• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Intimacy pada Pasangan Jarak Jauh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Intimacy pada Pasangan Jarak Jauh"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

INTIMACY

PADA PASANGAN JARAK JAUH

OLEH

ROSELA VITA KURNIAWATI 802012038

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Progam Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

INTIMACY

PADA PASANGAN JARAK JAUH

Rosela Vita Kurniawati Ratriana Y.E.Kusumiati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

Abstrak

Penelitian ini untuk mengetahui keintiman pada pasangan yang menjalani

hubungan jarak jauh.Penelitian ini melibatkan 3 orang sebagai partisipan yang

memenuhi syarat penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

melakukan wawancara kepada partisipan. Hasil penelitian menunjukkan indikator

intimacy berupa komitmen, komunikasi, kepedulian dan afeksi, pemahaman sifat

pasangan, perspectif taking, wewenang dan pengambilan keputusan,

mempertahankan minat pribadi, penghormatan terhadap integritas dan kemandirian.

Serta terdapat indikator tambahan berupa kejujuran. Keintiman tiap pasangan

tinggi, dan setiap pasangan mempunyai caranya masing-masing untuk menjaga

kedekatan mereka supaya hubungan mereka tetap dekat, hangat dan bahagia

walaupun menjalani hubungan jarak jauh.

(9)

ii

Abstract

This research to know couple intimacy who get long distance relationship. This

research has 3 person as participant who eligible participant of the research. This

research used qualitative method with interview to participants. The result of this

research showed indicators of intimacy include commitment, communication,

caring and affection, understanding of the personality of the couple, perspective

taking, authority and decision making, maintaining personal interest, respect for

integrity and independence. And there are additional indicators of honesty.

Intimacy in every couple is high and every couple has their own way to maintain

their closeness so that their relationship remains close, warm, and happy despite

get long distance relationship with their mate.

(10)

1

PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap manusia merupakan makhluk sosial dimana manusia

membutuhkan bantuan orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri. Seringnya

seseorang berhubungan dengan orang lain membuat seseorang tertarik dengan orang

lain. Dalam berhubungan, seseorang dihadapkan pada situasi di mana seseorang berada

di tengah orang-orang yang di sukai atau sebaliknya. Ketertarikan muncul karena

adanya kedekatan satu sama lainnya baik antara pria dan wanita atau sebaliknya wanita

dengan pria. Seseorang selalu ingin berhubungan dengan orang lain yang berarti

seseorang tertarik pada mereka, atau seseorang ingin menarik mereka. Dalam hal ini

muncul istilah menyukai, mencintai, persahabatan dan hubungan intim yang lain

sebagai akibat adanya ketertarikan antar pribadi. Berdasarkan hal tersebut, setiap

individu membentuk suatu hubungan baik hubungan keluarga, pertemanan,

persahabatan maupun hubungan romantis dengan lawan jenis. Seringnya individu

berkomunikasi dengan orang lain membuat individu tersebut merasa memiliki

ketertarikan satu dengan yang lainnya. Ketertarikan muncul karena adanya kedekatan

satu dengan yang lainnya.

Menurut Erikson (dalam Hanny, 2015) individu membangun hubungan yang

lebih akrab dengan orang lain dan memulai pengalaman tentang cinta secara dewasa

terjadi pada usia sekitar 18–30 tahun atau pada usia dewasa muda. Santrock(2002) mengatakan bahwa seseorang individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa

awal memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah memilih pasangan hidup.

Papalia, Olds, dan Feldman (dalam Hanny, 2015) memaparkan bahwa individu dapat

(11)

2

individu tersebut mampu membangun hubungan romantis dengan seseorang yang

signifikan. Manusia juga mempunyai kebutuhan untuk membina hubungan dengan

orang lain dan mendapat penerimaan yang merupakan hal mendasar bagi kebutuhan

psikologis individu (Baumeister & Leary dalam Irawati, 2015).

Myers (2012) mengatakan bahwa ada berbagai bentuk hubungan sosial, salah

satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Manusia juga

memiliki kebutuhan untuk memiliki (need to belong) serta terhubung dengan orang lain

dalam hubungan yang erat dan saling menguatkan. Santrock (2002) mengatakan bahwa

individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal memiliki tugas

perkembangan untuk memilih pasangan hidup. Memilih pasangan hidup yang

dimaksudkan adalah individu pada dewasa awal dituntut untuk memiliki hubungan

intim dengan lawan jenis atau mempunyai hubungan romantis. Sehingga diperlukan

sebuah komunikasi untuk bisa membentuk sebuah hubungan yang romantis dengan

pasangannya.

Dari wawancara awal yang peneliti lakukan pada awal bulan September 2016

terhadap beberapa orang yang melakukan hubungan jarak jauh dengan suami atau

istrinya, didapatkan bahwa adanya keintiman atau kedekatan pada pasangan yang

menjalani hubungan jarak jauh. Karena berhubungan jarak jauh, mereka lebih sering

berkomunikasi lewat teknologi komunikasi dan menggunakannya untuk menyelesaikan

masalah ataupun untuk mendekatkan hubungan antar individu. Komunikasi yang sering

dilakukan adalah komunikasi menggunakan telepon selular dengan bertelepon,

mengirim pesan singkat dan baru-baru ini menggunakan jejaring sosial media seperti

facebook, BBM dan line serta whatsapp untuk berkomunikasi dengan pasangannya.

(12)

3

mudah mengalami kesalah pahaman, pertengkaran karena merasa kurang diperhatikan,

kecemburuan karena berada jauh dari pasangan, ketidakpercayaan dengan pasangan

karena tidak bisa setiap saat mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh pasangan, dan

bahkan sampai ke perselingkuhan karena kurangnya intimasi antar pasangan yang

menjalani jarak jauh.

TINJAUAN PUSTAKA Intimacy

Menurut Stenberg (dalam Irawati, 2015) mengemukakan bahwa cinta memiliki

tiga bentuk utama (tiga komponen), yaitu: keintiman (intimacy), gairah (passion), dan

komitmen (commitment). Rathus, Nevid dan Rathus (dalam Irawati 2015) mengatakan

bahwa keintiman tidak berarti berbicara tentang seksualitas dan cinta, tetapi tentang

kedekatan dan keterhubungan secara sosial emosional serta adanya keinginan untuk

berbagi pikiran dan perasaan satu sama lain. Menurut Erikson dalam (Feist & Feist

2007) mengatakan bahwa keintiman adalah kemampuan seseorang untuk melebur

identitasnya dengan identitas orang lain tanpa takut kehilangan identitas tersebut.

