PETUNJUK TEKNIS
SAFEGUARD SOSIAL
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)
MANDIRI - PERKOTAAN
Diterbitkan Oleh:
LAMPIRAN
Lampiran A Surat Hibah/ Ijin Pakai/ Ijin Dilewati (sertai sketsa peta lokasi) 39 Lampiran B Berita Acara Sosialisasi Kesepakatan (beserta daftar hadir dan dokumentasi foto) 41 Lampiran C Daftar Kebutuhan Lahan Untuk Penempatan Sarana 42
Lampiran D Rekapitulasi Kebutuhan Lahan Untuk Penemppatan Sarana 43 Lampiran E Rekapitulasi Kebutuhan Lahan Untuk Penemppatan Sarana
( contoh pengisian) 44
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Di dalam penerapan kegiatan infrastruktur di masyarakat selain harus memenuhi syarat-‐sayarat teknis juga mempertimbangkan/mengupayakan tentang pengurangan dampak sosial, dampak lingkungan dan mempertimbangkan resiko bencana. Salah satunya aspek safeguard sosial yang perlu dikendalikan adalah menghindari penggunaan kayu ilegal, pengadaan lahan secara legal dan penanganan tentang masyarakat/komunitas adat terpencil (MKAT) dalam kegiatan pembangunan.
Pembangunan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat penerima
Didalam rangka memahamkan, menyadarkan dan sekaligus menginternalisasikan prinsip-‐prinsip tersebut, masyarakat mendapatkan bantuan pendampingan oleh tim fasilitator di tingkat kelurahan/desa. Keberadaan Petunjuk Teknis Safeguard
Sosial (pengamanan sosial) ini adalah untuk lebih memperkuat pemahaman diantisipasi, dicegah, dan ditangani oleh masyarakat.
statusnya. Salah satu sebabnya adalah karena pemukiman miskin yang mendapatkan bantuan program berada di atas tanah-‐tanah tersebut secara ilegal. Dapat saja pemilik tanah belum/tidak memberikan ijin/hak penggunaan tanah untuk dihuni oleh penduduk miskin kota tersebut. Seperti misalnya pemukiman miskin yang didirikan di atas tanah milik PJKA (PT KAI) atau yang berada di sepadan sungai yang tanahnya adalah milik dinas pengairan setempat. Dengan kondisi sosial seperti itu, telah diketahui bahwa perolehan ijin untuk membangun infrastruktur yang akan didanai program mungkin bukan sesuatu yang mudah diberikan oleh pemiliknya. Pada kasus seperti ini ada beberapa potensi dampak sosial yang muncul, diantaranya adalah:
• Kegiatan infrastruktur yang telah disetujui akan mengalami kesulitan untuk dibangun di lokasi tersebut. Akibatnya, telah terjadi penundaan kegiatan, atau perlu melakukan relokasi, atau bahkan mungkin juga perlu dilakukan revisi penggunaan dana.
• Untuk kegiatan infrastruktur yang sedang dibangun oleh masyarakat, dilarang melanjutkan penyelesaiannya.
• Bagi infrastruktur yang telah dibangun dapat saja diperintahkan untuk dibongkar oleh pemilik tanah.
b. Potensi dampak sosial yang sama seperti di atas juga muncul jika terjadi konflik kepemilikan tanah di masyarakat. Misalnya terjadi perseteruan diantara saudara kandung tentang siapa yang memiliki hak atas tanah yang telah digunakan untuk kegiatan infrastruktur itu, atau telah terjadi gugatan dari ahli waris terhadap tanah yang digunakan. Atau ada ketidaksepakatan terhadap penggunaan tanah diantara sejumlah pemilik tanah yang terkena kegiatan program.
d. Pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan belum melakukan identifikasi untuk lokasi Masyarakat/Komunitas adat terpencil , kondisi di lapangan belum menjadi perhatihan bagi para pelaku program antara lain:
• Kegiatan perlindungan Sosial tentang MKAT masih belum menjadi mainstream di masyarakat umumnya dan pelaku program.
• Kegiatan perlindungan sosial tentang MKAT masih dianggap oleh desa/keluruhan/kepolisian tentang asal-‐usul kayu)
Keberadaan Buku Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai panduan kerja agar berbagai kerugian sosial di masyarakat dapat dicegah, diantisipasi dan dihindari.
Cakupan safeguard sosial meliputi kegiatan terkait dengan potensi dampak sosial seperti dalam pengadaan tanah, pengadaan kayu dan penanganan MKAT.
1.3 TUJUAN
Menciptakan masyarakat dan pelaku yang sadar terhadap adanya dampak sosial, baik yang negatif maupun yang positif karena adanya pembangunan, sehingga memiliki kepedulian untuk mewaspadai seluruh kemungkinan yang merugikan, dan mengoptimalkan semua upaya yang bermanfaat.
1.4. KELUARAN DAN INDIKATOR SAFEGUARD SOSIAL a. Keluaran Kegiatan Safeguard Sosial
b. Indikator Kegiatan Safeguard Sosial:
No Indikator Target
1 Penggunaan kayu secara Legal di semua kegiatan infrastruktur. (berdasarkan kelengkapan dokumen: SKKH, Fako, Sako dan atau bukti pembelian di toko resmi)
80%
2 Pemanfaatan lahan secara legal di semua kegiatan infrastruktur. (berdadasarkan kelengkapan
dokumen hibah, jual beli, sewa dlsb) masyarakat, khususnya masyarakat rentan.
