• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN PENYEBAB DAN CARA MENGATASI L (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGERTIAN PENYEBAB DAN CARA MENGATASI L (1)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGERTIAN, PENYEBAB DAN CARA MENGATASI LUPA

Pengertian, penyebab dan cara mengatasi lupa - Lupamungkin bukan hal yang asing atau tabu dikalangan masyarakat, lupa sering kali terjadi pada semua orang, baik yang kecil, remaja, dewasa, hingga yang tua, yang miskin dan yang kaya pun tak luput dari lupa, ya memang itulah kodrat manuisa adalah tempatnya salah dan lupa, loh kok saya jadi dakwah :D hehe, tapi tenang saja, anda tidak perlu khawatir jika anda sering mengalami lupa, karena dalam artikel ini saya akan menjelaskan tentang pengertian lupa,penyebab lupa dan cara mengatasi lupa. Berikut penjelasannya.

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988)mendefinisikan Lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

(2)

Faktor-Faktor Penyebab Lupa

1. Kadar gula darah tinggi

Penyimpanan memori bisa terganggu akibat tingginya gula darah Anda. Awas, kondisi ini bisa menggangu bagian otak yang berhubungan dengan memori. Jika memiliki riwayat keluarga penderita penyakit kencing manis, sebaiknya kendalikan asupan gula Anda. Lakukan juga tes gula darah secara rutin. Dan, jangan lupa menjaga pola makan sehat serta tetap aktif. Jalan kaki adalah salah satu alternatif efektif mencegah diabetes.

2. Kurang Istirahat

Otak mengandalkan aktivitas tidur untuk menyimpan memori baru. Dalam sebuah penelitian, responden yang tidur enam jam setiap malam selama dua minggu mungkin tidak merasa kurang tidur. Namun, setelah dilakukan tes memori secara substansial, hasilnya mereka sulit mengingat memori jangka pendek. Pertajam daya ingat Anda dengan membuat prioritas istirahat yang cukup. Jika Anda tidak bisa, coba lakukan tidur pendek selama enam menit saat tubuh terasa lelah. Cara ini bisa meningkatkan kinerja dan memicu proses memori penting dalam otak.

3. Mendengkur

Mendengkur tak hanya mengganggu kualitas tidur, tapi juga bisa menurunkan daya ingat. Saat tidur mendengkur, saluran napas Anda akan terblokir, sehingga memotong oksigen beberapa detik pada suatu waktu dan menyebabkan sel-sel otak kelaparan.

4. Metabolisme menurun

(3)

tiroid mengontrol metabolisme tubuh. Bila produksinya terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat mengganggu sel-sel otak, yang dapat memperlambat masuknya informasi ke otak. Solusi: tak ada salahnya Anda memeriksakan diri ke dokter untuk mengatasi masalah ini.

5. Usia lebih dari 65 tahun

Di usia ini, manusia akan lebih sulit untuk menyerap vitamin B12 dari makanan. Kekurangan B12 serius dapat menyebabkan penyakit Alzheimer atau pikun. Karena itu, seiringnya bertambah usia, lakukan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui cara meningkatkan asupan B12, misalnya dengan suplemen. Selain manula, penganut vegetarian juga seringkali kekurangan vitamin B12.

6. Mengalami depresi

Penderita depresi berat juga mengalami gangguan pada sel-sel otak. Bahkan, ketika depresi berlangsung, ada kemungkinan kondisi ini bisa membunuh sel-sel otak, sehingga menyebabkan daya ingat ‘merosot’. Solusinya, segera cari pengobatan. Pasalnya, makin banyak sel-sel otak yang ‘hilang’, daya ingat akan makin sulit ditingkatkan.

7. Mengonsumsi obat alergi atau pil tidur

Obat-obatan untuk mengatasi masalah seperti insomnia, alergi, dan gangguan perencanaan, ternyata juga juga bisa menyebabkan fungsi otak terganggu. Maka itu, sebelum mengonsumsi obat ini sebaiknya konsultasikan dulu pada dokter agar daya ingat Anda tidak ikut terganggu.

8. Terlalu banyak kosumsi obat

Jika mengonsumsi lima atau lebih obat, Anda berisiko tinggi mengalami gangguan daya ingat. Karena itu, pastikan dokter tahu semua obat yang Anda konsumsi. Jika sebuah iklan farmasi tampak menggiurkan, jangan langsung tergoda. Sebaiknya minimalkan konsumsi obat bebas atau hanya konsumsi obat sesuai dengan resep.

Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori. Gangguan konflik dalam lupa ini terbagi menjadi dua yaitu:

 Gangguan proaktif (Proactive interference) yaitu apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal

permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Ini terjadi jika siswa mempelajari materi yang mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek.

 Ganguan retroaktif (retroactive interference) yaitu apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan

(4)

sangat sulit diingat atau diproduksi kembali, sehingga siswa tersebut lupa.

href="http://nangimam.blogspot.com/2014/02/PENGERTIAN-PENYEBAB-DAN-CARA-MENGATASI-LUPA.html">Proses Terjadinya Lupa Ada empat tahap dalam proses terjadinya lupa, yaitu:

1. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.

2. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut: Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi. Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.

3. Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.

4. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan

(5)

yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)

Cara Mengurangi Lupa dalam Belajar

1. Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi

batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.

2. Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya

penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.

3. Mnemonic Device (muslihat memori) yang sering juga disebut

mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.

4. Pengelompokkan, maksud kiat pengelompokkan (clustering)

ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.

5. Latihan Terbagi, lawan latihan terbagi (distributed practice)

(6)

demikian dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien.

6. Pengaruh Letak Bersambung, untuk memperoleh efek positif

dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata0kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996: 160-164)

Cara Mengatasi Lupa

2. Olahraga meningkatkan detak jantung 3 kali seminggu selama 20 menit, bahkan hanya dengan berjalan, akan memperbanyak oksigen di otak sehingga membantu pertumbuhan sel-sel baru. Menurut Sam Wang, PhD, associate professor of neuroscience di Princeton University, latihan aerobik juga sama efektifnya dengan aktivitas pelatihan otak lainnya. Tidak harus ke gym.

3. Mencatat kegiatan Buatlah daftar kegiatan dengan menggunakan agenda harian atau notebook kecil. Pastikan selalu menempatkan kunci mobil atau apapun di tempat yang sama. Hal ini akan memudahkan Anda jika hilang ingatan menyerang.

4. Membaca buku mungkin terdengarnya agak klasik, tapi para peneliti dari Mayo Clinic menunjukkan bahwa membaca bisa menurunkan risiko kehilangan memori hingga 30-50 persen. Jadi jangan lupa membaca buku dimanapun Anda berada. Bacaan seperti buku-buku ilmu pengetahuan dan novel adalah bacaan yang paling bisa membantu meningkatkan kemampuan otak.

(7)

2

Lupa, Kejenuhan, dan Transfer Dalam

Belajar

A. Lupa Dalam Belajar

1. Proses terjadinya kelupaan dalam belajar

Daya ingatan kita tidaklah sempurna.Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak

dapat diingat kembali, atau dilupakan. Lupa (Forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk

menyebutkan atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.

Menurut Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan

mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Lupa adalah suatu

fenomena umum, ia merupakan suatu pengendalian biologis yang membantu kita

memertahankan keseimbangan dalam dunia yang dipenuhi oleh rangsangan sensor

(Mahmud,H.2005:139) Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi

dan pengetahuan dari akal kita. Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa.

Keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi :

a. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak. Kalau materi yang harus

(8)

materi itu akan terhapus dari otak dan kita tak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena

tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.

b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami

perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsi-prisip sebagai berikut :

1) Penghalusan : Materi berubah bentunya kearah bentuk yang lebih simetris, lebih halus dan

kurang tajam, sehingga bentuknya asli tidak diingat lagi.

2) Penegasan : Bagian-bagian yang paling menyolok dari suatu hal adalah yang paling

mengesankan, dan karena itu dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang

diingat hanya bagian-bagian yang menyolok ini dan bentuk keseluruan tidak begitu diingat.

Misalnya, kita melihat seseorang dengan hidung mancung. Karena terkesan oleh hidungnya,

maka dalam mengingat orabg itu kita hanya ingat akan hidungnya, sedangkan bagaimana

wajah orang itu sebenarnya tidak kita ingat lagi.

