• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Metode Discovery terhadap Hasil Belajar IPA pada Berbagai Kemampuan Belajar Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Metode Discovery terhadap Hasil Belajar IPA pada Berbagai Kemampuan Belajar Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.1.1Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Dari segi bahasa, ada tiga istilah yang berkaitan dengan IPA yaitu “ilmu”, “pengetahuan”, dan “alam”. Wisudawati (2014:23) mengatakan “pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Pengetahuan alam berarti pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah pengetahuan ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah artinya diperoleh dengan metode ilmiah”. Wisudawati melihat garis besar dalam ilmu pengetahuan alam yang terdiri dari tiga kata yaitu ilmu, pengetahuan, dan alam. Ilmu adalah sesuatu yang diperoleh secara ilmiah dan bersifat logis atau rasional, pengetahuan berupa apa yang dipelajari yaitu tentang alam semesta, dan alam adalah sesuatu yang terdapat pada sekitar kita.

Lebih lanjut, ilmu pengetahuan alam menurut Wisudawati (2014:22) memiliki definisi sebagai “rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya”. Wisudawati dalam pendapatnya menggarisbawahi bahwa IPA mempelajari fenomena alam yang terjadi secara nyata, konkrit dan dalam keadaan sebenarnya.

(2)

11

Pendapat lain tentang IPA menurut Subiyanto (dalam Wisudawati, 2014) adalah sebagai berikut:

(a) Suatu cabang pengetahuan yang menyangkut fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum. (b) Pengetahuan yang didapatkan dengan jalan studi dan praktik. (c) Suatu cabang ilmu yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta, terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis.

Subiyanto dalam argumentasinya menjelaskan bahwa IPA merupakan cabang ilmu tentang fakta sebagai bahan analisis hipotesis yang dilakukan dengan cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis dengan cara mencoba atau eksperimen. Selanjutnya, Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Carin dan Sund menekankan bahwa IPA merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui observasi dan penelitian-penelitian sehingga kumpulan data yang didapat tersusun secara sistematis.

Lebih lanjut, Donosepoetro (dalam Trianto, 2013:137) menyatakan: IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA dipandang pula sebagai proses, produk dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. Sebagai prosedur adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang biasanya disebut dengan metode ilmiah.

Donosepoetro mencatat tiga hal penting terkait dengan IPA yaitu proses, produk dan prosedur. IPA sebagai proses berupa penyempurnaan atau penambahan pengetahuan tentang alam, sebagai produk berupa hasil dari sesuatu yang telah diajarkan untuk menambah pengetahuan, dan sebagai prosedur berupa cara untuk mengetahui pengetahuan tentang alam.

(3)

12

1) IPA merupakan cabang ilmu yang mempelajari alam semesta dan isinya. IPA harus disusun secara sistematis dan rasional melalui beberapa langkah seperti observasi, penelitian dan jalan studi. Setelah didapat hasil dari langkah-langkah tersebut disusunlah hipotesis yang dapat mendukung materi IPA.

2) IPA sebagai ilmu yang mempelajari sebab akibat yang terjadi di alam semesta ini.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan sekitarnya yang selalu berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari.

2.1.1.2Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Salah satu mata pelajaran pokok di sekolah dasar adalah ilmu pengetahuan alam. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa IPA adalah cabang ilmu yang mempelajari alam semesta dan isinya. Pembelajaran IPA memiliki beberapa definisi seperti menurut Wisudawati (2014:26) mengatakan “pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan”. Wisudawati menekankan pada hubungan timbal balik komponen pembelajaran seperti materi, alat peraga dan ekperimen dalam bentuk proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Djojosoediro (2012:21) menyebutkan dalam proses pembelajaran IPA di sekolah terdapat karakteristik sebagai berikut:

1) Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. 2) Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam teknik. 3) Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan.

(4)

13

pembelajaran. Ketiga, memerlukan berbagai macam alat yang bertujuan untuk membantu siswa mengamati secara langsung, seperti alat peraga atau gambar.

Dari beberapa pengertian tentang hakikat IPA yang telah dikutip maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan interaksi proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karakteristik pembelajaran IPA melibatkan hampir seluruh alat indera, menggunakan berbagai macam teknik IPA untuk membantu penyampaian pembelajaran IPA, dan memerlukan berbagai macam alat peraga atu gambar untuk membantu siswa mengamati secara langsung.

