• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN POSYANDU LANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I LAPORAN PENDAHULUAN POSYANDU LANSI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN POSYANDU LANSIA

A. Pengertian

A. Lanjut Usia (Lansia)

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, pengertian lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Keadaan ini dibagi menjadi dua, yaitu Lanjut Usia Potensial dan Lanjut Usia Tidak Potensial. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/ jasa, sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Sedangkan WHO menggolongkan lanjut usia menjadi empat, yaitu : 1. Usia Pertengahan (middle age) : umur 45-59 tahun

2. Lanjut Usia (elderly) : umur 60-74 tahun 3. Lanjut Usia Tua (old) : umur 75-90 tahun

4. Usia Sangat Tua (very old) : umur diatas 90 tahun

Departemen Kesehatan RI menggolongkan lanjut usia menjadi tiga kelompok, yaitu :

- Kelompok Lansia Dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia

5. Kelompok Lansia (65 tahun ke atas)

6. Kelompok Lansia resiko tinggi yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun B. Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

(2)

beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif. Pemberdayaan masyarakat dalam menumbuh kembangkan posyandu lansia merupakan upaya fasilitas agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi kebutuhan setempat. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembentukan posyandu lansia, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang telah ada seperti kelompok arisan lansia, kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok senam lansia dan lain-lain (Depkes RI,2005).

B. Tujuan

Tujuan umum posyandu lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat dan Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia ( Depkes, 2006 )

C. Sasaran

Pembinaan kesehatan lansia meliputi beberapa kelompok sasaran yaitu: 1. Sasaran langsung

a) Kelompok pra lansia 45-59 tahun. b) Kelompok lansia 60-69 tahun.

c) Kelompok lansia risiko tinggi yaitu lansia lebih dari 70 tahun atau lansia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

2. Sasaran tidak langsung

a) Keluarga di mana lansia berada.

b) Masyarakat di lingkungan lansia berada.

c) Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia. d) Petugas kesehatan yang melayani kesehatan.

e) Masyarakat luas (Depkes RI, 2006). D. Manfaat

(3)

atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya.

E. Kegiatan Posyandu Lansia

Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia adalah :

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. 2. Pemeriksaan status mental.

Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 menit (lihat KMS Usia Lanjut)

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)

7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.

9. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.

10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

(4)

11. Pemberian makanan tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut.

12. Kegiatan olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya (Kemenkes RI, 2010)

F. Sarana dan Prasarana

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di posyandu lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain :

1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka) 2. Meja dan kursi

3. Alat tulis

4. Buku pencatatan kegiatan (buku register bantu)

5. Kit lanjut usia yang berisi timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan labolatorium sederhana, termometer. 6. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut Usia

7. Buku pedoman pemeriksaan kesehatan (BPPK) Lanjut Usia G. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan (Kemenkes RI, 2010)

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap Lanjut Usia di kelompok, mekanisme pelaksanaan, kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut :

1. Tahap I : pendaftaran lansia, sebelum pelaksanaan pelayanan

2. Tahap II : melakukan pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh lansia, serta penimbangan berat badan, dan tinggi badan

3. Tahap III : melakukan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental.

4. Tahap IV : Pemeriksaan air seni dan kadar darah (labolatorium sederhana) 5. Tahap V : Pemberian penyuluhan dan konseling.

H. Masalah kesehatan pada Lansia

(5)

serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia menyatakan bahwa ada 14 yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu:

1. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.

2. Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa sakit, cedera, patah tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.

3. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.

4. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.

5. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan. 6. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalencence,

(6)

7. Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya gerakan, makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum, dan lainnya. 8. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pecernaan, dan lain-lain.

9. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan panca indera; sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan, dan lainnya.

10. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai penghasilan.

11. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.

12. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka mengalami sulit untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur kembali, terbangun didini hari-lesu setelah bangun di pagi hari.

13. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari prose menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.

(7)

kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau penyakit

I. Kader Posyandu

Kader posyandu, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah seseorang atau tim sebagai pelaksana posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberikan tugas serta tanggung jawab untuk pelaksanakan, pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan lainnya (Henniwati, 2008).

J. Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia melalui Posyandu Lansia

Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan data pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :

1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya

2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia

3. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga 4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia

(8)

BAB II

RESUME KEGIATAN POSYANDU LANSIA

A. PENGKAJIAN 1. Identitas

Nama Kelompok : Posyandu Sambiloto kelurahan tengah, Kecamatan Singkawang Barat

Alamat : Jl. Tengah Kelurahan tengah Kecamatan Singkawang Barat

2. Data Fokus

a. Tanggal kegiatan : 16 November 2016

b. Tempat kegiatan : Posyandu Lansia Sambiloto Singkawang c. Waktu Kegiatan : 09.00 – selesai

d. Jumlah Peserta : 23 orang (Laki-laki 4 orang, Perempuan 19 orang) e. Hasil Pemeriksaan :

1) Hipertensi : 6 orang 2) Gastritis : 12 orang 3) Osteoartritis : 15 orang 4) Kegemukan (IMT) : 10 orang

3. Langkah Dokumentasi a. Subjektif

Referensi

Dokumen terkait

jana-arvio: ei lainkaan erittäin paljon.. e) kerro esimerkki arjen tilanteesta, jossa olet huomannut sosiaalisten taitojen kehittyneen ja/tai kehittymisestä olleen

Menurut mereka peran media massa dalam membentuk gaya dalam hal berpakaian sangat berperan, karena saat mereka menyaksikan sebutnya saja Film, sinetron, atau

The aims of the research are to know difficulty level of text (readability) of reading material in that book, then the researcher analyze level of comprehension in

Sesuai dengan bahasan atau pokok permasalahan yang tercantum dalam jurnal, dalam penelitian ini sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, yang digunakan

Purpose: To evaluate the success of cartilage autograft by identifying chondrocyte apoptosis, tissue degradation based on cell character, matrix homogeneity, fibrosis,

Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan efektifitas dan nilai ekonomi lampu, yaitu nilai efektifitas (lumen/watt) lampu yang tinggi umur

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mengingatkan manusia agar tidak tamak, tidak bercita-cita dan tidak berambisi kepada jabatan dan kekuasaan, karena kalau itu

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang mengalami engorgement antara lain adalah : keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih