• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENDAPATAN PER KAPITA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA PENDAPATAN PER KAPITA INDONESIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENDAPATAN PER KAPITA INDONESIA DENGAN NEGARA ASEAN TAHUN 2011

(Oleh Eka Widiastuti ) STEI SEBI

Email : zw.widiansori@gmail.com

Perekonomian Indonesia dan Negara Tetangga

Perekonomian Indonesia sedang memasuki masa – masa yang cerah sekaligus menantang. Walaupun lingkunagan global masih diwarnai stagnasi, perekonomiaan kita diapandang banyak kalangan telah membuahkan sejumlah prestasi.Pertumbuhan pada tahun 2011 tercatat sebesar 6,5 % dengan inflasi 3,79 %. Pada Januari 2012 inflasi bahkan turun menjadi 3,65 %1.

Menurut Dana Moneter Internasional atau “International Monetary Fund” (IMF) menyatakan pula bahwa Indonesia sebagai salah satu Negara dengan kondisi perekonomian terkuat di antara negara-negara ASEAN. Pada 2011, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia adalah 6,4 persen. Ini adalah yang tertinggi disbanding dengan negara-negara ASEAN lain seperti Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Komposisinya adalah 5,2persen, Filipina: 4,7 persen, Singapura: 5,3 persen, Thailand: 3,5 persen, dan Vietnam: 5,8 persen2.

Namun, bila dilihat dari besarnya pendapatan perkapita negara kita, Indonesia masih ada pada peringkat ke 5 setelah Thailand dalam 2 tahun berturut – turut. Walaupun, mengalami perubahan dalam jumlah nominalnya. Kemudian, menyusul Vietnam pada urutan ke 6. Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Divisi Statistik PBB (UNSD) mengatakan, pendapatan nasional bruto (GNI) perkapita Indonesia naik dari US$1.318 pada 1980 menjadi US$2.007 (1990), selanjutnya US$2.478 (2000), dan US$3.010 (2010)3.

Sedangkan untuk saat ini, Indonesia memiliki pendapatan perkapita pada tahun 2011 lalu berkisar pada bekisar 3.500-3.600 USD4. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pendapatan per kapita rakyat Indonesia di 2011 mencapai US$ 3.542 atau sekitar Rp 31,8 juta5. Naik 17,7% dibandingkan dengan 2010 yang sebesar US$ 3.010 atau sekitar Rp 27 juta. Meski, pada bulan

1Darmin Nasution (Gubernur Bank Indonesia) , Tantangan Ekonomi Indonesia, Koran Republika edisi Jum’at 24 Feberuari 2012

(2)

November 2011 sempat meningkat pada angka 3.716 USD6. Bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, pendapatan nasional bruto Indonesia jauh tertinggal.

Malaysia pada 1980 telah memiliki GNI US$4.722. Tak heran bila saat ini pendapatan per kapita mereka telah berlipat-lipat kali dari Indonesia, yakni mencapai US$13.685. Dibandingkan Thailand, Indonesia juga kalah jauh. Meski mengawali GNI sebesar US$2.211 pada 1980, Thailand kini melompat jauh meninggalkan Indonesia. Pada 1995, GNI Thailand telah melewati US$5.500. Wajar bila pendapatan per kapita saat ini US$7.694. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia hanya menang dari Filipina dan Vietnam. Pendapatan per kapita Filipina dan Vietnam masing-masing hanya US$3.478 dan US$2.8057.

Mengapa Pendapatan Perkapita Indonesia Meningkat?

Secara kumulatif menurut Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan, produk domestik bruto (PDB) nominal semester I-2011 mencapai Rp 3.549 triliun, lebih tinggi dari semester I-2010 senilai Rp 3.084 triliun atau dibanding semester II-2010 sebesar Rp 3.339 triliun. Perkembangan pada semester II tahun 2011 kira-kira sama dengan semester II tahun 2010, total PDB bisa mencapai Rp 7.400 triliun. Dia menjelaskan, dengan perkiraan PDB nominal 2011 sebesar Rp 7.400 triliun atau setara pertumbuhan ekonomi 6,7% dan memperhitungkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 241 juta jiwa dengan rata-rata kurs Rp 8.600 per dolar AS, pendapatan per kapita Indonesia hingga akhir tahun ini mencapai US$ 3.500-US$ 3.600. “Angka itu lebih tinggi dari tahun lalu” ujar Rusman.

