• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Citra Yang Ditampilkan Perusahaan Dalam Press Release (Study Analisis Isi Mengenai Jenis Release dan Jenis Citra Yang Ditampilkan Public Relations OfficerSantika Premiere Dyandra Hotel & Convention Medan dalam p

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Citra Yang Ditampilkan Perusahaan Dalam Press Release (Study Analisis Isi Mengenai Jenis Release dan Jenis Citra Yang Ditampilkan Public Relations OfficerSantika Premiere Dyandra Hotel & Convention Medan dalam p"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu

kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk mengetahui

dari sudut mana peneliti akan menyoroti masalah yang akan diteliti. Kerlinger

menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi dan preposisi

yang menggunakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan

relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut

(Kriyantono, 2006:6).

Teori harus dipahami oleh setiap peneliti karena dengan teori, peneliti

mampu memahami, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena atau masalah

yang sedang diteliti. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

4.1.1 Komunikasi

Secara etimologis, istilah komunikasi atau communication dalam bahasa

Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama, communico,

communicatio, atau comunicare yang berarti membuat sama (to make common).

Istilah communis adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata

komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin yang mirip. Komunikasi

menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara

sama. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa

komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu

kepada orang lain. Secara paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi

sejumlah komponen, berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai

suatu tujuan tertentu (Suprapto,2011:7). Dengan kata lain komunikasi adalah

(2)

tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara

lisan maupun tak langsung yaitu melalui media.

Komunikasi adalah sebuah proses kegiatan yang dilakukan antara

komunikator dengan komunikan yang berlangsung secara kontinu

(berkesinambungan). Banyak bermunculan definisi mengenai komunikasi, salah

satunya adalah dari Everett M Rogers yang mendefenisikan komunikasi sebagai

suatu proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau

lebih dengan maksud mengubah tingkah laku mereka (Cangara, 2006 : 19).

Tidak jauh berbeda dengan defenisi sebelumnya, Carl I Hovland mengatakan

bahwa komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas

asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat. Definisi

Hovland tersebut menunjukkan bahwa komunikasi bukan hanya proses

penyampaian informasi, tetapi komunikasi juga merupakan proses pembentukan

pendapat khalayak atau masyarakat dan untuk mengubah perilaku mereka. Di

dalam menyampaikan informasi kepada khalayak diperlukan komunikasi yang

komunikatif, sehingga dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku khalayak

yang menerima informasi tersebut (Effendy, 2006:10). Dari beberapa definisi di

atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik

yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun

hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi untuk menguatkan

sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah

laku orang lain.

Harold D Laswell menyebutkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur,

yaitu:

1. Who, yakni pihak-pihak yang menyampaikan pesan atau biasa disebut

komunikator. Komunikator bisa terdiri dari satu orang tetapi bisa juga

dalam bentuk kelompok.

2. Says what, yakni apa yang akan disampaikan kepada pihak penerima atau biasa

disebut pesan. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang

mewakili perasaan, nilai, gagasan/maksud komunikator. Ada 3 komponen pesan

(3)

3. In which channel, yakni sarana atau saluran yang mendukung pesan yang

disampaikan, baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung

(melalui media cetak/elektronik, dll).

4. To whom, yakni pihak-pihak yang menerima pesan atau yang disebut

komunikan. Komunikan bisa terdiri dari satu orang atau lebih, dalam

bentuk kelompok atau massa.

5. With what effect, yakni dampak yang timbul sebagai pengaruh dari

penyampaian pesan, perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan

dilakukan penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Efek juga

diartikan sebagai penguatan atau perubahan keyakinan pada pengetahuan,

sika, perilaku seseorang sebagai akibat penerima pesan (Effendy, 2004:

10).

Pada dasarnya, komunikasi memiliki 4 fungsi, yaitu menginformasikan (to

inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to

influence). Adapun tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude )

2. Untuk mengubah opini (to change the opinion)

3. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)

Mempelajari dan menelaah komunikasi sangatlah luas ruang lingkup dan

dimensinya. Oleh karena itu, klasifikasi atau jenis-jenis komunikasi dapat dilihat

berdasarkan konteksnya sebagai berikut :

a. Bentuk/tatanan Komunikasi

Bentuk atau tatanan komunikasi dapat ditinjau dari jumlah komunikannya,

yaitu:

1. Komunikasi pribadi (personal communication)

a. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)

b. Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication)

2. Komunikasi kelompok (group communication)

a. Komunikasi kelompok kecil (small groupcommunication)

b. Komunikasi kelompok besar (public speaking)

(4)

6. Komunikasi massa (mass communication)

a. Komunikasi massa cetak (printed mass communication)

b. Komunikasi massa elektronik (electronic mass communication)

b. Sifat Komunikasi

Berdasarkan sifatnya maka komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Komunikasi Verbal (verbal communication)

a. Komunikasi lisan (oral communication)

b. Komunikasi tulisan (written communication)

2. Komunikasi nonverbal (mediated communication)

a. Komunikasi kial (gestural communication)

b. Komunikasi gambar ( pictorial ommunication)

c. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication)

d. Komunikasi bermedia (mediated communication)

c. Metode komunikasi

Metode komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang

meliputi:

1. Komunikasi informatif (informative communication)

2. Komunikasi persuasif (persuasive communication)

3. Komunikasi pervasif (pervasive communication)

4. Komunikasi koersif (coercive communication)

5. Komunikasi instruktif (instructive communication)

6. Hubungan manusiawi (human relation)

d. Teknik Komunikasi

Berdasarkan tekniknya komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Jurnalistik (journalism)

2. Hubungan masyarakat (public relations)

3. Periklanan (advertising)

4. Propaganda

(5)

e. Model Komunikasi

1. Komunikasi satu tahap (one step flow communication)

2. Komunikasi dua tahap (two step flow communication)

3. Komunikasi banyak tahap (multi step flow communication)

6.1.1 Public Relations

Secara etimologi istilah public relations merupakan gabungan dari 2 kata,

yakni public dan relations. John Dewey mendefenisikan publik sebagai berikut:

