PENGARUH
CAPITAL ADEQUECY RATION
,
RETURN ON
ASSETS
, DANA PIHAK KETIGA DAN
NON PERFORMING
LOAN
TERHADAP PENYALURAN KREDIT
PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
Dwi Mu’allifa Rakhmadani, Masyhad, Nurul Qomari
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya rdanialfian@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh CAR, ROA DPK dan NPL secara parsial dan simultan terhadap penyaluran kredit. Serta menguji apakah NPL lebih dominan dibandingkan variabel CAR, ROA dan DPK. Analisis penelitian ini menggunkan regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji F statistik, uji T statistik, serta pembuktian dominan dengan 6 sampel perusahaan selama 5 periode dimulai tahun 2012 – 2016. Hasil dari penelitian ini yaitu CAR, ROA DPK dan NPL memiliki pengaruh secara simultan terhadap penyaluran kredit. Dalam uji parsial diketahui bahwa CAR dan DPK memiliki pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan ROA dan NPL memiliki pengaruh tidak signifikan. Dalam pembuktian dominan menunjukan bahwa CAR memiliki pengaruh dominan dan asumsi peneliti tidak terbukti.
Kata Kunci : CAR, ROA, DPK, NPL dan Penyaluran Kredit
ABSTRACT
This research aims to determine the effect of CAR, ROA DPK and NPL partially and simultaneously to the channeling of credit. And test whether NPL is more dominant than variable of CAR, ROA and DPK. This research analyzes using the multiple linear regression, classic assumption test, F test statistic, statistics T test, as well as verification dominant with six samples of the company for 5 year period starting from 2012 to 2016. The result of this research is CAR, ROA DPK and NPL have influence simultaneously to credit distribution. In partial test, it is known that CAR and DPK have significant influence to credit distribution. While ROA and NPL have no significant influence. In the dominant proof indicates that CAR has a dominant influence and the researcher's assumption is not proven.
PENDAHULUAN
Dalam perekonomian modern yang sudah memasukin era MEA sangat
dibutuhkan suatu lembaga yang memiliki peranan besar dalam meningkatkan
perkembangan ekonomi suatu negara. Salah satu lembaga keuangan yang
mempunyai peranan meningkatkan perekonomian adalah perbankan. Menurut
Undang-undang No. 10/1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa “Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dengan demikian, dalam uraiannya dapat diketahui bahwa usaha bank meliputi 3 kegiatan, yaitu
menghimpun dana, menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank serta
memberikan jasa bank lainnya merupakan kegiatan pendukung.
Pemberian kredit adalah aktivitas bank yang paling utama dalam
menghasilkan keuntungan, namun memiliki risiko yang terbesar dalam bank juga
bersumber dari pemberian kredit. Sehingga pemberian kredit harus diawasi dengan
manajemen risiko yang ketat. Dalam Undang - Undang No.10/1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit
surplus dengan unit defisit, dan sumber dana bank berasal masyarakat sehingga
secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
kredit.
Sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit
dalam bentuk pendapatan bunga (Dendawijaya, 2009). Penyaluran kredit bertujuan
untuk meningkatkan nilai kekayaan bank, dan bahkan laju atau tidaknya
perekonomian di Negara Indonesia masih sangat bergantung pada kredit bank itu
sendiri. Dengan naiknya kredit yang ditawarkan akan mendorong tumbuhnya
investasi baru dan ekspansi usaha, menaikkan output industri, sekaligus menciptakan
DPK dan SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit
perbankan. Sementara CAR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit perbankan (Murdiyanto, 2012). Variabel NPL dan CAR memiliki
pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan variabel ROA memiliki
pengaruh yang tidak singnifikan terhadap penyaluran kredit pada Bank Umum
(Tuwaty, 2014).
Variabel DPK dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
penyaluran kredit. Variabel NPL, suku bunga kredit, dan BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap tingkat penyaluran kredit, sedangkan variabel ROA tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat penyaluran kredit (Purba dkk, 2016). DPK
berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit, ROA, inflasi, dan suku
bunga SBI berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penyaluran kredit pada bank
umum (Sari dan Nyoman, 2016).
