan Cempowering) warga belajar agar mampu
kelompok,
menganalisis situasi
kehidupan dengan menguasai
keterampilan
yang
dapat
meningkatkan
kehidupan.
Warga
belajar
akan
dapat
mempengaruhi
struktur
serta
hubungan
sosiai
ekonomi dan atau politik masyarakat sehingga dapat
memperbaiki kedudukannya di masyarakat CKindervatten : 1979
: 12-13).
Kegiatan
UPPKA
bermaksud
menolong
atau
melayani
pengusaha berstatus sosiai
ekonomi
rendah mencapai
tujuan
belajar
yakni
mengembangkan
kewiraswastaan
pengusaha
sehingga mampu membentuk manusia mandiri, meningkatkan taraf
hidup,
dan
memperbaiki
status
sosiai
ekonomi
dalam
masyarakat.
B-
Identifikasi
Masalah dan Fokus Masai ah
Sejalan
dengan
program
pembinaan
UPPKA
Pemerintah
Indonesia
dalam
masa
pembangunan
jangka
panjang
tahap
pertama CI969 - 1994) telah menggalakkan program - program
pembangunan yang secara operas!onal
melibatkan
sepenuhnya
partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan pembangunan.
Upaya
yang
dilakukan
seperti:
pemberantasan
buta
huruf
melalui
"Paket A" serta program peningkatan kesejahteraannya melalui
"Kelompok Belajar Usaha ;pembinaan etos kerja petani melalui
kegiatan penyuluhan serta bantuan kesejahteraannya melalui
pemberian
bantuan
keringanan
xredit;
program
Usaha
Peningkatan Pendapatan Keiuarga CUP2K) dengan bantuan Inpres
Desa untuk
PKK di
Desa;
program
Usaha Ekonomi
Produktif
bagi fakir miskin.karang taruna, Jompo.dan wanita berpendidikan rendah melalui Departemen Sosiai dan Dinas
Sosiai
Propinsi;
sedikitnya telah membantu upaya peningkatan
kecerdasan dan kesejahteraan sebagian penduduk. Berhasil tidaknya pengembangan program pembangunan tersebut, terletak pada faktor internal warga belajarnya, kesesuaian materi program dengan kebutuhan sasaran,serta kredibilitas tutor / penyuluhnya. Beberapa hasil penelitian, diantaranya dikemukakan oleh : Rusli Lutan CI982) tentang Kejar Paket A, ditemukan bahwa "corak kepemimpinan tutor dan motif
bresprestasi
warga belajar merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar pada program kejar Paket A"; Zainuddin Arif CI982) tentang Kejar Paket A, disimpulkan
bahwa "motif bresprestasi dan status sosiai ekonomi
merupakan faktor determinatif terhadap minat belajar orang dewasa dalam program Kejar Paket A"; Mohamad Zen C1985) tentang Kelompok Belajar Usaha, menegaskan bahwa "ada hubungan fungsional antara keterampilan produktif dengan
sikap
mental
warga
belajarnya
dan
ada
ketergantungan
fungsional antara keterampilan produktif warga belajar pada dana dari pemerintah melalui program "membelajarkan" dalam program kejar Paket A". Cik Suabuana C1994) tentang
pembinaan etos kerja petani. Penelitiannya menegaskan bahwa
pembinaan etos kerja Detani dipengaruhi oleh beberapa
faktor,
yakni
latar
belakang
diri
dan
keiuarga,
11
kondisi psikologis sebagai orang dewasa dan kredibilitas penyuluh. Disamping itu, ada f aktor-faktor lain yang
mempengaruhi proses, yakni : kesesuaian materi pembinaan
etos kerja dengan kebutuhan petani kecil, media dan waktu pembinaan.
Dengan memperhitungkan permasalahan yang dimiliki oleh pelaku usaha keiuarga berstatus sosiai ekonomi rendah, kemungkinan pengembangannya serta rujukan hasil-hasil penelitian yang dikemukakan di muka, maka yang diperlukan bagi pengusaha keiuarga berstatus sosiai ekonomi rendah,
khususnya dalam UPPKA, selain pemberian bantuan kemudahan
perolehan dana, juga mengubah cara berfikirnya melalui
pemberian motivasi yang berkelanjutan disertai bimbingan
usaha yang intehsif untuk meningkatkan sikap dan keterampilan kewiraswastaan.
Setelah program UPPKA diperkenalkan dan menjadi
program peningkatan kesejahteraan keiuarga, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penyelenggaraan
program UPPKA. Permasalahan pokok yang ingin diamati adalah
"Sejauhmana pembinaan sikap dan keterampilan kewiraswastaan melalui penyuluhan Usaha Peningkatan Pendapatan Keiuarga
Akseptor Keiuarga Berencana CUPPKA) mampu meningkatkan kesejahteraan keiuarga pengusaha berstatus sosiai ekonomi
rendah di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung ?". Secara.
r'inci permasalahan penelitian dirumuskan dalam /ohus masalah
1.
Bagaimana
bentuk
kegiatan
penyuluhan
dalam
pembinaan
sikap
dan
keterampilan
kewiraswastaan
bagi
pengusaha
UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah ?
