• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syarat Modernisasi sunting Soerjono Soek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Syarat Modernisasi sunting Soerjono Soek"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.

Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Teori

2 Syarat Modernisasi

3 Perbedaan Modernisasi dan Westernisasi

4 Dampak Positif telo asmara 5 Dampak Negatif

6 Modernisasi di Indonesia 7 Rujukan

Teori[sunting]

Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil. Sementara menurut J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.

Syarat Modernisasi[sunting]

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut :

(2)

 Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.

 Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.

 Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan

kemerdekaan.

 Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial. Perbedaan Modernisasi dan Westernisasi[sunting]

Modernisasi Westernisasi

Mutlak ada dan diperlukan

oleh setiap negara Mutlak sebagai suatu pembaratan Tidak mengenyampingkan

nilai-nilai agama

Mempertentangkan budaya barat dengan budaya setempat

Tidak mutlak sebagai westernisasi

Modernisasi munculnya di Barat sehingga cara westernisasi merupakan satu-satunya cara untuk mencapainya(dengan kata lain MODERNISASI SAMA SAJA

WESTERNISASI) Proses perkembangannya

lebih bersifat umum Dampak Positif telo asmara[sunting]

Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut.  Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional.

 Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini.

(3)

Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan modernisasi.

Dampak Negatif[sunting]

Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut.

 Pola Hidup Konsumtif

Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.

 Sikap Individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.

 Gaya Hidup Kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.

 Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.

 Kriminalitas

Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.

Modernisasi di Indonesia[sunting]

(4)

kajian penting dalam proses kemajuan dan perkembangan teknologi yang membuat Indonesia lebih modern.

Karena sumber daya inilah pihak Indonesia bekerja sama dengan Negara lain dan saling melengkapi kebutuhan antara satu dengan Negara lainnya. Sehingga menciptakan kemajuan yang ada pada Indonesia dari sisi modernisasi maupun teknologinya. Indonesia sedang berada dalam masa-masa transisi dan penyesuaian di mana modernisasi dan globalisasi kian kuat masuk secara bertahap ke dalam Indonesia. Bukan hanya itu modernisasi juga sangat terpengaruh dengan majunya teknologi – teknologi yang ada pada Negara Indonesia sendiri.

http://id.wikipedia.org/wiki/Modernisasi

Istilah modernisasi muncul diawali oleh perspektif kalangan penentang marxisme, hal ini didasari oleh tradisi sosiologis yang dibangun dan melibatkan reinterpretasi, kesadaran, dan perhatian dari sosiologi klasik maupun displin ilmu lainnya. Perspektif semacam ini diterapkan dalam memandang modernisasi di dunia ketiga. Awal mula teori modernisasi dapat dikaji pada masa lalu ketika gagasan evolusi pertama kali digunakan dengan mengacu kepada ruang lingkup kemasyarakatan. Evolusi atau perubahan sosial dianggap sebagai sebuah kelaziman dan sebuah hal yang penting pada masa itu. Namun dengan komposisi masyarakat yang beragam meski pola perubahan yang terjadi tidak berubah, akhirnya tiap masyarakat akan menempati posisi-posisi yang berbeda pada skala evolusioner.

Revolusi industri yang terjadi pada abad ke-19 di Eropa dianggap sebagai sebuah media perubahan sosial yang revolusioner. Selanjutnya, muncul sebuah kekhawatiran baru akan dampak yang dihasilkan dari perubahan revolusioner ini. Durkheim melihatnya sebagai sebuah perubahan tata sosial masyarakat, dari solidaritas mekanik kemudian menjadi solidaritas organik. Hal-hal tersebut menjadi tema dominan dalam kajian perubahan teori evolusionis menjadi teori modernisasi. Teori tersebut diformulasikan pada masa perang dunia kedua ketika terjadi

perubahan politik dan sosio-ekonomi dengan begitu cepat.

(5)

sepanjang waktu, dan menguji transfer kebudyaan tersebut melalui interaksi sosial, hal-hal tersebut tidak dapat dijelaskan oleh para penganut terori evolusionis. Namun pada akhirnya kedua teori tersebut acapkali sama-sama mengarah kepada spekulasi. Generalisasi didalamnya membuat difusionis didiskreditkan. Ciri-ciri kebudayaan yang terisolasi, dipisahkan dari konteks sosialnya, dilepas dari signifikansinya dalam rentetan kehidupan sosial yang berkelanjutan menjadi komponen-komponen penjelasan yang sangat aneh dalam difusionis

Namun, dengan berbagai permasalahnyya difusionis tetap menajdi komponen penting dalam perkembangan ilmu sosial di Amerika utara, termasuk bagi para evolusionis. Para evolusionis tidak menuntut bahwa setiap kelompok sosial harus melalui setiap tingkatan. Diluar

eksklusifitasnya, dalam kaitannya dengan teori fungsionalismes-struktural parson, maka

evolusionisme dan difusionisme dianggap sebagai sebuah alternatif dalam teorinya. Selanjutnya teori evolusionis dan difusionis tidak hanya bersaing satu sama lain, namun juga dengan

fungsionalisme struktural. Malinowski mengembangkan fungsionalisme struktural sebagai sebuah pendekatan yang spesifik dan mampu menjelaskan konsep kebutuhan dasar individu ke kebutuhan turunan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat dan kebudayaan sepenuhnya. Pengembangan fungsionalisme struktural Malinowski memberikan pengaruh besar bagi Tallcott Parsons. Parsons mwlihat bahwa klasifikasi Malinowski tersebut dapat

diberlakukan sebagai klasifikasi utama imperative fungsional beberapa sistem sosial atau beberapa sistem tindakan, hal tersebut selanjutnya diwujudkan dalam fungsionalisme struktural Parsonian.

Poin empat program pengembangan dalam pengukuhan Presiden Truman dilihat sebagai pengaruh dari iklim politik perang dingin semata. Banyak pihak yang khawatir bahwa empat program tersebut akan gagal, mereka melihat bahwa faktor-faktor internal bersifat lebih krusial dalam menentukan apakah perkembangan akan terjadi. Perluasan pada faktor internal, ekonomi, sosial atau budaya, merupakan karakteristik kebanyakan teori modernisasi. Marion Levy (1952) melihat bahwa masyarakat berkembang menunjukkan rasionalitas, universalisme, dan

kekhususan fungsional, yang mana semuanya diperlukan untuk kegunaan teknologi modern secara efisien. Selanjutnya Hoselitz melihat bahwa peran ekonomi di negara-negara terbelakang menjadi partikularistik, tersebar secara fungsional, askriptif dan berorientasi pada diri sendiri (Hoselitz, 1960 h. 29-42). Hoselitz menilai bahwa aspek ekonomi, sosial dan budaya saling berhubungan, dan antarhubungan dan pola kausal tersebut berbeda-beda untuk masyarakat berdasar pada periode di mana perkembangan terjadi. Namun Hoselitz juga dikritik terkait kenaifannya mengaplikasikan varabel pola, peran minor yang ia berikan pada kolonialisme dan kekuatan militer, dan tekanannya pada kaum elit.

(6)

konflik maupun kotradiksi dalam penerpan pola administrasi umum dan pemerintahan Barat pada masyarakat tradisional. Hal ini memebuat perspektifnya dianggap relevan dalam mengkritik teori modernisasi sekalipun ia sendiri juga dianggap sebagai tokoh teori modernisasi.

Dalam kajiaanya mengenai proses modernisasi di Timur Tengah, Daniel Lerner

menggambarkannya sebagai dunia di mana modernisasi merupakan sebuah proses global, hal yang sama yang terjadi di seluruh dunia dan modernitas hadir melalui perubahan tidak hanya dalam institusi tetapi juga orang-perorangan. Lerner mengklasifikasikan responden individu dalam kuesionernya sebagai tradisional, transisional atau modern. Ia melihat kesulitan dalam proses modernisasi terdapat pada masa transisional, diperlukan penyesuaian antara nilai-nilai tradisinola dan modern dalam masa ini. Interview yang dilakukan oleh Inkeles dan Smith di enam negara terbelakang selama sepuluyh tahun menemukan fakta – fakta dari sindrom ‘Modernitas secara keseluruhan’ yang sangat terkait dengan paham rasionaliotas barat. Inkels dan Smith sendiri sangat dipengaruhi oleh weberian. Weber melihat hal yang paling penting, tetapi bukan satu-satunya penjelasan tentang kapitalisme, adalah perbedaan dalam sikap antara tradisionalis dan kapitalis baru.

