PERBEDAAN SABAR PADA TIPE KEPRIBADIAN
EKSTROVERT DAN INTROVERT
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh: Rachma Fatmawati
1309015078
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
Perbedaan Sabar pada Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Rachma Fatmawati
rachmafatma01@gmail.com
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
Abstrak
Kepribadian merupakan bagian dari jiwa, yang dipahami secara utuh dan dilihat dari konteks tingkah laku, pikiran, perasaan serta kegiatan individu (Alwisol, 2012). Sabar merupakan respon awal yang aktif pada individu dalam menahan pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai/norma yang berlaku dengan tujuan kebaikan (El Hafiz dkk, 2015). Sabar merupakan salah satu nilai yang dapat dilihat dan dipahami dengan melihat tingkah laku, pikiran, perasaan dan perkataan yang ada pada setiap kepribadian seorang individu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan sabar pada individu tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 212 subjek, yang terdiri dari 59 (27.8 %) responden laki-laki dan 153 (72.2 %) responden perempuan. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu: EPI (Eysenck’s Personality Inventory) From-A dan Pengukuran Kompetensi Sabar (El Hafiz, 2015). Teknik analisa data pada penelitian ini adalah
Independent-Sample T-Test. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sabar yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Maka, dapat disimpulkan bahwa nilai sabar dimiliki oleh dua tipe kepribadian tersebut.
Kata Pengantar
Assalamua’laikum. Wr. Wb.
Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah wa Syukurillah Penulis haturkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan Iman dan Islam, kesehatan
dan ilmu yang bermanfaat serta keberkahan dan kemudahan yang diberikan dalam
proses pengerjaan skripsi ini dari awal hingga akhir. Sholawat serta salam kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari zaman
jahilia ke zaman yang terang benderang. Terwujudnya skripsi penulis yang berjudul
“Perbedaan Sabar pada Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert” ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak yang telah ikut mendoakan, mendukung, mendorong,
dan membimbing penulis, baik support, tenaga, ide-ide, dan juga pikiran. Untuk itu
dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Yulmaida Amir, MA., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi,
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.
2. Ibu Anisia Kumala, Lc., M.Psi., Psikolog selaku Wakil Dekan Fakultas
Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.
3. Bapak Subhan El Hafiz, S.Psi., M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas
Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.
4. Bapak Fahrul Rozi, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
penyusunan skripsi ini. Terimakasih Pak, semoga Allah SWT membalas
dengan keberkahan semua kebaikan Bapak.
5. Ibunda Dra. Aisyah Ramadhani, M.Psi selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selama ini telah meluangkan waktu, memberikan ilmunya,
dan membimbing saya selama perkuliahan dari semester awal hingga saat
ini. Terimakasih Bu, semoga Allah SWT membalas dengan keberkahan
semua kebaikan Ibu.
6. Ibu Yulistin Tresnawaty, S.Psi., M.Si., Ibu Dewi Trihandayani, M.Psi.,
Psikolog., Ibu Puti Archianti, M.Psi., Psikolog., dan Ibu Dra. Lila Pratiwi,
M.Si. yang telah memberikan berbagai ilmu dan pengetahuan selama
perkuliahan dari semester awal hingga semester akhir. Terimakasih Bu,
semoga Allah SWT membalas dengan keberkahan semua kebaikan Bapak
dan Ibu.
7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof.
Dr. HAMKA yang telah memberikan hal-hal terbaik kepada mahasiswa/i
angkatan 2013 selama proses perkuliahan hingga akhir.
8. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, mendidik, mendoakan,
memberikan perhatian dan kasih sayang serta membantu secara moril dan
materil.
9. Bagus Arya Novendri yang telah mendampingi dengan memberikan banyak
support dan bantuan dalam melewati proses perkuliahan dari awal semester
10. Syobrina Chusnul Hafifah dan Taufiq Aji Suryowibowo yang telah banyak
membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
11.Elis Sumiyati, Maudy Audina, Arlin Ismarlianti, Lutfiyah Hani, Mutiara
Farida, dan Sri Silowati yang telah menjadi teman-teman terbaik dari
semester awal hingga saat ini.
12.Seluruh teman kelas C yang memberi tawa dan canda dalam melewati
hari-hari perkuliahan dari semester awal hingga saat ini.
13.Ernawati yang telah menjadi teman baik dari masa SMA hingga saat ini.
14.Teman-teman seperjuangan, seluruh mahasiswa/i angkatan 2013.
15.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun
Daftar Isi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Kepribadian ... 9
2.1.1 Definisi Kepribadian ... 9
2.1.2 Faktor-Faktor Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 10
2.1.3 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 13
2.1.4 Karakteristik Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 13
2.2 Sabar ... 14
2.2.1 Definisi Sabar ... 14
2.2.2 Komponen Utama Sabar ... 15
2.2.3 Komponen Pendukung Sabar ... 16
2.3 Hubungan Antar Variabel ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Jenis Penelitian ... 22
3.2 Variabel Penelitian ... 22
3.3 Definisi Operasional... 23
3.3.1 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 23
3.3.2 Sabar ... 23
3.4 Subjek Penelitian ... 23
3.5 Metode Pengambilan Sampel ... 23
3.6 Instrumen Penelitian... 24
3.6.1 Instrumen Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 24
3.6.2 Instrumen Sabar ... 25
3.7 Metode Analisis Data ... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 28
4.1 Orientasi Kancah ... 28
4.2 Waktu Penelitian dan Gambaran Umum Responden ... 28
4.3 Reliabilitas dan Validitas Penelitian ... 30
4.3.1 Reliabilitas dan Validitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 30
4.3.2 Reliabilitas dan Validitas Sabar ... 32
4.4 Hasil Analisa Data Penelitian... 34
4.5 Uji T-Test ... 34
4.6 Analisa T-Test Tambahan ... 37
4.6.1 Uji T-Test Sabar Perdimensi ... 37
4.6.2 Uji T-Test Sabar pada Laki-Laki dan Perempuan ... 39
Daftar Pustaka ... 46
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 25
Tabel 3.2 Blue Print Skala Sabar ... 26
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian ... 30
Tabel 4.4 Reliabilitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 30
Tabel 4.5 Validitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 31
Tabel 4.6 Dimensi Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert... 32
Tabel 4.7 Reliabilitas Sabar ... 32
Tabel 4.8 Validitas Sabar ... 33
Tabel 4.9 Dimensi Sabar ... 33
Tabel 4.10 Group Statistics ... 34
Tabel 4.11 Independent Samples Test ... 35
Tabel 4.12 Group Statistics dan Independent Samples Test (Perdimensi)... 37
Tabel 4.13 Group Statistics (Laki-Laki dan Perempuan) ... 39
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Masa dewasa muda merupakan saat untuk mencapai kemandirian pribadi
dan ekonomi bagi seorang individu (Santrock, 2012). Periode perkembangan masa
dewasa muda, terjadi pada rentang usia 20 hingga 40 tahun (Papalia dkk, 2009).
Masa dewasa ini, ditandai oleh adanya stabilitas dan perubahan dalam hal perangai
dan kelekatan yang berlangsung dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Pernyataan
tersebut didukung oleh para peneliti pada masanya, yang menemukan keterkaitan
antara tempramen yang ditunjukan pada masa kanak-kanak dengan kepribadian
yang terbentuk dimasa dewasa (Santrock, 2012).
