• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANDROPAUSE DENGAN DEPRESI PADA GURU DAN KARYAWAN SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

OLEH :

BERTY DENNY HERMAWATI G0006057

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Hubungan Andropause dengan Depresi pada Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo

Berty Denny Hermawati, G0006057, Tahun 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari..., Tanggal...

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Endang GIE Sahir, M.Sc, A.And Dr. Nining Sri Wuryaningsih, dr., Sp. PK

NIP : 195001071979032001 NIP : 194602211976092001

Penguji I Penguji II

Dra. Fitriyah drg. Suhanantyo, M.Si. Med

NIP : 195206241980032002 NIP : 19510606198611001

Tim Skripsi

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,

(4)

DAFTAR ISI

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ………

E. Rancangan Penelitian ………. 30

F. Identifikasi Variabel Penelitian ……….. 31

G. Definisi Operasional Variabel ……… 31

(5)

I. Teknik Analisis Data ………. 34

BAB IV : HASIL PENELITIAN ………... 36

BAB V : PEMBAHASAN ……… 40

BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN ……….. 46

A. Simpulan ……… 46

B. Saran ……….. 46

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jumlah Skor dan Derajat Depresi ...

16

Tabel 2. Distribusi Umur Penderita Andropause yang Diteliti ………. 26

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Andropause dengan Depresi pada Guru dan

Karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo

(7)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Data Primer Hasil Penelitian

Lampiran 3. Hasil Analisis Data Program OpenEpi, Version 2, open source calculator—TwobyTwo

Lampiran 4. Perhitungan Statistik Lampiran 5. Tabel chi square

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Andropause dengan Depresi pada Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo” yang merupakan persyaratan guna menyelesaikan program studi S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Terlaksananya skripsi ini berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. A. A. Subiyanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Dra. Endang GIE Sahir, M.Sc, A.And selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta saran hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Nining Sri Wuryaningsih, dr., Sp. PK selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan masukan dan bimbingan demi penyempurnaan skripsi ini.

4. Dra. Fitriyah selaku Penguji Utama yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Drg. Suhanantyo, Msi. Med selaku Anggota Penguji yang telah

memberikan masukan-masukan.

6. Sri Wahyono, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim Skripsi.

7. Bapak, ibu, serta kakak tercinta yang tidak pernah berhenti membantu serta mendukung penulis.

8. Darmadi Joko Sumarah yang selalu menyalakan semangat bagi penulis serta banyak memberikan uluran tangan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga besar SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data.

10.Teman-teman PBL D5 : Udin, Bheta, Cyntia, Devi, Sandra, Wulan, Nurcah, Danus, Ryan, dan Reza atas persahabatan, semangat, kerjasama, keceriaan, serta kenangan yang tak terhapus waktu.

11.Teman –teman angkatan 2006, adik serta kakak tingkat penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

12.Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan skripsi ini. Semoga amal baik dari berbagai pihak tersebut mendapat balasan setimpal dari Allah SWT.Amin.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap adanya saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat terutama dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan aplikasinya dalam masyarakat luas.

(9)

ABSTRAK

Hubungan Andropause dengan Depresi Pada Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo

Berty Denny Hermawati *), Endang GIE Sahir *), Nining Sri Wuryaningsih*), Fitriyah*), Suhanantyo*)

Dalam memasuki usia tua, pria seringkali mengalami berbagai gejala, tanda, dan keluhan mirip wanita menopause. Pada pria, sindroma ini sering disebut sebagai andropause. Akan terjadi berbagai manifestasi yang berkaitan dengan andropause ini, salah satunya adalah depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi cross sectional dan subjek penelitian sejumlah 36 orang guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan alat penelitian berupa kuesioner.

Hasil uji statistik menggunakan chi square didapatkan X2 hitung = 6,959 sedangkan X2 tabel = 3, 841 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Hasil analisis data menggunakan program OpenEpi Version 2 didapatkan OR = 12,7 ; P = 0,016.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara andropause dan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Kata kunci : andropause - depresi

(10)

ABSTRAK

The Relation between Andropause and Depression On Teachers and Staff at SMA Negeri 1 Sukoharjo

Berty Denny Hermawati *), Endang Gie Sahir *), Nining Sri Wuryaningsih *), Fitriyah *), Suhanantyo *)

In entering old age, men often experience various symptoms, signs, and similar complaints of menopausal women. In men, the syndrome is often referred to andropause. There will be a variety of manifestations associated with andropause, one of that is depression. This study aims to determine the relationship between andropause and depression on teachers and staff at SMA Negeri 1 Sukoharjo. This research is an analytic observational study with cross sectional approach and research the subject of some 36 teachers and staff SMA Negeri 1 Sukoharjo who meet the criteria of inclusion and exclusion by means of a questionnaire study. Test results using chi-square statistics obtained X2 = 6.959, while table X2 = 3,

841 with a significance level α = 0.05. The results of data analysis using OpenEpi

program Version 2 obtained OR = 12.7; P = 0.016. From this research can be concluded that there is a significant relationship between andropause and depression on teachers and staff at Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Sukoharjo.