2.1.2 Pendekatan Saintifik

2.1.2.1Pengertian Pendekatan Saintifik

Salah satu pendekatan ilmiah dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat diterapkan yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik memiliki kerangka kerja bertahap sehingga membentuk pemikiran siswa yang kritis dan melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Kurniasih (2014:29) adalah:

Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstuk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, merumuskan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Kurniasih mendasarkan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran siswa yang aktif dan mengkonstruk konsep dalam pembelajaran. Tahapan dalam mengkonstruksi konsep antara lain dengan mengamati masalah,merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merumuskan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan data yang telah dianalisis.

(5)

14

Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar orang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.

Bruner menekankan pada empat aspek penting dalam proses kognitif yaitu belajar dengan menggunakan pikirannya, siswa memiliki kepuasan lebih dalam belajar melalui percobaan, pemberian kesempatan untuk melakukan penelitian sendiri, dan siswa lebih mengingat atau memahami pembelajaran dengan penelitian. Bruner mengatakan agar lebih memahami pembelajaran dengan cara mengarahkan siswa untuk dapat berpikir secara mandiri dan kritis serta disertakan dalam penelitian atau penemuan agar siswa dapat membuktikan hasil pikirannya tersebut.

Dari berbagai pengertian pendekatan saintifik terdapat beberapa aspek dari pengertian pendekatan saintifik yaitu siswa dapat mengkonstruk atau membangun pengertian sendiri melalui penemuan atau praktik dengan menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Pendekatan saintifik yang disusun secara sistematis menuntun siswa untuk menemukan dengan urut pengertian materi yang dipelajari. Dengan dilibatkan dalam proses pembelajaran secara aktif dan berpusat kepada siswa, tingkat pemahaman siswa akan bertambah dan dapat diingat lebih lama.

2.1.2.2Karakteristik Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik yang mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dan ilmiah memiliki karakteristik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Karakteristik pembelajaran dengan menggunakan metode saintifik menurut Daryanto (2014:53) dan Lazim (2013:2) adalah sebagai berikut:

(6)

15

berfikir tingkat tinggi siswa, dan 4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

Daryanto dan Lazim dalam hal ini menyatakan bahwa karakteristik dalam pendekatan saintifik adalah berpusat pada siswa, bukan pada guru. Karena pendekatan saintifik berpusat pada siswa maka pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih aktif. Kemudian dalam menjalankan pendekatan saintifik secara sistematis melibatkan keterampilan proses agar berjalan dengan baik. Merangsang rasa ingin tahu siswa dengan mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan maksimal. Terakhir dapat mengembangkan nilai-nilai karakter siswa yang diharapkan dapat tercapai.

2.1.2.3Tujuan Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik yang memusatkan kegiatan pembelajaran pada siswa memiliki tujuan-tujuan. Menurut Daryanto (2014:54) pendekatan saintifik memiliki tujuan antara lain:

1) Meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, 2) Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, 3) Melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, 4) Mengembangkan karakter siswa.

Daryanto menekankan tujuan pendekatan saintifik pada pembentukan kemampuan berpikir siswa yang dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan ide atau hipotesis secara runtut/ sistematis dan dapat mengembangkan nilai karakter siswa.

(7)

16

Dari kutipan sebelumnya dapat disimpulkan tujuan pendekatan saintifik adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengkonstruk konsep secara sistematis dan dapat mengembangkan nilai-nilai karakter siswa.

2.1.2.4Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

Kurniasih (2013:141) dan Daryanto (2014:60) menjelaskan langkah-langkah yang terkandung dalam dalam pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran harus memuat tujuh komponen, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut terkandung dalam langkah-langkah dibawah ini:

Komponen mengamati, metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).... Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang akan dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.... Komponen menanya.... Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan. Komponen menalar. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Komponen mencoba. Peserta didik harus memiliki keterampilan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Langkah-langkah yang telah dikutip dari Kurniasih dan Daryanto adalah mengamati, yaitu dengan menghadirkan objek secara nyata dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga menimbulkan kebermaknaan proses pembelajaran. Dalam tahap menanya, guru membimbing siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa dengan bertanya jawab dengan siswa. Menalar adalah proses berpikir secara empiris yang diperoleh melalui observasi untuk memperoleh hipotesis dan mencoba adalah menggunakan keterampilan tentang alam sekitar dengan memanfaatkan metode eksperimen untuk memecahkan suatu permasalahan.