Westheimer dan Lopater (dalam Irawati 2015) mengatakan bahwa keintiman membuat

hubungan sangat dekat dan hangat sehingga pasangan dapat saling bertukar pikiran dan

berbagi perasaan secara lebih dekat. Pada hubungan ini pasangan akan menjadi lebih

dekat, saling percaya dan merasa nyaman sehingga mempunyai keputusan untuk

menghabiskan waktu bersama.

Tiap-tiap individu berbeda dalam mempersepsikan keintiman. Keintiman yang

dirasakan oleh masing-masing pasangan tergantung dari bagaimana cara masing-masing

(13)

4

sayang dan perhatian akan lebih dapat mengungkapkan keintiman di antara pasangan.

Misalnya saja, suami sering menggandeng tangan istri sewaktu mereka berjalan

bersama, sering memberikan kecupan sebelum berangakat kerja dan sebelum tidur, dan

lain sebagainya. Tindakan-tindakan sesederhana itu akan dipersepsikan oleh istri

sebagai ungakapan perhatian, dan istri akan merasakan kedekatan dan keintiman dengan

suaminya, begitu juga sebaliknya.

Teori Sternberg (dalam Handini 2015) mengatakan bahwa intimacy merupakan

aspek emosi yang menyebabkan munculnya sebuah hubungan yang hangat dan saling

percaya. Menurut Bloom & Bloom (dalam Irawati 2015), ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi keintiman dalam sebuah hubungan yaitu perasaan aman secara

emosional, tidak adanya pengabaian suatu hal, tanggung jawab, keinginan untuk

berbagi, tidak ada gangguan, seks, kejujuran, kontak fisik, kehadiran dan adanya rasa

syukur. Menurut David & Ferguson (dalam Handayani 2006) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keintiman antara lain :

1. Rasa aman.

Rasa aman berbicara tentang ketenangan batin. Merasa aman berarti bebas dari

bahaya, maupun rasa takut. Merasa aman bila tahu pasti bahwa kita dipelihara

dan diperhatikan.

2. Komitmen.

Komitmen memandang ke masa depan yang tidak kelihatan dan berjanji akan

berada di sana hingga akhir hayat. Komitmen menjanjikan kepastian dan

menjaga cinta terhadap pasangan, saat gairah menjadi redup. Komitmen

terhadap pasangan dapat dikomunikasikan melalui dukungan yang sejati dan

(14)

5

3. Menerima pasangan tanpa syarat.

Meliputi cinta dan dukungan, tanpa mengharapkan balasan, tanpa penyesalan.

Bila menerima pasangan tanpa syarat, individu akan mampu menerima apa

adanya, tulus, dan toleransi yang besar pada pasangan.

4. Masa lalu yang bahagia.

Masa lalu yang menyenangkan bagi sebagian orang merupakan awal yang baik

bagi mereka untuk menjalin hubungan dengan orang lain, termasuk hubungan

dengan lawan jenis. Pernikahan orang tua yang harmonis menjadi contoh bagi

anak-anaknya untuk menciptakan kehidupan pernikahan yang bahagia.

Keintiman adalah kedekatan yang dirasakan oleh dua orang dan kekuatan dari

ikatan yang menahan mereka bersama. Pasangan yang memiliki derajat keintiman yang

tinggi: memperdulikan kesejahteraan dan kebahagiaan satu sama lain dan mereka saling

menghargai, menyukai, bergantung dan memahami satu sama lain, (Sternberg dalam

Baron & Byrne, 2005). Dari hasil penelitian yang dilakukan White, et, al, (dalam

Mulyani 2010) terdapat faktor yang mempengaruhi intimasi, yaitu :

1. Orientasi hubungan.

Setiap pasangan sadar akan perannya masing-masing di dalam kehidupan

pernikahan. Sehingga masing-masing pasangan tersebut mengetahui apa yang menjadi

tugas dan kewajiban mereka dalam menjalankan peran sebagai pasangan suami istri

2. Komunikasi.

Komunikasi merupakan pesan yang disampaikan baik secara verbal maupun non

verbal. Saling bertukar pikiran, perasaan, keyakinan, fantasi, angan-angan, minat, tujuan

(15)

6

pasangan. Kalau semuanya bisa terlaksana dengan baik, maka pasangan biasanya akan

merasa intim.

3. Perhatian.

Perhatian merupakan suatu sikap atau perasaan yang dimiliki seseorang untuk

orang lain dimana biasanya hal tersebut berasal dari kekuatan perasaan yang positif

terhadap orang lain tersebut. Karakteristik perhatian pada keintiman bisa terjadi hanya

ketika dua orang saling berinteraksi.

4. Komitmen.

Komitmen membutuhkan peran kedua pasangan untuk saling bekerja dengan

sukarela dalam membangun keintiman di antara mereka baik dalam susah maupun

senang dan menghargai perjanjian yang telah disepakati.

5. Seksualitas.

Seksualitas merupakan kualitas hubungan seks atau hubungan intim yang

dilakukan oleh pasangan suami istri. Seks yang berkualitas dapat meningkatkan

keintiman yang telah ada. Artinya, pasangan yang awalnya sudah intim, apabila

menikmati hubungan seks yang baik, maka mereka menjadi lebih intim lagi.

Intimacy dapat diukur menggunakan skala intimacy berdasarkan aspek-aspek

intimacy menurut Maria & Orlofsky (dalam Rickey & Herbert 2010) yaitu komitmen,

komunikasi, kepedulian dan afeksi, pemahaman sifat pasangan, perspectif talking,

wewenang dan pengambilan keputusan, mempertahankan minat pribadi, penghormatan

terhadap integritas, dan kemandirian.

Hubungan Jarak Jauh

Arus globalisasi yang berkembang saat ini, dimana teknologi komunikasi

(16)

7

terjadinya hubungan jarak jauh. Fenomena hubungan jarak jauhmengalami peningkatan

pesat.Menurut Hampton (dalam Ratna Dyah, 2016), pengertian hubungan jarak jauh

atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan

dipisahkan oleh jarak fisik yang tidakmemungkinkan adanya kedekatan fisik untuk

periode waktu tertentu.

Dalam menjalani hubungan jarak jauh, pasangan tidak selalu dapat bertemu dan

melakukan kontak fisik sesering yang individu inginkan, sehingga menyebabkan

individu jarang melalukan aktivitas bersama-sama, dan jarang dapat mengungkapkan

ekspresi non-verbal. Rasa setia terhadap pasangan menjadi lebih sulit untuk

diungkapkan, dimana individu tidak bisa melihat pasangan secara fisik dan tidak tahu

keseharian pasangannya. Sulitnya pasangan untuk bertemu ketika saling membutuhkan,

dapat mempengaruhi hubungan pasangan dan mengakibatkan pasangan sulit untuk

saling mempertahankan hubungan.

