• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN SABAR PADA TIPE KEPRIBADIAN EK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN SABAR PADA TIPE KEPRIBADIAN EK"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN SABAR PADA TIPE KEPRIBADIAN

EKSTROVERT DAN INTROVERT

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh: Rachma Fatmawati

1309015078

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Perbedaan Sabar pada Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Rachma Fatmawati

rachmafatma01@gmail.com

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Abstrak

Kepribadian merupakan bagian dari jiwa, yang dipahami secara utuh dan dilihat dari konteks tingkah laku, pikiran, perasaan serta kegiatan individu (Alwisol, 2012). Sabar merupakan respon awal yang aktif pada individu dalam menahan pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai/norma yang berlaku dengan tujuan kebaikan (El Hafiz dkk, 2015). Sabar merupakan salah satu nilai yang dapat dilihat dan dipahami dengan melihat tingkah laku, pikiran, perasaan dan perkataan yang ada pada setiap kepribadian seorang individu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan sabar pada individu tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 212 subjek, yang terdiri dari 59 (27.8 %) responden laki-laki dan 153 (72.2 %) responden perempuan. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu: EPI (Eysenck’s Personality Inventory) From-A dan Pengukuran Kompetensi Sabar (El Hafiz, 2015). Teknik analisa data pada penelitian ini adalah

Independent-Sample T-Test. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sabar yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Maka, dapat disimpulkan bahwa nilai sabar dimiliki oleh dua tipe kepribadian tersebut.

(7)

Kata Pengantar

Assalamua’laikum. Wr. Wb.

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah wa Syukurillah Penulis haturkan

kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan Iman dan Islam, kesehatan

dan ilmu yang bermanfaat serta keberkahan dan kemudahan yang diberikan dalam

proses pengerjaan skripsi ini dari awal hingga akhir. Sholawat serta salam kepada

Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari zaman

jahilia ke zaman yang terang benderang. Terwujudnya skripsi penulis yang berjudul

Perbedaan Sabar pada Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ini tidak lepas

dari bantuan berbagai pihak yang telah ikut mendoakan, mendukung, mendorong,

dan membimbing penulis, baik support, tenaga, ide-ide, dan juga pikiran. Untuk itu

dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Yulmaida Amir, MA., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi,

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

2. Ibu Anisia Kumala, Lc., M.Psi., Psikolog selaku Wakil Dekan Fakultas

Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

3. Bapak Subhan El Hafiz, S.Psi., M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas

Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

4. Bapak Fahrul Rozi, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

(8)

penyusunan skripsi ini. Terimakasih Pak, semoga Allah SWT membalas

dengan keberkahan semua kebaikan Bapak.

5. Ibunda Dra. Aisyah Ramadhani, M.Psi selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang selama ini telah meluangkan waktu, memberikan ilmunya,

dan membimbing saya selama perkuliahan dari semester awal hingga saat

ini. Terimakasih Bu, semoga Allah SWT membalas dengan keberkahan

semua kebaikan Ibu.

6. Ibu Yulistin Tresnawaty, S.Psi., M.Si., Ibu Dewi Trihandayani, M.Psi.,

Psikolog., Ibu Puti Archianti, M.Psi., Psikolog., dan Ibu Dra. Lila Pratiwi,

M.Si. yang telah memberikan berbagai ilmu dan pengetahuan selama

perkuliahan dari semester awal hingga semester akhir. Terimakasih Bu,

semoga Allah SWT membalas dengan keberkahan semua kebaikan Bapak

dan Ibu.

7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof.

Dr. HAMKA yang telah memberikan hal-hal terbaik kepada mahasiswa/i

angkatan 2013 selama proses perkuliahan hingga akhir.

8. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, mendidik, mendoakan,

memberikan perhatian dan kasih sayang serta membantu secara moril dan

materil.

9. Bagus Arya Novendri yang telah mendampingi dengan memberikan banyak

support dan bantuan dalam melewati proses perkuliahan dari awal semester

(9)

10. Syobrina Chusnul Hafifah dan Taufiq Aji Suryowibowo yang telah banyak

membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

11.Elis Sumiyati, Maudy Audina, Arlin Ismarlianti, Lutfiyah Hani, Mutiara

Farida, dan Sri Silowati yang telah menjadi teman-teman terbaik dari

semester awal hingga saat ini.

12.Seluruh teman kelas C yang memberi tawa dan canda dalam melewati

hari-hari perkuliahan dari semester awal hingga saat ini.

13.Ernawati yang telah menjadi teman baik dari masa SMA hingga saat ini.

14.Teman-teman seperjuangan, seluruh mahasiswa/i angkatan 2013.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun

(10)

Daftar Isi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kepribadian ... 9

2.1.1 Definisi Kepribadian ... 9

2.1.2 Faktor-Faktor Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 10

2.1.3 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 13

2.1.4 Karakteristik Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 13

2.2 Sabar ... 14

2.2.1 Definisi Sabar ... 14

2.2.2 Komponen Utama Sabar ... 15

2.2.3 Komponen Pendukung Sabar ... 16

2.3 Hubungan Antar Variabel ... 17

(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Variabel Penelitian ... 22

3.3 Definisi Operasional... 23

3.3.1 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 23

3.3.2 Sabar ... 23

3.4 Subjek Penelitian ... 23

3.5 Metode Pengambilan Sampel ... 23

3.6 Instrumen Penelitian... 24

3.6.1 Instrumen Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 24

3.6.2 Instrumen Sabar ... 25

3.7 Metode Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 28

4.1 Orientasi Kancah ... 28

4.2 Waktu Penelitian dan Gambaran Umum Responden ... 28

4.3 Reliabilitas dan Validitas Penelitian ... 30

4.3.1 Reliabilitas dan Validitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 30

4.3.2 Reliabilitas dan Validitas Sabar ... 32

4.4 Hasil Analisa Data Penelitian... 34

4.5 Uji T-Test ... 34

4.6 Analisa T-Test Tambahan ... 37

4.6.1 Uji T-Test Sabar Perdimensi ... 37

4.6.2 Uji T-Test Sabar pada Laki-Laki dan Perempuan ... 39

(12)

Daftar Pustaka ... 46

(13)

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 25

Tabel 3.2 Blue Print Skala Sabar ... 26

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 29

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian ... 30

Tabel 4.4 Reliabilitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 30

Tabel 4.5 Validitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 31

Tabel 4.6 Dimensi Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert... 32

Tabel 4.7 Reliabilitas Sabar ... 32

Tabel 4.8 Validitas Sabar ... 33

Tabel 4.9 Dimensi Sabar ... 33

Tabel 4.10 Group Statistics ... 34

Tabel 4.11 Independent Samples Test ... 35

Tabel 4.12 Group Statistics dan Independent Samples Test (Perdimensi)... 37

Tabel 4.13 Group Statistics (Laki-Laki dan Perempuan) ... 39

(14)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masa dewasa muda merupakan saat untuk mencapai kemandirian pribadi

dan ekonomi bagi seorang individu (Santrock, 2012). Periode perkembangan masa

dewasa muda, terjadi pada rentang usia 20 hingga 40 tahun (Papalia dkk, 2009).

Masa dewasa ini, ditandai oleh adanya stabilitas dan perubahan dalam hal perangai

dan kelekatan yang berlangsung dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Pernyataan

tersebut didukung oleh para peneliti pada masanya, yang menemukan keterkaitan

antara tempramen yang ditunjukan pada masa kanak-kanak dengan kepribadian

yang terbentuk dimasa dewasa (Santrock, 2012).