• Mengedepankan upaya pengamanan sosial dari setiap kegiatan yang diusulkan masyarakat
• Sebagai acuan menyusun rencana kerja dan memastikan kebijakan pengamanan sosial dilakukan.
• Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan pengamanan sosial.
Konsultan Pelaksana
• Panduan kerja pengendalian dan evaluasi mutu pelaksanaan pengamanan sosial.
Fasilitator • Memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana kerja pelaksanaan kegiatan khususnya pelaksanaan pengamanan sosial.
• Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para pemangku kepentingan di desa/kelurahan.
• Pengendalian mutu pekerjaan. Perangkat
pemerintah (Pusat, Provinsi, Kota/Kab.)
• Memahami secara menyeluruh Konsep Pengamanan Sosial
• Memastikan kebijakan Pengamanan Sosial dilakukan sesuai dengan ketentuan.
Kelompok Peduli • Melakukan kontrol sosial
• Melakukan advokasi.
BAB II
KETENTUAN TEKNIS
2.1. POTENSI DAMPAK SOSIAL
Potensi Dampak Sosial Negatif dengan mudah dapat terjadi terkait dengan kegiatan:
a. Pengadaan Tanah b. Pengadaan Kayu
c. Perlakuan terhadap MKAT (Masyarakat Adat Terasing)
Oleh sebab itu perlu diperhatian berbagai hal tertentu terkait dengan ketiga kegiatan tersebut diatas sebagai tersebut dibawah ini.
2.2. PRINSIP DASAR
• Keterbukaan informasi; dalam pengadaan tanah, pemilik tanah wajib memperoleh seluruh informasi yang terkait dengan berbagai pilihan hak/ijin yang tersedia yang dapat diberikan untuk kegiatan program.
• Dalam pengadaan tanah dilarang melakukan pemaksaan terhadap pemilik tanah, oleh pihak siapapun.
• Tidak diperkenankan melakukan alih fungsi tanah pertanian yang mengakibatkan terancamnya produksi pangan.
• Setiap usulan kegiatan yang diajukan kelompok wajib diidentifikasi lebih dahulu lokasi pengadaan tanahnya. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan adanya penolakan dari beberapa orang pemilik tanah dan atau untuk memastikan tidak akan terjadinya penggusuran secara paksa.
• Apabila terjadi penggusuran, seluruh biaya pembebasan tanah menjadi
2.3.1. Status hak atas tanah dibagi sebagai berikut:
• Tanah masyarakat, terdiri dari:
1. Hak milik yang belum bersertifikat, misalnya: Petok D/Girik, Buku C desa, Gogolan, hak ulayat,dsb
2. Hak milik yang sudah didaftarkan/bersertifikat 3. Hak milik secara adat
• Tanah yang dikuasai Pemerintah terdiri dari:
1. Tanah BUMN, BUMD, tanah militer, tanah milik desa, kas desa, bengkok, jalan desa, prasarana umum, dsb.
2. Kawasan hutan lindung, kawasan sempadan sungai/pantai, taman nasional, dsb.
3. Tanah yang dibeli oleh pemerintah dalam konteks pelaksanaan program
• Tanah lain-‐lain, diantaranya adalah tanah milik swasta, LSM atau tanah yang status haknya belum termasuk kedalam kedua kategori di atas.
2.3.2. Dalam kegiatan program PNPM Mandiri Perkotaan, bentuk-‐bentuk ijin dalam pengadaan tanah adalah sebagai berikut:
a. Hibah b. Ijin Pakai c. Ijin Dilalui d. Sewa e. Jual-‐Beli
Pengertian Hibah
Menurut KUHPerdata, hibah adalah suatu persetujuan, dengan mana seorang penghibah menyerahkan suatu barang secara cuma-‐cuma tanpa dapat menariknya kembali untuk kepentingan seseorang/sekelompok orang yang menerima penyerahan barang itu. Dalam kontek tanah yang dihibahkan -‐ -‐ dapat diartikan -‐ -‐ bahwa telah terjadi tindakan PELEPASAN TANAH dari pemilik tanah kepada pihak pengguna tanah untuk selamanya.
Tanah yang telah dihibahkan mengandung arti telah terjadi pengalihan status kepemilikan dari pemilik kepada pengguna. Atau dengan kata lain, tanah yang telah dihibahkan tidak melekat lagi pada yang memiliki tanah.
Pengertian Izin Pakai
Adalah ijin untuk memanfaatkan sebidang tanah sesuai perjanjian antara pemilik hak dengan pengguna/pemanfaat dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku dengan jangka waktu terbatas.
Pengertian Ijin Dilalui
Berdasarkan pengalaman program, yang dimaksudkan dengan izin dilalui adalah izin yang diberikan oleh pemilik tanah kepada penggguna/pemanfaat yang karena tanahnya dilalui oleh kegiatan program. Seringkali jenis izin ini digunakan untuk pemasangan pipa air bawah tanah yang melewati pekarangan rumah warga, misalnya. Dalam hal ini, pemilik tanah/pemegang hak atas tanah dianggap tidak terganggu untuk tetap memanfaatkan tanah tersebut. Misalnya untuk aktifitas lalu lintas orang atau ternak, dan lain-‐lainnya, sepanjang tidak merusak kepentingan pihak yang telah mendapatkan izin.
Pengertian Sewa
Pemilik tanah menyewakan tanahnya sebagian atau semua untuk digunakan oleh pengguna/pemanfaat untuk kurun waktu tertentu sesuai perjanjian.
