BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembangunan
nasional dan perekonomian suatu negara karena pasar modal disamping sektor
perbankan, diperlukan setiap negara sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi
dunia usaha dan investasi bagi masyarakat, baik individu maupun lembaga, sehingga
tercapai suatu tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal, tingkat kemakmuran bagi
masyarakat yang tinggi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Pasar modal
harus terus dikembangkan agar makin dapat berfungsi tidak hanya sebagai wahana yang
efektif bagi pemupukan dana pembangunan tetapi juga sekaligus bagi pemerataan pemilikan
usaha oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, pasar modal merupakan salah satu
alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya.
Usman dalam Situmorang (2008) mengatakan bahwa secara teoritis pasar
modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrument keuangan
(securitas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun hutang
(bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh
perusahaan swasta (private sectors). Menurut Husnan (1998) mengatakan bahwa
panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (bonds) maupun
modal sendiri (stocks) yang diterbitkan pemerintah dan perusahaan swasta.
Pasar modal memiliki peranan yang penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama, fungsi ekonomi sebagai
sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan atau pihak yang
memerlukan dana jangka panjang tersebut (borrower) untuk mendapatkan dana dari
masyarakat pemodal (investor) atau yang memiliki dana lebih (lender). Kedua,
fungsi keuangan yakni pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat pemodal untuk
berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksadana (mutual
funds) dll. Dengan demikian, masyarakat pemodal dapat menempatkan dana yang
dimilikinya sesuai dengan karakteristik resiko (risk) dan tingkat pengembalian
(return) yang akan diterima pada masing-masing instrument.
Keputusan seorang investor dalam menanamkan investasi pada perusahaan
haruslah benar-benar tepat dan cermat karena seseorang investor tidak ingin
mengalami kerugian (loss) dalam menginvestasikan dananya di masa yang akan
datang. Namun sebaliknya investor mengharapkan adanya return sebagai anggapan
keuntungan atas dana yang diinvestasikan tersebut sesuai dengan karakteristik
investasi yang akan dipilih. Melalui banyak informasi yang tersedia di pasar modal
maka investor dapat melakukan analisis terntang perusahaan-perusahaan mana yang
Investor dapat mengetahui informasi apakah perusahaan mengalami
keuntungan ataupun kerugian pada periode sebelumnya dengan melihat laporan
keuangan perusahaaan (Tandelilin, 2001). Bagi investor, informasi dari laporan
keuangan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan,
apakah mereka akan membeli, menahan, atau menjual surat-surat berharga
(marketable securities) yang dimilkinya. Mencari tingkat pengembalian atau
keuntungan yang maksimal dari pembelian dan penjualan saham adalah tujuan utama
dari aktivitas perdagangan para investor di pasar modal.
Investor dalam menanamkan modalnya pasti akan berharap memperoleh return
saham yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu, investor membutuhkan berbagai jenis
informasi sehingga investor dapat menilai kinerja perusahaan yang diperlukan untuk
pengembalian keputusan investasi. Secara garis besar informasi yang diperlukan
investor terdiri dari informasi fundamental dan teknikal (Shidiq, 2012).
Analisis fundamental (fundamental security analysis) merupakan analisis
sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang
berhubungan dengan perusahaan / badan usaha tersebut (Halim, 2005). Data
fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis,
dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan
perusahaan / badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, inflasi,
dan sejenisnya.
datang dengan mempelajari grafik dari aksi pasar di masa lalu (Halim, 2005).
Dengan kata lain, informasi harga saham di masa yang lalu sudah dapat dipakai
untuk mengestimasi harga saham di masa yang datang karena para analis teknikal
tidak perlu lagi melakukan analisis fundamental (analisis variabel ekonomi dan
variabel perusahaan) untuk mengestimasi nilai saham. Analisis teknikal ini juga
beranggapan bahwa harga suatu sekuritas (saham) akan ditentukan oleh penawaran
dan permintaan terhadap saham tersebut.
Untuk memperoleh analisis penilaian saham yang tepat dan akurat maka
pengambilan keputusan dalam penelitian ini menggunakan analisis fundamental dan
analisis teknikal agar dapat mengurangi resiko dalam proses investasi di masa yang
akan datang. Faktor-faktor yang digunakan dalam analisis fundamental ini adalah
analisis laporan keuangan dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Sedangkan faktor
yang akan digunakan dalam analisis teknikal dalam penelitian ini adalah volume
perdagangan saham. Kedua analisis ini digunakan karena peneliti memandang bahwa
kebanyakan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya hanya memakai salah
satu dari analisis saja baik analisis fundamental atau analisis teknikal saja. Hal ini
dipandang oleh peneliti akan mengurangi keakuratan dalam pengambilan keputusan
oleh investor sehingga kedua analisis tersebut harus dilakukan secara bersamaan.
Terdapat banyak rasio keuangan yang dapat menunjukkan tingkat kinerja suatu
perusahaan, diantaranya Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Total
Price Earning Ratio (PER) dan ratio keuangan lainnya. Dari berbagai rasio keuangan
yang ada ini, peneliti hanya menggunakan ratio Earning per Share (EPS), Price
Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER). Sementara analisis teknikal
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Volume Perdagangan Saham.