Keywords:andropause-depression

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk hidup, jika makhluk itu diberi kesempatan berumur panjang. Terjadinya berbeda dan kecepatan usia mulai proses juga berbeda. Dalam memasuki usia tua, seorang pria seringkali mengalami berbagai gejala, tanda, dan keluhan mirip wanita menopause. Kumpulan gejala, tanda, dan keluhan tersebut umumnya disebut dengan satu kata yaitu sindroma. Sindroma pada pria menua ini sering disebut sebagai sindroma Partial Androgen Deficiency in Aging Male (PADAM) atau andropause (Wibowo, 2003). Tapi tidak seperti menopause, dimana tanda-tandanya dapat diamati dengan gejala khas berhentinya haid, proses andropause pada pria usia lanjut terjadi penurunan fungsi testis secara perlahan, bertahap, sedikit demi sedikit sehingga terjadi penurunan kadar total testosteron dan perubahan irama sekresi sirkadian testosteron (Soewondo, 2006). Hormon yang turun pada andropause ternyata tidak hanya testosteron saja, melainkan penurunan multihormonal yaitu penurunan hormon dehydroepiandrosteron (DHEA), dehydroepiandrosteron sulphate (DHEAS), melantonin, growth hormone, dan insulin like growth factors (IGFs ) (Setiawan, 2007).

(12)

Indonesia sampai saat ini belum ada, walaupun UNDIP telah melakukan penelitian, tetapi dengan population base study saja (Wibowo, 2003). Menurut laporan Massachussets Male Aging (1991) dan Vermeulen (1992), mulai usia 40 tahun pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah aktif sekitar 1,2 % per tahun dan setelah mencapai usia 70 tahun pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah aktif sebanyak 35 % dari kadar semula (Hidayati, 2006). Cepat atau lambatnya proses andropause dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal bisa dari dalam tubuhnya sendiri atau faktor genetik, bisa juga disertai sindroma metabolik misalnya darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, dan kencing manis. Faktor eksternal dapat berasal dari lingkungan, polusi, kebisingan, stres, gaya hidup tidak sehat, merokok, pola tidur, dan pola makan tidak seimbang (Isnawati, 2008).

Akan terjadi berbagai manifestasi yang lazim berkaitan dengan andropause yaitu mudah letih, lesu, lemah, kaku pada otot, sendi dan tulang, mengalami osteoporosis, rambut rontok, kulit kering, gairah seksual menurun, bahkan bisa terjadi impotensi, dan masalah sirkulasi darah. Akibat manifestasi tersebut pada seorang pria, akan timbul rasa cemas, kurang percaya diri, sulit tidur, mudah marah, yang berlanjut dengan depresi (Zainal, 2001).

(13)

berkonsentrasi, perubahan suasana hati, emosional, mudah marah, merasa rendah diri, merasa lemah, gangguan memori, kelelahan, berkurangnya kemampuan intelektual, berkurangnya minat terhadap keadaan sekitar, dan hipokondriasis. Kesemuanya merupakan gejala klinik dari depresi (Pazuchowski, 2009).

Depresi merupakan suatu kelainan jiwa yang bisa dialami siapa saja. Data dari berbagai penelitian epidemiologi psikiatri menunjukkan sekitar 5 % penduduk Indonesia pernah mengalami depresi pada suatu masa tertentu. Dan, sekitar 25 % penduduk Indonesia pernah mengalami depresi semasa hidupnya (Etty, 2001). Sedangkan untuk depresi berat yang merupakan suatu penyakit serius, diderita 5% populasi pria pertahun, serta 17% pria selama kehidupannya. Frekuensi depresi berat meningkat sesuai pertambahan umur dan menjadi lebih sering setelah usia 40 tahun, sebanding dengan penurunan kadar testosteron (Bexton, 2001).

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara andropause dengan depresi.

B. Perumusan Masalah

(14)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Utama

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo, sehingga dapat menjadi dasar dalam pemahaman serta penanganan andropause.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan bukti-bukti empiris tentang hubungan teoritis andropause dengan depresi, sehingga memberikan informasi bagi pengembangan ilmu kedokteran dan kesehatan reproduksi pria.

2. Manfaat Aplikatif

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Andropause

a. Definisi Andropause

(16)

Andropause merupakan suatu istilah yang menjelaskan gejala kompleks pada pria menua yang mempunyai kadar testosteron rendah karena penurunan bertahap pada sekresinya (Verma et al., 2006). Andropause ditandai sebagai suatu sindrom dengan perubahan fisik dan intelektual yang berkaitan serta dapat dikoreksi dengan androgen (Djuwantoro, 2006). Beberapa istilah yang digunakan oleh berbagai literatur sebagai sinonim dari andropause yaitu klimakterium pada pria, Androgen Deficiency in Aging Male (ADAM), Partial Testosterone Deficiency in Aging Male (PTDAM), Partial Androgen Deficiency in Aging Male (PADAM), adrenopause (deficiency dehydroapiandrosteron/DHEA dan DHEA Sulphate/ DHEAS), somatopause (deficiency growth hormon/GH dan Insulin like Growth Factor 1/IGF-1, penopause, dan viropause (Wibowo, 2003).

Hormon yang turun pada andropause tidak hanya testosteron saja, melainkan penurunan multihormonal yaitu penurunan hormon DHEA (dehydroepiandrosteron), DHEAS (dehydroepiandrosteron sulphate), melantonin, growth hormone, dan IGFs (insulin like growth factors) (Setiawan, 2007).