2. Bagaimana upaya pengusaha UPPKA berstatus sosiai
ekonomi
rendah
mengembangkan
kemampuan
sikap
dan
keterampilan
kewiraswastaannya melalui penyuluhan ?
3. Bagaimana
tingkat
keberhasilan
pembinaan
sikap
dan
keterampilan kewiraswastaan bagi pengusaha UPPKA berstatus
sosiai ekonomi rendah melalui penyuluhan ?
4. Faktor-faktor
apakah
yang
mempengaruhi
keberhasilan
pembinaan
sikap
dan
keterampilan
kewiraswastaan
bagi
pengusaha UPPKA berstatus
sosiai
ekonomi
rendah melalui
penyuluhan ?
5. Bagaimana
pengaruh
pembinaan
sikap
dan
keterampilan
kewiraswastaan melalui
penyuluhan terhadap kesejahteraan
keiuarga 7
C. Definisi Operas!onal
Untuk tidak
menimbulkan keraguan terhadap pemahaman
kajian penelitian, diperlukan adanya kejelasan konsep-konsep
pokok dari permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
1. Pembinaan
Pembinaan, dalam kamus umum Bahasa Indonesia
susunan
Poerwadarminta
C1983)
dimaknakan
sebagai
"pembangunan",
"pembaruan".
Menurut Soetopo & Soemanto C1986),
pembinaan
13
yang telah
ada.
Sejalan dengan
makna
tersebut,
pembinaan
dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai "setiap usaha yang
dilakukan
melalui
kegiatan penyuluhan
untuk
mengembangkan
pengetahuan dan kecakapan yang telah dimiliki sasaran agar
lebih berkualitas".
2. Wiraswasta dan Kewiraswastaan
Meredith,
C1989:
5
)
mengemukakan bahwa wiraswasta
adalah : individu-individu yang berorientasi kepada tindakan
dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar
tujuannya".
Selanjutnya
dikemukakan
bahwa
wiraswasta
ditunjukkan oleh ciri : percaya diri, berorientasi tugas dan
hasil,
pengambil
resiko,
kepemimpinan,
keorisinilan,
dan
berorientasi kemasa depan.
Yang dimaksud wiraswasta dalam penelitian ini
adalah
pelaku usaha Cpengusaha)
yang memiliki
kemampuan melakukan
kegiatan
ekoncmi
secara
mandiri
dengan
dilandasi
ide
inovatif,
kreatif,
dan
produktif
yang
ditunjukkan
dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
- mempunyai keinginan maju dan terbuka terhadap pembaharuan
Cide—ide baru);
memiliki
keberanian
untuk
mengambil
resiko
apabila
ter jadi ;
- memiliki keberanian untuk memupuk modal;
memiliki
kesediaar?
untuk
menginvestasikan
kembali
- memiliki kemandirian usaha Cpercaya kepada diri sendiri);
- mampu memanfaatkan waktu secara ekonomis;
- menjaga kepercayaan orang lain;
- mampu
memanfaatkan
nilai
positif
dari
persaingan
dan
kerja sama untuk tujuan ekonomi.
Sedangkan kewiraswastaan, secara etimologis terbentuk
dari kata ke-wiraswasta-an, yang menunjukkan kata sifat yang
dibentuk
dari
kata benda wiraswasta.
Kewiraswastaan adalah
proses
yang
membawa
ide
atau
nilai
kreatif,
inovatif
dan
produktif dengan ciri-ciri wiraswasta.
Makna pembinaan sikap dan keterampilan kewiraswastaan
merupakan
setiap
usaha
yang
dilakukan
melalui
penyuluhan
terhadap pengusaha UPPKA agar mampu mengembangkan sikap dan
keterampilan
kewiraswastaan
sehingga
dengan
kekuatannya
sendiri dapat meningkatkan Mesejahteraan keiuarga.
3. Si hap Kewiraswastaan
Sihap,
merupakan
predisposisi
seseorang
untuk
bertindak senang atau tidak
senang
terhadap
objek
sosiai
yang ditunjukkan
oleh
penilaiannya
positif
atau
negatif
CKrech,
Cruchfield,
Ballachey
: 1963).
Selanjutnya
sikap
berfungsi ntuk menentukan perilakunya ke arah tertentu yang
ditunjukkan oleh objek sikap.
Berdasarkan pengertian tersebut, sikap kewiraswastaan
15
dibinakannya
melalui
penyuluhan.
Kecenderungan
sikapnya
mengarahkan perilakunya terhadap karakteristik nilai
k ewi r aswastaan.
4. Keterampilan Kewiraswastaan
Keterampilan
adalah
suatu
kemampuan
atau
kecakapan
untuk melakukan suatu aktifitas tertentu.
Orang yang trampil
memiliki
kemampuan
intelektual
yang
mendasari
daya
potensi
keterampilannya. Keterampilan kewiraswastaan pengusaha UPPKA
meliputi kemampuan untuk berfikii kreatif Cmemecahkan
permasalahan dengan car-mat);
melakukan pengambilan keputusan
secara efektif Cpemilihan sejumlah alternatif pemecahan
masalah
yang
tepat
dengan
memperhitungkan
untung
ruginya
terhadap keputusan yang diambil);
kemampuan memimpin dirinya
untuk berusaha dengan berpedoman kepada alur sistem nilai
yang dituntut dalam kewiraswastaan; dan kemampuan untuk
mengelola
usaha
produksi
atas
dasar
prinsip-prinsip
manajerial dalam mengembangkan kemampuan usaha ekonomi
produktif nya.
