PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
MESIN POWER THRESER
PADA BENGKEL LAS KREBO SUKOHARJO
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
DIENA KUSUMASTANTI
NIM.F1310028
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
iv
Motto dan Persembahan
“Pitulung lan pawewehmu aja akeh-akeh lan aja arang-arang, nanging baka
sethithik wae lan sing kerep, awit wataking manungsa menawa wis ora
nduweni pangarep-arep bakal tampa maneh, enggal sirna kaelingane marang
kabecikan. Senajan diwenehi akeh,nanging yen njaluk maneh ora oleh,
sakehing kabecikan kang wis kelakon dadi ilang.”
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang
menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum. - Mahatma Gandhi.
Believe in Him and you can do anything
Cintai dan syukuri
Buah karya ini saya persembahkan untuk:
*
Kedua Orang tuaku tercinta,
*
Adik-adikku tersayang,
*
Seluruh orang tersayang,teman dan sahabat-sahabatku.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan ketulusan memberikan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Sri Suranto, S.E., M.Si, Ak. selaku Sekretaris Program Swadana Transfer Jurusan Akuntansi.
4. Bapak Sri Hanggana, M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam menyusun skripsi ini.
commit to user
vi
6. Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala ilmu-ilmu yang telah diajarkan.
7. Pak Timin dan Pak Rudy atas segala bantuannya.
8. Kedua Orang tua dan Adik-adikku yang selalu memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang tiada henti.
9. Orang-orang tersayang,sahabat- sahabatku yang selalu memberikan semangat dan doa.
10. Teman-teman Akuntansi Non-Reguler angkatan 2010, terimakasih untuk kebersamaaan dan keceriaan selama ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulisan selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, Desember 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya ... 6
B. Unsur-unsur Biaya Produksi ... 7
1. Bahan Baku ... 7
2. Tenaga kerja Langsung ... 8
3. BOP (Biaya Overhead Pabrik) ... 8
C. Pengertian Harga Pokok Produksi ... 8
commit to user
viii
1. Sistem biaya proses ... 9
2. Sistem biaya pesanan ... 11
E. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ... 13
1. Full Costing ... 13
2. Variabel Costing ... 13
F. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik ... 14
1. Menyusun Anggaran Biaya Overhead Pabrik ... 14
2. Memilih Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Kepada Produk .... 14
a. Satuan Produk ... 14
b. Biaya Bahan baku ... 15
c. Biaya tenaga kerja ... 16
d. Jam tenaga kerja langsung ... 16
e. Jam mesin ... 17
G. Perlakuan terhadap Selisih Biaya Overhead Pabrik ... 17
H. Kartu Harga Pokok Pesanan ... 19
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 20
B. Jenis Data ... 20
C. Teknik Pengumpulan Data ... 20
1. Teknik Wawancara ... 20
2. Teknik Observasi ... 20
1. Profil Perusahaan ... 21
2. Sejarah Berdiri ... 22
3. Visi dan Misi Perusahaan ... 23
4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 24
5. Proses Produksi ... 25
6. Bidang Pemasaran ... 28
B. Perhitungan Harga Pokok Produksi menurut Penulis ... 29
1. Biaya Overhead Pabrik ... 29
2. Kartu Biaya Produksi ... 31
3. Laporan Akhir Periode ... 39
4. Selisih Biaya Overhead Pabrik ... 41
5. Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44
B. Saran... 45
C. Keterbatasan ... 45
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Biaya Overhead Pabrik Bengkel Las Krebo bulan Maret 2012 ... 37
Tabel 4.2 Kartu Biaya Produksi Bulan April 2012 periode 1... ... 41
Tabel 4.3 Kartu Biaya Produksi Bulan April 2012 periode 2... ... 43
Tabel 4.4 Kartu Biaya Produksi Bulan Mei 2012 periode 1... ... 44
Tabel 4.5 Kartu Biaya Produksi Bulan Mei 2012 periode 2 ... 44
Tabel 4.6 Kartu Biaya Produksi Bulan Juni 2012 periode 1 ... 45
Tabel 4.7 Kartu Biaya Produksi Bulan Juni 2012 periode 2... ... 46
Tabel 4.8 Laporan Job Selesai ... 47
Tabel 4.9 Laporan Penjualan... ... 48
Tabel 4.10 Laporan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya... ... 48
Tabel 4.11 Laporan Biaya Overhead Pabrik Dibebankan... ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penulisan Skripsi Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Gambar Mesin Power Threser
commit to user
ABSTRACT
Diena Kusumastanti
NIM. F1310028
CALCULATE THE PRODUCTION COST OF
POWER THRESER MACHINE
IN LAS KREBO WORKSHOP SUKOHARJO
The research was conducted with the aim to apply the methods of job order costing in the management company to help calculate the cost of production. Raw material costs, direct labor costs, and factory overhead costs are elements to calculate the production costs.
The research was conducted in Las Krebo Workshop for 3 months, ie April to June. The method of data collection is by observation. This study uses job order costing to calculate the cost of production of each product order.
The results provide a way of calculating the cost of production by the method of job order costing, reporting quarterly to the finished product, sales reports, reports of factory overhead costs, and calculating the cost of production.
commit to user
ii ABSTRAK
Diena Kusumastanti
NIM. F1310028
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
MESIN POWER THRESER
PADA BENGKEL LAS KREBO SUKOHARJO
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengaplikasikan metode job order costing dalam perusahaan untuk membantu manajemen menghitung biaya
produksi. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik adalah elemen untuk menghitung biaya produksi.
Penelitian ini dilakukan di Bengkel Las Krebo selama 3 bulan, yaitu bulan April sampai Juni. Metode pengambilan data yaitu dengan observasi. Penelitian ini menggunakan metode job order costing untuk menghitung biaya produksi setiap pesanan produk.