(17)

b. Fisiologi Andropause

(18)

Gambar 1. Mekanism

nisme Umpan Balik Testosteron (Cummings, 2001)

ogis, sosial, musim, dan biologis mempengaruhi darnya ditingkatkan pada waktu kemenangan tus sosial meningkat, selama pergerakan mata ya

lah aktifitas seksual, sesudah berolahraga, dan ngkan kadar testosteron menurun pada saat ke osi, pecandu alkohol berat, dan selama musim sem

osteron kembali normal segera setelah stimulus

da dalam tiga bentuk dalam aliran darah. Hanya berbentuk testosteron bebas. Sekitar satu setenga

(19)

hormone-binding globulin (SHBG). Bioavailabilitas testosteron mengacu pada bentuk ikatan non-SHBG termasuk testosteron bebas dan testosteron yang terikat lemah pada albumin. Bioavailabilitas testosteron ini merupakan fraksi biologis yang aktif. Antara umur 40-70 tahun, kadar testosteron bebas menurun rata-rata 1% per tahun. Penurunan ini semakin diperjelas dengan kenaikan konsentrasi dari SHBG kira-kira 1,2 % per tahun (Bexton, 2001). Penelitian lainnya dengan multiple cross sectional dan longitudinal, menunjukkan produksi testosteron mulai meningkat pesat pada saat pubertas dan setelah umur 40 tahun terdapat penurunan yang lambat pada kadar testosteron plasma yaitu 1-2% pertahun (Verma et al., 2006). Oleh karena jumlah dari testosterone-binding sites pada SHBG meningkat, fraksi hormon yang tidak terikat turun. Sebagai akibat dari penurunan fungsi sel-sel leydig, dan sensitivitas aksis hipotalamus-hipofisis-gonad, pria yang menua cenderung tidak dapat mengkompensasi penurunan sirkulasi dari testosteron ini. Berdasarkan penelitian ditemukan 7% dari pria usia 40-60 tahun, 20% dari yang berumur 60-80 tahun, dan 35% pria diatas 80 tahun memiliki konsentrasi total testosteron di bawah nilai normal (350 mg/dL) (Bexton, 2001).

(20)

testikular (hipogonad primer), disfungsi yang mengontrol homeostasis hipotalamus-hipofisis (hipogonad sekunder), peningkatan protein pengikat hormon seks dan berkurangnya bioavailabilitas testosteron (Anita & Moeloek, 2002).

c. Gejala dan Tanda Andropause

Berbeda dengan menopause, andropause memiliki onset yang tersembunyi, progresinya lambat, dan juga gambaran klinisnya tidak sejelas menopause (Verma et al., 2006). Gejala dan tanda yang timbul pada pria andropause bersifat kompleks, meliputi (Kiagus, 2002):

1). Aspek vasomotor

Gejolak panas, berkeringat, susah tidur (insomnia), rasa gelisah, dan takut. 2). Aspek fungsi kognitif dan suasana hati

Mudah lelah, menurunnya well-being, menurunnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental (intuisi), keluhan depresi, hilangnya rasa percaya diri, dan menurunnya rasa harga diri.

3). Aspek virilitas

(21)

4). Aspek seksual

Menurunnya minat terhadap seksual, perubahan tingkah laku dan aktivitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi, berkurangnya kemampuan ejakulasi, dan menurunya volume ejakulasi

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Andropause 1). Faktor Internal

Pengaruh internal bisa dari dalam tubuhnya sendiri atau faktor genetik. Terjadi karena adanya perubahan hormonal/organik. Juga bisa karena sudah mengidap penyakit tertentu yang disebut sindroma metabolik seperti darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas atau kencing manis.

2). Faktor Eksternal

(22)

e. Diagnosis andropause

1). Perubahan Hormonal, dengan pemeriksaan laboratorium mengukur kadar testosteron serum, total testosteron, testosteron bebas, SHBG, DHEA, DHEAs, dll.

2). Perubahan Mental dan Fisik, dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik, fungsi tubuh, dan pemeriksaan psikologi.

3). Perubahan Tingkah Laku, dikonfirmasi dengan alloanmnesa (Sheilla, 2007 ; Soewondo, 2006)

(23)

2. Depresi

a. Pengertian Depresi

Depresi adalah suatu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Depresi sering berakar pada rasa salah yang tak sadar ( Maramis, 2005). Sumber lain mendefinisikan depresi sebagai salah satu terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan psikomotor, pola tidur dan nafsu makan, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan & Sadock, 1995).

(24)

b. Etiologi Depresi ( Kaplan dkk, 1997)

Faktor penyebab depresi dapat dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Ketiganya mungkin dapat berinteraksi antara satu dengan yang lain, yaitu:

1). Faktor biologis

Bukti-bukti yang ada menyatakan bahwa mood kita diregulasi oleh neurotransmiter yang mengirimkan impuls saraf dari satu neuron ke neuron lain. Sejumlah zat kimia berfungsi sebagai neurotransmiter di bagian sistem saraf yang berbeda, dan perilaku normal memerlukan keseimbangan yang cermat di antaranya. Dua neurotransmiter yang diyakini memiliki peranan penting dalam gangguan mood adalah norepinefrin dan serotonin. Kedua neurotransmiter itu, yang masuk ke kelas senyawa yang dinamakan amin biogenik, terletak di area otak yang meregulasi perilaku emosional (sistem limbik dan hipotalamus). Suatu hipotesis yang diterima secara luas adalah depresi berkaitan dengan defisiensi salah satu atau kedua neurotransmiter itu.

2). Faktor genetika

(25)

3). Faktor psikososial

a). Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan.

Beberapa klinisi sangat mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memainkan peranan primer atau utama dalam depresi. Klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset dan waktu depresi. Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling berhubungan dengan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orangtua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan.

b). Faktor kepribadian pramorbid.