Sifat dan gaya kepribadian seorang individu pada masa dewasa muda

menjadi relatif stabil (Papalia dkk, 2009). Pernyataan tersebut didukung oleh hasil

penelitian Caspi, dkk yang menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat stabilitas

yang relatif tinggi pada pengukuran trait kepribadian sepanjang masa dewasa, hasil

penelitian ini diperoleh dari pengukuran trait kepribadian yang sama pada periode

waktu yang berbeda dengan hasil yang tetap signifikan (Corvone & Pervin, 2012).

Kepribadian merupakan karakteristik seorang individu yang menyebabkan

munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku ketika berhadapan

dengan peristiwa atau kejadian yang hampir sama (Pervin dkk, 2010). Menurut

(15)

sehingga dapat dikatakan bahwa karakter dan kepribadian adalah satu dan sama

(Fudyartanta, 2012).

Terdapat salah satu pendeketan trait terhadap kepribadian yaitu, dimensi

extroversion yang ada dalam Faktor Trait Lima Besar (Big Five). Individu yang

tinggi dalam dimensi ini dikatagorikan sebagai individu yang cenderung miliki tipe

kepribadian ekstrovert, sedangkan individu yang rendah dalam dimensi ini

dikatagorikan sebagai individu yang cenderung memiliki tipe kepribadian introvert

(Friedman & Schustack, 2011).

Menurut Eysenk, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert secara umum

memiliki karakteristik utama, yaitu kemampuan bersosialisasi yang baik, bersifat

impulsif, senang bercanda, penuh gairah, cepat dalam berpikir, optimis, serta

sifat-sifat yang mengindikasi pada hubungan baik dengan orang lain. Sedangkan,

individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki karakteristik utama yang

pendiam, pasif, tidak terlalu bersosialisasi, berhati-hati, tertutup, penuh perhatian,

pesismis, damai, tenang, dan terkontrol (J. Feist & G.Feist, 2011).

Perbedaan karakteristik yang saling bertolak belakang membuat individu

dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memanifestasikan peristiwa atau

kejadian yang mereka hadapi dengan respon yang berbeda. Hasil penelitian yang

dilakukan Russel Geen, menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian

ekstrovert memiliki performa yang baik ketika belajar pada tingkat kebisingan yang

(16)

merasa sangat kesulitan dalam belajar bila berada pada lingkungan yang bising (J.

Feist & G. Feist, 2011).

Hal yang dianggap sebuah kesulitan akan berbeda pada individu yang

memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, meski dengan kondisi, peristiwa

atau kejadian yang mereka hadapi adalah sama. Sabar yang dimiliki oleh setiap

individu memberikan energi untuk memikul berbagai kesulitan yang timbul karena

rintangan-rintangan yang muncul, seperti penderitaan dan cobaan serta perjuangan

dalam menghadapi hal-hal negatif yang berasal dari dalam diri individu yang

memiliki tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert (Malahayati, 2002).

Sabar dikatakan sebagai usaha awal seorang individu dalam menahan

emosi, pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang

berlaku dengan maksud tujuan yang baik. Hal tersebut disertai dengan munculnya

sifat optimis, pantang menyerah, semangat mencari ilmu atau informasi untuk

mendapatkan alternatif solusi, konsisten dalam setiap usahanya, dan tidak mudah

mengeluh atas setiap proses yang ada, serta mampu memaafkan segala sesuatu yang

membuat usahanya semakin sulit (El Hafiz dkk, 2015).

Sabar memiliki unsur-unsur yang dikatagorikan pada dua komponen, yaitu

komponen utama dan komponen pendukung. Komponen utama dalam konsep sabar

berfungsi untuk menentukan apakah seorang individu memiliki kesabaran atau

tidak. Sedangkan, komponen pendukung dalam konsep sabar berfungsi dalam

(17)

Sifat-sifat yang menjadi komponen utama dan komponen pendukung dalam

konsep sabar, ditemukan pada sifat-sifat yang juga dikatakan sebagai karakteristik

pada tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert. Beberapa sifat yang menjadi

komponen utama atau komponen pendukung dalam konsep sabar ditemukan pada

karakteristik tipe kepribadian ekstrovet dan sebagian lainnya juga ditemukan pada

karakteristik tipe kepribadian introvert.

Salah satu komponen utama dalam konsep sabar adalah kemampuan dalam

menahan emosi. Individu dengan tipe kepribadian introvert lebih mampu menahan

emosi positif maupun negatifnya sehingga dapat mengontrol diri dalam bertindak

dan berkata untuk berpendapat dan menyatakan perasaannya. Hal ini menunjukkan

bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert lebih memiliki kemampuan

dalam menahan emosi daripada individu dengan tipe kepribadian ekstrovert

(Eysenck & Wilson, 1980).

Selanjutnya adalah sifat konsisten, yang menjadi salah satu komponen

pendukung dalam kompetensi sabar. Menurut Eysenck, individu dengan tipe

kepribadian introvert memiliki sifat yang tidak mudah berubah-ubah (Cervone &

Pervin, 2011). Individu sebaliknya adalah individu dengan tipe kepribadian

ekstrovert yang memiliki sifat mudah berubah-ubah pikirannya (Eysenck &

Wilson, 1980). Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian

introvert konsisten dalam berperilaku atau dalam usaha untuk mencapai tujuan.

Karakteristik tipe kepribadian ekstrovert salah satunya adalah optimis, yang

(18)

kepribadian ekstrovert memiliki sifat optimis, sedangkan individu dengan tipe

kepribadian introvert memiliki sifat pesimis (Eysenck & Wilson, 1980). Hal ini

menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert akan optimis

dalam menjalankan setiap usahanya hingga individu tersebut dapat mencapai tujuan

yang diinginkan.

Selain optimis, semangat mencari ilmu atau informasi termasuk sebagai

komponen pendukung dalam kompetensi sabar, yang juga ditemukan dalam

karakteristik tipe kepribadian ekstrovert. Individu dengan tipe kepribadian tersebut

memiliki sifat semangat, khususnya semangat dalam menjalankan aktivitas dan

setiap usahanya untuk mecapai tujuan yang diinginkan (Eysenck & Wilson, 1980).

Hal ini didukung oleh Jung yang menjelaskan dalam tipe ekstrovert-perasaan,

bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki sifat semangat

(Semiun, 2017)

Bila dilihat berdasarkan komponen pendukung yang berfungsi untuk

melihat tingkat perbedaan nilai sabar pada seorang individu. Tipe kepribadian

ekstrovert memiliki nilai sabar yang lebih tinggi dibandingkan individu dengan tipe

kepribadian introvert. Namun, bila dilihat berdasarkan kedua unsur dalam konsep

sabar, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memiliki

komponen utama atau kompenen pendukung secara seimbang. Hal ini,

menunjukkan bahwa nilai sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert

(19)

Sifat-sifat yang ada dalam komponen utama atau komponen pendukung

dalam konsep sabar, ditemukan juga pada karakteristik tipe kepribadian ekstrovert

maupun introvert. Namun, tidak secara menyeluruh sifat-sifat yang menjadi

unsur-unsur dalam konsep sabar dimiliki oleh salah satu tipe kepribadian tersebut. Hal ini,

menunjukkan bahwa nilai sabar dimiliki oleh kedua tipe kepribadian tersebut.

