• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kebijakan Publik Perbedaan Eval (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Evaluasi Kebijakan Publik Perbedaan Eval (2)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS AIRLANGGA | 2017

(2)

A. EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

Jones (1996) Secara umum menjelaskan evaluasi kebijakan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk menilai manfaat dari suatu kebijakan atau program pemerintah yang mencakup sub-sub kegiatan seperti spesifikasi obyek, Teknik pengukuran, metode analisis, dan rekomendasi yang dihasilkannya. Evaluasi Kebijakan juga dijelaskan oleh William N. Dunn (1998) sebagai sebuah tahapan kebijakan publik yang menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan yang ditujukan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan harapan masyarakat dan terbukti efektif memecahkan permasalahan yang ada atau tidak. Melalui beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan publik adalah suatu aktivitas pasca dilakukannya implementasi kebijakan yang dirancang guna menilai kualitas dan manfaat dari kebijakan yang telah dilaksanakan.

William N.Dunn (1994) menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan memiliki 3 tujuan dan fungsi utama, yakni :

a) Memberi informasi yang valid dan terpercaya mengenai kinerja dari sebuah kebijakan atau dalam Bahasa lain, fungsi kebijakan unyuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi para decision-makers untuk memutuskan apakan nantinya mereka akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah pelaksanaan kebijakan.

b) Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Pemilihan nilai dalam mencapai tujuan dan target, sejatinya, tidak didasari oleh berbagai kepentingan nilai dari kelompok/golongan tertentu. Ia harus didasarkan pada nilai yang memang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, nilai perlu diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target yang hendak dicapai.. c) Memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya,

termasuk pada rekomendasi kebijakan maupun pada perumusan kebijakan. Informasi tentang memadai atau tidaknya kinerja kebijakan yang didapatkan dari evaluasi kebijakan dapat memberi sumbangan bagi formulasi masalah kebijakan dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu di definisikan ulang (redefinition of goals and targets).

(3)

B. STUDI IMPLEMENTASI DAN STUDI EVALUASI : SERUPA TAPI TAK SAMA

Anggara (2014) menjelaskan bahwasanya studi mengenai analisis kebijakan publik sebelumnya telah berkembang luas jauh sebelum adanya kemunculan minat pada studi implementasi. Secara sederhana studi evaluasi dan studi implementasi dapat dianalogikan sebagai induk dan anak. Studi Impelentasi dapat dikatakan sebagai anak yang lahir dari studi evaluasi. Meskipun begitu, analogi ini tidak dapat secara rinci menjelaskan perbedaan antara studi evaluasi dengan studi implementasi. Untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai perbedaan dari studi evaluasi dan implementasi, hendaknya kita melihat ruang lingkup analisis kebijakan publik sebagai asal muasal dari studi evaluasi dan implementasi. Laswell dalam Parsons (2001) menyatakan bahwa analisis kebijakan merupakan sebuah analisis dengan sifat multimethod dan

multidisciplinary yang berfokus pada masalah serta berkaitan dengan pemetaan kontekstualitas problem kebijakan, opsi kebijakan dan hasil kebijakan yang bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan ke dalam suatu disipilin yang menyeluruh untuk menganalisis pilihan publik dan pengambilan keputusan. Pandangan Laswell ini menyatakan bahwa lingkup analisis kebijakan lebih berfokus pada persoalan proses pembuatan kebijakannya yakni mulai tahap perumusan masalah, agenda setting, formulasi kebijakan hingga legislasi kebijakan.

Parsons (2001) menjelaskan bahwa analisis evaluasi dan implementasi merupakan bagian dari analisis kebijakan publik, hanya pada satu tahap proses dan kedalaman analisis yang berbeda tentunya. Analisis evaluasi dan analisis implementasi memiliki lingkup fokus yang berbeda sesuai dengan istilahnya walaupun tetap merupakan analisis yang multidisiplin. Pengertian mendasar yang dapat membedakan antara analisis studi implementasi dengan analisis studi evaluasi sebagaimana yang dinyatakan oleh Parsons (1995) adalah :

