• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAQAMAT DAN AHWAL.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAQAMAT DAN AHWAL.doc"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAQAMAT DAN AHWAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : akhlak tasawuf

Dosen Pengampu : bpk zuhrudin

Disusun oleh:

KHOIROTUL MUSTABSYIROH 073111101

LIA VERA FAUZIYAH 073111102

MAFTUHAH 073111104

M. FUAD ZAINUL A 073111106

FATHUL AZMI 073111109

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

MAQAMAT DAN AHWAL

I. PENDAHULUAN

Ilmu tasawuf merupakan ilmu pendekatan terhadap tuhan, seperti diibaratkan jika seseorang menginginkan mutaira maka ia harus memiliki perahu untuk menyebrangi lautan , yaitu syareat. Dan lautan di ibaratkan dengan tarekat serta mutiara diibaratkan sebagai hakekat

dengan itu semua kita biba mendapatkan kehidupan didunia dengan ketenangan, ketentraman , dan kebahagiaan. Seperti firman allah jikakamu ingin bahagia didunia maka akheratmu yang kamu korbankan,jika kamu ingin bahagia di akherat maka kamu akan menderita di dunia. Sekian sekilad tentang isi makalah yang kami buat, dan lebih jelasnya akan kami paparkan dalam presentasi

II. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertrian Maqamat

2. Struktur-struktur Maqamat

3. pengertian Ahwal

4. Strultur-struktur Ahwal

III. PEMBAHASAN A. Pengertian Maqamat

Maqamat merupakan bentuk jamak dari maqam yang berarti tempat atau kedudukan (stations). Dalam Sufi Terminology: The Mystical Language Of Islam, maqam diterjemahkan sebagai kedudukan spiritual. Karena sebuah maqam diperoleh melalui daya upaya (mujahadah) dan ketulusan dalam menempuh jalan spiritual serta tidak lepas dari karunia yang di berikan oleh Allah SWT.

Maqam merupakan kualitas kejiwaan yang bersifat tetap. Seseorang tidak bisa beranjak dari satu maqam kemaqam yang lebih tinggi sebelum ia memenuhi semua persyaratan yang ada pada maqam tersebut. Sebagaimana yang digambarkan oleh al-Qusyairi: seseorang yang belum sepenuhnya

qanaah tidak bisa mencapai tawakal, Dan siapa yang belum sepenuhnya

(3)

Dengan demikian kualitas-kualitas tinkatan tersebut akan senantiasa melekat, semakin tinggi kadudukan yang dicapainya akan semakin sempurna dan semakin utuh kualias diri seseorang.

B. Struktur maqamat

Tujuan akhir dalam perjalanan spiritual adalah Shafa Al Tauhid

(kemurnian tauhid). Yakni penegasan terhadap kesaksian seorang muslim yang berupa pengucapan kalimat syahdat, La Ilaha Illa Allah. Kata La Ilaha Illa Allah mengandung dua komitmen yang berupa negasi (la ilaha) dan afirmasi (illa allah). Struktur maqamat merupakan refleksi dari dua komitmen tersebut. Yang akan dijelaskan dibawah ini:

a. Taubah

a) Pengertian taubah

Hakekat taubah secara bahasa adalah kembali. Taubah adalah kembali dari perbuatan yang tercela dalam syari'at kepada sesuatu yang terpuji dalam syari'at dan mengetahui bahwa dosa dan kemaksiatan adalah membinasakan dan menjauhkan dari Allah dan syurga-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Abbas RA. Taubah Nashuha ialah penyesalan dalam hati, permohonan ampun dengan lisan, meninggalkan dengan anggota badan dan berniat tidak akan mengulangi lagi. Sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah:

اَي

”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan tuhan kamu akan

menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu kedalam surga yang dibawahnya mengalir sungai. Pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia. Sehingga cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka.

(4)

Dalam kitab Shahih imam Muslim dari Abu Burdah, dari Al-Aghar, dari Ibnu Umar dari Nabi saw, bahwa beliau telah bersabda "wahai manusia sekalian bertaubatlah kepada Allah. Karena sesungguhnya aku bertubat kepada Allah seratus kali dalam sehari".1

b) Kedudukan taubah

Taubat adalah maqam para Salik (sufi pemula): yang pertama, karena taubat akan menutup dosa masa lalu dan akan menutup dosa akan masa mendatang.

Kedudukan taubat pada tingkat awal, pertengahan dan akhir sehingga taubat tidak boleh ditinggal oleh salik tetapi harus dipegang teguh hingga mati. Jka dia naik ketingkat lain bisa saja dia naik, tetapi harus tetap diikuti dengan taubat.