Berdasarkan hasil observasi, nilai sabar pada dasarnya ada pada setiap diri

individu dan nilai ini bisa digunakan oleh siapapun selagi individu tersebut

memiliki keinginan dan usaha untuk mengunakan nilai sabar ini sebagai respon

dalam menghadapi setiap kejadian atau peristiwa. Individu dengan kecenderungan

ekstrovert memiliki kesabaran dalam diri karena mereka cenderung memiliki

respon yang santai terhadap setiap kejadian atau peristiwa yang mereka hadapi,

lebih memilih untuk berpandangan bahwa hal tersebut tidak begitu berpengaruh

banyak untuk hidupnya meski kejadian tersebut tidak menyenangkan bagi mereka,

dan mereka memilih tetap menjalankan tanpa berpikir banyak dan tetap berusaha

untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

Namun, individu dengan kecenderungan introvert pun memiliki kesabaran

dalam diri karena mereka juga cenderung memiliki kemampuan untuk menahan

emosi, perkataan, dan perilaku negatifnya dalam menghadapi sebuah kejadian atau

peristiwa, tetapi terkadang emosi dalam dirinya disimpan sendiri dan lebih banyak

memilih diam serta berpikir yang pada akhirnya mengarahkan mereka untuk

intropeksi diri terhadap kejadian atau peristiwa yang tidak sesuai harapan tersebut,

lalu memaafkan orang lain yang memiliki andil dalam terjadinya kejadian atau

(20)

Peneliti merasa bahwa penelitian ini penting dilakukan untuk membuktikan

kebenaran bahwa nilai sabar ini dimiliki oleh salah satu dari kepribadian tersebut

atau dimiliki oleh keduanya. Selain itu, variabel sabar dengan tipe kepribadian ini

belum pernah diangkat atau digunakan untuk sebuah penelitian. Hal tersebut

membuat peneliti merasa tertarik untuk mendalami konsep sabar yang ada pada tipe

kepribadian ekstrovert maupun introvert, sehingga penelitian ini diharapkan

mampu berkontribusi dalam menambah pengetahuan mengenai konsep sabar yang

ada pada kedua tipe kepribadian tersebut

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

“Apakah ada perbedaan sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah:

“Melihat perbedaan sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert”

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada penjabaran diatas, maka manfaat penelitian ini terdiri dari

(21)

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah pengetahuhan

mengenai karakteristik yang ada pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

2. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah pengetahuan

mengenai konsep sabar yang ada pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan mampu membantu setiap individu dalam memahami

konsep sabar sebenarnya.

2. Penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan nilai sabar yang ada pada setiap

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian

2.1.1 Definisi Kepribadian

Istilah kepribadian adalah gambaran yang diperlihatkan seorang individu

dengan apa adanya ketika berperilaku, tanpa melihat dengan penilaian yang

memasukan unsur-unsur norma (Fudyartanta, 2012). Kepribadian merupakan

bagian dari jiwa yang dipahami secara utuh dan dilihat dari konteks tingkah laku,

pikiran, perasaan, serta kegiatan seorang individu (Alwisol, 2012).

Eysenk menjelaskan bahwa kepribadian tersusun atas perilaku-perilaku

yang muncul dan terorganisasi berdasarkan keumuman dan kepentingannya.

Pertama yaitu spesific response,spesific response adalah dimana seorang individu

bertindak dalam merespon suatu keadaan atau sebuah peristiwa. Kedua adalah

habitual, yaitu sebuah tindakan atau respon-respon yang dilakukan secara

berulang-ulang dalam menghadapi keadaan atau peristiwa yang hampir sama. Ketiga adalah

trait, trait merupakan habitual yang cenderung ada pada individu tertentu. Kelima

adalah type, yaitu organisasi yang ada pada individu secara umum (Suryabarata,

(23)

2.1.2 Faktor-Faktor Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Eysenck dan Wilson (1980) menjelaskan beberapa faktor yang akan

memperlihatkan perbedaan karakteristik individu dengan tipe kepribadian

ekstrovert dan introvert, yaitu:

1. Aktifitas

Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki tingkat aktivitas yang

tinggi dengan karateristik umum, seperti aktif dan berenergi. Hal ini disebabkan

karena mereka menyukai seluruh jenis aktivitas fisik, termasuk kerja keras dan

latihan. Mereka cenderung akan bangun pagi-pagi, bergerak dengan cepat dari satu

aktivitas kepada aktivitas lainnya, dan mengejar berbagai macam kepentingan dan

minat atau tujuan mereka. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert

memiliki tingkat aktivitas yang rendah karena mereka cenderung tidak aktif secara

fisik, lesu dan mudah letih. Mereka bergerak dengan langkah yang santai dan lebih

menyukai hari libur yang tenang dan penuh istirahat.

2. Kesukaan Bergaul

Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki tingkat kesukaan

bergaul yang tinggi. Mereka digambarkan cukup berterus terang kepada orang lain

atau terbuka, suka mencari teman, menyukai kegiatan-kegiatan sosial, pesta-pesta,

dan dansa-dansa. Selain itu, mereka juga mudah akrab dengan orang-orang baru

yang dijumpai atau dikenal dan pada umumnya cukup bergembira serta merasa

(24)

Sebaliknya individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat

kesukaan bergaul yang rendah karena mereka lebih suka memiliki beberapa teman

khusus yang sesuai dengan dirinya, menyenangi kegiatan-kegiatan menyendiri,

seperti membaca dan mereka merasa agak kesulitan untuk mencari topik yang akan

dibicarakan atau membuka suatu percakapan serta cenderung menarik diri dari

kontak-kontak sosial yang menekan atau tidak membuat nyaman bagi mereka.

3. Keberanian Mengambil Resiko

Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat keberanian

pengambilan resiko yang tinggi karena mereka senang hidup dalam bahaya, mereka

mencari pekerjaan yang memberikan imbalan yang baik dan hanya sedikit

memperdulikan atau memikirkan konsekwensi yang mungkin merugikan untuk

mereka. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat

keberanian pengambilan resiko yang lebih rendah karena lebih menyukai rutinitas

kebiasaan mereka, keamanan dan keselamatan untuk mereka meskipun

mengorbankan suatu hal yang dianggap kesenangan atau kegembiraan dalam hidup.

4. Penurutan Dorongan Hati

Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat penurutan

dorongan hati yang tinggi karena mereka cenderung bertindak secara mendadak

tanpa berpikir telebih dahulu, membuat keputusan secara terburu-buru, kadang

gegabah atau membahayakan, biasanya tidak berpikir apa-apa sama sekali dan tidak

berpendirian tetap atau tidak konsisten. Sebaliknya, individu dengan tipe

(25)

mereka lebih cenderung mempertimbangkan berbagai masalah dengan sangat

hati-hati sebelum membuat keputusan dan secara umum mereka memiliki sifat yang

sistematis, teratur, hati-hati, serta merencanakan kehidupan mereka terlebih dahulu.

Mereka akan berpikir dahulu sebelum berbicara, dan melihat sebelum melangkah.

5. Pernyataan Perasaan

Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat penyataan

perasaan lebih tinggi karena hal ini berhubungan dengan kecenderungan umum

individu untuk memperlihatkan emosinya ke arah luar dan secara terbuka seperti

duka cita, kemarahan, ketakutan, kecintaan, dan kebencian. Mereka cenderung

sentimental, simpatik, mudah merubah pendirian atau tidak konsisten dan

demonstratif. Sementara, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki

tingkat penyataan perasaan yang rendah karena mereka sangat pandai menguasai

diri, tenang, tidak memihak, dan pada umumnya dapat mengontrol diri pada saat

menyatakan pendapat dan perasaan.

6. Kedalaman Berpikir

Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki tingkat kedalaman

berpikir yang rendah karena mereka memiliki bakat untuk bekerja, lebih tertarik

untuk melakukan berbagai hal daripada memikirkan hal-hal tersebut. Sebaliknya,

individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat kedalam berpikir yang

tinggi karena mereka cenderung tertarik pada ide-ide, diskusi-diskusi, dan

(26)

7. Tanggung Jawab

Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat tanggung

jawab yang lebih rendah karena mereka cenderung tidak menyukai hal yang resmi,

terlambat dalam menepati janji-janji, berubah-ubah pendirian atau tidak konsisten,

dan memiliki kemungkinan untuk tidak bertanggung jawab secara sosial.

