• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimbingan konseling dalam Perkembangan p

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bimbingan konseling dalam Perkembangan p"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi pada anak didik yang kesulitan dalam suatu hal yang mengakibatkan keterlibatan dirinya sendiri. Suatu anak akan kesulitan dalam belajar di akibatkan adanya gangguan yang terjadi pada dirinya, mau itu dari segi pemikiran, segi kepribadian maupun segi masalah lingkungan disekitarnya.

Bimbingan pada peserta didik untuk membantu dalam aktivitas pembelajaran di sekolah menjadi hal yang sangat menguntungkan bagi peserta didik. Akibat adanya bimbingan akan mengurangi beban yang ada pada peserta didik dan mempermudah masuknya ilmu yang telah disampaikan oleh pendidik.

Konseling juga membantu peseta didik dalam hal deprsi dan masalah lainnya yang tidak bisa dipecahkan oleh anak didik tersebut. Konseling juga membatu membuka pemikiran peserta didik dan menyegarkan otak bagi anak didik yang sedang menghadapi kesulitan.

(2)

2 BAB II

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

1. Pengertian belajar

Ketekia kita mempelajari tentang pendekatan dalam suatu pembelajaran, kita harus mengetahui apa itu belajar? Maka dari itu kita haru mengetahui apa arti dari belajar.

Belajar adalah suatu proses perkembangan yang di ciptakan oleh diri sendiri yang bertujuan untuk mengembangkan potensi pada diri yang berdampak pada perubahan sifat dan perilaku tertentu. Sedangkan Menurut Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif ( 2005) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.

Belajar menurut para ahli antara lain: 1. Menurut Margaret Gredler, 1994.

Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Sehingga peserta didik dapat mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan dari kurang baik menjadi baik.

2. Menurut Riberu, 1982.

(3)

3 dengan atau memperbaiki turturan bicara, berkenalan dengan atau memperbaiki tindakan/kegiatan.

3. Menurut Skinner, 1985.

Belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku yang bersifat progresif.

4. Menurut Thursan Hakim.

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 5. Menurut Hilgarde dan Bower.

Mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, pematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan

sebagainya.

2. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pengertian pendekatan pembelajaran menurut beberapa ahli :

(4)

4 pendekatan pembelajaran yang berorientasu atau berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

b. Menurut Suyono dan Hariyanto(2011:18), pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan bersifat aksiomatik dan menggambarkan sifat-sifat dan ciri khas suatu pokok bahasan yang diajarkan. Dalam pengerlian pendekatan pembelajaran tergambarkan latar psikologis dan latar pedagogis dari pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan dan diterapkan oleh gum bersama siswa.

3. Macam-macam Pendekatan Belajar

Secara umum menurut syaiful bahri Djamarah dan Aswan Dzain pendekatan yang sering digunakan dalm pengajaran meliputi :

1) pendekatan individual; 2) pendekatan kelompok; 3) pendekatan bervariasi; 4) pendekatan edukatif; 5) pendekatan pengalaman; 6) pendekatan pembisaan; 7) pendekatan emosional; 8) pendekatan rasional; 9) pendekatan fungsional; 10) pendekatan keagamaan; 11) pendekatan kebersamaan.

4. Ciri-ciri belajar mengajar

(5)

5 Keterpanduan dua aktivitas yang dilakukan guru dan murid pada waktu yang bersamaan tentunya memiliki ciri-ciri tersendiri. Adapun ciri-ciri belajar mengajar sebagai berikut :

1. Belajar mengajar memiliki tujuan. 2. Ada suatu prosedur.

3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan penggarapan materi yang khusus. 4. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan pemberian pengalaman belajar

kepada siswa.

5. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan pengembangan kecakapan hidup siswa.

6. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. 7. Ada batas waktu.

8. Evaluasi.

Pengajaran merupakan pola atau cara yang ditetapkan sebagai penjabaran hasil kajian strategi. Teknik pengajaran merupakan cara atau teknik mengunakan alat-alat bantu mengajar dan cara-cara menerapkan metode mengajar tersebut.

B. STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Pengertian Strategi pembelajaran menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut:

(6)

6 b. Menurut Abdul Aziz Wahab (2009:83) strategi mengajar dapat dikatakan sebagai keterampilan-keterampilan tertentu yang telah dikuasai guru dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga merupakan pola perilaku mengajar yang bertujuan membanhr siswa untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

c. Kozna yang dikutif oleh Uno (2008:1) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

2. Macam-macam Srategi Pembelajaran

Strategi belajar dapat dibedakan menjadi 4 macam antara lain sebagai berikut: 1. Strategi Mengulang (Rehearsal)

Strategi mengulang terdiri dari strategi mengulang sederhana (rote rehearsal) dengan cara mengulang-ulang dan strategi mengulang kompleks dengan cara menggaris bawahi ide-ide utama (under lining) dan membuat catatan pinggir (marginal note).