Jual-‐Beli
Pemilik tanah/pemegang hak atas tanah melepaskan haknya dengan imbalan uang untuk dimanfaatkan oleh pihak pembeli.
2.4. PENGADAAN KAYU
Kayu yang digunakan dalam kegiatan pembangungan infrastruktur program PNPM Mandiri Perkotaan haruslah kayu yang asal usulnya jelas dan legal.
2.4.1. Asal usul kayu yang jelas adalah sebagai berikut:
a. Bersumber dari dinas Perhutani
b. Bersumber dari masyarakat (kebun, atau yang lain)
2.4.2. Kayu legal adalah yang memiliki bukti dokumen berikut ini:
a. FAKO (Faktur Asal Kayu Olahan), b. SAKO (Surat Asal Kayu Olahan)
c. SKSHH (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan)
Perlunya ketentuan khusus dalam pengunaan kayu legal adalah untuk menghindari digunakannya kayu yang dianggap ilegal dalam pembangunan infrastruktur progam sehingga kemungkinan pengrusakan lingkungan tidak dapat dikendalikan. Hal ini untuk mendorong munculnya kesadaran pelaku dan toko resmi penjualan kayu yang memiliki bukti dokumen FAKO/SAKO/SKSHH; b. Untuk kayu yang berasal dari masyarakat harus dilengkapi dengan bukti
keterangan resmi dari aparat atau instansi terkait (kepala desa/kelurahan/kepolisian tentang asal usul kayu;
c. Setiap penebangan pohon di kebun masyarakat, diwajibkan untuk menanam kembali bibit pohon sejumlah yang ditebang; keterangan resmi dari perangkat/instansi terkait.
b. Merujuk pada UU 39/1999 HAM, pasal 5: Setiap orang termasuk kelompok yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih, berkenaan dengan kekhususannya.
c. Aturan dalam PNPM Mandiri Perkotaan: “Masyarakat adat terasing tidak boleh mendapat keuntungan yang berbeda atau dirugikan oleh proyek.”
2.5.3. Karakteristik MKAT, secara umum:
• Memiliki keterikatan emosional yang dekat dengan nenek moyang
• Memiliki budaya yang unik/khas atau berbeda dengan lingkungan di sekitarnya
• Mengklaim kelompoknya sebagai masyarakat adat
• Memiliki bahasa sendiri
• Memiliki lembaga adat sendiri
• Orientasi produksi utamanya adalah subsisten (kebutuhan dasar)
• Hidupnya banyak tergantung pada alam program lanjutan lainnya. Pendampingan disesuaikan dengan kondisi MKAT.
• Tim tersebut bersama dengan pemda bekerjasama dengan perguruan tinggi, LSM dan kelompok peduli yang mempunyai pengalaman dan peduli terhadap MKAT.
• Tim tersebut harus menyiapkan kader/relawan yang berasal dari MKAT agar lebih mudah berkomunikasi selama pelaksanaan program.
• Tim tersebut harus memberikan informasi yang utuh kepada MKAT berkaitan dengan program.
• Usulan kegiatan MKAT terumuskan di dalam PJM/Renta dan produk perencanaan lainnya.
BAB III
LANGKAH PELAKSANAAN
3.1. SIKLUS
3.1.1. Siklus Tahun-‐1 dan Tahun-‐4 :
Gambaran umum mengenai tahapan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan ditingkat masyarakat pada tahun pertama atau Siklus Tahun-‐1 dan Tahun-‐4, adalah seperti pada diagram dibawah ini.
Berikut ini adalah penjelasan tambahan dalam rangka penguatan terhadap pelaksanaan kegiatan pengamanan sosial, agar sedini mungkin dampak sosial negatif dapat dihindari:
No. Tahapan Siklus Tujuan
1. Pemetaan sosial - Menggali informasi awal yang berkaitan dengan kondisi, karakteristik masyarakat dan lingkungan lokasi dampingan.
2. Sosialisasi Awal - Masyarakat mengetahui dan paham mengenai pentingnya pengamanan sosial (safeguard sosial).
3. Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) - Membangun komitmen di masyarakat untuk konsisten melaksanakan pengamanan sosial. masyarakat dalam mengatasi dampak sosial negatif jika telah terjadi.
5. Pemetaan Swadaya (PS)
3.1.2. Siklus Tahun-‐2 dan Tahun-‐3
Siklus Tahun-‐2 atau Tahun-‐3 yang diawali dengan serangkaian kegiatan meninjau-‐ulang kinerja kelembagaan BKM/LKM, capaian Rencana Tahunan, dan kinerja keuangan BKM/LKM, yang kemudian disampaikan dalam Rembug Warga Tahunan (RWT). Pada kegiatan peninjauan ulang tersebut, masyarakat melakukan penguatan konsep safeguard sosial pada kegiatan dibawah ini :
a. Review dokumen Pemetaan Swadaya.
Melakukan kajian terhadap hasil-‐hasil Pemetaan Swadaya (PS) yang ada terhadap dampak pengamanan sosial.
Pelaksanaan review PS adalah untuk menemukenali profil potensi, masalah dan solusi-‐solusi yang akan dikembangkan oleh masyarakat, khususnya yang terkait dengan dampak sosial.
b. Review PJM dan Renta Pronangkis
Review atau tinjauan partisipatif PJM pronangkis dan Rencana Tahunan
(Renta) dengan memasukkan aspek dampak sosial di masyarakat.
