• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penegakan Hukum atas Kasus Penc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Penegakan Hukum atas Kasus Penc"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Penegakan Hukum atas Kasus Pencemaran Udara di

Daerah Grobogan Akibat Pembakaran Jerami

Ahmad Defri Arfianto

defriarfiant@students.unnes.ac.id

Abstrak

Analisis Kasus ini membahas tentang pencemaran udara di daerah Grobogan yang sangat mengganggu pengendara motor yang melintasi jalan Purwodadi-Penawangan, Penawangan Godong, dan Undaan-Klambu. Kabut asap tebal yang terjadi akibat pembakaran jerami sisa panen mengakibatkan jalan raya Purwodadi-penawangan, Penawangan-Godong, dan Undaan-Klambu sangan membahayakan pengguna jalan. Mulai dari pernafasan yang terganggu sampai kecelakaan terjadi di jalan raya tersebut karna tebalnya asab dan tidak sehatnya udara karna asab tersebut. tidaklah mudah untuk menciptakan kehidupan yang bersih dan asri karena fakta telah menunjukkan bahwa keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mendorong manusia untuk melakukan eksplorasi sumber daya alam secara berlebihan dan melakukan tindakan yang menguntungkan untuk dirinya sendiri tampa memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup sehingga mengakibatkan timbulnya kerusakan lingkungan hidup yang dapat mengancam eksistensi dari kehidupan manusia itu sendiri. Hal di atas semakin diperburuk dengan menjamurnya produk-produk teknologi modern yang secara defacto telah menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, seperti perubahan iklim akibat pemanasan global, semakin menipisnya lapisan ozon, dan lain-lain. Maka perlu adanya kesadaran daru manusia untuk melestarikan lingkungan hidup untuk menciptakan kehidupan yang bersih dan asri. Dalam hal ini perlu adanya kesadaran dari petani-petani di daerah Grobokan untuk tidak membakar jerami sisa panen padi agar tidak memperburuk kualitas udara. Dan menggunakan jerami sisa panen padi menjadi pupuk untuk tanaman-tanaman yang mereka tanam. Dalam penegakan kasus lingungan hidup telah diatur srgala bentuk pelanggaran mauppun kejahatan,bagi pelaku baik yang dilakukan secara perorangan maupun badan hokum dengan upaya pencegahan (preventif) maupun dengan cara penindakan (represif) untuk tindakan teprentif ini ada beberapa jenis instrument yang dapat diterapkan yaitu tindakan administrative, tindakan perdata, dan tindakan pidana. Tindakan-tindakan ini tidak ada sekala prioritas Tindakan-tindakannya diseusian dengan kebutuhan di dakam analsiis kasus ini akan sedikit disampaikan mengenai instrument-instrument dalam penegakana hokum lingkunagn hidup

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sudah bukan hal yang asing lagi di telinga manyarakat Indonesia mendengar adanya bencana alam Karena hampir menjadi setiap tahun yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kejadian yang tidak mengenakan tersebut antara lain seperti tanah longsong, banjir, kebakaran hutan, sungai dan

laut airnya tercemar, dan sebagainya.1 Selain Karena bencana alam perusakan

lingkungan juga dikarenakan ulah manusia contonya pencemaran udara yang

(2)

disebabkan oleh pembakaran jerami sisa panen. Hal ini sangan berakibat fatal pada kualitas udara bersih. Pembakaran jerami sisa panen padi di daerah grobogan sangat mengganggu pennguna jalan yang melewati jalan raya Purwodadi – Penawangan, Penawangan – Godong, dan Undaan - Klambu. Selain mencemari udara bersih hal ini juga mengakibatkan pandangan pengendara sepeda motor yng melalu jalan terebut sangat terbatas. Pengguna jalan memperlambat laju kendaraan yang melalui jalan tersebut dan perlu membunyikan klakson untuk memberi peringatan kepada pengguna jalan yang lain agar tidak terjadi kecelakaan tetapi karna memang kabut bekas pembakaran jerami yang memang sangat tebal. Tetapi tetap saja terjadi kecelakaan sepeda motor yang terjadi dijalan Penawangan – Purwodadi.2