Terkait dengan modernisasi, Smelser menekankan bahwa proses tersebut tidak akan terjadi secara simultan, dan perubahan akan berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam kaitannya dengan dunia ketiga dapat dilihat bahwa perbedaan bangsa selalu bersifat penting, dan ‘peristiwa – peristiwa dramatis’, misalnya perang dan bencana alam, dapat mempengaruhi pola perkembangan. Rostow menampilkan teori,yang ia klaim dinamis, tidak hanya berhubungan dengan faktor ekonomi tetapi juga dengan ‘keputusan sosial dan kebijakan pemerintah’. Seperti teori modernisasi lainnya, ia menggabungkan pemikiran difusi dalam tulisannya tentang

perkembangan. Seperti Marion Levy, ia menyatakan proses modernisasi tak dapat dihindarkan, ia melihat bahwa dalam teori, masyarakat dapat memilih untuk menghentikan perkembangan tetapi pada pelaksanannya semangat perubahan dapat dipertahankan oleh peningkatan populasi dan daya tarik standar hidup modern

BAB 1 PENDAHULUAN

(7)

penelitian dan data-data yang diperlukan, ini tentu saja teori merupakan alat Bantu utama. Teori mempertajam prose berfikir, menggelar krangka analisa mebantu merumuskan hipotesa dan menentukan agenda penelitian serta membantu dalm memilih metode penelitian menguju data, menarik kesimpulan dan merumuskan tindak lanjut kebijaksanaan. Dilain pihak teori tidak jarang menuntut loyalitas ilmuan. Ketika ilmuan menulis salah satu presfektif, mereka cendrung

mengembangkan pola pikir tertentu dan berpendapat teori tersebut merupakan teori terbaik, akibatnya ilmuan social cendrung tidak menghargai teori yang lain dan melakukan kritik tajam yang menyebabkan terjadinya perang teori dan puncaknya berubah menjadi pertarungan ideology.

Perubahan social dan pembangunan pada akhir tahun 1950-an teori modernisasi merupakan paradigma utama. Pada akhir tahun 1960-an aliran ini mendapat tantangan paradigma yang radikal yaitu teori ketergantungan (teori dependensi). Pada pertengahan tahun 1970-an paradigma baru dengan teori system ekonomi dunia muncul kepermukaan untuk menguji isu pembangunan pada tahun 1980-an ketiga aliran ini bergerak saling melakukan sintesa.

BAB 2

TEORI MODERNISASI KLASIK

Sejarah lahirnya : Teori modernisasi lahir dalam bentuknya sekarang ini paling tidak menurut tokoh-tokoh Amerika Serikat sebagi produk sejarah tiga peristiwa penting dunia setelah perang dunia II. Pertama : munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominant dunia

Kedua : pada saat yang hampir bersamaan terjadinya perluasan gerakan komunis dunia

Ketiga : lahirnya Negara- Negara merdeka baru di asia, afrika, amerika latin, yang sebelumya dijajah eropa. Tidak berlebihan jika karya kajian dari teori modernisasi jika dikatagorikan sebagai satu aliran ajaran pemikiran sendiri yang ditopang bahwa kenyataan para peneliti dan penganut aliran

pemikiran ini sepertinya membentuk energi besar gerakan social yang besar memiliki dana yang kuat besar dan hubungan yang baik bagi para pendukungnya sering mnerbitkan jurnal ilmiah dan seminar penelitian dan menerbitkan hasil kajian melalui badan penerbitan universitas.

Warisan Pemikiran.

(8)

Teori evolusi

Teori evolusi lahir pada abad ke- 19 sesudah revolusi industri dan perancis yang menghancurkan tatanan lama tetapi juga membentuk acuan dasar baru, revolusi industri menciptakan ekspansi ekonomi, revolusi perancis meletakkan kaidah pembangunan politik yang berdasarkan keadilan kebebasan dan demokrasi, teori fungsionalisme pemikiran Talcott Parsons ketika sebagai ahli biologi banyak pengaruh teori fungsionalisme baginya masyrakat manusia tak ubahnya eperti organ tubuh manusia oleh sebab itu masyarakat manusia dapat dikaji sebagi tubuh manusia In kelas : manusia modern

Penelitian lain dari teori modernisasi klasik inkeles memusatkan perhatiannya pada usaha

menjawab dari dua pertanyaan pokok yang telah ia rumuskan yakni : apa akibat yang ditimbulkan oleh modernisasi terhadap sikap nilai pandangan hidup seeorang dan apakah Negara dunia ketiga akan memiliki sikap modern dari sebelumnya

BAB III

HASIL KAJIN TEORI MODERNISASI MCCLELLAND

Motivasi berprestasi pertanyaan yang diajukan dalam penelitiannya pada penentu kelompok masyarakat mana yang sesungguhnya bertanggung jawab pada Negara dunia ketiga apakah kaum wira swastawan atau para politikus. SARBINI lepas landas Indonesia ; pada tahun 1989 Sarbini beraartikel dia menguji pertumbuhan ekonomi indonesia dengan pendekatan teori pertumbuhan Rostow : untuk mencapai lepas landas ekonomi Negara memrlukan tingkat investasi produktivitas paling,tidak sebesar 10% dari pendapatan nasional, pertumbuhan yang tinggi atas satu atau lebih cabang indusri sentaral, tumbuh berkembangannya kerangka social politik yang mampu menyerap perubahan dinamika masyarakat

BAB 4

HASIL KAJIAN BARU TEORI MODERNISASI

Tanggapan terhadap politik terdapat beberapa perdebatan terhadap hasil kajian teori modernisasi klasik dan hasil kajian baru modernisasi. Dove budaya local dan pembangunan di Indonesia

Kerangka teoritis

(9)

Agama tradisional

Agam tradisional tidak memiliki status formal atau impirior. Sistem kepercayaan Indonesia memiliki bobot disebut sebagai agama dan secara impiris system ini mengandung system penegetahuan tentang dunia yang falid

Ekonomi

Pada dasarnya pemerintah Indonesia meliahat ketiga usaha ekonomi sebagai usaha tidak efisiaen dan tidak dapat dikembangkan untuk mendukung moderisasi.

TANGGAPAN :

Pembahasan materi tentang teori moderinisasi, teori ketergantungan, dan system ekonomi

dunia.Sudah sangat jelas dan komplek sehingga pemahaman dalam menganalisis masing – masing teori tersebut mudah hanya saja dari ketiga teori yang disambpaikan masih kurngnya memnerikan contoh dimana letak yang secara kongkrit dalam perbandingan kelemahan atau kelebihan teori tersebut..Teori moderinisasi,teori ketergantungan, dan teori system dunia memang memiliki kelemahan dan kelebihan dimana tinggal kita lagi memahami dan plikatifnya dalam implementasi. relevan atau tidak suatu teori terngantung pelaksana tersebut apabila tidak mampum

implementasinya maka teori tersebut sangat kurang mengena walaupun hal tersebut salah terapan oleh pelaksanan. Proses transisi pada tiap tahapan selalu mengalami perubahan dan

mempengaruhi tatanan social dan hal itu diterima sebgai kewajaran tinggal siapa lagi yang mampu mengambil peluan dan kelebihannya.

TUGAS RESUME “TEORI PEMBANGUNAN”

JUDUL BUKU : PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBENGUNAN PENGARANG BUKU : SUWARSONO DAN ALVIN BAGIAN : SATU HALAM: 1- 88

http://hobirsoleh.wordpress.com/2012/05/21/teori-modernisasi-2/

PERDEBATAN TEORI MODERNISASI DAN TEORI KETERGANTUNGAN

(10)

pada Teori Keuntungan Komparatif yang dimiliki oleh masing-masing Negara,membuat kerja sama di antara kelompok menjadi saling diuntungkan.

Tetapi, setelah beberapa puluh tahun kemudian, tampak bahwa Negara industri menjadi semakin kaya, sedangkan Negara-negara pertanian semakin tertinggal. Terhadap hal ini, maka secara umum muncul dua kelompok teori . Teori-teori yang menjelaskan bahwa kemiskinan ini terutama disebabkan oleh factor internal atau factor – factor yang terdapat di dalam Negara yang berangkutan. Teori ini dikenal dengan teori modernisasi.

