• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMENTASAN SHADOW PUPPETS TERHADAP KEMAMPUAN BACA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PEMENTASAN SHADOW PUPPETS TERHADAP KEMAMPUAN BACA"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMENTASAN SHADOW PUPPETS

TERHADAP KEMAMPUAN BACA

(STUDI EKSPERIMENTAL DI SDN UNGARAN 01 KABUPATE SEMARANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Humaniora (S1)

oleh

Nova Permata Sari

13040111140141

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)
(3)

i

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Nova Permata Sari

NIM : 13040111140141

Jurusan : IlmuPerpustakaan

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang bejudul “Pengaruh

Pementasan Shadow puppets Studi Eksperimental SD Ungaran 01 Kabupaten

Semarang adalah benar-benar karya sendiri, bukanah hasil plagiat karya ilmiah

orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di

skripsi ini telah saya sebutkan dalam sumber asli berdasarkan tata cara penulisan

kutipan yang lazim pada karya ilmiah.

Semarang, 28 November 2015

Yang menyatakan,

Nova Permata Sari

(4)

ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Mukjizat Tuhan tidak akan senyata ini tanpa doa dari orang-orang terkasih.

Persembahan

Karya ini penulis persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua tercinta, Ibu

Niken Irnawati dan bapak Ismu

Baroto

2. Adik saya tercinta

3. Semua sahabat yang selalu

memberikan motivasi dan

(5)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pementasan Shadow Puppets Terhadap Kemampuan Baca Studi Eksperimental SDN Ungaran 01 Kabupaten Semarang”.

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian

Skripsi pada :

Hari : Senin

Tanggal : 15 Februari 2016

Disetujui oleh,

Dosen Pembimbing

(6)

iv

(7)

v PRAKATA

Puji syukur penulis berikan kepada Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Pementasan Shadow Puppets terhadap Kemampuan Baca Studi Eksperimental Di SDN Ungaran 01 Kabupaten Semarang” dalam rangka memenuhi sebagian syarat

untuk mencapai gelar sarjana humaniora.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Redyanto Noor, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro.

2. Dra. Rukiyah M.Hum.selaku Ketua Prodi Ilmu Perpustakaan Universitas

Diponegoro.

3. Drs.Jumino, M.Lib., M.Hum, selaku Sekretaris Prodi Ilmu Perpustakaan

4. Amin Taufiq Kurniawan,S.Sos.,M.I.Kom, selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan kritik dan saran serta bantuan untuk skripsi ini.

5. Drs. Slamet Subekti, selaku dosen wali yang telah ikut serta melancarkan

penyelesaian skripsi ini.

6. Staf Fakultas Ilmu Budaya Undip, khususnya mbakOvin yang selalu

membantu kelancaran perkuliahan selama empat tahun ini.

7. Sri Dwi Winarsih, S.Pd, M.Pd,kepala Sekolah SDN Ungaran 01 yang telah

berkenan memberikan tempat dan waktu untuk peneliti dapat mengadakan

penelitian.

8. Drs. Kusharyanto, kepala perpustakaan sekolah SDN Ungaran 01.

(8)

vi

10.Afif Bintang Nugroho, Adik tercinta.

11.Ranindya Puspaning Melaty, S.Hum. Sahabat yang setia memberikan

masukan dan membagi pengetahuan untuk kelancaran skripsi ini.

12. Sahabat- sahabat Diah Ayu Agustin L, Ajeng Nalar Islami, Nimas Kirana

Ratri, Muhammad adji, Nurul Huda, Muhammad Teguh, Diki bagus

Saputra, Lenny Kusumawati, Diah, Priskila Dian Febriana, Nindya Ayu

Pertiwi, Ummu Prawita. Terimakasih atas doa, dukungan, hiburan, yang

telah kalian berikan selama empat tahun lebih ini.

Dikarenakan terbatasnya porsi bagian dalam rangkaian tulisan ini, penulis mohon

maaf tidak dapat menyebutkan seluruh nama yang telah berjasa dalam perjalanan

hidup maupun dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah S W T membalas

segala kebaikan kalian.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari predikat sempurna karena keterbatasan kemampuan

penulis saat ini, untuk itu penulis tetap memohon masukan dan saran kepada

pihak-pihak yang ingin dan mau memberikan masukan pada penelitian.Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta perkembangan ilmu

pengetahuan terutama bidang perpustakaan, informasi, dan dokumentasi.

Semarang, 17 November 2015 Peneliti

(9)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ... i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 6

1.6 Hipotesis ... 6

2.1.2 Membaca dan Perpustakaan Sekolah ... 11

(10)

viii

2.1.4 Shadow Puppets ... 21

2.1.5 Story Telling di Perpustakaan ... 27

2.1.6 Pengaruh Permainan Shadow Puppet Pada Anak ... 28

2.2 Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III ... 34

METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Metode Penelitian ... 34

3.2 Populasi dan Sampel ... 36

3.3 Variabel dan Indikator ... 39

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 45

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.6 Skala dan Pengukuran ... 46

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 47

3.8 Analisi Data ... 48

3.9 Pengontrolan Variabel ... 53

BAB IV ... 55

GAMBARAN UMUM SDN UNGARAN 01 UPTD PENDIDIKAN KEC. UNGARAN ... 55

4.1 Gambaran Umum Perpustakaan Antero SDN Ungaran 01 ... 55

4.1.1 Dasar Hukum ... 55

4.1.2 Visi ... 55

4.1.3 Misi ... 55

4.1.4 Fungsi dan Tujuan ... 56

4.1.5 Layanan ... 56

4.1.6 Struktur Organisasi ... 57

4.1.7 Gambaran Umum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 58

(11)

ix

4.2 Gambaran Umum SDN Ungaran 01 ... 59

4.3 Visi dan Misi ... 60

5.2 Analisis Jawaban Responden ... 68

5.2.1 Jawaban responden Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 70

5.2.2 Analisi Pertanyaan dan Jawaban Pretest ... 71

5.2.3 Jawaban Responden Posttes Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 78

5.2.4 Analisis Pertanyaan dan Jawaban Posttest ... 79

5.3 Uji Validitas ... 92

5.4 Uji Realibilitas ... 92

5.5 Uji Regresi Linier Sederhana ... 92

5.5.1 Uji Regresi Linier Sederhana Kelompok Eksperimen ... 93

5.5.2 Uji Regresi Linier Sederhana Kelompok Kontrol... 95

5.6 Uji T-test ... 98

5.7 Analisis Perbandingan ... 103

5.8 Analisis Pengaruh Pementasan Shadow Puppets Terhadap Kemampuan Baca pada Siswa di SDN Ungaran 01 ... 104

(12)

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Struktur Organisasi Perpustakaan Antero ... 57

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar III-1:Adegan 1, kancil kelaparan di tepi sungai ... 40

Gambar III-2: Adegan 2, buaya sedang berjemur di tepi sungai ... 41

Gambar III-3: Adegan 3, Kancil merayu buaya menyebrang ke tepi sungai ... Gambar III-4: Adegan 4, buaya menyeberangkan kancil ke tepi sungai ... 42

Gambar III-5: Adegan 5, Kancil memakan apel ... 42

Gambar III-6: Adegan 6, buaya menagih janji kancil ... 43

Gambar III-7: Adegan 7, buaya memakan apel. ... 43

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel II-1Perbandingan dengan Skripsi Terdahulu ... 33