Tidak ada sifat atau tipe kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Semua manusia, apapun pola kepribadiannya dapat dan memang menjadi depresi dalam keadaan yang tepat, tetapi tipe kepribadian tertentu seperti obsesif kompulsif dan histerikal mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada tipe kepribadian antisosial, paranoid, dan lainnya yang menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan lainnya.

c). Faktor psikoanalitik dan psikodinamika.

(26)

(1). Sigmund Freud

Sigmun Freud mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang berkabung tidak demikian.

(2). Melanie Klein

Melanie Klein menghubungkan depresi dengan posisi depresif. Ia mengerti siklus manik depresif sebagai pencerminan kegagalan pada masa anak-anak untuk mendapatkan introjeksi mencintai. Di dalam pandangannya, pasien depresi menderita akibat permasalahan bahwa mereka mungkin memiliki objek cinta yang dihancurkan melalui destruksivitas dan ketamakan mereka sendiri. Sebagai akibat dari destruksi yang dikhayalkan tersebut, mereka mengalami penyiksaan oleh objek lain yang dibenci.

(3). E. Bibring

(27)

seseorang dan kenyataan seseorang. Jika pasien terdepresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai idealnya, sebagai akibatnya mereka merasa putus asa dan tidak berdaya.

(4). Heinz Kohut

Baru-baru ini, Heinz Kohut mendefinisikan kembali depresi di dalam istilah psikologi diri. Jika objek diri yang diperlukan untuk bercermin, kekembaran, atau idealisasi tidak datang dari orang yang bermakna, orang yang terdepresi merasakan suatu ketidaklengkapan dan putus asa karena tidak menerima respon yang diinginkan. Di dalam pengertian tersebut respon tertentu di dalam lingkungan adalah diperlukan untuk mempertahankan harga diri dan perasaan kelengkapan.

d). Ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness).

(28)

e). Teori kognitif

Menurut teori kognitif, interpretasi yang keliru (misinterpretation) kognitif yang sering adalah melibatkan distorsi negatif pengalaman hidup, penilaian negatif, pesimisme,dan keputusasaan. Pandangan negatif yang dipelajari tersebut selanjutnya menyebabkan perasaan depresi.

c. Derajat Depresi (Maslim, 2001) 1). Gejala utama depresi adalah :

a). Perasaan (afek) yang depresif. b). Hilangnya minat dan kegembiraan.

c). Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas.

2). Gejala lainnya adalah :

a). Konsentrasi dan perhatian berkurang. b). Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c). Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d). Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.

e). Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri f). Tidur terganggu

(29)

Berdasarkan gejala tersebut di atas dapat dikatagorikan derajat depresi dengan menggunakan diagnostik sebagai berikut :

1). Depresi ringan

a). Minimal harus ada 2 atau 3 gejala utama. b). Ditambah minimal 2 dari gejala lainnya. c). Tidak ada gejala yang berat di antaranya.

d). Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu.

e). Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaaan dan kegiatan sosial yang biasanya dilakukan.

2). Depresi sedang

a). Minimal harus ada 2 atau 3 gejala utama.

b). Ditambah minimal 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya. c). Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu

d). Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga

3). Depresi berat

a). Semua gejala utama depresi harus ada.

b). Ditambah minimal 4 gejala lainnya, dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat.

(30)

d). Episode depresi harus berlangsung minimal 2 minggu, tetapi jika gejalanya amat berat dan beronset sangat cepat, maka dibenarkan untuk menegakkan diagnosa dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.

e). Penderita tidak mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

d. Gejala Depresi (Maramis, 2005)

Manusia bereaksi secara holistik, sehingga pada depresi terdapat komponen psikologik dan komponen somatik.

Gejala-gejala psikologik yaitu : menjadi pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, nafsu bekerja dan nafsu bergaul berkurang, tidak dapat mengambil keputusan, lekas lupa, timbul pikiran-pikiran bunuh diri. Perlu dibedakan antara perasaan yang kadang-kadang timbul bahwa hidup ini tidak ada gunanya, dan pemikiran khusus tentang bunuh diri, serta rancangan bunuh diri yang sering.

Sedangkan gejala-gejala somatik yaitu : penderita kelihatan tidak senang, lelah, tak bersemangat atau apatis, bicara dan gerak-geriknya pelan dan kurang hidup, terdapat anoreksia (kadang-kadang makan terlalu banyak sebagai pelarian), insomnia (sukar untuk tertidur) dan konstipasi.

(31)

Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur atau negara, terdapat prevalensi gangguan depresif berat yang dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki.

2). Usia

Rata-rata onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun, 50 % dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20-50 tahun.

3). Ras

Prevalensi gangguan mood tidak berbeda dari satu ras ke ras lain.

4). Status Perkawinan

Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki hubungan intrapersonal yang erat atau bercerai atau berpisah

5). Pertimbangan Sosioekonomi dan Kultural

Gangguan depresif yang lebih tinggi dari biasanya ditemukan pada kelompok sosioekonomi yang rendah. Depresi mungkin lebih sering ditemukan di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan.

f. Diagnosa

(32)

sensitifitas dan spesifitas yang cukup tinggi untuk diagnosa depresi (Cahyasiwi, 2002). Hamilton Rating Scale for Depression ini telah digunakan sebagai gold standard untuk penilaian dari depresi selama lebih dari 40 tahun (Bagby et al., 2004). HRS-D terdiri atas 17 item yaitu: (1) Keadaan perasaan depresi; (2) perasaan bersalah; (3) bunuh diri; (4) insomnia awal; (5) insomnia tengah; (6) insomnia akhir; (7) kerja dan kegiatan-kegiatannya; (8) kelambanan; (9) kegelisahan dan agitasi; (10) anxietas psikis; (11) anxietas somatik; (12) gejala somatik dan gastrointestinal; (13) gejala somatik umum; (14) gejala genital; (15) hipokondriasis; (16) kehilangan berat badan; (17) insight.