Hal berikut akan memperlihatkan bagaimana perdebatan antara beberapa teori modernisasi tersebut :

TEORI MODERNISASI

1. Teori Harrod-Domar : Tabungan dan Investasi

Evsey Domar dan Roy Harrod, kedua ahli ekonomi ini mencapai kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Kalau tabungan dan investasi rendah, pertumbuhan ekonomi masyarakat atau negara tersebut juga akan rendah. Masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah menambahkan investasi modal. Masalah keterbelakangan adalah masalah kekeurangan modal. Kalau ada modal dan modal tersebut diinvestasikan, hasilnya adalah pembangunan ekonomi.

Karena itu, berdasarkan pada model ini, resep para ahi ekonomi pembangunan di negara-negara dunia Ketiga untuk memecahkan persoalan keterbelakangannya adalah dengan mencari tambahan modal, baik dalam negeri (dengan mengusahakan peningkatan tabungan dalam negeri) maupun dari luar negeri (melalui penanaman modal dan utang luar negeri.

Contoh: negara – negara persemakmuran / bekas jajahan inggris, negara-negara tersebut dimodali dan diawasi oleh negara inggris.

2. Max Weber : Etika Protestan

Weber mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya nilai-nilai agama.

Adanya kepercayaan yang mengatakan bahwa ”kalau seseorang berhasil dalam kerjanya di dunia, hampir dapat dipastikan bahwa dia akan ditakdirkan untuk naik ke surga setelah dia mati nanti. Kalau kerjanya selalu gagal di dunia, hampir dapat dipastikan bahwa dia akan pergi ke neraka”, membuat orang-orang penganut agama Protestan Calvin bekerja keras untuk meraih sukses. Mereka bekerja tanpa pamrih, artinya mereka bekerja bukan untuk mencari kekayaan material melainkan untuk mengatasi kecemasannya. Inilah yang disebut sebagai etika Protestan oleh Weber, yakni cara bekerja yang keras dan sungguh-sungguh lepas dari imbalan materialnya.

Contoh: Etika Madura dimana masyarakat madura berpendapat bahwa Siapa yang menginginkan kesuksesan maka harus berhijrah kedaerah lain. Hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya masyarakat Madura yang merentau dan kebanyakan mereka sukses.

3. David McClelland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach

(11)

Contoh: Di negara jepang kegagalan adalah sebuah aib besar dan sebliknya keberhasilan adalah sebuah prestasi yang luar biasa yang sangat di hargai oleh masyarakat. Dengan pandangan ini jepang mampu membangun negaranya dengan cepat.

4. W.W. Rostow : Lima tahap Pembangunan

Bagi Rostow, pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat maju.

a.Masyarakat Tradisional : pada tahap ini masyarakat belum begitu mengenal teknologi dan ilmu

pengetahuan belum bagitu maju. Dengan demikian masyarakat masih bergantung pada alam, kemajuan lambat, produksi hanya untuk konsumsi dan modal masih sangat minim.

b.Prakondisi untuk lepas landas: walupun perkembangan pada tahap pertama sangat lambat, namun pada

suatu titik tertentu akan terjadi sebuah perkembangan pada posisi prakondisi untuk lepas landas. Pada tahap ini biasanya terjadi karena adanya campur tangan dari pihak luar, biasanya dari masyarakat yang lebih maju.

Contoh: negara-negara persemakmuran Inggris.

c.Lepas landas : pada tahap ini hambatan-hambatan pada tahan kedua sudah mulai berkurang,

pertumbuhan ekonomi berjalan dengan wajar tabungan dan investasi meningkat dari 5% menjadi 10% dari pendapatan nasional.

d.Bergerak ke kedewasaan : pada tahap ini proses kemajuan terus bergerak walaupun masih terjadi pasang

surut. Tabungan dan investasi meningkat dari 10% menjadi 20% dari pendapatan nasional. Industri berkembang dengan pesat dan mulai mempunyai posisi tetap dalam perekonomian global.

e.Jaman konsumsi masal yang tinggi: adanya peningkatan pendapatan masyarakat, konsumsi meningkat

dari kebutuhan pokok menjadi barang konsumsi yang tahan lama. Pada periode ini investasi bukan lagi tujuan utama. Penambahan modal dan investasi ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan sosial dan penambahan modal sosial.

5. Bert F. Hoselitz : faktor-faktor Non Ekonomi

Menurutnya faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi adalah faktor non ekonomi. Menurutnya faktor kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh pada pembangunan ekonomi. Walaupun maslah pembangunan adalah masalah modal, menurut Hozelitz ada faktor lain yaitu keterampilan kerja. Oleh karena itu pembangunan memerlukan pemasokan dari berbagai unsur. Diantaranya :

1. pemasokan modal besar dan perbankan

2. pemasokan tenaga ahli dan terampil

6. Alex Inkeles dan David H. Smith : Manusia modern.

Pembangunan bukanlah permasalahan modal dan teknologi belaka, namun dibutuhkan tenaga manusia yang terampil dan berkualitas dan mampu mengembangkan sarana tersebut agar menjadi produktif. Dalam hal ini dibutuhkan yang namanya manusia modern. Manusia modern adalah manusia yang mempunyai keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang, mempunyai kesanggupan merencanakan, bisa melakukan adaptasi dengan cepat, dan lain-lain. Untuk menciptakan manusia modern menurutnya diperlukan beberapa cara, dari sekian cara pendidikan merupakan cara yang paling efektif, karena pengaruh pendidikan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan cara lain.

(12)

Dari penjelasan/keterangan masing-masing teori di atas, dapat kita lihat bahwa perbedaan yang ada pada macam-macam teori ini hanya merupakan perbedaan penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam menciptakan manusia yang akan membangun, maupun dalam mempersiapkan sarana material untuk pembangunan itu sendiri. Tetapi, inti dari teori-teori ini adalah sama.

Teori harrod-Domar lebih menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah penyediaan modal untuk investasi. Ini berarti melihat pada aspek ekonomi. Teori McClelland dengan konsep n-Achnya menekankan pada aspek psikologi individu. Teori Weber menekankan nilai-nilai budaya, Teori W.W.Rostow lebih menekankan pada adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendorong proses pembangunan, dan teori Bert F. Hoselitz, Alex Inkeles dan David H. Smith lebih memperhatikan pada aspek lingkungan material.

Pada teori Harrod-Domar, aspek ekonomi lebih ditekankan, sedangkan aspek individu/psikologi para subjek pembangunan/manusia sendiri tidak dibahas. Hal ini dapat mengakibatkan tidak maksimalnya pembangunan, padahal manusia dapat dikatakan sebagai modal utama dari pembangunan. Dan untuk mendorong agar manusia tersebut mau melaksanakan pembangunan secara bekerja sama dan ikut menyukseskan program pembangunan, maka diperlukan juga teori n_Ach dari McClelland, walaupun juga tidak dapat dipungkiri bahwa aspek ekonomi sangat penting. Untuk teori Etika Protestannya Weber, saya rasa tidak jauh berbeda dengan teori n-Ach. Hanya saja teori ini lebih dipengaruhi oleh nilai-nilai agama. Namun, ini dapat dijadikan sebagai motivator bagi manusia itu sendiri secara tidak langsung dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan dianutnya Etika Protestan, seseorang akan berlomba untuk memperkaya dirinya dan bekerja keras secara sungguh-sungguh untuk meraih kesuksesan. Hal ini akan mendorong semangat berprestasi sebagaimana yang diungkapkan dalam teori n-Ach.

Teori Rostow merupakan salah satu modifikasi dari teori Harod-Domar. Hal ini tercermin pada Teori Rostow tentang tingkat-tingkat pertumbuhan dan tinggal landas. Meskipun ditambahkan bermacam faktor lain, pada intinya Rostow berbicara tentang usaha peningkatan tabungan dan investasi dalam memacu perkembangan sebuah masyarakat untuk mencapai posisi tinggal landas. Sama seperti teori Harod-Domar, teori Rostow ini tidak mempersoalkan masalah manusia. Masalah manusianya dianggap sebagai sudah tersedia. Sedangkan Teori Bert F. Hoselitz membahas faktor-faktor non-Ekonomi yang ”ditinggalkan” oleh Rostow. Faktor non-ekonomi disebut oleh Hoselitz sebagai faktor kondisi lingkungan yang dianggap penting dalam proses pembangunan. Logikanya, jika dihubungkan dengan teori investasi dan tabungan, bukankah ketika suatu negara mampu/memiliki kesanggupan untuk menabung dan melakukan investasi, berarti ia juga mampu memperhatikan kondisi lingkungannya untuk menarik suatu masyarakat agar mampu meningkatkan tabungan dan investasinya.