5. Kegiatan UPPKA
Kegiatan UPPKA CUsaha Peningkatan Pendapatan Keiuarga Akseptor-Keiuarga Berencana) adalah kegiatan bersama dalam
bentuk pra koperasi yang dilakukan oleh, dari dan untuk
diharapkan dapat menambah/ meningkatkan pendapatan keiuarga
dan atau menunjang terwujudnya pelembagaan
dan
pembudayaan
Norma
Keiuarga
Kecil
Bahagia
dan
Sejahtera
CNKKBS)
di
masyarakat. CSumber : Pedoman Operasional Pelaksanaan
Kegiatan
UPPKA,
BKKBN
1988).
Kegiatan
ekonomi
dapat
dilakukan secara perorangan atau kelompok.
6.Usaha Wiraswasta Keiuarga Berstatus Sosiai Ehonomi Rendah
Konsep ini dimaksudkan sebagai suatu bentuk kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh keiuarga akseptor KB,
khususnya
wanita
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
pendapatan
keiuarga secara produktif,
selanjutnya dalam penelitian ini
disebut
pengusaha
UPPKA. .
Kegiatan
ekonomi
dilakukan
di
dalam
lingkungan
keiuarga
dengan
usahanya
sendiri,
mempergunakan modalnya sendiri,
dengan tidak
didukung
oleh
sumber
tenaga
kerja
secara
formal
yakni
dilakukan
oleh
anggauta
keluarganya
sendiri
dengan
memanfatkan
tempat
dan
lahan usahanya secara mandiri. Status sosiai ekonomi rendah
adalah
tempat
atau
posisi
pengusaha
dalam
lingkungan
masyarakat
yang
ditunjukkan
oleh
kondisi
pendidikan
yang
rendah dengan tingkat perolehan pendapatan yang belum mampu
memenuhi
tingkat keseimbangan pemenuhan kesejahteraan hidup
keiuarga
secara
optimal.
Bentuk
usaha
yang
dikembangkan
adalah
industri
rumah
tangga
yang
mengolah
bahan
baku
hasil
pertanian
menjadi
komoditas
konsumsi
pangan
dalam
17
7. PenyuIuhan
Yang dimaksud dengan penyuluhan
adalah bentuk proses
pembelajaran
sikap
dan
keterampilan
kewiraswastaan
yang
dilakukan
dengan bimbingan,
arahan
dan
pengertian
secara
berkelanjutan
untuk
menumbuhkan
kesadaran
pengusaha
UPPKA
agar mampu mengembangkan sikap dan keterampilan usaha secara
inovatif, kreatif, produktif.
Proses pembelajaran melibatkan
komponen pembelajaran tertentu sebagai suatu sistem, yakni :
masuhan
sarana
yang
melibatkan
unsur
tujuan
pembelajaran
Cprogram),
materi,
metoda,
media
dan
penyuluh;
masuhan
mentah,
melibatkan
pengusaha
UPPKA
yang
berstatus
sosiai
ekonomi rendah dan memiliki
kemampuan
kewiraswastaan
yang
belum berkembang;
masuhan
linghungan,
yakni
kondisi
sosiai
dan
kondisi
alam
yang
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
proses pembelajaran ;
masuhan lain,
yakni
daya dukung lain
yang
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
pembinaan,
diantaranya modal
usaha dan pemasaran usaha;
proses,
yakni
proses interaksi
antara penyuluh yang terdiri
dari
Petugas
Lapangan Keiuarga Berencana CPLKB)
selaku penyuluh formal,
Pemimpin
Masyarakat
yang
bersifat
formal
dan
informal
sebagai mediator yang memperkuat proses penyuluhan
terhadap
anggota
UPPKA
yang
berstatus
sosiai
ekonomi
rendah;
heluaran,
meliputi sikap
kewiraswastaan
yang
positif
dan
keterampilan kewiraswastaan yang berkembang ;
dampah,
yakni
pengaruh
yang
ditimbulkan
dari
keberhasilan
pembelajaran
bentuk peningkatan kesejahteraan keiuarga.
8. Kriteria Keberhasilan Pembinaan
Keberahasilan
adalah
ukuran
untuk
menentukan
nilai
tambah
yang
diperoleh
dari
suatu
proses
pembelajaran/pembinaan.
Keberhasilan
pembinaan
sikap
dan
keterampilan kewiraswastaan bagi pengusaha UPPKA ditunjukkan
berdasarkan indikator sebagai
berikut :
a. Si hap Kewiraswastaan
Meliputi
perubahan unsur kognisi, afeksi,
dan konasi.
Unsur
kognisi
ditunjukkan
dengan
kecenderungan
perubahan
pemikirannya
terhadap
nilai
pembaharuan Cide-ide
baru)
dan
kemajuan usaha, keberaniannya dalam mengambil resiko apabila
terjadi,
keberaniannya
dalam
memupuk
modal,
kesediaan
menginvestasikan
kembali
sebagian
labanya,
kemandirian
usaha,
pemanfaatan
waktu
untuk
mengembangkan
usaha
produktif,
kejujuran
dan
menjaga kepercayaan
orang
lain,
pemanfaatan nilai
positif
dari
persaingan,
dan
perlunya
kerjasama.