Suami istri dalam hubungannya saling mengungkapkan sisi atau hal yang

pribadi yang terdapat dari dirinya. Ranah pribadi yang tidak diketahui orang lain namun

diketahui oleh pasangannya. Konteks hubungan yang terbina ini yang dikenal dengan

hubungan pribadi. Hubungan pribadi antara dua individu tidak hanya terjalin secara

berdekatan namun juga berjauhan yang dikenal dengan hubungan jarak jauh. Hubungan

jarak jauh atau long-distance relationship (LDR) dijalani beberapa orang karena alasan

seperti pekerjaan, mengejar karir atau pendidikan, dinas militer, penahanan, pembatasan

imigrasi dan kewajiban dari keluarga orangtua.

Keintiman dalam hubungan jarak jauh dapat membuat seseorang merasa lebih

terikat dengan pasangan, sehingga pasangan tidak dengan mudah mengakhiri hubungan,

(17)

8

tidak langsung dapat menandakan seberapa besar usaha mereka untuk menjaga

hubungan tersebut meski banyak masalah yang mungkin muncul.

Dalam penelitian Chrisman (dalam Irawati 2015) mengungkapkan beberapa

aspek keintiman berdasarkan skala MSIS milik Miller dan Lefcourt (1982) yaitu

pengungkapan diri kepada pasangan, pengungkapan perasaan, menghabiskan waktu

bersama-sama, menujukkan rasa sayang, menunjukkan dukungan dan perasaan

kedekatan dengan pasangan.

Yudistriana, Basuki & Harsanti (2010) mengatakan bahwa masalah yang

dihadapi pada pasangan jarak jauh adalah pemenuhan kebutuhan akan keintiman. Hal

ini terjadi karena pasangan membutuhkan kebersamaan dengan pasangannya untuk

menjadi teman membangun hidup sehari-hari. Kauffman (2000), mengatakan bahwa

kebersamaan dengan pasangan berpengaruh pada keintiman individu dengan

pasangannya. Untuk pasangan jarak jauh hal ini sulit dipenuhi karena frekuensi

pertemuan dengan pasangan sangat jarang.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Titi Setiani (2012) menunjukkan

bahwa adanya hubungan komunikasi yang intens atau sering dapat meningkatkan

keintiman pada pasangan jarak jauh. Komunikasi tersebut dilakukan untuk

meminimalisir adanya permasalahan yang terjadi, sehingga seringnya komunikasi

berdampak baik pada keintiman antar pasangan. Konflik dalam suatu hubungan tidak

selalu dihindari, karena ketika konflik dapat diselesaikan dan dikelola dengan baik, hal

itu juga dapat meningkatkan keintiman. Untuk meningkatkan keintiman, upaya yang

bervariasi dalam menjaga hubungan dapat dilakukan.

Namun penelitian Castillo (2013) mengatakan bahwa pasangan jarak jauh

(18)

9

Pasangan yang terpisah oleh jarak memiliki frekuensi yang sangat kurang untuk saling

bertatap muka dan intensitas berkomunikasi yang lebih rendah dibandingkan pasangan

biasa, namun interaksi komunikasi dan timbal balik yang terjadi pada pasangan tersebut

lebih dalam. Berbeda dengan hasil penelitian oleh Horn dan kawan-kawan (dalam

Irawati 2015) yang mengatakan bahwa pasangan jarak jauh cenderung kurang

bersahabat, kurang terbuka dan memiliki kepuasan yang lebih rendah dibandingkan

dengan pasangan biasa. Pasangan jarak jauh lebih banyak menggunakan media

komunikasi seperti telepon, chatting, pesan singkat dan e-mail. Hasil penelitian ini juga

menjelaskan bahwa pasangan jarak jauh harus berusaha lebih keras untuk

mengkomunikasikan rasa sayang untuk memiliki keintiman dengan pasangannya. Pada

hubungan jarak jauh ditemukan bahwa pasangan jarak jauh merasa lebih intim dengan

pasangannya, karena mereka saling terbuka pada pasangan dan mampu mengidealkan

perilaku pasangan sesuai yang diharapkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui lebih dalam

tentang intimacy pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh beda kota atau

beda negara. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Untuk

pengujian keabsahan data, penguji menggunakan triangulasi sumber data dengan

menggunakan orang terdekat sebagai informan yang merupakan orang terdekat dengan

partisipan. Selain itu peneliti juga menggunakan member check dengan partisipan

penelitian untuk memastikan kesesuaian data yang diperoleh dengan data yang

diberikan oleh sumber informasi menanyakan kembali ke partisipan dalam jangka

(19)

10

Partisipan Penelitian

Penelitian ini melibatkan tiga orang subjek yang merupakan pasangan yang

sedang menjalani hubungan jarak jauh beda kota maupun beda negara dengan intensitas

pertemuan 2 minggu sekali sampai 2 tahun sekali dengan pasangannya dan memiliki

usia pernikahan minimal 3 tahun serta usia subjek minimal 25 tahun.

Partisipan Pertama (P1) bernama Kristiono yang berusia 48 tahun. Istrinya bernama Sofia berusia 41 tahun dan bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hongkong.

Usia pernikahan partisipan sudah 8 tahun menikah. Pasangan ini belum mempunyaianak

tetapi sang suami mempunyai satu anak laki-laki dari pernikahannya yang pertama.

Sang istri sudah sekitar 10 tahun bekerja di Hongkong. Jadi sebelum menikah sang istri

sudah di Hongkong dan perkenalan mereka dilakukan melalui media sosial. Istri

biasanya kembali ke Indonesia setiap 2 tahun sekali, kadang kalau mendapatkan cuti

bekerja 1 tahun sekali bisa kembali kerumah. Hubungan mereka setiap hari dilakukan

melalui Whatsapp. Mereka sering chatting dan video call saat ada waktu luang. Saat

istri pulang ke rumah, biasanya mereka menghabiskan waktu berdua dengan cara

bepergian berdua, makan diluar, bekerja bersama membersihkan rumah berdua dan

berbelanja kebutuhan rumah berdua. Menurut Partisipan, komunikasi sangat penting

dalam menjalani hubungan jarak jauh, walaupun terkadang terjadi kesalah pahaman

antara partisipan dengan pasangannya tetapi semua permasalahan bisa teratasi karena

antara partisipan dan istrinya sudah saling mengetahui watak dan karakter

masing-masing. Jadi waktu mereka bertengkar, salah satu dari mereka mengalah untuk menjaga

supaya hubungan tetap terjaga dengan baik.

