• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Seni Budaya dalam Penguatan Identi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Seni Budaya dalam Penguatan Identi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN SENI BUDAYA DALAM PENGUATAN IDENTITAS MASYARAKAT

Nurul Huda Ambarwati, Pratiwi Ayuningtyas, Subur Ahmad Supangat, Tri Hadiyanto Utomo, Yordhi Rahmatdian

Jurusan Sosiologi Pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta, 13220, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran seni budaya dalam penguatan identitas masyarakat, dimana budaya dinilai sebagai peninggalan nenek moyang akan mempermudah kelestarian budaya yang telah dimilikinya secara turun temurun. Kebudayaan dan juga seni sebagai identitas yang cenderung berbeda dengan desa-desa lainnya di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dari sisi metodologi, penelitian ini menggunakan paradigma positivistik yang bertumpu kepada pendekatan kualitatif. Subyek penelitian yaitu masyarakat sekitar yang dibagi menurut beberapa lapisan yaitu tokoh adat, tokoh pendidikan (Guru), dan masyarakat biasa di Desa Pakenjeng. Lokasi penelitian di Kecamatan Pamulihan Kabupaten Garut Jawa Barat dengan waktu penelitian selama 3 hari, yaitu 20-22 November 2015. Seni budaya yang diteliti disini antara lain yang ialah gesrek, calung dan degung, serta pencak silat yang khas di Kabupaten Garut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan: (1) Seni Budaya yang terdapat di Desa Pakenjeng, (2) kondisi dan tahapan perkembangan seni budaya tersebut, (3) peran seni budaya dalam penguatan identitas di Desa Pakenjeng.

Kata kunci: peran seni budaya, penguatan identitas, penguatan integrasi.

Pendahuluan

Suatu hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat merupakan definisi sebuah kebudayaan.1 Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam dan suku-suku di Indonesia yang juga merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia sendiri. Kebudayaan sebagai salah-satu bentuk identitas bangsa sampai saat ini cenderung terlupakan, budaya adat tradisional kini kalah pamor dengan budaya barat. Budaya tradisional yang cenderung mengadopsi budaya timur memuat kesopanan dan nilai-nilai sikap yang agung kini terpinggirkan oleh budaya glamor dan individual. Kebudayaan barat sudah sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat di Indonesia mulai dengan cara berpakaian sampai dengan selera bermusik para generasi muda, melihat kenyataan itu betapa hebatnya pengaruh globalisasi dalam kehidupan sekarang.

Kebudayaan yang paling mendasar dan menjadi ciri khas bangsa, yaitu kebudayaan daerah atau kebudayaan lokal. Kebudayaan yang menjadi dasar ini adalah alat penilai dan pengukur bagaimana kepribadian bangsa. Di zaman yang selalu mengalami perubahan/dinamis dan menyesuaikan dengan kebutuhan zaman sering terjadi sebuah gejala perubahan kebudayaan dan perubahan sosial. Dalam mengembangkan kebudayaan bangsa, perlu ditumbuhkan dan dilestarikan nilai budaya yang positif sehingga dapat memperkokoh kebudayaan nasional.

(2)

Pera

khususnya di Desa Pakenjeng di antaranya gesrek, pencak silat, calung dan degung. Kesenian tersebut menyebar sampai kepelosok desa-desa di dusun 1 dan 3. Lewat penelitian ini penulis akan mencoba mengkaji kesenian calung dan degung, serta sedikit ulasan mengenai pencak silat yang terdapat di Desa Pakenjeng.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik yang bertumpu kepada pendekatan kualitatif. Subyek penelitian yaitu masyarakat sekitar yang dibagi menurut beberapa lapisan yaitu tokoh adat, tokoh pendidikan (Guru), dan masyarakat biasa di Desa Pakenjeng. Lokasi penelitian di Kecamatan Pamulihan Kabupaten Garut Jawa Barat dengan waktu penelitian selama 3 hari, yaitu 20-22 November 2015. Data yang dikumpulkan meliputi: (1) data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam; (2) data sekunder bersumber dari profil wilayah, jurnal, tulisan ilmiah, dan dokumen/arsip terkait topik penelitian.

