• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KASUS PT FRE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KASUS PT FRE (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS PT FREEPORT INDONESIA

Adiarti Apriliani

1106075162

Anindya Kirana

1106008050

Annisa Fatharini

1106018631

Shalina Arinda Putri

1106001132

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTASI

(2)

STATEMENT OF AUTHORSHIP

“Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya. Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Mata Ajaran : Sistem Pengendalian Manajemen

Judul Tugas : Studi Kasus PT Freeport Indonesia

Tanggal : 12 September 2014

Dosen : Dr. Timotius dan Rudyan Kopot S.E., MBA

Nama NPM Tanda Tangan

Adiarti Apriliani 1106075162

Anindya Kirana 1106008050

Annisa Fatharini 1106018631

(3)

1. Review Kasus

Judul : The Freeport Mine, Irian Jaya, Indonesia: “Tailings & Failings” – Stakeholder Analysis

Penulis : V. Kasturi Rangan & Arthur McCaffrey

PT Freeport In donesia (PT – FI ) merupakan sebuah anak perusahaan dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. yang merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia dan beroperasi di Amerika serikat. Awal perjalanan PT – FI di Indonesia dimulai sejak tahun 1966 dimana pemerintah pada rezim Soeharto menandatangani kontrak selama 30 tahun dengan PT – FI untuk dapat beroperasi di wilayah Irian Jaya dengan membangun area tambang di sekitar Papua Barat dimana didalamnya terkandung bijih besi, tembaga, emas, dan perak.

(4)

produksi hasil tambang menjadi 250.000 ton per hari. Di tahun 1995, PT –FI menunjukan kenaikan revenue secara signifikan – sebesar dua kali lipat dibandingkan dalam kurun 3 tahun sehingga memberikan kontribusi semakin besar untuk cadangan devisa RI.

Ekploitasi PT – FI mendapat berbagai kecaman dari warga setempat, berbagai Komunitas Lingkungan di Indonesia seperti Walhi, organisasi internasional yang fokus di bidang perairan kecil yang bernama OPIC, dan berbagai NGOs di level Internasional telah melakukan kajian dan mengecam aktivitas operasional PT – FI yang nyatanya telah meninggalkan limbah dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh, sungai – sungai yang merupakan salah satu sumber kehidupan bagi warga papua, kini kondisinya sangat memperihatinkan karena telah terkontaminasi oleh limbah yang dihasilkan PT – FI . Gerakan ini juga didukung oleh sejumlah NGOs yang berasal dari Amerika dan Australia. Di tahun 1995 telah dikeluarkan sebuah laporan yang berisi sebuah kritikan untuk PT – FI bahwa aktivitas operasinya telah meninggalkan efek buruk bagi suku Amungme dan dibutuhkan sebuah tindakan pertanggungjawaban akan hal ini.

(5)

Tahun 1998, merupakan salah satu momentum besar untuk revolusi politik di Indonesia yang diawali dengan berakhirnya masa kejayaan Soeaharto. Kondisi ini membuat kondisi PT – FI menjadi sedikit banyak kurang menguntungkan dikarenakan pada saat itu, seluruh pihak yang memiliki “relasi” dengan keluarga Soeharto menjadi objek sentimen masyarakat. Belum lagi terdapat kebijakan dari pemerintahan baru untuk melakukan kajian terhadap seluruh kontrak perusahaan asing yang ditandatangani oleh Soeahrto pada saat masa jabatannya. Hal ini tentu menjadi sebuah ancaman bagi PT – FI

Seiring berjalannya waktu, PT – FI memperlihatkan intensi untuk tetap ingin beroperasi di wilayah Papua. PT –FI melakukan sejumlah upaya untuk melindungi kepentingan tersebut diantaranya dilakukan dengan cara memperkecil jumlah output tambang yang diproduksi dan melakukan rehabilitasi lingkungan di wilayah Papua. Selain itu, PT –FI juga menandatangani sejumlah perjanjian dengan Suku Amungme dan Kamoro yang berisi tentang hak milik tanah dan hak kemanusiaan.

Balancing Organizational Tensions

Perusahaan adalah suatu entitas yang kompleks dimana manajer harus mampu untuk menyeimbangkan berbagai macam faktor. Terdapat lima tekanan yang perlu diseimbangkan dalam mengimplementasikan sistem pengukuran kinerja dan control secara efektif, yaitu:

1. Balancing Profit, Growth, and Control

Untuk mendapatkan pertumbuhan yang menguntungkan, perusahaan secara terus menerus melakukan inovasi dalam berbagai macam bentuk. Namun, penekanan yang berlebihan terhadap profit dan pertumbuhan dapat memberikan dampak negatif yang menempatkan suatu perusahaan dalam keadaan yang berisiko.

(6)

Di seluruh bisnis, selalu ada tekanan antara keuntungan, pertumbuhan, dan control, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Perusahaaan yang menguntungkan namun tidak memiliki fungsi control yang baik akan gagal dengan cepat. Selain itu, mencoba untuk meningkatkan pertumbuhan usaha yang tidak menguntungkan juga merupakan hal yang percuma. Oleh karena itu, sangat penting bagi suatu perusahaan untuk menilai apakah manajer telah menyeimbangkan antara keuntungan, pertumbuhan, dan control dengan baik. Teknik dan sistem yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menyeimbangkan tekanan perusahaan ini antara lain dengan memiliki sistem akuntansi, sistem control, sistem perencanaan keuntungan, dan sistem pengukuran kinerja yang baik.