Partisipan dan istri selalu terbuka dan bercerita tentang masalah yang

(20)

11

Mereka saling mendukung dalam berbagai hal, contohnya saat istri sedang sakit

partisipan memberikan saran untuk minum obat, memberikan ucapan selamat pagi dan

mengirim ayat Alkitab setiap pagi. Mereka terbuka dalam beberapa hal, tetapi ada yang

partisipan rahasiakan dari istri yaitu tentang masalah keuangan dan kepemilikan akun

facebooknya. Partisipan juga selalu membicarakan masalahnya dan istri selalu terlibat

dalam pengambilan keputusan suami. Karena istri yang mempunyai watak yang mudah

marah, pecemburu, dan mudah tersinggung, partisipan selalu memahami karakter

kepribadian istri dengan berpamitan kalau mau pergi dan menceritakan kegiatan

partisipan. Saat salah satu dari mereka merasa sedih, pasangan selalu mendukung dan

memberikan semangat serta motivasi. Partisipan lebih ekspresif dalam menyampaikan

beberapa hal.

Partisipan Kedua (P2) bernama Harmoko Ade yang berusia 31 tahun. Partisipan mempunyai istri yang bernama Putri dengan usia 26 tahun. Usia pernikahan

mereka baru 3,5 tahun jadi bisa dibilang mereka masih pasangan pengantin baru. Bapak

Harmoko bekerja di Pati dan memiliki sebuah toko, sedangkan istrinya bekerja di Solo

menjadi penyuluh di dinas pertanian dan peternakan. Setiap 2 minggu sekali istrinya

kembali ke Pati, terkadang juga 1 minggu sekali. Setiap mereka bertemu, pak Harmoko

dan istri menghabiskan waktu berdua. Karena pasangan ini terbilang masih muda,

mereka sering menghabiskan waktu berdua dengan jalan-jalan berdua di tempat wisata,

makan berdua dan juga terkadang menjaga toko berdua. Banyak hal yang sering mereka

bicarakan dan mereka juga sering bercerita tentang pekerjaannya, pergaulannya

ditempat kerja, suasana ditempat kerja dan aktivitas sehari-hari yang sering dilakukan.

Tetapi partisipan mengaku menutupi bisnis barunya dan kondisi kesehatannya dari

(21)

12

yang di lakukannya karena terkadang belum mendapatkan hasil yang maksimal.

Partisipan juga mengaku sering tidak membicarakan kondisinya ketika partisipan

merasa sakit. Hal ini dikarenakan partisipan tidak ingin membuat istrinya khawatir

dengan keadaannya.

Untuk menjaga hubungan dengan istrinya, partisipan sering memberi kabar di

setiap aktivitasnya, berkomunikasi sesering mungkin dan meluangkan waktu untuk

bertemu. Menurut partisipan, istrinya kurang pengertian. Setiap ada permasalahan,

partisipan lebih sering mengalah. Istri partisipan seorang yang mudah tersinggung. Jadi

terkadang partisipan harus mengalah untuk menjaga hubungannya supaya tetap

harmonis. Biasanya kalau istrinya sedang marah, partisipan menghibur istri dengan

mengajak bercanda, menanyakan sebab kemarahan istri dan mengajak pergi supaya

istrinya tidak marah lagi. Menurut partisipan, dampak pertengkaran dengan istri

membuat hubungannya menjadi renggang dan dingin serta terkadang istri bersikap

cuek. Tetapi selain itu, istri partisipan seseorang yang baik dan taat beribadah. Mereka

sering berdoa bersama, membaca renungan bersama kalau sedang bertemu. Setiap

pulang ke rumah sang istri memasakkan masakan kesukaannya, dan saat sedang

berjauhan istri partisipan sering mengingatkannya untuk makan dan menjaga kesehatan.

Sang istri sering mengingatkan partisipan untuk berdoa saat partisipan sedang merasa

sedih dan mempunyai masalah.

Partisipan Ketiga (P3) bernama Yohanawati dengan usia 27 tahun dan bekerja sebagai perawat rumah sakit. Suaminya bernama Tri Sutrisno umur 30 tahun

mempunyai pekerjaan sebagai pelayar dan usia pernikahan mereka 4 tahun. Mereka

bertemu setiap satu tahun sekali saat sang suami pulang kerumah. Suami partisipan

(22)

13

bulan itu merayakan natal dan sering terjadi angin besar sehingga kapal sering sandar.

Mereka sering menghabiskan waktu berdua dengan jalan-jalan, berbincang di rumah

menceritakan tentang pekerjaan, menghabiskan waktu dengan keluarga. Biasanya

partisipan membangunkan suaminya dengan menelfon dan setiap harinya menggunakan

SMS karena di laut jarang ada sinyal. Kalau sedang bersandar dipulau dan sinyal lagi

bagus, partisipan juga video call. Saat suami partisipan pulang, partisipan sering

mengambil cuti kerja untuk menemani suami dirumah. Partisipan sering bercerita

tentang pekerjaannya, kehidupan sehari-hari, masalah pribadi dengan teman dan

keluarganya begitupun dengan sang suami. Suami partisipan sering menceritakan

tentang pekerjaannya, masalah pribadi dengan keluarga sang suami, keuangan dan

hubungan mereka tentang bagaimana rencana masa depan mereka selanjutnya.

Partisipan menunjukkan sayangnya dengan memberikan perhatian kepada

suaminya, memasakkan makanan kesukaannya, menonton film bersama, menghibur

saat suami sedang sedih dan membantu memberikan solusi ke suami tentang masalah

yang dihadapi.menurut partisipan, hubungannya dengan suami sangat dekat walaupun

LDR karena menurutnya mereka masih bisa berkomunikasi dengan baik lewat telfon,

dan itu sama sekali tidak mengurangi rasa sayangnya. Biasanya kalau suami sedang

tidak bahagia, partisipan mengalah dulu dan membujuk suami supaya mau bercerita.

Setelah itu partisipan menanyakan kepada suami apa yang sebenarnya terjadi. Partisipan

juga memberikan solusi dan sering mengajak suami berdoa supaya merasa tenang.

Sedangkan kalau partisipan kurang bahagia, sang suami sering menghibur, mengajak

belanja dan menuruti kemauan partisipan. Efek negatif yang terjadi saat mereka sedang

bertengkar adalah hubungan menjadi dingin dan cuek. Beberapa hari tidak komunikasi

(23)

14

suaminya sekitar satu sampai dua hari dan setelah mereka ada yang mengalah salah

satu, hubungan kembali membaik kembali. Suami partisipan seorang yang romantis.

Partisipan sering mendapatkan kejutan berupa hadiah dan bunga sebagai bentuk

sayangnya sang suami kepada partisipan.

