• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGENALI GAYA KEPEMIMPINAN dan gaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENGENALI GAYA KEPEMIMPINAN dan gaya "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : Djoko Prayitno

ABSTRAK

Gaya kepemimpinan adalah sebagai role behavior yang selalu harus disesuaikan dengan situasi dan keadaan, yang selalu akan berubah mengikuti kebutuhan. Walaupun mengukur gaya kepemimpinan yang terbaik pada kenyataan sangat sulit Namun untuk bisa mengendalikan organisasi/perusahaan pemimpin harus mampu menyesuaikan diri (adaptive) untuk berpartisipasi dengan tuntutan keadaan, serta luwes (flexible) dalam penampilan didepan orang lain, sekaligus sebagai motivator yang memberi ketauladanan melalui pengendalian dirinya.

Pemimpin sebagaimana layaknya manusia memiliki perilaku yang dipengaruhi oleh adanya kebutuhan/motif yang ingin dipuaskan. Setiap orang mempunyai strata kebutuhan yang khas dan aneka ragam, satu sama lain berbeda secara individual (individual differences). Oleh karena itu setiap pemimpin perlu memahami kebutuhan dirinya maupun bawahan. Teori motivasi akan dapat membantu penerapan secara tepat.

Banyak diantara teori motivasi yang dikemukakan para ahli psikologi maupun manajemen, namun yang diangkat dalam bahasan disini adalah teori Abraham H. Maslow yang disebut The Hierarchy of Needs.

Dikatakan bahwa meskipun kebutuhan manusia demikian banyak dan aneka ragam, namun kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan dalam lima kelompok kebutuhan dan disusun menurut prioritas kebutuhannya adalah sebagai berikut :

1. Basic Physiological Needs

Kebutuhan yang mendapat prioritas pertama ini adalah kebutuhan jasmani(fisik) dasar untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup dirinya maupun keluarga yang menjadi tanggungannya. Yang termasuk dalam kebutuhan ini seperti makanan, minuman, pakaian, hunian dan sejenisnya. Kebutuhan ini sangat menonjol diantara berbagai kebutuhan lainnya pada manusia, jika kebutuhan ini belum terpenuhi maka akan membentuk konsentrasi lain, sehingga akan menurunkan motivasi kerja.

2. Safety and Security Needs

Kebutuhan prioritas kedua adalah kebutuhan akan keselamatan (safety) dan keamanan (security). Kebutuhan ini akan timbul bila kebutuhan prioritas pertama sudah cukup terpenuhi.

Kebutuhan ini memiliki arti positif dalam lingkungan kerja agar menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, tidak membahayakan bagi keselamatan kerja dan aman dalam bekerja.

3. Belonging and Social Needs

Kebutuhan prioritas ketiga adalah yang berhubungan dengan orang lain, yang mencerminkan hakekat manusia sebagai makhluk sosial. Jika kebutuhan pertama dan kedua berorientasi pada diri sendiri, maka kebutuhan ketiga berorientasi pada orang lain. Bahwa ia membutuhkan agar dirinya diterima oleh lingkungan sosial, membutuhkan agar dirinya diperhatikan orang lain dan mampu memberi perhatian pada orang lain, membutuhkan dirinya dicintai orang lain dan mampu memberi cinta pada oreng lain.

(2)

4. Esteem and Status

Kebutuhan keempat timbul dari perasaan yang merasa dirinya cukup mempunyai nilai kehormatan, sehingga orang lain memberi rasa hormat dan dihargai karena ia mampu menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Bila kebutuhan ini terpenuhi maka akan membangkitkan rasa percaya diri untuk meningkatkan prestasi yang lebih besar lagi dalam manfaat bagi orang lain.

5. Self-Actualization and Fulfilment

Setiap manusia ingin mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensi kemampuannya agar ia dapat merealisasikan cita-cita dan harapannya.