Pembakaran jerami ini dapat bertujuan untuk mempercepat persiapan atau pengolahan tanah untuk masa tanam berikutnya dan di beberapa daerah bahkan bertujuan untuk menghindari penyebaran hama dan penyakit yang menyebar. Dengan tingginya intensitas pertanaman padi maka tidak lagi tersedia waktu yang cukup untuk jerami melapuk di tanah. Namun demikian pembakaran jerami mengakibatkan sebagian unsur hara hilang terutama unsur-unsur hara mudah menguap (volatile) dan unsur hara lain yang menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Pembakaran jerami tidak hanya menjadi tradisi petani padi sawah di Indonesia tetapi juga di banyak negara Asia penghasil padi lainnya seperti China, Vietnam, Thailand, dan lain-lain.3

Pembakaran jerami tidak hanya menyebabkan sebagian unsur hara hilang, tetapi juga polusi udara sekitar dan gangguan kesehatan petani dan masyarakat sekitar. Hingga saat ini belum ada informasi berupa hasil penelitian kehilangan unsur hara akibat pembakaran jerami secara kuantitatif. Sementara itu, kehilangan unsur hara tanpa dibarengi oleh pengembalian unsur-unsur tersebut ke dalam tanah akan mengakitabkan ketidakseimbangan neraca hara dalam tanah sehingga akan menurunkan tingkat kesuburan tanah dan berujung pada penurunanproduksi dan produktivitas tanaman.4

Pembakaran jerami sangat beresiko bagi kelangsungan dan kelestarian lingkungan hidup. Undang – undang lingkungan hidup telah mengatur hukuman bagi pelaku pencemaran lingkungan hidup pada pasal 98 ayat 1 undang undang perlindungan dan pengelolaan ligkungan hidup berbunyi “ Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Dan jika pencemaran lingkungan membuat orang luka diatur juga dalam pasal 98 ayat 2 yang berbunyi “ Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). Dan

2 Amalia Zakki, “ Kabut Asap Jerami Ganggu Pengendara “ (Semarangmetro, 10 Juli, 2017), 25 3 Ibid, hlm. 51

(3)

bila korban luka parah atau mati diatur juga dalam pasal 98 ayat 3 yang berbunyi “ Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).5

Lingkungan hidup harus diperhatikan kebersihannya dan kesehatannya agar dapat tetap lestari untuk kepentingan anak cucu dimasa yang akan dating. Untuk itu, sedini mungkin melakukan pencegahan terhadap perbuatan – perbuata yang disengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Terutama terhadap perbuatan – perbuatan yang dilatarbelakangi kegiatan bisnis antara lain yang bergeraj dibidang kehutanan, pertambangan, maupun perusaaan – perusahhan yang memiliki limbah. Para pelaku bisnis harus dapat memperhitungkan akan terjadinya resiko kerusakan lingkungan dan memiliki langkah – langkah yang dipersiapkan dengan pasti untuk penanggulangannya baik secara preventif maupun represif. Petani yang memiliki limbah dari panen padi berupa jerami seharusnya tau cara menangani limbah tersebut tanpa membakarnya agar tidak merusak keberihan udara dan mengakibatkan masalah – masalah yang berakibat fatal bagi masyarakat sekitar dan memanfaatkan limbah jerami tersebut untuk sesuatu yang lebih berguna. Tindak pidana dalam kasus lingkungan hidup bukanlah delik aduan. Apabila disimak dengan baik pada Bab XV UU PPLH yang mengatur tentang ketentuan pidana, tampak bahwa tindak pidana di lingkungan hidup merupakan delik biasa dan bukan delik aduan. Sebagai delik biasa PNS (Pegawai Negeri Sipil) tanpa didasarkan adanya pengaduan dari warga masyarakat sudah dapat melaksanakan tugasnya untuk melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana di bidang lingkungan hidup.6

