Tema3: Pangan, Gizi dan Kesehatan
STUDI KELAYAKAN KOMODITAS USAHATANI DAERAH
PERBATASAN PULAU SEBATIK KALIMANTAN UTARA
Oleh
Jangkung Handoyo Mulyo
1), Irham
1), Jumeri
2), Hani Perwitasari
1), Fatkhiyah
Rohmah
1), Ali Hasyim Al Rosyid
1)1
)Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur
Yogyakarta
2
)Departemen Teknologi Industri Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Bulaksumur Yogyakarta
Email: irhamsec2000@yahoo.com,jhandoyom@ugm.ac.id, jumerimw@ugm.ac.id,
hani.perwita@ugm.ac.id,
fatkhiyah.rohmah@gmail.com,alihasyimalrosyid@gmail.com
ABSTRAK
Kegiatan perdagangan yang dilakukan masyarakat di daerah perbatasan sudah berlangsung cukup lama. Banyak petani di daerah perbatasan menjual hasil pertaniannya ke Malaysia karena relatif dekat dan harga lebih tinggi dibanding pasar domestik. Di sisi lain, petani juga membeli barang-barang dari Malaysia. Agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal diperlukan analisis studi kelayakan dari komoditas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan komoditas yang diperdagangkan di daerah perbatasan. Penelitian dilakukan di Pulau Sebatik, menggunakan data primer dan data sekunder. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 95 responden yang ditentukan dengan metode proporsional random sampling. Data dianalisis menggunakan analisis kelayakan usaha yaitu R/C ratio dan gross margin/C ratio. Berdasarkan hasil studi kelayakan semua komoditas yang diusahakan petani di Kecamatan Sebatik layak diusahakan. Urutan tingkat kelayakan komditas yaitu Sapi, Pisang, Kakao, Kelapa Sawit, Padi, Ayam dan Kambing.
Kata kunci: Studi kelayakan, usahatani, pulau sebatik
ABSTRACT
Trade activities carried out by communities in the border areas have been going on for quite some time. Many farmers in the border area sell their crops to Malaysia because they are relatively close and prices are higher than the domestic market. On the other hand, farmers also buy goods from Malaysia. In order to obtain the maximum profit required analysis of feasibility studies of these commodities. This study objective to determine the feasibility of commodities traded in border areas. The study was conducted in Sebatik Island, using primary data and secondary data. The number of respondents in this study is 95 respondentswhich is determined by proportional random sampling method. Data were analyzed using business feasibility analysis that is R / C ratio and gross margin / C ratio. Based on the feasibility study of all commodities cultivated by farmers in Sebatik District is feasible to cultivate. The order of feasibility level of commodity is Cow, Banana, Cacao, Oil Palm, Rice, Chicken and Goat.
PENDAHULUAN
Fakta menunjukkan bahwa di wilayah perbatasan, pertanian merupakan sumberdaya lokal
utama dimana hampir semua penduduk di wilayah sangat bergantung, sementara pembangunan
pertanian beserta industrinya belum secara serius dilakukan. Akibatnya, nilai tambah produk
pertanian yang diekspor ke wilayah Malaysia menjadi sangat rendah sedangkan produk-produk
yang dibeli oleh penduduk Indonesia di wilayah perbatasan merupakan hasil industri dengan nilai
tambah yang tinggi. Hasil kajian BPTP dan Bappeda Propinsi Kalimantan Barat tahun 2005
menunjukkan bahwa neraca perdagangan komoditas pertanian di wilayah perbatasan secara total
masih defisit dengan angka sebagai berikut:
Perbatasan Sajingan-Biawak: defisit Rp 12.623.728.500 Perbatasan Jagoibabang-Serikin: defisit Rp 5.650.417.067 Perbatasan Entikong-Tebedu surplus Rp 4.563.191.644
Maka, di tengah hiruk pikuknya perdagangan internasional yang penuh dengan persaingan dan
proteksi terhadap produk dalam negeri masing-masing negara, harus ada upaya serius untuk
melindungi masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia dengan kebijakan yang tepat dengan dua
pilihan: (1) meningkatkan nilai tambah produk lokal yang diekspor ke negara tetangga, atau (2)
membangun industri substitusi produk yang diimpor dari negara tetangga. Jika sektor pertanian
menjadi sektor strategis di wilayah perbatasan, maka pembangunan pertanian (dan pangan) beserta
industri agribisnis menjadi mutlak dilakukan. Hal tersebut didukung oleh Sabran dkk. (2006) dalam
rangka pembangunan nasional secara menyeluruh, pemerintah telah menetapkan sektor pertanian
sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi karena Indonesia masih tergolong negara agraris.