Untuk perhitungan total dilakukan dengan menjumlah nilai yang diperoleh dari masing-masing item sehingga hasil yang didapatkan sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Skor dan Derajat Depresi Nilai Tingkat Depresi

0-6 7-17 18-24 lebih dari 24

(33)

3. Hubungan Andropause dengan Depresi

Andropause merupakan suatu kondisi menurunnya kemampuan fisik, seksual, dan psikologi yang dihubungkan dengan berkurangnya hormon testosteron dalam plasma darah. Andropause ini dapat menimbulkan beberapa gejala, salah satu diantaranya yaitu depresi dan nervous yang terjadi pada 70% kasus.

Gejala-gejala andropause berhubungan dengan berkurangnya kadar testosteron dalam plasma yang diakibatkan oleh adanya penurunan massa sel leydig, disfungsi testikular (hipogonad primer), disfungsi yang mengontrol homeostasis hipotalamus-hipofisis (hipogonad sekunder), peningkatan protein pengikat hormon seks yaitu Sex Hormone Binding Globulin (SHGB), dan berkurangnya bioavailabilitas testosteron.

Pada pria hipotestosteronemia akan terjadi tekanan jiwa yang secara signifikan berhubungan dengan turunnya konsentrasi bioavailabilitas testosteron pada pria usia lanjut. Beberapa studi longitudinal menunjukkan bahwa pria hipotestosteronemia terdapat gejala-gejala depresi, mudah marah, sedih, nervous dan fatig (Anita&Moeloek, 2002).

(34)

emosional, mudah marah, merasa rendah diri, merasa lemah, gangguan memori, kelelahan, berkurangnya kemampuan intelektual, berkurangnya minat terhadap keadaan sekitar, dan hipokondriasis. Kesemuanya merupakan gejala klinik dari depresi (Pazuchowski, 2009).

Andropause berhubungan langsung dengan depresi, pemeran utama dalam buruknya periode krisis tengah kehidupan (mid-life crisis period) dari kaum adam pada jelang usia 40 atau 50 tahunan. Ada berbagai gejala dan kondisi akibat terganggunya hormon lelaki selama masa transisi tengah kehidupan, mulai dari segi mental yaitu lekas marah sampai ke segi fisik yaitu kehilangan libido, kekurangan energi, dan pertambahan berat badan. Depresi bisa saja terjadi menyertai andropause jika keadaan ini dibiarkan tanpa perawatan. Depresi yang menyertai andropause dapat disebabkan oleh penurunan tingkat testosteron sehingga rendahnya tingkat testosteron dapat menyebabkan banyak gejala depresif (Tailor, 2008).

Depresi berat yang merupakan suatu penyakit serius, mengenai 5% populasi pria pertahun, serta 17% pria selama kehidupannya. Frekuensi depresi berat meningkat sesuai pertambahan umur dan menjadi lebih sering setelah usia 40 tahun, sebanding dengan penurunan kadar testosteron (Bexton, 2001).

(35)
(36)

B. Kerangka Pemikiran

Hal yang berhubungan dan hal yang diteliti

Gejala dan keluhan andropause lain tetapi tidak diteliti

Faktor eksternal : bahan kimia, gaya hidup tidak sehat, dll Faktor internal :

genetik, kelainan testis, dll

Andropause

Penurunan kadar hormon testosteron, DHEA/DHEAS, Melatonin, GH, IGFs

Depresi Pria 30-60 tahun

Gejala dan keluhan andropause lain : Berkeringat, penurunan libido, disfungsi ereksi, fatig, penurunan konsentrasi dan memori, dll

(37)

C. Hipotesis

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian diambil dari yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi :

a. Berstatus telah menikah b. Berusia 30-60 tahun

c. Bekerja di SMA Negeri 1 Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo d. Bersedia menjalani penelitian dengan sukarela

2. Kriteria eksklusi

a. Menderita penyakit berat dan kronis

(39)

D. Teknik Sampling

(40)

E. Rancangan Penelitian

Data pribadi L - MMPI

Sampel

jujur Tidak jujur

Kuesioner ADAM dan AMS

Andropause Tidak Andropause

Kuesioner HRS-D

Kuesioner HRS-D

Depresi : ringan, sedang, berat

Tidak Depresi

Depresi : ringan, sedang, berat

(41)

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : andropause 2. Variabel tergantung : depresi 3. Variabel pengganggu :

a. Terkendali : Usia, status perkawinan

b. Tak terkendali : Faktor psikis, faktor keturunan

G. Definisi Operasional Variabel 1. Andropause

Andropause merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan berkurangnya hormon testosteron (Anita & Moeloek, 2002). Hormon yang turun pada andropause tidak hanya testosteron saja, melainkan penurunan multihormonal yaitu penurunan hormon DHEA (dehydroepiandrosteron), DHEAS (dehydroepiandrosteron sulphate), melantonin, growth hormone, dan IGFs (insulin like growth factors) (Setiawan, 2007). Sehingga muncul beberapa gejala andropause antara lain yaitu depresi dan nervous, keringat, penurunan libido, disfungsi ereksi, fatig, penurunan konsentrasi dan memori, penurunan potensi seks, penuaan dini, perubahan pada pertumbuhan rambut dan kualitas kulit (Anita & Moeloek, 2002).