Public is a group of people, face similar indeterminant situation, recognize what is indeterminant and problematic in that situation, and organize to do something about the problem. (Danandjaja, 2011:12)

Publik adalah sekelompok orang yang menghadapi suatu masalah,

mengenali masalah tersebut dan berusaha untuk menanggulangi persoalan

tersebut. Oemi menyebutkan bahwa pengertian public mengacu pada sekelompok

orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan

kepentingan yang sama pula. Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Emory

S. Bogardus dalam bukunya The Making of Public Opinion, menyatakan bahwa

publik adalah sejumlah besar orang dimana sumber antara satu dengan yang

lainnya bisa tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian

dan minat yang sama terhadap suatu masalah. Dari beberapa definisi di atas, dapat

disimpulkan bahwa hal yang menonjol dalam publik adalah perhatian dan

kepentingan, bukan kehidupan atau hubungan antar anggotanya (Suhandang,

2004:30-31).

Istilah relations pada dasarnya mempunyai arti hubungan atau relasi yang

timbal balik antar publik yang berkepentingan. Huruf ‘s’ dibelakang istilah

relations pada hakekatnya berfungsi menunjukkan kepada identitas, ciri-ciri atau

karakteristik dari public relations, yaitu:

a. Hubungan atau relasi antar publik

b. Sifat komunikasinya timbal balik (two ways communication)

c. Ruang lingkup atau scope public relations mencakup kepada dua kegiatan yaitu internal public relations dan external public relations (Danandjaja, 2011:12).

Menurut Webster (1956), istilah relations pada hakikatnya dimaksudkan

(6)

sama lain. Lebih teknis lagi menurut Echlos (1976), kegiatan dimaksud

merupakan komunikasi dalam menciptakan hubungan yang harmonis diantara dua

pihak, dimana satu dengan yang lainnya sama-sama memperoleh keuntungan

sehingga terikat dalam suatu hubungan kefamilian yang akrab (dalam Suhandang,

2004: 34).

Dari pengertian public dan relations di atas, banyak pakar atau ahli yang

merumuskan definisi public relations. Insitute of Public Relations (IPR)

mendefinisikan public relations sebagai keseluruhan upaya yang dilakukan secara

terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat

baik (goodwill) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap

khalayaknya. Sedangkan Scott M.Cutlip dan Allen H.Centre mendefinisikan

Public Relations sebagai berikut:

Public Relations is the continuing process by with management endeavours to obtain goodwill and understanding of its customer, it’s employees and the public large, in wardly throught self analysis and corrections. Out wardly throught all means of expressions. (Danandjaja,2011: 16).

Public Relations adalah proses berkesinambungan dari usaha-usaha

manajemen untuk memperoleh kerja sama dan saling pengertian kepada

pelanggan, pegawai, publik umumnya; ke dalam mengadakan analisa dan

perbaikan terhadap diri sendiri, ke luar dengan menyampaikan

pernyataan-pernyataan. Denny Griswold, mendefinisikan Public Relations sebagai berikut:

Public Relations is the management function which evaluate public attitudes, identifies the policies and procedure of an individuual or an organization with the public interest, and plans and executes a program of action to earn public understanding an acceptances (Ardianto, 2011:8).

Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap-sikap

publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dari individu

atau sebuah organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana

kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan publik. Lain halnya dengan

definisi yang diberikan oleh Bertram R.Canfield & Frazier Moore. Canfield dan

Moore mengungkapkan bahwa public relations sebagai berikut:

(7)

strives to secure mutual understanding and goodwill. (Danandjaja,2011: 15).

Public Relations adalah falsafah sosial dari manajemen yang dinyatakan

dengan kebijaksanaan dan mempraktekkan melalui komunikasi timbal balik

dengan publik, berusaha untuk menjamin adanya saling pengertian dan kerja

sama. Pada dasarnya, public relations merupakan bidang atau fungsi tertentu yang

diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial

(perusahaan) maupun organisasi yang nonkomersial. Public relations terdiri dari

semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan

dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya.

Bertram R.Canfield dalam bukunya “Public Relations Principles and

Problems” menjelaskan bahwa fungsi PRs adalah sebagai berikut:

a. Mengabdi kepada kepentingan publik b. Memelihara komunikasi yang baik

c. Kegiatan PRs itu ketika menjalankan fungsinya harus menitikberatkan kepada moral dan tingkah laku yang baik (Danandjaja, 2011: 19).

Dari formulasi fungsi PRs tersebut di atas adalah pertama, sebagai

pengabdian kepentingan umum yaitu perilaku yang positif untuk membantu orang

lain langsung ataupun tidak langsung. Kedua, memelihara komunikasi yang baik

antara organisasi atau perusahaan dengan publik atau masyarakat. Ketiga,

menitikberatkan pada moral dan perilaku yang baik, artinya bahwa public

relations sebagai wakil organisasi tidak saja dalam keadaan formal atau kedinasan

tetapi secara informal mampu menunjukkan kerapian, pribadi yang

menyenangkan, moral dan perilaku individu yang konsisten untuk tetap

dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari.

Scott M Cutlip dan Allen H Center menjelaskan bahwa adapun fungsi

Public Relations adalah sebagai berikut:

1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.

2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada perusahaan.

3. Melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan perusahaan untu kepentingan umum.

(8)

Kusumastuti (2004:20) menyebutkan tujuan dari public relations adalah

sebagai berikut:

1. Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (aspek kognisi).

2. Menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi).

3. Memelihara dan menciptakan kerja sama (aspek psikomotoris).

Dalam realita praktik di perusahaan, tujuan PRs antara lain menciptakan

pemahaman publik, membangun citra korporat, membangun opini publik yang

favourable serta membentuk goodwill dan kerja sama.