Review PJM dan Renta Pronangkis akan menghasilkan :
- Penyempurnaan Renta pronangkis dengan memasukkan aspek dampak sosial di masyarakat.
c. Pelaksanaan kegiatan prioritas sesuai dengan review Renta Pronangkis.
3.1.3. Siklus Lanjutan
Pelaksanaan kegiatan safeguard sosial pada kegiatan siklus advance atau Tahap Lanjut seperti PLPBK, PRB-‐BK dan SELARAS memberikan penguatan tentang konsep safeguard sosial pada tahapan kegiatan/siklusnya, terutama pada tahapan kegiatan :
a. Review Pemetaan Swadaya
Review atau tinjauan pemetaan swadaya terhadap persoalan dampak sosial yang menghasilkan :
• Peta yang mencerminkan adanya indikasi potensi dampak sosial di
wilayahnya.
• Tinjauan terhadap dampak sosial yang telah muncul di masyarakat.
b. Review program atau hasil-‐hasil dari perencanaan
Review atau tinjauan program atas hasil-‐hasil perencanaan yang ada seperti RPLP, RTPLP atau dokumen lain, yang didalamnya termasuk tinjauan terhadap potensi dampak sosial dan pencegahannya.
c. Melaksanakan kegiatan prioritas sesuai dengan review RTPLP.
3.2. HAK-‐HAK ATAS TANAH
Untuk mendapatkan tanah, ada dua hal yang perlu diperhatikan, status hak atas tanah dan status penguasaan atas tanah. Perubahan status penguasaan atas tanah dapat juga berdampak terhadap perubahan kepemilikan, dan yang tidak berdampak terhadap perubahan kepemilikan, misalnya tanah hak milik disewakan tidak terjadi perubahan kepemilikan tetapi bila dihibahkan ada kemungkinan terjadi perubahan status penguasaan dan juga perubahan status hak atas tanah. Yang dapat mengubah kepemilikan atas tanah, antara lain adalah hibah, dibeli dan wakaf; sementara yang tidak merubah kepemilikan adalah ijin dipakai, ijin dilalui dan sewa.
3.2.1. Persyaratan dan Prosedur Pengadaan Tanah
a) Hibah dari Tanah Masyarakat
Persyaratan
• Penduduk yang menghibahkan tanahnya wajib menerima manfaat langsung dari kegiatan yang diberikan hibah tanah. Setelah menyerahkan tanahnya secara hibah, kondisi dan situasi penduduk tersebut hendaknya tidak menjadi lebih buruk;
menyerahkan tanahnya secara hibah di saat musyawarah warga. Meskipun pada akhirnya mereka bersedia menghibahkan tanahnya tanpa tekanan apapun;
• Tanah yang akan digunakan/dibebaskan perlu diidentifikasi lebih dahulu oleh kelompok pemanfaat. Kecocokannya dengan usulan kegiatan, dan bebas dari segala dampak resiko kesehatan dan lingkungan divalidasi oleh Faskel Teknis;
• Harus dihindari adanya dampak negatif terhadap pemilik tanah yang tanahnya dihibahkan. Dan juga dihindari terjadinya penggusuran terhadap rumah tangga, atau yang menyebabkan hilangnya pendapatan keluarga dan pendapatan ekonomi rumahtangga;
• Tanah yang dihibahkan harus bebas dari perselisihan status hak atau penguasaan tanah dan atau kendala-‐kendala lainnya;
• Musyawarah antara pemilik tanah yang tanahnya dihibahkan dengan para dimana usulan kegiatan membutuhkan tanah, maka tanah yang dimaksudkan wajib telah diidentifikasikan ketersediaannya oleh anggota kelompok pemanfaat.
d. Di surat hibah itu, diantaranya berisi informasi berikut ini: nama dan alamat para penduduk yang tanahnya dihibahkan; lokasi dan luas tanah yang dihibahkan; peta, kepada siapa, jenis kegiatan, tanggal, tandatangan (Ahli Waris, saksi-‐saksi, Kadus, Kades, BKM dan Camat). Dilengkapi dengan meterai dan lampiran bukti kepemilikan tanah.
e. Pada saat proposal kegiatan disetujui oleh BKM/LKM, pemilik tanah yang menghibahkan tanahnya menunjukkan lokasi tanah yang akan digunakan untuk membangun prasarana tersebut.
Untuk penyerahan tanah secara hibah, salah satu tandatangan yang wajib ada adalah tandatangan ahli waris.
Konsekuensi Penghibahan Tanah
Dengan menghibahkan tanah, sejumlah luas tanah yang dimiliki oleh seseorang menjadi berkurang. Itu berarti telah terjadi perubahan luas kepemilikan tanah tertentu, dan secara administrasi pertanahan wajib dilakukan penyesuaian bukti kepemilikan terhadap luas tanah yang tersisa. Dalam kaitan ini, masyarakat yang telah menghibahkan tanahnya perlu difasilitasi untuk mengurus administrasi perubahan luas tanah yang tersisa. Berikut adalah prosedur pengurusannya:
Tindakan pertama: Pencatatan Pemisahan Tanah
• Tanah yang dihibahkan dan tanah tersisa dicatat didalam buku registrasi desa/kelurahan;
• Perlu pengukuran ulang yang dilakukan oleh dinas pertanahan setempat;
• Bagi tanah yang bukti kepemilikannnya bukan sertifikat, perlu pemisahan di bukti kepemilikan tanah tersebut. Hal ini dapat dilakukan di tingkat kelurahan dan kecamatan. Camat bertugas sebagai PPAT;
• Bagi tanah yang bersertifikat perlu ada pemisahan hak. Hal ini dapat dilakukan di tingkat kecamatan. Camat bertugas sebagai PPAT;
Khusus untuk tanah pemerintah, perlu konsultasi dengan dinas pertanahan setempat.