3) Asimilasi : Bentuk yang mirip botol, misalnya, akan kiata ingat sebagai botol, sekalipun

bentuk itu bukan botol sama sekali. Dengan demikian kita hanya ingat akansebuah botol,

tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi disini disebabkan karena kita

cenderunguntuk mencari bentuk yang ideal dan lebih sempurna.

c. Kalau kita mempelajari hal yang baru, mungkin hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat

kita ingat lagi. Misalnya, seorang anak menghafal nama kota-kota dijawa barat. Setelah itu ia

mengahafal nama kota-kota dijawa tengah. Pada waktu ia sudah menghafal materi kedua,

materi pertama sudah lupa lagi. Dengan perkataan lain, materi kedua menghambat dapat

diingatnya materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya,

mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena

terhambat oleh adanya materi lain yang sudah terlebih dahulu dipelajari. Hambatan seperti ini

(9)

d. Ada kalanya kita melupakan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa yang

mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, pendek kata semua hal

yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun

proses lupa yang sengaja ini kadang-kadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran

kita). Pada bentuknya yang ekstrim represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa akan

namanya sendiri, akan alamatnya sendiri, akan orang tua, akan anak-istri dan akan semua hal

yang bersangkutpaut dengan dirinya sendiri. Amnesia ini dapat ditolong atau disembuhkan

melalui suatu peristiwa yang begitu dramatisnya sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan

pada penderita.

2. Faktor-faktor penyebab lupa

Pertama, lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi

atau materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai

gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1) practice

interference; 2)retroactive interference (Reber 1988; Best 1989; Anderson 1990). Seorang

siswa akan mengalami gangguan proactive apabila materi pelajaran lama yang sudah

tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru.

Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang

sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang

pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau

diproduksi kembali. Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami ganguan retroactive apabila

materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi

(10)

tersebut. Dalam hal ini, materi pelajarn lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi

kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan materi peajaran lama itu.

Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya tekanan terhadap

item yang telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa sebab,

yaitu:

a. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang

diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke

alam ketidaksadaran

b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada,

jadi sama dengan fenomena retroactive

c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah

sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan

Ketiga, lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikapdan minat siswa terhadap

proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses

belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa

tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka materi

pelajaran itu akan mudah terlupakan.

Keempat, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena

sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa.

Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian akan masuk ke alam

bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.

Kelima, lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak. Seorang

siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alcohol, dan geger otak

(11)

3. Kiat mengurangi lupa dalam belajar

a.

Over learning

Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar

atas materi pelajaran tertentu. Over learning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu

muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara di luar

kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk over learning, antara lain pembacaan

teks Pancasila pada setiap hari Senin memungkinkan ingatan siswa terhadap teks Pancasila

lebih kuat.

b.

Extra study time

Extra study time

(tambahan waktu belajar)

ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar

atau penambahan frekuensi aktivitas belajar.

Penambahan alokasi waktu belajar materi

tertentu berarti siswa menambah jam belajar,

misalnya dari satu jam menjadi dua jam waktu

belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti

siswa meningkatkan kekerapan belajar materi

tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi

dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup

strategis karena dapat melindungi memori dari

kelupaan.

(12)

Mnemonic device

(muslihat memori) yang

sering juga hanya disebut

mnemonic

itu

berarti kiat khusus yang dijadikan “alat

pengait” mental untuk memasukkan item-item

informasi ke dalam system akal siswa.

Muslihat

mnemonic

ini banyak ragamnya,

yang paling menonjol adalah sebagaimana

terurai di bawah ini:

-

Singkatan,

yakni terdiri atas huruf-huruf awal

nama atau istilah yang harus diingat siswa.

Pembuatan singkatan-singkatan ini seyogianya

dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik

dan memiliki kesan tersendiri.

-

System kata pasak (peg word system),

yakni

sejenis teknik

mnemonic

yang menggunakan

komponen-komponen yang sebelumnya telah

dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori

baru. Kata komponen pasak ini dibentuk

berpasangan yang memiliki kesamaan watak

(baik itu warna, rasa, dan seterusnya).

Misalnya

langit-bumi; panas-api;

merah-darah;

dan seterusnya.

(13)

Clustering

(pengelompokkan) ialah menata

ulang item-item materi menjadi

kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis

dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki

signifikansi dan lafal yang sama atau sangat

mirip. Penataan ini direkayasa sedimikian rupa

dalam bentuk daftar-daftar item materi

sehingga mudah untuk dihafalkan.

B. Kejenuhan Dalam Belajar

1. Pengertian kejenuhan dalam belajar

Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat

apa pun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa

sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang

disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau

(baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses

belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan

usahanya. Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar,

tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988). Seorang siswa yang mengalami kejenuhan

belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada

kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung

selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit

siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu

(14)

Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat bekerja

sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru,

sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”. Apabila kemajuan belajar yang

jalan ditempat ini kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang akan tampak adalah garis

mendatar yang lazim disebut plateau. Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang

kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai

pada tingkat keterampilan berikutnya.