Perbedaan hasil penelitian yang terjadi diatas menarik untuk diteliti dan diuji
kembali kebenarannya. Oleh karena itu penelitian ini akan menguji
pengaruh-pengaruh variabel internal bank umum yang meliputi DPK, ROA, NPL, dan CAR
terhadap penyaluran total kredit. Ditentukannya objek penelitian bank umum periode
tahun 2012 - 2016 karena LDR rata-rata bank umum masih berada dibawah harapan
Bank Indonesia yang sebesar antara 78%-100%. Dari permasalahan tersebut maka
dapat diturunkan pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:
1. Apakah variabel CAR, ROA, DPK, dan NPL memiliki pengaruh secara simultan
(serentak) tehadap penyaluran kredit pada bank umum yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ?
2. Apakah variabel CAR, ROA, DPK, dan NPL memiliki pengaruh secara parsial
tehadap penyaluran kredit pada bank umum yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?
3. Antara variabel CAR, ROA, DPK, dan NPL, variabel manakah yang memiliki
pengaruh dominan terhadap penyaluran kredit pada bank umum yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia ?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor apa sajakah
faktor yang dapat memacu atau meningkatkan pertumbuhan kredit itu sendiri. Yang
dapat diperinci sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel CAR, ROA, DPK, NPL memiliki
pengaruh secara simultan (serentak) tehadap penyaluran kredit pada bank umum
yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel CAR, ROA, DPK, NPL memiliki
pengaruh secara parsial tehadap penyaluran kredit pada bank umum yang
terdaftar di bursa efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui variabel CAR, ROA, DPK, NPL, variabel manakah yang
memiliki pengaruh dominan tehadap penyaluran kredit pada bank umum yang
terdaftar di bursa efek Indonesia.
Kemampuan bank mengelola resiko kredit secara aman, efektif dan efisien
serta mengawasi mutu kredit yang telah disalurkan secara cermat, merupakan fondasi
di atas mana kegiatan operasi bisnis mereka bertemu.Tanpa pondasi yang kuat, tidak
mungkin kegiatan operasi bank yang bersangkutan dapat berkembang secara sehat. Dalam bukunya “Bank Management, Text and Cases” yang diterbitkan oleh
John Wiley & Son, Toronto, Canada menyatakan kesalahan dasar bank-bank umum
yang menyebabkan mutu kredit yang mereka salurkan tidak dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga menimbulkan resiko tinggi untuk berkembang ke
arah kredit bermasalah adalah sebagai berikut:
a. Kurang perhatian terhadap penyusunan kebijaksanaan kredit.
b. Terlalu murah hati kepada debitur dalam penentuan jangka waktu dan
persyaratan kredit.
c. Pelaksanaan kebijakan kredit sering diabaikan.
d. Mengkonsentrasikan penyaluran kredit pada sektor-sektor usaha yang rawan
kondisinya.
e. Pengawasan dan supervisi pimpinan bank terhadap para petugas kredit terlalu
lemah.
f. Jumlah kredit yang disalurkan jauh diatas kemampuan bank untuk
g. Kemampuan bank dalam mendeteksi gejala timbulnya kredit bermasalah terlalu
lemah.
h. Minimnya pengetahuan bank atas perkembangan kondisi keuangan dibitur
terutama likuiditas keuangan mereka.
Kredit perbankan dapat tumbuh dengan cepat dipicu oleh beberapa faktor (Dell’Ariccia, et al., 2012) yaitu : 1) bagian dari fase normal suatu siklus bisnis , 2) adanya liberalisasi di sektor keuangan, dan 3) aliran modal masuk yang tinggi.
Sebagaimana dijelaskan dalam Dell Ariccia (2012), dalam kondisi normal,
sejalan dengan meningkatnya perekonomian domestik, umumnya kredit akan tumbuh
lebih cepat. Hal ini dipicu oleh kebutuhan untuk investasi perusahaan baik dalam
bentuk investasi baru maupun penambahan kapasitas. Tingginya pertumbuhan kredit
juga dapat dipicu oleh liberalisasi di sektor keuangan yang umumnya memang
dirancang untuk meningkatkan kedalaman sektor keuangan. Faktor lain yang turut
berkontribusi terhadap peningkatan kredit adalah adanya aliran modal masuk. Aliran
modal masuk akan meningkatkan penawaran dana oleh perbankan yang pada
akhirnya meningkatkan pertumbuhan kredit. Berbeda dengan tiga yang pertama,
pertumbuhan kredit yang dipicu oleh respon yang berlebihan pelaku sektor keuangan
lebih mengarah pada pertumbuhan kredit yang berlebihan (credit boom). Kondisi ini
didasari teori financial accelerator. Financial accelerator terjadi karena adanya
market imperfection akibat asimetric information sertalemahnya kelembagaan.