Mengenai hak masyarakat untuk mengadukan adanya tindak pidana di bidang lingkungan hidup tersebut, sebenarnya istilah “mengadukan” adalah tidak tepat karena tindak pidanya bukan sebagai delik aduan. Adapun yang tepat adalah “melaporkan” tentang adanya dugaan tindak pidana dimaksud. Oleh karena itu istilah tersebut tidak sejalan dengan jenis deliknya sebagaimana yang diatur di dalam Bab XV UU PPLH. Sebagaimana pula hak untuk mengadukan itu tindak perlu lagi diatur di dalam UU PPLH karena sudah siatur di dalam KUHAP. Pasal 108 Ayat (1) KUHAP yang berbunyi, setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dana atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan tertulis. Ketentuan ini tidak membeda – bedakan jenis masyarakat berhak melaporkan kepada penyidik untuk dapat ditindaklanjuti.7

Masyarakat didaerah Grobokan terkhusus petani seharusnya sadar bahaya dari akibat pembakaran jerami sisa panen padi. Karena memang kabut tebal akibat pembakaran jerami sangat mengganggu pandangan dari pengguna jalan dan juga merusak kualitar udara bersih. Sehingga terjadi kemacetan dadierah jalan yang berasab tebal dan sempat juga terjadi kecelakaaan di jalan Penawangan-Purwodadi. Mereka seharusnya sadar bahaya dari pembakaran

5 UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

(4)

jerami dan seharusnya bisa memanfaatkan jerami sisa bagi untuk hal yang lebih berguna misalnya dibuat pupuk untuk tanaman dan melakukan pengamana di daerah persawahan dari pembakaran jerami oleh oknum – oknum yang

melakukan perusakan lingkungan.8

Kronologi Kasus

Pembakaran jerami yang dihasilkan dari tanaman padi di sejumlah ruas jalan utama di Grobokan, dinilai sangat mengganggu bagi pengendara yang lewat disekitar lokasi. Pembakaran jerami terjadi saat musim panen padi. Letak persawahan yang berada di tepi jalan membuat asap yang dihasilkan mengurangi jarak pandang pengendara. Akibatnya terjadi kecelakaan di jalan Penawangan-Purwodadi. Saking tebalnya kabut asap, petugas pemadam kebakaran harus terjun ke lokasi untuk meredam api yang berada ditumpukan jerami. Petugas kepolisian juga dibuat sibuk Karena kabut asab memicu kemacetan. Selain dampak kemacetan yang terjadi akibat pembakaran jerami udara di daerah Grobokan juga tidak sehat dan sangat memprihatinkan.

Terkait kejadian itu Kaslantas Polres Grobokan AKP Panji Gede Prabawa menghimbau kepada petani agar berhati-hati saat melangsungkan panen yakni tidak menaruh hasil panen di bahu jalan, Karena mengganggu kendaraan. Selain itu, petani diminta tidak membakar tumpukan jerami dekat dengan jalan raya. Sebab bila angina berhembus, asab pembakaran bias menutup jalan dan membahayakan bagi pengendara yang melintas. Dampak dari pembakaran jerami sangan mengganggu pengguna jalan.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak dari pembakaran jerami Bagi lingkungan.?