Tabel III-1: Desain Penelitian ... 37

Tabel V-1 ... 66

Tabel V-2: Informasi Responden Kelompok Kontrol ... 68

Tabel V-3 : Informasi Responden Kelompok Eksperimen ... 69

Tabel V-4: Jawaban Pertanyaan pretest ... 70

Tabel V-5 : Hasil Jawaban postest kelompok kontrol dan eksperimen ... 78

Tabel V-6:Tabel interval koefisiensi tingkat Hubungan ... 93

Tabel V-7:Deskriptif statistik kelompok uji atau eksperimen. ... 93

Tabel V-8:Tabulasi Skor Uji ... 94

Tabel V-9: Koefisien ... 94

Tabel V-10: Deskriptif statistik kelompok Kontrol ... 96

Tabel V-11: Tabulasi Skor Uji ... 96

Tabel V-12: Koefisien ... 97

Tabel V-13 : Nilai rata-rata ... 99

Tabel V-14: Perhitungan T test ... 100

Tabel V-15 : Nilai rata-rata kelompok eksperimen ... 101

Tabel V-16: Perhitungan T test ... 101

Tabel V-17: Perhitungan T test ... 102

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Langkah Penelitian. ... 116

Lampiran 2: Dialog Kancil dan Buaya ... 117

Lampiran 3: Daftar Responden. ... 119

Lampiran 4: Daftar Pertanyaan ... 125

Lampiran 5: Dokumentasi Gambar ... 135

Lampiran 6Tabel silabus bahasa Indonesia SDN Ungaran 01 ... 141

Lampiran 7 Surat Penelitian ... 148

Lampiran 8 Matrix Bimbingan ... 150

Lampiran 9 Post Test ... 154

(16)

xiv ABSTRAK

Penelitian dengan menggunakan sarana pementasan shadow puppets bertujuan untuk melihat adakah pengaruh pementasan untuk kemampuan baca pada anak. Penelitian ini menggunakan studi eksperimen dan pendekatan analisis kuantitatif. Populasi menggunakan siswa/siswi SDN Ungaran 01 angkatan 2015/2016, kelas 2. Responden penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (kelompok diberi perlakuan permainan shadow puppets) dan kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan), Masing-masing kelompok terdiri dari 10 siswa. Pengambilan sampel menggunakan pengambilan sampel sederhana simple random sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis perbedaan. Analisis perbedaan menggunakan uji t-test. Hasil simpulan menyebutkan bahwa permainan

shadow puppets berpengaruh signifikan terhadap kemampuan baca, berdasarkan perhitungan t-test diperoleh nilai t hitung sebesar 3,974. Harga t hitung (3,977) > t tabel (2,262) dan nilai signifikansi < 0,05. Dengan demikian siswa yang diberi perlakuan shadow puppets (kelompok eksperimen) memiliki kemampuan baca signifikan dibandingkan siswa yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol).

(17)

xv ABSTRACT

This research used shadow puppets performance that has a purpose to see is there any influence for reading skill in pupils.This research used experimental study and quantitative analysis approach. The population used elementary pupils of the year 2015/2016. The respondents of the research consisted of two groups, namely experiment group (the group who was given the shadow puppets game) and control group (the one who was not given the shadow puppets). Ech group consisted of 10 pupils, 5 male pupils and 5 female pupils. The research fetching used simple random sampling. The technique to analyze the data used diversity analysis. The diversity analysis used t-test exam. The conclusion result shows that shadow puppets game influencee the reading skill significantly, based on t-test calculation that the t reckon value is 3,974. The treckon value (3,977) >t table (2,262) and the significant value is <0,05. Thus the pupils who were given the shadow puppets game (experiments group) got better reading skill significantly compared with the pupils who were not given the shadow puppets (controls group).

(18)
(19)

1 BAB I

PENDDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan baca merupakan kemampuan untuk memahami bacaan, dan

kelancaran dalam membaca. Hal ini sangat penting dimiliki oleh siswa karena

menyangkut pemahaman mereka tentang isi yang mereka pelajari,

kemampuan membaca tidak hanya sekedar dapat membaca namun bagaimana

mereka dapat menyerap isi dari bacaan tersebut.

Sebagian besar pelajaran yang ada di Indonesia sebenarnya membutuhkan

kemampuan baca yang tinggi, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu

Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial. Pelajaran tersebut sangat

membutuhkan tingkat kemampuan baca yang lebih karena pelajaran ini tidak

dapat dipahami begitu saja namun harus memahami kata per kata, kalimat per

kalimat agar mudah dipahami oleh siswa, tidak hanya pelajaran namun

keterampilan baca juga dapat menarik kecintaan siswa pada buku.

Penyebaran informasi dan pesan-pesan dalam dunia modern ini disajikan

dalam bentuk tertulis, dan hanya dapat diperoleh melalui membaca. Apabila

seseorang tidak mampu membaca sehingga tidak memahami suatu petunjuk

(20)

jalan, atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Wulan,

2010: 166).

Pengembangan kosakata dan kemampuan berbahasa lisan dan kecintaan

terhadap buku dan aktivitas membaca adalah kunci terpenting menuju

keberhasilan siswa dalam menguasai kemampuan membaca (Slavin, 2014:

22). Kemampuan membaca harus dilatih sejak sedini mungkin, dan

perpustakaan dalam hal ini berperan aktif dalam melatih kemampuan

membaca yang dimiliki oleh para siswa, sehingga saat di kelas siswa dapat

memanfaatkan kemampuan membaca mereka dengan maksimal. Kemampuan

baca erat hubungannya dengan minat baca.

Hasil survei UNESCO menunjukkan bahwa Indonesia masih jadi negara

dengan minat baca masyarakat paling rendah di ASEAN. Pada tahun 2012,

UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia 0,001. Artinya dalam

setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Hal ini

sangat mengkhawatirkan dalam dunia pendidikan. Satuan pendidikan

membina pembudayaan kegemaran membaca peserta didik dengan

memanfaatkan perpustakaan (Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007).

Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 menyebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

Melihat begitu pentingnya tujuan perpustakaan yaitu guna memenuhi

kebutuhan pendidikan dalam meningkatkan kemampuan baca siswa, peneliti

akan mengadakan penelitian eksperimen di perpustakaan sekolah. Anak-anak

(21)

3

peneliti menggunakan permainan shadow puppets sebagai media sarana

penerapan kemampuan baca.

Shadow puppets atau wayang boneka merupakan permainan yang tak asing di

Indonesia, kemunculan wayang di Indonesia sudah sejak tahun 400 Masehi

bahkan ada yang menyebutkan 3000 tahun sebelum Masehi. Zaman prasejarah

Indonesia (sebelum 400 Masehi) setidaknya sudah ada upacara religi asli

untuk menghubungkan nenek moyang mereka melalui boneka (Sumardjo,

2004: 25). Kini wayang dipergunakan sebagai media hiburan dan kebudayaan

di Indonesia. Shadow puppets tidak hanya digunakan di Indonesia, tetapi

banyak juga negara ASEAN yang memainkannya.

“Puppet show is a popular form of entertainment and education throughout the world, used to teach morals and values to the audience in traditional societies. The shadow puppet theatre performances in Malaysia were playing mainly in north and east coast of Malaysia” (Dolhalit, 2013 : 23).

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa tidak hanya di Indonesia

yang memiliki wayang boneka atau golek. Malaysia menjadi salah satu negara

yang memainkan wayang sebagai media hiburan dan pendidikan. Peneliti

menggunakan media shadow puppets atau wayang boneka ini karena wayang

boneka memiliki hal yang menarik, anak wajib memahami karakter dan ide

cerita yang akan ditampilkan, hal ini dapat mengasah kemampuan membaca

anak, dimana anak harus memahami isi dan alur cerita dan memahami

karakter yang akan diperankan. Dalam prosesnya, siswa-siswi akan secara

(22)

Peneliti tertarik melakukan penelitian di SDN Ungaran 01 karena di

perpustakaan sekolah ini belum memiliki media permainan atau layanan

khusus guna melatih kemampuan membaca. Perpustakaan SDN Ungaran 01 di

tahun 2014 pernah mendapat juara 4 dalam mengikuti lomba perpustakaan

tingkat Karisidenan. Dengan prestasi yang dimiliki perpustakaan SDN

Ungaran 01, untuk itu sudah seharusnya memiliki layanan khusus guna

melatih kemampuan membaca siswa-siswi. Ini yang mendasari peneliti ingin

melakukan penelitian di Perpustakaan SDN Ungaran 01.

Peneliti memilih menggunakan metode eksperimen karena metode ini

memiliki kelompok kontrol yang mampu mengontrol variabel bebas dan

subjek penelitian, dan metode eksperimen dapat membandingkan secara jelas

perbedaan setelah dan sebelum diberi treatment

Berdasarkan alasan di atas, penulis untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh PementasanShadow puppets terhadap Kemampuan Baca Studi

Eksperimen di SDN Ungaran 01”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana narasi dari permainan shadow puppets terhadap kemampuan

baca pada siswa di SDN Ungaran 01?