Data dianalisis dengan menggunakan teori peran dan hakikat kebudayaan dari Soerjono Soekanto dan Koentjaraningrat. Dalam model ini, merupakan wujud dari unsur kebudayaan. dilakukan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, yang ketiganya merupakan suatu siklus untuk memperkuat pengambilan kesimpulan (Gambar 1).

Gambar 1. Siklus Analisis Teori (sumber: analisis kelompok)

Koenjtaraningrat berpendapat bahwa unsur kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu pertama sebagai suatu ide, gagasan, nilai- nilai norma- norma peraturan dan sebagainya, kedua sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam sebuah komunitas masyarakat, ketiga benda- benda hasil karya manusia.2 Peran bisa menghasilkan ide-ide dimana ide tersebut berupa cerita-cerita atau alkisah turun-temurun yang dapat mengintegrasikan masyarakat. Aktifitas nyata berupa tindakan dan terdapat gerakan-gerakan. Serta artefak yaitu sebuah bukti bahwa seni juga ditampilkan kedalam pagelaran-pagelaran. Yang kesemua komponen tersebut kemudian bisa mengintegrasikan masyarakat sekitar.

(3)

Hasil dan Pembahasan

1. Konteks Sosial Desa Pakenjeng

Pakenjeng terletak di Kabupaten Garut. Secara geografis terletak di Provinsi Jawa Barat dengan bagian Tenggara pada koordinat 6º56'49 7 º45'00 Lintang Selatan dan 107º25'8 -108º7'30 Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hinterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya.

Gambar 2. Peta Desa Pakenjeng

(sumber: http://desapakenjeng.garutkab.go.id/statis-43-petadesa.html/,2015)

Sedangkan Desa Pakenjeng adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Memiliki luas wilayah 2.141,9 Ha dengan batas-batas wilayah : Sebelah Utara berbatasan dengan kec. Cisurupan. Sebelah Selatan berbatasan dengan kec. Pakenjeng. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Garumukti kec. Pamulihan. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa PananjungKecamatan. Dan berpenduduk sekitar 4.020 orang.

Wilayah Pakenjeng terbagi menjadi 3 dusun: 1). Dusun Kombongan, 2). Dusun Pakenjeng, 3). Dusun Tangsi. Kemudian dari 3 dusun dibagi lagi menjadi 7 wilayah RW dan 30 RT.

(4)

2. Seni budaya yang terdapat di Desa Pakenjeng

Secara umum, budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, sedangkan dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata culture juga kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia.

Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, banyak terdapat seni budaya khas dari daerahnya. Terutama di Desa Pakenjeng, terdapat berbagai macam seni budaya yang paling menonjol yaitu kesenian Gesrek, namun ternyata terdapat seni budaya lainnya yang juga menjadi icon

dari masyarakat itu sendiri. Yang sekaligus menjadi fokus penelitian penulis di bidang seni suara yaitu kesenian calung dan degung, serta seni gerakan yaitu pencak silat.

a. Degung

Degung ialah semacam waditra-pukul (instrument pukul)3 merupakan sebuah kesenian Sunda, yang penyajiannya menggunakan seperangkat gamelan degung yang ditampilkan oleh para pengrawit (penabuh gendang). Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya. Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebagai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.

Gambar 3. Kesenian Degung

(gambar diperoleh dari hasil observasi langsung, tanggal 21/11/2015)

Alat musik degung yang terdapat di desa Pakenjeng ini dikelola oleh seorang tokoh adat yaitu Pak Aef Sofyan. Kesenian ini sudah merupakan kesenian tradisi turun-menurun di keluarga Bapak Aef. Kelompok degung yang dimiliki desa ini bernama Gentra Panglipur. Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.