2. Strategi Elaborasi

Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi kepastian.(Nur,2000:30). Strategi ini dapat dibedakan menjadi :

1). Notetaking (pembuatan catatan); pembuatan catatan membantu siswa dalam mempelajari informasi secara ringkas dan padat untuk menghafal atau pengulangan. Metode ini digunakan pada bahan ajar kompleks, bahan ajar konseptual dimana tugas yang penting adalah mengidentifikasi ide-ide utama.Membuat catatan memerlukan proses mental maka lebih efektif daripada hanya sekedar menyalin apa yang dibaca,

(7)

7 adalah preview,question, read, reflect, recite dan review. Prosedur PQ4R memusatkan siswa pada pengorganisasian informasi bermakna dan melibatkan siswa pada strategi-strategi yang efektif.

3. Strategi Organisasi

Strategi Organisasi bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur peng-organisasian baru pada materi-materi tersebut. Strategi organisasi mengidentifikasi ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Strategi ini meliputi :

1). Pembuatan Kerangka (Outlining); dalam pembuatan kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama, 2). Pemetaan ( mapping) biasa disebut pemetaan konsep di dalam pembuatannya dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain, 3). Mnemonics; berhubungan dengan teknik-teknik atau strategi-strategi untuk membantu ingatan dengan membantu membentuk assosiasi yang secara alamiah tidak ada. Suatu mnemonics membantu untuk mengorganisasikan informasi yang mencapai memori kerja dalam pola yang dikenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih mudah dicocokkan dengan pola skema di memori jangka panjang. Contoh mnemonics yaitu :

a). Chunking (pemotongan) b). Akronim (singkatan),

c). Kata berkait (Link-work) : suatu mnemonics untuk belajar kosa kata bahasa asing. 4. Strategi Metakognitif

(8)

8 1) pengetahuan tentang kognitif yang terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki seorang pebelajar tentang proses berfikirnya sendiri dan pengetahuan tentang berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu,

2) mekanisme pengendalian diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif. (Nur, 2000:41)

C. METODE PEMBELAJARAN

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Pengertian Metode pembelajaran menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :

a. Menurut Taufik (2010:13),metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pernbelajaran. Terdapat beberapa metode pernbelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembeiajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi, i.1) simulasi; (5) laboratorium; (5) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainva.

b. Menurut Abdul Aziz Wahab (2009:83) Metode dapat pula diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat melalui makna belajar menjadi aktif. Dan yang Iebih penting lagi adalah jika metode dapat dianggap sebagai suatu proses yang memungkinkan terjadinya belajar, maka metode tentu akan terdiri atas beberapa tahapan.

(9)

9 digunakan, yang bersifat implementatif. Denganp erkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda,

2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran

Adapun jenis-jenis metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

1. Metode ceramah, yakni cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung oleh guru kepada sekelompok siswa.

2. Metode demonstrasi, yaitu metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya, maupun tiruan. Metode ini dapat membuat penyajian bahan pelajaran lebih konkret.

3. Metode diskusi, adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Metode diskusi bisa dilakukan dalam beberapa jenis, yaitu diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, simposium, diskusi panel.

4. Metode simulasi, yaitu cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Jenis-jenis simulasi adalah:

a. sosiodrama, yaitu metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial;

b. psikodrama, yaitu metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis;

(10)

10 atau kejadian-kejadi an yang mungkin muncul pada masa yang akan datang (Sanjaya, 2006: 18-22).

5. Metode belajar sambil bermain, yaitu metode belajar yang mengadopsi berbagai permainan. Baik permainan yang sudah ada, maupun yang dibuat sendiri untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan yang mengolah berbagai ranah psikologis siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

D. TEKNIK PEMBELAJARAN

1. Pengertian Teknik Pembelajaran

a. Pengertian Menurut Taufik (2010:14), teknik pembelaiaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didiknya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang peserta didiknya tergolong aktif dengan kelas yang peserta didiknya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

b. Gerlach dan Ely yang dikutif oleh Uno (2008:2) teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai

c. Menurut Suyono dan Hariyanto(2011:21), teknik pembelajaran adalah upaya untuk menjamin agar seluruh siswa di dalam kelas diberikan berbagai peluang belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka.

(11)

11 2. Macam-macam Teknik Belajar

Seperti halnya prinsip, pendekatan, dan metode, teknik pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian, yaitu teknik umum dan teknik khusus.

1. Teknik Umum (Teknik Umum Mengajar)

Teknik umum adalah cara-cara yang dapat gunakan untuk semua bidang studi. Teknik umum di antaranya sebagai berikut:

a. teknik ceramah b. teknik tanya jawab c. teknik diskusi

d. teknik pemberian pendapat e. teknik pemberian tugas f. teknik latihan

g. teknik inkuiri h. teknik demonstrasi i. teknik simulasi.

Nama-nama teknik umum ini sama seperti nama-nama metode umum, namun wujudnya tentu berbeda. Misalnya ceramah. Sebagai metode, ceramah mencakup pemilihan, penyusunan, dan penyajian bahan. Bahkan, metode ceramah juga mencakup bagaimana menyajikan bahan, dan biasanya teknik ceramah itu hanya salah satu teknik yang dipakai dalam suatu pertemuan atau kegiatan belajar mengajar.

2. Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu)

(12)

12 teknik pembelajaran menulis, teknik pembelajaran berbicara, teknik pembelajaran menyimak, teknik pembelajaran tata bahasa, dan teknik pembelajaran kosa kata. Pembelajaran membaca terbagi pula atas teknik pembelajaran membaca permulaan dan teknik pembelajaran membaca lanjut. Masing-masing terdiri pula atas banyak macam. Begitulah, teknik khusus itu banyak sekali macamnya karena teknik khusus itu berhubungan dengan rincian bahan pembelajaran.

(13)

13 BAB III

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR

A. PENGERTIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR

1) Pengertian dan Teori Belajar

a. Menurut James O, Whittker, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku di timbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman. b. Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar, menurutnya belajar

adalah suatu proses usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat pundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.

c. Belajar Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).

d. Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

(14)

14 menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

f. Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat.

2) Teori Belajar

Teori belajar sangat banyak dan beraneka ragam. Setiap teori menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam belajar, dan setiap teori yang dijadikan dasar akan mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung. Dalam praktek, suatu teori belajar tidak dapat diterapkan untuk berbagai situasi pembelajaran. Penerapan suatu teori mungkin cocok untuk suatu situasi tertentu dan tidak untuk situasi yang lain.

Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses belajar. Kajian itu pada intinya menyangkut dua hal:

1) Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya), seperti menalar, mengingat, mengkhayal, yang dapat dikembangkan dengan latihan.

2) Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa. Sistem energi ini meliputi respon terhadap stimulus, motivasi, dan proses penalaran. Berdasarkan kajian terhadap kedua macam konsep itulah, teori-teori belajar dibangun yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam aliran, yaitu:

(15)

15 2) Behaviorisme atau psikologi tingkah laku, yang menganggap bahwa tingkah

laku manusia merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan.

Respon ini meliputi dua macam, sehingga menghasilkan dua macam aliran: a. Koneksionis atau asosianisme yang menganggap bahwa tingkah laku itu

merupakan respon terhadap stimulus tertentu. Penganut aliran atau teori ini menganggap bahwa suatu stimulus (S) mempunyai ikatan dengan response ( R ) tertentu.

b. Kognitif atau Gestalt yang menganggap bahwa proses kognitif yaitu insight (pemahaman/wawasan) merupakan fundamental (asasi) dari respon manusia. Dengan demikian perilaku manusia itu ditandai oleh kemampuan melihat dan membuat hubungan antar unsur-unsur dalam situasi problematic, sehingga diperoleh insight.

Kajian tentang belajar berdasarkan psikologi daya banyak menekankan pada pembentukan daya mental tertentu. Oleh karena itu, bisa di pahamibila dalam menerapkan teori belajar menurut psikologi daya ini adalah kesulitan untuk menentukan jenis bahan pelajaran apa yang terbaik untuk melatih, membentuk, atau mengembangkan otak. Proses belajar yang paling menonojol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui praktek dan latihan (diantaranya memecahkan soal, menghapal, dan mengarang). Motivasi belajar siswa di pandang tidak begitu penting untuk diperhatikan, demikian pula faktor perbedaan individual dianggap tidak relevan untuk penerapan teori ini. Persoalan transfer (pengalihan) dalam belajar dipandang sebagai sesuatu yang bersifat otomatis. Artinya, bila daya mental tertentu sudah terbentuk maka kemampuan ini dapat di transfer pada situasi lain.

Berbeda dengan kajian diatas, aliran behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia merupakan respon terhadap stimulus (rangsangan). Cabang dari aliran ini adalah koneksionisme atau asosiasi dan organismic atau gestalt.

(16)

16 belajar mengajar perlu dilakukan latihan secara mekanis, yakni dengan banyak memberikan stimulus sehingga akan memunculkan respon dari diri individu pembelajar. Stimulus-stimulus itu dapat berupa perangkat lunak atau perangkat keras. Oleh sebab teori ini memandang persolan transfer dalam belajar itu terbatas, yakni transfer kedalam situasi yang mempunyai unsur identik, maka bahan pelajaran diusahakan menyerupai situasi kehidupan. Dengan demikian hasil belajar berguna bagi siswa, karena dapat ditransfer dalam situasi kehidupan.

Teori koneksionisme menganggap bahwa perilaku tertentu dapat dibentuk melalui pembiasaan. Pengembangan teori ini sampai kepada munculnya teori kondisioning, yakni classical conditioning (Pavlov) dan operant conditioning (Skinner). Classical conditioning sangat menekankan pentingnya faktor latihan untuk memperoleh respon lain dari suatu stimulus. Teori ini menganggap bahwa latihan yang berulang-ulang dapat menghasilkan suatu perilaku sebagai suatu respon terhadap stimulus, meskipun stimulus itu dalam keadaan biasa mempunyai ikatan dengan respon tertentu yang berbeda dengan respon yang berbeda dengan respon yang dilatihkan atau dibiasakan. Classical conditioning sangat tepat dalam proses mempelajari hal-hal seperti agama, akhlak, adat istiadat, sopan santun, atau bahasa. Pada teori operant conditioning factor hadiah (reward) dalam belajar sangat menonjol. Karena dapat menjadi penguat (reinforcement) terhadap ikatan stimulus-respon. Hadiah itu sendiri ada dua macam, yaitu hadiah yang dating dari luar (extrinsic) seperti pujian, dan hadiah yang dating dari dalam diri sendiri (intrinsic) yakni perasaan puas karena mengetahui bahwa respon yang diberikan terhadap suatu stimulus adalah tepat dan benar.