(23)

5 1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan, tujuannya :

1. Untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh visualisasi dalam yang

terdapat pada shadow puppets dalam meningkatkan kemampuan baca.

2. Untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh narasi yang terdapat pada

shadow puppets dalam meningkatkan kemampuan baca

1.4 Manfaatn Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah :

a. Manfaat Teoritis

Kemampuan membaca merupakan kunci dari keberhasilan karena memiliki

kemampuan membaca mempermudah seseorang untuk memahami jenis

dan bentuk bacaan, serta untuk dunia pendidikan para siswa akan dengan

mudah memahami dan mempelajari ilmu yang diberikan di sekolah.

b. Manfaat Praktis

Permainan shadow puppets merupakan hal yang dapat diterapkan

disekolah dan dapat berkelanjutan untuk dapat melatih kemampuan baca

anak, karena lewat permainan anak akan merasa senang dan lebih mudah

untuk memahami tujuan pelatihan kemampuan membaca. Peneliti

mendapatkan pengetahuan tentang penerepan teori yang diperoleh selama

(24)

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Perpustakaan Sekolah SD Ungaran 01.

Alamat : Jalan Diponegoro Nomor 4, Kecamatan Ungaran.

Waktu : Desember 2014 - Juli 2015.

1.6 Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110). Hipotesis juga diartikan sebagai jawaban sementara

penelitian, dan dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian. Hipotesis ada 2 (dua) jenis, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis

kerja (H1). Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya

hubungan variabel independen (x) dan variabel dependen (y). Hipotesis kerja

adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel dependen

(x) dan variabel independen (y).

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

H0: Permainan shadow puppets tidak berpengaruh kemampuan baca

anak.

H1: Permainan shadow puppets berpengaruh terhadap kemampuan baca

(25)

7 1.7 Kerangka Penelitian

Gambar 1

Kerangka Pikir Penelitian

Sumber: Diolah oleh peneliti ,Juni 2015.

Peneliti mencari sekolah yang belum memiliki layanan permainan sebagai

media pelatihan kemampuan baca, peneliti memilih SDN Ungaran 01. Setelah

itu peneliti melakukan tahapan penelitian yaitu berupa screening menentukan

(26)

yaitu mampu membaca dengan lancar. Alat ukur yang digunakan oleh peneliti

adalah kemampuan baca, yaitu kemampuan subjek dalam teknik tidak sekedar

membaca namun juga dapat memahami isi bacaan.

Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan

kelompok uji. Kelompok uji adalah kelompok yang nantinya akan diberikan

treatment, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan

treatment. Setelah peneliti membagi subjek ke dalam dua kelompok, peneliti

kemudian menganalisis hasil data dari uji eksperimen tersebut.

1.8 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam penelitian ini adalah mencakup berbagai hal, yaitu:

1.8.1 Shadow Puppets, adalah permainan boneka yang diproyeksikan bayang-

bayangnya diatas layar dengan sebuah penerangan (obor, blencong)

(Sumardjo, 2004: 25).

Shadow puppets atau boneka bayang-bayang adalah permainan dengan

teknik pendalangan namun memiliki komponen yang berbeda dengan

wayang kulit tradisional (Puspitasari, 2012: 3).

Boneka bayang-bayang digunakan sebagai media pembelajaran sekaligus

meningkatkan kemampuan baca pada siswa-siswi. Permainan shadow

puppets yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah permainan

boneka dengan cara diproyeksikan sehingga muncul bayangan boneka

untuk selanjutnya dipertunjukan kepada siswa-siswi SDN Ungaran 01

(27)

9

1.8.2 Kemampuan baca, adalah kemampuan memahami, menelaah, dan

kelancaran membaca (Slavin, 2014: 169). Kemampuan baca yang diteliti

dalam penelitian ini adalah kemampuan baca siswa-siswi SDN Ungaran

01 terkait dengan pengaruh permainan shadow puppets. Kemampuan baca

siswa-siswi SDN Ungaran 01 ini akan dikaitkan dengan permainan

shadow puppets. Apakah terdapat pengaruh antara kemampuan baca

(28)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Tinjauan literatur berisi uraian mengenai teori yang melatar belakangi seluruh

kegiatan penelitian yang dilakukan dan membantu untuk dapat menganalisis

hasil penelitian sehingga mampu menjawab permasalahan serta

menggambarkan suatu fenomena.

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Literatur Anak

Literatur anak memiliki perbedaan dengan literatur dewasa pada umumnya,

literatur anak memiliki jenis yang lebih menghibur, berwarna, dan memiliki

cerita yang lebih menarik agar anak lebih tertarik untuk membacanya.

Literatur anak berupa fiksi biasanya memiliki cerita yang membawa mereka

untuk bermain dalam imajiasi dan emosi, anak–anak akan dibawa ke delam

cerita yang penuh warna dan imajinatif.

Menurut Hasanah (2013: 99), “Pada taraf anak, baru dapat berpikir secara sistematis terhadap hal atau objek konkret, secara perkembangan tersebut buku cerita secara potensial berisi pesan moral dan persoalan yang dikonkretkan melalui peran –peran yang dimainkan oleh tokoh cerita”.

Lewat cerita–cerita yang penuh fantasi, literatur anak bercerita tentang

kehidupan, yang dikemas melalui fantasi–fantasi yang diciptakan sehingga

cerita yang disampaikan akan lebih menyenangkan bagi anak. Gambaran

tentang masing- masing karakter akan lebih kuat, dan digambarkan selucu

(29)

11

dapat berkisah apa saja bahkan tidak masuk akal bagi orang dewasa, misalnya

kisah binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir, dan berperasaan layaknya manusia”.(Nurgiyantoro, 2004:109)

Di perpustakaan jenis literatur atau sastra khusus anak dibedakan dari kategori

jenis literatur umum, untuk memberikan kemudahan bagi anak untuk dapat

mengakses koleksi tersebut. Bahkan di perpustakaan disediakan khusus ruang

baca anak yang menyimpan koleksi fiksi anak. Pelayanan yang berbeda ini

dimaksudkan agar anak nyaman saat membaca, dan diharapkan agar anak

terhibur dan memiliki rasa senang, dan mengajak anak untuk mau membaca.

Sehingga Perpustakaan harus memiliki koleksi yang dikhususkan untuk anak,

dan memberikan ruang tersendiri bagi anak.

“Menyediakan koleksi dan memberikan layanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan anak, akan membuat anak- anak betah berada pada ruangan untuk membaca dan tujuan ruangan baca dalam menumbuhkan minat baca terhadap anak akan tercapai dengan sendirinya” (Yunaldi 2012:207).

Perpustakaan dapat memanfaatkan literatur anak, untuk menarik minat baca

pada anak, jika minat baca sudah tumbuh sedari dini maka perpustakaan akan

dengan ketingkat selanjutnya yaitu mengajarkan anak untuk memahami

bacaan agar anak dapat menyaring informasi yang ada pada koleksi.

2.1.2 Membaca dan Perpustakaan Sekolah

Membaca merupakan aktivitas mengamati, mengingat-ngingat serta

menelaah kalimat dan maknanya ke dalam pikiran. Membaca adalah aktivitas

(30)

terpisah-pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati,

dan mengingat-ingat (Soedarso, 2004: 4). Membaca merupakan kegiatan yang

biasa dilakukan di perpustakaan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah

anak-anak sekolah yang membaca buku di perpustakaan. Menurut

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007, Perpustakaan adalah institusi

pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara

professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,

penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan tidak

hanya sebagai tempat untuk mencari ilmu tentang pelajaran sekolah, akan tetapi

bisa juga ilmu yang berhubungan dengan dunia secara luas dan tanpa batas.

Perpustakaan sangat bermanfaat bagi penunjang pendidikan. Hal ini juga yang

diterapkan di SDN Ungaran 01 dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

dengan melibatkan perpustakaan sebagai pusat dan sumber informasi pelajaran

siswa-siswi. Perpustakaan dilibatkan dalam hal peningkatan mutu yaitu dengan

memotivasi siswanya untuk lebih banyak membaca di perpustakaan sekolah.