Hasil penelitian ini memberikan cara perhitungan biaya produksi dengan metode job order costing, pelaporan tiga bulanan untuk produk selesai, laporan penjualan, laporan biaya overhead pabrik, dan perhitungan harga pokok produksi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri pertanian merupakan salah satu mata pencaharian yang diandalkan
oleh penduduk Indonesia untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam rangka
memenuhi hal tersebut, industri pertanian juga perlu memanfaatkan teknologi baik di
bidang pertanian yang berupa penggunaan alat-alat pertanian canggih yang
menunjang proses pasca panen, maupun teknologi yang berkaitan dengan informasi
dan komunikasi seperti penggunaan mesin dalam membantu proses produksi secara
cepat dan berkualitas. Dengan penggunaan berbagai macam teknologi tersebut, biaya
overhead diperkirakan meningkat dikarenakan adanya proses produksi yang semakin
kompleks dan produk yang dihasilkan semakin beragam. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka diperlukan suatu sistem dan strategi yang tepat serta sesuai dengan
perkembangan dan keinginan konsumen, sehingga dengan penggunaan sistem yang
tepat dapat dihasilkan informasi yang akurat.
Dalam melakukan proses produksi, perusahaan tentunya tidak terlepas dari
pembiayaan atas proses produksi tersebut, sehingga perusahaan dituntut untuk
menetapkan pembiayaan atas pelayanan yang telah diberikan secara tepat dan efisien
dengan tetap memperhitungkan resiko atau hasil yang akan diperoleh dalam
penentuan besarnya tarif yang harus dibayar oleh para konsumen. Dalam penentuan
commit to user
2tradisional di mana sistem ini tidak sesuai dengan lingkungan pemanufakturan yang
maju pada penentuan harga pokok produksi. Dalam perencanaan dan pengendalian
dengan menggunakan sistem tradisional, digunakan mekanisme pengendalian dan
membandingkan antara biaya sesungguhnya melebihi anggaran, manajer menganggap
terjadi suatu ketidakbijaksanaan dalam sistem tersebut, sehingga untuk mencapai
standar tersebut dapat menimbulkan perilaku yang tidak semestinya.
Bengkel Las Krebo adalah perusahaan manufaktur yang membuat dan
menyediakan mesin pertanian serta jasa pembangunan mesin industri. Produk yang
dihasilkan yaitu mesin alat pertanian, mesin Power Threser (tleser). Perusahaan ini
melakukan produksi mesin pertanian berdasarkan permintaan konsumen dengan cara
memesan terlebih dahulu. Penentuan tarif harga pokok produksi merupakan
keputusan yang penting dan dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Adanya
berbagai macam bahan yang variatif serta biaya overhead yang tinggi, semakin
menuntut ketepatan dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya, sehingga dapat
diperoleh informasi yang akurat mengenai laba yang telah dan dapat diperoleh dari
selisih tariff yang ditentukan.
Penentuan harga pokok produksi pada Bengkel Las Krebo ini masih
menggunakan pencatatan yang sederhana sehingga dapat menghasilkan informasi
biaya yang tidak akurat sehingga dapat menyebabkan keputusan penentuan tarif
menjadi tidak tepat. Metode job order costing dinilai dapat mengatasi kelemahan
biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas untuk menghasilkan tarif yang tepat untuk
menetukan harga pokok produksi.
Penentuan harga pokok produksi yang tidak tepat akan mempengaruhi laba
yang diperoleh perusahaan. Penentuan harga pokok produksi didasarkan pada
perincian dan pencatatan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya
merupakan bagian penting dalam penentuan harga pokok produksi, maka semua
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi harus dicatat secara tepat, sistematis
dan terperinci. Untuk tujuan tersebut maka akuntansi biaya mencatat,
menggolongkan, dan meringkas biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa
(Mulyadi, 2005).
Dalam metode job order costing, perusahaan harus dapat memperkirakan
harga pokok produksi suatu produk ketika perusahaan menerima pesanan produk
tertentu. Penentuan harga pokok produksi yang tidak tepat dapat mengakibatkan
penawaran harga jual yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Penetapan harga pokok
produksi yang terlalu tinggi menyebabkan penentuan harga jual yang tinggi juga, hal
ini dapat mengakibatkan perusahaan kalah bersaing dengan perusahaan yang sejenis.
Sebaliknya, jika perusahaan menetapkan harga pokok produksi yang terlalu rendah
akan menyebabkan penentuan harga jual yang rendah sehingga biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan tidak dapat ditutup. Hal ini dapat menyebabkan kerugian
pada perusahaan sehingga dapat menghambat operasional perusahaan pada periode
commit to user
4Penentuan harga pokok produksi Bengkel Las Krebo menggunakan metode
harga pesanan dikarenakan sebagian besar proses produksinya berdasarkan pesanan
yang diterima. Dalam perhitungan harga pokok produksi, Bengkel Las Krebo tidak
mengelompokkan biaya listrik, biaya bahan penolong, dan biaya produksi karena
berlalunya waktu ke dalam biaya overhead pabrik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi mesin Power Threser pada
Bengkel Las Krebo?
2. Apakah perhitungan harga pokok produksi mesin Power Threser sudah sesuai
dengan sistem job order costing?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengaplikasikan metode job order costing
di perusahaan untuk membantu manajemen menghitung biaya produksi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi
Memberikan perhitungan yang lebih baik dalam menentukan harga pokok
produksi dan hal lain yang terkait sehingga dapat meningkatkan efektivitas biaya
2. Bagi Pembaca
Memberikan tambahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang akan
meneliti dengan pokok permasalahan yang sama.
3. Bagi Penulis
Memberikan tambahan wawasan dalam penelitian ini serta memperdalam
pengertian tentang akuntansi biaya khususnya perhitungan biaya yang
berdasarkan pesanan (job order costing). Selain itu untuk mempraktekkan secara
commit to user
6BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya
Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas, dan
disajikan oleh akuntansi biaya. Biaya dalam arti luas adalah pengobanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu, sedangkan biaya dalam
arti sempit adalah pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva
(Mulyadi, 2005).