Sementara, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkatan

tanggung jawab yang lebih tinggi karena mereka cenderung berhati-hati, teliti,

dapat dipercaya, dapat dijadikan andalan, dan sungguh-sungguh.

2.1.3 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Individu yang tinggi dalam dimensi ekstroversion dikatakan sebagai

individu dengan tipe kerpibadian ekstrovert dan individu yang rendah pada dimensi

ekstraversion dikatakan sebagai individu dengan tipe kerpibadian introvert

(Friedman & Schustack, 2011).

2.1.4 Karakteristik Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Eysenck mendeskripsikan individu dengan tipe kepribadian ekstrovert

dengan beberapa karakteristik utama, yaitu kemampuan bersosialisasi, bersifat

impulsif, senang bercanda, penuh gairah, cepat dalam berpikir, optimis, serta

sifat-sifat lain yang mengindikasi pada hubungan baik dengan orang lain. Sebaliknya,

individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki karateristik utama, yaitu sifat

pendiam, pasif, tidak terlalu bersosialisasi, hati-hati, tertutup, penuh perhatian,

(27)

2.2 Sabar

2.2.1 Definisi Sabar

Sabar memiliki arti mencegah dan menghalangi, yang berati sabar adalah

menahan diri untuk tidak berkeluh kesah ketika mengahadapi kesulitan, rintangan,

dan berhadapan dengan hal-hal yang tidak disenangi oleh dalam diri, mencegah

lisan untuk mengeluh akan hal tersebut, dan menghalangi setiap anggota tubuh

untuk tidak merusak diri, barang ataupun menyakiti orang lain (Al-Jauziyah, 2006).

Sabar merupakan ungkapan dalam menyebut ketahanan dorongan agama

agarmampu menghadapi dorongan hawa nafsu. Ketahanan individu tersebut adalah

ketika individu menghadapi keinginan-keinginan dalam diri yang tidak sesuai

dengan peraturan yang ada dalam sebuah agama, yang biasa disebut dengan

larangan-larangan dalam koridor agama (Khalid, 2006).

Selain itu, kesabaran adalah sebuah kompetensi yang dimiliki individu

dalam memberikan energi untuk memikul berbagai kesulitan yang timbul karena

rintangan-rintangan yang muncul, penderitaan, cobaan, dan usaha dalam

menghadapi hal-hal negatif yang berasal dari luar diri maupun dalam diri, seperti

menghadapi hal-hal yang tidak disenangi oleh individu tersebut (Malahayati, 2002).

Hasil penelitian yang diambil dari berbagai perspektif agama, sabar

memiliki berbagai macam makna, yaitu pengendalian diri dalam konteks emosi dan

keinginan dalam diri, memiliki usaha untuk mengatasi masalah, bertahan dalam

(28)

berkeluh kesah, kegigihan dalam usaha penyelesaian masalah, bekerja keras, dan

ulet untuk mencapai suatu tujuan (Subandi, 2011).

Sabar sebagai usaha awal seorang individu dalam menahan emosi, pikiran,

perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku dengan

tujuan kebaikan yang disertai dengan munculnya sifat optimis, pantang menyerah,

semangat mencari ilmu atau informasi untuk mendapatkan alternatif solusi,

konsisten dalam setiap proses usahanya, dan tidak mudah mengeluh atas setiap

rintangan atau kesulitan yang dihadapi serta memaafkan akan segala sesuatu yang

membuat usahanya semakin sulit (El Hafiz dkk, 2015).

2.2.2 Komponen Utama Sabar

Komponen utama adalah konsep utama dalam nilai sabar, dimana seorang

individu mampu memiliki empat komponen utama sebagai berikut. Pertama adalah

menahan emosi, pikiran, perkataan dan perilaku sebagai respon awal individu

tersebut; Kedua adalah dimana individu memiliki keaktifan dalam mencari ilmu

atau solusi. Ketiga adalah setiap tindakan atau perilakunya didasarkan pada

ketaatan dan kepatuhan pada aturan; Keempat adalah setiap tindakan atau

perilakunya bertujuan kebaikan sehingga nilai sabar yang dimiliki individu dengan

tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert tersebut mampu memberikan

(29)

2.2.3 Komponen Pendukung Sabar

Berdasarkan konsep sabar yang disusun oleh El Hafiz dkk (2015) dijelaskan

bahwa sabar memiliki aspek-aspek yang menjadi komponen pendukung dalam

kompetensi sabar, yaitu:

1. Optimis

Optimis dalam kompetensi sabar disini adalah dimana seorang individu

memiliki pemikiran positif terhadap proses usaha dalam mencari jalan keluar untuk

setiap masalah, ataupun dalam proses usaha untuk mencapai setiap tujuan yang

diinginkan.

2. Pantang Menyerah

Pantang menyerah disini adalah dimana seorang individu mampu menjalani

atau melewati kesulitan dan rintangan untuk tetap mencoba mencari alternatif solusi

agar dapat menyelesaikan setiap permasalahan, maupun dalam menghadapi

kegagalan pada proses usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Semangat Mencari Ilmu atau Informasi

Semangat mencari ilmu atau informasi disini adalah dimana seorang

individu memiliki semangat yang tinggi dalam mencari ilmu untuk mencapai tujuan

yang diinginkannya ataupun mencari informasi untuk mendapatkan alternatif solusi

(30)

4. Konsisten

Konsisten dalam kompetensi sabar yang dimaksud adalah dimana individu

tidak mudah berubah-ubah pikiran ataupun perilakunya, meski terdapat berbagai

rintangan yang menyulitkan maupun godaan yang menyenangkan, dan individu

tersebut mampu tetap fokus ketika menjalankan proses usaha untuk mencapai

tujuan yang diinginkan.

5. Tidak Mudah Mengeluh

Tidak mudah mengeluh disini adalah dimana seorang individu tidak mudah

mengeluh atas setiap kesulitan atau rintangan, bahkan kegagalan ketika dalam

menjalani proses usaha untuk menyelesaikan setiap permasalah ataupun proses

usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

6. Memaafkan

Memaafkan disini yaitu ketika seorang individu mampu memaafkan segala

kesalahan yang dilakukannya dalam proses usaha sebelumnya dan memaafkan

kesalahan orang lain yang menjadikan usaha yang dilakukan mendapati kesulitan

atau bahkan kegagalan.

2.3 Hubungan Antar Variabel

Jung mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk bereaksi yang

mengarahkan individu kesebuah karakter, ia menyatakan bahwa setiap individu

memiliki sikap ekstrovert dan introvert meskipun hanya satu yang dapat aktif pada

(31)

karakteristik dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, diketahui bahwa banyak

perbedaan karakteristik yang saling bertolak belakang. Beberapa sifat-sifat yang

ditemukan dari karatakteristik dua tipe kepribadian tersebut, juga ditemukan

sebagai sifat-sifat yang ada pada komponen utama atau komponen pendukung

dalam konsep sabar.

Salah satu komponen utama dalam konsep sabar adalah kemampuan dalam

menahan emosi. Eysenck & Wilson (1980) menjelaskan dalam faktor penyataan

perasaan, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert cenderung sentimental

dengan memperlihatkan emosinya, emosi positif ataupun emosi negatif.

Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert sangat pandai menguasai

diri khususnya dalam mengelola emosinya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert

lebih mampu dalam mengelola emosi ketika berhadapan dengan situasi yang tidak

sesuai harapan atau bahkan sebuah permasalah. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian Ratnaningsing (2015) yang menghasilkan kesimpulan bahwa individu

dengan tipe kepribadian introvert lebih mampu mengelola emosinya dibandingkan

individu dengan tipe kepribadian ekstrovert.

Selain itu, ditemukan hasil penelitian Usman (2016) yang menghasilkan

bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sabar dengan kontrol diri.

Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki kompetensi sabar yang baik

juga memiliki kontrol diri yang baik. Eysenck & Wilson (1980) menjelaskan dalam

(32)

memiliki kontrol diri yang baik, khususnya dalam menyatakan pendapat atau

perasaan karena individu dengan tipe kepribadian tersebut sangat pandai menguasai

diri.

Ditemukan juga hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan negatif signifikan antara kontrol diri dengan perilaku agresi, yang berarti

semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki oleh seorang individu maka semakin

rendah perilaku agresi individu tersebut (Auliya & Nurwidawati, 2014).

Sedangkan, Penelitian yang dilakukan Sinuraya (2009) menghasilkan kesimpulan

bahwa semakin tinggi kecenderungan ekstrovert pada seorang individu akan

semakin tinggi perilaku agresinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu

dengan tipe kepribadian introvert memiliki kompetensi sabar yang baik karena

memiliki kontrol diri yang juga baik dibandingkan individu dengan tipe kepribadian

ekstrovert.

Menurut Burger (2011) individu dengan tipe kepribadian ekstrovert

seringkali bertindak tanpa berpikir, sehingga sering kali masuk dalam sebuah

permasalahan atau konflik. Berdasarkan hasil penelitian Subandi (2011), salah satu

makna dari sabar adalah ketika seorang individu memiliki usaha untuk mengatasi

masalah atau konflik dan memiliki kegigihan dalam usaha penyelesaian masalah

atau konflik tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyatno &

Wahyuningsih (2005) menunjukkan bahwa kemampuan mengelola konflik ini

cenderung dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian introvert dibandingkan

(33)

Selanjutnya adalah sifat konsisten, sifat ini merupakan salah satu sifat yang

ada pada komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Menurut Eysenck,

individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki sifat yang konsisten karena

tidak mudah berubah-ubah (Cervone & Pervine, 2011). Individu sebaliknya adalah

individu dengan tipe kepribadian ekstrovert yang memiliki sifat mudah

berubah-ubah pikirannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tipe

kepribadian introvert konsisten dalam berperilaku juga dalam usaha untuk

mencapai tujuan yang diinginkan (Eysenck & Wilson, 1980).

Salah satu karakteristik dari tipe kepribadian ekstrovert adalah optimis,

yang juga menjadi komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Individu dengan

tipe kepribadian ekstrovert memiliki sifat optimis, sedangkan individu dengan tipe

kepribadian introvert memiliki sifat pesimis (Eysenck & Wilson, 1980). Hal

tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert akan

optimis dalam menjalankan setiap usahanya hingga individu tersebut dapat

mencapai tujuan yang diinginkan.

Selain optimis, semangat mencari ilmu atau informasi termasuk sebagai

komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Sifat tersebut juga ditemukan

dalam karakteristik tipe kepribadian ekstrovert. Individu dengan tipe kepribadian

tersebut memiliki sifat semangat, khususnya semangat dalam menjalankan aktivitas

dan setiap usahanya untuk mecapai tujuan yang diinginkan (Eysenck & Wilson,

1980). Hal ini didukung oleh Jung yang menjelaskan dalam tipe ekstrovert-perasaan

bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki sifat semangat

(34)

Dipahami berdasarkan komponen pendukung dalam kompetensi sabar yang

berfungsi untuk melihat tingkat kesabaran seorang individu, menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan nilai sabar pada kedua tipe kepribadian tersebut. Aspek-aspek

yang dimiliki oleh tipe kepribadian ekstrovert lebih banyak dibandingkan tipe

kepribadian introvert. Maka, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert

kemungkinan memiliki nilai sabar yang lebih tinggi dibandingkan individu dengan

tipe kepribadian introvert.

Namun, bila dipahami dari komponen utama atau komponen pendukung

dalam konsep sabar, nilai sabar yang dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian

ekstrovert maupun introvert tidak ditemukan perbedaan. Hal ini disebabkan oleh

unsur-unsur yang ada dalam konsep sabar, dimiliki oleh kedua tipe kepribadian

tersebut secara seimbang.

2.4 Hipotesa

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan sementara yang

harus diuji lagi kebenarannya, yaitu:

HA: Adanya perbedaan yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan

introvert

HO: Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang merupakan

metode untuk menguji teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel.

Hal ini biasanya diukur dengan instrumen-instrumen penelitian sehingga data-data

yang diperoleh berupa angka-angka agar dapat dianalisis berdasarkan prosedur

statistik (Creswell, 2013).

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat atau nilai dari orang dan

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Penelitian

ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel sabar sebagai independent variable

dan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert sebagai dependent variabel. Menurut

Sarwono (2006) independent variable merupakan variabel bebas yang memberikan

stimulus dan dapat diukur, sehingga dipilih untuk menentukan hubungan dengan

suatu gejala yang diobservasi. Sedangkan, dependent variable adalah variabel

terikat yang menjadi reaksi atau respon sehingga dapat diamati dan diukur untuk

(36)

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Tipe kepribadian ekstrovert memiliki karakteristik sifat yang mengarahkan

pada hubungan baik dengan orang lain, sedangkan tipe kepribadian introvert

memiliki karakteristik sifat yang berfokus pada diri sendiri sehingga kurang baik

ketika berhadapan dengan hubungan sosial.

3.3.2 Sabar

Sabar merupakan respon awal yang aktif dalam menahan emosi, pikiran,

perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku dalam

berbagai situasi untuk tujuan kebaikan. Hal tersebut disertai dengan munculnya

nilai optimis, pantang menyerah, semangat mencari ilmu atau informasi untuk

mendapatkan alternatif solusi, konsisten dan tidak mudah mengeluh serta

memaafkan.

3.4 Subjek Penelitian

Karakteristik subjek pada penelitian ini adalah subjek yang berada pada

masa dewasa muda dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun, baik laki-laki maupun

perempuan yang akan dikatagorikan dalam dua tipe kepribadian, yaitu individu

dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

3.5 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

nonprobability sampling atau yang biasa disebut dengan sampel tidak acak, yang

berarti tidak semua elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa

(37)

penelitian ini adalah accidentalsampling yang merupakan teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti yang dipandang cocok sebagai

sumber data (Sugiyono, 2007).

3.6 Instrumen Penelitian

3.6.1 Instrumen Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Instrumen tes kepribadian pada penelitian ini menggunakan EPI (Eysenck’s

Personality Inventory) From-A. Instrumen pengukuran tersebut merupakan

adaptasi dari alat tes EPI (Eysenck’s Persoality Inventory) From-A dari Eysenck &

Eysenck, yang telah diadaptasi dan dibakukan oleh Lembaga Pengembangan

Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. EPI From-A digunakan untuk

menggolongkan seorang individu ke dalam dua tipe kepribadian ekstrovert dan

introvert dengan pilihan jawaban dikotomi “YA” dan “TIDAK”. Alat ukur ini

memiliki 56 aitem yang terdiri dari aitem ekstroversion sebanyak 23 aitem, aitem

lie sebanyak 9 aitem, dan aitem neuroticism sebanyak 24 aitem.

Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dimens ekstroversion yang

menggolongkan seorang individu pada penilaian ekstrovert dan introvert, hal ini

disesuaikan dengan tujuan penelitian. Peneliti mengambil 23 aitem pertanyaan

mengenai tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, jawaban responden disesuai

dengan kunci jawaban dari tes kepribadian tersebut. Pada jenis pertanyaan

affirmative ekstroversion, responden yang memilih jawaban “YA” diberi nilai “1”

(38)

ekstroversion, responden yang memilih jawaban “YA” diberi nilai “0” dan jawaban

“TIDAK” diberi nilai “1”.

Skoring pada tes ini dilakukan apabila jawaban pada aitem Lie tidak lebih

dari 5 (skor ≤ 5), aitem ini merupakan skala yang dibuat untuk melihat apakah

seseorang menjawab dengan jujur dan menghindari seseorang pura-pura baik

(faking good) terhadap jawabannya. Selain itu, apabila skor akhir responden pada

skala ekstroversion ≥ 12, subjek tersebut dikatagorikan sebagai individu yang

memiliki tipe kepribadian ekstrovert. Sebaliknya, apabila skor akhir responden

pada aitem ekstroversion≤ 11, subjek tersebut dikatagorikan sebagai individu yang

memiliki tipe kepribadian introvert.

Tabel 3.1

Blue Print Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Dimensi Item No. Item Jumlah

Penelitian ini menggunakan instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar yang

disusun oleh El Hafiz, dkk pada tahun 2015. Skala tersebut disusun berdasarkan

definisi psikologi kesabaran, yaitu usaha awal yang aktif dalam menahan emosi,

pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku

(39)

dengan munculnya nilai optimis, pantang menyerah, semangat mencari ilmu atau

informasi untuk mendapatkan alternatif solusi, konsisten dan tidak mudah

mengeluh serta memaafkan.

Instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar dalam penelitian ini terdiri dari

16 item dengan jenis skala likert yang terdiri dari empat respon jawaban, yaitu SS

(Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

Reliabilitas instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar ini memiliki Cronbach’s

Alpha sebesar 0,830. Berdasarkan hal tersebut, instrumen Pengukuran Kompetensi

Sabar ini dapat digunakan dalam penelitian dan data yang diperoleh dapat

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah Independent Sample T-Test

(40)

untuk membanding dua kelompok, dimana peneliti menggunakan mean kelompok

sebagai dasar perbandingan dan t-test akan mengarahkan peneliti dalam melihat

perbedaan tersebut signifikan atau tidaknya secara statistika (Sarwono, 2006). Oleh

karena itu, penelitian ini akan memperlihatkan perbandingan nilai sabar pada

sampel yang dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan

introvert. Selanjutnya, analisa data penelitian ini dibantu dengan program Statistical

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Orientasi Kancah

Dalam penelitian ini, subjek yang dijadikan responden memiliki

karakteristik sebagai berikut: subjek berada pada masa dewasa muda dengan

rentang usia 20 hingga 40 tahun, yang akan dikatagorikan ke dalam dua katagori

tipe kepribadian, yaitu individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan individu

dengan tipe kepribadian introvert. Responden yang mendapatkan skor akhir ≤ 12

pada aitem ekstroversion dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian

ekstrovert, sedangkan responden yang mendapatkan skor akhir ≥ 11 pada aitem

tersebut dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian introvert.

4.2 Waktu Penelitian dan Gambaran Umum Responden

Pengambilan responden pada penelitian ini mulai dilakukan pada bulan

Maret 2017 hingga Juli 2017, dengan menggunakan sistem online dan penyebaran

kuesioner secara manual. Responden yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak

212 subjek, yang terdiri dari 154 subjek laki-laki dan 59 subjek perempuan.

Gambaran umum mengenai responden penelitian ini akan dijelaskan melalui tabel

berdasarkan usia dan jenis kelamin. Selain itu, akan dijelaskan mengenai subjek

(42)

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Presentase

20 - 24 Tahun 184 86.8 %

25 - 29 Tahun 21 9.9 %

30 - 34 Tahun 3 1.4 %

35 - 40 Tahun 4 1.9 %

Total 212 100 %

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa usia responden terbanyak

pada penelitian ini berada pada rentang usia 20 - 24 tahun, dengan jumlah subjek

sebanyak 184 (86.8 %) orang. Urutan keduanya berada pada rentang usia 25 - 29

tahun, dengan jumlah subjek sebanyak 21 (9.9 %) orang. Ketiga berada pada

rentang usia 35 - 40 tahun, dengan jumlah subjek sebanyak 4 (1.9 %) orang.

Keempat berada pada rentang usia 30 - 34 tahun, dengan jumlah subjek sebanyak 3

(1.4 %) orang.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 59 27.8 %

Perempuan 153 72.2 %

Total 212 100 %

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa responden jenis kelamin

(43)

jumlah subjek sebanyak 59 (27.8 %) orang responden laki-laki dan sebanyak 153

(72.2 %) orang responden perempuan.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian

Tipe Kepribadian Frekuensi Persentase

Kepribadian Ekstrovert 110 51.9 %

Kepribadian Introvert 102 48.1 %

Total 212 100

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa responden yang dikatagorikan

sebagai individu dengan tipe kepribadian ekstrovert lebih banyak dibandingkan

responden yang dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian introvert,

dengan jumlah subjek sebanyak 110 (51.9 %) orang pada responden yang

dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan subjek

sebanyak 102 (48.1 %) orang pada responden yang dikatagorikan sebagai individu

dengan tipe kepribadian introvert.

4.3 Reliabilitas dan Validitas Penelitian

4.3.1 Reliabilitas dan Validitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Tabel 4.4

Reliabilitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Alpha Jumlah Item

(44)

Tabel 4.5

Validitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Scale-Item Point Biser.

(45)

Tabel 4.6

Dimensi Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Dimensi Item Jumlah

Valid Tidak Valid

Ekstroversion 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13,

15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23

2, 9, 14

23

Total 20 3 23

Berdasarkan tabel 4.4, skala tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada

penelitian ini memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.600. Koefisien

reliabilitas sebesar 0.6-0.7 dapat diterima (Cruz-Cunha dkk, 2014; Yajun, L &

Zhizheng, Z., 2017), sehingga alat ukur inventrori kepribadian pada penelitian ini

dapat digunakan. Sedangkan hasil validitas pada tabel 4.6 menunjukkan terdapat 20

item yang valid, yaitu 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

22, 23 dan 3 item yang tidak valid, yaitu 2, 9, 14. Supratiknya (2016) menjelaskan

dalam skala inventori kepribadian, semua item yang berkorelasi ≥ 0.20 dengan skor

total adalah item yang layak dipertahankan atau dinyatakan valid.

4.3.2 Reliabilitas dan Validitas Sabar

Tabel 4.7 Reliabilitas Sabar

Cronbach’s Alpha N of Items

(46)

Tabel 4.8 Validitas Sabar

No. Item Corrected Item-Total Correlation

(47)

Berdasarkan tabel 4.7, skala sabar pada penelitian ini memiliki koefisien

reliabilitas cronbach’s alpha sebesar 0.744. Sedangkan hasil validitas pada tabel

4.9 menunjukkan terdapat 12 item yang valid, yaitu: 1, 2, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13,

14, dan 15 dan 4 item yang tidak valid, yaitu: 3, 6, 8, dan 16 karena item yang

dikatakan valid pada skala ini adalah item yang memiliki nilai koefisien korelasi

sama dengan 0,3 atau lebih (Sugiyono, 2010).

4.4 Hasil Analisa Data Penelitian

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan

sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Dalam bagian ini akan

dijelaskan, bahwa setelah instrumen di distribusikan kepada responden, hasil

masing-masing instrumen diolah dengan cara-cara tertentu. Setelah itu, hasil yang

diperoleh dari alat tes EPI (Eysenck’s Persoality Inventory) From-A dan

Pengukuran Kompetensi Sabar diolah melalui program Statistical Packages for

Social Science (SPSS) Versi 22 forWindows.