” … evaluation eximines ‘how public policy and the people who deliver it may be appraised, audited, valued and controlled” while the study of implementation is about “how policy is put into action and practice”

(4)

suatu kebijakan atau program dijalankan. Dapat disimpulkan bahwa lingkup studi implementasi meliputi semua kegiatan yang terjadi setelah suatu kebijakan atau program dijalankan. Sedangkan lingkup studi evaluasi sebagaimana dijelaskan Weiss (1972) meliputi segala kegiatan membandingkan tujuan program yang telah ditetapkan di awal dengan efek/dampak yang dihasilkan oleh program/kebijakan setelah diimplementasikan. Michael Hill & Peter Hupe (2002) memperjelas perbedaan lingkup studi implementasi dan studi evaluasi dalam table sebagai berikut :

Tabel 1 : Implementing and Evaluation Research

Object Research Act

Evaluation Outcomes-value link Value judgement

Sumber: Hill & Hupe (2002)

Sebagai contoh, Pemerintah Kota Surabaya memiliki sebuah program yang ditujukan untuk mengurangi kemacetan dan meminimalisir pengguna kendaraan bermotor dibawah umur yang dinamakan program bus sekolah gratis. Berikut adalah table perbedaan analisis evaluasi dan implementasi berdasarkan contoh program tersebut

Tabel 2 : Contoh Perbedaan Ruanglingkup Studi Implementasi dan Studi Evaluasi dalam Program Bus Sekolah Gratis Pemerintah Kota Surabaya

Pertanyaan

Studi Implementasi 1. Bagaimana pelaksanaan bus sekolah gratis yang dilakukan pemerintah Kota Surabaya ?

2. Apakah terjadi kesalahan dalam proses pengimplementasian program bus sekolah gratis ini ? Apakah penyebabnya ?

Studi Evaluasi 1. Apakah program bus sekolah gratis yang sudah berjalan selama sepuluh tahun lebih ini sudah mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan ?

2. Adakah dampak program bus sekolah gratis terhadap penurunan angka kemacetan dan penggunaan kendaraan pribadi oleh anak di bawah umur di Kota Surabaya ?

3. Apakah program bus sekolah gratis ini merupakan program yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan yakni meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor di bawah

(5)

umur dan mengurasi kemacetan di Kota Surabaya ? 4. Bagaimana kinerja program bus sekolah gratis di Kota

Surabaya ?

5. Apa rekomendasi bagi program bus sekolah gratis di Kota Surabaya ?

Tak jarang muncul overlapping antara analisis studi evaluasi dan studi implementasi yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan evaluative dalam studi implementasi, seperti : “Apakah program/tindakan yang dipilih ini telah sesuai dengan tujuan yang di harapkan ? atau apakah keputusan yang dibuat untuk mengimplementasikan kebijakan sudah tepat ? Hal ini disebabkan karena kedua studi ini bias berangkat dari permasalahan yang sama. Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga batas antara keduanya.

C. IDENTIFIKASI PROGRAM BUS SEKOLAH GRATIS PEMERINTAH KOTA SURABAYA

a. Deskripsi dan Komponen Program Bus Sekolah Gratis Pemerintah Kota Surabaya

Laju tingkat konsumtif penduduk Indonesia akan tersedianya kendaraan bermotor, menjadikan jumlah transportasi pribadi meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap dalam tingkat kemacetan di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.

Kota Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur merupakan kota metropolitan kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 2.846.917 jiwa.1 Hingga tahun 2017 Kota Surabaya menjadi kota dengan pengguna

transportasi pribadi terbesar kedua setelah kota Jakarta. Saat ini jumlah kendaraan pribadi di Kota Surabaya mencapai 4.521.629 unit.2 Angka ini di

dominasi oleh kendaraan roda dua yang mencapai 3.625.999 unit. Jumlah kendaraan tersebut hampir mencapai dua kali lipat dari jumlah penduduk Surabaya. Tak heran jika Kota Surabaya mengalami kemacetan luar biasa setiap

1 Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2017. Jumlah Penduduk Kota Surabaya diakses melalui

https://surabayakota.bps.go.id/

2 Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2016. Jumlah Transportasi Kota Surabaya. Diunduh melalui

(6)

harinya. Kondisi ini diperparah dengan adanya penggunaan kendaraan pribadi oleh pelajar di bawah umur. Hingga tahun 2015 setidaknya terjadi 5.196 kasus pelanggaran kendaraan bermotor oleh pelajar dibawah umur.3 Belum lagi

ditambah banyaknya angka kecelakaan kendaraan yang dialami oleh pelajar pengguna kendaraan bermotor. Jumlah kecelakaan kendaraan yang melibatkan pelajar pada tahun 2015 mencapai 732 kecelakaan.