(42)

Claupauch, et al., 2008). Selain ADAM test, terdapat pula AMS test yang dikembangkan oleh peneliti dari Jerman. Jumlah pertanyaan 17 buah dan mencakup ranah gangguan psikologis, somatik dan seksual (Sheilla, 2007 ; Soewondo, 2006). Koresponden digolongkan tidak mengalami andropause jika skor kurang dari 27, sedangkan koresponden digolongkan mengalami andropause jika skor lebih dari atau sama dengan 27. Skala data bersifat nominal.

2. Depresi

Depresi adalah suatu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Depresi sering berakar pada rasa salah yang tak sadar ( Maramis, 2005).

Hamilton Rating Scale for Depression (HRS-D) adalah skala depresif yang digunakan secara luas. Penilaian diturunkan dari suatu wawancara klinis dengan pasien. Klinisi menilai jawaban pasien terhadap pertanyaan tentang perasaan bersalah, bunuh diri, kebiasaan tidur, dan gejala depresi lainnya (Kaplan dkk, 1997).

(43)

Jumlah Skor dan Derajat Depresi

Koresponden dinyatakan tidak mengalami depresi jika skor tingkat depresi kurang dari 7, sedangkan koresponden dinyatakan mengalami depresi jika skor yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 7. Skala yang didapat adalah skala nominal.

H. Instrumen Penelitian 1. Isian data pribadi

Untuk mengetahui identitas responden

2. Kuesioner Lie Minessota Multiphasic Personality Inventory (Skala L-MMPI)

Skala kebohongan L-MMPI dimana jika jawaban ”tidak” lebih dari sepuluh atau sama dengan sepuluh maka dinyatakan gugur.

3. Kuesioner ADAM dan AMS

(44)

X2 = N (ad-bc)2 (a+b)(c+d)(a+c)(b+d) Andropause

4. Hamilton Rating Scale for depression (HRS-D)

Untuk memperoleh variabel derajat depresi digunakan instrumen HRS-D yang telah dibuat dalam bentuk daftar pertanyaan yang telah dibakukan oleh laboratorium jiwa. HRS-D terdiri atas 17 item yang diskala antara 0, 1, 2, 3, 4 kemudian nilai seluruh item dijumlahkan.

I. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan : 1. Uji Statistik

Uji statistik chi square untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan di depan yaitu untuk mengetahui hubungan 2 variabel. Taraf signifikansi yang

dipakai pada penelitian ini α = 0,05 atau dalam tabel interval kepercayaan

95%.

Tabel data yang diperoleh dinyatakan sebagai berikut :

Ya Tidak

Ya a b

Tidak c d

(45)

2. Ukuran Hubungan

Menggunakan Odds ratio yang disingkat dengan OR. Odds adalah istilah

bahasa Inggris yang artinya kemungkinan suatu peristiwa untuk terjadi

dibandingkan peristiwa itu untuk tidak terjadi (Murti, 2006).

OR = ad

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada hari Selasa 19 Januari 2010 dan hari Rabu 20 Januari 2010, setelah mendapat ijin untuk mengadakan penelitian dari Kepala SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Data diperoleh dengan membagikan kuesioner pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 40 orang. Dari 40 data kuesioner yang terkumpul, terdapat 3 data kuesioner yang tidak sesuai dengan kriteria eksklusi dan terdapat 1 data kuesioner yang tidak memenuhi kriteria tingkat kebohongan yang rendah. Sehingga subjek penelitian yang dipakai sejumlah 36 saja. Didapatkan variabel bebas yaitu andropause dan variabel tergantung yaitu depresi.

Dari hasil penelitian didapatkan 36 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, 30 orang di antaranya mengalami andropause dengan distribusi umur sebagai berikut :

Tabel 2. Distribusi Umur Penderita Andropause yang Diteliti

No. Kelompok Umur ( Tahun) Jumlah Persentase

1. 30 – 40 6 20%

2. > 40 – 60 24 80%

30 100%

Dari tabel 2 diatas dapat diketahui distribusi umur guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo yang mengalami andropause. Pada kelompok umur 30 sampai 40 tahun terdapat sebanyak 6 orang (20%) yang menderita andropause. Sedangkan pada kelompok umur lebih dari 40 tahun sampai 60 tahun terdapat sebanyak 24 orang (80%) yang menderita andropause.

(47)

Andropaus Sukoharjo yang mengalami andropause, 22 orang (61,11%) mengalami depresi dan 8 orang (22,22%) lainnya tidak mengalami depresi. Dari 6 guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo yang tidak mengalami andropause, terdapat 1 orang (2,78%) dengan depresi dan terdapat 5 orang (13, 89%) yang tidak mengalami depresi.

Data penelitian diuji dengan rumus chi square. Berdasarkan data pada tabel 2 diatas, diperoleh nilai X2 hitung sebesar 6,959. Dengan menetapkan taraf

signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (db) = 1, diperoleh nilai X2 tabel sebesar 3, 841.