(5)

b. Calung

Calung adalah jenis kesenian yang waditranya atau alatnya dibuat dari bambu.4 Alat musik Sunda yang merupakan purwarupa dari angklung. Sering kali orang menganggap sama antara Calung dengan Angklung, pada dasarnya alat musik ini sama-sama terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan nada-nada harmonis, bedanya terdapat pada cara memainkannya, kalau Angklung dimainkan dengan cara digetarkan atau digoyang-goyangkan, sedangkan Calung dimainkan dengan cara dipukul.

Gambar 4. Kesenian Calung dan Degung

(gambar diperoleh dari hasil observasi langsung, tanggal 21/11/2015)

“nah kalo ini (degung) mahkan memerlukan calung, gendang, gong, dll. Kalo yang ini (terompet – bag.atas) biasanya mah buat pencak silat.” 5

Alat pendukung lain yang kadang-kadang ada pada pertunjukan dari calung ialah rebab. Jadi pertunjukan calung akan lebih estetis jika sedang membawakan lagu memakai rebab. Selain itu juga ada instrument lain yang terdapat dalam kesenian calung dan degung di Desa Pakenjeng yaitu terompet yang biasa juga dipakai untuk mengiringi pementasan pencak silat yang ada.

c. Pencak Silat

Didalam kesenian pencak silat, terdapat suatu julukan ‘Putra Siliwangi’ yang sudah dikenal oleh masyarakat. Kesenian pencak silat memiliki kesempatan untuk lebih eksis di tengah masyarakat melalui diadakannya pertandingan. Pertandingan tersebut disiasati dengan cara memberikan pelatihan secara intensif kepada para pelajar di sekolah menengah pertama di desa Pakenjeng, Pananjung, Darumukti. Pelatihan tersebut dilakukan melalui materi pengajarannya didalam kegiatan ekstrakurikuler. Keberlanjutan kesenian ini harus tetap

4 Proyek Sasana Budaya (Indonesia), Petunjuk wisata budaya Jawa Barat, (Jawa Barat,1977). Hlm.21.

(6)

dilestarikan dengan usaha yang keras, hal itu ditegaskan oleh KADISPORA (Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga).

Terdapat juga pertandingan O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa nasional). O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa nasional) adalah suatu kegiatan yang bersifat kompetisi di bidang olahraga antara siswa SMP dalam lingkup wilayah atau tingkat lomba tertentu. Dengan sasaran siswa SMP negeri dan swasta termsuk SMP terbuka dan SD-SMP Satu Atap.

Selain diadakannya pertandingan berskala besar antar tingkat kecamatan dan nasional, ada juga kegiatan yang memberikan kesempatan untuk melestarikan kesenian tersebut melalui upacara adat yang diselenggarakan oleh sekolah. Hal ini dapat menjadi alternatif pelestarian yang efektif, karena selain memamerkan kesenian, kegiatan tersebut menjadi ajang dalam kaderisasi penerus oleh para pelajar muda. Pada dasarnya, pelajar muda pada tingkat SD hingga SMP merupakan insan yang memiliki kesempatan melestarikan yang lebih lama dibandingkan dengan generasi tua.

3. Tahapan Perkembangan Seni Budaya di Desa Pakenjeng

Di Desa Pakenjeng, kesenian Gesrek merupakan seni budaya yang paling terkenal. Baik di dalam Desa maupun ke desa lain disekitarnya. Namun juga terdapat seni budaya lain yaitu, seni bela diri dan kesenian alat musiknya yaitu calung dan degung. Kebudayaan ini mereka dapatkan secara turun-temurun yang diwariskan oleh tokoh adat kepada keluarganya. Didalam poin ketiga ini, penulis akan menjelaskan mengenai tahapan perkembangan seni budaya yang ada di desa Pakenjeng. Tahapan perkembangannya dibagi menjadi 3 yaitu, tahap perkembangan awal, tahapan konsolidasi, dan tahap akhir.