Alasan dilakukan penelitian menggunakan ratio Earning per Share (EPS),
Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel
independen adalah sebagai berikut: pertama, kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih per saham dan bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan
merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang seringkali dipakai
sebagai acuan untuk mengambil keputusan investasi dalam saham (Wiguna dkk,
2008). Kedua, Debt to Equity Ratio menggambarkan sampai sejauh mana modal
pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Sedangkan alasan
dilakukan penelitian menggunakan Volume Perdagangan Saham adalah diyakini
frekuensi perdagangan saham sangat mempengaruhi jumlah saham yang beredar
(Ang, 1997).
Penelitian tentang hubungan atau pengaruh Earning per Share (EPS), Price
Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), dan Volume Perdagangan Saham
sudah pernah dilakukan sebelumnya. Dari banyak penelitian yang telah dilakukan
terdapat perbedaan tentang variabel-variabel yang dipilih dan menghasilkan
Penelitian terdahulu yang dilakukan Irmansyah (2006), Christanty (2009) dan
Savitri (2012) menyatakan bahwa variabel EPS berpengaruh signifikan dan positif
terhadap return saham. Penelitian oleh Astutik (2005) yang menyatakan bahwa
variabel EPS berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hal ini
kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nathaniel (2008) yang
menyatakan bahwa EPS berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham.
Sedangkan Hanani (2011) menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap
return saham.
Penelitian terdahulu yang dilakukan Kusumo (2005), Inayah (2007), Christanty
(2009), Savitri (2012) menyatakan bahwa variabel PER mempunyai pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap return saham. Menurut Astutik (2005), secara parsial
variabel PER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan
Darusman (2012) menyatakan hasil yang kontradiktif, hasil penelitiannya
menyatakan bahwa PER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return
portofolio saham perusahaan.
Selain variabel EPS dan PER, terdapat juga perbedaan hasil penelitian tentang
pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap return saham. Menurut Kusumo
(2005) menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian Christanty (2009), Puspitasari
(2012) dan Rahmawaty (2012) menunjukkan bahwa variabel DER berpengaruh
Gian (2011) mengatakan variabel DER hanya signifikan bila diuji secara bersamaan
dan tidak berpengaruh signifikan bila diuji secara parsial. Putri (2012) mengatakan
bahwa secara parsial bahwa suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Sedangkan Hanani (2011) mengatakan tingkat DER tidak berpengaruh
terhadap return saham secara parsial.
Sementara penelitian yang menganalisis pengaruh Volume Perdagangan
Saham terhadap return saham relatif masih sedikit. Adapun diantaranya diketahui
dalam Fuadi (2009) mengatakan volume perdagangan menunjukkan hasil positif
namun tidak signifikan terhadap return saham. Maryanne (2009) mengatakan
variabel yang berpengaruh positif terhadap harga saham yaitu volume perdagangan
saham. Maknun (2010) mengatakan variabel volume perdagangan berpengaruh
positif signifikan terhadap return saham.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian
pada beberapa peneliti sebelumnya untuk variabel penelitian yang sama. Perbedaan
hasil penelitian tersebut mendorong peneliti untuk melakukan pengujian kembali
mengenai pengaruh earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to
equity ratio (DER), dan volume perdagangan saham terhadap return saham.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnnya adalah
peneliti memilih objek penelitian pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam
oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai tolak ukur likuidasi dan kapitalisasi pasar.
Indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan
memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks
LQ45 menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan
saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan februari dan agustus).
Tujuan indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk
menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer
investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan
harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.
Perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45 menurut data idx rata-rata sejak
tahun 2008-2010 memiliki kapitalisasi pasar yang sangat besar yaitu 72,79% (2009)
dari keseluruhan kapitalisasi saham di Bursa Efek Indonesia dan juga perusahaan ini
tergolong perusahaan yang besar, bahkan raksasa, setiap tahun secara konsisten
selalu membagikan deviden dari keuntungan perusahaan juga berkontribusi langsung
terhadap Product Domestic Bruto (PDB) suatu negara. Pertimbangan lainnnya adalah
saham-saham emiten yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45 merupakan saham
yang aktif dan memiliki fundamental yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Earning per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio,
dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Return Saham Perusahaan Kategori
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan diatas, maka masalah pokok yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah
apakah earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity ratio
(DER), dan volume perdagangan saham secara parsial dan simultan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan kategori LQ45?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat Return Saham
dipengaruhi oleh tingkat earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to
equity ratio (DER), dan volume perdagangan saham secara parsial dan simultan pada
perusahaan kategori LQ45.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat untuk pengembangan ilmu
pengaruh Earning per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio,
Volume Perdagangan Saham, terhadap Return Saham.
2. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan atau gambaran
mengenai return saham. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi
masukan kepada manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja
keuangan yang diperkirakan berpengaruh terhadap return saham yaitu
Earning per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, dan
Volume Perdagangan Saham.
3. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan bermamfaat sebagai bahan pertimbangan
investor sebagai dasar pengambilan keputusan di pasar modal.
Diharapkan faktor-faktor yang telah diteliti peneliti dapat memberikan
gambaran kepada investor dalam menganalisis berapa besar return saham
yang dapat diperoleh jika dihubungkan dengan faktor-faktor yang telah