Sehingga diperoleh nilai X2 hitung lebih besar X2 tabel, dengan demikian hipotesis nol (H₀) yang berbunyi “tidak terdapat hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo” ditolak. Dengan kata lain terdapat hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Dari hasil analisis data menggunakan program OpenEpi, Version 2 didapatkan OR = 12,65 ; P = 0,01608. Hal ini berarti pria dengan andropause memiliki resiko (probabilitas kemungkinan) untuk mengalami depresi 13 kali lebih besar daripada yang tidak andropause dan hubungan secara statistik signifikan ( OR = 12,7 ; P = 0,016).

(48)

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada 19-20 Januari 2010 menghasilkan data yang telah disajikan dalam tabel-tabel pada bab IV.

Dari 36 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan hasil yaitu guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo yang mengalami andropause sejumlah 30 orang, sedangkan yang tidak mengalami andropause sejumlah 6 orang.

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Umur Penderita Andropause

(49)

diperjelas dengan kenaikan konsentrasi dari SHBG kira-kira 1,2 % per tahun (Bexton, 2001). Penelitian lainnya dengan multiple cross sectional dan longitudinal, menunjukkan produksi testosteron mulai meningkat pesat pada saat pubertas dan setelah umur 40 tahun terdapat penurunan yang lambat pada kadar testosteron plasma yaitu 1-2% pertahun (Verma et al., 2006)

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Andropause dengan Depresi

Dari 30 guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo yang mengalami andropause, 22 orang (61,11%) mengalami depresi dan 8 orang (22,22%) lainnya tidak mengalami depresi. Dari 6 guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo yang tidak mengalami andropause, terdapat 1 orang (2,78%) dengan depresi dan terdapat 5 orang (13, 89%) yang tidak mengalami depresi.

Berdasarkan analisa data didapat nilai X2 hitung sebesar 6,959 dengan

derajat kebebasan (db) = 1 dan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh nilai X2

(50)

ditolak. Dengan kata lain H1 yang berbunyi “terdapat hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo” diterima.

Dari hasil analisis data menggunakan program OpenEpi, Version 2 didapatkan OR = 12,65 ; P = 0,01608. Hal ini berarti pria dengan andropause memiliki resiko (probabilitas kemungkinan) untuk mengalami depresi 13 kali lebih besar daripada yang tidak andropause dan hubungan secara statistik signifikan ( OR = 12,7 ; P = 0,016).

Melihat hasil pengujian statistik dengan chi square serta hasil pengukuran hubungan dengan odds ratio, berarti pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara andropause dan depresi. Hal ini sesuai dengan teori sebelumnya yang menyebutkan bahwa andropause merupakan gejala kompleks pada pria menua yang mempunyai kadar testosteron rendah karena penurunan bertahap pada sekresinya (Verma et al., 2006). Kadar testosteron yang rendah berkaitan dengan gejala depresi dan gangguan psikologis lainnya. Beberapa laporan menyatakan efek dari rendahnya kadar testosteron dapat menyebabkan kehilangan kemampuan dalam berkonsentrasi, perubahan suasana hati, emosional, mudah marah, merasa rendah diri, merasa lemah, gangguan memori, kelelahan, berkurangnya kemampuan intelektual, berkurangnya minat terhadap keadaan sekitar, dan hipokondriasis. Kesemuanya merupakan gejala klinik dari depresi (Pazuchowski, 2009).

Hasil penelitian tersebut sesuai pula dengan pendapat Anita dan Moeloek (2002) yang menyatakan bahwa pada pria hipotestosteronemia akan terjadi tekanan jiwa yang secara signifikan berhubungan dengan turunnya konsentrasi bioavailabilitas testosteron pada pria usia lanjut. Beberapa studi longitudinal menunjukkan bahwa pria hipotestosteronemia terdapat gejala-gejala depresi, mudah marah, sedih, nervous dan fatig. Serta sesuai dengan pendapat Taylor (2008) yang menyatakan depresi yang menyertai andropause dapat disebabkan oleh penurunan tingkat testosteron sehingga rendahnya tingkat testosteron dapat menyebabkan banyak gejala depresif.

(51)

sesuai pertambahan umur dan menjadi lebih sering setelah usia 40 tahun, sebanding dengan penurunan kadar testosteron.

Penanganan andropause bertujuan untuk memulihkan parameter metabolik ke dalam kondisi normal, meningkatkan massa, kekuatan, fungsi neuropsikologis serta meningkatkan kualitas hidup.

Pemberian testosteron pada pria andropause secara teratur di atas usia 40 tahun dapat meningkatkan kualitas hidup pada masa lansia. Saat ini telah tersedia long acting testosterone undecanoate Nebido, yaitu suatu terapi injeksi testosteron yang aman, efektif, dan nyaman yang biasanya diberikan 4 kali dalam setahun. Terapi ini memberikan harapan baru bagi pria karena menyediakan dosis testosteron yang stabil dan konstan bagi tubuh dalam durasi yang panjang. Beberapa penelitian bahwa terapi ini dapat mempertahankan tingkat testosteron dalam darah pada tingkat yang normal selama kurang lebih 3 bulan (Hidayati, 2006).

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian tentang hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo, dapat ditarik simpulan sabagai berikut :

Terdapat hubungan yang signifikan antara andropause dan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo.

B. Saran

1. Perlu diadakan komunikasi, informasi, serta edukasi terhadap masyarakat khususnya kaum pria mengenai andropause dan depresi agar masyarakat dapat memahami, mencegah, serta menangani dengan tepat keadaan tersebut, sehingga meningkatkan kualitas hidup.

