BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi
akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga
saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi
keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan
perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan
cerminan dari keputusan investasi pendanaan (financing) dan manajemen asset (Susanti, 2010) dalam Mahendra 2011). Nilai perusahaan akan tercermin dari
harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara
pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena
harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat
memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (Mahendra, 2011).
Harga saham yang maksimum akan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) merupakan harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual, semakin
pemilik perusahaan. Menurut Mahendra (2012) nilai perusahaan sangat penting
karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya
kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula
nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang
saham juga tinggi.
Brigham dan Houston (2006) menjelaskan nilai perusahaan sangat penting
karena nilai perusahaan yang tinggi diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang
saham, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Nurlela dan Islahudin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value atau dikenal dengan firm value merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar untuk menilai secara keseluruhan. Nilai perusahaan sangat
penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya
kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula
nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan
Tobin’s Q. Perusahaan yang memiliki Tobin’s Q dengan nilai yang semakin tinggi
menunjukkan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan semakin baik, karena
investor akan mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk perusahaan yang
memiliki nilai pasar aset yang lebih besar daripada nilai bukunya. Apabila nilai
Tobin’s Q lebih kecil dari 1, berarti investasi dalam aset tidak menarik (Herawaty,
2008). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai
perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan (Sinar,
2014).
2.1.2 Keputusan Investasi
Keputusan investasi berhubungan tentang keputusan perusahaan dalam
mengalokasikan dana baik sumber dana yang berasal dari dalam dan dari luar
perusahaan maupun penggunaan dana untuk jangka pendek dan jangka panjang
perusahaan. Keputusan pengalokasian dana bisa dilihat dari sumber pendanaannya
apakah berasal dari internal berupa laba ditahan maupun eksternal perusahaan
berupa hutang atau penerbitan saham baru (Sinar 2014). Keputusan investasi yang
dikemukan oleh Myers (1997) dalam Susanti (2010) memperkenalkan Investment Opportunity Set (IOS) yang dilakukan dalam hubungan dengan keputusan investasi. IOS memperikan petunjuk yang lebih luas dengan nilai perusahaan
tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang, sehingga
prospek perusahaan dapat ditaksir dari IOS. IOS didefenisikan sebagai kombinasi
antara aset yang dimiliki (assets in place) dari pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value positive.
Keputusan investasi berkaitan perusahaan dalam mengalokasikan dananya.
Sumber dana yang berasal dari dalam dan luar perusahaan, maupun penggunaan
dana untuk jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. Pengalokasian dana
dapat dilihat dari sumber pendanaannya, berasal dari internal yang berupa laba
ditahan maupun eksternal perusahaan berupa hutang atau penerbitan saham baru.
Manajer dalam pengambilan keputusan investasi harus dilakukan dengan
akan berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan dimasa yang akan datang
sehingga jika investasi perusahaan bagus maka akan berpengaruh pada kinerja
perusahaan, pihak investor akan memberikan sinyal positif dengan memberi
kepercayaan untuk berinvestasi diperusahaan. Hal ini akan tercermin dari
kenaikan harga saham, dimana harga saham yang meningkat berarti nilai
perusahaan dimata publik atau investor juga meningkat (Sinar, 2014).
2.1.3 Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan yang penting bagi
perusahaan karena berkaitan dengan keputusan perusahaan dalam memperoleh
sumber dana untuk membiayai kegiatan investasi dan menentukan komposisi
sumber pendanaan. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari sumber laba
ditahan sedangkan pendanaan eksternal dapat diperoleh melalui investasi dari
investor di pasar modal dan dari para kreditur berupa utang. Struktur modal yang
optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang
memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston, 2001)
Terdapat dua pandangan mengenai keputusan pendanaan. Pandangan
pertama dikenal dengan pandangan tradisional yang diwakili oleh dua teori yaitu
Trade off Theory dan Pecking order Theory, menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan. Menggunakan lebih banyak utang berarti
memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham namun menggunakan
lebih banyak utang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan
(Brigham dan Houston, 2001). Sehingga risiko yang semakin tinggi yang
utang yang besar diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengembalian sehingga
akan menaikan nilai perusahaan yang tercermin dari kenaikan harga sahamnya.