Unsur
afeksi
ditunjukkan
dengan
kecenderungan
perasaan
senang
atau
tidak
senangnya
dalam
mengembangkan
usaha
produktif
yang
dilakukannya
dan
aspek
konasi
ditunjukkan dengan
kecenderungan
keinginan
atau
tekadnya
untuk
mau
atau
tidak
memper bahar ui
J.emampuan
usaha
19
b. Keterampilan Kewiraswastaan
Meliputi
perubahan
unsur
:
1).
Berfikir
kreatif
melalui
kemampuannya
dalam
memecahkan
permasalahan
dengan
cermat,
menggunakan kemampuannya untuk
memperoleh kemajuan
dan
keberhasilan
usaha.
2).
Pengambilan
keputusan
secara
efektif terhadap pemanfaatan dana pinjaman, mencari peluang
dan
memanfaatkan
waktu
secara
optimal
untuk
memperoleh
keuntungan.
3).
Kemampuan
kepemimpinan
melalui
tindakan
pengendalian
diri
untuk
berusaha
dan
mengupayakan
kesungguhan
usaha
atas
dasar
kemandirian.
4). Kemampuan
mengembangkan
usaha
produktif
dengan
menggunakan
prinsip
manajemen usaha melalui
kemampuannya untuk
memperhitungkan
tujuan,
waktu
dan
tenaga,
mendayagunakan
sumber
tenaga
kerja,
mendorong
pihak
lain
bekerjasama
meningkatkan
kualitas
dan
kuantitas
produk
dan memanfaatkan
penilaian
usaha untuk meningkatkan kemampuan yang lebih besar.
9.
Kesejahteraan Keiuarga
Kesejahteraan
keiuarga
dalam
penelitian
ini
dimaksudkan
sebagai
suatu
keadaan
tingkat
keseimbangan
pemenuhan
kebutuhan
material
dan
kebutuhan
spiritual
dari
keiuarga
akseptor
KB
yang
terhimpun
dalam
kelompok
UPPKA. Kesejahteraan material meliputi:
pemenuhan
kebutuhan
sandang,
pangan,
perumahan
dan
fasilitas
kesehatan.
Sedangkan
kesejahteraan
spiritual/rohaniah,
meliputi
:
takut, cemas, dan tertekan.
D. Tujuan dan Kequnaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran empirik tentang penyelenggaraan pembinaan sikap dan
keterampilan
kewiraswastaan
melalui
penyuluhan
bagi
pengusaha UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah di Kecamatan
Ciparay
Kabupaten
Bandung.
Temuan
penelitian
diharapkan
mampu memberi masukan berarti bagi perencana, pendidik dan
pengelola program pendidikan luar sekoiah dalam mencari
alternatif
peningkatkan
kualitas
sumber
daya
manusia
dan
kesejahteraan keiuarga bagi pengusaha berstatus sosiai
ekonomi rendah.
Sejalan dengan tujuan tersebut, secara khusus
penelitian ini dimaksudkan untuk :
a. mengetahui bentuk kegiatan penyuluhan dalam pembinaan sikap dan keterampilan kewiraswastaan bagi pengusaha
UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah.
b.memperoleh gambaran upaya pengusaha UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah dalam mengembangkan kewiraswastaan melalui kegiatan penyuluhan.
c.mengetahui ti ngk at keber nasi1an pembi naan si k ap dan keterampilan kewiraswastaan bagi pengusaha UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah melalui penyuluhan.
21
pembinaan
sikap
dan
keterampilan
kewiraswastaan
bagi
pengusaha UPPKA berstatus sosiai ekonomi rendah melalui
penyuluhan.
e.memperoleh
gambaran
pengaruh
pembinaan
sikap
dan
keterampilan
kewiraswastaan
melalui
penyuluhan
terhadap
peningkatan kesejahteraan keiuarga.
2. Kegunaan Penelitian
Ada
dua
kegunaan
utama
yang
diharapkan
dapat
diperoleh
dari
hasil
penelitian
ini,
yakni
kegunaan
yang
bersifat teoritis dan kegunaan yang bersifat praktis.
Secara
teoritis,
melalui
temuan
yang
diperoleh,
diharapkan mampu memberi
nilai yang berarti
bagi
pengayaan
pembelajaran
sikap
dan
keterampilan
kewiraswastaan
dalam
pendidikan
luar
sekoiah
sarta
mampu
memberi
sumbangan
berarti
bagi pengayaan konsep pendidikan luar
sekclah dalam
mengembangkan
pendidikan
lanjutan
Ccontinuing
education),
khususnya bagi
keiuarga berstatus sosiai
ekonomi
rendah.