a. Perkembangan awal

Seperti yang sudah dijelaskan pada poin-poin sebelumnya. Kesenian yang terdapat di desa Pakenjeng merupakan kesenian turun-temurun. Masyarakat sudah mengenal kesenian khas daerahnya sejak dini. Kesenian yang dibawa generasinya kemudian dipelajari dan dilestarikan oleh generasi-generasi yang berikutnya. Namun tidak menutup kemungkinan jika masyarakat luar juga ingin belajar calung dan degung ini.

Tahapan ini juga merupakan suatu tahapan di saat kesenian calung, degung serta pencak silat yang terdapat di desa Pakenjeng menjadi sangat terkenal di daerahnya. Seni budaya calung dan degung yang terdapat di desa Pakenjeng kini dikepalai oleh Bapak Aef Sofyan. Pengenalannya diawali oleh ayah dan kakek dari Pak Aef atau selaku generasi sebelumnya. Kemudian Pak Aef memperkenalkan calung dan degung kepada putra-putranya, selain untuk menambah pengrawit/penabuh degung bisa juga dijadikan upaya agar kesenian ini tidak punah nantinya agar terus dikelola oleh generasi berikutnya.

(7)

“saya tuh kan ketuanya dulu. Dulu tuh betul-betul eksis sampai sekitar tahun 2005-an lah. Udah panggilan tuh, udah nyebrang sampe 3. Sampe ke kecamatan Bumbulang, Pakenjeng dan bahkan dengan Cikajang juga udah bermitra, udah biasa.”6

Selain itu, kesenian populer yaitu pencak silat yang bertempat di dusun Kombongan. Desa Pakenjeng memiliki generasi muda yang berpotensi di bidang seni gerakan seperti silat, hal ini menjadi salah satu prestasi yang membuat nama desa Pakenjeng menjadi terkenal. Untuk memperlancar popularitasnya, maka Pencak silat dari desa ini diikutsertakan dalam ajang kompetisi tingkat nasional. Hasilnya adalah kesenian ini mendapatkan gelar juara saat berada di provinsi Makassar. Hal ini terus berlanjut dengan mengikuti kompetisi yang sama sehingga mendapatkan kembali gelar juara saat pertandingan yang diselenggarakan di Bandung. Serta mengikutsertakan di pertandingan O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa nasional). O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa nasional) adalah suatu kegiatan yang bersifat kompetisi di bidang olahraga antara siswa SMP dalam lingkup wilayah atau tingkat lomba tertentu guna terjalinnya kesatuan dan persatuan antara siswa seluruh Indonesia melalui O2SN sekaligus memperkenalkan salah satu potensi yang ada di Desa Pakenjeng.

b. Tahapan Konsolidasi

Dalam tahap ini bisa membahas bagaimana perkembangan kesenian bela diri silat dan kesenian alat musiknya mempertahankan eksistensinya. Tahapan ini merupakan suatu tahapan penguatan pada saat kesenian yaang dahulunya sangat populer, kini seakan-akan berjalan di tempat. Dari hasil penelitian penulis, lebih terlihat bahwa kesenian bela diri silat mengalami perkembangan yang cukup baik sedangkan calung dan degung itu sendiri mengalami penurunan. Karena masuknya alat musik modern elektone yang merubah selera musik masyarakat. Dari yang awalnya gemar dengan musik tradisional kini bergeser menggandrungi musik dengan alat-alat yang praktis seperti organ tunggal.