Kalimantan Utara adalah propinsi baru yang merupakan pemekaran dari propinsi Kalimantan
Timur. Terdapat dua kabupaten di Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia
yaitu Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan dimana pulau Sebatik menjadi salah satu
kecamatan dari Kabupaten Nunukan ini. Uniknya, status kepemilikan pulau itu terbagi dua,
wilayah utara pulau itu seluas 187,23 Km2, menjadi milik Malaysia, sedang wilayah bagian selatan
seluas 246.61 Km2 adalah milik Indonesia. Di Desa Aji Kuning Pulau Sebatik, sedikitnya terdapat
300 kepala keluarga yang berada tepat di garis perbatasan Indonesia dan Malaysia (Ningsih, 2015).
Oleh sebab itu peningkatan nilai tambah produk pertanian masyarakat di wilayah perbatasan Pulau
Sebatik, Kalimantan Utara menjadi sangat penting dalam rangka meminimalkan kesenjangan
ekonomi termasuk defisit neraca perdagangan dengan masyarakat di wilayah Malaysia. Untuk itu
formulasi kebijakan yang tepat menjadi sangat penting, yakni dalam rangka pengembangan
pertanian di Pulau sebatik sehingga diperlukan analisis kelayakan untuk mengetahui kelayakan
masing-masing komodias pertanian di Pulau Sebatik.
kelayakan layer unggas di Kalimantan Timur berdasarkan analisis keuangan. Penelitian dilakukan
dengan metode survei. Sampel terdiri dari peternak layer di Samarinda dan Kutai Kartanegara pada
skala bisnis berbasis. Sampel yang diambil oleh produser "purposive sampling" berdasarkan
kriteria kepemilikan skala yang skala 5000 lapisan dan 9000 lapisan. Analisis data yang digunakan
dalam kriteria investasi dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unggas
lapisan di Kalimantan Timur adalah layak dan menguntungkan. Skala 5000 lapisan memiliki NPV
sebesar Rp 232.226.621,82; Net B / C rasio adalah 2,27; IRR 47%, dan payback period 2 tahun 3
bulan. Skala 9000 lapisan memiliki NPV sebesar Rp 2.698.694.890,04; Rasio B / C bersih adalah
1,53, IRR adalah 30%, dan payback period 2 tahun 10 bulan. Analisis sensitivitas menunjukkan
bahwa jika kenaikan biaya produksi, penurunan produksi telur, atau penurunan pendapatan
sehingga layer unggas akan masih layak dan menguntungkan.
Selain penelitian yang dilakukan oleh Mariyah, Awami (2012) juga melakukan penelitian mengenai
kelayakan namun penelitian juga dilengkapi dengan analisis nilai tambah. Penelitian bertujuan
untuk (1) mengetahui besarnya nilai tambah serta kelayakan usaha pengolahan jagung pada industri
rumah tangga di Kabupaten Grobogan, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
tambah pada industri Rumah Tangga pengolahan jagung, (3) mengetahui kontribusi usaha Rumah
Tangga olahan jagung terhadap total pendapatan Rumah Tangga, (4) merumuskan strategi
pengembangan industri Rumah Tangga olahan jagung di Kabupaten Grobogan. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini, analisis nilai tambah menurut Hayami, analisis kelayakan usaha,
analisis regresi linier berganda dengan model fungsi produksi Cobb Douglas untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah olahan jagung dan Analisis SWOT. Nilai tambah
dari proses pengolahan jagung menjadi emping adalah sebesar Rp. 4.574 per kilogram dan
untuk marning sebesar Rp. 2.823 per kilogram. Total penerimaan rata-
rata selama produksi 1 bulan untuk usaha olahan emping jagung sebesar Rp.5.264.225 dengan
keuntungan rata-rata adalah sebesar Rp.732.692. Usaha olahan marning jagung rata-rata total
penerimaan per periode produksi 1 bulan sebesar Rp.5.583.888 dengan keuntungan rata-rata
adalah sebesar Rp. 444.230. Nilai RC ratio untuk usaha emping jagung adalah sebesar 1,18 dan
nilai RC ratio untuk usaha marning jagung adalah sebesar 1,09. BEP unit untuk usaha olahan
emping jagung adalah sebesar 29,38 kilogram dan BEP unit untuk usaha olahan marning jagung
adalah sebesar 65,35 kilogram.