(8)

17

1) Melakukan pengamatan atau observasi, siswa mengamati variabel atau alat kemudian mendeskripsikan hasil pengamatan pada teman lain untuk memperoleh gambaran yang sama, 2) Mengajukan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan untuk memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. 3) Melakukan eksperimen atau percobaan, upaya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan adalah melakukan percobaan, pelaksanaan penyelidikan dapat dimulai dengan pengajuan hipotesis untuk mempermudah membuat rancangan percobaan, 4) Mengasosiasikan atau menalar, merupakan kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional, 5) Membangun jaringan atau berkomunikasi, setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk berbicara dengan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.

Abdullah menjelaskan terdapat lima langkah dalam pendekatan saintifik yaitu melakukan observasi dengan mengamati objek berupa alat peraga, mengajukan pertanyaan untuk menjawab rasa ingin tahu siswa, melakukan eksperimen untuk menjawab pertanyaan siswa yang telah dirancang menjadi hipotesis, mengasosiasikan untuk mengumpulkan atau mengolah informasi berdasarkan percobaan, dan berkomunikasi untuk memberikan waktu bagi siswa menyampaikan gagasan atau hasil percobaan yang telah ditemukan.

Dari langkah-langkah pendekatan saintifik yang telah dikutip sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah saintifik meliputi langkah mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.

2.1.3 Metode Discovery

2.1.3.1Pengertian Metode Discovery

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang beragam untuk menyampaikan materi di kelas. Metode pembelajaran sangat beragam dan berbeda dalam cara pelaksanaannya. Contoh metode pembelajaran diantaranya adalah inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, metode berbasis proyek, dan metode penemuan. Metode yang ada dapat diterapkan sendiri ataupun dikolaborasikan dengan metode pembelajaran lainnya. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik adalah metode penemuan (metode discovery).

(9)

18

Teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri discovery masalah yang dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.

Kurniasih menjelaskan bahwa dalam metode discovery, masalah yang dihadirkan dalam pembelajaran adalah masalah yang telah direkayasa oleh guru yang disesuaikan dengan pembelajaran, bukan masalah yang disajikan dengan keadaan yang sebenarnya.

Pendapat mengenai metode discovery menurut Illahi (2012:33) “discovery merupakan salah satu metode yang memungkinkan para anak didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang dipelajari”. Illahi menjelaskan metode discovery melibatkan secara langsung peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dan dengan memanfaatkan proses mental dalam menemukan konsep yang sedang dipelajari.

Dari beberapa pendapat yang telah dikutip dapat disimpulkan bahwa metode discovery merupakan metode yang berawal dari masalah yang telah direkayasa oleh guru. Siswa menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang telah dihadirkan guru melalui tahapan percobaan untuk menguji hipotesis. Dalam mengaplikasikan metode discovery, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri. Peran guru sebagai fasilitator harus mengarahkan kegiatan belajar siswa yang aktif dan mandiri.

2.1.3.2Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Discovery

Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai cara penyampaian materi kepada siswa. Metode pembelajaran sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing seperti metode discovery. Metode discovery memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

(10)

19

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif, 2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer, 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil, 4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri, 5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri, 6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, 7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. 8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan), 9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru, 11) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, 12) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri, 13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik, 14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya, 15) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, 16) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar, 17) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Kurniasih menyebutkan beberapa keuntungan dalam penggunaan metode discovery seperti memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan

(11)

20

Hosnan (2014:287) menambahkan kelebihan metode discovery adalah

“dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah,

meningkatkan motivasi belajar siswa, melatih siswa untuk belajar mandiri, dan siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar”. Hosnan menekankan pada kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dengan keterampilan memecahkan masalah secara mandiri dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Illahi (2012:70) menyebutkan kelebihan lain dari metode discovery sebagai berikut:

1) Dalam penyampaian bahan discovery digunakan kegiatan dan pengalaman langsung, 2) Discovery lebih realistis dan mempunyai makna, 3) Discovery merupakan suatu model pemecahan masalah, 4) Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan discovery akan lebih mudah diserap, 5) discovery banyak memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar.

Illahi juga menyebutkan bahwa metode discovery merupakan metode yang kegiatan belajarnya menyangkut pada kehidupan sehari-hari siswa dan dialami secara nyata oleh siswa. Pembelajaran dengan metode discovery lebih mudah diserap oleh siswa karena pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran.