Secara
praktis,
penelitian
ini
diharapkan
mampu
memberi masukan bagi tenaga pengelola dan pelaksana program
pembinaan sikap dan keterampilan kewiraswastaan bagi pelaku
usaha
keiuarga
berstatus
sosiai
ekonomi
rendah,
khususnya
bagi
PLKB
selaku
Penyuluh
dan
instansi
terkait
dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan atas tujuan peneliti, untuk memperoleh data
konkrit secara alamiah sebagai suatu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Peneliti ingin mengungkap
makna y».ng t<?r k e.ndung dalam sikap dan keterampilan wiraswasta yang ditunjukkan oleh pelaku usaha keiuarga
berstatus sosiai ekonomi rendah sorta mondoskripsikan
interaksi yang terjadi dalam proses pembentukan kemampuan
tersebut sesuai dengan latarnya.
Pendekatan kualitatif dianggap sesuai untuk
permasalahan penelitian ini, dengan pertimbangan sebagai
berikut .- 1. lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan
ganda; 2. menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden; 3. lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi CLexy Moleong : 1991 : 5). Hal yang diamati terkait secara langsung dengan permasalahan aktual yang dihadapi responden saat ini. David
Williams CSanafiah Faisal :1990 : 22), menjelaskan bahwa
tipe-tipe informasi yang lebih sesuai dengan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
a).Untuk memahami makna yang mendasari tingkah laku partisi pan, bukan untuk mengamati tingkah laku yang
terobservasi .
b).Untuk
mendeskripsikan latar dan interaksi
yang kompleks
dari partisi pan, bukan untuk mensisntesis dan
mengikhtisarkan mana variabel terpenting pengaruhnya.
c).Eksplorasi
untuk
mengidentifikasi
tipe-tipe
informasi
baru
yang
hendak
dikumpulkan,
bukan
meringkas
ikhtisar-ikhtisar dari apa yang telah diketahui.
d).Untuk
memahami
keadaan
yang
terbatas
jumlannya,
dengan
fokus yang mendalam dan rinci,
bukan
untuk memahmi banyak
keadaan dengan fokus yang luas.
e). Untuk
mendeskripsikan
fenomena
guna
melahirkan
sesuatu
teori bukan untuk mendeskripsikan fenomena dalam latar yang terkendali guna pengujian teori.
f).Mempersoalkan
variabel-variabel
menurut
pandangan
dan
definisi
partisipan,
bukan
mempersoalkan
variabel
variabel
menurut pandangan dan definisi
peneliti.
g).Menghendaki
deskripsi
dan
konklusi
yang
kaya
tentang
konteks,
bukan
menghendaki
generalisasi
yang bebas dari
konteks.
h).Menghendaki terfokus pada interaksi manusia dan proses-proses yang mereka gunakan, bukan menghendaki
terfokus pada produk
dan hasil yang diperoleh.
Sesuai
dengan
permasalahan
penelitian,
penulis
menetapkan metode studi kasus dengan tujuan untuk menyelami
dan
memahami
keberadaan
subjek
dengan
seksama
berkenaan
dengan berbagai hal yang diperlukan.
Dalam kajian Bogdan & Biklen CI982 : 59-61), ada tiga
94
organizational case studies, 2). observational case studi,
dan 3). life story. Historical organization case studies, memusatkan perhatiannya terhadap organisasi tertentu pada
waktu yang lama, menelusuri suatu organisasi atau peristiwa sejak awal pertumbuhannya, serta perkembangannya atau
perubahan-perubahan yang terjadi terhadap organisasi
tersebut. Observational case studies, memusatkan perhatian
pada aspek tertentu atau berbagai aspek dari suatu organisasi, dengan menggunakan teknik observasi partisipasi.
Life Story, memusatkan perhatian pada peristiwa yang
menyangkut riwayat hidup seseorang. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengumpulkan cerita tentang riwayat seseorang.
Dihubungkan dengan tipe Bogdan di atas, maka studi kasus dalam penelitian ini, termasuk dalam kategori
o b s e r v a t i o n c a s e s t u d i e s . Peneliti bermaksud untuk melakukan
observasi partisipatif dengan kegiatan responden, untuk mengetahui bagaimana bentuk pembinaan sikap dan keterampilan wiraswasta terhadap pelaku usaha keiuarga yang berstatus sosiai ekonomi rendah melalui kegiatan penyuluhan, bagaimana responden melakanakan fungsi dan peranannya, bagaimana bentuk keberhasilan pembinaan, serta bagaimana pengaruhnya terhadap peningkatan kesejahteraan hidup keluarganya.
B. Subjek yang Diteliti
Unit analisis penelitian adalah pengusaha keluar.ja yang tergabung dalam kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keiuarga Akseptor - Keiuarga Berencana CUPPKA) Kampung
Kelompok UPPKA terdiri dari 20 orang yang melakukan kegiatan usaha secara perorangan. Mereka adalah ibu rumah tangga peserta Keiuarga Berencana Caktif) yang mengembangkan jenis usaha industri rumah tangga, mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi konsumsi makanan ringan Cranginang
-mentah).
Untuk memperoleh data penelitian secara mendalam,
mengingat keterbatasan waktu, maka jumlah subjek penelitian ditentukan sebanyak enam orang yang dipilih berdasarkan
kriteria sebagai berikut :
1.Akseptor Keiuarga Berencana yang terdaftar sebagai anggota
kelompok UPPKA Kampung Sukagalih Kecamatan Ciparay.