Selanjutnya, Hoselitz mengatakan :Kondisi lingkungan ini harus dicari terutama dalam aspek-aspek non-ekonomi dari masyarakat. Dengan kata lain, lepas dari pengembangan modal seperti pembangunan sarana sistem telekomunikasi serta transportasi dan insvestasi dalam fasilitas pelabuhan, pergudangan, dan instalasi-instalasi sejenis untuk perdagangan luar negeri, banyak dari pembaruan-pembaruan yang terjadi pada periode persiapannya didasarkan pada perubahan-perubahan pengaturan kelembagaan yang terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga dan motivasi.

(13)

penting, yaitu adanya keterampilan kerja tertentu, termasuk tenaga kerja yang tangguh. Oleh karena itu, diperlukanlah perubahan kelembagaan dan lingkungan yang mempengaruhi pemasokan modal.

Selanjutnya, kita kembali melihat mengenai pentingnya faktor manusia sebagai komponenpenting penopang pembangunan. Bahwa pembangunan bukan sekedar perkara pemasokan modal dan teknologi saja. Tetapi dibutuhkan manusia yang dapat mengembangkan sarana material supaya menjadi produktif. Untuk itu, dibutuhkan apa yang disebut oleh Inkeles sebagai manusia Modern. Ketika ciri-ciri manuasia modern tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Alex Inkeles dan David H. Smith (keterbukaan terhdap pengalaman dan ide-ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai lama dan bukan sebaliknya, dan sebagainya) telah terpenuhi, maka pembangunan yang diharapkan bersama dengan diiringi oleh faktor lain pun akan tercapai.

TEORI KETERGANTUNGAN

Selain teori Modernisasi, dalam pembangunan terdapat satu pendangan lain lain yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Teori modernisasi menilai bahwa masalah pembangunan dan kemiskinan disebabkan oleh faktor internal yaitu ketidakmampuan masyarakat untuk membangun diri sendiri. Hubungan atau kontak dengan negara-negara maju dianggap membantu proses pembangunan negara-negara yang sedang berkembang.

Perspektif dependensi muncul setelah perspektif modernisasi diterapkan di banyak negara terbelakang. Pengamatan yang dilakukan oleh ahli sejarah telah memberikan gambaran serta dukungan bukti empirik terhadap kegagalan modernisasi. Sebagai sebuah kritik, dependensi harus dapat menguraikan kelemahan-kelemahan dari modernisasi dan mengeluarkan pendapat baru yang mampu menutup kelemahan tersebut.

Lain halnya dengan pandangan teori ketergantungan, teori ini memandang bahwa hambatan pembangunan justru disebabkan oleh turut campurnya negara-negara maju. Bantuan dari negara maju dianggap akan menimbulkan ketergantungan dan masalah baru bagi negara yang sedang berkembang.

Teori ketergantungan tahap pertama, teori ini berpangkal pada teori-teori imperialisme dan kolonialisme. dipelopori oleh:

a.Raul presbich: Industri substitusi Import.

Presbich ini menentang pendangan pembagian kerja internasional, adanya keuntungan komparatif. Menurutnya negara-negara didunia ini terbagi menjadi dua, yaitu negara pusat yang menghasilkan barang-barang produksi. Negara pinggiran yaitu negara yang memproduksi hasil pertanian. Dua negara ini saling berhubungan dan seharusnya saling diuntungkan. Namun yang terjadi negara pinggiran semakin tertinggal bila dibanding dengan negara pusat.

Menurutnya hal ini disebabkan oleh menurunnya nilai tukar barang-barang hasil pertanian terhadap terhadap barang hasil produksi. Akibatnya terjadi defisit pada neraca perdagangan di

negara-negara pinggiran. Contoh: Indonesia sebagai negara agraris semakin tertinggal dibandingkan dengan

Jepang yang telah maju dibidang industri.

b. Andre Gunder frank : pembangunan keterbelakangan

(14)

kapitalis. Artinya kemiskinan di negara satelit disebabkan oleh adanya pembangunan di negara pusat. Frank membagi negara – negara menjadi dua yaitu negara metropolis dan negara satelit. Negara metrolis bekerjasama dengan elit lokal negara satelit untuk melakukan dominasi di negara satelit.

Frank menyajikan lima tesis tentang dependensi, yaitu :

1.Terdapat kesenjangan pembangunan antara negara pusat dan satelitnya, pembangunan pada negara

satelit dibatasi oleh status negara satelit tersebut.

2.Kemampuan negara satelit dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan industri kapitalis

meningkat pada saat ikatan terhadap negara pusat sedang melemah. Pendapat ini merupakan antitesis dari modernisasi yang menyatakan bahwa kemajuan negara dunia ketiga hanya dapat dilakukan dengan hubungan dan difusi dengan negara maju.

3.Negara yang terbelakang dan terlihat feodal saat ini merupakan negara yang memiliki kedekatan ikatan

dengan negara pusat pada masa lalu.

4.Kemunculan perkebunan besar di negara satelit sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan

keuntungan ekonomi negara pusat.

5.Eksploitasi yang menjadi ciri khas kapitalisme menyebabkan menurunnya kemampuan berproduksi

pertanian di negara satelit.

c.Theotonia Dos Santos: Struktur ketergantungan

Menurut Dos santos Negara-negara satelit merupakan negara bayangan dari negara metropolis. Artinya ketika negara metropolis (induk) mengalami kemajuan maka negara satelit akan maju pula. Begitu juga sebaliknya ketika negara metropolis mengalami krisis maka negara satelit akan terkena dampaknya pula. Akan tetapi kemajuan dan atau kemiskinan tersebut bukanlah indikator pembangunan dinegara satelit, karena hal itu hanyalah refleksi dari negara metropolis saja. Bagaimanapun juga negara satelit tetap tenggelam dalam ketergantungan terhadap negara metropolis. Pandangan ini bertentangan dengan pendapat Frank, frank memandangan hubungan negara satelit dengan negara metropolis selalu bersifat parasitisme (negatif) atau merugikan negara satelit. Namun menurut Dos Santos hubungan tersebut tidak selamanya besifat negatif. Walaupun hanya sebagai

refleksi Negara metropolis. Contoh konkritnya adalah negara – negara persemakmuran inggris yang

selalu berkembang menjadi negara maju.

Perdebatan teori di atas :

Bagi Frank, keterbelakangan bukan suatu kondisi alamiah dari sebuah masyarakat. Bukan juga karena masyarakat itu kekurangan modal. Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi, politik, dan sosial yang terjadi sebagai akibat globalisasi dari sistem kapitalisme.

(15)

perkembangan ikutan. Impuls dan dinamika perkembangan ini tidak datang dari negara satelit tersebut, tetapi dari negara induknya.

Di dalam teori ketergantungan ini sendiri, pada pokoknya ada dua pendapat yang berbed, yakni : Frank beranggapan bahwa struktur ketergantungan yang ada di negara satelit tidak akan memungkinkan negara ini melakukan pembangunan, khususnya industrialisasi. Sedangkan Dos Santos beranggapan bahwa hal tersebut mungkin, meskipun pembangunan dan industrialisasi yang terjadi merupakan bayangan dari apa yang terjadi di negara-negara pusat.

Perdebatan Teori Modernisasi dengan Teori Ketergantungan

Teori modernisasi menganjurkan untuk lebih memperat keterkaitan negara berkembang dengan negara maju melalui bantuan modal, peralihan teknologi, pertukaran budaya dan lain sebagainya. Dalam hal ini, teori dependensi memberikan anjuran yang sama sekali berbeda, yakni berupaya secara terus menerus untuk mengurangi keterkaitannya negara pinggiran dengan negara sentral, sehingga memungkinkan tercapainya pembangunan yang dinamis dan otonom, sekalipun proses dan pencapaian tujuan ini mungkin memerlukan revolusi sosialis.

Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga telah menumbuhkan sikap kritis beberapa ilmuan sosial untuk memberikan suatu teori pembangunan yang baru, yang tentu saja mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teori yang telah ada. Kritikan terhadap modernisasi yang dianggap sebagai “musang berbulu domba” dan cenderung sebagai bentuk kolonialisme baru semakin mencuat dengan gagalnya negara-negara Amerika Latin menjalankan modernisasinya.