Pemerintah Optimistis Secara terpisah, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, saat ini terjadi sedikit guncangan di pasar modal global. Di sisi lain, sejumlah negara mengalami penurunan pertumbuhan selama kuartal II. Contohnya Tiongkok dan Singapura yang ekonominya tumbuh pesat pada kuartal I, tapi pada kuartal II turun tajam. “Tapi Indonesia tetap mengalami pertumbuhan stabil. Konsumsi masyarakat tetap terjaga,inflasi juga cukup baik,” ujarnya. Hatta juga optimistis nilai ekspor bisa menembus US$ 200 miliar tahun ini. Realisasi nilai ekspor yang melebihi impor menunjukkan surplus pada neraca perdagangan. Akhir 2011, Pendapatan Per Kapita US$ 3.600 “Ekspor kita jauh lebih tinggi pertumbuhannya dibanding impor,” tutur dia8.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, menurut Hatta Rajasa, pemerintah harus mampu mengatasi tiga titik hambatan. Pertama, memperbaiki perencanaan proyek yang terkait belanja modal dan infrastruktur. Target ini termuat dalam berbagai program pemerintah terkait peningkatan perekonomian rakyat seperti program Masterplan Percepatan dan

6www.vivanews.com posting tanggal 4 november 2011, diunduh tanggal 4 maret 2012 7 quantan.blogspot.com posting tanggal 4 November 2011, diunduhtanggal 4 maret 2012

(3)

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Seperti rencana pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau, paling tidak klaster industri serta membangun tiga pelabuhan baru dan memperbaharui pelabuhan yang telah ada seperti Pelabuhan Internasional Dumai serta Pelabuhan Kuala Enok pada tahun yang akan datang9.

Kedua, memperbaiki proses pelelangan. Ketiga, memperbaiki proses penyelesaian atau pembayaran. Ini sebetulnya sudah diatur Perpres No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Akan tetapi, Perpres ini harus terus dievaluasi agar pengadaab barang dan jasa pemerintah lebih simpel, cepat dan transparan.

Senada dengan Hatara Jasa dan Rusman Heriawan, seorang ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latief Adam mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi sebagian besar didorong konsumsi masyarakat. Jika inflasi tinggi, daya beli masyarakat menurun dan konsumsi masyarakat akan berkurang. Ini tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Sehingga pemerintah tetap harus menjaga inflasi” papar dia. Selain disokong tingkat konsumsi yang tinggi, menurut Latief, tren investasi diperkirakanakan semakin meningkat pada kuartal III. Demikian pula belanja pemerintah.

Tetapi yang diresahkan saat ini adalah ekspor, karena beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan penurunan performa. Dia mengatakan, meskipun pada akhir tahun diprediksi terjadi perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bakal meningkat. “Ekspor kita dengan AS dan Eropa tidak setinggi Singapura atau negara Asean yang lain. Tidak akan berpengaruh terlalu besar,”ujarnya. Dapat dilihat dari sisi positif lainnya, terpuruknya ekonomi AS dan Eropa justru akan mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Karena, para investor akan memilih negara tujuan lain untuk berinvestasi, salah satunya Indonesia. “Capital inflow akan semakin deras. Tinggal bagaimana caranya mentransmisikan capital inflow ke sektor riil.

Mengenai konsumsi Rumah Tangga Kepala BPS Rusman Heriawan mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2011 mencapai 2,9% dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Sedangkan dibandingkan triwulan yang sama 2010 (yoy) tumbuh 6,5%. Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi paling besar. Sebaliknya, belanja pemerintah berkontribusi paling rendah. Secara spasial, menurut dia, struktur perekonomian Indonesia pada triwulan II-2011 masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 57,7%, diikuti Sumatera 23,5%, Kalimantan 9,5%, Sulawesi 4,7%, dan sisanya 4,6% dikontribusi pulau-pulau lainnya.