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya, yaitu :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebit untuk tujuan tertentu.
Biaya sebagai sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan
untuk mencapai tujuan tertentu (Horngren, 2008). Suatu biaya biasanya
diukur dengan jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka
mendapatkan barang atau jasa.
Akuntansi biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
melaporkan informasi keuangan dan nonkeuangan yang terkait dengan
biaya perolehan atau penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi
(Horngren, 2008).
Menurut Mulyadi (2005) akuntansi biaya adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan
produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.
Menurut Rayburn (1999) akuntansi biaya mengidentifikasi,
mendefinisikan, mengukur, melaporkan, dan menganalisis berbagai unsur
biaya langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan produksi serta
pemasaran barang dan jasa. Akuntansi biaya juga mengukur kinerja,
kualitas produk, dan produktivitas.
B. Unsur-unsur Biaya Produksi
Menurut Mulyadi (2005) biaya produksi (inventoriable cost or
manufacturing cost) adalah biaya yang digunakan untuk membuat suatu
barang dan jasa. Biaya produksi pada saat terjadinya diakui sebagai aktiva,
dan baru diakui sebagai beban pada saat barang atau jasa yang dihasilkan
atas biaya tersebut dijual. Pada saat terjadinya diakui sebagai aktiva yang
dapat berupa rekening persediaan bahan baku, persediaan bahan
pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
Dan baru diakui sebagai beban saat barang atau jasa tersebut dijual dalam
bentuk rekening Harga Pokok Penjualan yang disajikan di laporan laba
commit to user
8Biaya produksi meliputi biaya produksi, yaitu biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang menempel menjadi satu (terintegrasi)
dengan barang jadi yang mempunyai nilai relatif lebih tinggi
dibanding nilai bahan yang lain dalam pembuatan suatu barang jadi.
2. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung (direct labour) adalah karyawan di bagian
produksi yang mempunyai pekerjaan (fungsi) yang berkaitan langsung
dengan proses produksi, sehingga jika pekerjaan tersebut tidak
dilakukan, maka proses pembuatan barang jadi tidak akan selesai.
3. BOP (Biaya Overhead Pabrik)
Adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. BOP dapat dibebankan ke biaya produksi dengan cara
langsung maupun tidak langsung. BOP dapat dibebabankan langsung
jika menggunakan metode process costing, sedangkan dalam metode
job order costing menggunakan pembebanan tidak langsung, yaitu
dengan tarif BOP yang ditentukan dimuka.
C. Pengertian Harga Pokok Produksi
Perusahaan manufaktur memiliki siklus kegiatan mulai dengan
pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan
penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Siklus akuntansi biaya dalam
baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan
pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang
dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya harga
pokok produk jadi. Akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur
bertujuan untuk menyajikan informasi harga pokok produksi per satuan
produk jadi (Mulyadi, 2005).
Menurut Hanggana (2008) harga pokok produksi adalah semua
biaya untuk membuat satu unit barang jadi yang meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut
Horngren (2008) harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli
untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode
akuntansi berjalan.
D. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2005) pengumpulan biaya produksi dalam
suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksi
perusahaan tersebut. Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan
mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar
atau dari dalam perusahaan. Produksinya ditujukan untuk memenuhi
pesanan. Sedangkan perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik
produksinya yaitu untuk memenuhi gudang.
Tujuan akhir akuntansi biaya adalah menghitung harga pokok
produksi (cost of goods manufactured). Istilah harga pokok produksi
commit to user
10Sistem atau metode pengumpulan biaya produksi ada dua, yaitu sistem
biaya proses (process cost system) dan sistem biaya pesanan (Job order
cost system).
1. Sistem biaya proses
Vanderbeck dalam Hanggana (2008) menyatakan, sistem proses sesuai
digunakan untuk perusahaan memproduksi barang atau jasa yang
memiliki karakteristik yang serupa. Syarat utama perusahaan dapat
menggunakan sistem proses:
a. Perusahaan memproduksi hanya satu jenis barang atau jasa yang
mempunyai spesifikasi yang sama.
b. Manajemen perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis
barang atau jasa dapat menerima asumsi atau anggapan bahawa
barang atau jasa yang sesusungguhnya bespesifikasi berbeda
dianggap sama.
Karakteristik metode harga pokok proses (Mulyadi, 2005) antara lain
sebagai berikut:
a. Pengumpulan biaya produksi dilakukan per departemen produksi
per periode akuntansi.
b. Perhitungan harga pokok produksi per satuan dengan cara
membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode
periode yang bersangkutan. Perhitungan dilakukan setiap akhir
periode akuntansi.
c. Pembebanan dipesan antara biaya langsung dengan biaya tidak
langsung tidak diperlukan.
d. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya
yangs sesungguhnya terjadi.
e. Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya
bahan baku dan tenaga kerja langsung.
2. Sistem biaya pesanan
Syarat utama perusahaan dapat menggunakan sistem pesanan:
a. Perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis barang atau jasa
yang mempunyai spesifikasi yang berbeda, dan mampu
memisahkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ke
masing-masing spesifikasi barang atau jasa (sesuai job).
b. Manajemen perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis
barang atau jasa dapat menerima asumsi atau anggapan bahwa,
manajmen perusahaan yang sesusungguhnya tidak dapat
memisahkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ke
setiap job barang atau jasa, dianggap dapat memisahkan biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap job barang
atau jasa tersebut.
Menurut Mulyadi (2005) metode pengumpulan biaya produksi dengan
commit to user
12produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesfifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga
pokok produksinya secara individual.
2) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya
dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung.
3) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung
disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.
4) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok
produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yangs sesungguhnya
terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam
harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
5) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produksi
yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
Perbedaan antara metode harga pokok proses dengan metode harga
pokok pesanan terletak pada hal berikut ini:
Dasar penentuan harga pokok produksi metode harga
pokok pesanan adalah setiap produk yang dipesan, sedangkan
dasar penentuan penentuan harga pokok produk dengan metode
harga pokok proses adalah setiap periode.
b. Waktu penentuan harga pokok produk
Dengan metode harga pokok pesanan, harga pokok
ditentukan saat pesanan telah selesai diproduksi, sedangkan jikan
menggunakan harga pokok proses, harga pokok ditentukan saat
akhir periode.
E. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2005) metode penentuan harga pokok produksi adalah
cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua
pendekatan:
1. Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel
maupun tetap.
commit to user
14 Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksiyang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
variable ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable.
F. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Menurut Mulyadi (2005) perusahaan yang menggunakan metode
harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada pesanan
atau produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Penentuan tarif
biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini:
1. Menyusun Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan
tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar
penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang
dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead
pabrik: kapasitas praktis, kapasitas normal, dan kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan.
2. Memilih Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Kepada Produk
Setelah anggaran biaya overhead pabrik disusun, langkah selanjutnya
adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara
adil biaya overhead pabrik kepada produk.
Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan
biaya overhead pabrik kepada produk (Mulyadi, 2005), antara lain:
Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya bahan
baku dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari biaya bahan
baku.
Rumus perhitungan tarif biaya overhead pabrik adalah sebagai
berikut:
T =
Keterangan:
T = tarif biaya overhead pabrik per satuan.
Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya
memproduksi satu macam produk. Bila perusahaan menghasilkan
lebih dari satu macam produk yang serupa dan berhubungan erat
satu dengan yang lain (perbedaannya hanya berat atau volume),
pembebanan biaya overhead pabrik dapat dilakukan dengan dasar
tertimbang atau dasar nilai (point basis).
b. Biaya bahan baku
Jika biaya overhead yang dominan bervariasi dengan nilai bahan
baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada
produk adalah biaya bahan baku yang dipakai. Tarif biaya
overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya bahan baku
dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari biaya-biaya bahan
commit to user
16Rumus perhitungan adalah sebagai berikut:
T =
Keterangan:
T = prosentase biaya overhead pabrik dari biaya bahan baku yang
dipakai.
c. Biaya tenaga kerja
Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai
hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung,
maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead
pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead
pabrik yang menggunakan dasar biaya tenaga kerja dihitung
berdasarkan prosentase tertentu dari biaya tenaga kerja langsung.
Rumus perhitungan adalah sebagai berikut:
T =
Keterangan:
T = prosentase biaya overhead pabrik dari biaya tenaga kerja
langsung.
d. Jam tenaga kerja langsung
Apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan
membebankan adalah jam tenaga kerja langsung. Tarif biaya
overhead pabrik yang menggunakan dasar jam tenaga kerja
langsung dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari jam tenaga
kerja langsung.
Rumus perhitungan adalah sebagai berikut:
T =
Keterangan:
T = tarif biaya overhead per jam tenaga kerja langsung.
e. Jam mesin
Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu
penggunaan mesin, maka dasar yang dipakai untuk
membebankannya adalah jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik
yang menggunakan dasar jam mesin dihitung berdasarkan
prosentase tertentu dari jam mesin.
Rumus perhitungan adalah sebagai berikut:
T =
Keterangan:
T = tarif biaya overhead pabrik per satuan jam mesin.
commit to user
18Selisih Biaya Overhead Pabrik merupakan selisih antara Biaya
Overhead Pabrik sesungguhnya dengan Biaya Overhead Pabrik yang
dibebankan. Selisih Biaya Overhead Pabrik akan diperlakukan menambah
atau mengurangi harga pokok penjualan. (Hanggana, 2008).
Setiap akhir bulan, biaya overhead pabrik yang kurang atau lebih
dibebankan dipindahkan dari rekening Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya ke rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik.
Menurut Mulyadi (2005) perlakuan terhadap selisih biaya
overhead pabrik pada akhir tahun tergantung pada penyebab terjadinya
selisih tersebut. Jika selisih tersebut disebabkan karena kesalahan dalam
penghitungan tarif biaya overhead pabrik, atau keadaaan-keadaan yang
tidak berhubungan dengan efisiensi operasi maka selisih tersebut dibagi
rata ke dalam rekening-rekening Persediaan Produk dalam Proses,
Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan. Sebagai akibatnya,
harga pokok produksi yang semula berisi biaya overhead pabrik yang
diperhitungkan berdasarkan taksiran, disesuaikan menjadi biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya terjadi.
Jika selisih biaya overhead pabrik disebabkan karena
ketidakefisienan pabrik atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah
kapasitas normal, maka selisih tersebut harus diperlakukan sebagai
pengurang atau penambah rekening Harga Pokok Penjualan. Tidak ada
alas an yang kuat untuk menaikkan harga pokok persediaan hanya karena
perlakuan terhadap selisih biaya overhead pabrik ini seringkali digunakan
tanpa memperhatikan penyebab terjadinya selisih itu sendiri dengan alas
an sebagai berikut:
a. Manajemen tidak pernah mencoba menentukan penyebab
terjadinya selisih biaya overhead pabrik.
b. Jumlah selisih tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan saldo
rekening-rekening yang akan dibebani dengan pembagian selisih
tersebut.
c. Saldo rekening-rekening Barang Dalam Proses dan Persediaan
Produk Jadi biasanya relatif kecil bila dibandingkan dengan Harga
Pokok Penjualan.