(17)

17 Dalam memperoleh insight individu belajar melalui pengalaman. Mempelajari suatu mata pelajaran, tidak hanya dilakukan dengan mempelajari jawaban soal, tetapi yang penting disini adalah proses dalam menyelesaikan soal sehingga hasil atau jawaban menjadi tepat.

Berdasarkan uraian di atas, ternyata pemanfaatan media pembelajaran harus mempunyai landasan teori tentang belajar. Karena teori-teori ini dapat member penjelasan tentang proses belajar dalam berbagai situasi. Dengan mengetahui proses belajar media yang dimanfaatkan dapat memberi kemungkinan kepada siswa belajar secara efektif dan efisien. Karena belajar merupakan proses yang rumit dan kompleks serta banyak variable yang mempengaruhi, maka perlu kiranya kita mengetahui juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi baik terhadap proses maupun hasil belajar.

3) Proses Belajar

Dalam proses belajar aktivitas tertentu ataupun aktivitasnya adalah sebagai berikut:

Proses dari bahasa latin “processus" yang berarti “berjalan ke depan” menurut Chaplin (1972) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.

Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.

a. Fase - Fase dalam Proses Belajar

Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase, antara lain :

(18)

18 Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam 3 tahapan, antara lain :

1) Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi) 2) Storage (tahap penyimpanan informasi)

3) Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

4) Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

a) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, etekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

(19)

19 dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

1) Faktor fisiologis

(20)

20 keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Secara umum kondisi fisikologi, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah, dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi, pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.

Demikian juga kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Misalnya, seseorang yang minum-minuman kerasakan kesulitan melakukan proses belajar, karena saraf pengomtrol kesadarannya terganggu. Bahkan, perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras tersebut, tidak dapat dikatakan perubahan tingkah laku hasil belajar.

Oleh karena keadaan keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:

a. Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar; b. Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;

c. Istirahat yang cukup dan sehat.

(21)

21 Aminnudin Rasyad (2003, h.) pancaindera merupakan ilmu pengetahuan (five sence are the golden gate of knowledge). Artinya, kondisi pancaindera tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan arau stimuli dealam proses belajar.

Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yangbersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Setiap manusia atau anak didik pada dasrnya memilki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar, bukan dalam hal jenis. Tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya maisng-masing. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan/intelegensi siswa, motivasi, minat, perhatian, sikap,bakat, dan kognitif dan daya nalar.

1. Kecerdasan/intelegensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.

(22)

22 individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata¬rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berhar¬ga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

2. Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).

(23)

23 1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;

2. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;

3. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

4. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

3. Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

(24)

24 pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

4. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada suatu obyek ataupun sekumpulan obyek (Slameto, 1991:58). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menarik perhatian siswa, bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau fokus pada obyek yang sedang dipelajari.

Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.

Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di balik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.

5. Sikap

(25)

25 Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya;berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

6. Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.

7. Kognitif dan Daya Nalar

(26)

26 lain tidak sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama, bahkan kelas yang sama, ini di tentukan oleh pengetahuan dan pengalaman pelajar itu sendiri. Karena pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya benaknya dengan perbendaharaan untuk memperkuat daya persepsinya.Semakin sering ia melibatkan diri dalam berbagai aktifitas, akan semakin kuat daya persepsinya.

Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau.Terdapat dua bentuk mengingat yang menarik untuk di perhatikan, yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat kembali (reproduksi).Pertama, dalam mengenal kembali (rekognisi), orang berhadapan dengan suatu objek dan pada saat itu dia menyadari bahwa objek itu pernah di jumpai di masa lampau. Misalnya orang mencari film cerita dalam bentuk video compact disk (VCD) di sebuah rental, pada saat dia mencoba salah satunya, dia ingat bahwa dia pernah menontonnya di televisi, maka ia tidak jadi menyewa. Di sini, ternyata aktivitas mengingat terikat pada kontak kembali antara pengalamannya dengan objek; seandainya tidak ada kontak berarti tidak terjadi mengingat. Dalam mengenal kembali, pada tataran mental seseorang akan muncul tanggapan-tanggapan dan penilaian baru terhadap objek bersangkutan. Tanggapan dan penilaian baru, ini adakalanya memperkuat tanggapan dan penilaian lamanya di saat pertama ia berjumpa dengan objek di masa lampau, dan ada kalanya berbeda dengan tanggapan terdahulunya. Kedua, dalam mengingat kembali (reproduksi), dihadirkan suatu kesan dari masa lampau dalam bentuk suatu tanggapan atau gagasan seperti telah dicontohkan di atas (siswa yang berdamawisata).

(27)

27 media dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa.