Teori ketergantungan merupakan analisis tandingan terhadap teori modernisasi. Teori ini didasari fakta lambatnya pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya di Amerika Latin. Teori ketergantungan memiliki saran yang radikal, karena teori ini berada dalam paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan Marx tentang akan adanya pemberontakan kaum buruh terhadap kaum majikan dalam industri yang bersistem kapitalisme. Analisis Marxis terhadap teori ketergantungan ini secara umum tampak hanyamengangkat analisanya dari permasalahan tataran individual majikan-buruh ke tingkat antar negara. Sehingga negara pusat dapat dianggap kelas majikan, dan negara dunia ketiga sebagai buruhnya. Sebagaimana buruh, ia juga menyarankan, negara pinggiran mestinya menuntut hubungan yang seimbang dengan negara maju yang selama ini telah memperoleh surplus lebih banyak (konsep sosialisme). Analisis Neo-Marxis yang digunakannya memiliki sudut pandang dari negara pinggiran.

Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa kesejahteraan bagi masyarakat namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab kegagalan kapitalisme adalah penguasaan akses terhadap sumberdaya dan faktor produksi menyebabkan eksploitas terhadap kaum buruh yang tidak memiliki akses. Eksploitasi ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan perjuangan merebut akses sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat tanpa kelas.

(16)

dan akan menindas negara Dunia Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus ekonomi dari negara pinggiran ke negara sentral.

Ketergantungan merupakan situasi yang memiliki kesejarahan spesifik dan juga merupakan persoalan sosial politik. Kedua teori ini berbeda dalam memberikan jalan keluar persoalan keterbelakangan negara Dunia Ketiga. Teori modernisasi menganjurkan untuk lebih memperat keterkaitan negara berkembang dengan negara maju melalui bantuan modal, peralihan teknologi, pertukaran budaya dan lain sebagainya. Dalam hal ini, teori ketergantungan memberikan anjuran yang sama sekali berbeda, yakni berupaya secara terus menerus untuk mengurangi keterkaitannya negara pinggiran dengan negara sentral, sehingga memungkinkan tercapainya pembangunan yang dinamis dan otonom, sekalipun proses dan pencapaian tujuan ini mungkin memerlukan revolusi sosialis.

by: vivi-ardi.blogspot.com

http://mahasiswa-belajar.blogspot.com/2011/12/teori-modernisasi-dan-teori.html

Latar Belakang

a) Pengertian Pembangunan

Dalam pemahaman sederhana pembangunan diartikan sebagai proses perubahan kearah yang lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan dalam sebuah negara sering dikaitkan dengan pembangunan ekonomi (economic development). Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya peningkatan jumlah dan produktifitas sumber daya, termasuk pertambahan penduduk, disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara serta pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sumitro dalam Deliarnov (2006:89), bahwa proses pembangunan ekonomi harus merupakan proses pembebasan, yaitu pembebasan rakyat banyak dari belenggu kekuatan-kekuatan ekonomi, dan pembebasan negara-negara berkembang dari belenggu tata kekuatan ekonomi dunia.

(17)

b) Lahirnya Pembangunan

Dalam perkembangan sejarahnya, terlihat bahwa kapitalisme lahir lebih kurang tiga abad sebelum teori-teori pembangunan muncul. Sehingga, berbagai perdebatan terhadap teori maupun praktek pembangunan sudah berada di dalam alam kapitalisme. Karena itu, tidak mengherankan jika kapitalisme sangat mewarnai teori-teori pembangunan.

Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis ke kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah menerapkannya untuk ditiru. Selanjutnya dalam teori dependensi yang bertolak dari analisa Marxis, dapat diakatakan hanyalah mengangkat kritik terhadap kapitalisme dari skala pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara (sentarl dan pinggiran), dengan analisis utama yang sama yaitu eksploitasi. Demikian halnya dengan teori sistem dunia yang didasari teori dependensi, menganalisis persoalan kapitalisme dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu sistem ekonomi kapitalis.

c) Pendekatan Dalam Pembangunan

1. Teori Modernisasi a. Sejarah Singkat

Tanggal 20 Januari 1949, Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman kali pertama menyitir istilah “developmentalism”. Untuk selanjutnya, ia mempropagandakan istilah under-development bagi negara-negara bekas jajahan agar mampu meredam pengaruh Komunisme-Sosialisme sebagai tawaran ideologi pembangunan, (Stephen Gill, 1993:248)

Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai wujud respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah menyebabkan munculnya negara-negara Dunia Ketiga. Kelompok negara miskin yang ada dalam istilah Dunia Ketiga adalah negara bekas jajahan perang yang menjadi bahan rebutan pelaku Perang Dunia II. Sebagai negara yang telah mendapatkan pengalaman sekian waktu sebagai negara jajahan, kelompok Dunia Ketiga berupaya melakukan pembangunan untuk menjawab pekerjaan rumah mereka yaitu kemiskinan, pengangguran, gangguan kesehatan, pendidikan rendah, rusaknya lingkungan, kebodohan, dan beberapa problem lain.

Oleh karena adanya kepentingan tersebut, maka negara adidaya, khususnya Amerika Serikat mendorong kepada ilmuwan sosial untuk mempelajari permasalahan-permasalahan yang terjadi di negara dunia ke tiga tersebut. Maka muncullah beberapa teori-teori pembangunan dengan berbagai istilahnya dan berbagai alirannya dalam perspektif beberapa ahli yang mengemukakannnya. Permasalahan di dunia ketiga tersebut salah satunya di kaji melalui Teori Modernisasi. Teori modernisasi di bahas oleh beberapa sosiolog dengan perspektif yang berbeda-berbeda. Yang termasuk teori modernisasi klasik antara lain:

- Teori Evolusi yang menggambarkan perkembangan masyarakat (perubahan social)

(18)

primitive menuju masyarakat modern. Dalam pandangan teori evolusi, masyarakat modern merupakan bentuk masyarakat yang tidak bisa dihindarkan dan merupakan bentuk masyarakat yang “dicita-citakan”.

- Teori Fungsionalisme dari Talcon Parson, yang bernaggapan bahwa masyarakat tidak

ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling bergantung. Dan setiap organ tersebut memilki fungsi yang jelas dan khas. Demikian pula dalam kelembagaan masyarakat, setiap elemen masyarakat (lembaga) melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan msayarakat tersebut. - Teori Diferensiasi Struktural dari Smelser yang beranggapan bahwa modernisasi akan

selalu melibatkan diferensiasi structural. Dengan proses modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus.

- Teori Tahapan Pertumbuhan Ekonomi dari Rostow yang menyatakan bahwa ada lima

tahapan pembangunan ekonomi, yaitu dari mulai tahap masyarakat tradisional sampai pada tahap konsumsi masa tinggi. Rostow menekankan adanya tahapan kritis dari pertumbuhan ekonomi masyakarat, yaitu adanya tahap tinggal landas.

Pandangan (asumsi) teori modernisasi klasik terhadap modernisasi antara lain: 1) Modernisasi merupakan proses bertahap

2) Modernisasi juga merupakan proses homogenisasi.

3) Dalam wujudnya, modernisasi terkadang dianggap sebagai proses Eropanisasi atau

Amereikanisasi, atau yang lebih populer werternisasi (modernisasi sama dengan dunia Barat).

4) Modernisasi dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.

5) Modernisasi merupakan perubahan progresif.

6) Modernisasi memerlukan waktu panjang.

Teori Modernisasi: Pembangunan sebagai masalah internal.

Teori ini menjelaskan bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor internal atau faktor-faktor yang terdapat di dalam negara yang bersangkutan.

Ada banyak variasi dan teori yang tergabung dalam kelompok teori ini antara lain adalah:

1.Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah penyediaan modal dan investasi. Teori ini biasanya dikembangkan oleh para ekonom. Pelopor teori antara lain Roy Harrod dan Evsay Domar yang secara terpisah berkarya namun menghasilkan kesimpulan sama yakni: pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi.

2.Teori yang menekankan aspek psikologi individu. Tokohnya adalah McClelaw dengan konsepnya The Need For Achievment dengan symbol n. ach, yakni kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.

(19)

Serikat. Bagi Weber penyebab utama dari semua itu adalah etika protestan yang dikembangkan oleh Calvin.