Dengan potensi yang dimiliki Kecamatan Sebatik diperlukan studi kelayakan komoditas yang
diusahan oleh masyarakat untuk memperoleh keuntungan maksimal. Oleh sebab itu penelitian ini
METODE PENELITIAN
Kajian ini di laksanakan di Kecamatan Sebatik.Jenis data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 95 responden yang ditentukan
melalui metode proporsional random sampling.Studi kelayakan dilakukan dengan analisis sebagai
berikut:
a . Revenue–CostRatio(R/C Ratio)
R/C Ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan per tahun dengan modal produksi
tahunan, persamaannyasebagai berikut:
R/C = Jumlah penerimaan/ Modal Produksi
Dari perhitungantersebutapabiladiperoleh:
R/C Ratio >1, maka usahalayak diteruskan.
R/CRatio <1,makausahatidaklayak diteruskan.
R/CRatio= 1,makausahaakancukup menutupibiayadan innvestasiselama umur usaha.
b. Benefit–CostRatio(B/C Ratio)
B/C Ratio merupakanperbandingan antara keuntungan penjualanper tahun dengan modal produksi
tahunan, persamaannyasebagai berikut:
B/C = Keuntungan penjualan/ Modal Produksi
Dari perhitungantersebutapabiladiperoleh:
B/C Ratio >1, maka usahalayak diteruskan.
B/CRatio <1,makausahatidaklayak diteruskan.
B/CRatio= 1,makausahaakancukup menutupibiayadan innvestasiselama umur usaha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis R/C Ratio
Analisis R/C ratio digunakan untuk menguji seberapa jauh nilai rupiah yang digunakan dalam
kegiatan cabang usahatani yang memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya.
Semakin tinggi nilai R/C ratio berarti semakin besar penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah
yang dikeluarkan dan semakin baik kedudukannya dalam usahatani. Suatu usahatani dinilai layak
apabila memilki nilai R/C ratio lebih dari satu atau sama dengan satu (Hernanto, 1991).
Tabel 1. Analisis Kelayakan Finansial Komoditas Unggulan Pulau Sebatik
Indikator Kelayakan
Komoditas
Dapat diketahui berdasarkan Tabel 1 bahwa nilai R/C ratio atas biaya tunai untuk usahatani
padi adalah sebesar 3,812. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh
petani akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,812. Sedangkan untuk usahatani pisang nilai
R/C ratio yang dihasilkan adalah sebesar 8,866, artinya bahwa setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarka untuk kegiatan usahatani pisang dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 8,866.
Usahatani kelapa sawit yang ada di Pulau Sebatik berdasarkan tabel diatas memiliki nilai R/C ratio
sebesar 6,135 nilai ini memiliki makna bahwa setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam
usahatani kelapa sawit mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp 6,135. Selanjutnya adalah
nilai R/C ratio untuk usahatani kakao sebesar 7,469 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya
yang dikeluarkan untuk biaya usahatani kakao dapat menghasilkan penerimaan usahatani sebesar
Rp 7,469.
Untuk komoditas ternak ada tiga komoditas unggulan yang dikembangkan masyarakat di
Pulau Sebatik yaitu ayam, kambing dan sapi. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai
R/C ratio untuk ayam sebesar 3,236 artinya bahwa petani setiap mengelurakan biaya sebesar satu
rupiah mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,236. Sedangkan untuk kambing nilai R/C
ratio tidak diketahui, karena selama ini masyarakat memelihara kambing dengan dibiarkan di
dalam kebun sehingga petani tidak mengeluarkan biaya untuk memelihara kambing tersebut.
Komoditas sapi adalah komoditas yang memiliki nilai R/C ratio yang paling tinggi yaitu sebesar
22,633 artinya bahwa setiap 1 rupiah biaya yang dikelurakan petani akan mengahasilkan
penerimaan sebesar Rp 22,633.
Adapun yang menyebabkan besarnya nilai R/C ratio adalah karena besarnya nilai
penerimaan yang didapatkan. Berdasarkan tabel diatas dapat dketahui bahwa semua komoditas
yang dikembangan di Pulau Sebatik layak untuk dilakukan kecuali komoditas kambing. Akan tetapi
perlu diketahui bahwa tidak diketahuinya nilai dari R/C ratio kambing adalah karena tidak ada
biaya yang dikeluarkan oleh petani bukan karena tidak adanya penerimaan yang didapatakan oleh
petani.
