• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Ana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Ana"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak-Anak

Risqi Andayani

Institut Agama Islam Negeri Metro

Jln. Ki Hajar Dewantara 15A. Iringmulyo, Kota Metro, Lampung 34111

E-mail: risqiandayani13@gmail.com

Abstract:

Divorce in a family relationship many happened. Not a few of the divorces which negatively to a chlid. This subject makes chlid becomes divorce victim from old fellow. For example chlid often on the warpath, unconvinced of it’s self, often feels solitude, etc. Surely, psychology child from family which divorced will experience resistance in process of development it’s self. Result from this research indicates that psychology child of from family divorced experiences negativity impact that is enough signifikan like, condescending at society, temperament (easy to fulminate), and endless discontented to the parents.

Keyword: Psychology, Chlid , Divorced

Abstrak:

Perceraian dalam suatu ikatan keluarga banyak terjadi. Tak sedikit dari perceraian tersebut yang berdampak negatif terhadap anak. Perihal ini membuat anak menjadi korban perceraian dari orang tua. Misalnya anak sering marah-marah, tidak percaya diri, sering merasa kesepian dsb. Tentu, psikologi anak dari keluarga yang bercerai akan mengalami hambatan dalam proses perkembangan diri. Hasil dari penulisan ini menunjukkan bahwa psikologi anak dari keluarga bercerai mengalami dampak negatif yang cukup signifikan seperti, rendah diri terhadap lingkungannya, temperamen (mudah marah), serta rasa kecewa yang berkepanjangan terhadap orang tuanya.

Kata Kunci: Psikologi, Anak , Bercerai

A. Pendahuluan

Pernikahan atau perkawinan adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan wanita untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak, dengan sukarela dan keridhaan keduanya untuk mewujudkan suatu kebahagian hidup berkeluarga meliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhai oleh Allah.

Menurut Mahmud Yunus, Pengertian perkawinan merupakan akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta bertolongan antara laki-laki dan anita yang keduanya bukan muhrim. Menurut Zahri Hamid, perkawinan merupakan akad (ijab kabul) antar wali dan mempelai laki-laki dengan ucapan tertentu dan memenuhi rukun dan syaratnya menikah.1

Jadi bisa disimpulakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai hubungan suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah 1 Moch. Yasyakur , “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Prestasi Anak” (Studi Kasus Di Kecamatan

(2)

dan warahmah, hidup bahigia serta tentram dalam lindungan Allah SWT. perkawinan bukanlah hanya untuk sementara tetapi sampai ajal menjemput dan terus menerus anatar suami dan istri dalam suatu keluarga yang bahagia. Dalam penjelasan UU No. 1 Tahun 1994 tentang perkawinan, pernikahan adalah sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan wanita yang telah melakukan akad menikah dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal yang didasarkan pada Ketuhanan Yang Mahas Esa.

Dalam kopilasi Hukum Islam No. 1 tahun 1991 mengartikan perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaaqa ghaliidhan untuk menaati perintah Alah dan melaksanakannya merupakan ibadah agama islam.

Perkawinan juga memiliki tujuan. Berbicara tentang tujuan perkawinan atau pernikahan, kedua belah pihak laki-laki dan perempuan melangsungkan pernikahan atau perkawinan bertujuan untuk memperoleh keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Perkawinan bertujuan membina kehisupan manusia secara rukun, bahagia dan tentram agar hidup saling mencintai dan hidup saling mengasih sayangi antara suami istri dan anak-anak mereka.

Kerukunan dan keharmonisan rumah tangga sangat diperlukan dan dibutuhkan seorang anak untuk perkembang dan hidup menjadi lebih baik, kerena keluarga merupakan satu-satunya tempat yng pertama dan utama bagi seorang anak untuk menjadi anak yang perguna bagi orang tua dan keluraga adalah lingkungan alami yang dapat dijadikan untuk mendidik anak dengan baik dan benar, baik pendidikan jasamani ataupun pendidikan rohani serta dapat menumbuhakan rasa kasih sayang dan cinta dalam jiwanya. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak meraka dalam perkmbangan dan pendidikan anak, rumah tangga yang sehat dan bersih dan teratur serta diliputi rasa damai aman dan tentram serta rukun atara keluarga suami istri maupun anak akan mewujudkan keluarga yang bahigia yang mewujudkan masyarakat dengan melahirkan anak-anak yang terdidik dan mempunya harapan cerah dimasa yang akan datang.2 Memingat rumah

tangga adalah tempat untuk mendidik seorang anak yang pertama dikenal didunia yaitu kedua orang tua harus dapat mengetahui tujuan tujuan pendidikan untuk anak-anaknya. Tuisan ini bersfat deskriptif yaitu dengan memperguanakna suatu realita yang terdapat di Lampung dan sekitarnya.