H. Kartu Harga Pokok Pesanan
Sistem pesanan mewajibkan pembuatan KHPPd (Kartu Harga
Pokok Produksi) atau job cost sheet untuk setiap pesanan (Hanggana,
2008). Kartu harga pokok ini berfungsi untuk mengumpulkan biaya
produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk mengerjakan pesanan
tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi
langsung terhadap pesanan tertentu dan biaya produksi tidak langsung
dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung
dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu
commit to user
20BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai perhitungan harga pokok produksi mesin
power threser dengan metode job order costing pada Bengkel Las Krebo yang
beralamat di Jalan WR Supratman No.144, Tinggen RT 01/IV Bentakan, Baki,
Sukoharjo.
B. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang didapat melalui
observasi dan wawancara secara langsung di lapangan, dalam penelitian ini di
Bengkel Las Krebo dengan berbagai cara berupa pengamatan langsung serta
mengolah dokumen penjualan yang diperoleh dari pembelian bahan untuk proses
produksi.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada pihak yang terkait di Bengkel Las Krebo.
2. Teknik Observasi
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan Bengkel Las Krebo
1. Profil Perusahaan
Bengkel Las Krebo adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pembuatan dan penyediaan aneka mesin serta jasa pembangunan industri.
Perusahaan ini juga melayani berbagai macam perbaikan pada kenteng
berbagai jenis kendaraan dan berbagai macam alat-alat/mesin pertanian.
Bengkel Las Krebo menyediakan berbagai macam mesin antara lain
mesin pengolah makanan, mesin pengemas, mesin pertanian, mesin
peternakan, mesin industri, dan berbagai macam perlengkapan rumah
seperti: trails, kanopi, garasi, dan perlengkapan rumah lainnya. Produk
yang menjadi andalan bengkel ini adalah mesin Power Threser atau mesin
perontok padi.
Bengkel Las Krebo mempunyai komitmen untuk selalu memenuhi
kepuasan pelanggan dengan memberikan jasa kebutuhan konsumen dalam
kualitas, waktu, dan kepuasan yang optimal. Bengkel Las Krebo berusaha
menjadi sebuah perusahaan yang benar-benar bermanfaat bagi
masyarakat, untuk itulah kami ingin memberikan pelayanan yang terbaik
commit to user
22dapat dijangkau oleh masyarakat luas menjadi prioritas utama Bengkel
Las Krebo.
2. Sejarah Berdiri
Perusahaan Las Amanah berdiri pada awal tahun 1996, didirikan
atas kerjasama antara Bapak Otto Djohari dan Bapak Wario. Pada awal
berdiri nama perusahaan ini adalah Bengkel Las Krebo. Nama ini diambil
karena salah satu pendiri, yaitu Bapak Wario mempunyai rambut yang
kribo. Nama ini diambil dengan maksud agar dapat dengan mudah diingat
karena namanya terkesan unik. Awal mendirikan perusahaan ini baru
melayani jasa perbaikan dan pembuatan alat pertanian yaitu mesin
perontok padi. Karyawan yang dimiliki waktu itu baru 4 orang.
Pada tahun 1999 diputuskan perusahaan ini dimiliki oleh satu orang
pendiri yaitu Bapak Otto Djohari dengan Nomor Tanda Daftar Perusahaan
113552806343 dengan nomor Izin Usaha Industri Kecil
530/49/IK.DU/XI/2006. Oleh beliau, perusahaan ini meningkatkan
pelayanan dengan melayani pemesanan seperti tralis, garasi, kanopi, dan
berbagai macam produk lainnya. Karena mutu pelayan dan produk yang
berkualitas, maka perusahaan ini semakin berkembang. Pesanan datang
dari berbagai daerah bahkan luar kota. Untuk itulah, selain menambah
jumlah karyawan, perusahaan juga menambah jenis produk-produk yang
dihasilkan.
Pada Juli tahun 2008, pemilik Bengkel Las Krebo meninggal dunia,
yang baru ini, seluruh kegiatan perusahaan ditingkatkan, mulai dari segi
jenis produk hingga kualitas produk yang dihasilkan. Pemilik juga
meningkatkan promosi dengan mengikuti program yang diadakan oleh
Bank Mandiri yaitu Wirausaha Muda Mandiri. Peningkatan pelayanan
dengan keramahtamahan para karyawan. Saat ini karyawan yang dimiliki
sebanyak 5 orang yang ahli di bidangnya. Variasi produk yang dihasilkan
juga bertambah. Selain melayani jasa pengelasan dan pesanan produk
pertanian, bengkel ini juga menerima pesanan pembuatan kanopi, tralis,
garasi, mesin penyangrai, dan berbagai macam mesin industri yang lain.
3. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Perusahaan
Menciptakan mesin-mesin industri dengan harga yang
terjangkau dan produk yang berkualitas, sehingga dapat meningkatkan
hasil produksi dan melayani jasa pengelasan berbagai jenis kendaraan
dan berbagai macam pernak-perniknya.
b. Misi Perusahaan
1) Menciptakan produk-produk yang berkualitas dengan harga yang
terjangkau.
2) Melayani kebutuhan masyarakat yang berhubungan dengan proses
pengelasan.
3) Memenuhi pesanan produk mesin industri dengan kualitas yang
commit to user
244) Menciptakan lapangan kerja khususnya yang mempunyai ahli
dalam bidang ini.
5) Membantu dalam proses peningkatan hasil industry dengan lebih
efisien.
4. Struktur Organisasi Perusahaan
Bengkel Las Krebo menjalankan kegiatan operasionalnya dengan
melibatkan individu-individu di dalamnya, individu-individu tersebut
perlu dan harus diorganisir serta dikoordinasikan dengan tepat agar semua
kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Oleh
karena itu dalam struktur organisasi yang baik harus mampu
mengkoordinasikanmasing-masing bagian sehingga mampu mengurangi
atau bahkan menghilangkan pertentangan yang terjadi. Dalam pengaturan
struktur organisasi, harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan, dan
dalam struktur organisasi harus dijelaskan pembagian tugas setiap
karyawan.