Sifat dan gaya kepribadian seorang individu pada masa dewasa muda
menjadi relatif stabil (Papalia dkk, 2009). Pernyataan tersebut didukung oleh hasil
penelitian Caspi, dkk yang menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat stabilitas
yang relatif tinggi pada pengukuran trait kepribadian sepanjang masa dewasa, hasil
penelitian ini diperoleh dari pengukuran trait kepribadian yang sama pada periode
waktu yang berbeda dengan hasil yang tetap signifikan (Corvone & Pervin, 2012).
Kepribadian merupakan karakteristik seorang individu yang menyebabkan
munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku ketika berhadapan
dengan peristiwa atau kejadian yang hampir sama (Pervin dkk, 2010). Menurut
sehingga dapat dikatakan bahwa karakter dan kepribadian adalah satu dan sama
(Fudyartanta, 2012).
Terdapat salah satu pendeketan trait terhadap kepribadian yaitu, dimensi
extroversion yang ada dalam Faktor Trait Lima Besar (Big Five). Individu yang
tinggi dalam dimensi ini dikatagorikan sebagai individu yang cenderung miliki tipe
kepribadian ekstrovert, sedangkan individu yang rendah dalam dimensi ini
dikatagorikan sebagai individu yang cenderung memiliki tipe kepribadian introvert
(Friedman & Schustack, 2011).
Menurut Eysenk, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert secara umum
memiliki karakteristik utama, yaitu kemampuan bersosialisasi yang baik, bersifat
impulsif, senang bercanda, penuh gairah, cepat dalam berpikir, optimis, serta
sifat-sifat yang mengindikasi pada hubungan baik dengan orang lain. Sedangkan,
individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki karakteristik utama yang
pendiam, pasif, tidak terlalu bersosialisasi, berhati-hati, tertutup, penuh perhatian,
pesismis, damai, tenang, dan terkontrol (J. Feist & G.Feist, 2011).
Perbedaan karakteristik yang saling bertolak belakang membuat individu
dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memanifestasikan peristiwa atau
kejadian yang mereka hadapi dengan respon yang berbeda. Hasil penelitian yang
dilakukan Russel Geen, menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian
ekstrovert memiliki performa yang baik ketika belajar pada tingkat kebisingan yang
merasa sangat kesulitan dalam belajar bila berada pada lingkungan yang bising (J.
Feist & G. Feist, 2011).
Hal yang dianggap sebuah kesulitan akan berbeda pada individu yang
memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, meski dengan kondisi, peristiwa
atau kejadian yang mereka hadapi adalah sama. Sabar yang dimiliki oleh setiap
individu memberikan energi untuk memikul berbagai kesulitan yang timbul karena
rintangan-rintangan yang muncul, seperti penderitaan dan cobaan serta perjuangan
dalam menghadapi hal-hal negatif yang berasal dari dalam diri individu yang
memiliki tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert (Malahayati, 2002).
Sabar dikatakan sebagai usaha awal seorang individu dalam menahan
emosi, pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang
berlaku dengan maksud tujuan yang baik. Hal tersebut disertai dengan munculnya
sifat optimis, pantang menyerah, semangat mencari ilmu atau informasi untuk
mendapatkan alternatif solusi, konsisten dalam setiap usahanya, dan tidak mudah
mengeluh atas setiap proses yang ada, serta mampu memaafkan segala sesuatu yang
membuat usahanya semakin sulit (El Hafiz dkk, 2015).
Sabar memiliki unsur-unsur yang dikatagorikan pada dua komponen, yaitu
komponen utama dan komponen pendukung. Komponen utama dalam konsep sabar
berfungsi untuk menentukan apakah seorang individu memiliki kesabaran atau
tidak. Sedangkan, komponen pendukung dalam konsep sabar berfungsi dalam
Sifat-sifat yang menjadi komponen utama dan komponen pendukung dalam
konsep sabar, ditemukan pada sifat-sifat yang juga dikatakan sebagai karakteristik
pada tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert. Beberapa sifat yang menjadi
komponen utama atau komponen pendukung dalam konsep sabar ditemukan pada
karakteristik tipe kepribadian ekstrovet dan sebagian lainnya juga ditemukan pada
karakteristik tipe kepribadian introvert.
Salah satu komponen utama dalam konsep sabar adalah kemampuan dalam
menahan emosi. Individu dengan tipe kepribadian introvert lebih mampu menahan
emosi positif maupun negatifnya sehingga dapat mengontrol diri dalam bertindak
dan berkata untuk berpendapat dan menyatakan perasaannya. Hal ini menunjukkan
bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert lebih memiliki kemampuan
dalam menahan emosi daripada individu dengan tipe kepribadian ekstrovert
(Eysenck & Wilson, 1980).
Selanjutnya adalah sifat konsisten, yang menjadi salah satu komponen
pendukung dalam kompetensi sabar. Menurut Eysenck, individu dengan tipe
kepribadian introvert memiliki sifat yang tidak mudah berubah-ubah (Cervone &
Pervin, 2011). Individu sebaliknya adalah individu dengan tipe kepribadian
ekstrovert yang memiliki sifat mudah berubah-ubah pikirannya (Eysenck &
Wilson, 1980). Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian
introvert konsisten dalam berperilaku atau dalam usaha untuk mencapai tujuan.
Karakteristik tipe kepribadian ekstrovert salah satunya adalah optimis, yang
kepribadian ekstrovert memiliki sifat optimis, sedangkan individu dengan tipe
kepribadian introvert memiliki sifat pesimis (Eysenck & Wilson, 1980). Hal ini
menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert akan optimis
dalam menjalankan setiap usahanya hingga individu tersebut dapat mencapai tujuan
yang diinginkan.
Selain optimis, semangat mencari ilmu atau informasi termasuk sebagai
komponen pendukung dalam kompetensi sabar, yang juga ditemukan dalam
karakteristik tipe kepribadian ekstrovert. Individu dengan tipe kepribadian tersebut
memiliki sifat semangat, khususnya semangat dalam menjalankan aktivitas dan
setiap usahanya untuk mecapai tujuan yang diinginkan (Eysenck & Wilson, 1980).
Hal ini didukung oleh Jung yang menjelaskan dalam tipe ekstrovert-perasaan,
bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki sifat semangat
(Semiun, 2017)
Bila dilihat berdasarkan komponen pendukung yang berfungsi untuk
melihat tingkat perbedaan nilai sabar pada seorang individu. Tipe kepribadian
ekstrovert memiliki nilai sabar yang lebih tinggi dibandingkan individu dengan tipe
kepribadian introvert. Namun, bila dilihat berdasarkan kedua unsur dalam konsep
sabar, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memiliki
komponen utama atau kompenen pendukung secara seimbang. Hal ini,
menunjukkan bahwa nilai sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert
Sifat-sifat yang ada dalam komponen utama atau komponen pendukung
dalam konsep sabar, ditemukan juga pada karakteristik tipe kepribadian ekstrovert
maupun introvert. Namun, tidak secara menyeluruh sifat-sifat yang menjadi
unsur-unsur dalam konsep sabar dimiliki oleh salah satu tipe kepribadian tersebut. Hal ini,
menunjukkan bahwa nilai sabar dimiliki oleh kedua tipe kepribadian tersebut.
Berdasarkan hasil observasi, nilai sabar pada dasarnya ada pada setiap diri
individu dan nilai ini bisa digunakan oleh siapapun selagi individu tersebut
memiliki keinginan dan usaha untuk mengunakan nilai sabar ini sebagai respon
dalam menghadapi setiap kejadian atau peristiwa. Individu dengan kecenderungan
ekstrovert memiliki kesabaran dalam diri karena mereka cenderung memiliki
respon yang santai terhadap setiap kejadian atau peristiwa yang mereka hadapi,
lebih memilih untuk berpandangan bahwa hal tersebut tidak begitu berpengaruh
banyak untuk hidupnya meski kejadian tersebut tidak menyenangkan bagi mereka,
dan mereka memilih tetap menjalankan tanpa berpikir banyak dan tetap berusaha
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Namun, individu dengan kecenderungan introvert pun memiliki kesabaran
dalam diri karena mereka juga cenderung memiliki kemampuan untuk menahan
emosi, perkataan, dan perilaku negatifnya dalam menghadapi sebuah kejadian atau
peristiwa, tetapi terkadang emosi dalam dirinya disimpan sendiri dan lebih banyak
memilih diam serta berpikir yang pada akhirnya mengarahkan mereka untuk
intropeksi diri terhadap kejadian atau peristiwa yang tidak sesuai harapan tersebut,
lalu memaafkan orang lain yang memiliki andil dalam terjadinya kejadian atau
Peneliti merasa bahwa penelitian ini penting dilakukan untuk membuktikan
kebenaran bahwa nilai sabar ini dimiliki oleh salah satu dari kepribadian tersebut
atau dimiliki oleh keduanya. Selain itu, variabel sabar dengan tipe kepribadian ini
belum pernah diangkat atau digunakan untuk sebuah penelitian. Hal tersebut
membuat peneliti merasa tertarik untuk mendalami konsep sabar yang ada pada tipe
kepribadian ekstrovert maupun introvert, sehingga penelitian ini diharapkan
mampu berkontribusi dalam menambah pengetahuan mengenai konsep sabar yang
ada pada kedua tipe kepribadian tersebut
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
“Apakah ada perbedaan sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah:
“Melihat perbedaan sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert”
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada penjabaran diatas, maka manfaat penelitian ini terdiri dari
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah pengetahuhan
mengenai karakteristik yang ada pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
2. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah pengetahuan
mengenai konsep sabar yang ada pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan mampu membantu setiap individu dalam memahami
konsep sabar sebenarnya.
2. Penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan nilai sabar yang ada pada setiap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian
2.1.1 Definisi Kepribadian
Istilah kepribadian adalah gambaran yang diperlihatkan seorang individu
dengan apa adanya ketika berperilaku, tanpa melihat dengan penilaian yang
memasukan unsur-unsur norma (Fudyartanta, 2012). Kepribadian merupakan
bagian dari jiwa yang dipahami secara utuh dan dilihat dari konteks tingkah laku,
pikiran, perasaan, serta kegiatan seorang individu (Alwisol, 2012).
Eysenk menjelaskan bahwa kepribadian tersusun atas perilaku-perilaku
yang muncul dan terorganisasi berdasarkan keumuman dan kepentingannya.
Pertama yaitu spesific response,spesific response adalah dimana seorang individu
bertindak dalam merespon suatu keadaan atau sebuah peristiwa. Kedua adalah
habitual, yaitu sebuah tindakan atau respon-respon yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam menghadapi keadaan atau peristiwa yang hampir sama. Ketiga adalah
trait, trait merupakan habitual yang cenderung ada pada individu tertentu. Kelima
adalah type, yaitu organisasi yang ada pada individu secara umum (Suryabarata,
2.1.2 Faktor-Faktor Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Eysenck dan Wilson (1980) menjelaskan beberapa faktor yang akan
memperlihatkan perbedaan karakteristik individu dengan tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert, yaitu:
1. Aktifitas
Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki tingkat aktivitas yang
tinggi dengan karateristik umum, seperti aktif dan berenergi. Hal ini disebabkan
karena mereka menyukai seluruh jenis aktivitas fisik, termasuk kerja keras dan
latihan. Mereka cenderung akan bangun pagi-pagi, bergerak dengan cepat dari satu
aktivitas kepada aktivitas lainnya, dan mengejar berbagai macam kepentingan dan
minat atau tujuan mereka. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert
memiliki tingkat aktivitas yang rendah karena mereka cenderung tidak aktif secara
fisik, lesu dan mudah letih. Mereka bergerak dengan langkah yang santai dan lebih
menyukai hari libur yang tenang dan penuh istirahat.
2. Kesukaan Bergaul
Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki tingkat kesukaan
bergaul yang tinggi. Mereka digambarkan cukup berterus terang kepada orang lain
atau terbuka, suka mencari teman, menyukai kegiatan-kegiatan sosial, pesta-pesta,
dan dansa-dansa. Selain itu, mereka juga mudah akrab dengan orang-orang baru
yang dijumpai atau dikenal dan pada umumnya cukup bergembira serta merasa
Sebaliknya individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat
kesukaan bergaul yang rendah karena mereka lebih suka memiliki beberapa teman
khusus yang sesuai dengan dirinya, menyenangi kegiatan-kegiatan menyendiri,
seperti membaca dan mereka merasa agak kesulitan untuk mencari topik yang akan
dibicarakan atau membuka suatu percakapan serta cenderung menarik diri dari
kontak-kontak sosial yang menekan atau tidak membuat nyaman bagi mereka.
3. Keberanian Mengambil Resiko
Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat keberanian
pengambilan resiko yang tinggi karena mereka senang hidup dalam bahaya, mereka
mencari pekerjaan yang memberikan imbalan yang baik dan hanya sedikit
memperdulikan atau memikirkan konsekwensi yang mungkin merugikan untuk
mereka. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat
keberanian pengambilan resiko yang lebih rendah karena lebih menyukai rutinitas
kebiasaan mereka, keamanan dan keselamatan untuk mereka meskipun
mengorbankan suatu hal yang dianggap kesenangan atau kegembiraan dalam hidup.
4. Penurutan Dorongan Hati
Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat penurutan
dorongan hati yang tinggi karena mereka cenderung bertindak secara mendadak
tanpa berpikir telebih dahulu, membuat keputusan secara terburu-buru, kadang
gegabah atau membahayakan, biasanya tidak berpikir apa-apa sama sekali dan tidak
berpendirian tetap atau tidak konsisten. Sebaliknya, individu dengan tipe
mereka lebih cenderung mempertimbangkan berbagai masalah dengan sangat
hati-hati sebelum membuat keputusan dan secara umum mereka memiliki sifat yang
sistematis, teratur, hati-hati, serta merencanakan kehidupan mereka terlebih dahulu.
Mereka akan berpikir dahulu sebelum berbicara, dan melihat sebelum melangkah.
5. Pernyataan Perasaan
Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat penyataan
perasaan lebih tinggi karena hal ini berhubungan dengan kecenderungan umum
individu untuk memperlihatkan emosinya ke arah luar dan secara terbuka seperti
duka cita, kemarahan, ketakutan, kecintaan, dan kebencian. Mereka cenderung
sentimental, simpatik, mudah merubah pendirian atau tidak konsisten dan
demonstratif. Sementara, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki
tingkat penyataan perasaan yang rendah karena mereka sangat pandai menguasai
diri, tenang, tidak memihak, dan pada umumnya dapat mengontrol diri pada saat
menyatakan pendapat dan perasaan.