Untuk mengatasi permasalahan ini, dinas Perhubungan Surabaya selaku lembaga pemerintahan membuat program Bus Sekolah Gratis sebagai bentuk inovasi dalam transportasi publik yang dikhususkan untuk para pelajar. Bus sekolah gratis adalah bus yang digunakan untuk mengangkut pelajar antara rumah ke sekolah dengan tempat tinggal yang terlalu jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki, sehingga diharapkan pelajar tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi yang dapat menyebabkan kemacetan, polusi dan kecelakaan

Bus sekolah ini sendiri beroperasi dengan bertujuan untuk menekan angka kemacetan di Kota Surabaya dan meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor oleh pelajar di bawah umur. Program dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya mengenai bus sekolah berdasar pada keputusan peraturan kementerian direktur jenderal perhubungan darat nomor : SK.967/AJ.202/DRJD/2007 tentang penyelenggaraan angkutan sekolah. Dalam kebijakan tersebut bus sekolah merupakan suatu angkutan sekolah yang perlu diselenggarakan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan angkutan sekolah yang efektif dan efisien. Hingga tahun 2017 Dinas Perhubungan telah menyediakan 6 (enam) bus sebagai armada untuk mengangkut para siswa ke tempat tujuan dengan maksud untuk membantu para siswa khususnya dari keluarga yang tidak mampu atau untuk mengurangi bahkan meniadakan anak-anak sekolah yang tentunya belum memenuhi persyaratan memperoleh Surat Ijin Mengemudi (SIM) mengendarai sepeda motor atau bahkan mobil serta mengurangi kemacetan di Surabaya.

Menurut Kamus Beasr Bahasa Indonesia (KBBI), komponen dapat dartikan sebagai bagian dari keseluruhan. Aminuddin (2008) menjelaskan lebih mendetail mengenai makna komponen sebagai bagian dari suatu sistem yang memiliki

3 Data Satlantas Polwiltabes Kota Surabaya 2014

(7)

peranan penting dalam keseluruhan aspek berlangsungnya suatu proses dalam pencapaian tujuan di dalam sistem. Berikut adalah komponen program Bus Sekolah Gratis Pemerintah Kota Surabaya :

1. Tata Alur Lalu Lintas

Pada komponen ini pemerintah Kota Surabaya menyusun rencana pengaturan lalu lintas untuk melintasnya bus sekolah gratis ini. Hal ini perlu dilakukan agar ada kepastian zonasi dan rute / arahan sehingga dapat mengatasi kemacetan dan memfasilitasi kebutuhan angkutan pelajar di Surabaya. Hal ini mencakup pemerataan atau distribusi bus sekolah gratis di Kota Surabaya.

2. Infrastruktur dan Armada Bus Sekolah

Infrastruktur serta Armada bus sekolah sangat diperlukan dalam penyediaan pelayanan prima bagi publik khususnya bagi pelajar di Kota Surabaya. Hal ini juga mencakup efektivitas bus sebagai salah satu solusi mengatasi kemacetan, kecukupan dari jumlah armada bus sekolah gratis Surabaya serta Ketepatan waktu pengantaran dan penjemputan pelajar. 3. Pembiayaan

Pengelolaan dan Pembiayaan yang jelas dibutuhkan untuk dapat menjamin berlangsungnya program ini untuk jangka panjang. Oleh karena itu perlunya rincian mengenai Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Angkutan Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya. Hal ini mencakup efisiensi waktu, tenaga dan biaya.

b. Sasaran, Tujuan, dan Dampak dari Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya.