Analisis

Proses analisis data dimulai dengan pengetikan transkrip wawancara melalui

mendengarkan hasil rekaman lalu mengetik verbatim wawancara kata per kata.Setelah

itu dikelompokkan menjadi tema-tema khusus yang berkaitan dengan aspek atau

variabel di dalam penelitian. Peneliti lalu mengelompokkan data berdasarkan tema dan

membandingkan partisipan pertama, kedua, dan ketiga.

HASIL

Hasil wawancara yang telah diberi tema menghasilkan beberapa data yang

sesuai dengan aspek intimacy menurut Maria & Orlofsky (dalam Rickey & Herbert

2010) yaitu: komitmen, komunikasi, kepedulian dan afeksi, pemahaman sifat pasangan,

perspectif talking, wewenang dan pengambilan keputusan, mempertahankan minat

pribadi, penghormatan terhadap integritas, dan kemandirian.Serta terdapat tema

tambahan sebagai subjek yang berjauhan dengan pasangannya, yaitu kejujuran.

Komitmen

Deskripsi dalam tabel antara ketiga partisipan, yaitu:

(24)

15

Ketiga partisipan sama-sama berkomitmen untuk melakukan hal-hal bersama

atau berdua saja saat pasangan mereka yang bekerja di luar kota bahkan luar negeri

untuk menghabiskan masa cuti mereka di rumah. Jawaban P1, P2 dan P3 hampir sama,

yaitu mereka sebisa mungkin mengabiskan waktu luang berdua dengan pasangan.

ya karena banyak waktu biasanya kami dengan pasangan biasanya kami jalan-jalan

meninjau tempat pariwisata, diajak makan diluar, dan bekerja bersama dirumah,

bersih-bersih biasanya seperti itu.”

Reaksi yang hampir sama ditunjukkan oleh P2 dimana dia selalu menghabiskan

waktu berdua dengan pasangannya.

“ya tergantung. Yang sering kita cuma pergi berdua aja. Maklum lah mbak kita

meluapkan kekangenan kita satu sama lain. Kalau ada orang lain kan kita merasa

terganggu kan ya. Ya bukannya kita tidak mau hidup bersosial tapi kan kita juga butuh

waktu berdua. Bahasa gaulnya ya quality time ya mbak.”

Kegiatan serupa juga dilakukan oleh P3 dimana dia selalu berusaha pergi berdua

saat pasangan mendapatkan cuti dari pekerjaannya.

“.... Jadi kalau suamiku pulang, dari berlayar itukan 1 tahun, itu nanti satu bulan

dirumah, nanti saya diajak jalan-jalan.Itu tu udah kebiasaan masa lalu sekarang

sampai sekarang saya lakukan, suami saya lakukan.hanya sekedar jalan-jalan berdua,

makan berdua dengan suami, menghabiskan waktu berdua, ngobrol dipagi hari hanya

sekedar menceritakan pekerjaan-pekerjaan dia disana,....”

P1, P2 dan P3 selalu berkomitmen untuk menghabiskan waktu cuti pasangan

untuk melakukan hal-hal berdua ataupun dengan keluarga mereka. Sebagai contoh P1,

(25)

16

P1 dan sangat diperlukan untuk menghindari salah paham.

“itu sangat penting sekali ya. Menjalin hubungan maupun komunikasi dengan istri itu

sangat penting dan sangat diperlukan.”

Tidak jauh berbeda dari P1, P2 pun menganggap komunikasi adalah hal yang

penting dalam hubungannya dengan pasangan. Bahkan P2 sudah menganggap pasangan

sebagai pengganti orang tuanya.

“wah kalau itu ya sangat penting mbak. Dia itu teman dalam hidup saya. Susah duka ya

sama dia. Dia kan juga pengganti orang tua saya kan.”

Hal yang sama juga dikemukakan oleh P3, terjadi pada P3 bahwa

komunikasidalam hubungan jarak jauh itu sangat penting.

“…perasaan takut sih pasti ada, dimana kepala keluarga sudah pergi sosok laki-laki

yang melindungi dan mengayomi keluarga tiba-tiba sudah tidak ada lagi.”

Ketiga partisipan yaitu P1, P2, dan P3 memiliki perasaan yang hamper bahwa

komunikasi itu penting dalam hubungan jarak jauh yang mereka jalani dengan pasangan

(26)

17

Dalam hal kemandirian, P1 masih bergantung pada pasangan, sebagai contoh

saat mengambil keputusan-keputusan, P1 selalu minta pertimbangan pasangannya.

“iya karena pengalaman dulu. Keputusan saya sendiri yang buat akhirnya bisa menjadi

masalah.jadi saya cerita ada masalah ini, nanti dia kasih solusinya dan ngasih

pertimbangan juga.”

Sementara untuk P2, ada hal-hal yang bisa diputuskan sendiri tanpa harus

berkonsultasi dengan pasangan, dengan alasan agar tidak membenani pasangan.

“kalau masalah itu tu biasanya yang saya rahasiakan itu soal bisnis, kalau bisnis itu

dijelaskan ke istri saya dia kurang begitu mengerti…”.

Sama halnya dengan P2, ada beberapa hal yang P3 putuskan sendiri tanpa

berkonsultasi dengan suaminya.

“biasanya itu kalau masalah keluarga saya. Keluarga inti saya.Bapak ibu saya.

Kadang kalau saya mau cerita sama suami saya itu sungkan soalnya kan masalah

(27)

18

Dari ketiga partisipan, P1 bergantung dengan pasangan dalam mengambil

keputusan sedangkan untuk P2 dan P3 dalam beberapa hal sebisa mungkin mengambil

keputusan sendiri tanpa melibatkan pasangan.

Kepedulian dan afeksi yang ditunjukkan P1 terhadap pasangannya terlihat dari

apa yang dilakukan P1 bagi pasangannya, meskipun hal tersebut dilakukannya melalui

pesan singkat.

“biasanya tiap pagi saya kirim ayat-ayat Firman Tuhan, ngucapin selamat pagi.

Kemari waktu ulang taun pernikahan juga mengucapkan buat istri. Istri ulang tahun ya

saya ucapkan.Kalau sakit suami hanya bisa mendoakan karena emang jaraknya jauh

paling memberi saran ada obat tidak.Paling seperti itu aja.”

Sedangkan pada P2, kepedulian dan afeksi ditunjukkan dengan cara berusaha

saling menceritakan masalah apa saja yang dialaminya meskipun P2 menyembunyikan

masalah pekerjaannnya.

