• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Mengenai Pencegahan Penularan TB Paru di SMA Negeri 12 Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Mengenai Pencegahan Penularan TB Paru di SMA Negeri 12 Medan Tahun 2013"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Untuk tercapainya tumbuh kembang remaja yang optimal tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang remaja merupakan hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan sosial. Proses dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja (Hurlock, 2007).

(2)

Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan aktifitas, baik belajar, bermain atau mengembangkan diri dan kemampuan. Aktifitas remaja yang padat, membuat mereka kurang memperhatikan kebutuhan dirinya sendiri, baik asupan nutrisi yang kurang seimbang ataupun istirahat yang tidak cukup serta kurangnya remaja dalam memperhatikan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih sehat yang menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh jadi menurun, yang mengakibatkan pertahanan paru juga menurun. Seseorang yang sedang dalam kondisi tubuh tidak fit, daya tahan tubuh rendah sangat rentan terserang TB paru. Selain itu, apabila remaja tersebut merokok semakin rentan menderita TB paru, karena iritasi asap rokok yang terus menerus di saluran pernapasan. Merokok dapat mengiritasi paru‐paru yang sakit sehingga mempersulit untuk menormalkan kembali keadaannya (Dhamayanti, 2009).

(3)

perhatian, sebab bila tidak ditanggulangi akan menurunkan kualitas remaja sebagai sumber daya manusia (Depkes, 2003).

Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang di sebabkan oleh bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobackterium tuberculosis yang banyak menyerang organ paru-paru manusia yang biasa disebut TB

Paru. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi kronis menular yang dapat menyebabkan kematian dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat serta perhatian dunia dan diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh bakteri ini (Depkes, 2005).

TB Paru merupakan salah satu jenis penyakit generatif yang telah berjangkit dalam periode waktu yang lama. Hal-hal yang menjadi penyebab semakin meningkatnya penyakit TB paru di dunia antara lain karena kemiskinan, perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi, kurangnya biaya untuk berobat, meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur manusia yang hidup (Amin, 2006).

(4)

TB Paru adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB paru. Di seluruh negara angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium Tuberculosis ini pun tinggi. Tahun (2009) 1,7 juta orang meninggal karena TB paru. sementara ada 9,4 juta kasus baru TB paru, sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB paru dimana sebagian besar penderita TB paru adalah usia produktif (15-55 tahun) (Laporan Subdit TB Depkes RI, 2000-2010). World Health Organization (WHO) tahun 2011 juga melaporkan lebih dari 250 ribu remaja dibawah usia 15 tahun terserang TB paru dengan angka kematian 100 ribu remaja setiap tahunnya. Jumlah penderita TB paru pada remaja dibawah usia 15 tahun mencapai 10% hingga 12% dari seluruh jumlah kasus TB.

(5)

Menurut Depkes RI (2007), target program penanggulangan TB paru adalah tercapainya penemuan pasien baru TB paru BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB paru hingga separuhnya pada tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapai tujuan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.

Jumlah penderita

Di Sumatera Utara, penderita TB paru menempati urutan ketujuh nasional. Jumlah penderita TB Paru di Sumatera Utara pada tahun 2010 sebanyak 104.992 orang setelah dilakukan pemeriksaan dan yang diobati sebanyak 13.742 orang, serta yang sembuh sebanyak 9.390 orang atau sekitar 68,32% (Dinkes Prov.Sumatera Utara, 2010). Berdasarkan data Depkes (2010) ada lima Kabupaten/kota di Sumatera Utara pada tahun 2010 dengan jumlah penderita terbanyak berdasarkan jumlah penduduk yaitu Kota Medan sebanyak 2.397 penderita, Pematang Siantar 288, Binjai

(6)

260, Tanjung Balai 150, Tebing Tinggi 145 dan Kabupaten Deli Serdang 1.554 penderita. Kasus tuberkulosis paru di Kota Medan tahun 2010 tercatat sebanyak 918 orang dengan prevalensi 45,9 per 100.000 penduduk. Berdasarkan survei dari jumlah tersebut, kota Medan merupakan yang terbesar penderitanya bila dibandingkan dengan jumlah penduduk dari tiap kab/kota dengan jumlah penderita sebanyak 10.653 orang yang positif setelah dilakukan pemeriksaan dan yang diobati sebanyak 1.960 orang, yang sembuh sebanyak 790 orang (Dinkes Kota Medan, 2010). Dibandingkan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, jumlah penderita tuberkulosis paru di Kota Medan cukup tinggi, hal ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti perilaku masyarakat, keluarga, penderita, lingkungan dan kondisi rumah (Dinkes Prop.Sumatera Utara, 2010).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Medan tahun 2012, kasus TB paru di puskesmas Helvetia mulai dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, mulai tahun 2010 dengan kasus BTA positif 74 orang, BTA negatif 16 orang, ekstra paru 1 orang, dan yang diobati 91 orang. Pada tahun 2011 kasus BTA positif 67 orang, pasien yang kambuh 2 orang, BTA negatif 3 orang dan kasus ekstra paru 1 orang. Pada tahun 2012 BTA positif 90 orang, BTA negatif 15 orang dan ekstra paru 1 orang. Pada tahun 2013 kasus BTA positif 27 orang, BTA negatif 12 orang dan kasus ekstra paru 1 orang.