Sebagai perusahaan kecil yang masih berkembang, Bengkel Las
Krebo menggunakan struktur organisasi lini yaitu mempunyai fungsi dasar
dimana rantai perintah adalah mengalir dari pemilik langsung ke
karyawan. Karyawan yang dimiliki sebanyak 5 orang, maka perintah
langsung mengalir dari pemilik usaha ke karyawan yang dimiliki.
Bengkel Las Krebo masih dalam tahap berkembang, oleh karena itu
struktur organisasi hanya terdiri dari pemilik dan karyawan tetap dan
melakukan negosiasi dan transaksi saat terjadi pesanan, kemudian
memesan bahan-bahan yang dibutuhkan, membayar gaji pegawai, dan
mencatat keuangan. Sedangkan tugas para karyawan tetap yaitu
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perintah pemilik dan
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Untuk karyawan tidak tetap digunakan
jika perusahaan sedang mengalami permintaan pesanan yang banyak,
sehingga membutuhkan tenaga tambahan untuk mengerjakan pesanan
produk agar selesai tepat waktu.
5. Proses Produksi
Dalam proses produksinya Bengkel Las Krebo menggunakan
proses produksi pesanan. Proses produksi pada perusahaan ini melalui satu
departemen yang memproses bahan dari bahan mentah hingga menjadi
barang jadi yang siap jual.
a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi antara lain :
1) Bordes, yaitu besi yang berbentuk plat dengan ukuran tertentu
sebagai dinding mesin.
2) Kanal, yaitu chasis body Power Threser.
3) Siku, yaitu besi yang berbentuk siku-siku dan digunakan sebagai
kerangka mesin.
4) Gardan, yaitu mesin penggerak roda Power Threser.
5) Mur Baut, yaitu sebagai alat penyaring daun padi.
commit to user
267) Poli, yaitu perkakas untuk menggerakkan mesin saat penyaringan
padi dilakukan.
8) Beton, yaitu besi panjang sebagai alat penyaring padi yang rontok.
9) Diesel, yaitu mesin penggerak saat mesin dijalankan baik saat
dikendarai maupun saat merontokkan padi.
10)Roda, berfungsi untuk menggerakkan mesin saat dikendarai.
11)Streng, berfungsi untuk menggerakkan mesin diesel pada mesin
Power Threser saat dijalankan.
b. Bahan Penolong
Bahan penolong yang digunakan sebagai penunjang proses produksi
mesin threser antara lain :
1) Welding Electrodes, berfungsi untuk menyambung besi yang
dirangkai.
2) Cat, yaitu untuk memberi warna pada mesin Power Threser.
3) Gas Oksigen, yaitu untuk menjalankan trafo las.
4) Sandflex, untuk menghilangkan noda karat pada besi.
c. Mesin Produksi
Mesin-mesin yang digunakan adalah:
1) Gerinda adalah mesin yang berfungsi untuk merapikan hasil
pengelasan maupun pemotongan besi.
2) Trafo las adalah mesin yang digunakan untuk menyambung
besi-besi dan dapat juga untuk memotong besi-besi dengan cara yang lebih
3) Kompresor cat adalah mesin untuk mengecat mesin dengan hasil
lebih halus dan rata.
4) Tanggem jepit adalah alat untuk mengapit besi sehingga lebih
mudah dalam proses pemotongan ataupun penyambungan.
5) Rol plat adalah mesin yang digunakan untuk mengubah besi yang
berbentuk plat menjadi bulat.
6) Rol pipa adalah mesin yang digunakan untuk menggulung pipa
menjadi berbentuk oval atau lingkaran.
7) Gunting plat adalah mesin gunting untuk memotong besi plat
maupun besi yang lain.
8) Bor tangan yaitu mesin bor portable berfungsi untuk membuat
lubang pada besi.
9) Bor duduk, yaitu mesin bor yang berfungsi membuat lubang pada
besi.
10)Mesin diesel, adalah mesin yang digunakan sebagai sumber tenaga
selain listrik untuk menggerakkan mesin-mesin produksi.
d. Proses Produksi
Proses produksi Bengkel Las Krebo melalui satu departemen
produksi. Maka dari itu, proses produksi mesin Power Threser
dilakukan dari tahap persiapan hingga tahap penyelesaiannya.
Dalam proses produksi departemen produksi terdapat beberapa
tahap produksi antara lain:
commit to user
28Dalam tahap ini bahan mentah yang akan digunakan untuk
proses produksi dipersiapkan secara keseluruhan. Kemudian
bahan-bahan tersebut dipotong sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan dan dibentuk sesuai dengan fungsinya masing-masing.
2) Tahap perakitan
Merupakan tahap penyambungan bahan-bahan mentah
yang telah diolah menjadi barang setengah jadi dan membentuknya
menjadi mesin Power Threser dengan menggunakan mesin Trafo
las untuk menyambung besi-besi tersebut.
3) Tahap penyelesaian
Merupakan tahap akhir dari proses produksi. Dalam tahap
ini mesin Power Threser dirapikan dengan menggunakan mesin
gerinda, setelah itu mesin Power Threser dicat sesuai dengan
permintaan konsumen.
6. Bidang Pemasaran
Bengkel Las Krebo memiliki daerah pemasaran, baik dalam
maupun luar kota. Mengingat waktu yang dibutuhkan untuk memproses
satu unit mesin membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu, maka
penerimaan pesanan saat ini hanya melayani daerah yang dapat dijangkau
dengan mudah. Saat ini daerah pemasaran Bengkel Las Krebo meliputi
Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Sragen, dan Wonogiri. Untuk daerah luar
Bengkel las Krebo juga melakukan kerjasama dengan beberapa toko
peralatan pertanian di Surakarta sebagai pemasok produk.