Membaca dan perpustakaan merupakan dua hal yang berhubungan satu sama lain.

Perpustakaan tanpa adanya aktivitas membaca akan terasa sia-sia dan kehilangan

tujuan dari didirikannya perpustakaan, dan begitu juga membaca tanpa adanya

perpustakaan akan sulit mendapatan literatur yang beragam.

Membaca merupakan alternatif pelajaran yang dilakukan untuk dapat

memenuhi kebutuhan informasi, peradaban yang semakin maju dan kebutuhan

informasi yang semakin tinggi menuntut agar semua orang mau membaca buku

(31)

13

“Membaca merupakan kunci pengetahuan dan perangkat penting menuju

kemajuan dan kesuksesan, tidak terkecuali bagi sebuah negara.”

Menurut UNICEF tingkat membaca di Indonesia masih tergolong sangat

rendah, hal ini dilihat dari kurangnya minat masyarakat dalam membaca sebuah

buku, dapat disimpulkan bahwa tidak semua orang memiliki kegemaran membaca

karena membaca masih dianggap kegemaran bukan kebutuhan untuk

mendapatkan sebuah informasi.

Membaca akan menjadi sebuah kegiatan yang menarik dan akan disukai

anak apabila mereka tau tentang hakikat membaca, manfaat, serta teknik

membaca. Hakikat tersebut wajib ditanamkan sejak dini khususnya melalui

lembaga sekolah, sekolah dituntut untuk memiliki perpustakaan yang baik yang

memiliki koleksi yang tergolong lengkap sehingga anak–anak tergugah

menyisakan waktu mereka untuk membaca.

Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi perpustakaan. Menurut Lasa

( 2007: 13), fungsi perpustakaan yaitu:

1) Media pendidikan.

Perpustakaan sekolah dinilai sangat penting hadir di sekolah, sebagai bagian

dari tempat pengajaran yang tidak mengkotak –kotakan mata pelajaran, dimana

(32)

yang mereka butuhkan. Menurut Arsidi (2014 : 146), “Perpustakaan sekolah

menjadi kebutuhan mutlak sebagai sumber ilmu pengetahuan dan informasi, untuk

memperluas wawasan, dan mengembangkan daya kreatifitas intelektual peserta didik”.

Perpustakaan sekolah di era ini tidak lagi sebagai tempat yang memiliki

layanan membaca saja, namun perpustakaan sekolah sudah dituntut untuk ikut

serta dalam kemajuan prestasi anak- anak.

“Perpustakaan sekolah tidak hanya menyediakan bahan pustaka, tetapi perpustakaan sekolah harus mampu membina pemustaka agar gemar membaca agar mempermudah cara belajar siswa, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan intelektual, kecerdasan, emosional dan kejiwaan siswa” (Murtiningsih,2013:3).

Membaca dan perpustakaan sekolah memiliki kaitan yang sangat erat,

dimana perpustakaan sekolah dituntut untuk dapat membangkitkan gemar

membaca, peran perpustakaan sekolah tidak hanya dituntut untuk membangkitkan

gemar membaca, namun juga memiliki peran untuk menuntun peserta didik untuk

dapat mengambil informasi dari koleksi yang dibaca oleh peserta didik.

(33)

15

Perpustakaan sekolah memiliki tujuan yang nyata, menurut Sutarno

(2006:35) yaitu:

1) Dapat mengikuti peristiwa dan perkembangan dunia terakhir melalui sumber bacaan mutakhir.

2) Secara tidak langsung memberikan pengajaran dan pendidikan.

3) Memberikan rujukan dalam menyelesaikan tugas, menulis, meneliti dan sebagainya bagi siswa dan para pengguna perpustakaan lain.

Perpustakaan sekolah memiliki manfaat yang penting, yang dapat

meningkatkan membaca pada anak, menurut Ibrahim (2001 : 5) manfaat

perpustakaan, adalah :

1) Perpustakaan dapat menimbulkan rasa cinta siswa terhadap membaca. 2) Perpustakaan dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.

3) Dapat menanamkan kebiasaan mandiri yang akhirnya siswa dapat belajar secara mandiri.

4) Perpustakaan dapat mempercepat teknik membaca 5) Membantu pengembangan kecakapan berbahasa. 6) Melatih siswa kearah tanggung jawab.

7) Dapat memperlancar siswa dalam tugas – tugasnya. 8) Membantu siswa dan guru sumber pengajaran.

9) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.1.3 Kemampuan Baca

Anak memiliki berbagai potensi yang dapat dan perlu

dikembangkan, terutama potensi “ingin tahu”. Untuk mengembangkan

berbagai macam potensi, anak memerlukan suatu media yang mendorong

untuk potensi itu berkembang. Salah satu media yang dibutuhkan adalah

buku. Raharjo dalam Kawuryan (2012: 10) menyatakan bahwa

berdasarkan hasil identifikasi ketidak mampuan belajar (learning

disability) pada anak sekolah dasar, sebagian dari anak-anak sekolah dasar

(34)

kelas 5. Cara mengatasi masalah ini dapat dengan cara memberikan

motivasi agar anak mampu membaca. “An individual’s attitude towards

books and reading plays a significant role in education and in personal

development, especially when it comes to children “( Vilar, 2015: 3 ).

Menurut Vilar, sikap individu terhadap buku dan membaca memainkan

peran penting dalam dunia pendidikan dan dalam pengembangan pribadi

masing-masing anak, terutama ketika datang ke anak-anak adalah waktu

yang paling penting untuk mengenalkan dunia membaca.

“Anak memerlukan membaca buku untuk mendorong potensi dalam dirinya berkembang. Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat” (Soedarso, 2004: 4).

Membaca dapat diartikan pula sebagai keterampilan dasar dalam

kehidupan. Bagi anak-anak membaca menjadi kunci sukses untuk mengkiuti

pendidikan di sekolah. Anak-anak yang memiliki kemampuan membaca dengan

baik memiliki peluang meraih pendidikan yang lebih tinggi dan tentunya untuk

meningkatkan potensi diri anak. Gemar membaca merupakan kemampuan untuk

memahami dan mengerti isi teks tertulis serta menerapkan dalam praktek. “Though reading comprehension is primary outcome for literacy programs, it is

not always proficiently developed as a result of design features” (Snow dalam

Ortlieb, 2002: 92). Berdasarkan pendapat tersebut yaitu meskipun pemahaman

membaca adalah hasil utama untuk program keaksaraan, itu tidak selalu mahir

(35)

17

anak-anak untuk mengenalkan berbagai hal pada mereka. Terdapat 3 (tiga) teori

dalam membaca yaitu teori psikologis, teori kognitif, dan teori linguistik

(Deswita, 2013: 3). Di dalam teori psikologis terdapat model behavior yang

berkaitan dengan proses membaca. Menurut teori ini bahwa semua proses

membaca dengan mengecam huruf yang diikuiti dengan perkataan. Perlu juga

mendapatkan makna dari perkata secara otomatis setelah mahir membaca.

Selanjutnya adalah teori kognitif, yaitu menganggap membaca sebagai suatu

pengumpulan, memproses serta menggunakan maklumat dan tidak hanya

bertindak balasan. Teori linguistik yaitu menganggap membaca merupakan proses

mendapatkan makna pada tahap pendalaman.

Jenis-jenis membaca menurut Jayanti (2013:75) meliputi membaca cepat,

membaca sekilas, membaca memindai, membaca intensif, membaca ekstensif.

Membaca intensif meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca krits,

membaca ide, membaca bahasa asing, dan membaca sastra. Membaca ekstensif

terbagi mejadi tiga, yaitu membaca survei, membaca sekilas, dan membaca

dangkal. Membaca yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah membaca

kritis. menurut Burn (1996: 278) mengemukakan bahwa “membaca kritis adalah

mengevaluasi materi tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalam

materi dengan standar yang diketahui dan menarik kesimpulan tentang

keakuratan, dan kesesuaian”.