4.Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan sebelum lepas landas dimulai. Bagi W.W Rostow, pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus dari masyarakat terbelakang ke masyarakat niaga. Tahap-tahapanya adalah sbb:

i. Masarakat tradisional=belum banyak menguasai ilmu pengetahuan.

ii. Pra-kondisi untuk lepas landas= masyarakat tradisional terus bergerak walaupun

sangat lambat dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas.

iii. Lepas landas : ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang

menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.

iv. Jaman konsumsi massal yang tinggi. Pada titik ini pembangunan merupakan

proses berkesinambungan yang bisa menopang kemajuan secara terus-menerus. 5.Teori yang menekankan lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan. Tokohnya Bert E Hoselitz yang membahas faktor-faktor non-ekonomi yang ditinggalkan oleh W.W Rostow. Hoselitz menekankan lembaga-lembaga kongkrit. Baginya, lembaga-lembaga politik dan sosial ini diperlukan untuk menghimpun modal yang besar, serta memasok tenaga teknis, tenaga swasta dan tenaga teknologi.

6.Teori ini menekankan lingkungan material. Dalam hal ini lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern yang bisa membangun. Tokohnya adalah Alex Inkeler dan David H. Smith.

b. Asumsi Dasar Modernisasi

Secara etimologis, ada beberapa tokoh yang mengajukan pendapat tentang makna modernisasi. Everett M. Rogers dalam “Modernization Among Peasants: The 10 Impact of Communication” menyatakan bahwa modernisasi merupakan proses dimana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup lebih kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah.

Cyril E. Black dalam “Dinamics of Modernization” berpendapat bahwa secara historis modernisasi adalah proses perkembangan lembaga-lembaga secara perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat dan menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal pengetahuan manusia. Dengan pengetahuan tersebut, akan memungkinkan manusia untuk menguasai lingkungannya dan melakukan revolusi ilmiah.

Daniel Lerner dalam “The Passing of Traditional Society: Modernizing the Middle East” menyatakan bahwa modernisasi merupakan suatu trend unilateral yang sekuler dalam mengarahkan cara-cara hidup dari tradisional menjadi partisipan. Marion Ievy dalam “Modernization and the Structure of Societies” juga menyatakan bahwa modernisasi adalah adanya penggunaan ukuran rasio sumberdaya kekuasaan, jika makin tinggi rasio tersebut, maka modernisasi akan semakin mungkin terjadi.

(20)

Sebagaimana sebuah teori, Modernisasi memiliki asumsi dasar yang menjadi pangkal hipotesisnya dalam menawarkan rekayasa pembangunan.Pertama, kemiskinan dipandang oleh Modernisasi sebagai masalah internal dalam sebuah negara (Arief Budiman, 2000:18).

Kemiskinan dan problem pembangunan yang ada lebih merupakan akibat dari keterbelakangan dan kebodohan internal yang berada dalam sebuah negara, bukan merupakan problem yang dibawa oleh faktor dari luar negara. Jika ada seorang warga yang miskin sehingga ia tidak mampu mencukupi kebutuhan gizinya, maka penyebab utama dari fakta tersebut adalah orang itu sendiri dan negara dimana orang tersebut berada, bukan disebabkan orang atau negara lain. Artinya, yang paling pantas dan layak melakukan penyelesaian masalah atas kasus tersebut adalah orang dan negara dimana orang itu berada, bukan negara lain.

Kedua, dari segala problem adalah kemiskinan, pembangunan berarti perang terhadap kemiskinan. Jika pembangunan ingin berhasil, maka yang kali pertama harus dilakukan adalah menghilangkan kemiskinan dari sebuah negara. Cara paling tepat menurut Modernisasi untuk menghilangkan kemiskinan adalah dengan ketersediaan modal untuk melakukan investasi. Semakin tinggi tingkat investasi di sebuah negara, maka secara otomatis, pembangunan telah berhasil, (Mansour Fakih, 2002:44-47).

Teori Modernisasi adalah teori pembangunan yang menyatakan bahwa pembangunan dapat dicapai melalui mengikuti proses pengembangan yang digunakan oleh negara-negara berkembang saat ini. Teori tindakan Talcott Parsons 'mendefinisikan kualitas yang membedakan "modern" dan "tradisional" masyarakat. Pendidikan dilihat sebagai kunci untuk menciptakan individu modern. Teknologi memainkan peran kunci dalam teori pembangunan karena diyakini bahwa teknologi ini dikembangkan dan diperkenalkan kepada negara-negara maju yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan ekonomi. Salah satu faktor kunci dalam Teori Modernisasi adalah keyakinan bahwa pembangunan memerlukan bantuan dari negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang untuk belajar dari perkembangan mereka. Dengan demikian, teori ini dibangun di atas teori bahwa ada kemungkinan untuk pengembangan yang sama dicapai antara negara maju dan dikembangkan lebih rendah.

2. Teori Dependensia (Ketergantungan).

(21)

ECLA atau KEPBAL (So, 2000:89). Pada waktu itu (tahun 1950-an), banyak negara Amerika Latin mencoba menerapkan strategi pembangunan yang diprogramkan oleh ECLA melalui program industrialisasi yang berbasis impor. Harapannya adalah, dari program tersebut diharapkan terjadi peningkatan kesejahteraan dan mendorong pembanguan politik yang demokratis. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, terjadi ekspansi ekonomi, pengangguran, inflasi, devaluasi, penurunan nilai tukar mata uang, dan akibat yang lebih buruk adalah pergolakan politik melalui perlawanan-perlawanan rakyat.

Tidak disangka, program ECLA yang tidak lain merupakan penerapan dari teori modernisasi tersebut telah menimbulkan pergolakan. Tumbangnya pemerintahan dan diganti oleh pemerintahan otoriter yang didukung militer telah membangkitkan pemikir-pemikir Amerika Latin untuk mencari paradigma baru yang lebih menitikberatkan pada faktor-faktor dalam negeri, bukan mengharapkan penuh dari luar.

Di sisi lain, keberhasilan revolusi Kuba dan Chili (tahun 1960-an) sebagai negara yang menganut faham sosialisme telah membuka jalan bagi pemikir-pemikir Amerika Latin untuk menata kembali perekonomian negara-negara di dunia ketiga melalui paradigma pembangunan yang tidak berkiblat ke barat dengan teori modernisasinya, melainkan melalui pendekatan baru dengan teori dependensia-nya.

Teori dependensia telah dikembangkan sebagian besar oleh ilmuwan Amerika Latin antara lain: Celso Furtado, Theotonio Dos Santos, FernandoHenrique Cardoso, Oswaldo Sunkel, Enzo Faletto, Marini, dan Andre Gundre Frank serta Paul Baran. Kedua orang terakhir adalah ilmuwan non Amerika Latin yang sama-sama mengembangkan teori dependensia.

Tokoh-tokoh Penganut Teori Dependensia dan Beberapa Pemikirannya

1) Furtado dan Sunkel (Dipengaruhi oleh ECLA, dan dianggap sebagai pelopor Teori Dependensia)

Penganut teori dependensia yang dianggap paling radikal adalah ekonom Brasil yang bernama Celco Furtado. Pada awalnya ia adalah ekonom yang menganur faham modernisasi yang percaya bahwa masalah utama negara berkembang adalah karena kurangnya modal. Asumsi ini yang mulanya berkembang bagi ekonom yang tergabung dalam program ECLA. Atas dasar itu, umumnya untuk memecahkan masalah negara berkembang adalah dengan satu usulan yaitu yang biasa disebut substitusi impor. Setelah pertumbuhan industri di Brasil pada taun 1950-an, Furtado merasa optimis. Akan tetapi, ternyata pembangunan telah membawa kudeta militer [ada tahun 1964 di Brasil, dimana pada waktu itu definisi pembangunan terlalu menitik beratkan pada pertumbuhan industri. Akibat dari itu, Furtado menjadi kecewa dan pesimis. Ternyata strategi industrialisasi ECLA telah menciptakan ketergantungan negara ketiga pada pihak asing. Menurut Furtado, negara maju ditandai dengan dengan adanya saling tergantung antara “negara” yang kuasa dalam membeli dan investasi yang mengakibatkan naiknya standar hidup tersebut. Dalam hal ini akan tercipta dasar demokrasi industri, yaitu berbagi kekuatan politik akan mampu membatasi kekuasaan para pemilik modal.

(22)

berkembang harus mengambil sikap berdikari. Pemerintah hrus berani berjuang merestrukturisasi seluruh ekonomi sehingga teknologi modern harus disebarluaskan ke seluruh lapisan sector produksi. Sebab menurut Furtado, hal itulah yang akan menjamin pemertaan distribusi pendapatan dan akhinya akan mengakhiri marjinalisasi rakyat. (Fakih, 2003:125).