2. Bagaimana implementasi undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah Grobokan.?

PEMBAHASAN

Dampak Pembakaran Jerami Bagi Lingkungan

Pembakaran jerami sisa panen padi sangan berdampak buruk pada lingkungan kabut tebal yang dihasilkan dari pembakaran jerami mengganggu pengguna jalan yang berakibat kemacetan sampai terjadinya kecelakaan disamping itu polusi udara yang ditimbulkan dari asam jerami sangat memprihatinkan. Untuk menciptakan lingkungan dan kehidupan yang deimbang sangat tergantung dari kegiatan manusia, sedangkan kegiatan manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakatnya dalam mengelola dan membina lingkungan itu. Berbicara masalah kesadaran masyarakat terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga. Bagaimana memlihara kebersihan itu di dalam rumah kemudian berkembang ke hal yang lebih luas lagi yaitu disekitarnya dan masyarakat luas. Apabila suasana dan tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal bagaimana mebudidayakan dan

mengelola lingkungan dengan wawaasan lingkingan.9

Jika tingkat kesaran dalam pengelolan lingkungan hidup sudah membudaya pada tatanan masyarkat maka tinakan perusakan lingkungan dapat diminamalisir bahkan dihilangkan. Pembakaran jerami ini dapat bertujuan untuk mempercepat persiapan atau pengolahan tanah untuk masa tanam berikutnya dan di beberapa daerah bahkan bertujuan untuk menghindari penyebaran hama dan penyakit

8 Ibid. hlm 18

(5)

yang menyebar. Dengan tingginya intensitas pertanaman padi maka tidak lagi tersedia waktu yang cukup untuk jerami melapuk di tanah. Namun demikian pembakaran jerami mengakibatkan sebagian unsur hara hilang terutama unsur-unsur hara mudah menguap (volatile) dan unsur-unsur hara lain yang menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Pembakaran jerami tidak hanya menjadi tradisi petani padi sawah di Indonesia tetapi juga di banyak negara Asia penghasil padi lainnya seperti China, Vietnam, Thailand, dan lain-lain. Pembakaran jerami tidak hanya menyebabkan sebagian unsur hara hilang, tetapi juga polusi udara sekitar dan gangguan kesehatan petani dan masyarakat sekitar. Hingga saat ini belum ada informasi berupa hasil penelitian kehilangan unsur hara akibat pembakaran jerami secara kuantitatif. Sementara itu, kehilangan unsur hara tanpa dibarengi oleh pengembalian unsur-unsur tersebut ke dalam tanh akan mengakitabkan ketidakseimbangan neraca hara dalam tanah sehingga akan menurunkan tingkat kesuburan tanah dan berujung pada penurunan produksi dan produktivitas tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kehilangan unsur hara akibat pembakaran jerami.

Pembakaran jerami manimbulkan asap yang buruk bagi kesehatan manusia

seperti gangguan pernafasan yang disebabkan oleh asap tebal bekas pembakaran jerami yang mengandung unsur CO2 yang artinya Carbon dioksida. CO2 sangat berbahaya bagi manusia karena terdapat gas gas racun yang dapat menimbulkan gangguan pernafasan. Selain itu juga dapat menimbulkan gangguan jarak pandang atau penglihatan, sehingga dapat menganggu semua bentuk kegiatan di luar rumah. Gumpalan asap yang pedas akibat pembakaran jerami yang dilakukan oleh petani sangat merugkan masyarakat khususnya penggna jalan yang melintas jalan raya Purwodadi-Penawangan, Penawangan-Godong, dan Undaan-Klambu. Jalan utama lintas kabupaten tersebut memiliki intensitas kepadatan yang tinggi. Para pengendara jalan raya Purwodadi-Penawangan, Penawangan-Godong, dan Undaan-Klambu selalu memperlambat laju kendaraannya yang akan melintas jalan tersebut. Klakson dibunyikan untuk memberi pringatan bagi pengendara lain. Akibatnya terjadi kemacetan di daerah jalan yang berkabut tebal Karena pembakaran jerami disamping itu sempat juga terjadi kecelakaan di jala Penawangan-Purwodadi.