(4)

Rusman mengatakan, besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2011 mencapai Rp 1.811,1 triliun. Adapun PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama sebesar Rp 611,1 triliun. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-to-q) adalah perdagangan, hotel, dan restoran 4,8%, konstruksi 4,2%, serta sektor listrik, gas, dan air bersih 4%. Secara tahunan (yoy), kata dia, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 10,7%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,6%, dan sektor konstruksi 7,4%. Struktur PDB triwulan II-2011 masih didominasi sektor industri pengolahan, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi masing - masing 24,3%, 15,4%, dan 13,9%. Rusman menjelaskan, pertumbuhan PDB triwulan II-2011 dibandingkan triwulan I-2011 (q-to-q) yang mencapai 2,9% ditopang kenaikan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 1,3%.

Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah naik 26%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) naik 3,9%, ekspor barang dan jasa tumbuh 7,4%, serta impor barang dan jasa meningkat 6%. Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2011 yang mencapai 6,5% dibandingkan triwulan II- 2010 (yoy) didukung pengeluaran konsumsi rumah tangga yang meningkat 4,6%. Adapun pertumbuhan ekonomi semester I-2011 terhadap semester I- 2010 yang mencapai 6,5% didukung peningkatan konsumsi rumah tangga 4,5%, konsumsi pemerintah 3,7%, PMTB 8,3%, serta ekspor dan impor masing-masing 14,9% dan 15,8%. Rusman mengemukakan, struktur PDB penggunaan triwulan II-2011 didominasi komponen pengeluaran rumah tangga sebesar 54,3%. Komponen PMTB dan pengeluaran konsumsi pemerintah memberikan kontribusi masing-masing 31,6% dan 8,3%. Sedangkan ekspor neto berkontribusi 1,9%.

Dapat disimpulkan dari data, pertumbuhan ekonomi 2010 yang bisa mencapai 6,5 persen diakibatkan oleh pendapatan masyarakat meningkat sebesar 4,6 % sehingga akan mendorong permintaan konsumsi masyarakat menjadi lebih kuat serta menciptakan permintaan agregat baru (C ) bagi barang dan jasa10. Kemudian, belanja negara Indonesia meningkat pula 3,7 % (G ), didukung lagi dengan peningkatan investasi sebesar 8,3 % ( I ), serta ekspor dengan peningkatan sebesar 14,9 % ( X ). Tentunnya semua itu akan menigkatkan PDB atau GDP Indonesia di tahun lalu.

Bagaimana dengan Thailand yang Berada di Atas Indonsesia?

Seperti yang dijelaskan dimuka bahwa Thailand menempati posisi ke 4 di atas Indonesia dengan pendapatan per kapita US $ 7.694. Indonesia telah tertinggal olehnya sejak tahun 1995. Akan tetapi, negara Thailand sebenarnya pada tahun 2011 tengah menghadapi krisis ekonomi karena adanya benccana banjir pada bulan juli 2011. Banjir tersebut merupakan yang terparah sejak 70 tahun yang lalu. Banjir ini melumpuhkan sektor perindustrian dan pertanian thailand.

(5)

ekspor beras thailand baru dapt dikirim pada bulan februari 2012. Sedangkan, untuk perindustrian pada kuartal IV 2011 itu, indeks manufaktur turun dan mengganggu ekspor Desember 2011. Honda, Toshiba dan Fujitsu bahkan memangkas proyeksi laba karena gangguan produksi11.

Kelesuan ekonomi ini mengakibatkan inflasi menjadi 3,8 %12. Bank Sentral menurunkan suku bunganya sebesar seperempat poin menjadi 3,25 persen13. Hal ini bertujuan untuk menigkatkan permintaan konsumsi rumah tangga dan investasi yang terus merosot. Sisi ekspor thailand juga mengalami kemunduran. Departemen Perdagangan Thailand mengatakan, pihaknya menargetkan peningkatan ekspor 15% pada tahun ini, lebih rendah dari kenaikan ekspor 2011 sebesar 17,2%14. Namun, berkurangnya permintaan global akan membebani ekspor Thailand tahun ini. Sedangkan, thailand mengandalkan ekspor dan pariwisata sebagai pemicu pertumbuhan. Di sektor industri, Thailand dikenal sebagai salah satu basis produksi sejumlah produsen mobil Jepang dan Amerika15.