Jenis membaca cepat atau yang disebut dengan ekstensif, menurut Haryadi

(36)

penting dengan cepat, sehingga membaca dengan efektif akan terlaksana. Dua hal

yang perlu diperhatikan dalam membaca cepat yaitu cepat dan tepat.

Membaca erat kaitannya dengan minat baca. Rahim (2005: 28)

mengemukakan bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat disertai dengan

usaha-usaha seseorang untuk membaca. Kaitan dengan penelitian ini adalah minat

baca pada siswa-siswi. Perlu adanya sebuah keinginan dan ketertarikan pada

sebuah bacaan.

“Minat baca seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri individu, yaitu meliputi pembawaan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, keadaan kesehatan, dan keadaan jiwa serta kebiasaan. Faktor eksternal adalah faktor yang berada dari luar individu yaitu keadaan yang memberikan dan membentuk minat. Faktor dari luar ini meliputi buku atau bahan bacaan, kebutuhan anak, faktor lingkungan” (Harris dan Sipay dalam Mujiati, 2001: 24).

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa faktor minat baca

meliputi faktor dari dalam dan luar. Kaitan dengan penelitian yang dilakukan pada

siswa-siswi SD, faktor dari luar sangat mempengaruhi. Faktor ini meliputi bahan

bacaan, kebutuhan anak, dan faktor lingkungan. Kebutuhan anak inilah yang

menjadi perhatian utama. Pada siswa-siswi SD yang masih kategori anak-anak,

belajar dan bermain merupakan sebuah kebutuhan penting. Belajar dan bermain

merupakan poin penting dalam penelitian ini. Kaitan dengan penelitian ini yaitu

cara meningkatkan kemampuan baca yang merupakan bagian dari belajar dengan

shadow puppets.

Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan

(37)

19

baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca.

Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam

kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas

kesadarannya sendiri (Rahim, 2007: 28).

Kemampuan membaca bukan karena ada faktor eksternal sebagai

pendorong untuk membaca, melainkan karena ada faktor internal sebagai

pendorong untuk membaca. Faktor internal itu ialah keinginan untuk mendapat

pengalaman yang mengasyikkan dari kegiatan membaca, dimana menumbuhkan

minat baca penting untuk meningkatkan kemampuan baca. Prastowo (2012: 378)

menyatakan ada beberapa alasan mengapa kita perlu menumbuhkan minat baca

pada anak. Alasan-alasan tersebut adalah:

1) Anak yang senang membaca akan membaca dengan baik, sebagian besar waktunya digunakan untuk membaca.

2) Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik.

3) Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal dan membuat belajar lebih mudah.

4) Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak.

5) Membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang.

6) Anak-anak yang gemar membaca dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan

7) Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka.

Meningkatkan minat baca mau tidak mau kini sudah sangat diperlukan.

Keadaan dunia yang semakin mengglobal secara tidak langsung telah memaksa

(38)

beredar. Selain itu, keadaan ini juga telah menuntut kita untuk memperbaiki

kualitas diri. Salah satu kunci untuk mencapai beberapa poin tersebut adalah

dengan membaca.

Menurut Badan Pusat Statisitik (BPS) pada tahun 2012 dijelaskan bahwa

sebanyak 91,68% penduduk yang berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai

menonton televisi, dan hanya sekitar 17,66 persen yang menyukai membaca dari

berbagai sumber seperti surat kabar, buku atau majalah. Kurangnya minat baca

yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia seharusnya mendorong pihak-pihak yang

terkait untuk sesegera mungkin memfasilitasi dan menganalisis apa saja yang

menjadi penyebab hal tersebut. Dalam hal ini, tentu sangat diperlukan kerjasama

antara penulis, penerbit, dan pemerintah dalam pengadaan sumber bacaan.

Pertama, penulis diperlukan karena merekalah para pengarang dan pencari sumber

informasi yang mempu menuangkan ide-ide dan pengetahuan untuk

disebarluaskan kepada masyarakat. Kedua, penerbit diperlukan untuk

memfasilitasi para penulis dalam mempublikasikan karya-karya mereka. Karena,

sulit bila seorang penulis harus mencetak dan menerbitkan karyanya sendiri

kecuali dengan dana yang sangat besar. Ketiga, peran pemerintah sangat

diperlukan untuk memberikan subsidi buku, terutama buku-buku pelajaran yang

sangat dibutuhkan oleh generasi muda bangsa. Hal ini akan lebih baik jika

pemerintah memberikan anggaran khusus bagi pemuliaan perpustakaan, karena

perpustakaan dapat dijangkau oleh siapa saja dan tentunya lebih efisien bagi

(39)

21

dukungan untuk meningkatkan minat baca secara langsung anak akan

meningkatkan kemampuan bacanya.

Widjayanti (2012: 61) menyatakan bahwa kreatifitas itu betul tidak bisa

muncul dengan sendirinya, ada sesuatu yang memicu meskipun kadang tanpa

disadari. Jelasnya kreatifitas itu ya memang harus dibangun atau diciptakan dan

ditumbuh kembangkan terus menerus. Caranya dari berbagai referensi yang

dibaca. Sehingga kegiatan kemampuan membaca harus didukung dari minat baca

yang dimiliki oleh siswa, jika siswa sudah tertarik dalam membaca maka tidak

sulit untuk meningkatkan kemampuan bacanya. Hal ini yang membuat

kemampuan membaca sangat penting dimiliki oleh anak sejak dini.

2.1.4 Shadow Puppets

Shadow puppets merupakan permainan yang berbentuk sebagai

pewayangan, seiring berjalannya waktu shadow puppets atau yang biasa disebut

wayang kulit ini digunakan oleh kalangan luar negeri sebagai permainan yang

bisa dimainkan oleh anak-anak.

“Shadow play has been around in many parts of Asia since ancient times in various cultures and languages. Shadow Play (or Wayang Kulit in Malay) is one of the most ancient shadow play theatres in Malaysia and one of the well-known traditional storytelling methods Puppet show is a popular form of entertainment and education throughout the world, used to teach morals and values to the audience in traditional societies”.

(Dolhalit, 2013: 1)

Menurut Nakamura (2007: 3), Indonesian Wayang Kulit combines leather

(40)

performance that lasts several hours. Indonesia Wayang Kulit menggabungkan

wayang kulit, narasi, humor dan musik untuk menciptakan kinerja yang sangat

menghibur yang berlangsung beberapa jam.

“Cerita wayang merupakan salah satu jenis sastra tradisional yang masih popular dan memasyarakat hingga kini. Cerita wayang disebut sebagai sastra atau cerita tradisional karena telah amat lama menjadi milik bangsa dan mewaris secara turun-temurun kepada tiap generasi terutama secara lisan khususnya pada masyarakat Jawa”. (Nurgiyantoro, 2011: 2)

Cerita yang dipagelarkan dengan menggunakan shadow puppets ini

bukanlah cerita wayang namun cerita anak yang disesuaikan oleh kegemaran

anak-anak. In wayang authoring children are able to compose a story by using

digital puppets, save, and share it (Dolhalit dkk, 2013: 28). Wayang anak dapat

ditulis dengan menggunakan boneka digital, menyimpan, dan membaginya atau

memainkannya. Sekarang ini media rakyat dipakai dalam bentuk seperti teater,

drama, dan pedalangan atau pewayangan dalam pendidikan (Arif dan Napitulu

dalam Wahyu Puspitasari, 2012: 14). Menurut Rasyid dalam Wahyu Puspitasari

(2012: 15) mendefinisikan boneka bayang-bayang (shadow puppets) adalah jenis

boneka yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang

dari boneka tersebut.

Tujuan shadow puppets menurut Nakamura dan Hobart, There are two

types of Balinese Wayang Kulit performances, day performances (wayang lemah)

and night performances (wayang peteng) (Hobart 24), that are different in style

and serve different religious purposes (Nakamura, 2007: 4). Menurut Nakamura

(41)

23

Lemah) dan malam pertunjukan (Wayang Peteng) (Hobart 24), yang berbeda

dalam gaya dan melayani tujuan agama yang berbeda.