“Elektuns kan praktis, tiga orang bisa, dua orang juga bisa. Kalo ‘gung kan minimal sembilan, orang sunda bilang katanya hangur parab, ya jadi banyak makanan yang harus disiapkan oleh yang manggil,udah panggilan itu,udah nyebrang sampe tiga kecamatan,

sampe kecamatan Bumbulang, Pakenjeng, bahkan udah kerjasama Cikajang”7

Pernyataan diatas dapat diartikan bahwa “electronic tunes merupakan kesenian yang sifatnya praktis, karena kesenian tersebut dapat dilaksanakan oleh dua hingga tiga orang. Lain halnya dengan degung yang harus diselenggarakan minimal oleh sembilan orang. Sehingga muncul istilah hangur parab di masyarakat sunda. Istilah tersebut dimaknai dengan menyediakan makanan yang jumlahnya banyak. Makanan itu disiapkan oleh pemilik hajat atau penyelenggara pagelaran kesenian pencak silat. Pencak silat sudah dipanggil untuk mengisi berbagai acara, karena pihak yang memanggil untuk menyelenggarakan pagelaran itu sudah mencapai tiga kecamatan, kecamatan Bumbulang, Pakenjeng bahkan sudah bekerjasama dengan kecamatan Cikajang.

Sedangkan untuk kesenian silat. Masih tetap eksis, sebab kesenian ini memang sedang hits di desa Pakenjeng. Para atlet berkualitas dari desa Pakenjeng tak jarang dikirim untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan nasional dan kembali pulang membawa piala. Dari sekolah-sekolah juga sering diadakan turnamen bagi para siswanya. Masyarakat pun memiliki pandangan lain mengenai kesenian bela diri ini, bahwa meskipun prakteknya seperti saling melawan tetapi

6 Wawancara dengan Pak Mukhtar, salah satu tokoh adat di Desa Pakenjeng, tanggal 21/11/2015.

(8)

ketika sudah diluar arena antar pemain pun seperti kakak beradik. Terbukti bahwa silat memperkuat kebersamaan tak hanya para pemainnya, namun juga masyarakat sekitar.

c. Tahap Akhir

Selain diadakannya pertandingan berskala besar antar tingkat kecamatan dan nasional, ada juga upaya-upaya guna memberikan kesempatan untuk melestarikan kesenian yang ada. Upaya yang dimaksud antara lain melalui upacara adat rutin yang masih diselenggarakan oleh sekolah-sekolah. Hal ini dapat menjadi alternatif pelestarian yang efektif, karena selain memamerkan kesenian, kegiatan tersebut menjadi ajang dalam kaderisasi penerus oleh para pelajar muda. Pada dasarnya, pelajar muda pada tingkat SD hingga SMP merupakan insan yang memiliki kesempatan yang lebih lama dibandingkan dengan generasi tua.

Upaya pelestarian juga dilakukan oleh pemerintah setempat. Pemerintah melestarikan kesenian tersebut dengan cara memberikan berbagai fasilitas dan pelatihan-pelatihan yang lokasinya terdapat di desa Cikajang. Atau pengadaan kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah-sekolah. Sama halnya untuk kesenian calung dan degung, juga terdapat di daftar ekstrakulikuler yang ada di sekolah-sekolah dengan peminat yang cukup banyak dari kalangan siswa-siswi. Kendati begitu, pemerintah juga pernah memberi bantuan berupa alat-alat, namun karena desa Pakenjeng berhawa dingin dan alatnya terbuat dari bambu, terdapat kesulitan juga untuk perawatannya.

Diluar dari upaya pemerintah, masyarakat sendiri pun terdapat upaya yang memang sudah dilakukan perihal penurunan minat. Para tokoh adat memiliki keinginan untuk melestarikan kebudayaan calung dan degung tersebut. Namun, tak sedikit dari generasi muda pun enggan untuk tahu, belajar, bahkan melestarikan kesenian musik calung dan degung itu sendiri.

“Teu aya udud, pagelaran teh teu aya dilaksanakeun.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, “jika tidak ada rokok, pagelaran tidak akan dilaksanakan”. Dimana para pemuda enggan untuk terjun dalam upaya pelestarian kesenian calung dan degung jika tidak diberikan upah. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, tak sedikit dari pemuda yang bahkan tidak tahu mengenai calung dan degung itu sendiri.