Dampak yang terjadi, Produk Domestik Bruto (PDB) Thailand tercatat menyusut hingga 10,7% pada periode Oktober hingga Desember 2011, dibandingkan kuartal sebelumnya16. Ini dapat disimpulkan dari analisis semua faktor GDP yang telah disebutkan dalam data, yaitu :

1. Merosotnya komsumsi rumah tangga, ( C )

Pasca, bencana banjir yang menewaskan 700 orang ini tentunya akan membuat permintaan atas barang dan jasa konsumsi rumah tangga akan turun. Para korban banyak kehinlangan harta benda dan pekerjaan mereka.

2. Terhambatnya produksi pada sektor industri, ( I )

Banyak perusahaan asing ataupun nasional thailand yang tiddk dapat berproduksi selama banjir terjadi dan mengalami kerugian akibat rusaknya peralatan maupun bahan baku mereka. Seperti yangdicontohkan di awal yaitu perusahaan Honda, Fujitsu, dan Thosiba. Tentunya tingkat investasi di negara ini pun menjadi anjlok. Dampak positifnya bagi Indonesia, ada beberapa perusahaan yang mengalihkan investasi dan produksinya ke Indonesia.

3. Infrastruktur Thailand mengalami kerusakan,

Setelah bencana banjir yang melanda infrastruktur thailand rusak parah. Seperti yang disampaikan oleh Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra mengatakan, negara itu

11 “ekonomi thailand susut 9 %, akibat banjir”, www.international.contan.co.id posting tanggal 20 februari 2012 12 “Thailand Memangkas Proyeksi Pertumbuhan”, www.liputan6.com , posting tanggal 29 oktober 2011

13 “gairahkan ekonomi, thailand turunkan suku bunga”, www.analisadaily.com , posting tanggal 1 desember 2011 14 “ekonomi thailand susut 9 %, akibat banjir”, www.international.contan.co.id posting tanggal 20 februari 2012 15 “kuartal IV 2010, ekonomi tahiland meningkat 1,2%”, www.okezone.dom posting tanggal 21 februari 2011 16 “gara – gara banjir parah, ekonomi thailand susut 10,7%”, www.analisadaily.com posting tanggal 21 februari

(6)

akan menghabiskan 350 miliar baht (US$ 11 milyar; £ 7 milyar) untuk memperbaiki infrastruktur usai banjir17. Meskipun, belanja negara menigkat akan tetapi pembelanjaan tersebut bukan untuk menambah kapasitas produksi nasional. Namun hanya untuk memulihkannya seperti keadaan semula. Perbaikan infrastruktur ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi Thailand sementara waktu ini.

4. Ekspor Thailand menurun karena ekonomi global dan bencana banjir, ( X )

Ekspor negara Thailand turun nilainya karna sektor pertanian dan beberapa sektor industir lumpuh karena banjir bulan juli 2011 lalu. Ditambah lagi penurunan permintaan dari negara – negara importirnya akibat krisis global yang terjadi saat ini.

Terlepas dari semua krisis yang sedang dialami Thailand GDP per kapita Thailand masih dapat bertahan berada di atas Indonesia. Pada tahun 2010 Thailand memperoleh GDP perkapita sebesar US $ 8.64318 dan Indonesia hanya US $ 3.010. Namun, kini Indonesia berusaha mengejar ketinggalannya dari Thailand yang saat ini mengalami penyusutan perkembangan ekonomi sebesar 9 %19.

Bagaimana dengan Filipina yang Berada di Bawah Indonesia?