B. Gross Margin/C
Tabel 2. Analisis Kelayakan Finansial Komoditas Unggulan Pulau Sebatik
Indikator Kelayakan
Komoditas
Padi Pisang Kelapa Sawit Kakao Ayam Kambing Sapi
Gross
Margin/C 2,812 7,866 5,135 6,469 2,236 0,000 21,633
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Pada metode penelitian metode yang digunakan merupakan B/C ratio. Metode ini
dimodifikasi menjadi Gross Margin/C. Hal tersebut dikarenakan tanaman ditanaman secara
padi adalah sebesar 2,812 berarti jumlah laba kotor atau pendapatan adalah sebesar 2,812% dari
penerimaan. Sedangkan untuk komoditas pisang memiliki nilai gross margin/C sebesar 7,866 ratio
ini menunjukkan bahwa jumlah laba kotor atau pendapatan dari usahatani pisang sebesar 7,866%.
Komoditas kelapa sawit memiliki nilai gross margin/C sebesar 5,135 artinya bahwa ratio laba kotor
atau pendapatan yang dihasilkan oleh usahatani kelapa sawit adalah sebesar 7,866 % dari
penerimaan selebihnya itu merupakan komponen biaya yang telah dkeluarkan sebelumnya.
Komoditas kakao memiliki nilai gross margin/C sebesar 6,469%, hal ini menunjukkan bahwa
jumlah laba kotor atau pendapatan yang diperoleh dari usahatani kakao sebesar 6,469% dari
penerimaan yang didapatkan.
Komoditas peternakan yang dikembangkan oleh masayarakat di Pulau sebatik adalah
kambing, ayam dan sapi. Dari nilai gross margin/C yang disajikan di tabel dapat dilihat bahwa
untuk kambing nilai gross margin/C nya bernilai 0. Hal ini terjadi karena komoponen biaya yang
dilakukan dalam usaha peternakan kambing tidak ada, sehingga petani tidak mengeluarkan biaya
dalam beternak kambing. Untuk komoditas ayam nilai gross margin/C sebesar 2,236 artinya bahwa
jumlah laba kotor atau pendapatan yang diperoleh dari beternak ayam sebesar 2,236% dari total
nilai produksi yang didapatkan. Untuk komoditas sapi nilai gross margin/C sebesar 21,633 artinya
bahwa jumlah laba kotor atau pendapatan yang diperoleh dari beternak sapi sebesar 21,633% dari
total nilai produksi yang didapatkan. Semakin tinggi nilai gross margin/C maka semakin baik pula
usahatani yang dilakukan. Karena semakin tingginya nilai produksi yang didapatkan dibandingkan
biaya yang dikelurkan untuk melakukan usahatani tersebut.
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi kelayakan semua komoditas yang diusahakan petani di Kecamatan Sebatik
layak diusahakan. Urutan tingkat kelayakan komoditas yaitu Sapi, Pisang, Kakao, Kelapa Sawit,
Padi, Ayam dan Kambing.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan studi kelayakan komoditas unggulan yang dapat
dikembangkan berbasis Community Based Enterprise (CBE) di Kecamatan Sebatik yaitu pisang.
Karena pisang merupakan tanaman yang sedang banyak diusahakan oleh petani dengan jumlah
luasan sekitar 3.000 Ha . Hal tersebut dikarenakan harga jual tinggi dan telah ada produk olahan
dari komoditas ini. Namun, kendala yang dihadapi yaitu pemasaran produk yang masih terbatas
karena packaging dan sertifikasi. Oleh karena itu, diperlukan pembentukan atau pengembangan
DAFTAR PUSTAKA
Awami, Shofia. 2012. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengambangan Industri Rumah Tangga Olahan Jagung di Kabupaten Grobokan. Tesis. Pascasarjana UGM.
Hendayana, Rachmat. 2003. Aplikasi Metode Location Quotien. Informatika Pertanian12 (1) : 1-20.
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Mariyah. 2010. Analisis Finansial Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur. EPP. 7 (2) : 6-13.
Ningsih. 2015. Sebatik, Pulau Terluar di Indonesia. http://nantly.mywablog.com/sebatikpulau-terluar-di-indonesia.xhtml/. Diakses pada tanggal 6 September 2015.
Sabran, S., Ramli, R., Utomo, B., Bhrehama, A., Krinawati, A. 2006. Penentuan Komoditas Unggulan Nasional di Provinsi Kalimantan Tengah dengan Menggunakan Metode Location Quotient. Jurnal Pengembangan dan Pengkajian Teknologi Pertaniain9 (1) : 1 - 9.