a. Sasaran Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya adalah seluruh pelajar Kota Surabaya dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

b. Tujuan Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya :

a) Mengurangi tingkat penggunaan kendaraan pribadi di Kota Surabaya terutama oleh pelajar dibawah umur

b) Meningkatkan angka keselamatan berkendara dan kepatuhan berlalu lintas di Kota Surabaya

(8)

c. Dampak Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya : a) Jangka Pendek :

 Membantu mengurangi biaya pengeluaran transportasi

bagi keluarga pelajar (terutama bagi keluarga dengan ketidakmampuan secara ekonomi)

 Berkurangnya volume kendaraan bermotor, khususnya

kendaraan pribadi di Kota Surabaya

b) Jangka Panjang :

 Menurunnya angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas

yang dilakukan oleh pelajar dibawah umur.

 Menurunnya angka kemacetan kendaraan di Kota Surabaya  Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup Kota yang Bersih

dan Hijau melalui penurunan tingkat polusi udara di Kota Surabaya

c. Kerangka Keterkaitan Rasional

Dalam suatu program harus terdapat keterkaitan rasional antara program yang akan dievaluasi dengan sasaran yang dituju dan dampak yang diharapkan. Ada tidaknya kaitan rasional tersebut, dapat menentukan apakah program tersebut yang harus dimodifikasi atau sasaran dan hasil yang harus diubah. Adapun keterkaitan rasional dalam program bus sekolah gratis dengan sasaran, tujuan dan dampaknya dapat dijelaskan melalui skema dibawah ini :

Skema 1 : Keterkaitan Rasional Program Bus Sekolah Gratis Kota Surabaya

(9)

Dengan adanya pengoprasian bus sekolah gratis di kota Surabaya tentunya secara langsung akan berdampak pada pengurangan volume kendaraan bermotor di Surabaya. Orang Tua Pelajar tidak perlu lagi berkendara untuk mengantarkan anaknya ke sekolah ataupun menjemput mereka. Dengan menurunnya jumlah kendaraan di jalan tentunya akan mengurangi tingkat kemacetan di Kota Surabaya. Tidak hanya itu saja, keluarga dari pelajar pengguna angkutan gratis ke sekolah ini tentunya akan terbantu dari sisi finansial karena tidak perlu mengeluarkan ongkos untuk biaya transportasi ke sekolah. Selain itu, angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas yang disebabkan oleh penggendara pelajar dibawah usia juga dapat ditekan. Dengan begitu, kualitas udara di Kota Surabaya juga dapat meningkat karena polusi yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan bermotor berkurang.

d. Hubungan Antar Variabel

Dalam keterkaitan rasional dalam sebuah program atau kebijakan perlu diketahui adanya variable anteseden dan variable intervening. Singarimbun (1984) menjelaskan bahwa ada beberapa jenis variable dalam sebuah penelitian, diantaranya ialah variable anteseden dan variable intervening. Variabel anteseden mempunyai kesamaan dengan variabel antara, yakni merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal antara variabel. Perbedaannya, “variabel antara” menyusut diantara variabel pokok, sedangkan variabel anteseden mendahululi variabel pengaruh. Sedangkan variable intervening ialah variable yang dipengaruhi oleh variable bebas yang kemudian mempengaruhi variable - variable terikat, jadi variable bebas mempengaruhi variable terikat melalui variable antara.

(10)

Kemampuan

Mengantar

(Z1)

Karakteristik

Perjalanan

(Z2)

Gaya Hidup

Pelajar

(Z3)

Atribut

Pelayanan

Transportasi

Umum

(Z4)

Penggunaan

Kendaraan

Pribadi oleh

Pelajar

(X)

Volume

Kendaraan

Bermotor

Beroperasi

Kemacetan

Lalu Lintas

(Y)

Skema 2 : Hubungan antar Variabel

Sumber : Singarimbun (1984)

Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa hubungan antar variable dalam program bus sekolah gratis Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

 Variabel Anteseden (Z) :

1. Kemampuan Mengantar yang dimiliki orang tua pelajar 2. Karakteristik Perjalanan

3. Gaya Hidup

4. Atribut Pelayanan Transportasi Umum

9

Variabel

(11)