B. Perhitungan Harga Pokok Produksi pada Bengkel Las Krebo menurut
Peneliti
Bengkel Las Krebo adalah perusahaan yang dalam kegiatan
produksinya berdasarkan pesanan dari pihak luar, sehingga dalam penentuan
harga pokok produksi yang dihasilkan menggunakan job order costing. Dalam
penelitian ini peneliti mengikuti kegiatan produksi dalam Bengkel Las Krebo
selama tiga bulan yaitu bulan April, Mei dan Juni 2012. Dalam tiga bulan
tersebut pesanan yang diterima oleh Bengkel Las Krebo hanyalah mesin
Power Threser. Karena dalam Bengkel Las Krebo ini belum ada perhitungan
dan pembukuan secara rapi mengenai biaya produksi pada tiap produknya
sehingga dalam penulisan ini peneliti mencoba membantu memberikan
perhitungan biaya produksi untuk mesin Power Threser. Perhitungan biaya
produksinya meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
tenaga kerja tidak langsung, biaya bahan penolong, biaya produksi karena
berlalunya waktu dan biaya listrik yang merupakan biaya langsung dalam
proses produksi. Selain itu juga terdapat biaya overhead pabrik yang
merupakan biaya tidak langsung dalam proses produksi.
1. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik dalam sistem pesanan seperti pada Bengkel Las
commit to user
30 overhead sesungguhnya. Umumnya biaya overhead dibebankan dengantarif yang mendasarkan pada tenaga kerja langsung, baik biaya tenaga
kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, ataupun jam kerja mesin. Data
yang digunakan untuk membuat tarif biaya overhead ada dua, yaitu data
masa datang yang diperoleh dari anggaran yang akan dilakukan periode
berikutnya, dan data masa lalu yang diperoleh dari laporan periode
sebelumnya. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pembuatan tarif
biaya overhead dengan data masa lalu yaitu bulan Maret 2012. Tarif
biaya overhead akan digunakan untuk bulan April, Mei, dan Juni.
Tabel 4.1
5.976.000,00 dan biaya overhead pabrik sesungguhnya bulan Maret
adalah sebesar Rp 3.281.339,00. Pembuatan tarif didasarkan pada biaya
tenaga kerja langsung. Perhitungan tarif biaya overhead adalah sebagai
Tarif BOPd = (BOPs : BTKL) x 100%
Tarif BOPd = (Rp 3.281.339,00 : Rp 5.976.000,00)
Tarif BOPd = 55% BTKL
Keterangan :
BOPd = Biaya Overhead Pabrik dibebankan
BOPs = Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
BTKL = Biaya Tenaga Kerja Langsung.
2. Kartu Biaya Produksi
Sistem pesanan mengelompokkan biaya produksi ke setiap pesanan dalam
bentuk kartu biaya produksi untuk setiap pesanan. Kartu produksi untuk
commit to user
32 KARTU BIAY A PR ODU KSINOMOR JOB : PT0 01 NAMA : Pak Pu rwanto, Boyolali JENIS : Mesin Power Threser JUMLAH : 1 unit
TGL PESAN : 2 April 2012 DIMINTA : 15 April 20 12
KARTU BIAY A PR ODU KSI
NOMOR JOB : PT0 02 NAMA : Pak Su diro, Purwodadi JENIS : Mesin Power Threser JUMLAH : 1 unit TGL PESAN : 15 April 201 2 DIMINTA : 30 April 20 12
commit to user
34KARTU BIAYA PRODUKSI
NOMOR JOB : PT003 NAMA : Sumber Rejeki Solo JENIS : Mesin Power Threser JUMLAH : 1 unit TGL PESAN : 2 Mei 2012 DIMINTA : 15 Mei 2012
KARTU BIAYA PRODUKSI
NOMOR JOB : PT004 NAMA : Sumber Hasil Yogyakarta JENIS : Mesin Power Threser JUMLAH : 1 unit TGL PESAN : 13 Mei 2012 DIMINTA : 30 Mei 2012
commit to user
36KARTU BIAYA PRODUKSI
NOMOR JOB : PT005 NAMA : Departemen Pertanian Boyolali JENIS : Mesin Power Threser JUMLAH : 2 unit
TGL PESAN : 1 Juni 2012 DIMINTA : 16 Juni 2012
KARTU BIAYA PRODUKSI
NOMOR JOB : PT006 NAMA : Bapak Somad JENIS : Mesin Power Threser JUMLAH : 1 unit TGL PESAN : 16 Juni 2012 DIMINTA : 30 Juni 2012
commit to user
38Proses produksi pesanan pada Bengkel Las Krebo ini selesai dalam satu
periode. Dari kartu biaya produksi tersebut dapat diketahui biaya produksi
untuk setiap pesanan. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa biaya produksi
mesin power threser untuk pesanan PT001 sebesar Rp 18,452,500.00.
Pesanan ini dikerjakan mulai 1 April dan selesai 14 April 2012. Pesanan
nomor PT002 mempunyai biaya produksi per unit sebesar Rp
18,452,500.00 yang ditunjukkan oleh Tabel 4.3. Berdasarkan Tabel 4.4
dapat diketahui bahwa biaya produksi per unit mesin power threser
dengan pesanan nomor PT003 adalah sebesar Rp 18,452,500.00. Pesanan
dengan nomor PT004 juga mempunyai biaya produksi per unit yang sama
dengan pesanan nomor PT003 yang dapat ditunjukkan dengan Tabel 4.5.