1. Menciptakan pemahaman (mutual understanding) antara perusahaan dan

publiknya.

Tujuan kegiatan public relations pertama kali adalah berupaya

menciptakan saling pengertian antara perusahaan dan publiknya. Melalui

kegiatan komunikasi diharapkan terjadi kondisi kecukupan informasi (well

informed) antara perusahaan dan publiknya. Kecukupan informasi ini

merupakan dasar untuk mencegah kesalahan persepsi.

2. Membangun citra korporat (corporate image)

Tujuan public relations adalah agar citra perusahaan positif di mata

publiknya. Citra perusahaan (corporate image) bukan hanya dilakukan

oleh seorang public relations officer saja, tetapi perilaku seluruh

komponen perusahaan, seperti karyawan, manager dan lainnya.

3. Membangun opini publik yang favourable

Public Relations Officer dituntut untuk memelihara komunikasi persuasif

yang ditujukan untuk menjaga opini yang mendukung (maintain

favourable opinion), menciptakan opini yang masih tersembunyi atau yang

belum diekspresikan (create opinion where none exist or where it is

latent), dan menetralkan opini yang negatif (neutralize hostile opinion).

4. Membentuk goodwill dan kerja sama

Public Relations bertujuan untuk menjalin kerja sama dalam bentuk

perilaku tertentu yang mendukung keberhasilan perusahaan. Dalam tahap

ini diharapkan publik secara nyata mendukung program-program

(9)

yang dilakukan berulang-ulang oleh PRs perusahaan untuk menanamkan

saling pengertian dan kepercayaan kepada publiknya. Kemudian diikuti

tindakan nyata perusahaan untuk komitmen mewujudkan kepentingan

publik. (Kriyantono, 2008:7-21).

Otto Lerbinger & Albert J Sullivan menjelaskan bahwa sasaran dari public

relations itu mengarah kepada dua tingkat sosial dalam proses kegiatannya, yaitu

derajat perorangan (personal level) dan derajat kelembagaan (institutional level).

Dari keterangan tersebut, maka tujuan public relations adalah sebagai berikut:

1. Public Relations harus dapat melindungi kepentingan perusahaan melalui bentuk penerangan kepada publik, akan tujuan perusahaan agar publik paham.

2. Public relations dapat membantu untuk meningkatkan nilai dari suatu produk dan jasa,

3. Public relations dapat berperan sebagai bookkeeper yang membantu dan mengatur lahirnya suatu keadilan di dalam sistem perekonomian antara publik dan institusi atau perusahaan (Danandjaja,2011:45).

Dari paparan fungsi dan tujuan di atas, dapat dijabarkan ruang lingkup

pekerjaan PRs. Secara sederhana pekerjaan yang biasa dilakukan Public Relations

dapat disingkat menjadi PENCILS, yaitu:

1. Publication & Publicity, yaitu mengenalkan perusahaan kepada publik.

Misalnya membuat tulisan yang disebarkan ke media, newsletter, artikel

dan lainnya.

2. Events, mengorganisasi event atau kegiatan sebagai upaya membentuk

citra.

3. News, menghasilkan produk-produk tulisan yang sifatnya menyebarkan

informasi kepada publik, seperti press release.

4. Community Involvement, membuat program-program yang ditujukan

untuk menciptakan keterlibatan komunitas atau masyarakat sekitarnya.

5. Identity Media, membina hubungan dengan media (pers).

6. Lobbying, melakukan upaya persuasi dan negosiasi dengan berbagai pihak.

Keahlian ini dibutuhkan pada saat terjadi krisisi manajemen untuk

mencapai kata sepakat di antara pihak yang bertikai.

7. Social Investement, membuat program-program yang bermanfaat bagi

(10)

Dozier & Broom membagi peranan Public Relations dalam suatu

organisasi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Penasehat ahli (expert prescriber)

Seorang praktisi pakar public relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship). Hubungan praktisi pakar PRs dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dengan pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar PRs (expert prescriber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.

2. Fasilitator komunikasi (communication facilitator)

Dalam hal ini, praktisi PRs bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Di pihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

3. Fasilitator proses pemecahan masalah (problem solving process facilitator)

Peranan praktisi PRs dalam proses pemecahan persoalan public relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional. Biasanya dalam menghadapi suatu krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir praktisi ahli PRs dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam suatu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu.

4. Teknisi komunikasi (comunication technician)

(11)

Dari keempat peranan public relations tersebut, dapat terlihat bahwa

seorang praktisi PRs profesional seharusnya memiliki kemampuan manajerial

(managerial skill) dan kemampuan teknis (technician skill) dalam berkomunikasi

untuk melaksanakan fungsinya pada aktivitas dan operasional manajemen

organisasi.

James Grunig dalam buku Manager’s Guide to Excellent in Public

Relations and Communication Management mengidentifikasi empat tipe atau

model komunikasi yang diterapkan PRs dalam melaksanakan peran atau

fungsinya bagi organisasi. Empat model komunikasi PRs tersebut adalah:

1. Model Press Agentry

Model Press Agentry adalah model komunikasi public relations di mana informasi bergerak satu arah (one way communication) dari organisasi kepada publiknya. Ini adalah bentuk tertua dari public relations. PRs lebih banyak melakukan propaganda atau kampaye melalui komunikasi satu arah dengan tujuan publisitas yang menguntungkan secara sepihak, khususnya menghadapi media massa dan dengan mengabaikan kebenaran informasi sebagai upaya untuk menuutupi unsur-unsur negatif dari perusahaan. Model ini sama bersinonim dengan promosi dan publisitas.

2. Model Public Information

Dalam model Public Information, PRs bertindak sebagai journalist in resident. Berupaya untuk membangun kepercayaan terhadap organisasi melalui komunikasi satu arah, bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak, dan tidak mementingkan persuasif. Biasanya dilakukan oleh PR pemerintah dan PR organisasi non profit.