Syeh Abdul Qodir Jailani menganggap taubat sebagai pintu masuk menuju Allah SWT, untuk mendapat keridhoannya di dunia dan di akhirat, maka seseorang harus berpegang padanya; dia bersabda: yang Artinya: ”bertaubatlah dan konsisiten terhadap taubatmnu jika kamu bertaubat maka kamu harus konsisten, jika kamu sudah menanam, maka kamu harus tuimbuh, bercabang, berbuah”.

Dan beliau menegaskan taubat dari segala dosa hukumnya wajib menurut kesepakatan umat dan taubat harus dilakukan terhadap segala dosa- dosa besar maupun dosa kecil.

Ada beberapa syarat taaubat yang diterima di sisih Allah SWT, yaitu:

 Menyesali atas pelanggaran yang dilakukan

 Melepas dan meninggakakan semua kesalahan dalam segala hal dan

kesempatan

 Bertekat tidak mengulangi lagi kesalahan yakni kemaksiatan yang telah

dilakukan.2

b. Wara’

Wara’ secara berarti menahan diri, berhati-hati, atau menjaga siri supaya tidak celaka. Sedangkan menurut istilah ialah meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas atau belum jelas hukumnya (subhat).

(5)

Dalam kebiasaan sufi wara juga diartikan meninggalkan segala hal yang berlebihan, baik berwujud benda maupun perilaku. dan juga

meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat atau tidak jelas manfaatnya. Dasar ajaran wara’ ialah sabda Nabi saw. Yang artinya: ”sebagian dari kebaikan tindakan keislaman seseorang adalah bahwa ia menjauhi sesuatu yang tidak beraarti”.

Para ahli tasawuf membagi wara’ pada dua bagian: Pertama, wara’ bersifat lahiriah yakni meninggalkan segala sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah. Kedua, wara’ batiniah yaitu tidak mengisi atau menempatkan sesuatu di hatinya kecuali Allah.

Seseorang yang melakukan wara’ senantiasa menjaga kesucian jasmani maupun rohaninya dengan mengendalikan segala perilaku dan aktifitas

kesehariannya. Mereka hanya akan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Sehingga meraka akan terhindar dari berbuat dosa dan terhindar dari penyakit.

Secara psikologi seseorang yang melakukan banyak dosa atau

pelanggaran etika dan moral akan menjadikan dirinya dihantui oleh perasaan cemas dan takut, yang dalam istilah psikoanalisis disebut moral anxienty

(kecemasan moral). Selanjutnya hal ini akan berdampak negatif atau menimbulkan penyakit baik fisik maupun psikis. Karena perasaan ini akan senantiasa terpendam dalam alam bawah sadarnya.

Ibnu Qayyim secara rinci membagi wara’ dalam tiga tahapan, anatara lain:

 Tahap meninggalkan kejelekan.

 Tahap menjauhi hal-hal yang diperbolehkan namun dikhawatirkan akan jatuh pada hal yang dilarang.

 Tahap menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat membawanya kepada selain Allah.

c. Zuhud.

a) Pengetian zuhud

(6)

Apabila tasawuf diartikan adanya kesadaran dan komunikasi langsung antara manusia dengan tuhan sebagai perwujudan ihsan, maka zuhud

merupakan suatu stasiun (maqam) menuju tercapainya perjumpaan atau ma’rifat kepadanya. Dalam posisi ini menurut A. Mukti Ali; zuhud berarti menghindar dari berkehendak terahadap hal-hal yang bersifat duniawi atau

Ma Siwa Allah.

b) Dasar zuhud

Dasar zuhud terdapat pada firman allah dalam surat al- Munaza’ah ayat 8. yang berbunyi:

”Orang-orang yang melampui batas dan lebih mngutamakan dunia, maka sesungghnya merekalah tempat tinggalnya. Adapun orang yang takut kebesaran tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, mak sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”

Menurut ”Ahussaunnah Wal Jamah” bahwa zuhud yang benar adalah meniggalkan dunia dapat melalaikan dari mengingat Allah SWT, dan

melupakan dari menjalankan kwajiban syari’at, serta membawa kemaksiatan dan dosa.

c) Kedudukan zuhud

Zuhud merupakan maqam, terminal, stasiun atau posisi dalam tasawuf. Jelaslah bahwa zuhud bukan anti dunia. juga bukan menarik diri dari

kehidupan dunia. Bahwa seorang zahid yang hakiki tidak menolak rizki yang diberikan Allah kepadanya, tetapi dia mengambilnya lalu digunakan untuk ketaatan kepada Allah.