Selain tiga faktor diatas, juga mengemukakan faktor lainnya yaitu respon yang
berlebihan dari pelaku sector keuangan karena adanya perubahan risiko dari waktu
ke waktu.
CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank
dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung
risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Achmad, 2013).
Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat
digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran
kredit. Dengan kata lain besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri
perbankan dalam menyalurkan kredit. Dengan CAR diatas 20%, perbankan bisa
CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit sedangkan
menurut Vera (2014) CAR berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit.
Menurut CAR dirumuskan sebagai berikut :
CAR = 100%
Dendawijaya (2009), alasan penggunaan ROA ini dikarenakan Bank
Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai
profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang mana sebagian besar dananya
berasal dari masyarakat dan nantinya, oleh bank, juga harus disalurkan kembali
kepada masyarakat. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA yang
baik adalah sebesar 1,5%, meskipun ini bukan suatu keharusan. Berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia ROA diformulasikan sebagai berikut :
ROA =
Bank Indonesia (2006), ROA membandingkan laba terhadap total asset,
apabila terjadi peningkatan ROA secara signifikan maka akan berpengaruh juga
terhadap penyaluran kredit pada bank. Semakin besar ROA suatu bank semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dengan laba yang besar
maka suatu bank dapat menawarkan kredit lebih banyak. Menurut Vera (2014)
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit, sedangkan menurut novyanti
(2016) dan Ni made (2016) ROA tidak pengaruh signifikan terhadap penyaluran
kredit.
Dahlan Siamat (2005) salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam
penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit
surplus dengan unit defisit dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat
sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit. Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga)
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (Dendawijaya,
2009). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya,
dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008). DPK
ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank akan mempengaruhi kemampuannya
dalam menyalurkan kredit (Kasmir, 2008). Menurut peneliti dilihat dari
perkembangan dengan rumus sebagai berikut:
DPK = X 100 %
Semakin besar Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun, maka
kemampuan bank dalam menyalurkan kredit juga akan semakin besar. Menurut Agus
(2012), Ni Made (2016) dan Novyanti (2016) DPK berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pennyaluran kredit perbankan.
NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan
dalam Soedarto,2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL
maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibat
tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar
sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat
mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab
sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Sentausa, 2009). NPL atau kredit
bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank.
Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara
pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan
bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Rumus perhitungan NPL
adalah sebagai berikut:
Rasio NPL = (Kredit bermasalah / Total Kredit) x 100%
Menurut Vera (2014) NPL tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit,
sedangkan menurut Agus (2012) dan Novyanti (2016) NPL berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini digolongkan ke dalam
terhadap penyaluran kredit pada bank umum. Lokasi penelitian ini dilakukan pada
Bank Umum yang terdaftar di Kantor Bursa Efek Indonesia di Jl. Basuki Rahmat No.
46 Surabaya dengan menggunakan web resmi dari www.idx.co.id dan waktu
penelitian dilakukan selama 4 bulan dikarenakan pada laporan keuangan bursa efek
BI untuk bulan Desember terdapat pada Tahun 2012 sampai dengan 2016, maka saya
mengunakan data periode Tahun 2012 - 2016.
Populasi merupakan objek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masasalah dalam penelitian.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum yang listing di BEI
yang menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit yaitu
sebanyak 34 peusahaan perbankan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu Non-probability sampling. Menurut Sugiyono (2009;84) mengemukakan seperti berikut: “Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi unsur atau anggita populasi untuk dipilih menjadi sampel”. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 6 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2012 - 2016.
Adapun teknik pengumpulan data serta informasi yang dilakukan oleh penulis
dalam menyusun skripsi ini yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Studi pustaka yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi dan mengkaji
berbagai literatur pustaka seperti jurnal, masalah, dan sumber-sumber lain yang
berkaitan dengan penelitian.
2. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dokumen yang
berhubungan dengan penelitian ini. Pencatatan data yang berhubungan dengan
Capital Adequacy Ratio, Return On Asset, Dana Pihak Ketiga dan Non
Performing Loan.
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis regresi
berganda (multiple regression) dengan menggunakan metode regresi data panel.
Regresi data panel merupakan kombinasi dari data time series dan cross section.
Metode regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan
1. Data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section
mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree
of freedom yang lebih besar.
2. Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi
masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel
(ommited-variabel).