3. Model Two-Way Asymetric

Dalam model ini, komunikasi berperan untuk pengumpulan informasi tentang publik untuk pengambilan keputusan manajemen. Melalui model ini, PRs dapat membantu organisasi mempersuasi publik untuk berpikir dan berperilaku seperti yang dikehendaki organisasi. Dalam model ini, PRs menggunakan metode ilmiah untuk mengukur sikap publik, sehingga organisasi dapat mendesain program yang bisa mendapatkan dukungan publik. Namun informasi dari publik tidak digunakan untuk memodifikasi tujuan, misi, kebijakan, atau prosedur-prosedur yang dilakukan organisasi. Sehingga organisasi tetap memposisikan diri di atas publiknya.

4. Model Two way Symetric

(12)

Tabel 2.1

Model Public Relations

Chracteristic Press

Purpose Propaganda Dissemination

of information

Sumber: Wilcox, hal 50.

Pada model 1 dan 2, pihak perusahaan tidak memerlukan perubahan sikap,

nilai-nilai atau tindakan-tindakan tertentu, tetapi tugas dan kewajiban PRs adalah

untuk menciptakan pemenuhan kepatuhan dan persuasif dari pihak publik sebagai

khalayak sasarannya. Sedangkan pada model 3 dan 4, pihak perusahaan bertujuan

untuk membujuk secara ilmiah (scientific persuasion) dan membangun saling

pengertian (mutual understanding) antara pihak organisasi dan khalayaknya.

Menurut Grunig, dalam praktiknya para manajer PRs mempraktikkan

model 3 dan 4. Sedangkan sebagai teknisi PRs, praktik PRs dilihat sebagai ajang

kreativitas, seni dan kegiatan kerja dalam melakukan fungsi dan peran PRs,

(13)

6.1.2 Press release

Press release atau yang dikenal dengan istilah news release atau siaran

pers adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh PRs suatu organisasi

atau perusahaan yang disampaikan kepada pengelola pers/redaksi media massa

(TV, radio, surat kabar, majalah) untuk dipublikasikan dalam media massa

tersebut (Soemirat, 2004:54). Press release mesti dikelola dengan sebaik

mungkin, karena itu adalah jantungnya publisitas. Ini adalah cara paling sederhana

dan murah untuk menggapai pemberitaan media.

Thomas Bivins menyebutkan ada tiga jenis press release yang didasarkan

pada penekanan informasi (key-issue) yang ditampilkan, yaitu:

a. Basic Publicity Release

Basic Publicity Release mencakup berbagai informasi yang terdapat di

dalam suatu organisasi/perusahaan yang memiliki berbagai nilai berita

untuk media lokal, regional, atau pun nasional. Misalnya seperti kegiatan

CSR perusahaan, special event, dan lain lain.

b. Product Release

Product Release mencakup transaksi tentang target suatu produk khusus

atau produk regular lainnya untuk suatu publikasi perdagangan di dalam

suatu industri. Release ini berisi informasi tentang produk perusahaan,

misalnya launching product, perubahan nama produk, dan lainnya.

c. Financial Release

Financial Release digunakan terutama dalam membina hubungan dengan

pemegang saham. Misalnya seperti laporan keuangan perusahaan yang

dimuat di surat kabar lokal atau nasional. Informasi ini akan menjadi

penilaian publik tentang kredibilitas perusahaan (Soemirat, 2004:54).

Seorang Public Relations Officer yang profesional harus memiliki

keahlian menulis. Kriyantono (2008:149) menyebutkan ada beberapa teknik

praktis menulis press release yang dapat digunakan PRs dalam menulis

tulisannya. Teknik penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menentukan satu tema (key issue atau news value)

Public RelationsOfficer harus menentukan tema sentral atau materi pokok

(14)

maka materi pokok tulisan harus mengandung news value. Pada dasarnya,

tulisan yang mengandung news values berarti memiliki ‘nilai jual’ bagi

orang lain. Tulisan yang mengandung nilai jual antara lain karena tulisan

tersebut memiliki keterkaitan dengan kebutuhan pembaca, sesuatu yang

disukai pembaca, memperhatikan kepentingan pembaca, dan dapat

menarik perhatian pembaca.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penting bagi seorang Public

Relations Officer untuk memilih dan membuat tulisan yang mengandung

news value’ agar tulisannya dimuat di media massa. Dan nilai berita ini

dapat dilihat pada judul release.

2. Membuat sesuai pola piramida terbalik.

Public Relations Officer harus menulis sebuah press release dengan

bentuk berita langsung (straight news) dan menggunakan gaya piramida

terbalik (inverted pyramid). Alasan menggunakan piramida terbalik adalah

karena redaksi dan pembaca dikategorikan sebagai orang sibuk dan tidak

mempunyai waktu untuk membaca keseluruhan press release dan

mendapatkan berita-berita yang faktual serta membantu editor mengedit

press release tanpa harus mengurangi isi pokoknya bila press release

tersebut dipotong (Soemirat,2004:56). Bentuk piramida terbalik ini

dimulai dari membuat judul, teras berita, dan tubuh berita.

Judul atau kepala berita adalah tulisan yang pertama kali dibaca orang.

Judul adalah etalase berita. Karena itu, judul harus dikemas semenarik

mungkin sehingga orang terangsang untuk membaca. Hal-hal yang

berkaitan dengan judul:

 Judul harus menarik (eye catching). Judul harus mengandung tema

yang bisa menjual (interested-selling point).

 Judul ditulis dengan singkat dan jelas dengan komposisi huruf

yang menarik.

 Judul harus mencerminkan berita karena judul merupakan intisari

(15)

Lead atau teras berita adalah bagian yang terletak di alinea atau paragraf

pertama. Lead merupakan bagian yang paling penting karena lead

dianggap sebagai jendela berita, yang memungkinkan pembaca

mengetahui gambaran isi berita. Pada umumnya lead tidak lebih dari 35

kata dan biasanya lead mengandung unsur-unsur 5W+1H.

Body text atau tubuh berita adalah uraian lebih lengkap dari berita. Body

text berisi berbagai informasi yang mampu memperjelas atau mendukung

cerita atau berita pada lead atau penjabaran lead dengan dukungan fakta

dan data yang lebih teknis. Untuk membuat tulisan itu lebih memiliki nilai,

setelah memaparkan secara panjang lebar ide dan gagasan yang ada dalam

lead dengan format menurun mulai dari fakta penting hingga yang kurang

penting dalam body text, kini saatnya memasukkan sebuah kutipan.

Gambar II.1

Bentuk piramida terbalik

Sangat penting

Kurang penting

Sumber: Soemirat, 2004:55

3. Release harus informatif.

Public Relations Officer harus bisa menjelaskan peristiwa secara jelas dan

detail sehingga editor media memahaminya. Press release yang bersifat

informatif menampilkan fakta sosiologis (kejadian fisik) dan fakta

psikologis (kutipan pernyataan seorang company representative) serta

berkaitan dengan unsur kelengkapan berita yakni yang mencakup:

Who, menjelaskanperistiwa apa yang terjadi pada siapa, atau siapa

melakukan aksi atas siapa.

LEAD ( 5w + 1H ) BODY TEXT (Rincian Lead, Latar

Belakang dan informasi lanjutan)

(16)

What, menjelaskan apa yang tejadi atau akan terjadi.

Where, menjelaskan di mana peristiwa itu terjadi.

When, menjelaskan kapan peristiwa itu terjadi,

Why, menjelaskan mengapa peristiwa itu terjadi, alasan di balik

peristiwa

How, menjelaskan proses terjadinya peristiwa itu terjadi.

4. Hindari pesan-pesan menjual

Public Relations Officer harus menghindari pesan yang hiperbola

(membesar-besarkan fakta), kata-kata klise, jargon-jargon kosong, bohong,

promosi berlebihan (promotional puffery) dan terkesan beriklan. Dengan

kata lain, Public Relations Officer harus memberi informasi yang faktual,

tidak beropini dan menghindari gaya bahasa superlatif dan menjual.

5. Paragraf singkat

Public Relations Officer harus menulis press release dengan singkat, padat

namun jelas dan informatif. Public Relations Officer seharusnya menulis

langsung menuju sasaran dan tidak bertele-tele dalam menuliskan press

release perusahaannya. Public Relations Officer juga seharusnya

menggunakan kalimat yang sederhana dan jelas. Sederhana dapat diartikan

sebagai hemat kata dan tidak menggunakan kata-kata yang rumit dicerna.

Semakin banyak orang yang paham akan maksud kita, maka akan semakin

besar kesempatan untuk merangsanag umpan balik.

Bila ada informasi yang ingin ditambahkan, Public Relations Officer dapat

menuliskannya pada bagian terpisah atau lembar lain. Inilah yang disebut

dengan tulisan latar (backgrounders/ fact sheet). Backgrounders bersifat

melengkapi informasi yang tidak tersampaikan lewat press release.

Informasi tambahan tersebut dapat mendorong crew media untuk menggali

tulisannya supaya lebih lengkap.

6. Format penulisan

Pada umumnya, Public Relations Officer menulis press release dengan

menggunakan format standar yang dikemukakan oleh Bivins. Format

(17)

tergabung dalam suatu asosiasi. Adapun format penulisannya adalah

sebagai berikut:

1. Tipe penulisan PRL harus jelas, ditulis di kertas surat tanpa hiasan di pinggir kertasnya.

2. Margin adalah satu untuk satu dan setengah inci untuk semua bagian.

3. Alamat pengirim diletakkan di sudut kiri atas halaman pertama. Ditandai dengan blok termasuk alamat lengkap, nama contact person (biasanya orang yang menulis PRL) dan nomor telepon, nomor telepon hotline yang bisa dihubungi kapan saja, termasuk malam hari.

4. Tanggal release tertera di margin kanan, sedikit lebih ke bawah dibandingkan margin bawah alamat yang diblok.

5. Penulisan judul ditulis dalam satu spasi dan digarisbawahi. 6. Tubuh atau uraian PRL ditulis dalam dua spasi.

7. Jika lebih dari satu halaman, di bawah halaman PRL ditulis more atau lagi-lagi dan diletakkan dalam kurung atau tanda garis pisah. 8. Halaman-halaman berikutnya ditandai dengan slug-line (kode)

diikuti beberapa garis pemisah. Nomor halaman pada kiri atas. 9. Akhir dari suatu tulisan PRL ditandai dengan beberapa cara

misalnya membubuhkan kata “end” atau tamat atau dengan menggunakan angka “-30-“ atau simbol ##### (Soemirat, 2004: 60)

7. Pilih media pengiriman yang tepat

Public Relations Officer dapat mengirim press release melalui berbagai

cara. Bisa menggunakan jasa pos, mendatangi langsung media, via

faksimili, email, atau menjadi menu dalam website. Pada masa sekarang,

mayoritas Public Relations Officer menggunakan email untuk

mengirimkan press release perusahaannya ke media. Hal ini adalah

dikarenakan aplikasi internet (email) merupakan alat komunikasi yang

efektif dan efisien untuk menyebarkan publikasi perusahaan.

8. Pertimbangkan rumus tujuh unsur

Frank Jefkins dalam bukunya Essentials of Pubic Relations

mengemukakan the seven point formula dalam pembuatan press release,

yaitu unsur-unsur yang harus ditulis dalam sebuah press release. Ketujuh

unsur tersebut merupakan upaya pengecekan bahan material informasi

atau berita, penyusunan alur cerita, dan menghilangkan bahan-bahan yang

kurang penting dalam siaran berbentuk news release dan press release.

(18)

1. Subject (What is the story about?)

Seorang Public Relations Officer harus bisa menjelaskan apakah

yang menjadi berita dalam press release yang dibuatnya. Apakah

itu tentang kegiatan special events, launching product, kegiatan

CSR, dan lain-lain.