Balancing Profit, Growth, and Control Tensions in PT Freeport IndonesiaProfit Freeport Indonesia

Net income yang diperoleh oleh PT Freeport Indonesia dari tahun 1992 -2002 dapat dilihat di tabel berikut:

1992 1995 1998 2000 2002

Revenues $714.3 $1843.3 $1757.132 $1868.610 $1910.462

Expenses $584.40 $1,589.60 $1,603.28 $1,791.62 $1,745.81

Net Income $129.9 $253.7 $153.848 $76.987 $164.654

Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa dari tahun 1992 – 1995, PT Freeport Indonesia mengalami peningkatan net income, bahkan hampir meningkat sebesar dua

Growth

Profit Control

(7)

kali lipatnya. Di tahun 1998 – 2000, PT Freeport Indonesia mengalami penurunan

net income yang cukup besar. Hal ini tentu saja didorong karena kondisi Indonesia pada waktu itu yang sedang dilanda krisis dan merupakan tahun dimana kejayaan Soeharto akhirnya berakhir dan masa reformasi dimulai. Kondisi ini membuat kinerja keuangan PT Freeport Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Walaupun masa reformasi dapat menjadi ancaman bagi PT Freeport Indonesia untuk kembali mendapatkan keuntungan yang besar, pada nyatanya di tahun 2002, PT Freeport Indonesia mampu bangkit kembali dan meningkatan net income perusahaannya.

Growth PT Freeport Indonesia

Untuk melihat pertumbuhan PT Freeport Indonesia, antara lain dapat dengan melihat pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan laba operasi, dan pertumbuhan laba bersih. Pertumbuhan PT Freeport Indonesia dari tahun 1992 – 2002 dapat dilihat di tabel berikut:

1992 1995 1998 2000 2002

Revenue

Growth 158.06% -4.67% 6.34% 2.24%

Operating Income

Growth 115.01% -2.75% -14.82% 30.03%

Net Income

Growth 95.30% -39.36% -49.96% 113.87%

(8)

Control in PT Freeport Indonesia

Apabila kita lihat dari ringksan kasus dari PT Freeport Indonesia, dapat kita simpulkan bahwa PT Freeport Indonesia belum memiliki sistem pengawasan yang baik. PT Freeport Indonesia masih memfokuskan strategi perusahaan mereka untuk mendapatkan keuntungan dan pertumbuhan setinggi-tingginya sehingga fungsi pengawasan di PT Freeport Indonesia tidak berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari tingkat eksploitasi PT Freeport Indonesia yang selalu meningkat dari tahun ke tahun tanpa memperhatikan kondisi lingkungan di Indonesia. Fungsi pengawasan yang tidak berjalan dengan baik juga terbukti di tahun 1997 dimana PT Freeport Indonesia mengingkari proposal dan kembali meningkatkan jumlah produksinya yaitu sebanyak 300.000 ton dalam setiap harinya. Selain itu, PT Freeport Indonesia juga terlibat kontroversi publik karena dugaan adanya tindak kolusi dengan keluarga Soeharto terkait dengan aktivitas bisnisnya.

Hal ini membuktikan bahwa terdapat ketidakseimbangan antara keuntungan, pertumbuhan, dan control di PT Freeport Indonesia, dimana Freeport masih melakukan penekanan yang berlebihan terhadap keuntungan dan pertumbuhan perusahaan tanpa memperhatikan pengawasan yang baik. Freeport harus mampu untuk menyeimbangkan tekanan antara keuntungan, pertumbuhan, dan control dengan memiliki sistem akuntansi, sistem internal control, sisten perencanaan keuntungan, dan sistem pengukuran kinerja dan pengawasan yang baik.

2. Balancing Short-Term Results Against Long-Term Capabilities and Growth Opportunities

Suatu perusahaan harus selalu memberikan kinerja keuangan yang baik. Pasar modal, perwakilan pemilik saham, memberikan imbalan kepada manajer yang dapat menghasilkan laba di periode sekarang. Namun, menghasilkan laba secara konsisten, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

(9)

pasar baru dengan produk yang baru, dan menginvestasikan modal untuk penelitian dan pengembangan agar mampu bersaing dan memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu berubah-ubah.

Sistem pengukuran kinerja dan control memiliki peran yang kritikal dalam mengelola tekanan antara tuntutan laba jangka pendek dan kebutuhan perusahaan untuk melakukan investasi jangka panjang. Sistem ini melakukannya dengan melayani tujuan sebagai berikut:

 Berkomunikasi dengan perusahaan terkait tujuan strategis dari bisnis dan faktor pendorong kinerja yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

 Menyediakan suatu framework untuk memastikan bahwa sumber daya yang tersedia memadai untuk mencapai tujuan dan strategi jangka panjang.