Pandangan kedua dikemukakan oleh Mondigliani dan Miller (MM) membuktikan
bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya (Brigham
dan Houston, 2001). Seperti contohnya apabila ada dua perusahaan yang
memperoleh laba operasi yang sama, perusahaan satu menggunakan utang
sedangkan yang satunya tidak maka perusahaan yang membayar bunga pinjaman
dari utang akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil, penghematan
membayar pajak ini merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan. Nilai
perusahaan yang menggunakan utang akan lebih besar dari perusahaan yang tidak
menggunakan utang (Sinar, 2014). Rumus DER adalah :
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Siahaan (2013) menyatakan pada dasarnya ukuran perusahaan dapat
dinyatakan dengan total aset, log size, penjualan dan kapitalisasi pasar. Firnanti (2011) menyatakan ukuran perusahaan mempengaruhi jumlah dana yang akan
dibutuhkan perusahaan apabila perusahaan itu membutuhkan tambahan dana dari
pihak eksternal. Sehingga besar kecilnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari
total aset perusahaan. semakin besar aset yang dimiliki maka semakin besar juga
ukuran perusahaan tersebut. Sebaliknya semakin kecil total aset perusahaan maka
Perusahaan yang besar tentu sama memiliki resiko yang lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Hal ini karena perusahaan
besar memiliki kontrol yang lebih baik menghadapi kondisi pasar, sehingga
mereka mampu menghadapi persaingan ekonomi (Siahaan, 2013). Perusahaan
yang memiliki aset yang besar cenderung lebih menyukai sumber pendanaan
internal daripada sumber pendanaan eksternal. Ketika penggunaan sumber
pendanaan internal lebih banyak digunakan daripada sumber pendanaan eksternal,
itu berarti bahwa peluang perusahaan untuk menggunakan hutang semakin
rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka Ukuran Perusahaan dapat dihitung
dengan Log Natural dari Total Aset.
Ukuran Perusahaan = Ln Total Aset
2.1.5 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
financialnya yang harus segera dipenuhi. Likuiditas akan mempengaruhi besar
kecilnya dividen yang harus dibayarkan kepada pemegang saham. Tingkat
likuiditas yang tinggi akan meningkatkan permintaan akan meningkatnya harga
saham. Harga saham jug akan cenderung mengalami penurunan jika aset
produktif yang tidak dimanfaatkan oleh perusahaan dan tidak dimanfaatkannya
aset tersebut akan menambah beban perusahaan karena biaya perawatan dan biaya
penyimpanan yang harus dibayarkan oleh perusahaan (Mahendra, 2011).
Penelitian ini dalam mengukur rasio likuiditas menggunakan Cash Ratio
(CR), yaitu menggambarkan kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi dengan
2.1.6 Profitabilitas
Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan memperoleh laba. Para
investor menanamkan saham pada perusahaan bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba, maka semakin besar keuntungan yang diharapkan investor, sehingga dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi dapat menjadikan nilai perusahaan lebih baik. Semakin
tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi struktur modal perusahaan
yang bisa digunakan untuk pendanaan aktivitas investasi perusahaan, tingginya
tingkat keuntungan juga menyebabkan ketersediaan dana internal yang lebih
tinggi karena laba ditahan yang dihasilkan juga tinggi. Kemampuan perusahaan
memperoleh laba merupakan salah satu faktor yang menarik bagi pemegang
saham, karena akan memicu diperolehnya penghasilan dividen tunai yang dibayar
dari laba perusahaan (Sinar, 2014).
Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mengelola kekayaan perusahaan secara efisien dan
efektif dalam memperoleh laba setiap periode (Horne dan Wachowicz, 2005).
Profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang baik, investor
akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.
Profitabilitas dalam penelitian ini diproksi melalui Return on Equity (ROE).
pemegang saham (Brigham dan Houston, 2001). Tingkat pengembalian modal
atau ROE dapat mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik
perusahaan atas modal yang disetorkannya untuk perusahaan tersebut. Secara
umum, semakin tinggi ROE, semakin baik kedudukan pemilik perusahaan
sehingga penilaian investor akan semakin baik terhadap perusahan yang dapat
terlihat dari meningkatnya harga saham. Rumus ROA adalah :
2.1.7 Kepemilikan Institusional
Corporate governance menciptakan pasar yang efisien, transparan, dan konsisten terhadap peraturan perundang-undangan. Menurut The Indonesian
Institute for Corporate Governance (IICG) (2014) corporate governance adalah struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan sebagai upaya
untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
berdasarkan norma, etika budaya dan aturan yang berlaku. Sedangkan konsep
corporate governance adalah serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai
dengan harapan pemangku kepentingan (stakeholders). Prinsip corporate governance menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) adalah :
pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan
lainnya.
2. Akuntabilitas (accountability), perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk
itu harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham
dan pemangku kepentingan lainnya.
3. Responsibilitas (responsibility), perusahan harus mematuhi perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
panjang dan dapat mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi (independency), perusahaan harus dikelola secara independen
sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan kesetaraan (fairness), perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak pemerintah,
institusi berbadan hukum, institusi keuangan, dan institusi lainnya. Tingkat
Semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan mengurangi perilaku
oportunistic manajer yang dapat mengurangi agency cost yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan saham oleh institusi merupakan
salah satu monitoring manajemen yang penting dalam melindungi investasi saham
yang mereka pertaruhkan dalam perusahaan, semakin tinggi kepemilikan
institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Semakin
besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin tinggi pula
pengawasan terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang tinggi ini akan
meminimalisasi tingkat penyelewengan yang bisa dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan dan dapat menurunkan nilai perusahaan (Sinar, 2014).
2.1.8 Kebijakan Dividen
Keputusan kebijakan dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak
laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen daripada ditahan untuk
diinvestasikan kembali dalam perusahaan (Brigham dan Houston, 2001).
Memutuskan kebijakan dividen dengan membagikan laba bersih dalam bentuk
dividen ke pemegang saham diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan,
namun masalahnya bila perusahaan membagikan laba ke pemegang saham dalam
bentuk dividen maka laba ditahan akan berkurang, dimana laba ditahan disiapkan
perusahaan untuk melakukan reinvestasi, sehingga untuk mengatasinya perusahaan harus mengeluarkan saham baru untuk mendanai kegiatannya (Sinar,
2014).
semakin rendah (wijaya dan wibawa, 2006). Artinya, walaupun investor
memandang pemberian dividen merupakan tanda bahwa kinerja perusahaan
sedang dalam kondisi bagus dan kelebihan dana namun investor lebih memilih
memberikan dividen tersebut ke perusahaan agar dana tersebut dapat diolah untuk
menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih baik bila tetap ada diperusahaan.
Kebijakan dividen dapat diukur dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR) dengan menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkkan
persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pegemang saham perusahaan
berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar,
berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Dengan
demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba
yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan
diperusahaan (Sinar, 2014).
2.2. Review Peneliti Terdahulu
Penelitian terdahulu ataupun jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah :
Wahyuni et al. (2013), meneliti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan di Sektor Properti, Real Estate & Building Construction yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. Populasi penelitian ini
& Building Construction di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Pengujian
penelitian ini menggunakan bantuan program Eviews4. Nilai perusahaan
diproksikan dengan harga saham. Variabel independen yang digunakan
Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional. Hasil penelitian ini
menunjukkan keputusan investasi, ukuran perusahaan, profitabilitas, berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, Keputusan pendanaan
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, Kebijakan dividen berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hermuningsih (2012), meneliti Pengaruh Profitabilitas, Size, Terhadap Nilai Perusahaan, dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening. Populasi
penelitian laporan keuangan perusahan yang masuk katagori LQ45 yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. Nilai perusahaan di proksikan
dengan Tobin’s Q. Variabel independen yang digunakan profitabilitas, size
(Ukuran Perusahaan). Variabel Interveningnya menggunakan struktur modal.
Penelitian ini menggunakan SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas
dan size berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur modal. Struktur modal berpengaruh positif dan siginifikan terhadap nilai perusahaan.
Mahendra (2013), meneliti Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Populasi
penelitian laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Likuiditas, Profitabilitas,
Leverage. Variabel Moderasi adalah kebijakan Dividen. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan, likuiditas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan, leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dan kebijakan dividen tidak mampu memoderasi hubungan likuiditas,
leverage, dan profitabilitas dengan nilai perusahaan.
Prapaska dan Mutmainah (2012), meneliti Analisis Pengaruh Tingkat
Profitabilitas, Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
2009-2010. Populasi penelitian laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010. Nilai perusahaan
diproksikan dengan Price Book Value (PBV). Variabel independen yang digunakan profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan
dividen. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel profitabilitas (ROA, ROE),
keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,
sedangkan keputusan pendanaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan..
Tjandrakirana dan Monika (2014), meneliti Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Populasi penelitian ini laporan keuangan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2011. Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q.
menunjukkan variabel ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan
ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dewi dan Wirajaya (2013), meneliti Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas
dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan. Populasi penelitian ini seluruh
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2009-2011. Nilai perusahaan diproksikan dengan Price Book Value (PBV). variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal,
profitabilitas, ukuran perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, struktur modal
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Wihardjo (2014), meneliti Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai
Perusahaan. Populasi penelitian ini seluruh laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Nilai
perusahaan diukur dengan Price Book Value (PBV). Variabel independen yang digunakan adalah DER, ROA, DPR, dan Firm Size. Hasil penelitian ini menunjukkan DER, ROA, DPR, dan Firm size berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ogolmagai (2013), meneliti Leverage Pengaruhnya Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Industri Manufaktur yang Go Publik di Indonesia. Populasi
penelitian ini laporan keuangan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2011. Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q.
ini menunjukkan variabel DAR, DER tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Wijaya dan Wibawa (2006) meneliti Pengaruh Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan.
Populasi yang digunakan pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009, dengan menggunakan metode analisis regresi
berganda. Nilai perusahaan diproksikan dengan Price Book Value (PBV). Hasil penelitian ini diperoleh bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan dan
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Siahaan (2013), meneliti The Effect of Good Corporate Governance Mechanism, Leverage, and Firm Size on Firm Value. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2007-2011. Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah mekanisme good corporate governance, leverage, firm size. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel Good Corporate Governance,
Firm Size berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan leverage
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berikut disajikan ringkasan peneliti terdahulu beserta hasil penelitian dalam
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Lanjutan Tabel 2.2
Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Mahendra
Lanjutan Tabel 2.2
Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Lanjutan Tabel 2.2
Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
3. Firm Size signifikan terhadap nilai perusahaan.