(7)

Kemudian beliau meletakkan satu gambaran yang jelas tentang seorang zahid yang sebenarnya: ”Diantara manusia ada yang dunia di tangannya, tetapi dia tidak menyukainya, dia memiliki harta tetapi harta itu tidak

memilikinya. harta itu senang kepadanya tetapi dia tidak senang kepada harta itu, harta itu ikut dibelakangnya tetapi dia tidak mengikuti dibelakangnya, harta itu mengabdi kepadanya, tetapi dia tidak mengabdi padanya. Dia meninggalkan harta itu tetapi harta itu takmau meninggalkannya. Hartanya hanya diperuntukan bagi Allah sehingga dunia tidak mampu merusaknya, maka dia yang mengendalikan hartanya bukan harta yang mengendalikannya.

d. Faqr

1) Pengertian faqr

Dalam pemaknaan faqr para ulama sufi berbeda pendapat. Menurut Yahya bin Mu’adh, kefakiran ialah seseorang yang tidak butuh lagi selain Allah, dan tanda kerakiran ialah tidak adanya harta benda. Pendapat ini termasuk pemaknaan faqr secara ekstrem.bahkan ada yang lebih ekstrim lagi seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Jalla’, bahwa kemiskinan adalah jika tak ada lagi sesuatu pun dari semua yang tersisa. Karena jika masih memiliki, berarti tidak disebut miskin.

Namun ada yang berpendapat secara moderat mengenai devinisi faqr, diantaranya pandangan yang menyatkan bahwa faqr adalah kebutuhan kepada Allah. Yang di maksud faqr disini ialah kefakiran spiritual ia merasa tidak memiliki apa-apa termasuk dirinya sendiri. Bahkan dirinya sendiri adalah menjadi milik Allah.

2) Dasar faqr

Dasar ajaran faqr adalah dirman Allah SWT:

(8)

“(Sedekah itu) adalah untuk orang-orang faqir yang terikat (oleh jihad) dijalan allah: mereka tidak dapat (berusaha) dibumi; orang yang tidak tahu menyanngka mereka orang kaya karena

(mereka) memelihara diri dari meminta-meminta. Kamu mengenal dia melalui sifat-sifatnya , mereka tidak meminta orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka

sesungguhnya Allah maha mengetahui”.

3) Kedudukan orang faqr

Dalam riwatyat abu hurairah, nabi muhammad saw bersabda yang artinya: ” Orang-orang miskin akan memasuki surga lima ratus tahun sebelum orang-orang kaya. (limaratus tahun itu sama dengan setengah hari di surga)”.

Jelaslah bahwa orang miskin atau fakir akan memasuki surga lebih dahulu dibanding dari orang kaya karena, kesabaran dan ketaatan yang mereka jalani dalam hidup di dunia.

e. Tawakal

a) Pengertian tawakal

Dalam bahasa indonesia tawakal adalah berserah diri kepada allah. Dengan sepenuh hati karena percaya akan kemahakuasaan-Nya.3

Ada yang mengatakan bahwa tawakal adalah kepasrahan hati kepada Allah, yaitu meninggalkan usaha dan pasrah total kepada takdir. Sedangkan menurut imam Ahmad bahwa tawakal adalah pekerjaan hati, artinya tawakal adalah pekerjaan hati yang bukan dikatakan oleh lisan, bukan dikerjakan oleh anggota badan dan bukan termasuk bab ilmu dan pengetahuan.

Dalam pengertian sehari-hari tawakal adalah kepasrahan secara total kepada tuhan setelah ia berihtiar semaksimal mungkin.artinya, sudah tidak ada jalan lagi untuk melindungkan diri. Dan satu satunya jalan adalah berserah diri pada tuhan sepenuhnya.

b) Kedudukan tawakal

Tawakal merupakan salah satu ciri penting bagi orang mukmin. Sebagaimana firman Allah dalam surat al maidah ayat 23:

ىَلَعَو

ِهّللا

اوُلّكَوَتَف

ْنِإ

ْمُتْنُك

نيِنِمْؤُم

...

(9)

Artinya:

“...Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”(Q.S. al-Maidah: 23)

Hakekat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada allah dan membersihkan diri dari gelapnya pilihan tunduk dan patuh kepada hukum dan tradisi. Sehingga ia yakin bahwa tidak ada perubahan dalam bagian , apa yang merupakan bagian tidak akan hilang dan apa yang ditakdirkan untuknyar tidak akan diterima. Maka hatinya merasa tenang karenanya dan merasa nyaman dengan janji tuhannya.

f. Sabar

Sabar adalah tidak mengeluh karena sakitnya musibah yang

menimpanya pada selain Allah, tetapi jika mengeluh kepada Allah tidak apa-apa.