Setiap orang tua apabial melahirkan anka-anaknya terpikullah pundaknya satu beban dan kewajiban untuk mendidik anaknya kejalan yang benar.

Dari paparan diatas dilihat betapa pentingnya keluarga bagi anak dan pentingnya keuutuhan dalam suatu keluarga dan betapa berperan orang tua dalam memberikan pendidikan untuk anaknya, karena tujuan perkawinan yang diharapkan oleh pasal 1 UU No. 1 tahun 1994 adalah untuk membentuk keluarga/rumah tangga yang bahgai kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.

2 Anisa Indriyati, “Pendidikan Anak Dalam Keluarga Sebagai Bentuk Perlindungan Anak Dalam Perspektif

(3)

B. Pembahasan

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tersusun atas kepala keluarga (berperan sebagai suami atau ayah) dan beberapa orang seperti ibu dan anak yang terkumpul dan tinggal bersama pada suatu tempat di bawah satu atap dalam kondisi yang saling membutuhkan dan ketergantungan.3 Keluarga juga merupakan unit terkecil yang utama dan pertama bagi seorang anak.

Sebelum anak tersebut berkenalan dengan lingkungan sekitar anak tersebut berkenalan dulu dengan situasi keluarga. Pengalaman dalam keluarga akan sangat mempengaruhi dalam perkembangan anak untuk masa yang akan datang. Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak. Setiap anak mendapat suatu dorongan positif dari orang tua dan gaya meniru. Dengan dorongan ini anak bisa mengerjakan hal positif dan meniru orang tua ke hal yang baik. Oleh karena itu orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Apasaja yang dilihat dan didengarkan anaknya akan selalu ditiru tanpa mempertimbangkan apakah hal tersebut baik atau buruknya. Dalam hal ini orang tua harus diwaspadakan serta perhatian dan kasih saynag yang besar dari kedua orang tua. Karena sifat meniru ini akan membentuk pribadi seorang anak. Orang tua memperkenalkan anak-anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan pertama yang didapatkan oleh anak itu dari kedua orang tua. Orang tua juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik, membimbing dan mengasuh anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menhantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

Kerena orang tua adalah pusat kehidupan rohani bagi anaknya juga sebagai penyebab berkenalan dengan alam luar, maka setiap reaksi setiap anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya dipermulaan hidupnya terlebih dahulu. Jadi, orang tua atau ibu dan apak memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan ank-anak.4

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan anatar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak

Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional.Anak adalah asset bangsa.Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang.Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan

3 Gustina , “Lingkungan Keluarga Sebagai Wahana Sosialisasi Dan Interaksi Edukatif Bagi Anak” (Suatu

Tinjauan Sosio-Edukasi Religius terhadap Pendidikan dalam Keluarga), Ta’dib, Volume. 12, No. 2 (Desember 2009) 128

4 Ghafiqi Faroek Abadi, “ Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak Pada Keluarga

Pegawai”

(4)

bangsa.Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang.

Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang panjang dalam rentang kehidupan.Bagi kehidupan anak, masa kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mreka bukan lagi anak-ank tapi orang dewasa

Menurut Hurlock (1980), manusia berkembang melalui beberapa tahapan yang berlangsung secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo perkembangan y6ang tertentu, terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang tertentu dan bias berlaku umum. Untuk lebih jelasnya tahapan perkembangan tersebut dapat dilihat pada uraian tersebut: – Masa pra-lahir : Dimulahi sejak terjadinya konsepsi lahir – Masa jabang bayi : satu hari-dua minggu. – Masa Bayi : dua minggu-satu tahun. – Masa anak : – masa anak-anak awal : 1 tahun-6 bulan, Anak-anak lahir : 6 tahun-12/13 tahun. – Masa remaja : 12/13 tahun-21 tahun – Masa dewasa : 21 tahun-40 tahun. – Masa tengah baya : 40 tahun-60 tahun. – Masa tua : 60 tahun-meninggal .