(9)

4. Peran Seni Budaya dalam Penguatan Identitas Masyarakat Tabel 1. Tahapan Perkembangan

Perkembangan 1 Kebudayaan digemari masyarakat, menjadi sangat terkenal di daerahnya. Seni bela diri nya juga berkembang dengan baik.

Perkembangan 2 Perkembanganya seni musiknya sudah mulai menurun karena adanya unsur modern yang masuk ke desa Pakenjeng tersebut.

Perkembangan 3 Generasi tua mengupayakan pelestarian, namun tidak sedikit generasi muda yang tidak ingin melestarikan kesenian calung dan degung tersebut.

Table perkembangan diatas menunjukan bahsa seni budaya yang ada di desa Pakenjeng mengalami penurunan dampak dari perubahan sosial. Budaya asli dari daerah Garut ini semakin berkurang peminantnya. Mengingat banyak sekali anak-anak muda yang kurang menekuni dan kurang ingin tahu banyak mengenai budaya asli Garut tersebut. Alhasil, budaya-budaya asli Garut tersebut seperti terlihat berjalan ditempat dan seakan tersingkirkan dari minim sekali minat belajar terhadap pelestarian budaya asli nenek moyang mereka dikarenakan ada budaya yang baru yang lebih menarik (seperti budaya dari luar Pakenjeng) dan membuat generasi-generasi muda tersebut tidak tertarik untuk mempelajari segala seluk beluk budaya asli di desa Pakenjeng secara mendalam. Kesadaran akan melestarikan budaya asli merupakan satu-satunya cara agar budaya asli ini terus tetap bertahan dan memiliki penerus supaya budaya ini masih dapat dinikmati di masa yang akan datang.

(10)

3). Alat-alat yang terbatas. Disamping kedua penyebab diatas, kekurangan akan alat-alat musik tradisional menjadi penghambat pelestarian budaya-budaya tradisional tersebut. Pernyataan ini diperkuat oleh jawaban dari salah satu responden kami yang berprofessi sebagai guru tersebut menyatakan bahwa dana dari pemerintah untuk kegiatan sekolah di desa Pakenjeng pengalokasiannya sangat minim atau bahkan tidak ada untuk membeli dan meremajakan alat-alat musik tradisional tersebut. Disamping itu, alat-alat musik tradisional ini cepat sekali rusak mengingat dengan kondisi alam di desa Pakenjeng yang sejuk maka peremajaan atau perbaikan alat-alat musik tradisional yang sudah rusak ini sangat diperlukan agar kegiatan pembelajaran tentang budaya asli desa Pakenjeng dapat diteruskan dan dilakukan tanpa ada kendala. Penambahaan alat-alat musik ini juga diperlukan agar peserta didik dapat belajar kesenian tradisional dengan baik.

4). Berkurangnya pertunjukkan atau pentas budaya tradisional. Pentas dan pertunjukkan mengenai budaya tradisional asli desa Pakenjeng bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat sekaligus untuk mengapresiasi budaya asli tradisional yang kian lama tersingkir oleh budaya yang lebih modern dari luar desa Pakenjeng itu sendiri. Namun, kenyataannya pertunjukkan seni tradisional tersebut mulai berkurang peminatnya dan akhir-akhir ini sudah mulai jarang digelar. Apabila ada acara-acara seperti pernikahan/hajatan, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan hiburan yang lebih modern, seperti (yang telah disebutkan) menggunakan electone. Akibat dari terlalu sering menggunakan kebudayaan modern tersebut, kesenian tradisional seperti calug dan degung sudah jarang digunakan dan dipertunjukkan lagi. Kemudian generasi muda menjadi jarang mengapresiasi kebudayaan tradisional asli tersebut, bahkan ada pemuda asli desa Pakenjeng tidak mengenal apa saja budaya asli yang dimiliki desa Pakenjeng itu sendiri.