Tindakan Kedua: Kelengkapan Surat Pemisahan Tanah
• Mengisi formulir permohonan
• Fotocopy surat ukur
• Bukti peluasan pembayaran BPHTB/SSB
• Bukti pelunasan PPh
• Identitas pemohon: fotocopy KTP, WNI
• Surat pernyataan dari pemohon
• Membayar tarif atas jenis penerimaan bukan pajak, untuk pelayanan, pemeliharaan data pendaftaran.
Langkah Ketiga: BKM bersama-‐sama dengan Fasilitator mengecek proses penyelesaian pemisahan tanah, dan menanti hasilnya. Biaya pemisahan tanah ditanggung oleh masing-‐masing anggota masyarakat pemilik tanah yang tanahnya dihibahkan.
b) Ijin Pakai
Pengadaan tanah dengan menggunakan ijin pakai dapat diperoleh di atas tanah yang dimiliki oleh masyarakat, tanah yang dimiliki oleh pemerintah dan yang dimiliki oleh pihak lainnya (swasta dan LSM, misalnya). Penguasaan hak atas tanah melalui ijin pakai tidak mengubah kepemilikan atas tanah. Di bawah ini adalah persyaratan dan prosedurnya:
Ijin pakai di atas tanah masyarakat dan tanah lainnya
Persyaratan:
a. Pemilik Tanah mengisi surat pernyataan ijin pakai untuk usulan kegiatan yang diajukan di dalam proposal kelompok;
b. Seluruh informasi yang diperlukan dan tersedia di dalam surat pernyataan ijin pakai wajib diisi secara lengkap oleh pemilik tanah;
c. Tandatangan pemilik tanah dibubuhkan di atas materai;
d. Semua tandatangan saksi yang diwajibkan, termasuk ahli waris perlu dibubuhi di tempat yang telah disediakan di dalam surat pernyataan tersebut.
Prosedur:
a. UPL melakukan verifikasi terhadap lokasi dan hak penggunaan tanah yang informasinya tercantum didalam proposal kelompok
b. Faskel melakukan validasi terhadap proposal kelompok
c. BKM menerima proposal kelompok dan kemudian melakukan pengecekan untuk kesesuaian dengan PJM agar dapat ditetapkan sebagai penerima BLM. d. Pelaksanaan kegiatan.
Lamanya Jangka Waktu Ijin Pakai di Atas Tanah Masyarakat
Dalam hal tidak terjadinya perpanjangan ijin pakai, dan kondisi infrastruktur tertentu dianggap masik baik, maka aset bangunan tersebut harus tetap menjadi milik masyarakat dan tidak diperkenankan untuk dikuasai oleh pemilik tanah. BKM dan UPL adalah lembaga masyarakat yang memfasilitasi penyelesaian masalah ini.
Apabila ijin pakai tidak dapat diperpanjang lagi, tetapi kualitas bangunannya masih cukup baik, maka bangunan tersebut harus tetap menjadi milik masyarakat. Artinya, bangunan tersebut tidak dibenarkan diambil alih oleh pemilik tanah.
Ijin Pakai di Atas Tanah yang dikuasai Pemerintah
Ijin pakai di atas tanah pemerintah ini termasuk berlaku untuk tanah milik desa, kas desa dan tanah bengkok. Berikut adalah persyaratan dan prosedurnya:
Persyaratan
a. BKM, atas nama warga kelurahan/desa mengajukan permohonan penggunaan tanah yang kegiatannya ada didalam dokumen perencanaan. b. Pihak kelurahan, BPD bersama dengan warga melakukan musyawarah untuk
menyepakati lokasi dan peruntukan tanah.
c. Berdasarkan hasil kesepakatan penggunaan tanah, pihak kelurahan/pemdes menyiapkan surat keputusan berkenaan dengan lokasi dan penggunaan tanah yang dimaksudkan. Surat keputusan tersebut berfungsi sebagai bentuk legalitas penggunaan tanah oleh masyarakat.
d. Surat keputusan yang sudah dibuat itu diperkuat dengan peraturan yang berlaku pada tingkat kelurahan/desa tentang ijin penggunaan tanah.
e. Pihak kelurahan/pemdes membuat pengajuan kepada pemerintah kabupaten/kota atau pihak-‐pihak terkait lainnya untuk mendapatkan ijin pakai yang dimaksudkan.
Persyaratan diatas berlaku juga untuk alih fungsi tanah, dan alih kelola tanah.
Prosedur Pengajuan Ijin pakai atas Tanah yang dikuasai Pemerintah
*Jika diperlukan IMB
Lamanya Jangka Waktu Ijin Pakai Di Atas Tanah Pemerintah
Apabila merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 40 pasal 45 ditetapkanlah bahwa jangka waktu bagi hak pakai atas tanah negara adalah 25 tahun, dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 20 tahun.
a. Tanah masih dipergunakan sesuai dengan penggunaan tanah;
b. Syarat-‐syarat pemberian hak tersebut masih dipenuhi dengan baik oleh pemegang hak;
c. Pemegang hak masih memenuhi persyaratan sebagai pemegang hak yang diatur dalam PP No. 40.