 Variabel Independen (X) : Penggunaan kendaraan pribadi oleh pelajar

dibawah umur

 Variabel Intervening (antara) : Volume kendaraan pribadi yang beroprasi  Variabel Dependen (Y) : Kemacetan Lalu Lintas di Kota Surabaya

Dalam sebuah evaluasi kebijakan juga diperlukan analisis mengenai factor-faktor yang sekiranya dapat mendukung dan menghambat pencapaian sasaran program. Adapun beberapa factor pendukung dan penghambat dari sasaran program bus sekolah gratis pemerintah kota Surabaya ialah :

1. Faktor Pendukung

a. Fasilitas Penunjang Operasional Seperti AC, Televisi dan Audio b. Ketepatan Waktu

c. Peraturan Intern Sekolah yang melarang penggunaan kendaraan bermotor bagi pelajar dibawah umur.

d. Peraturan Polantas Republik Indonesia yang melarang penggunaan kendaraan bermotor bagi pengendara dibawah umur ataupun yang tidak memiliki SIM.

2. Faktor Penghambat

a. Keterbatasan Armada b. Keterbatasan Rute

c. Konflik kepentingan dengan Bemo dan angkutan lain

d. Penegakan peraturan dan larangan di sekolah mengenai penggunaan kendaran bermotor bagi pelajar dibawah umur

e. Measurement Program : Reliable and Valid Indicator

(12)

11

1. Presentase/Jumlah kendaraan bermotor jenis pribadi yang

 Perbandingan antara

kapasitas jalan dengan

 Waktu keberangkatan,

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Agustino,Leo. 2016. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta

Anderson, James E. 1987. Public Policy Making. New York : Reinhart and Wiston.

Anggara,Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung : Pustaka Setia

Dunn,William. 1998 Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Dunn, William N. 1981. Public Policy Analysis – An Introduction. New Jersey: Pearson education

Parsons, Wayne. 2001. Public Policy. Prenada Media : Jakarta

Setijaningrum,Erna. 2011. Buku Ajar Analisis Kebijakan Publik. Surabaya : Revka Petra Media

Singarimbun, Masri. 1984. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES

Weiss, Carol H. 1972 Evaluation Research : Methods for Assesing Program Effectiveness.

Gambar

Tabel 2 : Contoh Perbedaan Ruanglingkup Studi Implementasi dan Studi Evaluasi

Referensi

Dokumen terkait

Kuda yang digunakan untuk bermain polo adalah kuda poni Argentina atau yang juga disebut sebagai kuda poni polo, merupakan hasil persilangan antara kuda

Laboratoriju za precizna mjerenja dužina Fakulteta strojarstva i brodogradnje, njihova podjela prema konstrukcijskim izvedbama, postupak umjeravanja tipičnih ručnih mjerila te

Tulosten avulla voidaan kehittää uutta konseptia, jossa syöpäpotilaalla olisi mahdollisuus syöpäsairaanhoitajan tapaamiseen osastolla, ja ohjauksen ja tuen tarpeet voitaisiin

2 cendawan butang, dihiris 2 biji bawang kecil, dipotong halus 2 ulas bawang putih, dicincang halus 1½ sudu besar minyak masak Garam & lada sulah secukup rasa..

Menurut teori graf, persoalan lintasan terpendek adalah suatu persoalan untuk mencari lintasan antara dua buah simpul pada graf berbobot yang memiliki gabungan nilai jumlah

Tentang teori ilmu pedang yang mendalam itu sudah tentu Ciok Boh-thian tidak paham, tapi Lwekang yang telah dimilikinya sekarang adalah sangat aneh, lebih dulu ia melatih Lwekang

Dengan demikian, gambar atau patung yang dimaksud di dalam hadis-hadis tersebut yaitu gambar makhluk yang bernyawa atau patung tiga dimensi, yang mana adanya

maka akan dilakukan penelitian untuk mencari model regresi dari tekanan darah pada pasien hipertensi yang berobat di RSUD Sidikalang tahun 2014 dengan menggunakan