Dalam bahasa indonesia sabar bermakna tahan menderita, tidak suka marah, tidak tergopoh-gopoh dalam bekerja atau suka menurut dan menerima saja. Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 200:

اَي

اَهّيَأ

َنيِذّلا

اوُنَمآ

او ُرِبْصا

او ُرِباَصَو

اوُطِبا َرَو

اوُقّتاَو

َهّللا

ْمُكّلَعَل

َنوُحِلْفُت

Artinya:

Kemudian Rasulullah bersabda yang: ”Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA yang berkata.’ Rasulullah SAW beliau bersabda, sabar adalah goncangan yang pertama (tinpaan) yang pertama. ( H.R. Bukhafi dan Muslin).

maka sabar tidak hanya di kategorikan tahan terhadap penderitaan hidup.tetapi kesabaran juga menyangkut kesabaran untuk mencari Allah SWT. Beliau Syekh Abdul Qadir Jailani membagi kesabaran menjadi dua macam: a. Kesabaran terhadap apa yang dilakukan oleh manusia itu sendiri dalam

menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya..

b. Kesabaran terhadap apa yang tidak dilakukannya sendiri, yang ditetapkan dan ditakdirkan kepadanya, seperti kesulitan, sakit lalu bersabar terhadapnya.

g. Ridho

(10)

Ridho adalah kondisi jiwa atrau sikap mental yang senntiasa menerima dengan lapang dada atas karuia yang diberikan atau bala yang ditimpakan kepadanya. Menurut Dzunnun Al-Mashri, yang dinakan ridho adalah menerima tawakal dengan kerelaan hati disertai dengan tanda-tanda mempercayakan hasil pekerjaan sebelum datang ketentuan, tidak resah seelah terjadi ketentuan. Dan cinta yang membara ketika ketimpa mala petaka. o Kedudukan

Ridho adalah buah dari tawakal dimana seorang sufi yang benar-benar melaksanakan tawakal, dengan sendirinya ia akan sampai pada maqam ridho. Sebagian ulama berpendapat bahwa ridho temasuk bagian dari akhwal bukan mahqamat. Kaerna ia bersifat kasbi (yang di upayakan).

Karena sikap mental yang di timbulkan maqom ridho menjadikan seseorang menerima dengan lapang dada karunia atau bala yang di timpakan, menjadikan sikap Ridho termasuk maqam tertinggi yang di capai oleh seorang sufi.

C. Pengetian ahwal

Ahwal merupakan jama’ dari hal yang bearati keadaan atau situasi, kejiwaan (state) secara terminologi ahwal berarati keadaan spiritual yang

menguasai hati. Hal masuk dalam hati sebagai anugrah, datang dan pergi dari diri seseorang dengan tanpa usaha atau perjalanan tertentu. Datangnya tanpa

kesadaran namun menjadi kepribadian seseorang.

Al Quyairi berpendapat bahwa pada pada dasarnya maqam adalah upaya (Makasib) sedangkan hal adalah karunia (Mawasib) sehingga kadang kala

hal datang pad adiri seseorang dalam waktu yang cukup lama dan kadang-kadang hanya sekejap.

D. Struktur ahwal a. Muraqabah

(11)

Muraqabah merupakan bentuk hal yang penting. Karena pada dasarnya segala perilaku peribadatan adalah dalam rangka muraqabah atau

mendekatkan diri. Dengan kata lain muraqabah diartikan sebagai kondisi kejiwaan, dimana seorang individu senantiasa merasakan kehadiran Allah, serta menyadari sepenuhnya bahwa Allah sselalu mengawasi segenap perilaku hambanya.