Semula wayang dipentaskan pada waktu malam hari dengan menggunakan penerangan yang disebut “blencong”. Cahaya blencong itu menimpa gambar yang ada di depan kelir (layar) sehingga menghasilkan bayangan di atas layar. Bayangan itulah yang disebut dengan wayang atau pertunjukan”. (Paramita dalam Sukirno, 2009: 19 -20).

Penggunaan shadow puppets dalam pembelajaran bercerita memiliki

kelebihan tersendiri. Shadow puppets memberikan visualisasi yang imajinatif

sehingga siswa lebih termotivasi. Permainan ini akan mengangkat cerita sesuai

buku yang ada di perpustakaan, sehingga akan anak-anak yang merasa tertarik

dengan cerita tersebut maka akan meminjam langsung ke perpustakaan, sehingga

perpustakaan dapat melakukan promosi secara langsung tentang buku-buku yang

di simpan di perpustakaan.

Permainan akan dimainkan oleh beberapa orang siswa dan siswa lainnya

akan melihat pertunjukan tersebut, permainan ini harus memiliki kemampuan

membaca yang baik agar bisa memainkan peran yang akan diperankan, permainan

ini juga harus memiliki daya imajinasi agar dapat menjiwai peran. Secara tidak

langsung permainan ini dapat melatih kemampuan anak dalam berinteraksi,

menjiwai cerita serta memiliki imajinasi. Permainan ini tidak hanya dapat

meningkatkan minat baca namun juga kemampuan yang lain. Permainan shadow

puppets ini tidak memerlukan bahan khusus atau bahan yang susah dicari namun

permainan ini dapat menggunakan bahan yang sudah tidak terpakai seperti koran

(42)

Menurut Nurgiyantoro (2011: 25) menyatakan bahwa pelaku utama pertunjukkan

wayang adalah dalang. Dialah yang mengerjakan hampir semua kerja

pertunjukkan. Dalang adalah seniman komplit dan menjadi sutradara yang

bertanggung jawab atas jalannya seluruh pertunjukkan. Menurut Nakamura (2007:

4), the dalang is the puppeteer, writer, leader of musicians, and narrator of

wayang kulit.

Cara pementasan shadow puppets menurut Dolhalit (dkk)

collective interaction based on the concept of traditional puppet theatre. When interacting with Puppet Wall, users hold a wand in their hands that controls a puppet on a large touch screen in front of them. The touch screen is used to manipulate the playground, which consists of characters, props, and a background” (Dolhalit, 2013: 28).

Penelitian ini menggunakan permainan shadow puppets dalam penerapannya.

“When researching with children, we are not able to use written surveys or classical interviewing, but we can collect answers on the opinions, perceptions, feelings and behaviour of children with drawing, group interviews, observation, role-playing, etc.”(Vilar, 2015: 4).

Menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika meneliti

dengan anak-anak, kita tidak dapat menggunakan survei atau wawancara klasik

tertulis, tetapi kita dapat mengumpulkan jawaban atas pendapat, persepsi,

perasaan dan perilaku anak-anak dengan gambar, wawancara kelompok,

observasi, role-playing, dll.

Wayang merupakan peninggalan budaya Jawa selama 5 abad yang

merupakan hiburan orang Jawa pada jaman dahulu. Pertunjukan atau permainan

(43)

25

Jawa). Tempat yang sering dijadikan tempat untuk pertunjukan antara lain:

Sasono Hinggil Alun-alun Utara, Bangsal Sri Manganti Keraton, Museum

Sonobudoyo Alun-alun Utara, Museum Wayang Jl. Wonosari. Cerita wayang

kulit bersumber pada beberapa kitab buku tentang Ramayana, Mahabharata,

Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Tidak hanya tentang pewayangan jawa,

shadow puppets sekaraang lebih dikemas menjadi sesuatu yang menarik bagi anak

dengan memainkan cerita binatang misalnya. Cerita-cerita yang diapakai dalam

permainan shadow puppets atau wayang di atas dapat ditemukan di perpustakaan.

Permainan wayang sendiri tidak hanya dimainkan di tempat-tempat seperti

museum, sekarang ini banyak juga yang dimainkan di perpustakaan sekolah

khususnya. Hal ini berkenan dengan maksud untuk meningkatkan minat baca dan

kemampaun baca pada siswa-siswi sekolah.

Shadow puppets dari berbagai budaya :

1) Cambodia

Cambodian shadow theatre Sbek Thom was named an Intangible

Cultural Heritage by the United Nations Educational Scientific and

Cultural Organisation (UNESCO) in 2005 (Nakamura, 2007: 2).

Menurut Nakamura, Kamboja bayangan teater Sbek Thom bernama

sebuah Warisan Budaya Takbenda oleh United Nations Educational

Scientific and Cultural Organisasi (UNESCO) di 2005. Dalam

pementasan terdapat enam sampai delapan dalang memegang wayang

(44)

2) Cina

Shadow puppetry in China involves leather puppets to depict traditional

Chinese stories and myths (Nakamura, 2007: 2). Menurut Nakamura,

wayang kulit di Cina melibatkan wayang kulit untuk menggambarkan

tradisional Cina dan cerita-cerita tentang mitos. Wayang kulit pertama

kali dipopulerkan selama dinasti Lagu. Wayang kulit di Cina berbentuk

boneka kecil tembus dan berwarna, dengan tangan bergerak dan kaki.

3) India

Di India, ada banyak jenis yang berbeda dari wayang kulit tergantung

pada wilayah India. Widely prevelant in Southern India, most shadow

puppets are made from leather and most forms use episodes from the

Mahabharata or Ramayana epic as basis for their plots (Nakamura,

2007: 3).

4) Thailand

Bentuk wayang Thailand Bayangan Nang Yai didasarkan pada Ramayana.

Dalam bentuk ini, ada campuran boneka raksasa yang menggambarkan

seluruh adegan dan boneka kecil karakter dari Ramayana. Nakamura

(2007: 3) berpendapat bahwa “Like Cambodia's Sbek Thom, two narrators tell the story while a group of a dozen puppeteers enact the narration,

holding the puppets over their head”. Menurutnya wayang di Thailand

seperti wayang yang ada di Kamboja, yaitu seperti Kamboja Sbek Thom,

dua orang memberitahu cerita sementara sekelompok selusin dalang

(45)

27 2.1.5 Story Telling di Perpustakaan

Story telling merupakan kegiatan mendongeng pada anak, kegiatan ini

sering diimplementasikan di perpustakaan karena selain kegiatan ini sederhana,

kegiatan ini mampu untuk meningkatkan minat anak. Dongeng akan lebih

mampu membangkitkan minat anak karena menarik, selain membangkitkan minat

anak, anak akan lebih mampu memahami cerita.

Menurut Maulifah ( 2013:99) “Ada beberapa alasan story telling dianggap efektif dalam memberikan pendidikan, kepada anak, pertama, cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Kedua melalui story telling anak diajarkan mengambil hikmah.

Dalam story telling terdapat peran–peran yang dimainkan, peran tersebut berguna bagi anak- anak untuk memahami karakter yang ada dalam cerita, dengan

begitu anak akan memahami cerita dengan baik, tidak hanya memahami namun

anak juga akan mengambil hikmah. Perpustakaan sendiri mengadakan kegiatan

story telling guna memberikan pendidikan anak dengan cara yang menarik, dan

interaktif, dimana anak-anak tidak merasa bosan.

Perpustakaan memahami bahwa kebutuhan informasi semakin meningkat,

dan informasi semakin hari akan terus diperbarui, oleh karena itu perpustakaan

sebagai lembaga pusat informasi sangat perlu melakukan kegiatan story telling

selain untuk mengajak anak-anak belajar bersama untuk menemukan sebuah

informasi dalam sebuah cerita, perpustakaan juga menggunakan story telling juga

dapat dijadikan sebagai promosi yang menarik.

Menurut Herawati (2013:1) “anak memerlukan banyak sekali informasi untuk

mengisi pengetahuannya agar siap menjadi manusia yang sesungguhnya. Dalam hal ini membaca merupakan cara untuk mendapatkan informasi karena

(46)

Di perpustakaan biasanya mengadakan story telling yang dikemas lebih

menarik, story telling diadakan saat promosi perpustakaan seperti

meningkatkan minat baca atau pekan kunjung perpustakaan contoh kegiatan

storry telling yang diadakan di bogor dalam acara pekan kunjung perpustakaan

(14 – 16 September 2015). Story telling sering diadakan di perpustakaan sekolah namun dalam bentuk shadow puppets masih jarang ditemukan.