c) Ijin Dilalui
Pengadaan tanah dengan menggunakan ijin dilalui di dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan seringkali diperuntukkan untuk kegiatan pipanisasi air bersih. Umumnya, ijin jenis ini melibatkan banyak pemilik tanah yang tanahnya dilalui. Penguasaan hak atas tanah melalui ijin dilalui ini juga tidak mengubah hak atas kepemilikan tanah. Berikut adalah persyaratan dan prosedurnya:
Persyaratan
a. Pemilik tanah atau KSM mengisi surat pernyataan yang disediakan oleh program dengan memilih ijin dilalui sebagai pilihan hak atas penggunaan tanah yang dianggap sebagai bagian dari kelengkapan proprosal kelompok; b. Seluruh informasi yang diperlukan dan tersedia di dalam surat pernyataan
yang dimaksudkan wajib diisi secara lengkap oleh pemilik tanah atau KSM; c. Para pemilik tanah atau wakil dari para pemilik tanah membubuhkan
tandatangannya di atas sebuah materai;
d. Saksi-‐saksi yang diperlukan juga wajib membubuhkan tandatangannya ditempat yang disediakan di dalam surat pernyataan yang dimaksudkan.
Prosedur
a. UPL melakukan verifikasi terhadap lokasi dan hak penggunaan tanah yang informasinya tercantum didalam proposal kelompok
b. Faskel melakukan validasi terhadap proposal kelompok
c. BKM menerima proposal kelompok dan kemudian melakukan pengecekan untuk kesesuaian dengan PJM agar dapat ditetapkan sebagai penerima BLM.
Lamanya jangka waktu untuk ijin dilalui didasarkan pada kesepakatan pihak-‐ pihak terkait dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat terhadap kebutuhan prasarana yang dibangun.
d) Ijin Sewa Atas Tanah Pemerintah
Hak sewa yang dijelaskan di sini adalah hak sewa untuk tanah pemerintah. Seperti misalnya tanah milik desa, kas desa dan tanah bengkok. Persyaratan dan prosedurnya adalah sebagai berikut:
Persyaratan
a. BKM, atas nama masyarakat (kelompok pemanfaat) mengajukan permohonan penggunaan sewa tanah yang kegiatannya ada didalam dokumen perencanaan.
b. Pihak kelurahan, BPD bersama dengan warga melakukan musyawarah untuk menyepakati lokasi dan peruntukan tanah.
c. Berdasarkan hasil kesepakatan penggunaan tanah, pihak kelurahan/pemdes menyiapkan surat keputusan berkenaan dengan lokasi dan penggunaan tanah yang dimaksudkan. Surat keputusan tersebut berfungsi sebagai bentuk legalitas penggunaan tanah oleh masyarakat.
d. Surat keputusan yang sudah dibuat itu diperkuat dengan peraturan yang penggunaan tanah yang disewakan kepada pihak penyewa
g. Dilarang mengalihkan hak sewa atas obyek sewa kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan ijin pengelola tanah
h. Dilarang mengontrakan dan menjaminkan bangunan yang menjadi milik pihak penyewa yang berdiri di atas tanah milik pemerintah kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan seijin tertulis dari pihak pengelola tanah.
Surat Perjanjian Sewa Menyewa Dapat Dibatalkan, bila:
a. Pihak penyewa melanggar isi surat perjanjian sewa menyewa
b. Pihak kelurahan/desa membutuhkan tanah untuk dipergunakan bagi kegiatan pembangunan dan/atau kepentingan umum
c. Pihak penyewa menghentikan atas kehendaknya sendiri atas sewa tanah d. Pihak penyewa mengalihkan hak sewa atas obyek kepada pihak lain tanpa
Dalam konteks pelaksanan program, uang sewa haruslah ditanggung oleh kelompok pemanfaat. Adapun jangka waktu hak sewa dapat mengikuti aturan standar yang ditentukan oleh pemilik tanah, akan tetapi dengan telah mempertimbangkan terbukanya kemungkinan terhadap kemudahan perpanjangan waktu hak sewa yang secara minimal dapat disesuaikan dengan umur teknis bangunan. Atau berdasarkan perhitungan manfaat ekonomi yang optimal yang dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat dalam rangka perbaikan kesejahteraannya.
BKM dan UPL adalah lembaga masyarakat yang memfasilitasi penyelesaian aset bangunan yang kualitasnya masih baik tetapi ijin sewanya tidak dapat diperpanjang.
e) Status penguasaan atas tanah dan Status hak milik atas tanah
Dalam konteks pelaksanaan program, khususnya yang terkait dengan pemanfaatan tanah secara pribadi/individual seperti perbaikan rumah layak huni maka status penguasaan atas tanah menjadi sangat penting disamping status hak atas tanah; contoh kemungkinan suatu keluarga tinggal menyewa rumah diatas tanah milik orang lain, dan kalau perbaikan tersebut dilakukan akan sangat menguntung pemilik tanah. PS 2 yang menyewa tanah dan rumah tersebut hanya menikmati untuk waktu sementara. Dengan kata lain, penduduk miskin yang menerima bantuan rumah layak huni adalah seseorang yang dapat membuktikan kepemilikan tanah yang sah secara hukum seperti, petok D/girik, leter C, gogolan, hak ulayat dan sertifikat, atau yang lainnya atau dapat menunjukan bukti yang sah status penguasaan (menyewa atau kontrak) untuk sisa waktu pemanfaatan sekurang-‐kurangnya 10 tahun.
Prosedur ditetapkan sebagai penerima BLM;
• Pelaksanaan kegiatan.