Istilah penalaran sebagai terjemahan dari bahasa inggris reasoning menurut kamus The Random House Dictionary berarti the act of process of a person who reasons (kegiatan atau proses menalar yang dilakukan oleh seseorang). Sedangkan reason berarti the mental powers concerned with forming conclusions, judgements of inferences (kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian). Jadi, yang membedakan pelajar dengan orang yang bukan pelajar, mahasiswa dengan pemuda bukan mahasiswa adalah faktor penalarannya; dan yang membedakan pelajar dengan pelajar lainnya, mahasiswa dengan mahasiswa lainnya adalah kadar kekuatan penalarannya atau daya nalarnya. Ini ditentukan oleh individual power of reason (daya nalar individual) yang merupakan dasar yang paling menentukan dari kemampuan berpikir analitis dan sistesis.

b) Faktor-faktor eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

1. Faktor Lingkungan sosial

a. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

(28)

28 c. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya. Lingkungan sosial yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seringkali guru dan para siswa yang sedang belajar di dalam kelas merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di luar persis di depan kelas tersebut, apalagi obrolan tersebut diiringi dengan gelak tawa yang keras dan teriakan. Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Oleh karena itu hendaknya sekolah didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.

2. Lingkungan non sosial

Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:

1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat. Belajar pada tengah hari diruang yang memiliki ventilasi udara kurang, tentunya akan berbeda dengan suasana belajar di pagi hari yang udaranya masih segar, apalagi di dalam ruangan yang cukup mendukung untuk benafas lega.

2) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

(29)

29 Faktor instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.

1. Sarana dan Fasilitas,

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan.Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar disekolah. Jumlah ruang kelas pun harus menyesuaikan peserta didik. Karena jika anak didik lebih banyak dari pada jumlah kelas, akan terjadi banyak masalah, yang tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar anak.

Selain fasilitas, sarana pun tidak boleh diabaikan. Misalkan perpustakaan. Lengkap tidaknya buku di sekolah tersebut akan menentukan hasil belajar anak didik. Karena perpustakaan adalah laboratoriun ilmu yang merupakan sahabat karib anak didik.Selain itu fasilitas yang digunakan guru dalam pengajaranpun harus diperhatikan.Misalkan LCD dan sebagainya. Karena ini akan memudahkan dalam pembelajaran.

2. Guru

Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Maka, kehadiran guru mutlak didalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tanpa guru tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar disekolah. Jangankan tanpa guru, kekurangan guru saja akan menjadi masalah.

Tetapi, harus diperhatikan juga guru yang seperti apa yang bisa menyukseskan belajar anak. Karena guru haruslah memenuhi syarat-syarat menjadi guru.Dia harus berpengetahuan tinggi, profesional, paham psikologi anak didik, dan sebagainya. Karena guru yang berkualitas, akan menentukan kualitas anak didik.

3. Kurikulum

(30)

30 yang lebih rinci dan jelas sasarannya.Sehingga dapat diukur dan diketahui dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar yang dilaksanakan.

Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Karena guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk ketercapaian kurikulum. Misalkan, jumalah tatap muka, metode, dan sebagainya harus dilakukan sesuai dengan kurikulum. Jadi, kurikulum diakui dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.

Berbicara kurikulum berarti berbicara mengenai komponen-komponennya, yakini tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas faktor-faktor ini besar pengaruhnya pada proses dan hasil belajar. Misalnya kita lihat pada sisi tujuan kurikulum, setiap tujuan kurikulum merupakan pernyataan keinginan tentang hasil pendidikan.Agar dapat mencapai ke arah itu di perlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus di manfaatkan sebaik-baik agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah.

(31)

31

BAB IV

PEMAHAMAN INDIVIDU

A. Pengertian pemahaman individu

Pemahaman individu merupakan awal dari kegiatan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya pemahaman individu, sangat sulit bagi guru pembimbing untuk memberikan pribadi.

a. Peoses kegiatan pengumpulan informasi untuk dapat mengenal,mengerti dan memahami individu secara keseluruhan baik masalahnya atau latar belakangnya.

b. Kegiatan pengumpulan informasi sebagai upaya mengenal, menilai, mengerti, karakteristik dan masalah individu.

c. Suatu cara untuk memahami, menilai, menaksir karakteristik potensi dan tai masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Cara yang digunakan meliputi observasi, interview, skala penilaian , daftar cek, inventory, teknik proyektif dan beberapa teknik tes.

B. Fungsi pemahaman individu

Sebagai dasar untuk menentukan jenis bantuan yang diberikan. Pemberian bantuan layanan bk memerlukan dasar penentuan jenis layanan. Individu akan memperoleh bantuan yang terarah sehingga apa yang diharapkannya tercapai.

Adapun Teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokan menjadi teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes bisa membuat sendiri dan bisa pula mohon bantuaan dari ahli lain yang kompeten untuk itu.

(32)

32 Teknik tes atau sitem testing merupakan usaha pemahaman murid dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengungkap atau mengetahui karakter peserta didik. Sedangkan tes adalah sebagai suatu rosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui skala angka atau sistem kategori. Selain itu tes mengandung pengertian alat untuk menentukan atau menguji sesuatu. Penggunaan teknik dari tes bertujuan untuk:

1. Menilai kemampuan belajar murid.

2. Memberikan bimbingan belajar kepada murid. 3. Mengecek kemampuan belajr.

4. Memahami kesulitan-kesulitan belajar. 5. Menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar.

Penggolongan tes berdasarkan aspek-aspeknya, tes dibedakan atas dua yaitu: a. Penggolangan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur

perkembangan/kemajuan belajar peserta didik.