2. Organizations (What is the name of the organization?)

Seorang Public Relations Officer harus mencantumkan nama

organisasi atau perusahaan yang menjadi sumber dari pemberitaan

atau informasi tersebut dalam news/press release.

3. Location(What is the location of the organization?)

Seorang Public Relations Officer juga harus menyebutkan dimana

lokasi atau apa nama organisasi atau perusahaan yang menjadi

sumber informasi atau pemberitaan tersebut agar media dapat

meliputnya kembali, jika diperlukan.

4. Advantage (What is specific, beneficial about the product or

service?)

Seorang Public Relations Officer juga harus menyebutkan apa

yang menjadi keutamaan, keistimewaan, dan manfaat dari produk

atau jasa layanan yang telah mereka persiapkan. Hal ini yang akan

membedakan perusahaan atau organisasi tersebut dengan para

kompetitor lainnya.

5. Application (How or by whom can the product or service be used

or enjoyed ?)

Seorang Public Relations Officer harus menyebutkan bagaimana

publik dapat menggunakan serta memanfaatkan produk atau jasa

yang akan disiarkan tersebut.

6. Details (What are the specification or detail of colours, prices,

sizes, and so on?)

Seorang Public Relations Officer harus menyebutkan apa

spesifikasi atau rincian dari produk atau jasa yang dituliskan.

7. Sources (If this different from location, or the office may be located

(19)

Seorang Public Relations Officer harus juga menyebutkan

narasumber, jikalau terdapat perbedaan dari lokasi (sumber siaran),

tetapi mungkin juga di sebuah kantor pusat.

Ada beberapa hal yang membuat press release tidak dimuat media. Ini

yang disebut sebagai kesalahan PRs dalam membuat press release, antara lain:

1. Release tidak mengandung news value.

Mark Kerstein, Redaktur Beverage-Bulletin mengatakan sedikitnya ada

95% press release berakhir di keranjang sampah karena tidak mengandung

nilai bagi media mereka dan karena tidak mengandung nilai berita (news

value). Moore menyebutkan bahwa teknik release yang demikian disebut

shotgun” yang berarti asal mengirim (Kriyantono, 2008:146).

Public Relations Officer seharusnya memperhatikan faktor-faktor yang

mengandung news value dalam membentuk sebuah press release.

Faktor-faktornya adalah sebagai berikut:

Timeliness

Unsur waktu, timeliness, atau aktualitas, menempati urutan paling

utama pada media cetak yang terbit secara harian, misalnya Koran

atau surat kabar. Timeliness menekankan pada baru tidaknya atau

penting tidaknya saat peristiwa itu terjadi. Dengan kata lain, press

release tersebut harus berisikan informasi yang aktual atau hangat.

Bila peristiwa baru terjadi maka release tersebut bernilai berita.

Contohnya seperti berita tentang kematian seseorang negarawan

akibat pembunuhan orang tak dikenal. Meski telah terjadi bulan

lalu, tetap bisa menjadi berita hangat kembali tatkala si pelaku

pembunuhan tertangkap.

Proximity

Proximity menekankan pada jauh dekatnya peristiwa dari orang

yang mengikuti beritanya. Kedekatan ini bisa secara fisik dan

psikologis. Misalnya seperti berita tentang suatu kejadian yang

terjadi di Aceh tidak begitu menarik bagi pembaca di Jakarta dan

(20)

Jakarta apabila si pembaca berasal dari Aceh, lebih-lebih dari

tempat yang sangat dekat dengan tempat kejadian.

Prominence

Prominence menekankan pada besar-kecilnya ketokohan orang

yang terlibat pada peristiwa. Sebuah peristiwa akan diberitakan jika

mengandung unsur kemasyuran (ketenaran). Misalnya seperti berita

tentang M Rashid Amirullah Rajasa, anak Menteri Perekonomian,

Hatta Rajasa yang diberitakan mengalami kecelakaan bahkan

sampai menewaskan 2 orang korban.

Human interest

Human interest menekankan pada menarik atau tidaknya peristiwa

bila dipandang dari segi ragam cara hidup manusia. Peristiwa yang

menarik perasaan orang atau membuat orang bersimpati dan empati.

Misalnya seperti pemberitaan kisah seorang Tenaga Kerja Wanita

(TKW) dari Indonesia yang bekerja di manca negara, baik yang

sukses maupun mengalami nasib buruk alias gagal, bisa diangkat

menjadi berita yang menarik, karena mengandung unsur human

interest yang cukup kuat.

Consequences

Consequences menekankan pada besar-kecilnya dampak peristiwa

tersebut yang dapat mempengaruhi aktivitas keseharian masyarakat.

Misalnya seperti pemberitaan tentang kenaikan harga BBM yang

sangat mempengaruhi aktivitas keseharian masyarakat. (Iriantara,

2006:81).

2. Teknik penulisan release yang jelek

Press release sering sekali ditulis dengan tidak baik, misalnya seperti

tata bahasa yang kurang baik, kalimat yang membingungkan,

berbelit-belit, sulit dipahami, penulisan judul dan lead kurang baik, susunan

penulisannya tidak terstruktur (misalnya tidak menggunakan model

piramida terbalik), tidak lengkap unsur 5W+1H. Menurut Murphy dan

Hildebrant, ada 7 prinsip yang harus dipegang untuk membuat sebuah

(21)

Completness, yakni komunikator memberikan informasi selengkap

mungkin kepada komunikan. Informasi yang lengkap akan

memberikan ketenangan, kepercayaan, dan kepastian.

Conciseness, yakni komunikator menyampaikan pesan melalui

kata-kata yang singkat, padat dan jelas.

Concretness, yakni pesan yang dikomunikasikan disusun secara

spesifik dan tidak abstrak.