Orang tua adalah orang yang pertama bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan kesejahteraan hidup anak baik kesejahteraan jasmani, rohani maupun sosialnya. Pada azasnya setiap keluarga, kerabat serta persekutuan menghendaki suatu perkawinan dapat dipertahankan selamanya. Kewajiban memelihara, mendidik, mencukupi kebutuhan hidup anak, serta menjaga hak dan harta anak harus dilakukan imtuk kepentingan anak dan ini terus berlaku walaupun perkawinan antara orang tua telah putus. Hal ini sesuai dengan pasal 45 Undang-Undang Perkawinan Nomor I Tahun 1974 yang menyatakan, bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (I) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

(5)

Apabila tidak dicapai kata sepakat isteri akan diam saja. Selanjutnya penyelesaian melalui jalur pengadilan jarang ditempuh.5

Demi mengingat kepentingan serta kelayakan hidup anak, disarankan kepada orang tua untuk memenuhi kewajibannya terhadap anak biaya hidup anak setelah terjadi perceraian, dan juga diperlukan adanya penyuluhan tentang Undang-Undang Perlindungan Anak. Di lain pihak agar para pejabat yang menangani perceraian dapat menjelaskan kepada para pihak yang bercerai tentang pentingnya pelaksanaan kewajiban pemeliharaan dan pemenuhan nafkah hidup anak, serta sanksi-sanksi yang yang akan dikenakan terhadap orang tua apabila melalaikan kewajiban tersebut.

Perceraian dan poligami kini kembali marak dibicarakan sejak seorang wanita mengunggah video di media social, yang mencurahkan perasaannya terhadap masalah poligami yang dialami. Perceraian memang bukanlah hal yang mudah, dan bisa menjadi mimpi buruk baik bagi pasangan maupun anak.

Tidak ada yang memimpikan sebuah perceraian. Namun, hadirnya beragam masalah dalam rumah tangga yang sulit untuk diperbaiki menghadirkan perceraian sebagai jalan keluar. Perceraian ini dipercaya dapat menyembuhkan luka dalam rumah tangga tapi ternyata harus mengorbankan perasaan anak.

Pertimbangkan beberapa hal ini sebelum memutuskan. Tidak hanya orang tua yang tersakiti. Perceraian juga dapat menyisakan luka pada anak yang mungkin saja akan terus dibawanya hingga dewasa. Dampak yang mungkin terjadi pada setiap anak bisa berbeda-beda. Hal ini tergantung dari usia anak pada saat perceraian, kondisi perceraian, dan kepribadian anak.

Sebagian anak akan mengalami kemunduran dalam belajar, sebagian anak mungkin akan merasa tidak akrab dengan orang tua ketika mereka sudah dewasa. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang orang tuanya bercerai pada saat berusia 5 tahun atau lebih kecil, tidak merasa memiliki ikatan khusus atau memiliki perasaan tidak nyaman bersama orang tuanya lebih besar dibandingkan anak yang orang tuanya bercerai setelah ia berumur 5 tahun.

Namun yang pasti, anak yang menghadapi orang tua bercerai akan merasakan kaget, sedih, cemas, marah, atau bingung pada saat yang bersamaan. Anak juga akan lebih mungkin untuk mengalami masalah dalam bersosialisasi. Ini adalah kondisi di mana anak akan merasa rendah diri dan merasa iri pada anak lain yang memiliki keluarga yang utuh. Walau sebagian anak juga mungkin untuk bisa melewati masa stres dan justru tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Sebagian orang tua juga melakukan kesalahan yang dapat memperburuk kondisi anak. Hindari berkeluh kesah pada anak Anda, karena mereka tetaplah anak-anak. Jika Anda ingin berbagi cerita, carilah orang dewasa yang bisa mendukung Anda menjalani masa sulit. Jangan jadikan anak

5 Sri Widha Haryanie, “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Emosi Anak”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.

(6)

sebagai perantara atau pengantar pesan Anda. Kondisi ini cenderung membuat anak lebih membenci salah satu pihak. Bagaimanapun, pada saat ini anak juga memerlukan bantuan Anda.6

Perceraian bagaimanapun tetap akan menyisakan luka, baik bagi anak maupun orang tua. Dampak perceraian sendiri bisa menciptakan rasa hilangnya harapan anak untuk memiliki keluarga yang utuh. Jika perceraian adalah jalan satu-satunya cara, maka Anda dan pasangan sebaiknya melakukan pendekatan yang dapat membantu anak dalam melalui masa sulit ini.