2) Cardoso dan Faletto (Dipengaruhi Marxist)

Ekonom negara Brasil yang turut pindah dari negerinya adalah Fernando Cordosa. Berbeda dengan Furtado, Cordosa lebih memilih pindah ke Chili dan bersama ilmuwan Chile bernama Enzo Faletto melakukan studi sosiologis dan histories tentang berbagai kasus ketergantungan suatu negara berkembang. Mereke memfokuskan studinya pada aspek sosio ppolitik. Mereka melihat pembangunan ekonomi sebagai campuran berbagai interes kelas dari waktu ke waktu. Keadaan ketergantungan ekonomi terhadap pasar dunia sangatlah krusial. Oleh sebab itu, situasi ketergantutngan terjadi dalam pola yang secara historis berubah.

Dalam pandangan Cardoso dan Faletto, negara-negara Amerika Latin setelah merdeka dari Spanyol dan Portugal, kekuasan politik telah dibiaskan oleh aliansi antara kekuasaan politik modern, sector agraris komersial, dan ekonomi old hacienda (Fakih, 2003:127). Selanjtunya, bagi Cardoso persoalan pembangunan yang ada di dunia sekarang tidak dapat dibatasi hanya pada pembahasan industri substitusi impor, atau hanya sejedar memperdebatkan strategi pertumbuihan dalam bentuk pilohan antara orientasi ekspor atau impor, pasar domestic atau pasar dunia. Persoalannya justru terletak pada ada atau tidaknya gerakan kerakyatan dan kesadaran kepentingan politik rakyat. Oleh karena itu, dalam pandangan Cardoso, yang perlu diperhatikan adalah justru usaha-usaha untuk membangkitkan gerakan kerakyatan, perjuangan kelas, perumusan kembali kepentingan politik, dan pembanguan aliansi politik yang diperlukan untuk menjaga struktur masyarakat, tetapi sekaligus juga membuka peluang adanya transformasi social (So, 2000:135).

Aliran ketergantungan muncul dari pertemuan dua kecenderungan intelektual utama: satu berlatarbelakang tradisi Marxis, yang selanjutnya mengandung beberapa orientasi teoretis: Marxisme klasik, Marxisme-Leninisme, neo-Marxisme; yang lainnya berakar pada diskusi pemikiran strukturalis Amerika Latin tentang pembangunan, yang akhirnya membentuk tradisi CEPAL. Konsep neo-Marxisme mencerminkan tranformasi pemikiran Marxis dari pendekatan tradisional, yang menekankan konsep pembangunan dan pada dasarnya berpandangan Eropasentris, ke pendekatan baru, yang menekankan konsep keterbelakangan dan mencerminkan pandangan Dunia Ketiga. • Marxisme (seperti yang ditafsirkan oleh Lenin), memandang imperialisme dalam

perspektif pusat; neoMarxisme, sebaliknya, memandang imperialisme dari sudut pandang pinggiran.

(23)

• Kubu Marxis mempertahankan penekanan yang deterministik pada kondisi-kondisi obyektif Kaum neo-Marxis melihat kemungkinan memulai sebuah revolusi dengan optimisme yang lebih besar dan menekankan peranan faktor subyektif.

• Marxisme masih menampakkan jejak-jejak optimisme pembangunan abad ke-19 dan menganggap konsep kelangkaan sebagai suatu rekaan borjuis yang bertujuan mengabsahkan ketimpangan ekonomi. Kaum neo-Marxis mengintegrasikan kesadaran ekologi yang sedang berkembang dengan pandangan pembangunannya.

3) Dos Santos dan Marini (Dipengaruhi Neo-Marxisme)

Dos Santos adalah adalah ekonom yang turut pindah ke Santiago, Chili. Bersama Marini dia melakukan analisis dan mengenalkan istilah baru terhadap pemikiran pebanguan ekonomi pada saat itu. Istilah yang dia keluarkan adalah “the new dependence” sebagai bentuk kritik terhadap kesalahan kebijakan substitusi impor. Menurut Dos Santos, rakyat Amerika Latin pada dasarnya menjadi bagian dari system kapitalis dunia. Dari segi sejarah perkembangan, Dos Santos menganalisis tiga macam bentuk dependensia. Pertama, ketergantungan colonial yang ditandai oleh monopoli perdagangan yang dilengkapi denfan monopoli tanahm tambang, dan tenaga kerja di negara jajahan. Kedua, ketergantungan finasial yang ditandai dengan konsentrasi keuangan di centre dan investasi modal di negara periphery. Dan ketiga, adalah ketergantungan industri teknologi yang ditandai dengan munculnya perusahaan multinasional (Fakih, 2003:129). Bagi Dos Santos, hubungan antara negara dominant dengan negara tergantung merupakan hubungan yang tidak sederajat, karena pembangunan di negara dominant terjadi atas biaya yang dibebankan pada negara tergantung (So, 2000:98).

4) Gundre Frank (Penggerak Teori Dependensia)

Andre Gundre Frank bergabung dengan lingkaran penganut teori dependensia pada tahun 1960-an, dan dialah yang menjadi motor penggerak perkembangan teori ini. Karena, dia menjadi terkenal secara internasioal setelah berhasil menyebarluaskan teori tersebut di kalangan akademis negara-negara berbahasa Inggris. Analisis Frank menekankan pada penggunaan surplus ekonomi yang menjadi sebab dari underdevelopment (keterbelakangan). Bagi Frank, system kapitalis dunia ditandai oleh struktur monopolis-satelite dimana metropolis mengeksploitasi satellite. Satelite cenderung semakin didominasi oleh metropolis dan semakin tergantung (Fakih, 2003:130). Bagi Frank, proses pengambilan surplus ekonomi secara nasional dan global serta terarah dapat menyebabkan keterbelakangan di negara dunia ketiga. Frank telah memberikan empat rumusan untuk menguji pembangunan di negara dunia ke tiga, yaitu:

(24)

negara-negara satellite ini akan di tarik dan diekspolitir kembali ke dalam hubungan global tersebut. Keempat, daerah-daerah paling terbelakang dan paling feudal sekarang ini adalah daeragh-daerah yang memiliki derajat hubungan dan keterkaitan sangan dekat dengan metropolis di masa lampau (So, 2000:97).

Esensi Teori Dependensia

Secara garis besar yang dimaksud dengan dependensia adalah suatu keadaan dimana kepututsan-keputusan utama yang mempengaruhi kemajuan ekonomi di negara berkembang seperti keputusan mengenai harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu atau lembaga di luar negara yang bersangkutan (Nasution, 2002:44).

Secara filosofis, teori dependensia menghendaki untuk meninjau kembali pengertian pembangunan. Pembangunan tidak harus dan tidak tepat untuk diartikan sebagai sekedar proses industrialisasi, peningkatan keluaran (output), dan peningkatan produktifitas. Dalam pandangan teori dependensia, pembangunan lebih tepat diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk di negara dunia ketiga. Oleh karenanya, pembangunan tidak sekedar pelaksanaan program yang melayani kepentingan elite dan penduduk perkotaan, tetapi lebih merupakan program yang dialksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk pedesaan, pencari kerja, dan sebagian besar kelas sosial lain yang memerlukan bantuan. Setiap program pembangunan yang hanya menguntungkan sebagian kecil masyarakat dan membebani mayoritas, menurut teori depensia tidaklah dapat dikatakan sebagai program pembangunan yang sebenarnya (So, 2000:104).

Setidaknya ada lima asumsi dasar sebagai esensi dari teori dependensi ini, yaitu: 1) Keadaaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat umum, berlaku

bagi seluruh negara dunia ketita. Teori dependensi berusaha menggambarkan watak-watak umum keadaan ketergantungan di dunia ketiga sepanjang sejarah perkembangan kapitalisme dari abad ke 16 sampai sekarang.

2) Ketergantungan dilihat sebagai sebagai kondisi yang diakibatkan oleh faktor luar.

Sebab terpenting yang menghambat pembangunan karenanya tidak terletak pada personal kekurangan modal atau kekurangan tenaga dan semangat berwiraswasta, melainkan terletak pada diluar jangkauan politik ekonomi dalam negeri suatu negara. Warisan sejarah kolonial dan pembagian kerja internasional yang timpang bertanggung jawa terhadap kemandegan pembangunan di Negara dunia ketiga.