Consideration, yakni pesan yang disampaikan hendaknya mempertimbangkan situasi atau keadaan khalayak. Dengan kata

lain, kalimat, gaya bahasa, gaya penulisan dibuat secara sistematis

agar khalayak dapat memahami pesan yang disampaikan dalam

kondisi apapun dan agar khalayak dapat mudah memahami pesan.

Clarity, yakni pesan yang dikomunikasikan disusun dalam kalimat

yang mudah dipahami komunikan.

Courtesy, yakni pesan yang disampaikan hendaknya tidak menyinggung perasaan komunikan.

Correctness, yakni pesan yang disampaikan hendaknya dibuat

secara cermat. Misalnya seperti memperhatikan tata bahasa

(gramatikal) yang baik dan benar. (Iriantara, 2006:65-66)

3. Release salah media dan salah sasaran

Public Relations Officer harus mempertimbangkan terlebih dahulu

bagaimana karakteristik khalayak dari media yang akan digunakannya.

Karena setiap media mempunyai karakteristik khalayaknya masing-masing

dan mempunyai kemampuan menghasilkan efek (pengaruh) yang berbeda.

Dengan demikian, press release harus relevan dengan visi dan misi media,

kepentingan khalayak media dan segmen sasaran. Release harus fokus

pada sasaran yang jelas. Public Relations Officer harus bisa memilih

media yang sesuai dengan sasaran release.

4. Terlalu sering mengirim release

Public Relations harus mengatur kapan waktu terbaik mengirim release.

(22)

tidak terlalu jauh dari hari H kegiatan, misalnya H-3 atau H-1 kegiatan.

Selain itu, Public Relations Officer juga sebaiknya tidak terlalu sering

mengirim release karena khalayak dan redaksi akan jenuh. Kuantitas yang

baik untuk mengirimkan press release adalah minimal satu bulan satu kali.

Kualitas penulisan lebih penting daripada kuantitas pengiriman.

(www.prlog.org).

5. Release terkesan sebagai alat promosi langsung

Public Relations Officer sering terjebak berpromosi secara langsung saat

menulis release. Public Relations Officer seharusnya memposisikan

dirinya sebagai wartawan saat menulis release.

6.1.3 Citra

Citra merupakan aset terpenting dari suatu perusahaan atau organisasi.

Citra inilah yang menjadi fokus utama seorang PRs, bagaimana menjaga dan

meningkatkan citra atau image perusahaan menjadi agenda yang penting bagi

seorang Public Relations Officer (Soemirat 2004:112). Citra adalah bagaimana

pihak lain memandang suatu perusahaan, seseorang, suatu komite atau suatu

aktivitas.

Frank Jefkins mengatakan bahwa citra adalah kesan seseorang atau

individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan

pengalamannya. Citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan

pengertian sesorang tentang fakta-fakta atau kenyataan. Jalanuddin Rakhmat

menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus

sesuai dengan realitas. Walter Lippmann menyebutkan citra sebagai the picture in

our head (Ardianto, 2011:62). Sedangkan Siswanto Sutojo mendefenisikan citra

sebagai pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perseorangan, benda

atau organisasi. Citra dianggap sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri

perusahaan atau organisasi. Persepsi ini didasari atas apa yang mereka ketahui

atau yang mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan (Sutojo, 2004: 1).

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa citra adalah tujuan utama

dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia

(23)

yang baik dan kuat mempunyai manfaat seperti menjadi perisai selama masa

krisis, menjadi daya tarik eksekutif handal, meningkatkan efektifitas strategi

pemasaran, penghematan biaya operasional, serta merupakan daya saing jangka

menengan dan panjang yang mantap (Sutojo, 2004: 3).

Wujud dari citra ini dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk

seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya

datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya.

Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya

rasa hormat, kesan-kesan baik dan menguntungkan terhadap citra perusahaan.

Biasanya landasan citra itu berakar dari ”nilai-nilai kepercayaan” yang konkretnya

diberikan secara individual, dan merupakan pandangan atau persepsi serta

terjadinya proses akumulasi dari amanah kepercayaan yang telah diberikan oleh

individu – individu tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk

membentuk suatu opini publik yang lebih luas dan abstrak, yaitu sering

dinamakan citra (image).

Ada empat hal dalam mengukur suatu citra perusahaan yaitu:

1. Kepercayaan

Kesan dan pendapat atau penilaian positif khalayak terhadap suatu perusahaan.

2. Realitas

Realistis, jelas terwujud, dapat diukur dan hasilnya dapat dirasakan serta dapat dipertanggungjawabkan dengan perencanaan yang matang dan sistematis bagi responden.

3. Terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan

Yaitu saling memberikan keuntungan sesama pihak bagi perusahaan maupun khalayak.

4. Kesadaran

Adanya kesadaran khalayak tentang perusahaan dan perhatian terhadap produk yang dihasilkan (Roeslan, 1999:25).

Frank Jefkins, membagi citra menjadi lima jenis, yaitu :

1. Citra bayangan (mirror image)

Citra bayangan adalah citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan –biasanya para pimpinan- yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar (Ruslan, 2008:77).

2. Citra yang berlaku (current image)

(24)

ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh penganut atau mereka yang mempercayainya (Anggoro, 2000:60).

3. Citra harapan (wish image)

Citra harapan adalah citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra harapan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang sebenarnya. Secara umum, yang disebut sebagai citra harapan itu memang sesuatu yang berkonotasi lebih baik. Citra harapan biasanya dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang relatif baru, yakni ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai (Anggoro, 2008:61).

4. Citra perusahaan (corporate image)

Citra perusahaan adalah citra yang muncul dari suatu organisasi secara keseluruhan, bukan hanya dari citra produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini trebentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra perusahaan antara lain adalah mencakup sejarah atau riwayat hidup perusahaan, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, kinerja dan keberhasilan perusahaan, hubungan yang baik dengan stakeholders, dan sebagainya (Anggoro, 2008:62).