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Peneliti akan menguji data dengan menggunakan uji asumsi klasik yang
bertujuan untuk mengetahui apakah model analisis regresi linier berganda yang
diperoleh dapat menghasilkan estimator yang baik meliputi, uji Normalitas. Hasil
normal probability plot dapat diketahui bahwa plot atau titik-titik data tidak secara
keseluruhan lurus diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data penyaluran
kredit tidak berdistribusi normal.
Uji multikolinieritas. Hasil nilai VIF lebih kecil dari 10, maka variabel
tersebut tidak memiliki persoalan dengan multikolinieritas. Artinya bahwa variabel
tersebut ridak dapat korelasi yang cukup kuat antar sesama variabel bebas dan data
tersebut layak digunakan untuk analisis regresi linier berganda.
Uji heterokedastisitas. Hasil dari grafik plot diketahui bahwa plot untuk
dependent variabel penyaluran kredit tidak terbentuk pola, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
Uji autokorelasi. Berdasarkan hasil nilai yang diperoleh melalui perhitungan
SPSS, dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson dari Penyaluran Kredit (1,824)
masih berada diantara -2 sampai +2 maka tidak terjadi autokorelasi.
Analisis regresi linier digunakan untuk menganalisis hubungan linier antar
variabel independen dengan variabel dependen. Dengan kata lain untuk mengetahui
besarnya pengaruh CAR (X1), ROA (X2), DPK (X3) dan NPL (X4) terhadap
penyaluran kredit (Y). Berikut adalah hasil persamaan regresi yang diolah dengan
Tabel 1
Terlihat pada Tabel 1 menggambarkan persamaan regresi untuk mengatahui
angka konstan, uji hipotesis signifikansi koefisien regresi. Persamaan regresinya
adalah :
Y = 1,117 + 0.459 X1 + 3,915 X2 + 0,610 X3 – 4,424 X4 + e
Sesuai dengan persamaan garis regresi yang diperolah, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Harga koefisien konstanta = 1,117. Hal ini bearti apabila nilai dari X1 sampai X4
sama dengan nol, maka penyaluran kredit akan bernilai 1,117 satuan.
2. Harga koefisien CAR (X1) = 0,459. Hal ini bearti apabila semua variabel lainnya
konstan dan nilai X1 mengalami kenaikan 1 satuan, maka penyaluran kredit akan
naik sebesar 0,459 satuan begitu sebaliknya.
3. Harga koefisien ROA (X2) = 3,915. Hal ini bearti apabila semua variabel lainnya
konstan dan nilai X2 mengalami kenaikan 1 satuan, maka penyaluran kredit akan
naik sebesar 3,915 satuan begitu sebaliknya.
4. Harga koefisien DPK (X3) = 0,601. Hal ini bearti apabila semua variabel lainnya
konstan dan nilai X3 mengalami kenaikan 1 satuan, maka penyaluran kredit akan
naik sebesar 0,601 satuan begitu sebaliknya.
5. Harga koefisien NPL (X4) = - 4,424. Hal ini bearti apabila semua variabel
lainnya konstan dan nilai X4 mengalami kenaikan 1 satuan, maka penyaluran
kredit akan turun sebesar 4,424 satuan begitu sebaliknya.
Selanjutnya untuk menguji pengaruh secara simultan dan bersama-sama dari
variabel CAR, ROA, DPK dan NPL terhadap penyaluran kredit, maka dilakukan uji
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan jika signifikansi F >
0,05, maka Ho diterima yang berarti variabel independen berpengaruh tidak
signifikan terhadap variabel dependen. Selain itu dapat juga di ketahui melalui
perbandingan antar uji Fhitung dan Ftabel. Apabila FHitung > FTabel, maka Ho ditolak yaitu
yang berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Sedangkan apabila FHitung < FTabel, maka Ho diterima yaitu variabel independen
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil uji F
sesuai perhitungan dengan menggunakan bantuan software SPSS 23 dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 2 Uji F ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3190.252 4 797.563 10.146 .000b
Residual 1965.251 25 78.610
Total 5155.503 29
a. Dependent Variable: Penyaluran Kredit b. Predictors: (Constant), NPL, CAR, DPK, ROA Sumber : Peneliti (2017)
Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa pengujian dengan menggunakan Uji F
signifikansinya sebesar 0.000 sehingga dapat dikatakan bahwa H0 ditolak karena lebih kecil dari 0,05. Selain itu F tabel sebesar 3,2674 dan nilai F hitung sebesar
10,146 maka dapat dikatakan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel sehingga Uji F
mengasumsikan H0 ditolak. Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa CAR, ROA, DPK dan NPL memiliki pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
penyaluran kredit perusahaan perbankan yang listing di Bursa efek Indonesia dapat
diterima dan telah terbukti kebenarannya.