 Menspesifikasi hubungan sebab akibat antara tujuan perusahaan dan profit.

 Menyediakan tolak ukut untuk pertumbuhan sistematis dalam key performance indicators

 Membangun suatu framework dalam mengalokasikn sumber daya untuk menghasilkan kapabilitas perusahaan yang bersifat jangka panjang.

Short-Term Result Against Long Term Capabilities PT Freeport Indonesia

(10)

Tingkat produksi Freeport juga terus mengalami peningkatan guna untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dan memiliki kinerja keuangan yang baik tiap tahunnya. Di tahun 1988, Freeport memproduksi 25.000 ton hasil tambang yang terdiri atas tembaga, emas, dan perak dalam setiap harinya. Delapan tahun kemudian, jumlah output ini bertambah sebanyak 200.000 ton. Bahkan, di sekitar tahun 1995, produksi hasil tambang dapat mencapai 250.000 ton per hari akibat penjualan 11,4% saham yang dilakukan Freeport kepada U.K. based RTZ.

PT Freeport Indonesia tentu lebih memikirkan keuntungan jangka pendek dibandingkan keuntungan jangka panjang. Hal ini terbukti dengan dampak negative jangka panjang yang dihasilkan oleh Freeport terhadap lingkungan di Papua dimana Freeport telah melakukan berbagai macam pelanggaran dan pencemaran lingkungan di Papua. Adapun dampak lingkungan yang dilakukan oleh Freeport antara lain adalah:

 Kerusakan Lingkungan

Produksi tailing yang mencapai 220 ribu ton per hari dalam waktu 10 tahun terakhir menghasilkan kerusakan wilayah produktif berupa hutan, sungai, dan lahan basah (wetland) seluas 120 ribu hektar. Sungai – sungai yang merupakan salah satu sumber kehidupan bagi warga papua, telah terkontaminasi oleh limbah yang dihasilkan PT Freeport Indonesia

 Limbah Batuan (Waste Rock)

Sekitar 2.5 milyar ton limbah batuan Freeport telah dibuang ke alam. Hal ini mengakibatkan turunnya daya dukung lingkungan sekitar pertambangan dengan terbukti adanya yang terjadi dikawasan tersebut. Bahkan salah satu anggota Panja DPR RI untuk kasus Freeport menemukan fakta bahwa kecelakaan longsor akibat limbah batuan terjadi rutin setiap tiga tahunan.

 Tailing

(11)

Akibat dari pelanggaran dan pencemaran lingkungan yang dilakukan, PT Freeport Indonesia mendapat berbagai kecaman dari stakeholders perusahaan, baik dari warga setempat, berbagai Komunitas Lingkungan di Indonesia dan berbagai NGOs di level Internasional. Hal ini membuat nama baik PT Freeport Indonesia menjadi lebih buruk.

Pengaruh pelanggaran lingkungan perusahaan terhadap kinerja keuangan PT Freeoprt Indonesia juga terbukti di tahun 1998 – 2000, dimana terjadi penurunan pendapatan akibat dari berakhirnya masa kepemimpinan Soeharto dan adanya kebijakan dari pemerintahan baru untuk melakukan kajian terhadap seluruh kontrak perusahaan asing yang ditandatangani.

Sampai sekarang, PT Freeport sudah mulai menunjukkan upaya mereka untuk menghasilkan pembangunan yang berkelanjutan dengan adanya program pengembangan masyarakat PTFI yang difokuskan untuk membantu masyarakat setempat untuk membangun program ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan kemampuan baca-tulis, memberikan pelatihan-pelatihan kejuruan, dan mengadakan program kesehatan yang memadai. Adapun hal yang telah dilakukan oleh PT Freeport Indonesia terkait program pengembangan masyarakat ini adalah:

1. Investasi

2. Pengembangan Bisnis Lokal

3. Program Kesehatan

4. Program Pendidikan

Keuntungan yang diraih oleh PT Freeport Indonesia sampai sekarang juga sudah mulai menunjukkan keuntungan yang positif.

Referensi

Dokumen terkait

Proyek pembangunan Hotel Santika Banyuwangi ini merupakan salah satu langkah yang dapat memudahkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, juga dapat memajukan

The development of foreign culture in every region in Indonesia makes the language of the region increasingly abandoned.One of them is Biak Language from Biak

Pertama , tiga elemen nol dalam baris atau kolom berbeda, cara perhitungan determinan sama dengan cara satu elemen nol. Kedua, dua elemen nol dalam baris yang sama, gunakan cara

“K egiatan mahasiswa baru diawali dengan pengenalan kultur akademik Fakultas Teknik UNY sehingga diharapkan para mahasiswa baru dapat me mahami cara belajar pada level

Dengan metode earned value dapat dihasilkan format laporan yang sesuai dengan kebutuhan pada tiap level pengendalian sehingga pengendalian proyek Jalan Jalur Lintas Utara Jawa

[r]

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan

“Perkembangan Sejarah Musik dan Tari Melayu dan Usaha Pelestariannya.” Makalah dalam Seminar Budaya Melayu Indonesia, di Stabat, Langkat, 1986.. Pengantar