Setiap teijadinya perceraian orang tua sudah barang tentu berdampak negatif terhadap proses pendikan dan perkembangan jiwa anak, di karenakan anak usia sekolah dasar pada umumnya masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian penuh dari kedua orang tua. Hal ini akan dibuktikan nantinya dalam pembahasan berkutnya, hal-hal yang berkaitan dengan

Dampak yang dirasakan anak akibat terjadinya perceraian kedua orang tuanya. Perceraian orang tua merupakan problema yang cukup besar bagi anak- anaknya terutama bagi anak-anak yang masih sekolah dasar, sebab anak-anak pada usia ini masih sangat membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya.7

Suasana rumah tangga memberi pengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak usia Sekolah Dasar. Suasana keluarga yang berantakan dapat menyebabkan anak tidak dapat belajar dengan baik bahkan membawa pengaruh yang negatif terhadap perkembangan jiwa anak dalam masa pertumbuhannya, karena pribadi si anak umumnya terjadi melalui pengalaman yang didapat diwaktu kecil.8 Pengalaman yang diperoleh anak di waktu kecil baik pengalaman pahit maupun

menyenangkan semuanya memberi pengaruh dalam kehidupan anak nantinya. Zakiah Drajad menyebutkan ada beberapa hal tanggung Jawab orang tua terhadap anak-anaknya.

a. Memperkenalkan nikmat dan karunia Allah

b. Membimbing anaknya dalam pengalaman ilmu agama

c. Memberi nama bagi anak

d. Memperjelas nasab ( keturunan )

e. Selalu mendo’akan kepada anaknya. Dalam bidang Emosional:

a. Adanya rasa kasih sayang dan cinta kepada anak

b. Harus mencerminnkan keteladanan yang baik karena anaknya akan selalu mengikuti jejak dan prilaku orang tuanya

6 Amelia Stefani H., “Perancangan Komik untuk Mendukung Remaja Meminimalkan Dampak Negatif

Perceraian Orang Tua” Musãwa, Vol. 10, No. 2. (Juli 2011)

7 Reski Yulina Widiastuti,”Dampak Perceraian Pada Perkembangan Sosial Dan Emosional Anak Usia 5-6

Tahun”, Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, (Oktober 2015), hal 76-149

8 Nur Afni Kusumaningtyas, “Interaksi dan Pola Hubungan terhadap Anak Pasca Perceraian” (Studi Deskripstif

Tentang Interaksi dan Pola Asuh terhadap Anak Pasca Perceraian di Kota Surabaya), Jurnal Pendidikan Islam,

(7)

c. Mengikuti sagala tindak tanduk orang tuanya d. Berbuat dan bersikap adil dalam keluarga

Bijak dalam membimbing

a. Meluangkan waktu untuk bergaul dan bermain dengan anaknya

b. Harus baik tidak kasar dan bijak dalam mengungkapkan kemarahannya terhadap anak

c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak Dalam Bidang Kesehatan Meliputi:

a. Orang tua dan keluarga brtanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan merawati anak sejak dalam kandungan hingga dewasa

b. Bila Orang tua dan keluarga tidak mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut maka pemerintah wajib mmemnuhinya.

Dari ketentuan tersebut di atas dapat diketahui, bahwa seorang anak mempunyai hak yang cukup menjamin terehadap kelangsungan hidup dan kebahagiaan anak yang bersangkutan. Anak yang sah tersebut berhak mendapat perhatian, baik dari segi perkembangan jiwanya ataupun pendidikan yang layak sampai anak itu berumur 18 tahun. Hal ini ditegaskan dalam pasal 47 UU No. 1 Tahun 1974.

Memperkenalkan nikma dan karunia Allah:

a. Membimbing anaknya dalam pengalaman ilmu agama

b. Memberi nama bagi anak c. Memperjelas nasab ( keturunan )

d. Selalu mendo’akan kepada anaknya Dalam bidang Emosional:

a. Adanya rasa kasih sayang dan cinta kepada anak

b. Harus mencerminnkan keteladanan yang baik karena anaknya akan selalu mengikuti jejak dan prilaku orang tuanya.

c. Mengikuti sagala tindak tanduk orang tuanya

d. Berbuat dan bersikap adil dalam keluarga e. Bijak dalam membimbing

f. Meluangkan waktu untuk bergaul dan bermain dengan anaknya Dalam Bidang Kesehatan Meliputi:

a. Orang tua dan keluarga brtanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan merawat anak sejak dalam kandungan hingga dewasa.