(6)

mengembalikan unsur hara Kalium ke tanah. Unsur kalium ini berfungsi sebagai penguat dan pengeras bagian tanaman yang akan membantu ketahanan tanaman dari serangan hama dan penyakit. Jika kita bakar terus-menerus tanpa penambahan unsur hara K ketanah akan menyebabkan tanaman padi kita rentan terserang hama dan penyakit.10

Mekanisme Penegakan Hukum Atas Kasus Pencemaran Lingkungan Pembakaran Jerami

Dalam penegakan hokum lingkungan telah diatur segala bentuk pelanggaran dan kejahatan, bagi pelaku baik yang dilakukan perorangan maupun badan dengan cara pencegahan maupun penindakannya. Untuk penindakannya ada bebrapa jenis instrument yang dapat diterapkan dan penerapannya tergantung dari keperluannya, sebagai pertimbangan antara lain melihat dampak yang ditimbulkan, jenis instrument yang dimaksut meliputi, tindakan administratif, tindakan perdata, dan tindakan pidana.11

Sejak dikeluarkannya UUPPLH 2009 yang menggantikan UU No. 23 Tahun 1997 (selanjutnya disebut UUPPLH 1997), maka fungsi sebagai undang-undang induk umbrella provisions melekat pada UUPPLH 2009. UUPPLH membawa perubahan mendasar dalam pengaturan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.6 Jika dicermati terdapat beberapa perbedaan pengaturan antara UUPPLH 1997 dan UUPPLH 2009. Pertama, UUPPLH 1997 merumuskan tindak pidana sebagai tindakan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

hidup (sebagaimana diatur dalam Pasal 41), sedangkan UUPPLH 2009 merumuskan tindak pidana yaitu sebagai tindakan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (sebagaimana diatur dalam Pasal 98). Kedua, UUPPLH 1997 merumuskan pidana dengan pidana maksimum, sedangkan UUPPLH 2009 merumuskan pidana dengan minimum dan maksimum. Ketiga, UUPPLH 2009 mengatur mengenai hal-hal yang tidak di atur dalam UUPPLH 1997 yaitu di antaranya pemidanaan bagi pelanggaran baku mutu (sebagaimana diatur dalam Pasal 100), perluasan alat bukti, keterpaduan penegakan hukumpidana, dan pengaturan tindak pidana korporasi.12

Dalam instrumen tindakan reprentif untuk menegakkan hokum lingkungan tidak ada skala prioritas. Pada dasarnya setiap instrument mempunyai jangkauan masing-masing dengan tujuan yang berskala proporsional, yaitu tergantung kepentingan yang ingin diselesaikan. Berikut ini akan sedikit dijelaskan mengenai penyelesain sengketa hidup melalui 3 instrumen:

1. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dengan cara administrasi

Pemberian izin lingkungan dan penjatuhan sanksi administrasi dikeluarkan oleh pejabat dengan sebuah keputusan yang pada umumnya dalam bentuk tertulis. Apabila keputusan-keputusan pejabat tersebut ditolak oleh perusahaan Karena dipandang tidak tepat atau tidak berdasar hokum maka terjadilah sengketa administrasi antara pengusaha dengan pejabat pemerintah. Selain itu

10 Purwaningsih, Henny,dkk. 2012. Rekayasa Biopolimer Jerami Padi dengan Teknik Kopolimerisasi Cangkok dan Taut Silang. Jurnal Valensi. IPB. Vol 2:489-500.

11 Subagyo P. Joko, 2002, Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya, Jakarta, PT RINERKA CIPTA, hlm. 81

(7)

sengketa administrasi juga dapat terjadi, apabila di dalam pemberian izin lingkungan ternyata saat dilapangan izinnya terjadi tumpag tindih satu dengan yang lainnya.