Kelengkapan Administrasi dan Penyimpanan Dokumen
Program yang pelaksanaannya dapat dinilai baik adalah program yang didukung dengan tersedianya administrasi yang lengkap. Administrasi yang baik dan lengkap akan memudahkan tugas pendataan, keperluan analisis dan penilaian atas kinerja program. Untuk memenuhi kriteria tersebut, para fasilitator sangat diharapkan memiliki sikap disiplin untuk memenuhi kelengkapan administrasi yang dipersyaratkan oleh program.
Berikut adalah contoh tabel yang memperlihatkan tingkat kelengkapan administrasi dan penyimpanan dokumen pengadaan tanah.
No Penyimpanan Dokumen
Bentuk Dokumen
tanah pemerintah
• Bukti dokumen pengadaan kayu resmi
Tahap Pelaksanaan:
• Berita acara kesepakatan berkenaan dengan pengurusan pelepasan tanah hibah. Kedua pihak yang terlibat adalah BKM dan fasilitator
• Bukti pembayaran hak sewa
Pasca Tahap Pelaksanaan
• Berita acara perpanjangan ijin penggunaan tanah dari pemilik tanah
3. Faskel Rekapitulasi dokumen
4. Asmandat Korkot Rekap dokumen ke dalam data SIM, sesuai yang diperlukan
5. TA Infrastruktur provinsi
idem
6. Subtim SIM, KMP idem
Catatan: Bentuk dokumen penting lainnya yang belum dicantumkan di dalam tabel di atas dapat dilengkapi sesuai dengan keperluan program.
3.3. PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENGADAAN KAYU
Persyaratan:
Kayu yang akan digunakan wajib memiliki bukti yang jelas tentang asal usul sumber kayu:
-‐ Kayu yang berasal dari kebun masyarakat wajib disertai fotocopy bukti yang diperlukan (dari perangkat atau instansi terkait)
-‐ Kayu yang dibeli di toko wajib disertai fotocopy bukti yang dimiliki oleh toko penjual resmi (SKKH/Fako/Sako)
Prosedur:
• UPL melakukan verifikasi terhadap bukti asal kayu dari kebun masyarakat, atau;
• UPL melakukan verifikasi terhadap bukti pembelian kayu di toko resmi;
• BKM dan fasilitator melakukan validasi terhadap bukti-‐bukti asal kayu yang akan digunakan untuk realisasi usulan kegiatan.
Kelengkapan Administrasi dan Penyimpanan Dokumen
Berikut adalah contoh tabel yang memperlihatkan tingkatan kelengkapan administrasi dan penyimpanan dokumen penggunaan kayu .
No Penyimpanan Dokumen Bentuk Dokumen
1. Masyarakat • Bukti resmi penggunaan kayu milik kebun masyarakat
2. BKM Tahap Perencanaan:
• -‐
Tahap Pelaksanaan:
• Fotocopy bukti pembelian kayu di tempat penjualan resmi yang memiliki dokumen SKKH/Fako/Sako
3. Faskel Rekapitulasi dokumen
4. Asmandat Korkot Rekap dokumen ke dalam data SIM, sesuai yang diperlukan
5. TA Infrastruktur provinsi idem
6. Subtim SIM, KMP idem
Catatan: Bentuk dokumen penting lainnya yang belum dicantumkan di dalam tabel di atas dapat dilengkapi sesuai dengan keperluan program.
3.ϰ. PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENANGANAN MKAT
Persyaratan:
• Ada bukti hasil indentifikasi lokasi MKAT
• Pihak tertentu yang memiliki pengalaman dan atau ahli MKAT memberi persetujuan tentang keberadaan MKAT yang dimaksudkan
penting MKAT
• Fasilitator dan masyarakat lainnya tetap menghormati tradisi MKAT
• Masyarakat pada tingkat kelurahan menunjukkan sikap positif terhadap partisipasi MKAT dan turut mendorong MKAT untuk berani mengambil keputusan dalam pelaksanaan program
Prosedur
• UPL melakukan verifikasi terhadap usulan kegiatan dari MKAT
• Fasilitator melakukan validasi terhadap usulan kegiatan MKAT
• BKM menerima proposal yang dimaksudkan dan kemudian melakukan pengecekan kesesuaian usulan kegiatan dengan PJM Nangkis agar dapat ditetapkan sebagai penerima BLM
• Pelaksanaan kegiatan
Kelengkapan Administrasi dan Penyimpanan Dokumen
Berikut adalah contoh tabel yang memperlihatkan tingkatan kelengkapan administrasi dan penyimpanan dokumen penanganan MKAT.
No Penyimpanan Dokumen Bentuk Dokumen
1. Masyarakat -‐
2. BKM Tahap Perencanaan:
• Berita acara hasil identifikasi lokasi
• Persetujuan ahli tentang keberadaan MKAT yang dimaksudkan
• PJM yang mengakomodir usulan kegiatan MKAT
Tahap Pelaksanaan:
• Nama-‐nama KSM di MKAT yang menerima program
3. Faskel Rekapitulasi dokumen
No Penyimpanan Dokumen Bentuk Dokumen
5. TA Infrastruktur provinsi idem
6. Subtim SIM, KMP idem
Catatan: Bentuk dokumen penting lainnya yang belum dicantumkan di dalam tabel di atas dapat dilengkapi sesuai dengan keperluan program.