Seni budaya memiliki peran terhadap penguatan identitas. Sebelum tahun 2005, budaya asli tradisional desa Pakenjeng memiliki banyak peminat. Hal tersebut lantas menjadikan seni-seni yang ada dikenal oleh wilayah disekitarnya. Keseni-senian calung dan degung yang memerlukan proses berlatih juga membuat masyarakat terjalin satu sama lain. Komunikasi yang terjadi dalam proses berlatih menghasilkan rasa kerjasama dan kekompakkan dari para warga, khususnya bila kesenian hendak di berpartisipasi dalam perayaan besar. Didalam pementasan, seni-seni juga berperan untuk menghibur penontonnya, seperti calung dan degung yang bila dipentaskan tak jarang para pemain melontarkan guyonan-guyonan di sela pertunjukkan. Namun karena perkembangannya kini cenderung stagnan, calung dan degung yang dikelola oleh generasi tua seolah jauh dari upaya pelestariannya sebab tidak dibantu oleh para generasi mudanya. Di khawatirkan nantinya seni budaya asli ini hilang hingga melemahnya identitas dari desa Pakenjeng sendiri.

5. Kesimpulan

(11)

memiliki bakat untuk memainkan alat-alat kesenian yang ada namun tidak terbesit keinginan untuk andil lebih jauh dan melestarikannya.

Lain halnya dengan kesenian gesrek yang unik dan tidak rasional menurut pandangan orang pada umumnya. Promosi dan regenerasi pemainnya membuat kesenian gesrek tetap bertahan dan sama halnya dengan kesenian bela diri pencak silat Putra Siliwangi yang berada di desa Pakenjeng yang semakin digemari oleh masyarakat khususnya kaum muda.

DAFTAR PUSTAKA

E. Tjarmedi, R. Sjabar Riswara Kp., Ruchiat Rachmat. Penuntun Pengajaran Degung. Jawa Barat.

Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Proyek Sasana Budaya (Indonesia). 1977. Petunjuk wisata budaya Jawa Barat. Jawa Barat.

(12)
(13)

Gambar

Gambar 1. Siklus Analisis Teori
Gambar 2. Peta Desa Pakenjeng
Gambar 3. Kesenian Degung(gambar diperoleh dari hasil observasi langsung, tanggal 21/11/2015)
Gambar 4. Kesenian Calung dan Degung(gambar diperoleh dari hasil observasi langsung, tanggal 21/11/2015)

Referensi

Dokumen terkait

Gambar tersebut menunjukkan bahwa radiasi sinar matahari sebesar 50% dari total yang sampai ke permukaan bumi, akan mengalami pelepasan menuju atmosfer

Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber adalah guru bahasa Arab dan siswa untuk mengetahui upaya meningkatkan pemahaman mufrodat menggunakan metode lagu di MI

Ketika seseorang bertanya kepada orang lain tentang bagaimana dirinya maka, sseorang tersebut akan menjawab “ Saya seseorang yang pendiam” , “ saya seorang yang

Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu

Untuk itu pemanfaatan campuran jagung dan tepung ikan menjadi bahan baku pembuatan tauco diharapkan dapat menghasilkan tauco dengan harga yang murah dan mempunyai rasa yang

Penilaian pre-market terhadap keamanan dan mutu pangan olahan yang telah dilakukan pada tahun 2012 melalui loket pendaftaran (pelayanan secara manual) adalah 6.776 persetujuan

“Saya bersumpah/berjanji: bahwa saya akan patuh dan setia kepada  Negara Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara  Republik Indonesia Tahun

Kesimpulan Ibn al-Qayyim (w.751 H) tentang surat al-Mâidah: 44 dan dua ayat setelahnya adalah bahwa semua pelanggaran terhadap hukum Allah bisa menyebabkan pada dua macam