Sengketa administrasi termasuk sengeta TUN, Karena berdasarkan pasal 1 nomor 10 UU PTUN yang dimaksud sengketa TUN adalah senketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hokum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik dipusat maupun didaerah, sebagaimana akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian berdararkan perundang-undangan yang berlaku. Yang terjadi pada kasus lingkuangan hidup antara subjek hukuk dengan badan atau pejabat usaha negara berdasarkan pasal 76 UU PPLH pemerintah berhak menjatuhkan sanksi administrative yang berupa teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan atau pencabutan izin lingkungan kepada perusahaan yang ditemukan melanggar izin lingkungan. Dalam kasus pembakaran jerami saya rasa tidak bias diselesaikan di pengadilan administrasi Karena saya tidak

menemukan peraturan peratan mengenai perizinan dari pembakaran jerami.13

2. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dengan cara perdata

Pada prinsipnya gugatan ke pengadilan perdata dilakukan oleh pihak yang merasa dirugikan Karena adanya kerusakan lingkungan. Dasarnya telah diketahui bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia (pasal 65 ayat (1) UU PPLH). Warga masyarakat yang terkena dampak akibat kerusakan lingkungan untuk dapat menggugat harus orang yang benar-benar menderita kerugian, Karena tujuannya adalah untu menuntut ganti kerugian. Disamping itu juga berhak menuntut pemulihan lingkungan, supaya lingkungan lingkungan hidup menjadi pulih kembali seperti sediakala. Akan tidak ada artinya jika ganti kerugian dapat dibayar, tetapi lingkungan hidup rusak tidak dipulihkan, warga masyarakat disekitar akan tetap menderita. Sengeketa perdata lingkungan hidup merupakan kompetensi absolut pengadilan negeri yang mengadili perkara perdata umum.

Sampai sekaran belum dibentuk pengadilan khusus yang berwenan mengadili perkara lingkungan hidup. Dalam kasus pembakaran jerami di daerah Grobokan yang menyebabkan polusi masyarakat yang menderita dampak dari pembakaran tersebut berhak untuk menuntut secara perdata di pengadilan perdata umum untuk meminta ganti rugi. Dan tergugat disamping harus membayar ganti rugi juga harus memulihkan lingkungan hidup.14

3. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dengan cara pidana

Pada peristiwa lingkungan hidup baik berupa pencemaran maupun perusakan, meskipun sengketanya telah dapat diselesaikan melalui pengadilan TUN dan pengadilan perdata, tetapi tidak menutup kemungkinan masih dapat diselesaikan dengan pengadilan pidana, sepanjang perbuatan yang dilakukan oleh pelaku mempunyai sifat jahat. Disamping itu, penyelesaian sengketa di kedua pengadilan tersebut ditak dapat menghapuskan pidananya. Tindak pidana yang diatur di dalam UU No. 32 Tahun 2009 bukan delik aduan melainkan sebagai delik biasa. Konsekuensinya penyidik bersikap aktif dengan langsung melaksanakan tugasnya untuk melakukan serangkaian tindakan seperti penangkapan dan

13 Ariefianto,Agung Harry. Penerapan sanksi administrasi pencemaran lingkungan hidup akibat kegiatan industry., Unnes Law Jurnal Vol. 4 No. 1 2015

(8)

penahanan kepada pelakunya tanpa menunggu pengaduan terlebih dahulu dari pihak korban.

Untuk menyidik tindak pidana di bidang lingkungan hidup, pasal 94 (1) UU PPLH menyebutkan, selain penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat negeri sipl tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diberi wewenang sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam hokum acara pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup. Ada dua penyidik yang berwenang yaitu penyidik Polri dan penyidik PNS bertugas menyidik di bidang lingkungan hidup ( penyidik PNSLH.) Sejalan dengan system peradilan pidana atau justice criminal system bahwa penanganan perkara pidana tidak berada pada satu lembaga melainkan pada sejumlah lembaga yang saling berurutan, yaitu perkara diproses mulai dari kepolisian, kejaksaan, dan kemudian diputus oleh pengadilan. Dalam kasus pencemaran udara akibat pembaran jerami ini bias diselesiakan secara pidana karena disamping mencemari udara juga berakibat kecelakaan yang terjadi di jalan raya Penawangan-Purwodadi.15