Dana Moneter Internasional (IMF) secara mengejutkan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Filipina untuk tahun 2011 menjadi 3,7 persen dan 4,2 persen untuk 2012. Penurunan proyeksi tersebut lantaran ekspor Filipina yang mulai menurun ( X ) dan anggaran belanja negara yang menciut (G ). Sebelumnya pada September lalu, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Filipina akan mencapai 4,7 persen untuk 2011 dan 4,9 persen tahun depan20.

Mulai Januari sampai September 2011, ekspor Filipina anjlok sehingga berimbas pada pertumbuhan ekonomi yang melambat. Merosotnya ekspor Filipina tersebut dipicu oleh sepinya permintaan ekspor dari negara-negara di kawasan Eropa karena parahnya krisis utang di Benua Biru. Bukan hanya itu, melambatnya pertumbuhan ekonomi Filipina juga lantaran dipicu oleh faktor internal, seperti anggaran belanja yang berkurang menyusul tingginya angka kejahatan korupsi. IMF menekankan, Filipina menghadapi tantangan cukup besar untuk menjaga ekonominya tetap stabil, terlebih ketika iklim ekonomi global sedang tidak pasti.

Pemerintah Filipina sendiri mengatakan bahwa, pertumbuhan ekonomi melambat karena merosotnya sektor pertanian dan industri pertambangan. Sektor pertanian merosot karena musim kering sementara sektor pertambangan turun karena belanja pemerintah berkurang.

17 “ekonomi thailand susut 9 %, akibat banjir”, www.international.contan.co.id posting tanggal 20 februari 2012 18 Estimasi World Bank oktober 2010

(7)

Wajar jika hal – hal tersebut menyebabkan pendapatan nasional negara ini berada di bawah Indonesia. Ekspor yang berkiblat pada negara Eropa mengalami kelesuan karena krisis yang terjadi di sana. Di samping itu, anggaran belanja negara yang kecil karena korupsi menjadi penyebab utama Filipina sulit berkembang dalam perumbuhan ekonomi. Serta kecilnya porsi, investasi pada GDP-nya saat yang harus ditingkatkan lagi. Filipina harus mencari banyak celah untuk mengundang investor asing maupun memberdayakan potensi investasi lokal dengan perbaikan infrastruktur. Dengan demikian, ekonomi di negara tersebut akan lebih stabil dan mengalami pertumbuhan positif.

Perlu diketahui, seperti halnya Indonesia yang akan diprediksi menjadi negara ke 4 dengan GDP tertinggi di dunia sebesar US $ 14 triliun pada tahun 2050. Pertumbuhan ekonomi Filipina pun juga diproyeksi produk domestik bruto (PDB) pada 2050 mencapai US$5,9 triliun. Namun sekali lagi, saat ini investasi di Filipina yang terlalu kecil, yakni hanya 14,5 persen dari PDB masih perlu ditingkatkan. Meski demikian, negara ini akan diuntungkan dengan pertumbuhan populasi penduduk dan komunitas pekerja di luar negeri yang melakukan pengiriman uang. Negeri ini juga diuntungkan dari pengalaman para pekerja di luar negeri. (Ekonom Citi, William Buiter)21.

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Indra Kurnia, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : ANALISIS PENGARUH BOPO, Equity to Total Assets (EAR) Ratio , Loan to Assets

Karena orang yang tidak memiliki keterampilan berjual beli dapat bergantung kepada orang lain (untuk berbinis) dan hatinya tetap merasa tentang.. barang dan menjual

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon jawaban IST dari peserta yang mengikuti tes di Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Universitas

Saudara atau yang diberi kuasa membawa berkas asli dan 1 (satu) copy dokumen penawaran beserta kelengkapan dokumen kualifikasi sesuai isian tabel kualifikasi yang

media internet sebagai sarana jual beli baru yang akan mengubah kebiasan konsumen dalam berbelaja (Dholakia, Kahn, Reeves, Rindfleish, Stewart dan Taylor,

JUDUL SKRIPSI : Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau Dari Kreativitas Hasil Belajar Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Siswa Kelas

Penyulang Rijali merupakan salah satu penyulang ( feeder ) pada sistem kelistrikan kota Ambon yang dicatu dari gardu induk (GI) Hative Kecil yang memiliki panjang penghantar