5. Citra majemuk (multiple image),

Citra majemuk yaitu citra yang muncul dari banyaknya jumlah individu, cabang atau perwakilan dari perusahaan atau organisasi namun belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Variasi citra tersebut harus ditekan seminim mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus ditegakkan untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan (Anggoro, 2008:68).

Menurut Siswanto Sutojo (2004), ada tiga jenis citra yang dapat

ditonjolkan perusahaan, yakni:

1. Citra eksklusif, yaitu citra yang menonjol karena memiliki kemampuan untuk menyajikan berbagai macam manfaat terbaik kepada konsumen dan pelanggan.

2. Citra inovatif, yaitu citra yang menonjol karena perusahaan tersebut menyajikan produk baru yang model dan desainnya tidak sama dengan produk sejenis yang beredar di pasaran.

3. Citra murah meriah, yaitu citra yang ditonjolkan oleh perusahaan karena menyajikan produk dengan mutu yang baik, tapi harganya murah.

Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek, dapat diketahui

dari sikapnya terhadap objek tersebut. Solomon, dalam Rakhmat (Soemirat dan

Ardianto, 2004: 115), menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi

(25)

komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra

terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima

seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu,

tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang

lingkungan.

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan

pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoene (Soemirat dan

Ardianto, 2004: 115), dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen

sebagai berikut:

Gambar II. 2 Model Pembentukan Citra

Stimulus Respon

Rangsang Perilaku

Sumber : Soemirat dan Ardianto, 2004 : 115

Public relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam

model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang

diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri

digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap.

Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang

berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus (rangsang)

yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Empat komponen

persepsi-kognisi-motivasi-sikap diartikan sebagai citra individu terhadap

rangsang. Walter Lipman menyebut ini sebagai “picture in our head”.

Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti

tentang rangsang tersebut. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap

unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata

lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang tersebut. Kemampuan

mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi Kognisi

Persepsi Sikap

(26)

individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat

memenuhi kognisi individu.

Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus.

Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut,

sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat

mempengaruhi perkembangan kognisinya. Motivasi dan sikap yang ada akan

menggerakkan respons seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang.

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai

suatu tujuan. Sedangkan sikap adalah kecendrungan bertindak, berpersepsi,

berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap

mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang harus

pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan

diinginkan. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai

menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap juga dapat diperteguh atau

diubah. Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap,

pendapat, tanggapan, atau perilaku tertentu.

H. Frazier Moore dalam Danusaputra mengungkapkan bahwa penelitian

citra itu penting untuk menentukan sosok institusional dan citra perusahaan

dalam pikiran publik dengan mengetahui secara pasrti sikap masyarakat terhadap

organisasi, bagaimana memahami mereka dengan baik, dan apa yang mereka

sukai dan tidak sukai tentang organisasi. Penelitian citra memberi informasi

untuk mengevaluasi kebijaksanaan, memperbaiki kesalahpahaman, menentukan

daya tarik pesan hubungan masyarakat, dan meningkatkan citra hubungan

masyarakat dalam pikiran publik (Soemirat, 2004:116).

6.2Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang

dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta – fakta yang

diperoleh dari pengamatan (Kriyantono,2006:17). Konsep juga merupakan

generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk

(27)

6.3Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang menginformasikan

bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Adapun yang menjadi defenisi

operasional dalam penelitian ini adalah:

Basic Publicity

Release

Informasi yang terdapat di dalam suatu organisasi/perusahaan yang

memiliki berbagai nilai berita untuk media lokal, regional, atau

pun nasional.

Product Release Informasi yang mencakup transaksi tentang target suatu produk

khusus atau produk regular lainnya untuk suatu publikasi

perdagangan di dalam suatu industri.

Financial Release Informasi yang digunakan terutama dalam membina hubungan

dengan pemegang saham

Mirror image Citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan –biasanya para

pimpinan- yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa

mengacuhkan kesan orang luar.

Current image Citra yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.

Wish image Citra yang yang ingin dicapai oleh perusahaan dari apa yang telah

mereka lakukan.

Press

release

Jenis Release: - Basic Release - Product Release - Financial release

Citra :

(28)

Corporate image Citra yang muncul dari suatu organisasi secara keseluruhan, bukan

hanya dari citra produk dan pelayanannya tapi juga mencakup

sejarah atau riwayat hidup perusahaan, kesediaan turut memikul

tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, kinerja dan

keberhasilan atau prestasi yang telah dicapai perusahaan,

hubungan yang baik dengan stakeholders, dan sebagainya

Multiple image Citra yang muncul dari banyaknya jumlah individu, cabang atau

perwakilan dari perusahaan atau organisasi namun belum tentu

Gambar

Model Tabel 2.1 Public Relations
Gambar II. 2

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga dimensi yang dilihat, dimensi behaviour (dimensi perilaku) merupakan dimensi yang perlu diperbaiki karena ada beberapa faktor yang belum mencapai level yang

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana akibat hukum putusan pailit terhadap Perseroan Terbatas, apakah direksi secara pribadi dapat dipailitkan

bank konvensional nilai minimum rasio LDR dimiliki oleh Bank Bukopin sedangkan nilai maksimum dimiliki oleh Bank Mandiri, hal ini dikarenakan nominal dari loan

Berdasarkan hasil analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia sebagaimana

Terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan tentang organ reproduksi wanita terhadap personal hygiene saat mengalami keputihan pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Tempel

Tiga kesimpulan penting yang diperoleh dari hasil kajian itu adalah: (1) pemberian pupuk kandang atau jerami tidak nyata menaikkan hasil panen padi pada pola padi-padi atau

Permintaan berasal dari rumah tangga produsen Penawaran berasal dari rumah tangga konsumen Balas jasanya berupa sewa.. Besarnya jasa dipengaruhi oleh tingkat kesuburan,

Berdasarkan informasi dari guru bimbingan konseling di MTs Wathoniyah Gintung Lor banyak siswa mengalami masalah penyesuaian diri, antara lain ditunjukkan dengan banyak siswa