2.Anggota UPPKA yang memiliki usaha ekonomi produktif rumah tangga yakni mengolah, memproduksi dan memasarkan hasil
usahanya.
3 Pengusaha memperoleh bantuan modal usaha dari BKKBN dalam
jumlah yang relatif sama.
4.Sesuai dengan keadaan pengusaha, responden ditentukan
secara purposive sejalan dengan keadaan kasus.
Untuk memperoleh gambaran resoonden yang dijadikan subjek penelitian, terlebih dahulu dapat diamati keadaan pengusaha pengusaha UPPKA dalam tabel 1 dan ketetapan
responden dalam tabel 2 . Kriteria keadaan pengusaha, diperhitungkan oleh peneliti sendiri berdasarkan tinykat kemampuan pengusaha dalam mengolah bahan baku dan. nilai
penghasilan produksi. Penghasilan ini tidak memperhitungkan
penghasilan tambahan lain, kecuali dari penjualan hasil
Keadaan
ber k embang
pesat
berkembang kurang ber k embang
Tabel 1
KEADAAN PENGUSAHA UPPKA SUKAGALIH
KECAMATAN CIPARAY CTAHUN 1994)
Rata-rata bahan bak u
yang di
Cbulan)
750 - lOOO kg
550 - 700 kg
400 - 500 kg
Pendapatan /bulan
Rp 225.OOO - Rp 300.
Rp 150.OOO - Rp 220. OOO,-Rp 90.OOO - Rp
140.OOO,-Tabel 2
JUMLAH RESPONDEN PENELITIAN
No. Keadaan Pengusaha Jumlah Responden
1 . 2. 3. berkembang pesat berkembang kurang berkembang 4 13 3 2 3 i i
jumlah 20 6
96
Kriteria
keadaan
pengusaha
dalam
tabel
1,
diperhitungkan oleh peneliti sendiri berdasarkan
pertimbangan
tingkat
kemampuan
pengusaha
dalam
mengolah
bahan baku dan nilai penghasilan
produksi.
Penghasilan ini
tidak
memperhitungkan
penghasilan
tambahan
lain,
kecuali
dari
penjualan
hasil
produksinya.
Keadaan pengusaha berkisar antara
usia 32 hingga 51
tahun,
pra
UPPKA
mengawali
usaha
dengan
modal
sendiri
sekitar Rp 20.000 - Rp 40.000,- , berpendidikan hampir sama
Rp
150.000
-
Rp
200.000,-.
Berdasarkan
keadaan
tersebut,
responden penelitian ditentukan sebagai berikut :
a). Dari
4
pengusaha
yang
berkembang
pesat,
dipilih
2
pengusaha yangsama-sama berusia muda C32-33 tahun) dengan
jumlah anak dan tanggungan keiuarga berbeda.
b).Dari
13 pengusaha yang berkembang,
ditentukan 3 pengusaha
berdasarkan tingkatan usia, yakni : usia tua C51 tahun),
usia sedang C42 tahun ) dan usia muda C32 tahun).
c).Dari 3 pengusaha yang kurang berkembang, ditentukan 1
pengusaha yang berusia sedang C43 tahun).
Hakikatnya penelitian kualitatif menghendaki studi kasus dengan jumlah terbatas yang ditentukan secara purposive. Cara demikian tidak mengurangi makna keabsahan
kaidah ilmiah yang harus berlaku universal, karena secara
konseptual
penelitian
kualitatif
bersifat
idiographik
Cpenafsiran data yang memiliki arti keberlakuan khusus,
bukan mencari
hukum keberlakuan umum)
dan
bersifat
aplikasi
tentati/, karena asumsi atas realitas yang bersifat ganda dan berbeda, dan interaksi antara peneliti dan responden yang bersifat khusus, tidak dapat Oiduplikasikan CNoeng Muhadjir : 1991 : 129). Menurut Sanafiah Faisal C1990: 56),
bahwa
"penelitian
kualitatif
bertolak
dari
asumsi
tentang
realitas sosiai yang bersifat untk, kompleks dan ganda.
Padanya terdapat regularltas
dari
pola tertentu,
namun penuh
dengan variasi". Dengan demikian penelitian kualitatif menghendaki perlakuan kegiatan yang sengaja memburu
informasi
seluas mungkin
ke arah variasi
yang ada.
Apabila
98
unik
tersebut,
maka
penelusuran penelitian
tersebut
dapat
terpenuhi.Hakikatnya
penelitian
kualitatif
menghendaki
studi
kasus
dengan
jumlah
terbatas
yang
ditentukan
secara
purposive.
Cara
demikian
tidak
mengurangi
makna
keabsahan
kaidah
ilmiah yang
harus
berlaku universal,
karena
secara
konseptual
penelitian
kualitatif
bersifat
idiographik
(penafsiran
data
yang
memiliki
arti
keberlakuan
khusus,
bukan mencari hukum keberlakuan umum) dan bersifat
aplikasi
tentatif,
karena asumsi
atas
realitas
yang
bersifat
ganda
dan
berbeda,
dan
interaksi
antara
peneliti
dan
responden
yang
bersifat
khusus,
tidak
dapat
diduplikasikan
CNoeng
Muhadjir : 1991 : 129).
