LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PERCOBAAN I
TEGANGAN PERMUKAAN EMULSI DAN KOLOID
NAMA : NAUFA MUFIDA NUR NIM : 013021211007
ASDOS : CITRA IBDAU RAHMAH DOSEN : LELA LAILATUL
TANGGAL : 23 APRIL 2015
PROGRAM STUDI KIMA
FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
I. Tujuan Percobaan
Mengetahui berbagai sifat-sifat cairan akibat adanya fenomena tegangan permukaan, emulsi dan pembuatan koloid.
II. Dasar Teori
Tegangan permukaan cairan adalah daya tahan lapisan tipis permukaan suatu cairan pada usaha agar dapat mengubah luas permukaan cairan tersebut. Hal ini dapat terjadi pada setiap permukaan cairan atau permukaan antara dua cairan. Besar kecilnya tegangan permukaan cairan ini bergantung pada zat terlarut pada cairan tersebut. Konsentrasi zat terlarut pada lapisan permukaan suatu cairan dapat lebih kecil atau lebih besar dari konsentrasi zat terlarut di lapisan dalamnya (Sumarlin 2006). Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada pada keadaan diam (statis) (Hamid 2010).
Emulsi (emulsion) adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan yang tidak dapat bercampur. Misalnya benzena dalam air, minyak dalam air dan lain-lain (Sumardjo 2010). Emulsi merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil (globul) yang stabil dengan adanya penambahan emulgator (Marzuki 2011).
Koloid didefinisikan sebagai suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel (Widhy 2013).
III. Hasil Percobaan
a. Tabel Tegangan permukaan cairan alamiah
No Perlakuan Pengamatan
1 Jarum+ akuades Mengapung
2 Jarum+ air kelapa Mengapung
4 Jarum+ lar. detergen Tidak mengapung b. Tabel Jumlah tetesan dan tegangan permukaan
No Perlakuan Pengamatan
1 Menghitung 1ml akuades 20 tetes 2 Menghitung 1ml NaCl 20% 18 tetes 3 Menghitung 1ml alkohol 48 tetes 4 Menghitung 1ml minyak tanah 44 tetes 5 Menghitung 1ml air sabun 50 tetes
c. Tabel Emulsi minyak kelapa dan air
No Perlakuan Pengamatan
1 2 ml akuades Bening
2 + 2 ml minyak kelapa Minyak diatas , akuades dibawah 3 Mengocok Membentuk emulsi, tidak stabil
d. Tabel Koloid pati 2%
No Perlakuan Pengamatan
1 2 g pati Serbuk putih
2 + 10 ml air dingin Larutan homogen
3 Mengaduk Larutan lebih kental
4 + 90 ml air mendidih Larutan homogen
5 Mengaduk Larutan lebih encer
e. Tabel Koloid biru berlin
No Perlakuan Pengamatan
Tidak dilakukan percobaan
f. Tabel Pengendapan koloid dengan larutan garam
No Perlakuan Pengamatan
3 + akuades Warna tidak berubah 4 + MgSO4 Larutan Jenuh dan keruh
II. Pembahasan
a. Tegangan permukaan cairan alamiah
Percobaan pertama dilakukan untuk mengetahui tegangan permukaan cairan. Diantara air, air kelapa, NaCl 0,9%, dan larutan detergen hanya larutan detergen yang tidak dapat mengapungkan objek percobaan (jarum). Hal ini terjadi karena detergen merupakan surfaktan. Sifat surfaktan itu sendiri merupakan emulgator yang dapat memperkecil tegangan permukaan. Sedangkan air, air kelapa dan NaCl 0,9% mempunyai tegangan permukaan besar sehingga jarum dapat mengapung pada permukaan cairan.
Gambar 1. Tegangan permukaan cairan alamiah b. Jumlah tetesan dan tegangan permukaan
Hasil menunjukan data yang sesuai dengan teori. Semakin besar tegangan permukaan suatu larutan maka semakin kuat permukaan larutan untuk memberikan gaya tolak keatas bagi benda yang ada di atasnya
Gambar 2. Jumlah tetesan dan tegangan permukaan c. Emulsi minyak kelapa dan air
Pada percobaan emulsi minyak kelapa dan air, karena minyak kelapa dan air memiliki sifat kepolaran yang berbeda maka larutan tidak bercambur. Hal ini disebabkan karena minyak kelapa yang bersifat non-polar sedangkan air bersifat non-polar.