1) Tes seleksi.Sering dikenal dengan istilah “ujian ringan” atau “ujian masuk” . Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon peserta banyak calon yang mengikuti tes.

2) Tes Awal.Sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes adalah tes yang dilaksanakan sebellum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butiran-buitran soalnya dibuat yang mudah-mudah.

3) Tes akhir. Sering dikenal dengan post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai denngan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.

(33)

33 pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes ini juga bertujuan ingin menemukan jawaban atas pertanyaan “Apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?‟‟

5) Tes Formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “ telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam rangka waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu berasal dari kata “from” yang berarti “bentuk”

6) Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Disekolah tes ini dikenal dengan istilah “Ulungan umum” atau “EBTA” (Evaluasi Belajar Tahap

Akhir), dimana hasilnya digunakan untuk mengisi rapor atau ,mengisi ijazah (STTB). Tes sumatif dialksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama.

b. Penggolongan Tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap,tes setidak-tidaknya dapat dibedakan menjadi 5(lima) golongan, yaitu:

1. Tes Intelegensi

Tes intelegensi merupakan suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan tarap kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya secara efektif.

a) Macam-macam tes intelegensi

1) Tes intelegensi umum, bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang taraf kemampuan seseorang.

(34)

34 3) Tes intelegensi differensial, memberikan gambaran tentang kemampuan seseorang dalam berbagai bidang yang memungkinkan didapatnya profil kemampuan tersebut.

b) Manfaat tes intelegensi

1) Menganalisis berbagai masalah yang dialami murid 2) Membantu memahami sebab terjadinya masalah

3) Membantu memahami murid yang mempunyai kemampuan yang tinggi juga yang rendah.

4) Menafsirkan kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

2. Tes Kecerdasan

Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berprilaku yang jelas tujuannya, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif.

Tingkat kecerdasan (IQ) dengan klasifikasinya:

1) Superior atau genius adalah murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan dengan kemdahan dibandingkan dengan murid yang lainnya.

2) Normal adalah murid yang rata-rata atau pada umumnya

3) Subnormal atau mentally deffective atau mentally retarded adalah murid yang bertindak jauh lebih lambat dari kecepatannya, dan jauh lebih banyak ketidak tepatannya dan kesulitannya, dibandingkan dengan murid yang lain.

a) Debil (moron) Yang masih mendekati murid normal yang berusia sekitar 9-190 tahun.

(35)

35 3. Tes Bakat

Tes bakat mengukur kecerdasan potensial yang bersifat khusus murid. Ada 2 jenis bakat, yaitu bakat sekolah dan bakat pekerjaan jabatan. Bakat sekolah berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukkung pengusahaan bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran. Sedangkan bakat pekerjaan jabatan berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung keberhasilan dalam pekerjaan.

Untuk mengetahui bakat murid, telah dikembangkan beberapa macam tes, seperti : 1. Rekonik, Tes ini mengukur kemampuan fungsi motorik, persepsi dan

berpikir mekanis. 2. Tes bakat musik 3. Tes bakat artistik

4. Tes bakat klerikal (perkantoran)

5. Tes bakat yang multifaktor. Tes bakat mengukur berbagai kemampuan khusus

4. Tes Kepribadian

Tes kepribadian merupakan suatu tes untuk mengetahui kepribadian seseorang yang terorganisasi secara dinamis dan sistem-sitem psikologi dalam sisi individu yang menentukan penyesuaian-penyesuaian yang unik dengan lingkungan.Keperibadian dapat diukur dengan jalan melihat:

1) Apa yang apa yanng seseorang katakan tentang keadan dirinya sendiri. 2) Apa yang orang lain katakan tentang keadaan diri seseorang.

3) Apa yang seseorang lakukan dalam situasi tertentu.

(36)

36 Tes prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya dalam domain kognitif,afektif dan psikomotor.

Penggunaan teknik tes khususnya tes prestasi belajar bagi guru SD bertujuan untuk: 1. Menilai kemampuan belajar murid.

2. Memberikan bimbingan belajar kepada murid. 3. Mengecek kemajuan belajar murid.

4. Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid. 5. Membaiki teknik mengajar guru.

6. Menilai efektifitas (keberhasilan)

Tes prestasi belajar disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan belajar muri.Tes ini meliputi:

1. Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat mengetahui letak kesulitan murid, terutama dalam berhitung dan membaca.

2. Tes prestasi belajar kelompok yang baku. 3. Tes prestasi belajar yang disusun oleh guru.

D. Teknik Non-tes

Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif. Teknik ini tidak menggunakan alat-alat yang bersifat mengukur, tetapi hana menggunakan alat yang bersifat menghimpunan atau mendeskripsikan saja. Teknik ini terdiri atas beberapa macam jenis, seperti : Observasi, Wawancara, Angket, Sosiometri, dan Studi kasus.

a. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti.

(37)

37 1) Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumskan terlebih dahulu.

2) Direncanakan secara sistematis.

3) Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan. 4) Perlu diperiksa ketelitiannya

Teknik observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis: 1) Observasi sehari-hari (daiily observation)

2) Observasi sistematis (systematic observation) 3) Observasi partisipatif (participative observation)

4) Observasi non-partisipatif (non participative observation)

b. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang minta informasi).