Selain memiliki kelebihan yang sangat mendukung keaktifan dan kemandirian siswa, metode discovery juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan metode discovery menurut Kurniasih (2014:67) adalah sebagai berikut:

1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar, 2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya, 3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama

(12)

21

1) Menyita banyak waktu, 2) Kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, 3) Faktor kebudayaan atau kebiasaan yang masih menggunakan pola pembelajaran lama.

Hosnan menyebutkan kelemahan discovery adalah dalam persiapan pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup lama dan tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode discovery. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kebiasaan menggunakan metode ceramah sudah digunakan cukup lama dan guru terkadang kurang dapat melaksanakan pembelajaran menggunakan metode discovery.

Illahi (2012:72) juga mengungkapkan beberapa kelemahan metode discovery seperti:

1) Waktu yang digunakan dalam penerapan metode discovery membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan metode konvensional, 2) Untuk anak didik yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka masih terbatas, dan 3) Faktor kebudayaan dan kebiasaan.

Senada dengan Hosnan, Illahi menekankan pada kemampuan berpikir siswa kelas rendah yang masih terbatas karena masih sangat subjektif, banyaknya pendapat dari siswa membuat penyesuaian kelas sangat beragam dan memerlukan waktu dalam pengimplementasian metode discovery.

(13)

22

2.1.3.3Langkah-Langkah MetodeDiscovery

Untuk menerapkan metode discovery dengan runtut, maka disusun langkah-langkah operasional dalam proses pengimplementasian pembelajaran. Langkah-langkah dalam metode discovery menurut Kurniasih (2014:68) dan Hosnan (2014:289) adalah sebagai berikut:

Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsangan), pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.

Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah), guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

Data collection (pengumpulan data), ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.

Data processing (pengolahan data), pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dari informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan pada tingkat kepercayaan tertentu.

Verification (pembuktian), pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.

Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi), tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

(14)

23

menyusun tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal yang terpenting adalah guru harus memahami karakter siswa agar dapat menyesuaikan cara belajar siswa.mengintegrasikan materi menggunakan contoh, ilustrasi dan topik yang berkaitan dengan permasalahan sehari-hari. Menyusun pembelajaran dengan urut yaitu dari hal sederhana ke hal yang kompleks.

Setelah persiapan telah dipersiapkan terdapat langkah-langkah pembelajaran metode discovery. Dalam tahap simulasi, guru menghadirkan permasalahan yang memunculkan rasa ingin tahu siswa sehingga muncul keinginan untuk menyelidiki permasalahan tersebut. Langkah selanjutnya adalah identifikasi masalah dimana guru memberikan kesempatan untuk siswa mencari dan menemukan sebanyak mungkin jawaban yang sesuai dengan mata pelajaran kemudian dirumuskan dalam bentuk jawaban sementara atau hipotesis.dalam tahap pengumpulan data, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidak hipotesis yang telah disusun. Pengolahan data adalah tahap dimana siswa mengolah seluruh informasi yang telah diperoleh untuk mendapatkan pembuktian. Setelah proses pengumpulan data tahap selanjutnya adalah tahap pembuktian untuk mengecek hipotesis dengan membuktikan hasil yang telah dikumpulkan dan diolah sebelumnya. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan, yaitu siswa membuat kesimpulan berdasarkan pembuktian yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran.

Tahapan pembelajaran metode discovery menurut Abdullah (2014:99) secara umum digambarkan sebagai berikut:

(15)

24

memaparkan hasil investigasi dan mengemukakan konsep yang ditemukan. Guru membimbing peserta didik dalam mengkonstruksi konsep berdasarkan hasil investigasi.

Abdullah juga menjelaskan langkah-langkah metode discovery yaitu guru menjelaskan materi secara umum kemudian guru mengajukan permasalahan kepada siswa mengenai topik yang akan dipelajari. Siswa secara berkelompok menyusun hipotesis kemudian siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada buku atau lembar kerja siswa. Selama proses percobaan guru mendampingi dan memfasilitasi siswa jika siswa merasa kesulitan. Siswa melakukan percobaan untuk menguji hipotesis yang telah disusun kemudian dianalisis. Siswa memaparkan atau mempresentasikan hasil percobaan dan terakhir guru membimbing siswa dalam menyusun kesimpulan.