6. Kedalaman Berpikir
Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki tingkat kedalaman
berpikir yang rendah karena mereka memiliki bakat untuk bekerja, lebih tertarik
untuk melakukan berbagai hal daripada memikirkan hal-hal tersebut. Sebaliknya,
individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat kedalam berpikir yang
tinggi karena mereka cenderung tertarik pada ide-ide, diskusi-diskusi, dan
7. Tanggung Jawab
Individu dengan tipe kepribadian ektrovert memiliki tingkat tanggung
jawab yang lebih rendah karena mereka cenderung tidak menyukai hal yang resmi,
terlambat dalam menepati janji-janji, berubah-ubah pendirian atau tidak konsisten,
dan memiliki kemungkinan untuk tidak bertanggung jawab secara sosial.
Sementara, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkatan
tanggung jawab yang lebih tinggi karena mereka cenderung berhati-hati, teliti,
dapat dipercaya, dapat dijadikan andalan, dan sungguh-sungguh.
2.1.3 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Individu yang tinggi dalam dimensi ekstroversion dikatakan sebagai
individu dengan tipe kerpibadian ekstrovert dan individu yang rendah pada dimensi
ekstraversion dikatakan sebagai individu dengan tipe kerpibadian introvert
(Friedman & Schustack, 2011).
2.1.4 Karakteristik Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Eysenck mendeskripsikan individu dengan tipe kepribadian ekstrovert
dengan beberapa karakteristik utama, yaitu kemampuan bersosialisasi, bersifat
impulsif, senang bercanda, penuh gairah, cepat dalam berpikir, optimis, serta
sifat-sifat lain yang mengindikasi pada hubungan baik dengan orang lain. Sebaliknya,
individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki karateristik utama, yaitu sifat
pendiam, pasif, tidak terlalu bersosialisasi, hati-hati, tertutup, penuh perhatian,
2.2 Sabar
2.2.1 Definisi Sabar
Sabar memiliki arti mencegah dan menghalangi, yang berati sabar adalah
menahan diri untuk tidak berkeluh kesah ketika mengahadapi kesulitan, rintangan,
dan berhadapan dengan hal-hal yang tidak disenangi oleh dalam diri, mencegah
lisan untuk mengeluh akan hal tersebut, dan menghalangi setiap anggota tubuh
untuk tidak merusak diri, barang ataupun menyakiti orang lain (Al-Jauziyah, 2006).
Sabar merupakan ungkapan dalam menyebut ketahanan dorongan agama
agarmampu menghadapi dorongan hawa nafsu. Ketahanan individu tersebut adalah
ketika individu menghadapi keinginan-keinginan dalam diri yang tidak sesuai
dengan peraturan yang ada dalam sebuah agama, yang biasa disebut dengan
larangan-larangan dalam koridor agama (Khalid, 2006).
Selain itu, kesabaran adalah sebuah kompetensi yang dimiliki individu
dalam memberikan energi untuk memikul berbagai kesulitan yang timbul karena
rintangan-rintangan yang muncul, penderitaan, cobaan, dan usaha dalam
menghadapi hal-hal negatif yang berasal dari luar diri maupun dalam diri, seperti
menghadapi hal-hal yang tidak disenangi oleh individu tersebut (Malahayati, 2002).
Hasil penelitian yang diambil dari berbagai perspektif agama, sabar
memiliki berbagai macam makna, yaitu pengendalian diri dalam konteks emosi dan
keinginan dalam diri, memiliki usaha untuk mengatasi masalah, bertahan dalam
berkeluh kesah, kegigihan dalam usaha penyelesaian masalah, bekerja keras, dan
ulet untuk mencapai suatu tujuan (Subandi, 2011).
Sabar sebagai usaha awal seorang individu dalam menahan emosi, pikiran,
perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku dengan
tujuan kebaikan yang disertai dengan munculnya sifat optimis, pantang menyerah,
semangat mencari ilmu atau informasi untuk mendapatkan alternatif solusi,
konsisten dalam setiap proses usahanya, dan tidak mudah mengeluh atas setiap
rintangan atau kesulitan yang dihadapi serta memaafkan akan segala sesuatu yang
membuat usahanya semakin sulit (El Hafiz dkk, 2015).
2.2.2 Komponen Utama Sabar
Komponen utama adalah konsep utama dalam nilai sabar, dimana seorang
individu mampu memiliki empat komponen utama sebagai berikut. Pertama adalah
menahan emosi, pikiran, perkataan dan perilaku sebagai respon awal individu
tersebut; Kedua adalah dimana individu memiliki keaktifan dalam mencari ilmu
atau solusi. Ketiga adalah setiap tindakan atau perilakunya didasarkan pada
ketaatan dan kepatuhan pada aturan; Keempat adalah setiap tindakan atau
perilakunya bertujuan kebaikan sehingga nilai sabar yang dimiliki individu dengan
tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert tersebut mampu memberikan
2.2.3 Komponen Pendukung Sabar
Berdasarkan konsep sabar yang disusun oleh El Hafiz dkk (2015) dijelaskan
bahwa sabar memiliki aspek-aspek yang menjadi komponen pendukung dalam
kompetensi sabar, yaitu:
1. Optimis
Optimis dalam kompetensi sabar disini adalah dimana seorang individu
memiliki pemikiran positif terhadap proses usaha dalam mencari jalan keluar untuk
setiap masalah, ataupun dalam proses usaha untuk mencapai setiap tujuan yang
diinginkan.
2. Pantang Menyerah
Pantang menyerah disini adalah dimana seorang individu mampu menjalani
atau melewati kesulitan dan rintangan untuk tetap mencoba mencari alternatif solusi
agar dapat menyelesaikan setiap permasalahan, maupun dalam menghadapi
kegagalan pada proses usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Semangat Mencari Ilmu atau Informasi
Semangat mencari ilmu atau informasi disini adalah dimana seorang
individu memiliki semangat yang tinggi dalam mencari ilmu untuk mencapai tujuan
yang diinginkannya ataupun mencari informasi untuk mendapatkan alternatif solusi
4. Konsisten
Konsisten dalam kompetensi sabar yang dimaksud adalah dimana individu
tidak mudah berubah-ubah pikiran ataupun perilakunya, meski terdapat berbagai
rintangan yang menyulitkan maupun godaan yang menyenangkan, dan individu
tersebut mampu tetap fokus ketika menjalankan proses usaha untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
5. Tidak Mudah Mengeluh
Tidak mudah mengeluh disini adalah dimana seorang individu tidak mudah
mengeluh atas setiap kesulitan atau rintangan, bahkan kegagalan ketika dalam
menjalani proses usaha untuk menyelesaikan setiap permasalah ataupun proses
usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
6. Memaafkan
Memaafkan disini yaitu ketika seorang individu mampu memaafkan segala
kesalahan yang dilakukannya dalam proses usaha sebelumnya dan memaafkan
kesalahan orang lain yang menjadikan usaha yang dilakukan mendapati kesulitan
atau bahkan kegagalan.
2.3 Hubungan Antar Variabel
Jung mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk bereaksi yang
mengarahkan individu kesebuah karakter, ia menyatakan bahwa setiap individu
memiliki sikap ekstrovert dan introvert meskipun hanya satu yang dapat aktif pada
karakteristik dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, diketahui bahwa banyak
perbedaan karakteristik yang saling bertolak belakang. Beberapa sifat-sifat yang
ditemukan dari karatakteristik dua tipe kepribadian tersebut, juga ditemukan
sebagai sifat-sifat yang ada pada komponen utama atau komponen pendukung
dalam konsep sabar.
Salah satu komponen utama dalam konsep sabar adalah kemampuan dalam
menahan emosi. Eysenck & Wilson (1980) menjelaskan dalam faktor penyataan
perasaan, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert cenderung sentimental
dengan memperlihatkan emosinya, emosi positif ataupun emosi negatif.
Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert sangat pandai menguasai
diri khususnya dalam mengelola emosinya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian introvert
lebih mampu dalam mengelola emosi ketika berhadapan dengan situasi yang tidak
sesuai harapan atau bahkan sebuah permasalah. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Ratnaningsing (2015) yang menghasilkan kesimpulan bahwa individu
dengan tipe kepribadian introvert lebih mampu mengelola emosinya dibandingkan
individu dengan tipe kepribadian ekstrovert.
Selain itu, ditemukan hasil penelitian Usman (2016) yang menghasilkan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sabar dengan kontrol diri.
Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki kompetensi sabar yang baik
juga memiliki kontrol diri yang baik. Eysenck & Wilson (1980) menjelaskan dalam
memiliki kontrol diri yang baik, khususnya dalam menyatakan pendapat atau
perasaan karena individu dengan tipe kepribadian tersebut sangat pandai menguasai
diri.
Ditemukan juga hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif signifikan antara kontrol diri dengan perilaku agresi, yang berarti
semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki oleh seorang individu maka semakin
rendah perilaku agresi individu tersebut (Auliya & Nurwidawati, 2014).
Sedangkan, Penelitian yang dilakukan Sinuraya (2009) menghasilkan kesimpulan
bahwa semakin tinggi kecenderungan ekstrovert pada seorang individu akan
semakin tinggi perilaku agresinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu
dengan tipe kepribadian introvert memiliki kompetensi sabar yang baik karena
memiliki kontrol diri yang juga baik dibandingkan individu dengan tipe kepribadian
ekstrovert.
Menurut Burger (2011) individu dengan tipe kepribadian ekstrovert
seringkali bertindak tanpa berpikir, sehingga sering kali masuk dalam sebuah
permasalahan atau konflik. Berdasarkan hasil penelitian Subandi (2011), salah satu
makna dari sabar adalah ketika seorang individu memiliki usaha untuk mengatasi
masalah atau konflik dan memiliki kegigihan dalam usaha penyelesaian masalah
atau konflik tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyatno &
Wahyuningsih (2005) menunjukkan bahwa kemampuan mengelola konflik ini
cenderung dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian introvert dibandingkan
Selanjutnya adalah sifat konsisten, sifat ini merupakan salah satu sifat yang
ada pada komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Menurut Eysenck,
individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki sifat yang konsisten karena
tidak mudah berubah-ubah (Cervone & Pervine, 2011). Individu sebaliknya adalah
individu dengan tipe kepribadian ekstrovert yang memiliki sifat mudah
berubah-ubah pikirannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tipe
kepribadian introvert konsisten dalam berperilaku juga dalam usaha untuk
mencapai tujuan yang diinginkan (Eysenck & Wilson, 1980).
Salah satu karakteristik dari tipe kepribadian ekstrovert adalah optimis,
yang juga menjadi komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Individu dengan
tipe kepribadian ekstrovert memiliki sifat optimis, sedangkan individu dengan tipe
kepribadian introvert memiliki sifat pesimis (Eysenck & Wilson, 1980). Hal
tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert akan
optimis dalam menjalankan setiap usahanya hingga individu tersebut dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
Selain optimis, semangat mencari ilmu atau informasi termasuk sebagai
komponen pendukung dalam kompetensi sabar. Sifat tersebut juga ditemukan
dalam karakteristik tipe kepribadian ekstrovert. Individu dengan tipe kepribadian
tersebut memiliki sifat semangat, khususnya semangat dalam menjalankan aktivitas
dan setiap usahanya untuk mecapai tujuan yang diinginkan (Eysenck & Wilson,
1980). Hal ini didukung oleh Jung yang menjelaskan dalam tipe ekstrovert-perasaan
bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki sifat semangat
Dipahami berdasarkan komponen pendukung dalam kompetensi sabar yang
berfungsi untuk melihat tingkat kesabaran seorang individu, menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan nilai sabar pada kedua tipe kepribadian tersebut. Aspek-aspek
yang dimiliki oleh tipe kepribadian ekstrovert lebih banyak dibandingkan tipe
kepribadian introvert. Maka, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert
kemungkinan memiliki nilai sabar yang lebih tinggi dibandingkan individu dengan
tipe kepribadian introvert.
Namun, bila dipahami dari komponen utama atau komponen pendukung
dalam konsep sabar, nilai sabar yang dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian
ekstrovert maupun introvert tidak ditemukan perbedaan. Hal ini disebabkan oleh
unsur-unsur yang ada dalam konsep sabar, dimiliki oleh kedua tipe kepribadian
tersebut secara seimbang.
2.4 Hipotesa
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan sementara yang
harus diuji lagi kebenarannya, yaitu:
HA: Adanya perbedaan yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert
HO: Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang merupakan
metode untuk menguji teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel.
Hal ini biasanya diukur dengan instrumen-instrumen penelitian sehingga data-data
yang diperoleh berupa angka-angka agar dapat dianalisis berdasarkan prosedur
statistik (Creswell, 2013).
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat atau nilai dari orang dan
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Penelitian
ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel sabar sebagai independent variable
dan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert sebagai dependent variabel. Menurut
Sarwono (2006) independent variable merupakan variabel bebas yang memberikan
stimulus dan dapat diukur, sehingga dipilih untuk menentukan hubungan dengan
suatu gejala yang diobservasi. Sedangkan, dependent variable adalah variabel
terikat yang menjadi reaksi atau respon sehingga dapat diamati dan diukur untuk
3.3 Definisi Operasional
3.3.1 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Tipe kepribadian ekstrovert memiliki karakteristik sifat yang mengarahkan
pada hubungan baik dengan orang lain, sedangkan tipe kepribadian introvert
memiliki karakteristik sifat yang berfokus pada diri sendiri sehingga kurang baik
ketika berhadapan dengan hubungan sosial.
3.3.2 Sabar
Sabar merupakan respon awal yang aktif dalam menahan emosi, pikiran,
perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku dalam
berbagai situasi untuk tujuan kebaikan. Hal tersebut disertai dengan munculnya
nilai optimis, pantang menyerah, semangat mencari ilmu atau informasi untuk
mendapatkan alternatif solusi, konsisten dan tidak mudah mengeluh serta
memaafkan.
3.4 Subjek Penelitian
Karakteristik subjek pada penelitian ini adalah subjek yang berada pada
masa dewasa muda dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun, baik laki-laki maupun
perempuan yang akan dikatagorikan dalam dua tipe kepribadian, yaitu individu
dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
3.5 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
nonprobability sampling atau yang biasa disebut dengan sampel tidak acak, yang
berarti tidak semua elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa
penelitian ini adalah accidentalsampling yang merupakan teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti yang dipandang cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2007).
3.6 Instrumen Penelitian
3.6.1 Instrumen Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Instrumen tes kepribadian pada penelitian ini menggunakan EPI (Eysenck’s
Personality Inventory) From-A. Instrumen pengukuran tersebut merupakan
adaptasi dari alat tes EPI (Eysenck’s Persoality Inventory) From-A dari Eysenck &
Eysenck, yang telah diadaptasi dan dibakukan oleh Lembaga Pengembangan
Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. EPI From-A digunakan untuk
menggolongkan seorang individu ke dalam dua tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert dengan pilihan jawaban dikotomi “YA” dan “TIDAK”. Alat ukur ini
memiliki 56 aitem yang terdiri dari aitem ekstroversion sebanyak 23 aitem, aitem
lie sebanyak 9 aitem, dan aitem neuroticism sebanyak 24 aitem.
Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dimens ekstroversion yang
menggolongkan seorang individu pada penilaian ekstrovert dan introvert, hal ini
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Peneliti mengambil 23 aitem pertanyaan
mengenai tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, jawaban responden disesuai
dengan kunci jawaban dari tes kepribadian tersebut. Pada jenis pertanyaan
affirmative ekstroversion, responden yang memilih jawaban “YA” diberi nilai “1”
ekstroversion, responden yang memilih jawaban “YA” diberi nilai “0” dan jawaban
“TIDAK” diberi nilai “1”.
Skoring pada tes ini dilakukan apabila jawaban pada aitem Lie tidak lebih
dari 5 (skor ≤ 5), aitem ini merupakan skala yang dibuat untuk melihat apakah
seseorang menjawab dengan jujur dan menghindari seseorang pura-pura baik
(faking good) terhadap jawabannya. Selain itu, apabila skor akhir responden pada
skala ekstroversion ≥ 12, subjek tersebut dikatagorikan sebagai individu yang
memiliki tipe kepribadian ekstrovert. Sebaliknya, apabila skor akhir responden
pada aitem ekstroversion≤ 11, subjek tersebut dikatagorikan sebagai individu yang
memiliki tipe kepribadian introvert.
Tabel 3.1
Blue Print Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Dimensi Item No. Item Jumlah
Penelitian ini menggunakan instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar yang
disusun oleh El Hafiz, dkk pada tahun 2015. Skala tersebut disusun berdasarkan
definisi psikologi kesabaran, yaitu usaha awal yang aktif dalam menahan emosi,
pikiran, perkataan, dan perilaku yang tidak sesuai nilai atau norma yang berlaku
dengan munculnya nilai optimis, pantang menyerah, semangat mencari ilmu atau
informasi untuk mendapatkan alternatif solusi, konsisten dan tidak mudah
mengeluh serta memaafkan.
Instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar dalam penelitian ini terdiri dari
16 item dengan jenis skala likert yang terdiri dari empat respon jawaban, yaitu SS
(Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
Reliabilitas instrumen Pengukuran Kompetensi Sabar ini memiliki Cronbach’s
Alpha sebesar 0,830. Berdasarkan hal tersebut, instrumen Pengukuran Kompetensi
Sabar ini dapat digunakan dalam penelitian dan data yang diperoleh dapat
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah Independent Sample T-Test
untuk membanding dua kelompok, dimana peneliti menggunakan mean kelompok
sebagai dasar perbandingan dan t-test akan mengarahkan peneliti dalam melihat
perbedaan tersebut signifikan atau tidaknya secara statistika (Sarwono, 2006). Oleh
karena itu, penelitian ini akan memperlihatkan perbandingan nilai sabar pada
sampel yang dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert. Selanjutnya, analisa data penelitian ini dibantu dengan program Statistical
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Orientasi Kancah
Dalam penelitian ini, subjek yang dijadikan responden memiliki
karakteristik sebagai berikut: subjek berada pada masa dewasa muda dengan
rentang usia 20 hingga 40 tahun, yang akan dikatagorikan ke dalam dua katagori
tipe kepribadian, yaitu individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan individu
dengan tipe kepribadian introvert. Responden yang mendapatkan skor akhir ≤ 12
pada aitem ekstroversion dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian
ekstrovert, sedangkan responden yang mendapatkan skor akhir ≥ 11 pada aitem
tersebut dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian introvert.
4.2 Waktu Penelitian dan Gambaran Umum Responden
Pengambilan responden pada penelitian ini mulai dilakukan pada bulan
Maret 2017 hingga Juli 2017, dengan menggunakan sistem online dan penyebaran
kuesioner secara manual. Responden yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak
212 subjek, yang terdiri dari 154 subjek laki-laki dan 59 subjek perempuan.
Gambaran umum mengenai responden penelitian ini akan dijelaskan melalui tabel
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Selain itu, akan dijelaskan mengenai subjek
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Presentase
20 - 24 Tahun 184 86.8 %
25 - 29 Tahun 21 9.9 %
30 - 34 Tahun 3 1.4 %
35 - 40 Tahun 4 1.9 %
Total 212 100 %
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa usia responden terbanyak
pada penelitian ini berada pada rentang usia 20 - 24 tahun, dengan jumlah subjek
sebanyak 184 (86.8 %) orang. Urutan keduanya berada pada rentang usia 25 - 29
tahun, dengan jumlah subjek sebanyak 21 (9.9 %) orang. Ketiga berada pada
rentang usia 35 - 40 tahun, dengan jumlah subjek sebanyak 4 (1.9 %) orang.
Keempat berada pada rentang usia 30 - 34 tahun, dengan jumlah subjek sebanyak 3
(1.4 %) orang.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-Laki 59 27.8 %
Perempuan 153 72.2 %
Total 212 100 %
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa responden jenis kelamin
jumlah subjek sebanyak 59 (27.8 %) orang responden laki-laki dan sebanyak 153
(72.2 %) orang responden perempuan.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian
Tipe Kepribadian Frekuensi Persentase
Kepribadian Ekstrovert 110 51.9 %
Kepribadian Introvert 102 48.1 %
Total 212 100
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa responden yang dikatagorikan
sebagai individu dengan tipe kepribadian ekstrovert lebih banyak dibandingkan
responden yang dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian introvert,
dengan jumlah subjek sebanyak 110 (51.9 %) orang pada responden yang
dikatagorikan sebagai individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan subjek
sebanyak 102 (48.1 %) orang pada responden yang dikatagorikan sebagai individu
dengan tipe kepribadian introvert.
4.3 Reliabilitas dan Validitas Penelitian
4.3.1 Reliabilitas dan Validitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Tabel 4.4
Reliabilitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Alpha Jumlah Item
Tabel 4.5
Validitas Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Scale-Item Point Biser.
Tabel 4.6
Dimensi Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Dimensi Item Jumlah
Valid Tidak Valid
Ekstroversion 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13,
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23
2, 9, 14
23
Total 20 3 23
Berdasarkan tabel 4.4, skala tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada
penelitian ini memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.600. Koefisien
reliabilitas sebesar 0.6-0.7 dapat diterima (Cruz-Cunha dkk, 2014; Yajun, L &
Zhizheng, Z., 2017), sehingga alat ukur inventrori kepribadian pada penelitian ini
dapat digunakan. Sedangkan hasil validitas pada tabel 4.6 menunjukkan terdapat 20
item yang valid, yaitu 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23 dan 3 item yang tidak valid, yaitu 2, 9, 14. Supratiknya (2016) menjelaskan
dalam skala inventori kepribadian, semua item yang berkorelasi ≥ 0.20 dengan skor
total adalah item yang layak dipertahankan atau dinyatakan valid.
4.3.2 Reliabilitas dan Validitas Sabar
Tabel 4.7 Reliabilitas Sabar
Cronbach’s Alpha N of Items
Tabel 4.8 Validitas Sabar
No. Item Corrected Item-Total Correlation
Berdasarkan tabel 4.7, skala sabar pada penelitian ini memiliki koefisien
reliabilitas cronbach’s alpha sebesar 0.744. Sedangkan hasil validitas pada tabel
4.9 menunjukkan terdapat 12 item yang valid, yaitu: 1, 2, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13,
14, dan 15 dan 4 item yang tidak valid, yaitu: 3, 6, 8, dan 16 karena item yang
dikatakan valid pada skala ini adalah item yang memiliki nilai koefisien korelasi
sama dengan 0,3 atau lebih (Sugiyono, 2010).