2.1.6 Pengaruh Permainan Shadow Puppet Pada Anak

Banyak hal yang dapat dilakukan dalam mengembangkan fisik, motorik,

sosial, kognitif, kreatifitas, bahasa, perilaku, ketajaman penginderaan,

melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental, ataupun gangguan

perkembangan lainnya. Salah satu cara mengembangkannya yaitu dengan

bermain. Bermain adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk berbagai

tujuan yang menyenangkan.

Adapun fungsi bermain menurut Suryabarata (2010: 178):

1)Permainan meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku secara potensial berbahaya.

2)Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain

3)Permainan sebagai wadah untuk mempraktikkan peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya.”

Secara umum permaianan dapat di ketagorikan ke dalam 3 jenis, menurut

Suryabarata (2010: 180):

(47)

29

memotivasi anak untuk meraih keunggulan. Contoh permainan aktif:

a. Bermain bebas dan sopan b. Sandiwara

c. Bermain musik

d. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu

2) Permainan pasif, permainan ini bersifat mekanis dan biasanya dilakukan tanpa teman yang nyata, dapat mengolah keterampilan dan keahlian. Contoh permaian pasif adalah:

a. Membaca

b. Mendengarkan radio c. Menonton TV

3) Permainan fantasi, permainan imajinasi yang diciptakan sendiri oleh anak dalam dunianya, seperti bermain boneka dan berbicara sendiri. Sebenarnya mereka memiliki dunia sendiri terhadap boneka atau benda yang sedang dimainkan.”

Permainan dapat dijadikan media dalam menstimulasi bagi proses belajar

khususnya kemampuan membaca. Permainan shadow puppets merupakan

sebagai media. Media yang digunakan untuk memperlancar komunikasi

dalam proses pembelajaran sering diistilahkan sebagai media

pembelajaran (Haryoko, 2009: 2). Stimulasi visual merupakan bentuk

stimulasi yang dilakukan dengan cara melihat suatu objek, kemudian objek

tersebut dimasukkan ke dalam ingatan. Permainan dianggap hal yang

menyenangkan dan tidak membosankan dengan dengan media verbal dan

atau visual. Menurut Karwuyan dan Trubus (2012: 10-11), masih sulitnya

penggunaan media verbal maupun visual di kalangan pendidik khususnya

di sekolah dasar makin mempersulit bagi anak untuk mengatasi kesulitan

belajar khususnya membaca. Hal ini terjadi karena tenaga pengajar yang

kurang memahami akan pentingnya belajar lewat media permainan yang

(48)

Meier (1999) menyatakan bahwa visual adalah belajar dengan mengamati

dan menggambarkan. Kaitan dengan penelitian ini yaitu belajar dengan

mengamati apa yang harus diceritakan oleh anak sesuai dengan buku. Selanjutnya

anak menggambarkan imajinasi cerita yang telah diamatinya melalui buku untuk

selanjutnya mempraktekkan secara langsung menggunakan permainan shadow

puppets. Dengan visualisasi ini anak akan lebih memahami cerita dari buku. Anak

dapat dengan baik menangkap isi cerita buku dengan permainan ini. Tidak hanya

itu, anak akan terpacu untuk membaca buku lainnya karena menemukan

kesenangan dalam membaca.

“Informasi yang diproses secara mendalam dengan cara diberikan perhatian khusus, dianalisis secara menyeluruh, dan diperkaya dengan asosiasi-asosiasi atau citra-citra dapat bertahan lama dalam ingatan daripada informasi yang tidak mendapat atensi penuh dan dianalisis hanya dalam level dangkal akan segera dilupakan”. (Craik dan Lockhart dalam Chussurur, 2011: 10)

Menurut Keraf (2001: 137), narasi merupakan suatu bentuk wacana yang

berusaha mengisahkan suatu kejadian seolah-olah pembaca melihat atau

mengalami sendiri peristiwa itu. Wacana ini kaitan dengan penelitian ini adalah

dengan menceritakan kembali wacana sesuai dengan buku dengan menggunakan

shadow puppets. Shadow puppets merupakan bentuk dari media visual yang dapat

dimanfaatkan untuk membangkitkan minat belajar maupun membaca pada anak.

Media berbasis visual (image atau perumpaan) memegang peranan yang sangat

penting dalam proses belajar, media visual dapat memperlancar pemahaman dan

pengelihatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat dan memberikan hubungan

(49)

31 2.2 Penelitian Terdahulu

Karya yang memiliki kesamaan dengan topik yang dibuat penulis

antara lain skripsi karya Puspitasari (2012) dengan judul “Keefektifan

Shadow Puppet sebagai Media Bercerita Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 3 Wates Kulon Progo.” Penelitian dalam karya Wahyu

Puspitasari ini dilakukan di SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 3 Wates Kulon

Progo. Dalam karya ini menguraikan perbedaan kemampuan bercerita

antara siswa yang diberi pembelajaran dengan media Shadow Puppet dan

siswa yang tidak diberi pembelajaran dengan media Shadow puppets.

Dalam karya ini menggunakan studi komparatif untuk membandingkan

satu objek kajian dengan objek kajian lain. Objek kajian dalam karya ini

adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 dan Siswa kelas VII SMP Negeri 3

Wates Kulon Progo. Objek kajian karya ini berbeda dengan topik yang

diambil dalam peneliti. Dalam topik yang diambil peneliti objek kajian

hanya satu fokus saja tanpa adanya perbandingan, yaitu Siswa SDN

Ungaran 01.

Di bawah ini hal-hal yang terdapat dalam karya Wahyu Puspitasari, yaitu:

1) Menguraikan tahapan prosedur penelitian eksperimen, yaitu tahap pra

ekspereimen, tahap eksperimen, dan tahap akhir eksperimen.

2) Menguraikan shadow puppets sebagai media pembelajaran bercerita.

3) Menguraikan beberapa hal mengenai hakikat bercerita dan teknik

(50)

Dalam karya yang kedua karya Setiowati (2012) yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Media Wayang terhadap Kemampuan Menyimak Dongeng di

Kelas V SD Negeri 1 Serang dan SD Negeri 2 Mantrianom Kecamatan Bawang Banjarnegara.” Dalam karya ini sama-sama membahas tentang

shadow puppets atau wayang, namun demikian terdapat beberapa

perbedaan.

Di bawah ini hal-hal yang terdapat dalam karya Ening Setiowati di antaranya:

1) Beberapa hal tentang menyimak, yaitu pengertian menyimak, tujuan

menyimak, jenis-jenisnya, tahapan atau proses dalam menyimak, teknik

menyimak, tingkatan, faktor penting menyimak, dan strategi meningkatkan

kemampuan dalam menyimak.

2) Menguraikan mengenai dongeng, yaitu meliputi unsur-unsur dalam dongeng,

jenis-jenis dongeng, manfaat mendongeng, tujuan, dan strategi mendongeng.

3) Menguraikan tentang pembelajaran, yaitu media dalam pembelajaran, manfaat

media pembelajaran, jenisnya, dan kriteria pemilihan media pembelajaran.

4) Menguraikan secara spesifik mengenai media gambar, yaitu kelebihan dan

kelemahan media gambar.

5) Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran penyimak dongeng dengan

menggunakan media gambar

6) Menguraikan secara detail mengenai media wayang, yaitu langkah-langkah

pembuatan media wayang, kelebihan dan kelemahan media wayang, dan

(51)

33

media wayang. Di bawah ini tabel perbedaan penelitian karya Wahyu, Ening

dan penelitian ini.

Tabel 0-1Perbandingan dengan Skripsi Terdahulu

Dari Segi Wahyu Puspitasari Ening Setiowati Penelitian ini

1. Cakupan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode merupakan langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan

sistematis untuk memecahkan masalah yang terdapat pada penelitian ini. Adapun

pada bab ini peneliti membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

dipakai.