Kemudian untuk menguji pengaruh masing-masing variabel secara parsial,
maka digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh secara parsial dari masing-masing
variabel Jika signifikansi T < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti variabel
independennya berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan jika
signifikansi T > 0,05, maka Ho diterima yang berarti variabel independen
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen. Selain itu dapat juga di
Ho ditolak yaitu yang berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Sedangkan apabila THitung < TTabel, maka Ho diterima yaitu
variabel independen berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen.
Berdasarkan hasil uji t sesuai perhitungan dengan menggunakan bantuan software
SPSS 23 dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 3 Uji t Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1.117 8.158 .137 .892
CAR .459 .134 .581 3.434 .002
ROA 3.915 2.312 .341 1.693 .103
DPK .610 .155 .567 3.940 .001
NPL -4.424 2.519 -.266 -1.756 .091
a. Dependent Variable: Penyaluran Kredit Sumber : Peneliti (2017)
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa :
1. CAR (X1) berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit (Y). Karena CAR
(X1) memiliki nilai signifikansi 0.002 < 0.05 yang menunjukan H0 ditolak. Selain itu T hitung sebesar 3,434 serta T tabel sebesar 2,060 atau Jika Thitung >
Ttabel maka H0 ditolak.
2. ROA (X2) berpengaruh tidak signifikan terhadap penyaluran kredit (Y). Karena
ROA (X2) memiliki nilai signifikansi 0.103 > 0.05 yang menunjukan H0 diterima. Selain itu T hitung sebesar 1,693 serta T tabel sebesar 2,060 atau Jika
Thitung < Ttabel maka H0 diterima.
3. DPK (X3) berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit (Y). Karena DPK
(X3) memiliki nilai signifikansi 0.001 < 0.05 yang menunjukan H0 ditolak. Selain itu T hitung sebesar 3,940 serta T tabel sebesar 2,060 atau Jika Thitung < Ttabel
maka H0 ditolak.
4. NPL (X4) berpengaruh tidak signifikan terhadap penyaluran kredit (Y). Karena
NPL (X4) memiliki nilai signifikansi 0.091 > 0.05 yang menunjukan H0 diterima. Selain itu T hitung sebesar – 1,756 serta T tabel sebesar 2,060 atau Jika
Berdasarkan hasil pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa secara parsial
variabel yang memiliki pengaruh tidak signifikan dan negatif terhadap penyaluran
kredit adalah NPL, sedangkan variabel yang memiliki pengaruh tidak signifikan dan
positif adalah ROA. Variabel yang memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap
penyaluran kredit adalah CAR dan DPK. Untuk mengetahui mana diantara variabel
bebas CAR, ROA, DPK dan NPL yang dominan terhadap variabel terikat penyaluran
kredit pada perusahaan perbankan yang listing di Bursa efek Indonesia, maka dapat
dilihat melalui Tabel 3.
Dari Tabel 3 uji t dapat diketahui bahwa nilai koefisien Beta untuk variabel
CAR adalah 0.581, ROA adalah 0.341, DPK adalah 0.567 dan NPL adalah -0.266.
Maka dapat disimpulkan bahwa variabel CAR memiliki nilai yang paling tinggi dan
memiliki pengaruh dominan terhadap penyaluran kredit pada perusahaan perbankan
yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Sehingga hipotesanya menyatakan NPL
merupakan variabel dominan tidak terbukti.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada Bab
sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil pengujian secara simultan (serentak) menunjukan bahwa variabel CAR,
ROA, DPK dan NPL memiliki pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
penyaluran kredit perusahaan perbankan yang listing di Bursa efek Indonesia
dapat diterima dan telah terbukti kebenarannya.
2. Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa variabel CAR dan DPK
memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap penyaluran kredit perusahaan
perbankan. Variabel yang memiliki pengaruh tidak signifikan dan negatif
terhadap penyaluran kredit adalah NPL, sedangkan variabel yang memiliki
pengaruh tidak signifikan dan positif adalah ROA.