4.4 Hasil Analisa Data Penelitian
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan
sabar pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Dalam bagian ini akan
dijelaskan, bahwa setelah instrumen di distribusikan kepada responden, hasil
masing-masing instrumen diolah dengan cara-cara tertentu. Setelah itu, hasil yang
diperoleh dari alat tes EPI (Eysenck’s Persoality Inventory) From-A dan
Pengukuran Kompetensi Sabar diolah melalui program Statistical Packages for
Social Science (SPSS) Versi 22 forWindows.
4.5 Uji T-Test
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS, diperoleh hasil mean
sebagai berikut:
Tabel 4.10 Group Statistics
Kepribadian N Mean
Sabar Ekstrovert 110 51.22
Tabel 4.11
ekstrovert lebih besar dibandingkan nilai mean sabar pada tipe kepribadian
introvert, dengan nilai mean sabar sebesar 51.22 pada tipe kepribadian ekstrovert
dan nilai mean sabar sebesar 48.68 pada tipe kepribadian introvert. Selanjutnya,
untuk melihat apakah terdapat perbedaan independent variable yang signifikan atau
tidak pada dependent variable dapat dilihat dari langkah-langkah berikut (Seniati
dkk, 2015):
1. Melihat nilai Sig. pada tabel Levene’s Test for Equality of Variances, bila nilai
P<0.05 dapat disimpulkan bahwa nilai Sig. pada tabel tersebut adalah signifikan.
Sedangkan, bila nilai P>0.05 dapat disimpulkan bahwa nilai Sig. pada tabel
Leveven’s Test for Equality of Variances adalah tidak signifikan.
2. Bila nilai Sig. pada tabel Levene’s Test for Equality of Variances siginifikan,
bila nilai Sig. pada tabel Levene’s Test for Equality of Variances tidak signifikan,
dapat melihat nilai t pada baris kolom Equal variances assumed.
3. Melihat Sig. (2-tailed) berdasar kolom nilai t yang dilihat, bila nilai P<0.05 dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan independent variable yang signifikan pada
dependent variable. Sedangkan bila nilai P>0.05 dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan independent variable yang signifikan pada dependent variable.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat dari tabel 4.11 nilai Sig. pada
tabel Levene’s Test for Equality of Variances sebesar .137 yang berarti tidak
signifikan dan nilai t sebesar 1.860 dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar .064 yang
berarti tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai sabar pada tipe
4.6 Analisa T-Test Tambahan
4.6.1 Uji T-Test Sabar Perdimensi
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS, diperoleh hasil mean dan
nilai t sebagai berikut:
Tabel 4.12
Group Statistics dan Independent Samples T-Test (Perdimensi)
Dimensi Tipe
Kepribadian Mean
t-test for Equality of Means t Sig. (2-tailed)
Optimis Ekstrovert 51.22 1.866 .063
Introvert 48.67
Pantang Menyerah Ekstrovert 50.83 1.269 .206
Introvert 49.09
Konsisten Ekstrovert 50.81 1.237 .217
Introvert 49.12
Tidak Mengeluh Ekstrovert 50.76 1.155 .249
Introvert 49.17
Memaafkan Ekstrovert 3.10 .924 .356
Introvert 3.02
Mencari Ilmu/Informasi Ekstrovert 50.30 .465 .643 Introvert 49.66
Berdasarkan pada tabel 4.12, pertama adalah melihat nilai mean dimensi
optimis pada tipe kepribadian ekstrovert sebesar 51.22 dan pada tipe kepribadian
introvert sebesar 48.67 dengan nilai t sebesar 1.866 dan nilai Sig. 2-tailed sebesar
signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Kedua, nilai mean
dimensi pantang menyerah pada tipe kepribadian ekstrovert sebesar 50.83 dan pada
tipe kepribadian introvert sebesar 49.09 dengan nilai t sebesar 1.269 dan nilai Sig.
2-tailed sebesar .206. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
nilai pantang menyerah yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert.
Ketiga, nilai mean dimensi konsisten pada tipe kepribadian ekstrovert
sebesar 50.81 dan pada tipe kepribadian introvert sebesar 49.12 dengan nilai t
sebesar 1.237 dan nilai Sig. 2-tailed sebesar .217. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan nilai konsisten yang signifikan pada tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert. Keempat, nilai mean dimensi tidak mengeluh pada tipe
kepribadian ekstrovert sebesar 50.76 dan pada tipe kepribadian introvert sebesar
49.17 dengan nilai t sebesar 1.155 dan nilai Sig. 2-tailed sebesar .249. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai tidak mengeluh yang signifikan
pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
Kelima, nilai mean dimensi memaafkan pada tipe kepribadian ekstrovert
sebesar 3.10 dan pada tipe kepribadian introvert sebesar 3.02 dengan nilai t sebesar
.924 dan nilai Sig. 2-tailed sebesar .356. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan nilai memaafkan yang signifikan pada tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert. Keenam, nilai mean dimensi mencari ilmu/informasi pada
tipe kepribadian ekstrovert sebesar 50.30 dan pada tipe kepribadian introvert
tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai mencari ilmu/informasi
yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
4.6.2 Uji T-Test Sabar pada Laki-Laki dan Perempuan
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS, diperoleh hasil mean
berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 4.13
Group Statistics (Laki-Laki dan Perempuan)
Jenis Kelamin N Mean
Sabar Laki-Laki 59 51.38
Perempuan 153 49.46
Tabel 4.14
Independent Samples Test (Laki-Laki dan Perempuan)
Levene’s Test for
Berdasarkan pada tabel 4.13, nilai mean sabar pada responden dengan jenis
jenis kelamin perempuan, dengan nilai mean sabar sebesar 51.38 pada responden
laki-laki dan nilai mean sabar sebesar 49.46 pada responden perempuan.
Selanjutnya, untuk melihat apakah terdapat perbedaan independent variable yang
signifikan atau tidak pada dependent variable dapat dilihat dari langkah-langkah
berikut (Seniati dkk, 2015):
Selain itu, dilihat dari tabel 4.14 nilai Sig. pada tabel Levene’s Test for
Equality of Variances sebesar .000 yang berarti signifikan dan nilai t sebesar 1.052
dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar .296 yang berarti tidak signifikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai sabar pada laki-laki dan perempuan tidak terdapat
BAB V
PENUTUP 5.1 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian, nilai mean sabar pada tipe kepribadian
ekstrovert memperoleh angka sebesar 51.22 dengan jumlah responden sebanyak
110 (51.9 %) orang dan nilai mean sabar pada tipe kepribadian introvert
memperoleh angka sebesar 48.68 dengan jumlah responden sebanyak 102 (48.1 %)
orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai mean sabar yang ada pada tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert memiliki sedikit perbedaan.
Namun, uji hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah tidak ada
pebedaan sabar yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Hal
ini diketahui berdasarkan nilai t yang diperoleh, yaitu sebesar 1.860 dengan nilai
P>0.05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan nilai sabar pada tipe kepribdian
ekstrovert dan introvert tidak memiliki perbedaan secara signifikan.