Pesanan nomor PT004 ini dikerjakan mulai 15 Mei 2012 sampai 28 Mei
2012.Tabel 4.6 menunjukkan biaya produksi per unit pesanan nomor
PT005 yaitu sebesar Rp 17,742,100 dan untuk biaya produksi per unit
pesanan nomor PT006 dapat diketahui dari Tabel 4.7 yaitu sebesar Rp
3. Laporan Akhir Periode
Setiap akhir periode perlu dibuat laporan untuk setiap job yang selesai,
laporan penjualan, barang jadi akhir periode, dan laporan barang dalam
proses akhir periode jika dalam produksinya tidak selesai dalam satu kali
periode. Laporan akhir periode pada Bengkel Las Krebo adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.8 Laporan Job Selesai
BENGKEL LAS KREBO
LAPORAN JOB SELESAI
Periode April - Juni 2012
No Bulan Produk Pemesan Unit BPRd per unit Nilai
1 April Mesin Power Threser Bapak Purwanto, Boyolali 1 18,452,500 18,452,500 2 April Mesin Power Threser Bapak Sudiro, Purwodadi 1 18,452,500 18,452,500 3 Mei Mesin Power Threser Sumber Rejeki Solo 1 18,452,500 18,452,500 4 Mei Mesin Power Threser Sumber Hasil Yogyakarta 1 18,452,500 18,452,500 5 Juni Mesin Power Threser Dept Pertanian Boyolali 2 17,742,100 35,484,200 6 Juni Mesin Power Threser Bapak Somad 1 19,431,600 19,431,600
Jumlah 7 128,725,800
Dari Tabel 4.8 di atas dapat diketahui produk jadi untuk periode April
sampai dengan Juni sebanyak 7 unit mesin Power Threser senilai Rp
commit to user
40sebesar Rp 128.725.800,00 sehingga terdapat laba kotor sebesar Rp
4. Selisih Biaya Overhead Pabrik
Menurut Hanggana (2008) selisih biaya overhead pabrik merupakan
selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya
overhead pabrik yang dibebankan. Selisih biaya overhead pabrik akan
diperlakukan menambah atau mengurangi harga pokok penjualan. Tabel
berikut menunjukkan perhitungan biaya overhead pabrik sesungguhnya
Bengkel Las Krebo pada periode pelaporan bulan April – Juni 2012.
Tabel 4.10
Laporan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Bengkel Las Krebo
Periode April - Juni 2012
Keterangan Jumlah Biaya
(Rp) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 3,120,000
Biaya Bahan Penolong 4,597,500
Biaya Listrik 810,000
Biaya Karena Berlalunya Waktu 1,559,517
Biaya Telepon 180,000
Biaya Lain-lain 500,500
Total BOP Sesungguhnya 10,767,517
Dari tabel 4.10 tersebut dapat diketahui bahwa Biaya Overhead Pabrik
sesungguhnya periode bulan April-Juni sebesar Rp 10.767.517,00.
Sedangkan biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk periode
April-Juni adalah sebesar Rp 11.281.600,00 yang dapat ditunjukkan oleh Tabel
commit to user
42Tabel 4.11
Laporan Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Bengkel Las Krebo
Periode April - Juni 2012
BOP Dibebankan dengan tarif 55% BTKL Jumlah Biaya
(Rp)
Jika dibandingkan dengan biaya overhead yang dibebankan di muka maka
terdapat selisih antara biaya overhead yang dibebankan di muka dengan
biaya overhead sesungguhnya.
Perhitungan selisih biaya overhead pabrik untuk periode bulan April-Juni
2012 adalah sebagai berikut.
Selisih sebesar Rp 514.083,00 tersebut merupakan selisih lebih yang akan
berpengaruh mengurangi Harga Pokok Produksi periode bulan April-Juni
5. Perhitungan Harga Pokok Produksi
Setelah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead
pabrik, dan selisih biaya overhead pabrik dihitung, maka Harga Pokok
Produksi pesanan dapat dihitung. Tabel 4.12 akan menyajikan
perhitungan Harga Pokok Produksi pesanan periode bulan April-Juni
2012.
Tabel 4.12
Perhitungan Harga Pokok Produksi Bengkel Las Krebo
April-Juni 2012
Biaya Produksi Mesin Power Threser
(Rp)
Biaya Bahan Baku 96,932,200.00
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20,512,000.00
Biaya Overhead Pabrik 11,281,600.00
Selisih biaya overhead pabrik (514,083.00)
Total Harga Pokok Produksi 128,211,717.00
Jumlah produksi 7 unit
Harga Pokok Produksi per unit 18,315,959.57
Tabel 4.12 menunjukkan Harga Pokok Produksi periode bulan April-Juni
2012 sebesar Rp 128.211.717,00 untuk 7 unit Mesin Power Threser atau
commit to user
44BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada Bengkel Las Krebo didapatkan bahwa
dalam pembukuan bengkel Las Krebo belum ada pencatatan dan perhitungan
mengenai harga pokok produksi setiap produk untuk mengetahui semua biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi suatu produk dan dapat
menentukan harga jual produk disesuaikan dengan laba yang diinginkan oleh
perusahaan. Peneliti melakukan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan
job order costing dengan data yang didapat langsung dari Bengkel Las Krebo
sehingga dapat diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dan
harga pokok produksi tiap produk. Penentuan harga jual produk mesin Power
Threser sudah tepat karena harga jual yang ditentukan oleh Bengkel Las Krebo di
atas harga pokok produksinya.
Berdasar perhitungan, biaya produksi mesin Power Threser job PT001
sebesar Rp 18.452.500,00, job PT002 Rp 18.452.500,00, job PT003 Rp
18.452.500,00, job PT004 Rp 18.452.500,00, job PT005 Rp 35.484.200,00, dan
B. Saran
Bengkel Las Krebo tidak mempunyai catatan pembukuan dan perhitungan
mengenai harga pokok produksi setiap produknya sehingga peneliti memberikan
saran untuk Bengkel Las Krebo yaitu sebaiknya Bengkel Las Krebo mengadakan
pencatatan dan perhitungan mengenai harga pokok produksi seperti yang telah
diuraikan peneliti dalam bab analisis dan pembahasan data.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian mengenai perhitungan harga pokok produksi pada Bengkel Las
Krebo ini hanya berlangsung selama tiga bulan dan selama tiga bulan tersebut
produk pesanan Bengkel Las Krebo hanya mesin Powet Threser sehingga belum
mencakup semua produk yang ada di Bengkel Las Krebo. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat memperpanjang waktu penelitian dan dengan produk pesanan