Dari beberapa kutipan tentang metode discovery dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar dengan discovery guru harus menyusun tujuan pembelajaran, memahami karakter siswa dan mempersiapkan contoh-contoh nyata yang berkaitan dengan pembelajaran. Langkah-langkah metode discovery adalah guru menjelaskan materi secara singkat kemudian simulasi, yaitu memberikan masalah yang membuat rasa ingin tahu siswa muncul. Dalam proses identifikasi masalah, siswa megidentifikasi atau mencari permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran. Pengumpulan data adalah langkah dimana siswa secara mandiri atau kelompok mengumpulkan data melalui berbagai sumber untuk mendukung hipotesisnya. Pengolahan data adalah siswa menyusun dan merumuskan informasi yang diperoleh, tahap berikutnya adalah verifikasi yaitu mencocokkan informasi yang telah diperoleh dengan hipotesis yang telah disusun. Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan pembelajaran berdasarkan permasalahan dan percobaan.

2.1.4 Pendekatan Saintifik melalui Metode Discovery

(16)

25

pelaksanaan kurikulum 2013. Pendekatan ini untuk melatih siswa menjadi aktif dalam pembelajaran dan bukan hanya sebagai siswa yang hanya menerima penjelasan dari guru. Siswa dapat memanfaatkan sumber belajar lain dari lingkungan sekitarnya dan guru hanya sebagai fasilitator, pemberi masukan dan pendamping bagi siswa. Pendekatan saintifik dapat dipadukan dengan metode-metode pembelajaran lain yang bersifat sistematis sepertii metode-metode inkuiri, metode-metode berbasis masalah (problem based learning) dan metode penemuan (discovery). Metode-metode ini juga memusatkan pembelajaran pada siswa dan menuntun siswa untuk menemukan sendiri solusi atau jawaban dari masalah yang disediakan oleh guru.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik adalah metode discovery. Pembelajaran dalam metode discovery pada awalnya menggunakan persoalan-persoalan yang telah direkayasa

oleh guru untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Dengan membentuk kelompok belajar, guru menjelaskan kepada siswa tentang materi kemudian kelompok berdiskusi bersama dan melakukan percobaan untuk menemukan atau menjawab hipotesis yang telah disusun.

Pendekatan saintifik melalui metode discovery bertujuan untuk membuat siswa aktif dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dari guru. Tujuan lainnya adalah untuk melatih kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan pendapatnya, melatih pemikiran siswa untuk menjawab permasalahan secara kreatif, dan dapat menyerap pembelajaran dengan cepat.

2.1.5 Hasil Belajar

2.1.5.1Pengertian Hasil Belajar

(17)

26

Pengertian lain tentang hasil belajar juga disampaikan oleh Bruner. Bruner (dalam Kurniawan, 2014:10) menyatakan:

Hasil belajar dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif adalah hasil belajar yang ada kaitannya dengan ingatan, kemampuan berpikir atau intelektual. Pada hasil belajar kognitif terdapat tingkatan yang disusun secara hierarkis seperti: 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintetis, 6) evaluasi, dan 7) kreativitas. Hasil belajar afektif merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan rasa atau emosi. Hasil belajar afektif merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan rasa atau emosi. Dalam hasil belajar afektif terdapat lima ranah yang meliputi: 1) Kepekaan, 2) Partisipasi, 3) Penilaian dan penentuan sikap, 4) Organisasi, dan 5) Pembentukan pola hidup. Hasil belajar psikomotor berupa kemampuan gerak tertentu.

Bruner menggarisbawahi hasil belajar kognitif berupa kemampuan intelektual, hasil belajar afektif berupa kemampuan perasaan, dan hasil belajar psikomotor berupa kemampuan fisik.

Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah akibat dari belajar yang menunjukkan siswa dapat memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Hasil belajar dikategorikan dalam hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.1.5.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda-beda pada masing-masing siswa. Menurut Zulfa (2010:68) “faktor yang mempengaruhi siswa adalah tujuan pembelajaran, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi”. Zulfa menegaskan faktor yang mempengaruhi hasil belajar berupa proses kegiatan pembelajaran seperti guru, peserta didik, dan kegiatan pengajaran.