“kalau itu ya sesering mungkin ngabari aktivitas saya. Kalau mau pergi juga tak

kabari, komunikasi harus dijaga, sesering mungkin ya kalau bisa harus di jaga lah

(28)

19

Selanjutnya pada P3, afeksi dan kepedulian ditunjukkan dengan tidak

menceritakan masalah-masalah berat yang sedang dihadapi.

” iya. Saya takut membebani dia. Soalnya kan dia jauh. saya takutnya dia itu kepikiran

terus mengganggu pekerjaan dia.”

Dari semua partisipan baik P1, P2, dan P3 sama-sama memiliki kepedulian dan

afeksi yang tinggi terhadap pasangan masing-masing. Hal ini sangat bermanfaat dalam

hubungan jarak jauh yang mereka jalani.

Pemahaman sifat pasangan

Cara P1 dalam memahami perasaan dari pasangannya adalah lewat kebiasaan.

“.... kok tiba-tiba nggak ada telpon, nggak ada sms, saya mulai tahu. Oh istri saya

begini itu berarti dia tersinggung dengan kata-kataku.”

Sedangkan pada P2, cara memahami perasaan pasangannya dengan berusaha

mengerti.

“....Jadi kalau ada apa-apa, dia lagi marah, dia lagi ngambek itu saya yang membujuk

dia mbak....”

Selanjutnya pada P3, pemahaman sifat pasangan ditunjukkan dengan

memberikan perhatian kepada pasangan.

“....saya Cuma bisa memperhatikan, menjalin hubungan supayadia tidak selingkuh.

(29)

20

Dari semua partisipan baik P1, P2, dan P3 sama-sama berusaha memahami

perasaan pasangan dengan cara yang berbeda-beda namun bertujuan sama.

Perspectif Taking

Bagi partisipan P1, cara dia berempati dengan perasaan pasangannya yang

sedang bekerja di tempat yang jauh dengan mengirimkan pesan berisi nasehat, dan

selalu berusaha mengerti saat pasangan sedang ada masalah.

“ya biasanya, saya telpon, saya kasih nasehat, kasih masukan. saya tanya ada apa lalu

saya kasih nasehat. Pokoknya dari saya juga ada perhatian sama istri disaat-saat istri

tidak bahagia.”

Sedangkan pada P2, cara partisipan berempati dengan pasangannya dengan

memberikan nasehat dan perhatian saat pasangannya dalam kondisi tidak bahagia.

“...Jadi kalau ada apa-apa, dia lagi marah, dia lagi ngambek itu saya yang membujuk

dia mbak...”

Selanjutnya pada P3, partisipan berempati terhadap pasangannya dengan cara

sudah memahami pasangannya sejak pacaran dan mengerti apa saja yang disukai dan

tidak disukai pasangannya.

“...Saya sudah tau apa yang dia suka, apa yang dia tidak suka. Waktu dia marah

gimana. Ya sebisa mungkin saya sabar, ibarate wong jowo ya nglendeh sek. Terus nanti

(30)

21

Dari semua partisipan baik P1, P2, dan P3 sama-sama memberikan rasa empati

mereka terhadap pasangan mereka dengan cara memperhatikan, memberikan nasehat

kepada pasangan saat pasangan sedang dalam kondisi tidak bahagia atau sedang dalam

masalah.

Dampak negatif dari perselisihan bagi P1 adalah komunikasi menjadi terputus

untuk beberapa waktu.

“...kok tiba-tiba nggak ada telpon, nggak ada sms, saya mulai tahu. Oh istri saya begini

itu berarti dia tersinggung dengan kata-kataku.”

Sedangkan pada P2, dampak negatif dari perselihan yang terjadi adalah

komunikasi terputus dan hubungan menjadi renggang.

“...ya dimana-mana orang yang lagi berantem itu digin, kadang cuek, hubungannya

kayak renggang gitu....”

Selanjutnya pada P3, akibat yang ditimbulkan hampir sama dengan P2.

“dampaknya kalau lagi bermasalah itu dia menjadi cuek, dingin, dia itu tidak pernah

marah. tapi kalau sudah marah dia marahnya berhari-hari.”

Dari semua partisipan baik P1, P2, dan P3 sama-sama merasakan akibat saat

(31)

22

Partisipan P1 sangat menghormati terhadap integritas dalam perkawinanya. Hal

ini terlihat dari P1 yang mempercayai pasangannya meskipun pasangannya tinggal di

luar negeri.

“istri juga percaya dengan saya. Pokoknya komitmen kita saling mempercaya.”

Selanjutnya pada partisipan P2 juga mengalami hal yang sama. P2 bisa

mempercayai pasangannya begitu pula sebaliknya.

“kalau pasangan saya itu percaya banget mbak dengan saya. Seperti saya, saya juga

percaya banget dengan dia.”

Kemudian pada P3, partisipan orang yang kurang menghormati terhadap

integritas. Hal ini terlihat dari usahausaha yang dilakukannya agar suaminya tetap

menjadi suaminya dan tidak selingkuh..

“....saya Cuma bisa memperhatikan, menjalin hubungan supayadia tidak selingkuh.

Jadi saya harus perhatian sama dia. Soalnya saya itu was-was kan. LDR kan. Saya itu

orangnya overprotektif.Apa lagi melihat berita-berita di TV ya. Yang dekat aja bisa

selingkuh, apa lagi yang jauh kayak saya.”

Dari semua partisipan P1 dan P2 sama-sama mempercayai pasangannya.

(32)

23

PEMBAHASAN

Ketiga partisipan merasa bahwa berhubungan jarak jauh itu terkadang sulit. Ada

banyak kendala dalam menjalaninya. Sebagai contoh saat ingin menghubungi pasangan,

ternyata signal HP tidak begitu bagus, sehingga pasangan tidak dapat dihubungi ataupun

sebaliknya. Ketiga partisipan dalam komitmensebagai dampak hubungan jarak jauh yang mereka jalani tidak ada perbedaan pada P1 dengan P2 dan P3.semua partisipan

selalu meluangkan waktu berdua saat menghabiskan waktu cuti pasangan.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari David & Ferguson dalam Handayani

(2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keintiman antara lain : rasa aman,

komitmen, menerima pasangan tanpa syarat dan masa lalu yang bahagia. Sedih juga

dapat dialami pada saat individu mengalami suatu situasi buruk bagi dirinya dan situasi

tersebut tidak dapat berubah atau diganti (Strongman dalam Setyowati R, 2012).

Komitmen membutuhkan peran kedua pasangan untuk saling bekerja dengan sukarela

dalam membangun keintiman di antara mereka baik dalam susah maupun senang dan

menghargai perjanjian yang telah disepakati (White, et, al, dalam Mulyani (2010).