3) Permasalahan ketergantungan lebih dilihatnya sebagai masalah ekonomi, yang terjadi

akibat mengalirnya surplus ekonomi daru negara dunia ketiga ke negara maju. Ini diperburuk lagi karena negara dunia ketiga mengalami kemerosotan nilai tukar perdagangan relatifnya.

4) Situasi ketergantungasn merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses polarisasi

regional ekonomi global. Di satu pihak, mengalirnya surplus ekonomi dari dunia ketiga menyebabkan keterbelakangannya, sementara hal yang sama merupakan salah satu faktor yang mendorong lajunya pembangunan di negara maju.

5) Keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang

(25)

dunia. Dalam pandangan teori dependensia, pembanguna yang otonom dan berkelanjutan hampir dapat dikatakan tidak mungkin dalam situasi yang terus menerus terjadi perpindahan surplus ekonomi ke negara maju (So, 2000:103).

Jenis-jenis Pendekatan Ketergantungan

Mengingat asal-usul intelektual yang kompleks dari gagasan ketergantungan, termasuk Marxisme (atau lebih tepatnya Marxisme-Leninisme), neo-Marxisme dan strukturalisme Amerika Latin, tentu saja ada beberapa konseptualisasi yang bisa dipilih. Semua pendekatan tersebut berbeda dalam gaya, penekanan, orientasi disiplin, dan preferensi ideologis, namun mereka sama-sama memiliki gagasan dasar mengenai pembangunan dan keterbelakangan sebagai proses yang saling terkait. Perspektif ini, yang benar-benar keluar dari paradigma modernisasi, cukup jelas dalam definisi yang dibuat oleh Dos Santos berikut ini.

Ketergantungan merupakan situasi "yang mengkondisikan", yang di dalamnya ekonomi sekelompok negara ditentukan oleh pembangunan dan perkembangan kelompok lain. Hubungan saling ketergantungan antara dua atau lebih sistem perekonomian, atau antara perekonomian itu dan sistem perdagangan dunia, menjadi hubungan ketergantungan bila beberapa negara dapat berkembang hanya sebagal bayangan perkembangan negara dominan, yang mungkin memiliki pengaruh positif atau negatif pada pembangunan mereka berikutnya. (Dos Santos, dikutip Hettne, 2001:157)

Cardoso membandingkan posisi ini dengan narodniks Rusia, yang menyatakan bahwa kapitalisme di akhir abad ke-19 merupakan hal yang mustahil karena pasar dalarn negeri yang terbatas. Bertolak-belakang dengan posisi ini, Lenin berpendapat bahwa pernbangunan kapitalis merupakan proses yang kontradiktif, ditandai dengan ketegangan sosial dan perusakan. Namun, ini tidak mernbuat kapitalisme mustahil di Rusia. Menurut Cardoso, pun pernbangunan kapitalis (kendati dalam bentuk yang bergantung) bukan hal yang mustahil di Arnerika Latin.

Selanjutnya Hettne memberikan beberapa jenis pendekatan dependensia yang ia simpulkan dari beberapa tokoh penggagas teori dependensia yang sudah disingung di atas. Pendekatan-pendekatan itu adalah:

Holisme versus partikularisme. Pada dimensi ini, dipertentangkan dua kubu pemikiran: mereka yang bekerja dengan model global, dinamika yang ditentukan oleh sistem keseluruhan; dan mereka yang membangun perspektif menyeluruh mulai dari unsur pembentuknya. Misalnya, model kapitalisme transnasional Sunkel memiliki ambisi holistik, sedangkan pandangan Cardoso mengenai ketergantungan sebagai sebuah metode analisis konkret bagi kawasan pinggiran lebih bersifat partikularistik.

Faktor kausal eksternal versus faktor kausal internal. Kenyataan bahwa keduanya sulit dibedakan, bukan merupakan persoalan kita di sini. Persoalannya adalah, faktor manakah yang lebih penting? Tentu saja, dependentista tidak akan mengaku bahwa mereka mengabaikan faktor internal, namun demikian seluruh pendekatan mereka memiliki bias eksternalis (seperti digambarkan oleh model metropolis-satelit Frank). Bagaimanapun, hal ini merupakan keberatan utama terhadap teori modernisasi.

(26)

sedangkan banyak dependentista, seperti yang dicatat di atas, berasal dari ilmu sosial lainnya, misalkan sosiologi.

Kontradiksi sektoral regional versus kontradiksi kelas. Beberapa penulis menekankan kenyataan bahwa polarisasi regional atau sektoral terjadi dalam sistem yang menyeluruh, baik pada tingkat internasional maupun tingkat nasional; yang lainnya mendasarkan analisis mereka pada. asumsi bahwa konflik yang mendasar niscaya ditemukan dalam pertentangan kelas. Dengan kata lain, pandangan kedua mencari dinamika di dalam perjuangan kelas. Misalnya, dalam model dualisme globalnya, Sunkel menekankan pernilahan antara kawasan marjinal dan pusat transnasional (bagian kawasan pusat yang menyatukan, bagian dari pinggiran). Pemilahan ini menembus kelas-kelas, dengan demikian menentang kesadaran kelas dan perjuangan kelas. Sebaliknya, Cardoso lebih memberikan penekanan pada kelas, namun analisisnya cukup tajam, jauh melampaui dikotomi sederhana majikan buruh dan posisi resmi komunis. Namun, secara keseluruhan, sangat sedikit analisis kelas pada hampir semua tulisan aliran ketergantungan.

Keterbelakangan versus pembangunan yang tergantung. Argumen utama aliran ketergantungan adalah bahwa situasi ketergantungan menghasilkan proses keterbelakangan. Namun, sebagian mengambil sikap yang lebih berhati-hati, dengan mengklaim bahwa kecenderungan stagnasi merupakan persoalan yang berulang, dan bahwa pembangunan kapitalisme sepenuhnya sesuai dengan posisi ketergantungan. Posisi ketergantungan yang kuat dirumuskan oleh Frank dengan ungkapan "pembangunan keterbelakangan” (development of underdevelopment). Posisi yang lebih berhati-hati adalah gagasan Cordoso tentang "pembangunan yang terkait dan tergantung" (associated-dependent development).

Voluntarisme versus determinisme. Mayoritas besar ilmuwan ketergantungan beranggapan bahwa secara politis penelitian mereka relevan. Namun, dapat dibedakan antara mereka yang menganggap perangkat politik dibatasi oleh situasi obyektif, dan mereka yang menekankan kemungkinan mengatasi batasan ini melalui aksi politik langsung. Sikap yang terakhir jelas terkait dengan gagasan bahwa Amerika Latin (dan Dunia Ketiga) ditakdirkan terbelakang dan bahwa aktivitas politik merupakan satu-satunya jawaban atas situasi tersebut. Aktivisme ini mengambil bentuk perjuangan gerilya dan modelnya diambil dari revolusi Kuba. Akibatnya, mereka yang mengakui adanya kemungkinan pembangunan, kendati mengikuti jalur kapitalis, mengambil posisi di tengah-tengah antara cara pandang komunis resmi dan voluntaris ekstrem.

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Judul : EKSPERIMENTASI MENGENAI PELAKSANAAN PROGRAM PERBAIKAN PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KOTAMADYA SEMARANG DALAM RANGKA MENUNJANG PELAKSANAAN KURIKULUM SMA TAHUN

Dalam hal porsinya Martabak Manis Bangka memiliki ukuran yang lebih besar hingga cukup di makan oleh anggota keluarga, Martabak Manis Bangka memiliki tekstur

Kabupaten Lahat terus berusaha untuk menanggulangi masalah banjir di Kecamatan Lahat maka Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Lahat sebagai dinas teknis yang

Diva Pustaka, 2004), 12.. roda pesantren, sesuai dengan pembagian tugas menurut bidang masing-masing. Dalam struktur organisasi pesantren yang berstatus yayasan terdapat

Kurva serapan larutan standar akrilamid a 10 p p m d ibuat meng- gunakan spektrofotometer UV-VIS antara panjang gelombang 190 nm sampai 300 nm dengan blangko asam fosfat 10%3.

Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan komunikasi kita dengan orang lain selalu mengandung potensi Komunikasi Lintas Budaya atau antar budaya, karena kita akan selalu berada

Syringaldehyde, p-Hydroxybenzoic acid, m-Hydroxy- benzoic acid and Oxybenzene were 4 amongst the 11 phenolic compounds isolated exhibiting the antimi- crobial

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kegiatan membaca dapat meningkatkan kecerdasan masyarakat, tentu Perpustakaan sebagai pusat kegiatan membaca memiliki