Hasil belajar siswa menurut Slameto dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Slameto (2013:54) mengatakan:

(18)

27

yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga berupa cara mendidik orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah berupa metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran standar, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat berupa kegiatan anak dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Slameto menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal meliputi faktor yang ada dalam diri siswa seperti kondisi fisik siswa, kecerdasan, dan kemampuan tertentu (minat dan bakat). Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor diluar diri siswa seperti kondisi keluarga, kondisi sekolah dan kondisi masyarakat atau lingkungan sekolah.

Dari pengertian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar seperti kondisi fisik dan kesehatan siswa, pengaruh orang tua dalam cara mendidik, faktor sekolah seperti guru, cara mengajar, dan teman kelas dan faktor lingkungan sosial seperti media massa dan kehidupan sosial masyarakat.

2.1.6 Kemampuan Belajar Siswa

Setiap siswa memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Kemampuan ini memiliki banyak faktor yang menjadi pembeda setiap siswa seperti kemampuan memahami, kemampuan dalam menyerap pembelajaran, faktor kebiasaan dan sosial. Tingkat kemampuan siswa terbagi dalam tiga tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Wardani (2012:119) menyatakan:

Penetapan tingkat kemampuan (intake) di kelas 5 misalnya, dapat didasarkan pada hasil tes kelas 4 untuk kenaikan kelas, nilai psikotes (jika ada), sedangkan penetapan tingkat kemampuan kelas 1 berdasarkan kemampuan siswa di TK sebelumnya.

(19)

28

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan belajar siswa berbeda-beda karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Penetapan tingkat kemampuan siswa didasarkan pada hasil tes di kelas sebelumnya sehingga didapatkan tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

2.1.7 Hasil Belajar Pada Kemampuan Belajar Siswa

Untuk dapat mengetahui hasil belajar siswa, digunakan pengukuran melalui tes ketika pembelajaran telah dilaksanakan atau dengan hasil belajar siswa di kelas sebelumnya. Dari pengukuran melalui tes, dapat dilihat tingkat ketercapaian pembelajaran dari hasil tes yang dilakukan oleh guru. Kemudian dapat diketahui tingkat kemampuan belajar siswa berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tingkat kemampuan siswa dikelompokkan menjadi tinggi, sedang dan rendah oleh guru menggunakan rentang nilai kemampuan belajar.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Kristianti dengan judul “Pengaruh Metode Discovery Berbantuan Media Realita Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV

SD di Desa Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng” tahun 2013

.

Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa t hitung 10,33>t tabel 1,658 dan didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar menggunakan metode discovery berbantuan media realita yaitu 34,56 yang berada pada kategori sangat tinggi dan siswa yang belajar menggunakan metode ceramah yaitu 23,82 yang berada pada kategori sedang, sehingga terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan metode discovery berbantuan media realita dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan metode ceramah. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan metode discovery berbantuan media realita.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Zainal Arifin dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Se-Gugus R.A Kartini Kemusu,

(20)

29

discovery berbantuan media realita yaitu 34,56 yang berada pada kategori sangat

tinggi dan siswa yang belajar menggunakan metode ceramah yaitu 23,82 yang berada pada kategori sedang, sehingga terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan metode discovery berbantuan media realita dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan metode ceramah. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan metode discovery berbantuan media realita.

Penelitian yang dilakukan oleh Javid Nama Ayu Laksmi pada tahun 2012

dengan judul “Pengaruh Implementasi Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas V SDN Gendongan 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran

2011/2012” adalah pada uji perbedaan rata-rata dengan Independent-Samples T Test didapat nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 2,154 dengan t tabel sebesar 2,004 maka ada perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan melihat signifikasi, pada hasil uji t adalah 0,036 atau lebih kecil dari 0,05 maka terdapat perbedaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil penelitian didapat bahwa implementasi metode discovery berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Gendongan 01 Salatiga Semester II tahun pelajaran 2011/ 2012.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Lisa Saputri berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Bunyi

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Kristen Satya Wacana Salatiga

Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012” tahun 2012. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis menggunakan uji beda rata-rata yaitu Independent Sample T-test diperoleh nilai sig. 0,000 kurang dari 0,05 maka H0

(21)

30

bunyi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Kristen Satya Wacana Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

Peneitian yang dilakukan oleh Yuli Astutik dengan judul “Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar Kognitif, Afektif, Dan

Psikomotor Siswa Pada Pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar Gugus Pangeran

Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran

2011/2012” pada tahun 2012 menunjukkan bahwa t hitung 10,33>t tabel 1,658 dan didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar menggunakan metode discovery berbantuan media realita yaitu 34,56 yang berada pada kategori sangat tinggi dan siswa yang belajar menggunakan metode ceramah yaitu 23,82 yang berada pada kategori sedang, sehingga terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan metode discovery berbantuan media realita dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan metode ceramah. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan metode discovery berbantuan media realita.