(7)

disebabkan oleh banyak faktor. Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR (multi drugs resistance), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi penanggulangan tuberkulosis di Indonesia

Masih kurangnya pengetahuan mengenai bahaya TB paru serta pelayanan kesehatan yang tersedia, membuat jumlah pasien yang dapat menjangkau layanan TB paru masih relatif rendah. Dalam konteks TB paru, ditemukan bahwa pengetahuan, kesadaran dan perilaku nyata warga untuk menjaga mutu asupan makanan minuman yang bergizi, menjaga sanitasi diri dan lingkungan, memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan serta berobat teratur tuntas bila terkena TB paru masih relatif rendah. Untuk itu, diperlukan pula keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan TB paru (Lembaga Koalisi untuk Indonesia Sehat, 2006).

(Depkes, 2005).

(8)

Menurut Notoatmodjo (2003) dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu upaya menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, individu agar memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku.

(9)

yang fleksibel cenderung dapat mengarah pada bias dari fasilitator, diskusi dapat didominasi oleh segelintir individu yang vokal (UNDP, 2013).

Dalam pemilihan metode promosi kesehatan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemilihan metode berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh, Hasil penelitian Harahap (2010) menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi kelompok pada perawat menunjukkan ada perubahan pengetahuan dan sikap dalam pembuangan limbah medis padat sebelum dan sesudah intervensi. Penelitian Tarigan (2010) yang dilakukan pada remaja dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok ternyata bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi.

Sekolah sebagai lingkungan sekunder setelah keluarga merupakan tempat yang efektif untuk pendidikan kesehatan bagi remaja yang umumnya masih berstatus sebagai pelajar dan mempunyai peranan yang cukup besar di dalam pelaksanaan program penyuluhan kesehatan remaja melalui metode ceramah dan metode Diskusi Kelompok Terarah (DKT) (Depkes RI, 2002). Mengingat masih banyaknya pelajar yang belum mengerti tentang pencegahan penularan TB paru, sangatlah penting untuk dilakukan ceramah dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dengan harapan dapat mengubah pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan TB paru pada remaja, dalam hal ini adalah pelajar di SMA Negeri 12 Medan menjadi lebih baik.

(10)

Kecamatan penelitian dengan pertimbangan bahwa institusi pendidikan berada pada kawasan puskesmas Helvetia yang menjadi salah satu sentra pengobatan TB paru di kota Medan dari 13 sentra yang ada. Jumlah penduduknya padat, letak puskesmas Helvetia strategis dan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, bahkan sering pasien TB paru dari Kabupaten Deli Serdang berobat ke Puskesmas Helvetia, selain itu institusi pendidikan ini letaknya dekat dengan jalan raya yang dapat memengaruhi secara langsung maupun tidak langsung pada remaja karena rentan terkena TB paru. Remaja yang berada di jalanan akan rentan untuk terinfeksi TB akibat kontak dengan sumber penyakit. Sumber penyakit ini dapat berasal dari sputum para pengendara atau pemakai jalan yang menderita TB paru. Pada siswa di SMA Negeri 12 Medan

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “pengaruh metode ceramah dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) terhadap pengetahuan dan sikap remaja mengenai pencegahan penularan TB paru di

SMA Negeri 12 Medan”.

(11)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan untuk mengetahui apakah pengaruh metode ceramah dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) terhadap pengetahuan dan sikap remaja mengenai pencegahan penularan TB paru di SMA Negeri 12 Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) terhadap pengetahuan dan sikap remaja mengenai pencegahan penularan TB paru di SMA Negeri 12 Medan.

1.4. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada perbedaan rata-rata pengetahuan remaja sebelum dan sesudah intervensi dengan metode ceramah dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) mengenai pencegahan penularan TB paru.

2. Ada perbedaan rata-rata sikap remaja sebelum dan sesudah intervensi dengan metode ceramah dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) mengenai pencegahan penularan TB paru.

(12)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa SMA Negeri 12 Medan

2. Bagi Dinas Kesehatan Kota sebagai masukan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan metode promosi kesehatan yang efektif dalam upaya penanggulangan dan pencegahan TB paru.

sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan dalam memperoleh dan menggunakan informasi kesehatan tentang pencegahan TB paru baik bagi dirinya maupun untuk diinformasikan kembali pada orang lain disekitarnya.

3. Bagi puskesmas sebagai masukan kepada pengelola program Promosi Kesehatan sebagai acuan dalam menyempurnakan program promosi kesehatan masyarakat, terutama untuk pencegahan TB paru.

Referensi

Dokumen terkait

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W3, 2017 3D Virtual Reconstruction and Visualization of

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi Konglomerasi Keuangan ini, berdasarkan Surat Kepala Eksekutif Pengawasan IKNB No.S-66/D.05/2016 tanggal 10

ditilik, ternyata konsep air sebagai penyucian tidak hanya terdapat pada Masjid tetapi juga terdapat pada makam, tetapi sepertinya konsep itu sekarang disalah

Sesuai dengan yang telah dijelaskan bahwa komponen kondisi fisik yang harus dimiliki oleh anggota UKM senam aerobik putri Unusa adalah daya tahan otot jantung,

Paket Hemat 2 terdiri dari Modul SD, SMP, Skill Count SD dan SMP, English Skill, Administrasi v.4 dengan Logo Aqila Course, Biaya bagi hasil sebesar Rp 1.000,- per siswa

Dalam percobaan ini didapatkan hasil bahwa penggunaan Abu Batu semakin besar akan menurunkan mutu dari batu bata beton ringan ini semakin turun hal bisa terjadi dikarenakan Abu

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Yogyakarta: Idea Press 2010. MetodologiPenelitianPraktis, Yogyakarta:

Diplomasi kebudayaan merupakan salah satu cara pelaksanaan diplomasi dengan menggunakan pendekatan kebudayaan, yang antara lain berarti mencoba untuk meningkatkan