Al- Quraisi menyebutkan bahwa seorang bisa samapio pada keadaan muraqabah, jika ia telah sepenuhnya melakukan perhitungan atau analisa tergadap perilakunya dimasa lalu dan melakukan perubahan-perubahan menuju yang lebih baik.

b. mahabbah

mahabbah (cinta) mengandung arti keteguhan dan kemantapan , mahabbah merupakan puncak pendapaian para sufi, ada yng menempatkannya sebagai meqamat yang tertinggi karena keseluruhan jenjang yang dilalui bertemu dalam maqam mahabbah.

ilustrasi tentang cinta dikemukakan oleh ibnu al-arabi, bahwa mahabbah adalah bertemunya dua kehendak, yakni kehendak tuhan dan kehendak manusia. Kehendak tuhan, yakni kerinduannya untuk bertajalli dengan alam, sedangkan kehendak manusia ialah kembali pada esensinya sebagai wujud mutlak.

c. Khuf

Khauf adalah takut .yang dimaksud disini ialah takut pada allah, takut akan hukum-hukumnya baik didunia maupun diakhirat, hal ini sebagaimana firman allah, yang artinya ” Maka takutlah kepada-Ku jika kamu orang-orang yang beriman”.dalam ayat lain juga diungklapkan, yang artinya:” Mereka menyeru pada tuhan dengan penuh rasa takut dan berharap”.

d. Raja

Raja ialah harapan yang berkaitan dalam hati akan terwejudnya sesuatu yang diinginkan.raja berbeda dengan tamani (angan-angan). Raja bersifat aktif, sementara tamani bersifat pasif. Seseorang yang berharap akan berusaha semaksimal mungkin untuk merealisasikannya. Berbeda dengan berangan-angan ia hanya berdiam dan tadakmau untuk merealisasikannya.

(12)

o Manusia yang melakukan amal kebaikan dengan harapan amal baiknya akan diterima oleh Allah.

o Manusia yang

melakukan amal buruk, kemudian bertobat, dengan harapan akan mendapat ampunan dari Allah

o Orang yang

menipu diri dengan terus-menerus melakukan kesalahan dengan mengharapkan ampunan.

e. Shauq

Shauq (rindu) merupakan luapan perasaan seorang individu yang mengharap untuk senantiasa bertemu dengan sesuatu yang dicintai.luapan perasaan kerindun terhadap sesuatu akan menghapus segala sesuatu selain yang dirindukan. Begitu juga seorang hamba yang dilanda kerinduan pada Allah swt akan terlepas dari segala hasrat selain Allah.

f. Uns

Perasaan suka cita (uns) merupakan kondisi kejiwaan, di mana seseorang merasakan kedekatan dengan tuhan. Seseorang yang ada pada kondisi uns akan merasa kebahagiaan, kesenangan, kegembiraan serta yang meluap-luap. Kondisi kejiwaan seperti ini dialami oleh seorang sufi ketika merasa kedekatan dengan tuhan.

g. Tuma’ninah

Tuma’ninah adalah keteguhan atau ketentraman hati dari segala yang dapat mempengaruinya. Hal ini didasarkan atas firman Allah, yang artinya: ”

Orang-orang yang beriman dan tentram hatinya dengan mengingat allah, ingatlah bahwa dengan mengingat allah hati bisa menjadi tentram”. (Q.S al-rad:28)

Ibnu Qayyiim membagi tuma’ninah dalam tiga tingkatan:

o ketentraman

seorang yang takut kepada allah

o ketentraman

jiwa pada kash

(13)

IV. KESIMPULAN

Maqamat merupakan bentuk jamak dari maqam yang berarti tempat atau kedudukan (stations). Dalam Sufi Terminology: The Mystical Language Of Islam, maqam diterjemahkan sebagai kedudukan spiritual

Ahwal merupakan jama’ dari hal yang bearati keadaan atau situasi, kejiwaan (state) secara terminologi ahwal berarati keadaan spiritual yang menguasai hati. Hal masuk dalam hati sebagai anugrah, datang dan pergi dari diri seseorang dengan tanpa usaha atau perjalanan tertentu. Datangnya tanpa kesadaran namun menjadi kepribadian seseorang.

V. PENUTUP

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, kami sadar dalam makalah ini banyak banyak sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang membanun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah kami. Semoga dengan makalah yang kami sampaikan dapat memberi ilmu untuk kita semua dan semofa kita sellu diberi ilmu yang bermanfat. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Al Gauthani, Said bin Musfir, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Jailani, Jakarta: Darul Falah.2005.

Referensi

Dokumen terkait

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah

Sebagai orang yang beragama dan beriman, kamu tentu sering mendengarkan khotbah sesuai dengan agama yang kamu anut, bukan? Jika kamu seorang muslim, setiap seminggu sekali pasti

“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, dan hendaklah seorang penulis di

orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut- nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang

Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai den- gan siku, dan

Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (Q.10: 99), keempat “Katakanlah apakah kamu memperdebatkan dengan

Kamu tidak berbuat zalim merugikan dan tidak dizalimi dirugikan.”46 Q.S Al-Baqarah: 278- 279 Tafsir: Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah den mengikuti Rasul-Nya, takutlah