(52)
(53)

DAFTAR PUSTAKA

Andropause : New Developments in diagnosis and Treatment of age-related hypogonadism. ICA News. No.5, June 15-19, 2001

Anita N., dan Moeloek N. 2002. Aspek Hormon Testosteron pada Pria Usia Lanjut (Andropause). Majalah Andrologi Indonesia. 3: 81-87.

Arsyad, K.M. 2002. Problema Pria Lansia dari Aspek Andrologi. Majalah Andrologi Indonesia.1: 6.

Bartnof. 2009. Andropause, Testosteron, & Male Menopause.

http://www.sfgate.com/cgi-bin/article.cgi?f=/c/a/2009/02/13/DDM015S8GH.DTL&hw=Bartnof&sn=0 01&sc=1000 . (3 Juli 2009).

Bexton, B. 2001. Andropause and Depression : A Perspective for The Clinician. J Sex Repro Med. 1: 100

Budiarto, E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC, hal : 230. Cahyasiwi, T. I. 2002. Hubungan antara Kebisingan dengan Depresi pada

Karyawan Perusahaaan Penggilingan Padi P.T. Badri Sepat Masaran-Sragen. karya tulis, Surakarta, Fakultas Kedokteran UNS.

Djuwantoro, D. 2006.Andropause : Dilemma Klinis dan Terapi. Majalah Medika. 32: 750.

Etty, M. 2001. Ketika Jiwa Penat. http://www.geocities.com/sukmaweb/skm art/pshyco/ketika_jiwa_penat.doc.(24 Juli 2009).

Gould DC, Rechar Petty. 2000. The Male Menopause- Doses It Exist. BMJ. 320: 858-861.

Hidayati. 2006. Sindrom Defisiensi Testosteron pada Pria. Majalah Medika. 32: 774-775.

Isnawati, A. 2008. Bugar dan Perkasa di Usia Senja. http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2008/06/bugar-dan-perkasa-di-usia-senja.html - 176k –. (21 juli 2009).

(54)

Kaplan, H. I. dan Sadock, B.J. dan Grebb, J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid Satu Edisi Ketujuh Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara, hal: 779 -789.

Maramis,W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan kesembilan. Surabaya: Airlangga University Press, hal: 270 – 273.

Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, hal: 64 – 65. Murti, B. 1997. Prinsipdan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta, Gadjahmada

University Press, hal : 82 -132.

Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta, Gadjahmada University Press,hal : 68 - 136.

Pazuchowski, E. 2009. Andropause: Male Menopause. www.drpaz.com/files/Download/ANDROPAUSE.pdf. (21 Juli 2009). Purba, J.S. 2006. Peran Neuroendokrin pada Depresi. Dexa Media. 3: 123.

Setiawan, N. 2007. Pria dan Andropause. http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg13632.html. (5 Juli 2009).

Setiawati, I. dan Juwono. 2006. Prevalensi Andropause pada Pria Usia Lebih dari 30 Tahun di Kabupaten Bantul Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2005. Media Medika Muda MFDU. 3:

Sheilla. 2009. Pria dan andropause. http://migas-indonesia.net (21 Juli 2009). Soewondo, P. 2006. Menopause, Andropause,dan Somatopause Perubahan

Hormonal pada Proses Menua. In : Sudoyo (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, hal: 1989-1992.

Taylor, C. 2008. Depression & Andropause - Find Out How to Help Yourself. http://ezinearticles.com. (12 Agustus 2009).

Verma P., Mahajan K.K., Mittal S. 2006. Andropause - A Debatable Physiological Process. JK SCIENCE. 2: 68.

Whooley M.A., Simon G.E. 2000. Managing Depression in Medical Outpatients. The New Journal of Medicine. 343: 1942.

(55)

Zainal. 2001. Andropause Turunkan Keperkasaan Pria. http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=875&tbl=cakrawala. (21 juli 2009).

Gambar

Gambar 1. Mekanismnisme Umpan Balik Testosteron (Cummings, 2001)s, 2001)
Tabel 1. Jumlah Skor dan Derajat Depresi
Tabel data yang diperoleh dinyatakan sebagai berikut :
Tabel 2. Distribusi Umur Penderita Andropause yang Diteliti
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini akan memberikan peluang kepada siswa untuk berlatih memahami tentang materi secara menyenangkan, efektif, dan efesien untuk mencapai tujuan

terdiri dari aspek keuangan, dan aspek non keuangan antara lain KPI (Key Performance Indicator) dan Balance Scorecard yang ditentukan berdasarkan jenis usahanya. Keputusan

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, penulis membuat tugas akhir dengan judul “ Penentuan Formula Antioksidan

Untuk melihat lebih jauh faktor-faktor yang mendorong efektivitas pengereman baik pada rem cakram maupun jenis tromol, maka dilakukan penelitian lanjutan pada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran saluran masuk terhadap porositas, kekerasan, ketangguhan dan struktur mikro pulli dengan pengecoran

Di antara orang-orang biasa tersebut adalah Pak Mus - operator boat, pegawai honorer TN Siberut, yang telah memberikan inspirasi bagi penulis untuk terus bersikap

Orang yang menyakini allah memiliki sifat al-akhir akan menjadiakn allah sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selainnya, tidak ada permintaan kepada selainnya,

BAB II PEMILIHAN UMUM, MEKANISME PEMUNGUTAN, PERHITUNGAN OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) DAN PENERAPAN PERHITUNGAN QUICK COUNT SEBAGAI HASIL PEMILIHAN UMUM SERTA KONSEP