Kesimpulan

Dampak dari pembakaran jerami sisa panen padi di daerah Grobokan yang mengakibatkan kabut tebal sangat membuat resah masyarakat khususnya pengguna jalan karena letak sawah-sawh didekat jalan raya. Kabut tebal membuat macen jalan karen pengguna jalan harus memperlambat laju motor Karena terbatasnya jarak pandang. Sempat juga terjadi kecelakaan jalan Penawangan- Purwodadi selain gangguan atas kelancaran lalu lintas juga berdampak pada lingkungan hidup karen tinggal polusi dari pembakaran jerami serta hilangnya unsur hara pada tanah Karena pembakaran jerami ini. Dalam penegakan hokum lingkungan ada 3 instrumen yang bias dilakukan yaitu tundakan administrative, tindakan perdata, dan tendakan pidana dalam kasus pencemaran lingkungan Karena asab tebal dari pembakaran jerami ini menurut saya tidak cocok jika diselesaikan dengan tindakan adminsitratif Karena saya tidak menemukan peraturan-peraturan mengenai perizinan pembakaran jerami apalagi penyelewengan atas perizinan. Saya berpendapat kasus ini sangat cocok jika dilakukan tindakan perdata Karena hal ini banyak merugikan masyarakat khususnya pengguan jalan. Karna memang dasarnya telah diketahui bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia ( pasal 65 Ayat (1) PPLH). Dan juga kasus ini bias diselesaikan juga dengan tindakan pidana karna selain mencemari lingkungan kasus ini juga mengakibatkan orang kecelakkan. Kemudian karena tindak pidana yang diatur di dalam UU No. 32 Tahun 2009 buakn delik aduan melainkan delik biasa seharusnya penyidik bertindak aktif dengan langsung melaksanakan tugasnya seperti penangkapan dan penahanan kepada pelakunya tanpa menunggu aduan terlebih dahulu dari pihak korban.

Daftar Pustaka

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Subagyo, P. Joko, 2002. Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta: PT RINERKA CIPTA

(9)

Supramono Gatot. 2013. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Indonesia. Jakarta: PT RINERKA CIPTA

Purwaningsih, Henny,dkk. 2012. Rekayasa Biopolimer Jerami Padi dengan Teknik Kopolimerisasi Cangkok dan Taut Silang. Jurnal Valensi. IPB. Vol 2:489-500. Kim, So Wong. KEBIJAKAN HUKUM PIDANADALAM UPAYA PENEGAKAN HUKUM

LINGKUNGAN HIDUP. Jurnal Dinamika Hukum Vol. 13 No. 3 September 2013,417

Ariefianto,Agung Harry. Penerapan sanksi administrasi pencemaran lingkungan hidup akibat kegiatan industry., Unnes Law Jurnal Vol. 4 No. 1 2015

Referensi

Dokumen terkait

serikat pekerj a belum mencerminkan hukum yang berperspekt if keadilan maka perlu diaj u- kan sebuah model baru t ent ang kebebasan hak berserikat pekerj a, yang

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan menggunakan metode iterative and rapid prototyping dalam mengembangkan game memancing yang interaktif dan memiliki kesan

Programer, yaitu orang-orang yang mampu menyusun instruksi – instruksi bagi komputer atau mampu membuat program yang dibutuhkan dalam suatu sistem pengolahan data.. Operator,

Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan memperoleh masukan untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan komunikasi matematika siswa melalui pembelajaran

Landasar teori yang digunakan penulis untuk menunjang penelitian ini akan membahas tentang teori investasi, investasi dibidang keuangan (finansial asset), risk and

Dari informasi di atas, peneliti dapat menjelaskan bahwa peranan pustakawan dalam sistem temu balik informasi di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

This KRA consists of Instruments Trial on Mother Tongue Programme Development; the Third Annual International Symposium for Foreign Language Learning (3rd AISOFOLL); Training

sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai resistivitas ini adalah perbedaan kepadatan lapisan pada beton dari atas ke bawah, dan adanya retakan serta kondisi