Tabel 1

Analisis Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan

No Nama Peneliti Variabel X Variabel

Y Kelas

Hasil Penelitian Metode Media

1. Kristianti Discovery Realita Hasil Belajar IPA

IV Berpengaruh

2. Zainal Arifin Discovery Realita Hasil Belajar

(22)

31

Dari beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode discovery memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa dan hasil belajar siswa

mengalami kenaikan sehingga mencapai indikator pembelajaran. Penelitian tersebut sangat relevan dan mendukung untuk menguji pendekatan saintifik melalui metode discovery terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini juga ingin mengetahui hasil belajar siswa akibat pengaruh metode discovery dilihat dari tingkat kemampuan siswa kelas 2 sekolah dasar.

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran dengan metode ceramah merupakan metode yang paling lama diterapkan terutama di sekolah dasar. Hal ini mengakibatkan guru dan siswa merasa terbiasa dengan metode ceramah meski guru sudah mencoba menggunakan metode pembelajaran lainnya. Hal ini mengakibatkan kelas menjadi pasif dan pusat pembelajaran adalah guru.

Untuk merubah kelas menjadi aktif dan berpusat kepada siswa maka siswa perlu dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran salah satunya dengan menggunakan metode discovery. Metode discovery merupakan salah satu metode yang dapat dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik. Langkah pembelajaran yang sistematis dan menggunakan percobaan membuat siswa menemukan maksud pembelajaran yang telah disusun oleh guru.

Sebelum mengimplementasikan metode discovery guru dapat membagi siswa kedalam kelompok belajar, Dengan berbagai tingkat kemampuan belajar di kelas 2 kelompok dapat dibentuk secara heterogen. Pembentukan kelompok siswa kelas 2 sekolah dasar dimaksudkan untuk melatih keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat dalam kelompok.

(23)

32

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan saintifik melalui metode discovery yang pembelajarannya telah direkayasa oleh guru menyesuaikan dengan

materi yang dipelajari. Kemudian siswa yang telah dibentuk secara heterogen akan merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi, melakukan percobaan dan menganalisa hasil percobaan dengan hipotesis.

Gambar 1 Alur Kerangka Pikir 2.4 Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis atau dugaan sementara sebagai berikut:

Ha : diduga terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan saintifik melalui metode discovery terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 2 SD Negeri Tingkir Tengah 02 Salatiga.

Ha : diduga terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan saintifik melalui metode discovery terhadap hasil belajar IPA pada berbagai tingkat kemampuan belajar siswa kelas 2 SD Negeri Tingkir Tengah 02 Salatiga.

Pendekatan Saintifik melalui Metode Discovery

Hasil Belajar IPA Siswa Tinggi

Sedang

Rendah

Gambar

Tabel 1 Analisis Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan
Gambar 1 Alur Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Diketahui bahwa asam laktat hasil fermentasi dari limbah kubis terbukti dapat digunakan sebagai pengawet pada buah stroberi dan anggur.. Pada perlakuan buah anggur hari

[r]

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa ILB memiliki kemampuan yang lebih baik dibanding EM4 dalam mendekomposisi bahan organik yang berasal dari

Selain itu, meningkatnya kecepatan perubahan dalam dunia bisnis mempersingkat waktu yang tersedia bagi perusahaan untuk merencanakan kemungkinan perubahan atau merespon

because one of the contracting parties cannot see it e.g it is not present at the site of the contract or is present there but unseen placed in a container. This is what is known

Apabila perkembangan atau pertumbuhan suatu gejala tertentu berpola seperti perubahan nilai-nilai suku sebuah deret, baik deret hitung ataupun deret ukur,

These current issues include: (i) product development to cover wider range of maturity structures and risk-return spanning possibilities by shari[ah compatible products,

Input pelatihan deteksi tipe warna kulit wajah diperoleh dari hasil pengolahan citra dengan metode transformasi warna YCbCr.. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian