• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi

akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga

saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi

keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan

kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan

perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan

cerminan dari keputusan investasi pendanaan (financing) dan manajemen asset (Susanti, 2010) dalam Mahendra 2011). Nilai perusahaan akan tercermin dari

harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara

pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena

harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya.

Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat

dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat

memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan

datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (Mahendra, 2011).

Harga saham yang maksimum akan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai

perusahaan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) merupakan harga yang

bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual, semakin

(2)

pemilik perusahaan. Menurut Mahendra (2012) nilai perusahaan sangat penting

karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya

kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula

nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik

perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang

saham juga tinggi.

Brigham dan Houston (2006) menjelaskan nilai perusahaan sangat penting

karena nilai perusahaan yang tinggi diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang

saham, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.

Nurlela dan Islahudin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value atau dikenal dengan firm value merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar untuk menilai secara keseluruhan. Nilai perusahaan sangat

penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya

kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula

nilai perusahaan.

Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan

Tobin’s Q. Perusahaan yang memiliki Tobin’s Q dengan nilai yang semakin tinggi

menunjukkan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan semakin baik, karena

investor akan mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk perusahaan yang

memiliki nilai pasar aset yang lebih besar daripada nilai bukunya. Apabila nilai

Tobin’s Q lebih kecil dari 1, berarti investasi dalam aset tidak menarik (Herawaty,

2008). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai

(3)

perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan (Sinar,

2014).

2.1.2 Keputusan Investasi

Keputusan investasi berhubungan tentang keputusan perusahaan dalam

mengalokasikan dana baik sumber dana yang berasal dari dalam dan dari luar

perusahaan maupun penggunaan dana untuk jangka pendek dan jangka panjang

perusahaan. Keputusan pengalokasian dana bisa dilihat dari sumber pendanaannya

apakah berasal dari internal berupa laba ditahan maupun eksternal perusahaan

berupa hutang atau penerbitan saham baru (Sinar 2014). Keputusan investasi yang

dikemukan oleh Myers (1997) dalam Susanti (2010) memperkenalkan Investment Opportunity Set (IOS) yang dilakukan dalam hubungan dengan keputusan investasi. IOS memperikan petunjuk yang lebih luas dengan nilai perusahaan

tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang, sehingga

prospek perusahaan dapat ditaksir dari IOS. IOS didefenisikan sebagai kombinasi

antara aset yang dimiliki (assets in place) dari pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value positive.

Keputusan investasi berkaitan perusahaan dalam mengalokasikan dananya.

Sumber dana yang berasal dari dalam dan luar perusahaan, maupun penggunaan

dana untuk jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. Pengalokasian dana

dapat dilihat dari sumber pendanaannya, berasal dari internal yang berupa laba

ditahan maupun eksternal perusahaan berupa hutang atau penerbitan saham baru.

Manajer dalam pengambilan keputusan investasi harus dilakukan dengan

(4)

akan berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan dimasa yang akan datang

sehingga jika investasi perusahaan bagus maka akan berpengaruh pada kinerja

perusahaan, pihak investor akan memberikan sinyal positif dengan memberi

kepercayaan untuk berinvestasi diperusahaan. Hal ini akan tercermin dari

kenaikan harga saham, dimana harga saham yang meningkat berarti nilai

perusahaan dimata publik atau investor juga meningkat (Sinar, 2014).

2.1.3 Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan yang penting bagi

perusahaan karena berkaitan dengan keputusan perusahaan dalam memperoleh

sumber dana untuk membiayai kegiatan investasi dan menentukan komposisi

sumber pendanaan. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari sumber laba

ditahan sedangkan pendanaan eksternal dapat diperoleh melalui investasi dari

investor di pasar modal dan dari para kreditur berupa utang. Struktur modal yang

optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang

memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston, 2001)

Terdapat dua pandangan mengenai keputusan pendanaan. Pandangan

pertama dikenal dengan pandangan tradisional yang diwakili oleh dua teori yaitu

Trade off Theory dan Pecking order Theory, menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan. Menggunakan lebih banyak utang berarti

memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham namun menggunakan

lebih banyak utang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan

(Brigham dan Houston, 2001). Sehingga risiko yang semakin tinggi yang

(5)

utang yang besar diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengembalian sehingga

akan menaikan nilai perusahaan yang tercermin dari kenaikan harga sahamnya.

Pandangan kedua dikemukakan oleh Mondigliani dan Miller (MM) membuktikan

bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya (Brigham

dan Houston, 2001). Seperti contohnya apabila ada dua perusahaan yang

memperoleh laba operasi yang sama, perusahaan satu menggunakan utang

sedangkan yang satunya tidak maka perusahaan yang membayar bunga pinjaman

dari utang akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil, penghematan

membayar pajak ini merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan. Nilai

perusahaan yang menggunakan utang akan lebih besar dari perusahaan yang tidak

menggunakan utang (Sinar, 2014). Rumus DER adalah :

2.1.4 Ukuran Perusahaan

Siahaan (2013) menyatakan pada dasarnya ukuran perusahaan dapat

dinyatakan dengan total aset, log size, penjualan dan kapitalisasi pasar. Firnanti (2011) menyatakan ukuran perusahaan mempengaruhi jumlah dana yang akan

dibutuhkan perusahaan apabila perusahaan itu membutuhkan tambahan dana dari

pihak eksternal. Sehingga besar kecilnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari

total aset perusahaan. semakin besar aset yang dimiliki maka semakin besar juga

ukuran perusahaan tersebut. Sebaliknya semakin kecil total aset perusahaan maka

(6)

Perusahaan yang besar tentu sama memiliki resiko yang lebih rendah

dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Hal ini karena perusahaan

besar memiliki kontrol yang lebih baik menghadapi kondisi pasar, sehingga

mereka mampu menghadapi persaingan ekonomi (Siahaan, 2013). Perusahaan

yang memiliki aset yang besar cenderung lebih menyukai sumber pendanaan

internal daripada sumber pendanaan eksternal. Ketika penggunaan sumber

pendanaan internal lebih banyak digunakan daripada sumber pendanaan eksternal,

itu berarti bahwa peluang perusahaan untuk menggunakan hutang semakin

rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka Ukuran Perusahaan dapat dihitung

dengan Log Natural dari Total Aset.

Ukuran Perusahaan = Ln Total Aset

2.1.5 Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

financialnya yang harus segera dipenuhi. Likuiditas akan mempengaruhi besar

kecilnya dividen yang harus dibayarkan kepada pemegang saham. Tingkat

likuiditas yang tinggi akan meningkatkan permintaan akan meningkatnya harga

saham. Harga saham jug akan cenderung mengalami penurunan jika aset

produktif yang tidak dimanfaatkan oleh perusahaan dan tidak dimanfaatkannya

aset tersebut akan menambah beban perusahaan karena biaya perawatan dan biaya

penyimpanan yang harus dibayarkan oleh perusahaan (Mahendra, 2011).

Penelitian ini dalam mengukur rasio likuiditas menggunakan Cash Ratio

(CR), yaitu menggambarkan kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi dengan

(7)

2.1.6 Profitabilitas

Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan memperoleh laba. Para

investor menanamkan saham pada perusahaan bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba, maka semakin besar keuntungan yang diharapkan investor, sehingga dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi dapat menjadikan nilai perusahaan lebih baik. Semakin

tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi struktur modal perusahaan

yang bisa digunakan untuk pendanaan aktivitas investasi perusahaan, tingginya

tingkat keuntungan juga menyebabkan ketersediaan dana internal yang lebih

tinggi karena laba ditahan yang dihasilkan juga tinggi. Kemampuan perusahaan

memperoleh laba merupakan salah satu faktor yang menarik bagi pemegang

saham, karena akan memicu diperolehnya penghasilan dividen tunai yang dibayar

dari laba perusahaan (Sinar, 2014).

Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut telah mengelola kekayaan perusahaan secara efisien dan

efektif dalam memperoleh laba setiap periode (Horne dan Wachowicz, 2005).

Profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang baik, investor

akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.

Profitabilitas dalam penelitian ini diproksi melalui Return on Equity (ROE).

(8)

pemegang saham (Brigham dan Houston, 2001). Tingkat pengembalian modal

atau ROE dapat mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik

perusahaan atas modal yang disetorkannya untuk perusahaan tersebut. Secara

umum, semakin tinggi ROE, semakin baik kedudukan pemilik perusahaan

sehingga penilaian investor akan semakin baik terhadap perusahan yang dapat

terlihat dari meningkatnya harga saham. Rumus ROA adalah :

2.1.7 Kepemilikan Institusional

Corporate governance menciptakan pasar yang efisien, transparan, dan konsisten terhadap peraturan perundang-undangan. Menurut The Indonesian

Institute for Corporate Governance (IICG) (2014) corporate governance adalah struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan sebagai upaya

untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam

jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders

berdasarkan norma, etika budaya dan aturan yang berlaku. Sedangkan konsep

corporate governance adalah serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai

dengan harapan pemangku kepentingan (stakeholders). Prinsip corporate governance menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) adalah :

(9)

pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk

mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan

perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan

keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan

lainnya.

2. Akuntabilitas (accountability), perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk

itu harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan

perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham

dan pemangku kepentingan lainnya.

3. Responsibilitas (responsibility), perusahan harus mematuhi perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka

panjang dan dapat mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi (independency), perusahaan harus dikelola secara independen

sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan

tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan kesetaraan (fairness), perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak pemerintah,

institusi berbadan hukum, institusi keuangan, dan institusi lainnya. Tingkat

(10)

Semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan mengurangi perilaku

oportunistic manajer yang dapat mengurangi agency cost yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan saham oleh institusi merupakan

salah satu monitoring manajemen yang penting dalam melindungi investasi saham

yang mereka pertaruhkan dalam perusahaan, semakin tinggi kepemilikan

institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Semakin

besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin tinggi pula

pengawasan terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang tinggi ini akan

meminimalisasi tingkat penyelewengan yang bisa dilakukan oleh pihak

manajemen perusahaan dan dapat menurunkan nilai perusahaan (Sinar, 2014).

2.1.8 Kebijakan Dividen

Keputusan kebijakan dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak

laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen daripada ditahan untuk

diinvestasikan kembali dalam perusahaan (Brigham dan Houston, 2001).

Memutuskan kebijakan dividen dengan membagikan laba bersih dalam bentuk

dividen ke pemegang saham diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan,

namun masalahnya bila perusahaan membagikan laba ke pemegang saham dalam

bentuk dividen maka laba ditahan akan berkurang, dimana laba ditahan disiapkan

perusahaan untuk melakukan reinvestasi, sehingga untuk mengatasinya perusahaan harus mengeluarkan saham baru untuk mendanai kegiatannya (Sinar,

2014).

(11)

semakin rendah (wijaya dan wibawa, 2006). Artinya, walaupun investor

memandang pemberian dividen merupakan tanda bahwa kinerja perusahaan

sedang dalam kondisi bagus dan kelebihan dana namun investor lebih memilih

memberikan dividen tersebut ke perusahaan agar dana tersebut dapat diolah untuk

menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih baik bila tetap ada diperusahaan.

Kebijakan dividen dapat diukur dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR) dengan menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkkan

persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pegemang saham perusahaan

berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar,

berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Dengan

demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba

yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan

diperusahaan (Sinar, 2014).

2.2. Review Peneliti Terdahulu

Penelitian terdahulu ataupun jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini

adalah :

Wahyuni et al. (2013), meneliti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan di Sektor Properti, Real Estate & Building Construction yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. Populasi penelitian ini

(12)

& Building Construction di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Pengujian

penelitian ini menggunakan bantuan program Eviews4. Nilai perusahaan

diproksikan dengan harga saham. Variabel independen yang digunakan

Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Ukuran

Perusahaan, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional. Hasil penelitian ini

menunjukkan keputusan investasi, ukuran perusahaan, profitabilitas, berpengaruh

positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, Keputusan pendanaan

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, Kebijakan dividen berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Hermuningsih (2012), meneliti Pengaruh Profitabilitas, Size, Terhadap Nilai Perusahaan, dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening. Populasi

penelitian laporan keuangan perusahan yang masuk katagori LQ45 yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. Nilai perusahaan di proksikan

dengan Tobin’s Q. Variabel independen yang digunakan profitabilitas, size

(Ukuran Perusahaan). Variabel Interveningnya menggunakan struktur modal.