2. Faktor penyebab kejenuhan dalam belajar

Kejenuhan dalam bidang apa saja pada umumnya disebabkan oleh aktifitas rutin yang

dilakukan dengan cara yang monoton atau tidak berubah-ubah, dalam waktu lama. Dengan

demikian kejenuhan belajar biasanya lebih sering menghinggapi pelajar atau mahasiswa

yang sejak SD sudah menjadi pelajar yang rajin. Berbagai penyebab kejenuhan belajar yang

perlu diketahui di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Belajar dilakukan dengan metode yang tidak bervariasi.

b. Belajar hanya dilakukan ditempat tertentu saja. Misalnya di kamar tidur

c. Kondisi ruang belajar yang tidak berubah-ubah, terutama di rumah

d. Kurang melakukan aktifitas rekreasi atau hiburan untuk menetralisir kelelahan berpikir

setelah beajar

e. Adanya ketegangan mental yang kuat dan berlarut-larut di saat belajar.

Ketegangan mental tsb bisa timbul dari beban pelajaran yang terlalu berat, target untuk

mencapai prestasi puncak, guru / dosen yang terlalu galak / killer, dan hal-hal lain yang

(15)

3. Cara mengatasi kejenuhan dalam belajar

a. Belajar dengan metode yang bervariasi. Misalnya dengan membuat ringkasan bahan

pelajaran sejak awal semester.

b. Belajar di beberapa tempat yang cukup nyaman seperti ruang tidur, ruang khusus belajar

(kalau ada), ruang tamu, di rumah teman untuk belajar bersama, dll.

c. Mengadakan perubahan fisik di ruang belajar

d. Menciptakan suasana yang menyenangkan di ruang belajar. Misalnya belajar sambil

mendengar music instrumental yang tenang

e. Melakukan aktifitas rekreasi secara berkala

f. Menghindari adanya ketegangan mental di saat belajar

g. Melakukan aktifitas meditasi untuk menetralisir kejenuhan belajar dan menetralisir berbagai

kondisi mental yang negative lainnya seperti stress, rasa cemas, tidak PD, dan menanamkan

kondisi ketenangan sampai ke alam bawah sadar.

Perlu juga diketahui bahwa meditasi bukan hanya bisa menetralisir berbagai kondisi mental

yang negative dan menanamkan kondisi ketenangan jiwa, tapi juga bisa mengkondisikan rasa

segar dan nyaman pada badan, sehingga semangat beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari

juga bisa ditingkatkan

.

C. Tranfer Dalam Belajar

1. Pengertian transfer dalam belajar

Menurut L.D. Crow dan A. Crow, transfer belajar adalah pemindahan-pemindahan

kebiasaan berfikir, perasaan atau pekerjaan, ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu

keadaan ke keadaan belajar yang lain. Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasi

(16)

sekarang. Tranfer dalam belajar yang biasa disebut dengan tranfer belajar (tranfer of learning)

itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari suatu situasi ke situasi

berikutnya (Reber: 1988). Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya

keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena digantikan dengan keterampilan baru

pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan

pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan

melakukan sesuatu lainnya. Setiap pemindahan pengaruh (tranfers) seperti yang disebut

diatas pada umumnya selalu membawa dampak baik itu positif ataupun negatif terhadap

aktifitas dan hasil pembelajaran materi pelajaran lain atau keterampilan lain.

2. Ragam transfer belajar

Pada perkembangan awal, transfer belajar terbagi menjadi dua yaitu transfer positif

dan transfer negatif. Dikatakan transfer positif, apabila membawa efek positif terhadap

kegiatan belajar selanjutnya, sedangkan dikatakn transfer negatif, jika membawa efek negatif

terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Menurut Theory of Identical Element yang

dikembangkan oleh E. L. Thorndike, transfer positif akan terjadi apabila terjadi kesamaan

elemen antara materi yang lama dengan materi yang baru. Contoh seorang siswa yang telah

menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika, seseorang yang telah mampu

untuk naik sepeda maka ia akan mudah untuk belajar naik sepeda bermotor. Sedangkan

trasfer negatif terjadi ketika keterampilan yang telah dikuasai menjadi penghambat belajar

keterampilan lainnya. Contoh seorang yang terbiasa untuk mengetik dengan satu jari, akan

mengalami kesulitan ketika harus belajar mengetik dengan sepuluh jari. Pada perkembangan

selanjutnya, Gagne, seorang education psychologist membedakan transfer belajar menjadi

(17)

a.

Transfer positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya.