Dilihat dari massa jenisnya, air memiliki densitas 1,009 g.cm-1 yang
sedangkan minyak kelapa memiliki densitas 0,853 g.cm-1 mengakibatkan
kedudukan minyak kelapa yang berada diatas (lebih ringan) sedangkan air berada dibawah (lebih berat).
Gambar 3. Emulsi minyak kelapa dan air d. Koloid pati 2%
Kelarutan pati dalam air adalah tidak larut, artinya pati sukar larut dalam air dingin, dan sangat larut dalam air panas. Larutan pati ini merupakan koloid karena pati 2% bersifat liofil (suka air) sehingga larutan cenderung berikatan dengan air dan tidak menghasilkan endapan.
e. Koloid biru berlin
Koloid biru berlin merupakan campuran dari kalium ferosianida dengan feriklodida yang bersifat homogen. Larutan biru berlin ini merupakan koloid liofob (tidak suka air).
f. Pengendapan koloid dengan larutan garam
Koloid liofil (campuran pati dan gelatin) belum mengalami reaksi (pengendapan) ketika ditambahkan NaCl, namun ketika ditambahkan lagi dengan MgSO4, koloid mengalami pengendapan. Berbeda halnya dengan
koloid liofob. Koloid liofob (campuran biru berlin dan ferihidroksida) mengendap setelah satu jam ditambahkan NaCl. Biru berlin menghasilkan endapan berwarna biru pekat di bawahnya sedangkan ferihidroksida menghasilkan endapan bewarna jingga pekat. Pengendapan tersebut terjadi karena koloid mempunyai partikel yang bermuatan sejenis sehingga antar pertikelnya saling tolak menolak.
Gambar 4. Pengendapan koloid dengan larutan (penambahan NaCl 10%) Pati 2% dapat mengendap dengan tambahan MgSO4. Pada dasarnya
garam dapat mengendapkan koloid karena dapat mengurangi gugus elektrostatik diantara partikel yang tersuspensi sehingga menyebabkan agregasi dan pengendapan (Oxtoby 2001).
Gambar 5. Pengendapan koloid dengan larutan (penambahan MgSO4)
Selain garam, MgSO4 juga digunakan dalam mengendapkan koloid
jika pengendapan dengan garam tidak dapat dilakukan karena MgSO4
memiliki kekuatan ionik tinggi yang berasal dari ion Mg2+ dan SO 42-.
Beberapa partikel koloid dapat menyerap banyak ion dari larutan dan menjadi bermuatan listrik dalam pembentukannya. Walaupun faktor muatan listrik penting untuk menstabilkan koloid, konsentrasi ion yang tinggi dapat menyebabkan koagulasi atau pengendapan koloid. Ion yang menyebabkan hal ini adalah ion yang muatannya berlawanan dengan partikel tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan semakin tinggi muatan kation, maka semakin efektif dalam mengendapkan koloid (Pettrucci 1985).
Akibat adanya fenomena tegangan permukaan, emulsi dan pembuatan koloid maka sifat-sifat suatu cairan dapat berupa larutan sejati, koloid (liofil dan liofob) atau suspensi.
IV. Daftar Pustaka
Marzuki. 2011. Penuntun Biokimia. Lampung: Universitas Lampung. Hamid, R. 2010. Penuntun Kimia Fisik II. Kendari: Universitas Haluoleo. Oxtoby DW. 2001. Kimia Modern. Edisi ke-4 Jilid 1. Suminar SA. penerjemah. Pettrucci RH. 1985. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Sumisar
SA, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari : General Chemistry: Principles and Modern Applications. Fourth Edition.
Sumardjo, Damin. 2010. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC. Sumarlin L. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Program Studi Kimia.
Sukabumi: UMMI.
Widhy, Purwanti. 2013. Koloid. Yogyakarta: UNY.
V. Lampiran Pertanyaan :
1. Apakah perbedaan antara larutan sejati, koloid dan suspensi ? 2. Apakah yang dimaksud dengan koloid liofil dan liofob ? Jawaban :
1. Larutan sejati bersifat homogen, tidak dapat dibedakan antara zat pelarut dengan zat terlarut. Partikel - partikelnya berdimensi kurang dari 1 nm, memiliki 1 fase stabil dan tidak dapat disaring.
Suspensi bersifat heterogen artinya dapat dibedakan antara pelarut dengan terlarut, berdimensi lebih besar dari 100 nm, memiliki 2 fase, tidak stabil, dan dapaat disaring.
2. Koloil liofil merupakan jenis koloid yang fase terdispersinya dapat mengikat atau menarik medium pendispersinya. Jika medium pendispersinya air disebut hidrofil.