FAKTOR PEMIMPIN

Faktor pemimpin meliputi 3(tiga) aspek yaitu :

1. Sifat Pribadi

Meskipun teori sifat sudah ditinggalkan, namun beberapa sifat dibawah ini harus dimiliki seorang pemimpin meliputi :

Intelligence

Pemimpin harus lebih cerdas dari bawahannya, meskipun perbedaan hanya sedikit. Kecerdasan yang lebih tinggi dituntut karena pemimpin harus mampu melakukan analisis masalah, mengambil keputusan. Disamping itu pemimpin harus mampu menyusun perencanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Social Maturity and Breadth

Pemimpin harus mempunyai minat, pandangan dan pergaulan yang luas (net-work), memiliki toleransi yang tinggi terhadap sikap sosial yang lebih terkendali, mampu bersikap dewasa dan mampu mengendalikan dirinya.

Inner Motivation and Achiefment Drives

Pemimpin sebagai pioneer dan memiliki kemauan yang keras dalam mencapai keberhasilan. Jika tujuan telah dicapai maka ia akan mencari dan mendapatkan tantangan keberhasilan baru yang lebih besar lagi. Pemimpin sebagai motivator bawahan untuk bekerja keras guna mendapatkan kepuasan bagi dirinya dalam membentuk jati diri agar punya nilai yang lebih tinggi, sehingga kapanpun waktunya pasti ia akan dicari dan dibutuhkan orang.

Human Relation Attitudes

Pemimpin harus menyadari bahwa tanpa dukungan bawahan keberhasilan tidak akan tercapai, ia selalu menjunjung tinggi dan memelihara rasa hormat, harga diri dan kebersamaan dengan bawahan.

2. Ketrampilan Pemimpin

Setiap pemimpin perlu memiliki berbagai ketrampilan agar peranannya sebagai pemimpin dapat berhasil baik. Ketrampilan yang dikuasai adalah technical skill, human skill dan conceptual skill. Setiap pemimpin perlu menguasai ketiga skill tersebut sekaligus, namun berapa besar untuk masing-masing skill, tergantung pada tingkat kedudukannya dalam struktur organisasi.

3. Power and Authority

Power pada umumnya didefinisikan sebagai kapasitas potensi seseorang untuk mempengaruhi

(3)

Authority adalah hak seseorang untuk menerapkan terhadap sikap dan perilaku orang lain tertentu

kearah yang dikehendakinya. Atau sering disebut sebagai hak resmi untuk memerintah orang lain untuk bertindak atau tidak bertindak dalam mengambil keputusan

Sumber Authority

- The formal theory of authority : authority berasal dari sumber atau kelembagaan yang diakui masyarakat. Seseorang memiliki authority karena diberi kekuasaan oleh atasannya, namun authority dapat ditarik kembali sebagian atau seluruhnya.

- The accepteance theory of authority: sumber authority berasal dari bawahannya yaitu tergantung pada bawahan mau menerima perintah atau tidak. Kalau perintah atasan ditaati berarti bawahan memberikan authority kepada atasannya.

Ditaatinya perintah atasan karena atasan memiliki kelebihan dalam pribadinya atau dalam keahliannya.

The acceptance theory of authority agak mirip dengan power (personal) tersebut diatas. Dan setiap pemimpin harusnya memiliki personal power dan memperoleh acceptance bawahan agar perintah-perintahnya effektif.

GAYA KEPEMIMPINAN

Dibawah ini disajikan berbagai teori tentang gaya kepemimpinan yang dapat digunakan, Tetapi perlu diingat bahwa penggunaan gaya kepemimpinan harus sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu situasi bawahan dan factor situasi yang lainnya. Oleh karena itu kemampuan membaca situasi sangat penting, disamping kemampuan memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dan kemampuan untuk memerankan dengan baik.

1. Teory X dan Teory Y

Douglas Mc Gregor mengemukakan bahwa kebanyakan perilaku manajemen terhadap bawahannya didasarkan pada pandangannya terhadap manusia pada umumnya. Jika pandangannya sesuai dengan teory X, maka manajemen akan menerapkan gaya kepemimpinan yang disebut “The

traditional View of Direction and Control” (autocratic). Sebaliknya jika pandangannya terhadap manusia sesuai dengan teory Y, maka manajemen akan menerapkan gaya kepemimpinan yang democratic.