4.5 Uji T-Test

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS, diperoleh hasil mean

sebagai berikut:

Tabel 4.10 Group Statistics

Kepribadian N Mean

Sabar Ekstrovert 110 51.22

(48)

Tabel 4.11

ekstrovert lebih besar dibandingkan nilai mean sabar pada tipe kepribadian

introvert, dengan nilai mean sabar sebesar 51.22 pada tipe kepribadian ekstrovert

dan nilai mean sabar sebesar 48.68 pada tipe kepribadian introvert. Selanjutnya,

untuk melihat apakah terdapat perbedaan independent variable yang signifikan atau

tidak pada dependent variable dapat dilihat dari langkah-langkah berikut (Seniati

dkk, 2015):

1. Melihat nilai Sig. pada tabel Levene’s Test for Equality of Variances, bila nilai

P<0.05 dapat disimpulkan bahwa nilai Sig. pada tabel tersebut adalah signifikan.

Sedangkan, bila nilai P>0.05 dapat disimpulkan bahwa nilai Sig. pada tabel

Leveven’s Test for Equality of Variances adalah tidak signifikan.

2. Bila nilai Sig. pada tabel Levene’s Test for Equality of Variances siginifikan,

(49)

bila nilai Sig. pada tabel Levene’s Test for Equality of Variances tidak signifikan,

dapat melihat nilai t pada baris kolom Equal variances assumed.

3. Melihat Sig. (2-tailed) berdasar kolom nilai t yang dilihat, bila nilai P<0.05 dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan independent variable yang signifikan pada

dependent variable. Sedangkan bila nilai P>0.05 dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan independent variable yang signifikan pada dependent variable.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat dari tabel 4.11 nilai Sig. pada

tabel Levene’s Test for Equality of Variances sebesar .137 yang berarti tidak

signifikan dan nilai t sebesar 1.860 dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar .064 yang

berarti tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai sabar pada tipe

(50)

4.6 Analisa T-Test Tambahan

4.6.1 Uji T-Test Sabar Perdimensi

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS, diperoleh hasil mean dan

nilai t sebagai berikut:

Tabel 4.12

Group Statistics dan Independent Samples T-Test (Perdimensi)

Dimensi Tipe

Kepribadian Mean

t-test for Equality of Means t Sig. (2-tailed)

Optimis Ekstrovert 51.22 1.866 .063

Introvert 48.67

Pantang Menyerah Ekstrovert 50.83 1.269 .206

Introvert 49.09

Konsisten Ekstrovert 50.81 1.237 .217

Introvert 49.12

Tidak Mengeluh Ekstrovert 50.76 1.155 .249

Introvert 49.17

Memaafkan Ekstrovert 3.10 .924 .356

Introvert 3.02

Mencari Ilmu/Informasi Ekstrovert 50.30 .465 .643 Introvert 49.66

Berdasarkan pada tabel 4.12, pertama adalah melihat nilai mean dimensi

optimis pada tipe kepribadian ekstrovert sebesar 51.22 dan pada tipe kepribadian

introvert sebesar 48.67 dengan nilai t sebesar 1.866 dan nilai Sig. 2-tailed sebesar

(51)

signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Kedua, nilai mean

dimensi pantang menyerah pada tipe kepribadian ekstrovert sebesar 50.83 dan pada

tipe kepribadian introvert sebesar 49.09 dengan nilai t sebesar 1.269 dan nilai Sig.

2-tailed sebesar .206. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

nilai pantang menyerah yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan

introvert.

Ketiga, nilai mean dimensi konsisten pada tipe kepribadian ekstrovert

sebesar 50.81 dan pada tipe kepribadian introvert sebesar 49.12 dengan nilai t

sebesar 1.237 dan nilai Sig. 2-tailed sebesar .217. Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan nilai konsisten yang signifikan pada tipe kepribadian

ekstrovert dan introvert. Keempat, nilai mean dimensi tidak mengeluh pada tipe

kepribadian ekstrovert sebesar 50.76 dan pada tipe kepribadian introvert sebesar

49.17 dengan nilai t sebesar 1.155 dan nilai Sig. 2-tailed sebesar .249. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai tidak mengeluh yang signifikan

pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

Kelima, nilai mean dimensi memaafkan pada tipe kepribadian ekstrovert

sebesar 3.10 dan pada tipe kepribadian introvert sebesar 3.02 dengan nilai t sebesar

.924 dan nilai Sig. 2-tailed sebesar .356. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan nilai memaafkan yang signifikan pada tipe kepribadian

ekstrovert dan introvert. Keenam, nilai mean dimensi mencari ilmu/informasi pada

tipe kepribadian ekstrovert sebesar 50.30 dan pada tipe kepribadian introvert

(52)

tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai mencari ilmu/informasi

yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

4.6.2 Uji T-Test Sabar pada Laki-Laki dan Perempuan

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS, diperoleh hasil mean

berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 4.13

Group Statistics (Laki-Laki dan Perempuan)

Jenis Kelamin N Mean

Sabar Laki-Laki 59 51.38

Perempuan 153 49.46

Tabel 4.14

Independent Samples Test (Laki-Laki dan Perempuan)

Levene’s Test for

Berdasarkan pada tabel 4.13, nilai mean sabar pada responden dengan jenis

(53)

jenis kelamin perempuan, dengan nilai mean sabar sebesar 51.38 pada responden

laki-laki dan nilai mean sabar sebesar 49.46 pada responden perempuan.

Selanjutnya, untuk melihat apakah terdapat perbedaan independent variable yang

signifikan atau tidak pada dependent variable dapat dilihat dari langkah-langkah

berikut (Seniati dkk, 2015):

Selain itu, dilihat dari tabel 4.14 nilai Sig. pada tabel Levene’s Test for

Equality of Variances sebesar .000 yang berarti signifikan dan nilai t sebesar 1.052

dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar .296 yang berarti tidak signifikan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa nilai sabar pada laki-laki dan perempuan tidak terdapat

(54)

BAB V

PENUTUP 5.1 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian, nilai mean sabar pada tipe kepribadian

ekstrovert memperoleh angka sebesar 51.22 dengan jumlah responden sebanyak

110 (51.9 %) orang dan nilai mean sabar pada tipe kepribadian introvert

memperoleh angka sebesar 48.68 dengan jumlah responden sebanyak 102 (48.1 %)

orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai mean sabar yang ada pada tipe

kepribadian ekstrovert dan introvert memiliki sedikit perbedaan.

Namun, uji hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah tidak ada

pebedaan sabar yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Hal

ini diketahui berdasarkan nilai t yang diperoleh, yaitu sebesar 1.860 dengan nilai

P>0.05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan nilai sabar pada tipe kepribdian

ekstrovert dan introvert tidak memiliki perbedaan secara signifikan.

Berdasarkan hasil analisa t-test perdimensi, yang menjadi komponen

pendukung dalam konsep sabar dan juga dikatakan sebagai aspek-aspek yang ada

dalam kesabaran menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada dimensi

optimis yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa nilai optimis dimiliki oleh kedua tipe kepribadian

tersebut. Selain itu, dimensi pantang menyerah menunjukkan bahwa tidak terdapat

(55)

dan introvert, yang berarti bahwa nilai pantang menyerah ini dimiliki oleh kedua

tipe kepribadian tersebut.

Dimensi konsisten juga menghasilkan hasil analisa yang sama, yaitu tidak

terdapat perbedaan nilai konsisten yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert

dan introvert. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai konsisten dimiliki oleh kedua

tipe kepribadian tersebut. Selain itu, pada dimensi tidak mengeluh menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan nilai tidak mngeluh yang signifikan pada tipe

kepribadian ekstrovert dan introvert, yang berarti bahwa nilai tidak mengeluh ini

dimiliki oleh kedua tipe kepribadian tersebut.