Tranfer ini dapat terjadi jika seorang guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu

yang mempermudah siswa belajar dalam situasi lainnya. Dalam konteks ini, Barlow

mendefinisikan transfer positif adalah belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu

belajar dalam situasi-situasi lain.

b.

Transfer negatif, yaitu transfer negatif yaitu

transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan

belajar selanjutnya. Tranfer ini dapat terjadi

jika seorang siswa belajar dalam situasi

tertentu yang memiliki pengaruh merusak

terhadap keterampilan yang dipelajari dalam

situasi berikutnya.

c.

Transfer vertikal, yaitu transfer yang berefek

(18)

d.

Transfer lateral, yaitu transfer yang berefek

baik

terhadap

kegiatan

belajar

pengetahuan/keterampilan yang sederajat.

Tansfer ini akan terjadi ketika seorang siswa

telah mampu menggunakan materi yang

dipelajarinya untuk mempelajari materi yang

sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang

lain. Contohnya, seorang siawa STM yang

telah menguasai teknologi “X” dari sekolahnya

akan mudah menggunakan teknologi itu di

tempat kerjanya.

3. Transfer positif dalam belajar

Transfer yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif

yakni belajar dalam situasi yang dapat membangtu belajar dalam situasi-situasi lain.

“Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu

berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam menghadapi tugas belajar yang

lain dalam rangka kurikul di keskolah atau dalam mengatur kehidupan seharihari, transfer

belajar demikian tersebut disebut “transfer positif”.

Transfer positif, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya

dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-sehari yang akan ditempati ssiwa tersebut kelak

dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah.

Misalnya, siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara otomatis mudah belajar

Bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan arab). Pengetahuan tentang

(19)

perekonomian yang dihadapi oleh penghuni daerah itu, ketrampilan mengendarai sepeda

motor akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan roda empat

http://vhasande.blogspot.com/2014/05/lupa-kejenuhan-dan-transfer-dalam.html

3

Lupa Menurut Psikologi Belajar

PENDAHULUAN

O

(20)

menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta untuk mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan sebagian itu.

Manusia cenderung untuk menyempurnakan sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut dengan cara mengkreasikan sendiri detil-detil ceritera itu. Akibatnya, sebuah ceritera tentang suatu peristiwa yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah dari masa ke masa. Makin lama jarak waktu antara kejadian awal

Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya. (syaiful Bahri Djamarah, 2008: 206)

Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)

Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk digunakan. (Irwanto, 1991: 150).

(21)

Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

B. Proses Terjadinya Lupa

Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan.

Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi. 1. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak

kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.

2. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan

mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti

prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih

simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.

b. Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal

adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian-bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat. c. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai

botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.

3. Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah

(22)

oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.

4. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi.

Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)

C. Faktor-Faktor Penyebab Lupa

Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat adatu diproduksi kembali.

Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktifapabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pejaran lama kan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.

Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan.

a. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan

sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.

b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item

(23)

c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu

tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.

Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan (Reber, 1988). Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis yang banyak mendapat tantanganm baik dari kawan maupun lawannya itu.

Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.

Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.

Kelima, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.

Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.

Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.

Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tennggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best, 1989; Anderson, 1990).

(24)

kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996: 160)

D. Lupa Versus Hilang

Kerapkali pengertian “lupa” dan “hilang” secara spontan dianggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa segala sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukan dalam ingatan, tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa. (Winkel, 1989: 291) sejumlah kesan yang telah didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak akan pernah hilang, tetapi kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan kembali kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Penggalian kesan-kesan-kesan-kesan terpilih bisa karena kekuatan “asosiasi” atau bisa juga karena kemauan yang keras melakukan “reproduksi” dengan pengandalan konsentrasi. Oleh karena itu, tepat apa yang pernah dikemukakan oleh gula (1982) dan Reber (1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. (Muhibbin Syah, 1999: 151) jadi, lupa bukan berarti hilang, sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan dalam alam bawah sadar.

Gangguan-gangguan yang menyebabkan terjadinya lupa, baik dalam ingatan jangka panjang maupun jangka pendek ditunjang oleh hasil-hasil penelitian, bahwa informasi-informasi yang baru didapat membingungkan informasi-informasi yang lama disebut “inhibisi retroaktif” atau gangguan retroaktif. Sebaliknya, bila informasi-informasi yang lama menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru dinamakan “inhibisi proaktif” atau gangguan proaktif. (Mahmud, 1990: 136)

E. Lupa-Lupa Ingat

(25)

tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar, tetapi kurang pasti), agak lupa.