Dari
sejumlah
informasi
yang
diberikan
responden,
kemudian
dikonfirmasikan
kembali
kepada
informan
lain
,
yaitu : tokoh-tokoh masyarakat, para sepuh/pendahulu anggota
keiuarga dari subjek penelitian,
penyuluh dan pembina UPPKA
di tingkat Desa, Kecamatan maupun Kabupaten.
Untuk mendukung
pengamatan
peneliti
terhadap
kasus,
sebagai
pembanding
diamati pula kondisi
dan
reaksi-reaksi
yang
timbul
dari
pengusaha non-UPPKA dalam lingkungan setempat.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen
pengumpul
data
dikembangkan
oleh
peneliti
sendiri
berdasarkan
arah
penelitian
yang
akan
diperoleh,
serta
dengan
mempertimbangkan
kemungkinan
hal-hal
yang
berkembang
dalam
realitas
penelitian.
Peneliti
melakukan
interaksi
secara
langsung
dengan
situasi
dan
lingkup
Lexy J. Moleong C1991 : 19), menegaskan bahwa dalam
penelitian kualitatif,
"lebih banyak bergantung pada
dirinya
sebagai alat pengumpul data.
Selanjutnya
dijelaskan
pula,
bahwa "...orang sebagai
instrumen
memiliki
senjata
"dapat
memutuskan",
yang
secara
luwes
dapat
digunakannya.
Ia
senantiasa
dapat
menilai
dan
mengambil
keputusan".
Karakteristik
ini
menempatkan
peneliti
sendiri
menjadi
instrumen pengumpul
data C
instrumen human
).
Menurut
Noeng
Muhadjir
C1990:
127),
instruman human mampu menangkap makna,
interaksinya momot nilai, lebih-lebih untuk menghadapi nilai
lokal
yang
berbeda,
instrumen
human
mampu
mengadaptasi,
tidak
dapat
dikerjakan
oleh
instrumen
non
human
seperti
kuesioner.
Sebagai
pedoman untuk
mengarahkan penelitian terhadap
kasus,
dirumuskan
pokok-pokok
pertanyaan
penelitian
yang
diperuntukkan bagi tiga sumber data sebagai berikut : 1.Pembina/Penyuluh, pokok masalah yang diajukan :
- pendidikan tertinggi yang diperoleh;
- bentuk program pembinaan UPPKA;
- kebijakan yang dilakukan dalam melaksanakan pembinaan; - upaya yang dilakukan dalam pembinaan ;
- materi yang diberikan dalam pembinaan; - metode dan media dan waktu pembinaan;
- proses pembi naan ;
- oeni1ai an k eber has i J an pembi naan;
- daya dukung dan hambatan yang dihadapi dalam melakukan
pembi naan.
lOO
- pendidikan tertinggi
yang diperoleh ;
- riwayat usaha ;
- motivasi mengembangkan usaha;
- cara mengolah produk dan peralatan yang
diperlukan.
- hambatan-hambatan yang dihadapidalam mengembangkan usaha;
- motivasi keterlibatan dalam kegiatan UPPKA;
- kapan, dimana dan
dan berapakali memperoleh pembinaan;
- bagaimana cara pembina melakukan pembinaan;
- materi apa yang diperoleh dari hasil pembinaan;
- bagaimana sikapnya terhadap kemajuan usaha;
- bagaimana
sikapnya
terhadap
keberanian
dalam mengambil
resiko;
- bagaimana sikapnya terhadap upaya kerja sama;
- bagaimana sikapnya terhadap pemupukan modal usaha;
- bagaimana sikapnya
dalam menginvestasikan kembali iaba;
- bagaimana
sikapnya
terhadap ide-ide baru;
- bagaimana sikapnya terhadap disipiin waktu dan ketepatan
memenuhi janji ;
- bagaimana sikapnya terhadap persaingan;
- bagaimana sikapnya terhadap kepercayaan orang lain;
- apakah
menggunakan
pencatatan
dan
penghitungan
usaha
dengan teliti;
- bagaimana
upayanya
dalam
mengelola
kegiatan
usaha
produktif;
-
bagaimana
upayanya
dalam
mengatasi
masalah
kesulitan
usaha;-
bagaimana
upayanya
dalam
meningkatkan
kualitas
dan
- bagaimana upayanya untuk memahami
keadaan pasar;
- apa keinginannya untuk mengembangkan usaha lebih lanjut ; - berapa pendapatan keiuarga sebelum dan sesudah UPPKA;
-
bagaimana
keadaan
pemenuhan
kebutuhan
pokok
keiuarga
sebelum dan sesudah UPPKA;
- persepsi terhadap kegiatan penyuluhan;
- sikap terhadap penyuluh/pembina.
3. Masyarakat, pokok masaiah yang diajukan :
- bagaimana tanggapannya terhadap pengusaha UPPKA. - bagaimana tanggapannya terhadap program UPPKA.
D. Tek ni k Pengumpulan Data
Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah -.observasi, wawancara secara mendalam, studi
dokumentasi dan studi pustaha.