Selanjutnya, dimensi memaafkan menghasilkan hasil analisa yang sama,

yaitu tidak terdapat perbedaan nilai memaafkan yang signifikan pada tipe

kepribadian ekstrovert dan introvert. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai

memaafkan dimiliki oleh tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert. Terakhir

adalah dimensi mencari ilmu/informasi, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan nilai mencari ilmu/informasi yang signifikan pada tipe kepribadian

ekstrovert dan introvert.

Berdasarkan penjabaran tersebut, dimensi sabar yang juga menjadi

aspek-aspek dalam konsep sabar menghasilkan hasil analisa bahwa dimensi optimis,

pantang menyerah, konsisten, tidak mengeluh, memaafkan dan mencari

ilmu/informasi dimilki oleh tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Hal tersebut

menunjukkan bahwa setiap aspek dalam konsep sabar dimiliki oleh kedua tipe

(56)

dimiliki secara menyeluruh oleh tipe kepribadian ekstrovert maupun intovert

sehingga dapat dikatakan bahwa nilai sabar ini dimiliki oleh kedua tipe kepribadian

tersebut.

Selain itu, berdasarkan hasil analisa t-test tambahan mengenai sabar pada

laki-laki dan perempuan memperoleh nilai mean sebesar 51.38 pada laki-laki dan

49.46 pada perempuan dengan nilai t sebesar 1.052 dan nilai P>0.05. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sabar yang signifikan pada laki-laki

dan perempuan, hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang

menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu tidak terdapat perbedaan tingkat sabar

yang signifikan pada laki-laki dan perempuan (El Hafiz, dkk). Berdasarkan hal

tersebut, nilai sabar dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan dan dapat dimiliki

dalam semua tingkatan oleh keduanya.

5.2 Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran diatas, kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian

ini adalah tidak terdapat perbedaan sabar yang signifikan pada tipe kepribadian

ekstrovert dan introvert, yang berarti bahwa HO pada penelitian ini diterima.

5.3 Saran

Peneliti menyadari bahwa terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan

dalam penelitian ini, namun hal tersebut dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat

untuk di evaluasi agar lebih baik lagi bagi peneliti sendiri ataupun peneliti-peneliti

selanjutnya. Oleh karena itu peneliti akan memberikan beberapa saran yang

(57)

5.3.1 Saran Teoritis

1. Responden perempuan dalam penelitian ini lebih banyak dibandingkan reponden

laki-laki, yaitu terdapat 59 (27.8 %) responden laki-laki dan 153 (72.2 %) responden

perempuan. Oleh karena itu, saran untuk peneliti selanjutnya agar berusaha

memperoleh jumlah yang sama dari responden laki-laki maupun perempuan.

2. Metode pengambilan sampling pada penelitian ini adalah nonprobability

sampling dengan teknik accidentalsampling. Oleh karena itu, saran untuk peneliti

selanjutnya untuk menggunakan teknik sampling lain, seperti teknik systematic

sampling yang dilakukan pada sebuah perkumpulan, organisasi, atau lembaga.

3. Frekuensi responden berdasarkan usia pada penelitian ini di dominasi oleh subjek

yang ada pada rentang usia 20 hingga 24 tahun. Oleh karena itu, saran untuk peneliti

selanjutnya agar berusaha memperoleh jumlah frekuensi responden berdasarkan

usia secara seimbang.

4. Karakteristik responden pada penelitian ini adalah subjek yang hanya berada

pada masa dewasa muda, dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun. Oleh karena itu,

saran untuk peneliti selanjutnya adalah menjadikan subjek yang berada pada masa

dewasa yaitu dewasa muda, tengah dan akhir juga sebagai bagian dari karakteristik

responden penelitian.

5. Koefisien reliabilitas skala tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada

penelitian ini hanyalah sebesar 0.600. Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti

selanjutnya dapat mengkaji kembali mengenai koefisien reliabilitas skala tipe

(58)

6. Dependent variable dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian ekstrovert dan

introvert. Oleh karena itu, saran untuk peneliti selanjutnya agar mencoba

menganalisa denpendent variable yang didasarkan dari Faktor Trait Lima Besar

atau yang dikenal dengan nama Big Five sebagai salah satu pendekatan trait

kepribadian.

5.3.2 Saran Praktis

1. Nilai sabar pada setiap individu mengarahkan pada karakteristik yang positif,

dimana nilai sabar ini menjadikan individu memiliki karakater yang lebih baik.

Oleh karena itu, diharapkan setiap individu mampu menumbuhkan nilai sabar pada

diri.

2. Diketahui bahwa nilai sabar dimiliki oleh setiap tipe kepribadian, yang dimana

nilai sabar ini dapat ditingkatkan oleh setiap individu. Oleh karena itu, diharapkan

setiap individu mampu meningkatkan nilai sabar pada diri meski dengan tipe

(59)

Daftar Pustaka

Alwisol. (2012). Psikologi Kepribadian (ed. Revisi). Malang: UMM Press.

Auliya, M & Nurwidawati, D. (2014). Hubungan Kontrol Diri dengan Prilaku Agresi pada Siswa SMA Negeri 1 Padangan Bojonegoro. Character, 2 (3).

Burger, J. M. (2011). Introduction to Personality (8th ed.). Wadsworth: Cengage Learning.

Cervone, D & Pervin, L. A. (2011). Kepribadian : Teori dan Penelitian (edisi 10, buku 1). (A. Tusyani, dkk). Jakarta: Salemba Humanika.

Cervone, D & Pervin, L. A. (2012). Kepribadian: Teori dan Penelitian (edisi 10, buku 2). (A. Tusyani, dkk). Jakarta: Salemba Humanika.

Creswell, J. W. (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (3th ed.). (A. Fawaid). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Cruz-Cunha, M. M., Moreira, F., & Varajao, J. (2014). Handbook of Research on Enterprise 2.0: Technologicaland Organizational Dimentions). Hershey: IGI Global.

Darmawan, D. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

El Hafiz, S., Mundzir, I., Rozi, F., Pratiwi, L. (2015). Pergeseran Makna Sabar dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris, 1 (1), 33-38.

El Hafiz, S., Rozi, F., Mundzir, I., Pratiwi, L. (2012). Konstruk Psikologi Kesabaran dan Perannya dalam Kebahagiaan Seseorang.

Eysenck, H. J & Wilson, G. (1980). Mengenal Diri Pribadi. (D. H. Gulo). Jakarta: ANS Sungguh Bersaudara.

Feist, J & Feist, G. J. (2011). Teori Kepribadian: Theories of Personality (edisi 7, buku 2). (S. P. Sjahputri). Jakarta: Salemba Humanika.

Feist, J & Feist, G. J. (2014). Teori Kepribadian: Theories of Personality (edisi 7, buku 1). (Hardiatno). Jakarta: Salemba Humanika.

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.3
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saran dari penelitian ini adalah : (1) Perusahaan yaitu pihak KFC cabang Multimart Manado perlu terus meningkatkan manajemen atau tata kelola dari rantai pasokan perusahaan

Public relation adalah suatu kegiatan komunikasi penafsiran, serta komunikasi-komunikasi dari gagasan- gagasan dari suatu lembaga kepada publiknya dan

Dengan ringkas dan dengan kata lain, bahwa maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah: “Membangun, memelihara dan memegang teguh agama Islam dengan rasa ketaatan

Abdul Moeloek Bandar Lampung yang mengalami pre-eklampsia berat adalah lebih sedikit jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami pre-eklampsia berat

[r]

[r]

- Dokumen asli persyaratan kualifikasi atau salinan yang dilegalisasi oleh yang berwenang.. - Apabila tidak hadir secara pribadi harap membawa

Herry Prasetyo yang merupakan pemain Arema membantu penulis menyerahkan angket kepamain Arema lainnya dan memberikan informasi akan jadwal bertemu