Ketiga partisipan, baik P1, P2, dan P3 semua berkomitmen untuk menggunakan

waktu cuti pasangan melakukan hal-hal berdua. Seperti misalnya jalan-jalan berdua,

makan berdua bahkan melakukan pekerjaan ruamh tangga pun dilakukan berdua.

Berkaitan dengan komunikasi, P1 P2 dan P3 sependapat bahwa komunikasi dalam hubungan jarak jauh itu sangat penting dan berguna untuk menghindari salah

paham dan mengungkapkan rasa sayang. Namun begitu, masih saja ada hal-hal yang

membuat salah paham, seperti misalnya kendala signal yang hilang sehingga sulit

(33)

24

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan White, et, al, dalam

Mulyani (2010), terdapat faktor yang mempengaruhi intimasi, yaitu : orientasi

hubungan, komunikasi, perhatian, komitmen, seksualitas. Seperti yang diketahui bahwa

komunikasi dalam menjalani hubungan itu sangat penting.

Kemudian dalam hal kemandirian, P1 kurang mandiri jika dilihat dalam hal mengambil keputusan, hal ini disebabkan P1 pernah salah mengambil keputusan

sehingga sekarang dalam mengambil keputusan lebih banyak mengandalkan

pasangannya. Sedangkan untuk P2 dan P3, dalam beberapa hal bisa mengambil

keputusan sendiri dan tidak bergantung pada pasangan. Hal ini agak berbeda dari

pendapat yang dikemukakan oleh Rathus, Nevid dan Rathus dalam Irawati (2015)

bahwa keintiman itu berbicara mengenai kedekatan dan keterhubungan secara sosial

emosional serta adanya keinginan untuk berbagi pikiran dan perasaan satu sama lain.

Selanjutnya mengenai kepedulian dan afeksi, karena hubungan yang dijalani merupakan hubungan jarak jauh, maka P1, P2 dan P3 lebih banyak menunjukkan

perhatiannya lewat pesan singkat. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh

Titi Setiani (2012) bahwa adanya hubungan komunikasi yang intens atau sering dapat

meningkatkan keintiman pada pasangan jarak jauh.

Selanjutnya dalam hal memahami sifat pasangan, P1, P2 dan P3 mempunyai cara sendiri. Seperti pada P1 yang berusaha memahami melalui kebiasaan pasangannya

saat marah. Sedangkan pada P2 berusaha mengerti dan mengalah saat pasangannya

marah. Berbeda halnya dengan P3 yang berusaha memberikan perhatian yang lebih

kepada pasangannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (White, et,

al, dalam Mulyani 2010) yang menyatakan bahwa perhatian merupakan suatu sikap atau

(34)

25

dari kekuatan perasaan yang positif terhadap orang lain tersebut. Karakteristik perhatian

pada keintiman bisa terjadi hanya ketika dua orang saling berinteraksi.

Setiap partisipan memiliki cara yang hampir sama dalam memberikan empatinya terhadap pasanganya, yaitu dengan cara bertanya dan memberikan nasehat-nasehat pada pasangannya meskipun hanya melalui sms. Hal ini sesuai dengan

penelitian(David & Ferguson dalam Handayani, 2006)ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keintiman antara lain : rasa aman, komitmen, menerima pasangan tanpa

syarat dan masa lalu yang bahagia.

Dari semua partisipan, baik P1, P2 dan P3, semuanya memahami dampak negatif dari perselisihan yang terjadi antara mereka dengan pasangan. Hubungan komunikasi menjadi terputus dan menjadi renggang. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Horn dan kawan-kawan (dalam Irawati (2015) yang mengatakan

bahwa pasangan jarak jauh cenderung kurang bersahabat, kurang terbuka dan memiliki

kepuasan yang lebih rendah dibandingkan dengan pasangan biasa.

Selanjutnya aspek penghormatan terhadap integritas, P1 dan P2 sangat menghormati terhadap integritas sedangkan P2 kurang menghormati integritas. Hal ini

sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Sternberg dalam Handini, 2015), yang menyatakan bahwa intimasi merupakan aspek emosi yang menyebabkan munculnya

sebuah hubungan yang hangat dan saling percaya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Intimacy dapat diukur menggunakan skala

intimacy berdasarkan aspek-aspek intimacy menurut Maria & Orlofsky dalam Rickey &

Herbert (2010) yaitu komitmen, komunikasi, kepedulian dan afeksi, pemahaman sifat

pasangan, perspectif talking, wewenang dan pengambilan keputusan, mempertahankan

(35)

26

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Selanjutnya ada aspek lainnya

mendukung terjadinya hubungan jarak jauh antara suami istri yang tidak diungkap

dalam Maria & Orlofsky dalam Rickey & Herbert (2010) yaitu aspek kejujuran. Hal ini

terungkap saat wawancara terjadi. Pada P1, P2 dan P3 ada hal yang ditutupi, yaitu: P1

menutupi bahwa P1 mempunyai akun facebook dan sering menggunakan akun tersebut

serta sering tidak jujur masalah keuangan, P2 menutupi usahanya sedangkan pada P3

kondisi keluarga besarnya. Mungkin hal ini yang menyebabkan adanya pertengkaran di

antara mereka meskipun frekuensinya tidak sering. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Bloom & Bloom dalam Irawati (2015), yaitu ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi keintiman dalam sebuah hubungan yaitu perasaan aman

secara emosional, tidak adanya pengabaian suatu hal, tanggung jawab, keinginan untuk

berbagi, tidak ada gangguan, seks, kejujuran, kontak fisik, kehadiran dan adanya rasa

syukur.

Setiap partisipan mempunyai cara yang berbeda dalam menjaga keintiman

mereka. Usia pernikahan partisipan baik yang 8 tahun, 3,5 tahun ataupun yang 4 tahun

mereka semua mempunyai kedekatan yang baik yang selalu diwujudkan lewat

perhatian dan kasih sayang mereka. Keintiman mereka sangat tinggi baik yang

mempunyai usia pernikahan 3,5 tahun sampai usia pernikahan 8 tahun. Hal ini

dikarenakan setiap pasangan memahami karakter dan sifat pasangannya masing-masing,

dan mereka mampu memposisikan diri untuk pasangannya dan mampu menyelesaikan

masalah yang ada. Mereka juga mampu menjaga komunikasi dengan baik, mempunyai

komitmen yang tinggi dengan pasangan untuk selalu bersama saat bertemu dan

memberikan perhatian, dukungan, semangat, doa saat sedang menjalani hubungan jarak

(36)

27

KESIMPULAN

Intimacy pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh menunjukkan

gambaran sebagai berikut: P1, P2 dan P3 selalu berkomitmen untuk menghabiskan

waktu cuti kerjanya untuk melakukan hal-hal berdua dengan pasangan ataupun dengan

keluarga dengan berjalan-jalan ataupun melakukan pekerjaan rumah bersama.