Observasi dilakukan untuk mengamati situasi nyata dari kasus yang diamati, yakni situasi sosiai yang terjadi
akibat dari pembinaan UPPKA. Yang dimaksud situasi sosiai dalam penelitian ini ditunjukkan dalam bentuk :
1.Lokasi / fisik tempat kegiatan pembinaan sikap dan
keterampilan kewiraswastaan dalam UPPKA.
2. Individu/pelaku yang berperan dalam kegiatan pembinaan
sikap dan keterampilan kewiraswastaan dalam UPPKA,
meliputi- ekspresi kecenderungan kewiraswastaannya serta keterampilan kewiraswastaannya yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam mengelola usaha ekonomi produktif;
3.Kegiatan
atau
aktifitas
para
pelaku
pada
lokasi/tempat
102
kewiraswastaan, meliputi : tingkah laku para pelaku pada saat berlangsungnya pembinaan serta pengembangan
k ewi r aswastaannya.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non-partisipatif. Maksudnya, peneliti melakukan pengamatan secara mendalam terhadap situasi sosiai, akan
tetapi
tidak
secara
langsung
terlibat
dalam
kegiatan
pembinaan UPPKA secara keseluruhan. Beberapa saat penelitian ini dilakukan, peneliti terlibat dengan kegiatan mereka akan tetapi lebih berperan sebagai pengamat untuk melihat reaksi yang terjadi dari proses komunikasi dalam pembinaan
kewiraswastaan UPPKA.
Tahap observasi yang dilakukan peneliti, meliputi : observasi deshriptif dan obssrvasi terfokus. Observasi
daskriptif merupakan kegiatan observasi awal, untuk melihat gambaran umum lokasi penelitian, serta unsur-unsur situasi
sosiai
dimana
terjadi
proses
komunikasi
yang
berperan
sebagai bentuk pembinaan kewiraswastaan UPPKA. Setelah
diketahui kemungkinan permasalahan yang diangkat dari situasi sosiai yang terjadi pada observasi deskriptif, selanjutnya peneliti melakukan observasi terpokus, yakni
observasi secara mendalam ke arah elemen-elemen tertentu untuk memperoleh data atau informasi sesuai dengan fokus
penelitian.
Teknik yang 'kedua adalah wawancara secara mendalam, yakni percakapan secara mendalam antara peneliti dengan
latar alamiah responden agar respon informasi yang diajukan
tidak bias dengan keaslian yang dimiliki responden.
Kegiatan
wawancara
tersebut
dilaksanakan
dalam
suasana
wajar
dan
dengan bahasa sehari-hari
responden,
adakalanya pembicaraan
seolah-olah tidak
dirasakan oleh responden sebagai
dirinya
sedang diwawancara.
Dalam
penelitian
kualitatif,
teknik
ini
merupakan
instrumen
utama
untuk
mengungkap
data.
Seperti
dijelaskan
Bogdan & Tylor CI975), bahwa "penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan
dari
orang-orang
dan
perilaku
yang
dapat
diamati".
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu itu sendiri secara
holistik.
(Lexy
Moleong : 1990 : 3). Data hasil wawancara kemudian
dideskripsikan dan ditafsirkan sesuai dengan latarnya secara
u t u h . .
Agar informasi atau data yang diperoleh senantiasa
sejalan dengan arah
penelitian,
penulis
mempergunakan
pula
pedoman
umum wawancara
sebagai
kerangka
konseptual
untuk
mengangkat permasalahan penelitian. Kerangka konseptual
tersebut
dibuat
sebelum
wawancara
dilakukan,
dengan
mempertimbangkan
keseluruhan
aspek
yang
diduga
akan
diperoleh dari responden . Sekalipun demikian, bentuk
pertanyaan
lain
mungkin
berkembang
sesuai
dengan
jawaban-jawaban informasi awal dari responden dan pengurutan
pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan keadaan
responden dalam konteks wawancara yang sebenarnya.
104 \
dibutuhkan dalam penelitian untuk memperoleh data atau informasi resmi yang terkait dengan situasi kehidupan sosiai, budaya dan alamiah yang mendukung terhadap
penciptaan pembinaan kewiraswastaan pada anggota
UPPKA.Terakhir, teknik yang digunakan adalah studi pustaka. Pustaka adalah sarana potensial yang memberi landasan
konseptual kerangka teori penelitian serta landasan
kontekstual yang membantu mendeskripsikan pemaknaan informasi atau data yang diperoleh peneliti dari kasus yang
diamati .
Untuk mendukung teknik penelitian, digunakan alat
bantu foto Chamera> dan catatan lapangan. Penulis telah
mempersiapkan tape recoder, namun atas permintaan responden, tape recoder tidak digunakan dengan alasan , ada perasaan
khawatir untuk bicara bebas sehingga tidak dapat
mengungkapkan informasi apa adanya.
D. Analisis dan Penafsiran Data 1. A n a l i s i s D a t a
Yang dimaksud dengan analisis data adalah suatu
proses mengurutkan dan mengamati secara sistematis transkrip interview (wawancara), catatan lapangan (hasil observasi) dan bahan-bahan lain yang ditemukan untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diamati. dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain (Bogdan & Bihlen : 1982 : 145). Hal senada dijelaskan oleh Lexy Moleong (1991:103), bahwa analisis data merupakan "proses
dan satuan uraian dasar