Teori X terdiri dari serangkaian asumsi tradisional tentang manusia seperti :

a. The average human being has an inherent dislike of work and will avoid it if he can.

b. Because of this human characteristic of dislike of work, most people must be coerced, controlled, directed, threatened with punishment to get them to put forth adequate effort toward the achievement of organizational objectives.

(4)

Teory Y mengasumsikan rata-rata manusia sebagai berikut :

a. The expenditure of physical and mental effort in work is as natural as play or rest.

b. External controland the threat of punishment are not the only means for bringing about effort toward organizational objectives. Man will exercise self-direction and self-control in the service of objectives to which he is commited.

c. Commitment to objectives in a function of the rewards associated with their achievement. d. The average human being learns, under proper conditions, not only to accept but to seek

responsibility.

e. The capacity to exercise a relatively high degree of imagination, ingenuity and creativity in the solution of organizational problems is widely, not narrowly, distributed in the population. f. Under the conditions of modern industrial life, the intellectual potentialities of the average

human being are only partially utilized.

2. Motivational Style (Gaya Memotivasi)

a. Positive Leader :

Dalam memotivasi bawahan, pemimpin lebih menekankan penggunaan rewards (imbalan) ekonomi, psikologi maupun sosiologi dari pada ancaman dan hukuman.

b. Negative Leader :

Sebaliknya pemimpin lebih banyak menggunakan ancaman denda dan hukuman dalam memotivasi bawahan.

Negative leader sama dengan gaya autocratic, dimasa lampau gaya ini cukup banyak membawa keberhasilan, namun pada kenyataan akan menimbulkan pengorbanan human cost yang cukup besar. Ada pula pemimpin yang menggunakan kedua gaya sekaligus secara incidental atau terus-menerus sesuai situasinya.

3. Power Style

Cara seorang pemimpin menggunakan kekuasaan disebut power style. Masing-masing gaya (autocratic, participative/democratic and free-rein) mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Ada kalanya pemimpin menggunakan ketiga gaya sekaligus didalam periode waktu tertentu, tetapi hanya satu gaya saja yang lebih menonjol yang biasa dipergunakan. Pemimpin yang effektif biasanya menggunakan gaya secara luwes (flexible) sepanjang continuum dari digunakannya total power hingga no power.

a. Autocratic (authorian) Leade

(5)

Bawahan bisa frustasi , putus asa, semangat kerja rendah, tidak kreatif dan sebagainya.

b. Participative/Democratic Leader

Pemimpin ini cenderung menyukai adanya pendelegasian dan desentralisasi wewenang, Bawahan diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin dan bawahan merupakan kesatuan social. Bawahan diberi informasi mengenai keadaan yang mempengaruhi pekerjaannya sehingga dapt mendorong mereka untuk mengeluarkan gagasan dan saran-saran. Kontrol dilakukan terutama melalui kekuatan yang berada didalam unit kerja. Keuntungan gaya ini ialah bawahan merasa dilibatkan, merasa memiliki, merasa ikut bertanggung jawab, merasa dihargai dan potensi kemampuan bawahan menjadi lebih berkembang. Dalam suasana demikian akan tumbuh kader-kader pemimpin baru, inisiatif dan kreativitas baru akan tumbuh. Pada umumnya gaya democratic banyak digunakan karena dipandang lebih baik dari gaya autocratic, disamping lebih sesuai dengan pendekatan perilaku organisasi (organizational behavior).

c. Free-rein Leader

Pemimpin gaya ini cenderung menghindari penggunaan kekuasaanya. Ia menyerahkan kekuasaannya pada bawahan untuk menentukan tujuan dan pemecahan masalah. Bawahan melatih dan memotivasi diri sendiri. Keberadaan pimpinan hanya tampak pada saat melakukan fungsi pencarian informasi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Gaya ini mengabaikan sumbangan pemimpin, seperti gaya

autocratic yang mengabaikan sumbangan bawahan.

Kerugian gaya ini dapat membentuk berbagai kelompok kerja mendapatkan tujuan sendiri-sendiri. Hal ini dapat berakibat menyimpang dari tujuan perusahaan, dan dapat menimbulkan kekacauan dalam organisasi. Oleh karena itu gaya ini jarang dipakai oleh pemimpin.

4. Orientation Style

Ada dua pendekatan pemimpin terhadap bawahan/pekerja yaitu employee orientation dan task orientation.

a. Employee (Consideration) Orientation

Pemimpin yang berorientasi kepada pekerja, sangat memperhatikan kebutuhan (needs) bawahan. Ia berusaha untuk terbentuknya kerja sama team (team-work) dan berusaha untuk membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi bawahan.

b. Task (Structure) Orientation

Pemimpin yang berorientasi kepada tugas, yakni bawahan dapat mencapai hasil yang lebih tinggi, jika mereka dilengkapi dengan metode, sistem kerja yang lebih baik, diusahakan agar bawahan selalu diberi kesibukan dan dibiasakan kerja keras.

(6)

FAKTOR SITUASI

Faktor situasi meliputi the expextation of the leader’s boss, the nature of the task dan juga kedewasaan bawahan. Namun dalam pembahasan teori situasi perhatian lebih dipusatkan kepada masalah kedewasaan bawahan.

Harapan atasan jelas lebih berpengaruh besar terhadap perilaku bawahan. Demikian pula mengenai the nature of the task. Tugas yang sangat mendesak seperti dalam tugas pemadam kebakaran membutuhkan pemimpin gaya autocratic dibandingkan dengan gaya yang lain.

Daftar Kepustakaan

Armstrong, Michael.

Manajemen Sumber Daya Manusia: A Handbook Of

Human Resource Management.

PT Elex Media Komputindo. 1994. Jakarta.

Crimson, Sitanggang,

Analisis Pengaruh Prilaku Pemimpin Terhadap Kinerja

Pegawai Pada Sekretariat Kotamadya Jak-Bar.

Skripsi, 2005 UNDIP Semarang.

Dale, Robert. D.

Pelayan Sebagai Pemimpin.

Gandum Mas. 1992, Malang.

Ferdinand, Augusty,

Metode Penelitian Manajemen.

Edisi 2. 2006, BP Universitas

Diponegoro. Semarang.

Guritno, Bambang dan Waridin.

Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai

Perilaku Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja.

Referensi

Dokumen terkait

Furthermore, all of the Islamic countries’ libraries realize that the classification schemes produced Western scholars have some deficiencies and insufficiencies. To surmount

Kesadaran hukum masyarakat terhadap penerapan hukum wari Islam di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa yaitu bahwa kesadaran hukum masyarakat dalam menerapakan hukum waris Islam

Akan tetapi yang menarik pada masalah di Sumatera Barat karena status tanah adalah hak ulayat yang seharusnya tidak mudah dialihkan ke pihak lain, mengapa banyak

Penelitian dengan judul pengaruh model pembelajaran Kreatif-Produktif terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X pada pembelajaran biologi di SMA Negeri 2

Here, the teacher runs the activity using jigsaw technique and following the procedure such as; First, teacher divided students into groups of four and each student

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, gender terinternalisasi dalam masyarakat secara turun temurun. Gender disosialisasikan dari generasi ke generasi melalui sistem

Pengujian BET dilakukan untuk mengetahui luas permukaan aktif dari WO 3 dalam bentuk serbuk menggunakan alat Quantachrome autosorb iQ, prosesnya dengan memberikan pemanasan

Seperti yang telah disebutkan dalam sub bab sebelumnya bahwa perbedaan antara Ibn hazm dan al-Rafi‟i tentang meminang di atas pinangan orang lain adalah hanya