Kadang-kadang kita mengingat sesuatu dari ingatan jangka panjang kita dan merasa seolah-olah kita hampir mengingatnya, tetapi tidak mengingat betul apa yang ingin kita ingat itu, entah itu nama seorang teman, tempat berlangsungnya kejadian tertentu, tanggal bimbang sadar dan alam bawah sadar, sehingga ingatan yang timbul karena kesadaran akibat adanya rangsangan dari luar atau usaha mengingat-ingat terjelma dalam bentuk gejala ujung lidah, hampir ingat atau lupa-lupa ingat, yang berarti tidak lupa, Cuma kurang pasti. (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 207-209)

F. Teori-Teori Mengenai Lupa

Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.

1. Decay theory

Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.

2. Teori interferensi

Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.

Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini. Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.

(26)

Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.

4. Teori motivated forgetting

Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.

5. Lupa karena sebab-sebab fisiologis

para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.

G. Meningkatkan Kemampuan Memori

Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:

1. Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu,

perlu diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.

2. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan

hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di depan jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.

3. Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian

(27)

mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.

Salah satu metode mnemonik yang biasa dilakukan adalah metode loci (method of loci; loci= locus= tempat). Individu diminta untuk membayangkan suatu tempat yang ia kenal dengan baik, misalnya rumahnya. Ia membayangkan dari bagian rumah itu, misalnya dari ruang tamu sampai kekamarnya. Ia membayangkan benda-benda apa saja yang akan ditemui didekat pintu masuk, di ruang tamu, dekat pintu kamarnya dan di dalam kamarnya. Kemudian ia diasosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru yang harus diingat.

Metode mnemonik lain yang biasa dipakai adalah metode menghubung-hubungkan (link method), yaitu menghubungkan informasi yang harus diingat satu dengan lainnya sehingga

Mau Jadi Koboi Harus Bisa Naik Unta = Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu

Pengorganisasian juga bisa dilakukan dengan membuat suatu akronim sekaligus sebagai suatu kesatuan informasi (chunk) seperti dalam jembatankeledai yang pernah kita singgung di depan (LUBER, ANDAL kota BERIMAN, dan lain-lain). (Irwanto, 1991: 152-158)

H. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar

Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut: 1. Overlearning

Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.

(28)

Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.

3. Mnemonic Device

Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa. 4. Pengelompokkan

Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.

5. Latihan Terbagi

Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien.

6. Pengaruh Letak Bersambung

Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata0kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996: 160-164)

PENUTUP SIMPULAN

Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.

Faktor-faktor yang menyebabkan lupa meliputi :

1. Adanya konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar

yang ada di sistem memori seseorang.

2. Adanya tekanan terhadap item atau materi yang lama baik disengaja

atau tidak disengaja.

3. Perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu

memanggil kembali item tersebut.

(29)

5. Tidak pernah latihan / tidak pernah dipakai

6. Kerusakan jaringan syaraf otak.

Cara mengurangi lupa:

1. Belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran

tertentu.

2. Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap

materi yang dipelajari.

3. mengelompokkan kata atau istilah tertentu dalam susunan yang

logis.

Jenuh belajar adalah yaitu suatuv situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Mahmud, M. Dimyati. 1991. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta: PBFE.

Purwanto, M. Ngalim. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suyanto, Agus. 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 9

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubemur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Bantuan Keuangan dan Tata Cara Bagi

Template Dokumen ini adalah milik Direktorat Pendidikan - ITB Dokumen ini adalah milik Program Studi [NamaProdi] ITB. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui

Populasi penelitian ini adalah ibu yang mempunyai riwayat menyusui yang mem- punyai bayi 6-12 bulan berjumlah 150 orang yang terdiri dari 58 orang ibu yang mem- punyai riwayat

Akhirnya makin besar pula proses transfer informasi (transfer of information) dan perpustakaan berfungsi sebagai media atau alat serta jembatan perantara antara

Tidak adanya hubungan antara stres dengan status gizi hal ini dikarenakan pada keadaan stres, seseorang cenderung lupa akan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti

Gunakan bahan yang tidak mudah terbakar seperti vermikulit, pasir atau tanah untuk menyerap produk ini dan.. tempatkan dalam kontainer untuk

 Identifikasi entitas data yang dibutuhkan  Membuat entitas data baru berdasarkan kebutuhan  Melakukan integrasi aplikasi untuk penggunaan data  Melakukan penambahan modul

Dengan demikian penggunaan pendekatan whole language dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bendungan Hilir 01 Pagi Jakarta Pusat..