Berdasarkan hasil analisa t-test perdimensi, yang menjadi komponen
pendukung dalam konsep sabar dan juga dikatakan sebagai aspek-aspek yang ada
dalam kesabaran menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada dimensi
optimis yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa nilai optimis dimiliki oleh kedua tipe kepribadian
tersebut. Selain itu, dimensi pantang menyerah menunjukkan bahwa tidak terdapat
dan introvert, yang berarti bahwa nilai pantang menyerah ini dimiliki oleh kedua
tipe kepribadian tersebut.
Dimensi konsisten juga menghasilkan hasil analisa yang sama, yaitu tidak
terdapat perbedaan nilai konsisten yang signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert
dan introvert. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai konsisten dimiliki oleh kedua
tipe kepribadian tersebut. Selain itu, pada dimensi tidak mengeluh menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan nilai tidak mngeluh yang signifikan pada tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert, yang berarti bahwa nilai tidak mengeluh ini
dimiliki oleh kedua tipe kepribadian tersebut.
Selanjutnya, dimensi memaafkan menghasilkan hasil analisa yang sama,
yaitu tidak terdapat perbedaan nilai memaafkan yang signifikan pada tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
memaafkan dimiliki oleh tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert. Terakhir
adalah dimensi mencari ilmu/informasi, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan nilai mencari ilmu/informasi yang signifikan pada tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert.
Berdasarkan penjabaran tersebut, dimensi sabar yang juga menjadi
aspek-aspek dalam konsep sabar menghasilkan hasil analisa bahwa dimensi optimis,
pantang menyerah, konsisten, tidak mengeluh, memaafkan dan mencari
ilmu/informasi dimilki oleh tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Hal tersebut
menunjukkan bahwa setiap aspek dalam konsep sabar dimiliki oleh kedua tipe
dimiliki secara menyeluruh oleh tipe kepribadian ekstrovert maupun intovert
sehingga dapat dikatakan bahwa nilai sabar ini dimiliki oleh kedua tipe kepribadian
tersebut.
Selain itu, berdasarkan hasil analisa t-test tambahan mengenai sabar pada
laki-laki dan perempuan memperoleh nilai mean sebesar 51.38 pada laki-laki dan
49.46 pada perempuan dengan nilai t sebesar 1.052 dan nilai P>0.05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sabar yang signifikan pada laki-laki
dan perempuan, hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang
menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu tidak terdapat perbedaan tingkat sabar
yang signifikan pada laki-laki dan perempuan (El Hafiz, dkk). Berdasarkan hal
tersebut, nilai sabar dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan dan dapat dimiliki
dalam semua tingkatan oleh keduanya.
5.2 Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran diatas, kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah tidak terdapat perbedaan sabar yang signifikan pada tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert, yang berarti bahwa HO pada penelitian ini diterima.
5.3 Saran
Peneliti menyadari bahwa terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan
dalam penelitian ini, namun hal tersebut dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat
untuk di evaluasi agar lebih baik lagi bagi peneliti sendiri ataupun peneliti-peneliti
selanjutnya. Oleh karena itu peneliti akan memberikan beberapa saran yang
5.3.1 Saran Teoritis
1. Responden perempuan dalam penelitian ini lebih banyak dibandingkan reponden
laki-laki, yaitu terdapat 59 (27.8 %) responden laki-laki dan 153 (72.2 %) responden
perempuan. Oleh karena itu, saran untuk peneliti selanjutnya agar berusaha
memperoleh jumlah yang sama dari responden laki-laki maupun perempuan.
2. Metode pengambilan sampling pada penelitian ini adalah nonprobability
sampling dengan teknik accidentalsampling. Oleh karena itu, saran untuk peneliti
selanjutnya untuk menggunakan teknik sampling lain, seperti teknik systematic
sampling yang dilakukan pada sebuah perkumpulan, organisasi, atau lembaga.
3. Frekuensi responden berdasarkan usia pada penelitian ini di dominasi oleh subjek
yang ada pada rentang usia 20 hingga 24 tahun. Oleh karena itu, saran untuk peneliti
selanjutnya agar berusaha memperoleh jumlah frekuensi responden berdasarkan
usia secara seimbang.
4. Karakteristik responden pada penelitian ini adalah subjek yang hanya berada
pada masa dewasa muda, dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun. Oleh karena itu,
saran untuk peneliti selanjutnya adalah menjadikan subjek yang berada pada masa
dewasa yaitu dewasa muda, tengah dan akhir juga sebagai bagian dari karakteristik
responden penelitian.
5. Koefisien reliabilitas skala tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada
penelitian ini hanyalah sebesar 0.600. Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti
selanjutnya dapat mengkaji kembali mengenai koefisien reliabilitas skala tipe
6. Dependent variable dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert. Oleh karena itu, saran untuk peneliti selanjutnya agar mencoba
menganalisa denpendent variable yang didasarkan dari Faktor Trait Lima Besar
atau yang dikenal dengan nama Big Five sebagai salah satu pendekatan trait
kepribadian.
5.3.2 Saran Praktis
1. Nilai sabar pada setiap individu mengarahkan pada karakteristik yang positif,
dimana nilai sabar ini menjadikan individu memiliki karakater yang lebih baik.
Oleh karena itu, diharapkan setiap individu mampu menumbuhkan nilai sabar pada
diri.
2. Diketahui bahwa nilai sabar dimiliki oleh setiap tipe kepribadian, yang dimana
nilai sabar ini dapat ditingkatkan oleh setiap individu. Oleh karena itu, diharapkan
setiap individu mampu meningkatkan nilai sabar pada diri meski dengan tipe
Daftar Pustaka
Alwisol. (2012). Psikologi Kepribadian (ed. Revisi). Malang: UMM Press.
Auliya, M & Nurwidawati, D. (2014). Hubungan Kontrol Diri dengan Prilaku Agresi pada Siswa SMA Negeri 1 Padangan Bojonegoro. Character, 2 (3).
Burger, J. M. (2011). Introduction to Personality (8th ed.). Wadsworth: Cengage Learning.
Cervone, D & Pervin, L. A. (2011). Kepribadian : Teori dan Penelitian (edisi 10, buku 1). (A. Tusyani, dkk). Jakarta: Salemba Humanika.
Cervone, D & Pervin, L. A. (2012). Kepribadian: Teori dan Penelitian (edisi 10, buku 2). (A. Tusyani, dkk). Jakarta: Salemba Humanika.
Creswell, J. W. (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (3th ed.). (A. Fawaid). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Cruz-Cunha, M. M., Moreira, F., & Varajao, J. (2014). Handbook of Research on Enterprise 2.0: Technologicaland Organizational Dimentions). Hershey: IGI Global.
Darmawan, D. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
El Hafiz, S., Mundzir, I., Rozi, F., Pratiwi, L. (2015). Pergeseran Makna Sabar dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris, 1 (1), 33-38.
El Hafiz, S., Rozi, F., Mundzir, I., Pratiwi, L. (2012). Konstruk Psikologi Kesabaran dan Perannya dalam Kebahagiaan Seseorang.
Eysenck, H. J & Wilson, G. (1980). Mengenal Diri Pribadi. (D. H. Gulo). Jakarta: ANS Sungguh Bersaudara.
Feist, J & Feist, G. J. (2011). Teori Kepribadian: Theories of Personality (edisi 7, buku 2). (S. P. Sjahputri). Jakarta: Salemba Humanika.
Feist, J & Feist, G. J. (2014). Teori Kepribadian: Theories of Personality (edisi 7, buku 1). (Hardiatno). Jakarta: Salemba Humanika.