BAB IV
PENGENDALIAN
4.1. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN
Untuk mengetahui apakah kegiatan safeguard sosial dilakukan dengan benar dan tepat perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan dilakukan pada tahap perencanaan dan
c) Misi Dukungan Implementasi
Pelaporan dan dokumentasi penerapan pengamanan sosial dikompilasi dari proses dan dokumentasi setiap tahapan kegiatan, serta hasil supervisi. Pelaporan ini menjadi dalam PNPM Mandiri Perkotaan pada umumnya. Laporan tersebut meliputi:
b. Identifikasi dan evaluasi permasalahan terkait potensi dampak negatif yang diselesaikan masalahnya secara cepat dan efektif.
Dalam hal pengaduan, program PNPM Mandiri Perkotaan telah menyediakan unit Pengelola Pengaduan Masyarakat atau disingkat PPM. Tugas PPM adalah menampung, mencatat, menelaah, menyalurkan, mengkonfirmasi, mengklarifikasi, memberikan alternatif solusi kepada pengadu, mendokumentasikan dan mensosialisasikan hasil pengelolaan pengaduan kepada masyarakat.
Program juga telah menyediakan kemudahan kepada pihak yang akan melakukan pengaduan. Dalam hal ini, pengaduan dapat dilakukan pada tingkat kelurahan hingga ke tingkat pusat. Media-‐media pengaduan, diantaranya, dapat melalui:
dan sengketa dalam pelaksanaannya. Dalam hal terjadinya pengaduan, maka peran dan tugas fasilitator dan konsultan adalah memfasilitasi dan membantu untuk mempercepat penyelesaian masalah dan sengketa yang muncul secara berjenjang.
pengaduan dapat ditemui disetiap kantor desa /kelurahan. Khusus untuk kelompok MKAT, PNPM akan mengembangkan mekanisme pengaduan dengan cara-‐cara yang sesuai dengan nilai budaya mereka.
b. Pengaduan dan penanganan masalah pengamanan sosial mengikuti jenjang dan alur mekanisme PNPM yang ada dalam Prosedur Operasional Baku (SOP) Pengelolaan Pengaduan Masyarakat.
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Surat Hibah/ Ijin Pakai/ Ijin Dilewati (sertai sketsa peta lokasi)
Lampiran B Berita Acara Sosialisasi Dan Rembug Kesepakatan (beserta daftar hadir dan dokumentasi foto)
Lampiran C Daftar Kebutuhan Lahan Untuk Penempatan Sarana
Lampiran D Rekapitulasi Kebutuhan Lahan Untuk Penemppatan Sarana
Lampiran E Rekapitulasi Kebutuhan Lahan Untuk Penemppatan Sarana( contoh pengisian)
LAMPIRAN A
PERNYATAAN HIBAH/IJIN PAKAI/IJIN DILALUI*
Yang Bertanda tangan dibawah ini saya:
Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah Nomor:………...
Tanggal ……… dari Notaris/PPAT yang sah, dengan ini menyatakan bersedia memberikan
Kepala Pemerintah Desa/Kelurahan ………. Untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan masyarakat umum sesuai rencana kegiatan untuk pembangunan
……… di lokasi
………..oleh xxx
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dasar dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Dibuat pada:
Tanggal/bulan/tahun
Yang menerima: Yang memberikan:
Lurah/Kepala Desa Pemilik
Meterai
Rp 6.000
_____________________ ______________________
Nama jelas Nama jelas
Mengetahui:
Nama Jabatan Tanda tangan
Saksi-‐saksi: 1.
2. 3.
Ahli Waris: 1.
2. 3.
*Pilih yang sesuai
LAMPIRAN B
BERITA ACARA
SOSIALISASI DAN KESEPAKATAN
Pada hari ini ..., tanggal ...bulan...tahun ...bertempat di ...Kelurahan/Desa..., telah dilaksanakan sosialisasi dan rembug kesepakatan pengadaan lahan untuk pelaksanaan kegiatan ..., oleh KSM...
Atas nama warga masyarakat penerima manfaat kegiatan, disepakati pengadaan lahan dengan rincian sbb:
1...
2...
3...
Demikian berita acara ini kami buat dengan sebenarnya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui, Dibuat,
BKM/UPL Kepala Kel/Desa Ketua KSM/Panitia
(...) (...) (...)
Atas nama warga masyarakat:
No Nama jabatan Alamat Tanda Tangan
1 Ketua RT
LAMPIRAN C
DAFTAR KEBUTUHAN LAHAN UNTUK PENEMPATAN SARANA
LAMPIRAN D
REKAPITULASI KEBUTUHAN LAHAN UNTUK PENEMPATAN SARANA
Desa/Kelurahan……….. Kecamatan ……….
Kabupaten………Provinsi………
No Jenis Sarana Luas (m2) Lokasi Status Kepemilikan
Ada/tdk kelengkapan
ijin
Keterangan Ya Tidak
*) beri penjelasan apakah dokumen hibah/ijin pakai/ijin dilewati
Dibuat pada: Tanggal/bulan/tahun
Diverifikasi oleh : Diverifikasi oleh : Dibuat oleh :
Tim Teknis Kab./kota Fasilitator Masyarakat BKM
(……….) (……….) (………)
LAMPIRAN E
(Contoh pengisian)
REKAPITULASI KEBUTUHAN LAHAN UNTUK PENEMPATAN SARANA
KANTOR PUSAT
JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru Jakarta Selatan, Indonesia - 12110
KANTOR PROYEK
Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan Jakarta Pusat Indonesia - 10210
PENGADUAN
P.O. BOX 2222 JKPMT SMS 0817 148048
e-mail : ppm@pnpm-perkotaan.org