(8)

Perceraian mempunyai akibat pula, bahwa kekuasaan orang tua (onderlijke macht) berakhir dan berubah menjadi “perwalian’’ (voogjid), Subekti 1992:44.

Mereka yang putus perkawinan karena perceraian memperoleh status perdata dan kebiasaan sebagai berikut:(1) keduanya tidak terikat lagi dalam tali perkawinan, menjadi bekas suami berstatus duda dan menjadi bekas istri menjadi janda. (2) keduannya bebas melangsungkan perkawinan dengan pihak lain dengan ketentuan pihak mantan istri sudah melewati masa iddah, (3) kedua belah pihak diperkenakan menikah kembali diantara mereka sepanjang tidak bertentangan dan dilarang oleh Undang-undang dan norma agama mereka (Moh. Mahfud, 2006:210).

Menurut Leslie, trauma yang dialami anak karena perceraian orang tua berkaitan dengan kualitas hubungan dalam keluarga sebelumnya. Apabila anak merasakan adanya kebahagiaan dalam kehidupan rumah sebelumnya maka mereka akan meraskan trauma yang sangat berat. Sebaliknya bila anak merasakan tidak ada kebahagiaan kehidupan dalam rumah, maka trauma yang dihadapi anak sangat kecil dan malah perceraian dianggap sebagai jalan keluar terbaik dari konflik terus menerus yang terjadi antara ayah dan ibu ( T.O Ihromi, 2004:160).

Menurut Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 41 disebutkan : akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah : (1) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak pengadilan memberikan keputusan. (2). Bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak, bilamana bapak dalamSebagai perbandingan penulis bila dilihat dari prilaku yang keluarga nya yang utuh, anak anak lebih ceria, aktif, juga mereka memperoleh pendidikan yang layak, karena keutuhan sebuah keluarga sangat berpengaruh terhadap prkembangan diri anak. kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan memutuskan ibu ikut memikul biaya tersebut. (3). Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri. Dengan adanya putusan pengadilan tentang putusnya suatu perkawinan, karena kedua belah pihak tidak dapat berdamai kembali maka perceraianlah terbaik bagi keduanya. Namun demikian dengan adanya perceraian tersebut, selain akibat yang disebutkan Undang-undang No. 1 tahun 1974 pasal 41, perceraian antara suami istri dapat pula berdampak terhadap istri, suami, anakanaknya (apabila sudah mempunyai anak) dan juga terhadap kedua orang tua dari kedua belah pihak atau keluarganya. Dampak perceraian tersebut secara ekonomi dan psikologi tentu saja tidak hanya di rasakan mantan pasangan suami dan istri saja tetapi juga pada anak-anak mereka.

(9)

kebahagiaan dan kebebasan di sisi lain muncul rasa sedih bila teringat akan kebersamaan yang penuh dengan nuansa keindahan (Moh. Mahfud, 2006:210).

Secara umum perceraian terjadi karena tidak dapat di persatukannya perbedaan pemikiran, prinsip, gaya hidup dan lainlain.

Sebelum dan sesudah perceraian akan lebih memperburuk hubungan antara kedua mantan pasangan suami istri. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak menjadi jenuh terhadap kedua orang tuanya, sehingga anak tidak dapat mempercayai orang tua mereka dan lebih percaya pada teman sebayanya.9

Kenyataan tersebut dikuatkan lagi dengan pernyataan salah seorang kepala sekolah yang penulis pernah berdiskusi sekilas tentang pendidikan di Lampung terkini, kebanyakan siswa (anak) yang nakal, bandel, dan pemalas dan memiliki prestasi belajar yang rendah adalah anak yang berasal dari keluarga yang tidak akur dalam pengertian keluarga tersebut sering terjadi pertengkaran yang diakibatkan bapaknya tidak memiliki pekerjaan tetap dan cemburu terhadap istrinya yang berjualan di pasar.10

Oleh karena itu yang terutama sekali perlu diperhatikan adalah penyelamatan hubungan orang tua dari suatu perceraian, pergaulan dan kehidupan mereka menjadi teladan bagi mereka.

Kesimpulan

Perceraian mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan Jiwa dan pendidikan anak, terutama anak usia Sekolah Dasar dan remaja. Diantaranya dapat menyebabkan anak bersikap pendiam dan rendah diri, nakal yang berlebihan, prestasi belajar rendah dan merasa kehilangan. Walaupun tidak pada semua kasus demikian tapi sebagian besar menimbulkan dampak yang negatif terhadap perkembangan jiwa anak dan juga berpengaruh terhadap proses pendidikan anak itu sendiri sebagaimana tersebut diatas.