Penelitian ini menggunakan SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas

dan size berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur modal. Struktur modal berpengaruh positif dan siginifikan terhadap nilai perusahaan.

Mahendra (2013), meneliti Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai

Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Populasi

penelitian laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

(13)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Likuiditas, Profitabilitas,

Leverage. Variabel Moderasi adalah kebijakan Dividen. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan, likuiditas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan, leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dan kebijakan dividen tidak mampu memoderasi hubungan likuiditas,

leverage, dan profitabilitas dengan nilai perusahaan.

Prapaska dan Mutmainah (2012), meneliti Analisis Pengaruh Tingkat

Profitabilitas, Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen

Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2009-2010. Populasi penelitian laporan keuangan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010. Nilai perusahaan

diproksikan dengan Price Book Value (PBV). Variabel independen yang digunakan profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan

dividen. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel profitabilitas (ROA, ROE),

keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,

sedangkan keputusan pendanaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan..

Tjandrakirana dan Monika (2014), meneliti Pengaruh Kinerja Keuangan

Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Populasi penelitian ini laporan keuangan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2009-2011. Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q.

(14)

menunjukkan variabel ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan

ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dewi dan Wirajaya (2013), meneliti Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas

dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan. Populasi penelitian ini seluruh

laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2009-2011. Nilai perusahaan diproksikan dengan Price Book Value (PBV). variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal,

profitabilitas, ukuran perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan profitabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, struktur modal

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Wihardjo (2014), meneliti Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai

Perusahaan. Populasi penelitian ini seluruh laporan keuangan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Nilai

perusahaan diukur dengan Price Book Value (PBV). Variabel independen yang digunakan adalah DER, ROA, DPR, dan Firm Size. Hasil penelitian ini menunjukkan DER, ROA, DPR, dan Firm size berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Ogolmagai (2013), meneliti Leverage Pengaruhnya Terhadap Nilai

Perusahaan Pada Industri Manufaktur yang Go Publik di Indonesia. Populasi

penelitian ini laporan keuangan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2008-2011. Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q.

(15)

ini menunjukkan variabel DAR, DER tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Wijaya dan Wibawa (2006) meneliti Pengaruh Keputusan Investasi,

Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan.

Populasi yang digunakan pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009, dengan menggunakan metode analisis regresi

berganda. Nilai perusahaan diproksikan dengan Price Book Value (PBV). Hasil penelitian ini diperoleh bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan dan

kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Siahaan (2013), meneliti The Effect of Good Corporate Governance Mechanism, Leverage, and Firm Size on Firm Value. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2007-2011. Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah mekanisme good corporate governance, leverage, firm size. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel Good Corporate Governance,

Firm Size berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan leverage

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Berikut disajikan ringkasan peneliti terdahulu beserta hasil penelitian dalam

(16)

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

(17)

Lanjutan Tabel 2.2

Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Mahendra

(18)

Lanjutan Tabel 2.2

Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

(19)

Lanjutan Tabel 2.2

Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

(20)

3. Firm Size signifikan terhadap nilai perusahaan.

Gambar

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk menghasilkan video, pertama dimulai dengan merekam, lalu setelah mengakhiri perekaman dengan mengklik stop, maka hasil rekaman video akan disimpan di directory file dan

-Moving Dry Cupping Therapy Reduces Upper Shoulder and Neck Pain in Office Workers. The Effect of Traditional Wet Cupping on Shoulder Pain and Neck Pain: A

Seperti halnya dengan parameter tinggi dan diameter semai jelutung rawa, perbedaan kandungan unsur hara akibat pengaturan konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk

Pada penelitian ini disimpulkan bahwa dengan diterapkan nya perancangan sistem informasi pendataan barang di gudang maupun toko secara online yang berbasis web dengan cara

Hal yang pertama kali dilakukan adalah tahap Analysis dengan mengumpulkan data yang bisa dijadikan input dalam pembuatan e-Learning , yaitu; Materi bahan

menyerahkan kepada anggota rapat, apakah dipilih langsung oleh rakyat atau dipilih secara demokratis.[28]Pada akhirnya draft yang disepakati dan dibawa ke Rapat Paripurna ke-9,

Walaupun hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan rerata kemampuan pemecahan masalah matematis baik pada model pembelajaran yang digunakan dan tingkatan kemampuan