Kelebihan dan kekurangan wawancara antara lain sebagai berikut: 1. Kelebihan Wawancara

Kelebihan dari wawancara antara lain sebagai berikut:

1) Merupakan teknik yang aling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid secara mendalam.

2) Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur. 3) Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.

4) Digunakan untuk perlengkapan data yang dikumpulkan dengan teknik lain.

2. Kekurangan Wawancara

(38)

38 1. Tidak efesien, yaitu tidak bisa menghemat waktu secara singkat.

2. Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak. 3. Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara.

Dalam Bimbingan dan Konseling dalam perkembangan peserta didik dikenal beberapa macam wawancara, yaitu:

1. Wawancara pengumpulan data (Informational interview) 2. Wawancara Konseling (counseling interview)

3. Wawancara disiplin (diciplinary interview) 4. Wawancara penempatan (placement interview)

c. Angket

Merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan.Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:

1) Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap 2) Susunan kalimat sederhana tapi jelas

3) Hindarikan kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan responden.

d. Catatan Anekdot

Catatan Anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:

1) Memperoeh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid 2) Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid 3) Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan murid

Catatan Anekdot yang baik dimiliki syarat sebagai berikut:

(39)

39 2) Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap

tentang suatu peristiwa mengenai murid 3) Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat.

e. Autobiografi (Riwayat atau karangan) dan Catatan Harian

Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga, dsb. Yang penggunaan otobiografi mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, seringkali murid hanya menuliskan peristiwa-peristiwa yang berarti bagi murid tapi belum tentu berarti untuk guru dalam kepentingan layanan bimbingan dan konseling. Kedua, peristiwa-peristiwa lama seringkali banyak yang terlupakan. Ketiga, ada kecenderungan murid membuang hal-hal yang kurang sesuai dengan harapan murid dan menggantinya dengan hal yang sesuai. Keempat, seringkali murid tidak mau memberikan otobiografinya untuk dibaca oleh orang lain.

Karangan pribadi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu

1) Terstruktur yaitu karangan pribadi disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Tidak terstruktur yaitu murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas.

f. Sosiometri

Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi sosial (saling penerimaan atau penolakan) di antara murid dalam suatu kelas, kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll. Melalui teknik ini guru dapat mengetahui tentang:

(40)

40 3) Klik

(Kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid) 1) Memperbaiki hubungan insani

2) Menentukan kelompok belajar/kerja

3) Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dalam kelompok.

g. Studi Kasus

Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh dan mendalam serta menggungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya diperoleh dari berbagai pihak.

Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah: 1) Menentukan mrid yang bermasalah

2) Memperoleh data 3) Menganalisis data

4) Mmeberikan layanan bantuan.

h. Konferensi kasus

Konferensi kasus merupakan suatu pertemuan diantara beberapa unsur di sekoah untuk membicarakan seorang atau beberpa murid yang mempunyai masalah.

(41)

41

BAB V

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MASA

REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

A. PEMAHAMAN TENTANG KEPRIBADIAN REMAJA

a. Makna Kepribadian

Kepribadian secara etimologi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologi berasal dari bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu.

Pengertian secara terminologi menurut pendapat para ahli antara lain:

1. May mengartikan kepribadian sebagai “a social stimulus value”. Jadi

menurutnya cara orang lain mereaksi, itulah kepribadian individu. Dalam kata lain, pendapat orang lain yang menentukan kepribadian individu itu.

2.McDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian adalah tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan.

(42)

42 Kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas prilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Keunikan peyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Kerakter, yaitu kosenkuen tidaknya dalam mematuhi etika prilaku, konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

2. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat lambatnya meraksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

3. Sikap, sambutan terhapa objek yang bersifat positif, negative atau ambivalen (ragu-ragu).

4. Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilanreaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa. 5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan unutk menerima resiko dari tindakan atau perbutan yang dilakukan.

6. Sosialbilitas, yaitu disposisipribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dala sifat pribadi yang tertutup atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. (Yusuf, 2009:128).

Salah satu kata kunci dari defenisi kepribadian adalah penyesuaian. Penyesuaian itu dapat diartikan sebagai suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan lingkaran.

b. Makna Kepribadian Remaja

(43)

43 Dalam Islam, secara etimologi kalimat remaja berasal dari murahaqoh, kata kerjanya adalah raahaqo yang berarti al-iqtirab (dekat). Secara terminology berati mendekati kematangan secara fisik, akal dan jiwa serta social. (Al-Mighwar, 2006:55).

Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan social orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. (Al-Mighwar, 2006:56).

Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Fase remaja merupakan fase yang sangat unik karena pada fase tersebut seseorang akan mengalami perubahan secara jasmani maupun rohani. Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian.

Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa ramaja meliputi:

1. Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.

2. Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru. 3. Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarah diri dan mengevaluasi kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.

4. Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual, berteman dengan pria dan wanita.

5. Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak dan masa dewasa. (Yusuf, 2009:201).