Pada umumnya anak-anak yang keluarganya bercerai ikut bersama ibunya, dan semua biaya hidupnya yang seharusnya menjadi tanggung jawab bapak tetapi menjadi tanggung jawab si ibu.

Anak-anak dari keluarga sempuma memiliki prestasi lebih baik diban dingkan dengan anak-anak dari keluarga tidak sempuma yang orang tua nya bercerai. Dampak perceraian orang tua juga terlihat secara nyata bagi anak-anak usia sekolah Dasar seperti pendiam, pemalu, tidak lagi ceria dan prestasi belajarnya menurun.

REFERENSI

9 M. Yusuf, MY., “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak” Jurnal, Vol. 2. No. 1 (Mei 2015) hal 26 10 Putri Rosalia Ningrum, “ Perceraian Orang Tua Dan Penyesuaian Diri Remaja” (Studi Pada Remaja Sekolah

(10)

Amelia Stefani H., “Perancangan Komik untuk Mendukung Remaja Meminimalkan Dampak Negatif Perceraian Orang Tua” Musãwa, Vol. 10, No. 2. (Juli 2011)

Anisa Indriyati, “Pendidikan Anak Dalam Keluarga Sebagai Bentuk Perlindungan Anak Dalam Perspektif Al-Qur’an”, Musãwa, Vol. 10, No. 2. (Juli 2011)

Ghafiqi Faroek Abadi, “ Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak Pada Keluarga Pegawai”, Tadrîs, Volume 7 Nomor 2 (Desember 2012) 291

Gustina , “Lingkungan Keluarga Sebagai Wahana Sosialisasi Dan Interaksi Edukatif Bagi Anak” (Suatu Tinjauan Sosio-Edukasi Religius terhadap Pendidikan dalam Keluarga), Ta’dib,

Volume. 12, No. 2 (Desember 2009) 128

M. Yusuf, MY., “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak” Jurnal, Vol. 2. No. 1 (Mei 2015) hal 26

Moch. Yasyakur , “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Prestasi Anak” (Studi Kasus Di Kecamatan Nanggung, Bogor), Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4 (july 2015)

Nur Afni Kusumaningtyas, “Interaksi dan Pola Hubungan terhadap Anak Pasca Perceraian” (Studi Deskripstif Tentang Interaksi dan Pola Asuh terhadap Anak Pasca Perceraian di Kota Surabaya), Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4 No.1 (Februari 2014) hal 42

Putri Rosalia Ningrum, “ Perceraian Orang Tua Dan Penyesuaian Diri Remaja” (Studi Pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan Di Kota Samarinda), eJournal Psikologi, 2013, 1 (1)

Reski Yulina Widiastuti,”Dampak Perceraian Pada Perkembangan Sosial Dan Emosional Anak Usia 5-6 Tahun”, Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, (Oktober 2015), hal 76-149

Referensi

Dokumen terkait

Virtual reality adalah teknologi yang dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer[9]. Keuntungan dari teknologi virtual reality adalah

Sistem PLTMH di Desa Temajuk merupakan jenis off grid atau stand alone dengan daya terpasang18 kW dan didesain untuk melayani 25 pelanggan dengan jaringan

Pada grafik di bawah ini jelas menunjukkan bahwa putaran blower posisi high cool dengan meningkatnya daya kompresor, efek refrigerasi dan kapasitas evaporator akan cenderung

data sekunder akan dilakukan mini survey terhadap beberapa keluarga miskin dan para pemangku kebijakan dengan melakukan depth interview yang merupakan wawancara tak

3HQXOLVDQ VNULSVL EHUMXGXO PENGENAAN RETRIBUSI OLEH PEMERINTAH KOTA SURABAYA KEPADA TVRI DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 1997 TENTANG IZIN PEMAKAIAN

Melakukan uji kestasioneran data dengan plot data, yakni dengan membuat plot runtun waktu pada variabel inflasi Kota Purwokerto, inflasi Kota Surakarta, inflasi

Pada regresi hazard Aalen, koefisien regresi tidak dapat dicari langsung, sedangkan kelebihan dari regresi hazard Lin & Ying adalah estimasi koefisien regresinya dapat

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan suatu sistem informasi pengolahan data kepegawaian pada Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Pemprov Bangka Belitung agar dapat