Sedangkan dalam hal komunikasi, P1, P2 dan P3 berpendapat bahwa komunikasi dalam

hubungan jarak jauh sangat penting dan berguna untuk menghindari salah paham dan

sebagai bentuk ungkapan rasa sayang. Dalam hal kemandirian, P1 kurang mandiri

jika dilihat dalam pengambilan keputusan sedangkan P2 dan P3 dalam beberapa hal bisa

mengambil keputusan sendiri dan tidak bergantung pada pasangan. Dalam hal

kepedulian dan afeksi, P1, P2 dan P3 sama-sama menunjukkan perhatiannya lewat

pesan singkat. Mereka juga mempunyai cara sendiri untuk memahami sifat

pasangannya. P1 berusaha memahami melalui kebiasaan pasangannya saat marah.

Sedangkan pada P2 berusaha mengerti dan mengalah saat pasangannya marah dan P3

yang berusaha memberikan perhatian yang lebih kepada pasangannya. Tetapi semua

partisipan mempunyai cara yang hampir sama dalam memberikan rasa empatinya

terhadap pasangan yaitu dengan cara bertanya dan memberikan nasehat pada pasangan

melalui pesan singkat.

Setiap pasangan juga memahami dampak negatif dari perselisihan yang terjadi

yaitu hubungan komunikasi menjadi terputus dan hubungan menjadi renggan dan

dingin. Dalam hal penghormatan terhadap integritas, P1 dan P2 sangat menghormati

integritas sedangkan P3 kurang menghormati integritas.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intimcy tiap pasangan tinggi, karena

(37)

28

supaya mereka tetap dekat dan bahagia walaupun menjalani hubungan jarak jauh

dengan pasangannya. Dalam hubungan pernikahannya, pasangan yang memiliki derajat

keintiman yang tinggi mereka saling memperdulikan kesejahteraan dan kebahagiaan

satu sama lain dan mereka saling menghargai, menyukai, bergantung dan memahami

satu sama lain, (Sternberg dalam Baron & Byrne, 2004).Sternberg dalam Handini

(2015), mengatakan bahwa intimasi merupakan aspek emosi yang menyebabkan

munculnya sebuah hubungan yang hangat dan saling percaya sehingga pasangan dapat

saling bertukar pikiran dan berbagi perasaan secara lebih dekat sehingga mempunyai

keputusan untuk menghabiskan waktu bersama.

SARAN PENELITIAN

Melalui penelitian ini diharapkan bagi partisipan untuk tetap menjaga kedekatan

mereka dalam menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangan. Diharapkan juga bagi

mereka untuk bisa saling terbuka dengan pasangan tentang masalah pribadinya dan

dapat menjaga kepercayaan yang diberikan pasangannya. Dan setiap pasangan

diharapkan untuk dewasa dan bijak dalam menghadapi permasalahan karena hubungan

jarak jauh rentan terhadap masalah sepele yang dibesar-besarkan. Bagi peneliti

selanjutnya untuk lebih mendetail karena setiap partisipan memunculkan semua aspek

(38)

29

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2010).Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R.A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial (edisi 10). Alih Bahasa. Jakarta:

Feist, J., & Feist, G.J. (2007). Psikologi kepribadian buku 1 edisi 7. Jakarta: Erlangga

Handayani, U.R. (2006). Persepsi Terhadap Keintiman Pada Suami/Istri Di Usia Pernikahan Dua Tahun Pertama. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Handiri, A. (2015). Kelekatan Dan Intimasi Pada Dewasa Awal. Skripsi. Universitas Gunadarma

Hanny H ( 2015). Peran Intimacy dan Subjective Well Being Terhadap Keputusan untuk Berpisah Pada Padangan Yang menjalani Long Distance Relationship. Binus University dalam http://psychology.binus.ac.id/2015/09/26/peran-intimacy- dan-subjective-well-being-terhadap-keputusan-untuk-berpisah-pada-pasangan-yang-menjalani-long-distance-relationship/

Irawati, I (2015). Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Kauffman, M.H. (2000). Relational maintenance in long-distance dating relationships:

Staying close. Dalam:

https://pdfs.semanticscholar.org/2ba3/971208b1afc21df0269a70f19254bbe0a6b0. pdf

Mulyani, S. (2010) Persepsi terhadap keintiman pada dua tahun pertama pernikahan. dalam https://srimulyaninasution.wordpress.com/psikologi/persepsi-terhadap-keintiman-pada-dua-tahun-pertama-pernikahan/

Myers, D. G (2012). Psikologi sosial Buku 2 Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanita

(39)

30

Santrock, J.W. (2002). Life-span development: perkembangan masa hidup edisi kelima. Jakarta: Erlangga

Setiani, T (2012). Intimacy dalam hubungan romantis jarak jauh beda bangsa. FISIP. Universitas Brawijaya. Malang

Setyowati, R (2010). Keefektifan pelatihan ketrampilan regulasi emosi. Dalam: https://id.scribd.com/doc/312214256/REGULASI-EMOSI-pdf

Soegiyono.(2012). Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan LAN hampir sama dengan jaringan LAN kabel, akan tetapi setiap node pada WLAN menggunakan piranti wireless agar dapat berhubungan dengan menggunakan kanal

Memiliki fitur hardware dan software yang hampir sama dengan NVIDIA Tesla, dapat digunakan pada workstation dan GPU jenis ini juga digunakan dalam membuat desain

Dalam kasus lelang lain, misalnya lelang pengadaan barang dan jasa dari suatu lembaga, setiap partisipan bisa masuk ke dalam kategori pemburu rente, kalau setiap

Candi Ngempon diperkirakan memiliki umur yang hampir sama dengan Candi Gedong Songo yang berada di Kecamatan Bandungan yaitu dibangun sekitar abad 8-9 M.. Jika Candi Gedong

Alm PakDe Sunarto yang telah memberikan pengarahan, nasehat dan motifasi untuk terus belajar dan belajar yang tidak pernah dilupakan sehingga penulis dapat mengerti

Kemampuan menyadari diri bahwa para partisipan juga memiliki kekurangan menjadikan kedua partisipan melakukan usaha untuk memperbaiki diri serta penyesuaian dengan suami

berasal dari keluarga yang tidak bercerai memiliki Intimacy lebih tinggi dari partisipan. yang berasal dari

Teknik ini dipilih karena memiliki konsep yang sama dengan konsep minimalis, yang membuat setiap halaman memiliki bentuk yang sama, sehingga pembaca akan dapat dengan mudah