3. Hasil pengujian koefisien determinasi parsial menunjukkan bahwa CAR
memiliki persentase tinggi sehingga, CAR merupakan variabel dominan
dibandingkan ROA, DPK bukan NPL. Sehingga asumsi awal pada pemikiran
SARAN
Dengan mempertimbangkan keterbatasan yang dimiliki oleh perusahaan,
maka dapat diajukan beberapa saran yaitu :
1. Perusahaan Perbankan harus lebih memperhatikan variabel CAR karena variabel
ini memiliki pengaruh signifikan dan mendominasi daripada variabel lain
terhadap penyaluran kredit. Sehingga perbankan diharapkan mampu untuk
meningkatkan variabel CAR dengan menambah modal dasar yang dimiliki oleh
perusahaan serta meningkatkan aset tertimbang menurut resiko (ATMR).
2. Perusahaan perbankan disarankan juga untuk lebih memperhatikan variabel
DPK karena variabel ini memiliki pengaruh signifikan terhadap penyaluran
kredit. Sehinggga perbankan diharapkan mampu untuk meningkatkan variabel
DPK dengan melakukan penghimpuan dana secara optimal dengan cara
memberikan reward, suku bunga simpanan, serta jaringan layanan yang luas dan
mudah di akses.
3. Perusahaan harus memperhatikan pada NPL dikarenakan bila NPL semakin
tinggi maka membuat perusahaan mengalami resiko pengembalian kredit
semakin rendah yang akan dapat membuat perusahaan mengalami kerugian dan
pengurangan laba. Sehingga perusahaan harus dapat mengantisipasi apabila
terjadi NPL yang tinggi dengan cara memberikan syarat tertentu dalam
memberikan penyaluran kredit kepada kreditor, mengetahui laporan keuangan
atau pendapatkan serta pengeluaran kreditor yang dapat memberikan gambaran
bahwa kreditor tersebut dapat mengembalikan kredit yang sudah disetujui.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, T. Kusuno, 2013,” Analisis Rasio-Rasio Keuangan sebagai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan Indonesia”. Media
Ekonomi dan Bisnis, 15(1), 54-75.
Baltagi, B. 2008. Econometric analysis of panel data. John Wiley & Sons.
Dell'Ariccia, M. G., & Ratnovski, L. 2012. Bailouts and systemic insurance (No. 13-233). International Monetary Fund.
Firdaus, R., & Ariyanti, M. 2009. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Bandung: Pustaka Alvabeta.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D., & Porter, D. C. 2008. Dasar-dasar ekonometrika. Jakarta: Erlangga.
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/laporan-keuanganperbankan/Default.aspx#
https://www.sahamok.com/emiten/sektor-keuangan/sub-sektor-bank/
Indriantoro, N., & Supomo, B. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Manajemen dan Akuntansi. BPFE, Yogyakarta.
Kasmir. 2014. Dasar-Dasar Perbankan Edisi Revisi 2014. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Muljono, T. P. 2013. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil. Yogyakarta: BPFE.
Murdiyanto, Agus.2012.Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Penentuan Penyaluran Kredit Perbankan Studi Pada Bank Umum Di Indonesia Periode Tahun 20062011. In Conference In Business, Accounting, And Management
(CBAM) (Vol. 1, No. 1, pp. 61-75).
NA, M. F. 2011. Sensitivity Study of Environmental Load to Realibility Index for Malaysian Region. Master Degree Thesis, Universiti Teknologi Petronas, Malaysia.
Nachrowi, D. N., & Usman, H. 2008. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.
Purba, N. N., Syaukat, Y., & Maulana, T. N. A. 2016. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi tingkat Penyaluran kredit Pada BPR konvensional di Indonesia.Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen(JABM), 2(2), 105-117.
Rineka Cipta.Riswan, Yanuar. 2011. "Hubungan investasi dan tingkat likuiditas pada BPRS Risalah Ummat".
Sari, N. M. J., & Abundanti, N. 2016. PENGARUH DPK, ROA, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA BANK UMUM.E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 5(11).
Sudana, I Made. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktik. Surabaya: Airlangga University Press
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.
Tanujaya Edward.2008.Ekomoni uang, perbankan dan pasar modal buku 1.Jakarta: Salemba Empat.
Triandaru, Totok Budi Santoso. 2008."Bank dan Lembaga Keuangan Lain-2/E.".
Tuwaty, Vera Joniaris. 2014. Pengaruh NPL, CAR DAN ROA Terhadap Penyaluran Kredit pada bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek. Jurnal. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Senggarang.
Undang–Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998.
Wibowo, A., & Rossieta, H. 2009. Faktor-faktor determinasi kualitas audit–suatu studi dengan pendekatan earnings surprise benchmark. Simposium nasional Akuntansi XII, 1-34.
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Penerbit UP.120.