3.1 Jenis Metode Penelitian

Penelitian akan menggunakan pendekatan kuantitatif, dan dengan metode

eksperimen. Digunakan pendekatan kuantitatif karena penelitian ini menekankan

pada seberapa berpengaruh permainan shadow puppets terhadap minat baca anak

dengan cara pengolahan data berupa angka supaya hasilnya jelas. Sugiyono

(2009: 2) menyatakan bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik

untuk mencapai maksud, cara kerja sistematis untuk memudahkan pelaksanaan

sebuah kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Penelitian ini

menggunakan pendekatan secara deduktif. Pendekatan deduktif adalah

pendekatan secara teoritik untuk mendapatkan konfirmasi berdasarkan hipotesis

dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya.

Faisal yang dikutip oleh Martono (2012:8) mengatakan bahwa penelitian adalah suatu aktivitas menelaah suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang terandalkan (objektif dan sahih) megenai “dunia alam” dan “dunia sosial”.

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yaitu penyajian data

(53)

35

Pengertian kuantitatif menurut (Sugiyono, 2009: 13) adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik degan tujuan meguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam metode kuantitatif ini penelitian menggunakan ekperimen.

Penelitian eksperimenyaitu diberikannya perlakuan (treatment), eksperimen dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan (Sugiyono,

2009:72).Penelitian eksperimen memberikan treatment di perpustakaan SDN

Ungaran 01 dengan menggunakan media permainan shadow puppets pada

sampel.Metode eksperimen ditujukan untuk meneliti hubungan sebab-akibat

dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu (atau lebih) kelompok

eksperimental, dan membandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak

mengalami manipulasi (Rakhmat, 2012: 32). Setelah satu kelompok dimanipulasi

maka dapat diketahui bahwa variabel bebas itu disebut garapan (treatment).

Dalam penelitian ini variabel bebas adalah shadow puppets. Shadow puppets

digunakan sebagai media treatment bagi satu kelompok.

Peneliti akan menggunakan quasi experiment,eksperimen ini bertujuan

untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang

dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang

memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang

memungkinkan. Quasi experiment atau kuasi eksperimental mempunyai dua ciri.

(54)

pada kelompok eksperimental atau kelompok kontrol. Kedua, peneliti tidak dapat

mengenakan variabel bebas kapan dan kepada siapa saja yang dikehendakinya

(Rakhmat, 2012: 51). Menurut Isbiyantoro (2014: 2), menyebutkan bahwa

penelitian eskperimen terbagi menjadi dua antara lain:

1) Penelitian eksperimen dalam laboratorium

Penelitian ini dilakukan di dalam laboratorium yang telah terkontrol

keadaannya. Penelitian eksperimen ini mudah untuk diamati dan dilakukan

karena keadaan lingkungan dapat dikontrol.

2) Penelitian eksperimen di luar laboratorium atau penelitian eksperimen

lapangan.

Penelitian ini dilakukan di luar laboratorium karena suatu hal. Kelemahan

dari penelitian eksperimen jenis ini rentan dengan perubahan lingkungan

yang dapat mengganggu penelitian.

Terbaginya penelitian eksperimen menjadi dua jenis ini berdasarkan dengan

keadaan objek dan fenomena seperti apa yang akan dibuat

eksperimen.Dalam penelitian eksperimen ini menggunakan desain

kelompok statis prauji dan pascauji (pretest-posttes control group design). “Desain ini digunakan bila peneliti tidak mungkin melakukan randomisasi,

tetapi ia ingin mempunyai kelompok kontrol” (Rakhmat, 2012: 42).

Analisis data yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan SPSS 17.

(55)

37

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 80).

Populasi yang akan digunakan adalah siswa SDN Ungaran 01 terdiri dari semua

siswa-siswi kelas 2. Kriteria siswa atau siswi yang dipilih dalam penelitian yaitu :

1) Lancar dalam membaca.

2) Belum mengetahui cerita kancil dan buaya.

3) Belum pernah melihat shadow puppets.

4) Mempunyai hobi yang netral (diutamakan yang tidak memiliki

hobi membaca sebelumnya).

5) Mudah berkomunikasi.

3.2.2 Sampel

Menurut Martono (2012: 74) sampel adalah bagian dari populasi yang

memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut(Sugiyono,2009:81), karena penelitian ekperimen menggunakan teknik

yang sederhana dan menggunakan populasi yang tidak banyak, maka akan

menggunakan simple random sampling.

Bagan dari desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 0-1: Desain Penelitian

(56)

K2 O3 O4

Keterangan:

K1 = Kelompok perlakuan

K2 = Kelompok tanpa perlakuan

O1, O3 = Prestest

X = Eksperimen

O2, O4 = Postest (Soendari,2006:5)

Tidak ada penghitungan dalam penentuan sampel. Penelitian ini

mengambil sampel secara acak dengan membuat kelompok sampel menjadi dua.

Masing-masing kelompok sampel terdiri dari 10 siswa. Sampel 10 orang siswa ini

diambil atas pertimbangan dan hasil perhitungan dibawah ini.

Rumus: (t-1) (r-1) ≥ 15

Diketahui t = banyak kelompok (40 siswa)

r = jumlah sampel atau replika ( Budijanto,

2008 : 34)

Perhitungan.

(t-1) (r-1) ≥ 15

(40-1) (r-1) ≥ 15

(57)

39

Atas dasar perhitungan diatas maka peneliti mengambil sampel 10 orang

siswa untuk masing-masing kelompok.

3.3 Variabel dan Indikator

Variabel terdiri dari dua, yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Variabel Independen atau sering disebut variabel bebas,merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat) (Sugiyono, 2009:39). Variabel dependen sering disebut

variabel output, kriteria, konsekuen, atau merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat (Sugiyono, 2009:39).

Variabel X Variabel Y

(58)

1) Berkaitan dengan siswa apakah mengetahui cerita Kancil dan Buaya.

2) Berkaitan dari mana siswa mengetahui cerita Kancil dan Buaya.

3) Berkaitan dengan siswa pernah membaca buku Kancil dan Buaya.

Pretest pada kelompok sampel yang mendapatkan perlakuan.

1) Berkaitan dengan siswa apakah mengetahui cerita Kancil dan Buaya.

2) Berkaitan dari mana siswa mengetahui cerita Kancil dan Buaya.

3) Berkaitan dengan siswa pernah membaca buku Kancil dan Buaya.

4) Berkaitan dengan pengetahuan siswa tentang shadow puppets.

5) Berkaitan dengan siswa yang pernah menonton shadow puppets.

Berikut merupakan shadow puppets yang akan diberikan untuk kelompok yang

diberikan perlakuan.

Gambar 0-1:Adegan 1, kancil kelaparan di tepi sungai

Gambar

Gambar 1
Tabel 0-1Perbandingan dengan Skripsi Terdahulu
Gambar 0-3: Adegan 3, Kancil merayu buaya menyebrang ke tepi sungai
Gambar 0-8: Sampul kancil dan buaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

perkembangan anak sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang aktif,.. rasa ingin tahu tinggi, banyak bertanya, dan senang bereksplorasi

Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan

Kung Fu Matematika adalah permainan yang menarik bagi anak karena pada dasarnya anak- anak menyukai bergerak, sehingga anak akan merasa lebih senang jika menjawab soal

Penelitian ini dilatarbelakangi konsumsi buah dan sayur yang belum optimal diketahui ketika waktu istirahat makan, makanan atau bekal yang dibawa anak-anak sebagian

Anak Usia Dini adalah anak dimana hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain dengan bermain itulah Anak UsiaDini tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek yang

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan minat baca adalah kecenderungan sikap yang ditunjukkan dengan melakukan aktivitas membaca dilakukan dengan perasaan senang dan

Namun, setelah diberi perlakuan phonics method pada saat pembelajaran membaca, sebagian besar anak-anak di dalam kelas sangat terlihat antusias sehingga mereka mampu

Melalui membaca seseorang akan mendapatkan pengetahuan yang luas dan sebaliknya jika seseorang tidak gemar membaca dikhawatirkan tidak mampu mengetahui dan mengikuti perkembangan ilmu