(44)

44 bertindak secepatnya dan itu lebih mengarah pada kekerasan atau perkelahian. Apabila hal ini sering mereka lakukan tanpa ada yang dapat mencegah dari hal yang demikian atau tidak adanya rambu-rambu yang dapat menghentikan mereka, maka untuk selamanya hal itu akan terus berkelanjut tanpa peduli dengan apapun dan resiko yang akan dihadapi sering diabaikan.

B. KARAKTERISTIK REMAJA DAN PEMUDA

Pemuda masa Remaja/Early Adolescence (13-15) Waktu ini sekarang adalah cepatnya pertumbuhan yang sering membawa kejanggalan, memperlihatkan kurangnya koordinasi antara pikiran dan badan.

Hal ini juga memberikan rasa malu pada anak-anak muda karena organ-organ tubuh tertentu, seperti hidung, mulut dan kaki bertumbuh lebih cepat dari anggota tubuh yang lain membuat mereka seperti seorang gadis yang kecilnya berwajah buruh tetapi waktu dewasa menjadi gadis yang molek dan memberikan rasa ketakutan yang tak tersalurkan yang membuat mereka akan selalu merasa begitu. Usia untuk bergerombol sekarang mencapai puncaknya dan mulai mulai surut digantikan oleh ketertarikan kepada lawan jenis dan disertai perasaan malu pada periode ini.

Hal ini dapat dilihat melalui karakteristik-karakteristik: 1) Remaja Awal

1. Karakteristik Mental:

a) Remaja terjaga tetapi terpaku pada periode suka berkhayal. b) Remaja berlajar dengan cepat.

c) Remaja mulai mendapatkan rasa tertarik pada hal-hal yang khusus. 2. Karakteristik Fisik:

(45)

45 b) Perkembangan fisik sangat cepat dengan nafsu makan yang kuat menyertai

masa pertumbuhan ini.

c) Otot-otot berkembang atau kegagalan koordinasi untuk menjaga tahap perkembangan struktur tulang menyebabkan kecenderungan menuju kejanggalan atau kekakuan.

d) Organ-orang sex berkembang, membuat perkembangan yang cepat secara biologis. Hormon-hormon yang baru yang memperkembang insting sexual yang mempengaruhi tingkah laku. Rousseau berkata: “Kita dilahirkan dua kali, pertama kali melalui kehadiran dan kedua pada kehidupan; pertama kali sebagai anggota dari suatu suku dan kedua kali sebagai anggota dari kelompok secara jenis kelamin.

e) Anak wanita lebih tinggi dari anak laki-laki pada usia 12 tahun sampai 13 tahun, benar-benar lebih tinggi pada usia 14 tahun dan mulai berkurang pada usia 15 tahun dan 2 inchi lebih pendek dari laki-kali pada usia 16 tahun.

3. Karakteristik Sosial

a) Usia ini adalah usia yang menunjukkan kesetiaan pada kelompok, dengan satu ketakutan bahwa dirinya berbeda dengan kelompoknya. Remaja mencari persetujuan dari kelompok untuk semua aktifitas.

b) Remaja mencari lebih banyak kebebasan secara individu dengan suatu ketajaman batin yang baru menunjukkan kwalitas secara pribadi. Weigles menandai: “ Pandangannya menembus tindakan-tindakan yang dihasilkan dan mengambil semangat diantara manusia. Mereka mulai melihat mutu ketajaman batin untuk merasakan nilai hakiki pada kebenaran, iman dan pengorbanan diri. Mereka penuh dengan ambisi dan membuat rencana untuk masa depan.

c) Keinginan untuk encari uang sering melanda anak remaja pada usia ini, menghasilkan keinginan untuk lepas dari sekolah.

(46)

46 mungkin tamak. Satu jam mereka jadi egois tiba-tiba di lain waktu menjadi penakut.

e) Kejanggalan ini ditunjukkan dalam berbagai cara:

a. Sangat menyukai dan tidak menyukai makanan, menyukai makanan tertentu yang dimakan secara berlebihan.

b. Sangat menyenangi olah raga atletik dengan suatu kecenderungan berlebihan.

c. Rasa humor yang jelek, anak perempuan cenderung tertawa genit. Anak remaja pada usia ini mempunyai rasa ketertarikan pada lawan jenis. Ini adalah usia yang bahaya untuk seksualitas dan keinginan berteman. apabila anak remaja tidak dibekali untuk menjalin hubungan secara pribadi.

4. Karakteristik Kerohanian

a) Ketertarikan pada hal-hal kerohanian berkurang secara drastis pada usia ini tetapi remaja dipengaruhi oleh tingkah laku teman-teman sepergaulannya. b) Kesadaran dalam beribadah seperti ikut ibadah salat di

masjid,pengajian-pengajian,dsb.

c) Ini adalah usia dimana cita-cita untuk pekerjaan seumur hidup sering akan ditentukan. Hal penting dari pegangan sebelum anak-anak remaja ini tentukan nasibnya dalam menyelesaikan perkerjaan.

d) Akan ada kurangnya kecenderungan dalam usia ini untuk menyatakan perasaannya pada hal-hal yang bersifat rohani atau keyakinannya.

e) Sering terjadi pertentangan dengan suara hati.

2) Remaja Pertengahan (16/17)

Gambar

tabel Manajemen Bimbingan dan Konseling

Referensi

Dokumen terkait