• Tidak ada hasil yang ditemukan

NEO SEPARATISME DALAM MASYARAKAT INDONES (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NEO SEPARATISME DALAM MASYARAKAT INDONES (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

NEO-SEPARATISME DALAM MASYARAKAT INDONESIA:

SUATU KAJIAN TERHADAP ANOMALI KEBEBASAN HAK BERSERIKAT DAN BERKUMPUL DI NEGARA DEMOKRASI

Sutiyono1

Abstrak

Pernyataan NKRI perlahan-lahan mulai memudar.Hal ini disebabkan pergerakan yang bersifat separatis mulai bermunculan.Pada konteks negara demokrasi, hak berserikat dan berkumpulsebenarnya hak yang dijunjung tinggi.Namun, pada kenyataan dewasa ini, hak tersebut tidak digunakan sesuai dalam UUD 1945.Bahkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika seakan-seakan telah diciderai oleh pergerakan-pergerakan baru yang

notabene dapat meretakkan persatuan dan kesatuan.Penulisan artikel ilmiah ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab neo-separatisme dalam masyarakat Indonesia serta menemukan upaya untuk mengatasinya. Selain itu, tantangan sebagai masyarakat yang demokratis masa kini dan prospek demokrasi di Indonesia kedepan juga akan menjadi permasalahan yang akan dikaji secara mendalam.

Kata kunci: Masyarakat, Neo-separatisme, Demokrasi

PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang plural. Hal ini dikarenakan Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari beberapa pulau. Dari pulau ke pulau tentu terdapat berbagai budaya yang sudah pasti berlainan. Kebhinekaan ini tidak menjadi momok bagi masyarakat Indonesia untuk bersatu. Hal ini dibuktikan dalam peristiwa sejarah Indonesia

(2)

prakemerdekaan. Dimana demi memperjuangkan cita-cita bersama seluruh rakyat di Nusantara bergabung dalam visi yang sama yaitu merdeka. Hingga pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia resmi menjadi negara yang merdeka dengan dibacakannya teks proklamasi.

Selain itu, lahirnya Pancasila sebagai dasar negara, masyarakat Indonesia menjadi lebih harmonis dalam berkehidupan baik bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Pedoman atau pandangan hidup masyarakat Indonesia yang telah disepakati bersama memberikan kontribusi dalam berbagai aspek kehidupan baik dalam aspek hukum, agama, politik, ekonomi, dan sosial. Dalam aspek hukum Indonesia selayaknya harus berlaku adil dan memberikan kesempatan yang sama bagi warga negaranya. Dalam aspek agama, Pancasila juga memberikan kebebasan warga negaranya untuk memilih suatu keyakinan secara individual. Dalam aspek lainnya, Pancasila dijadika dasar dalam penentuan kebijakan-kebijakan.

Semangat nasionalisme yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat seakan menjadi kunci permanen yang tidak bisa dikesampingkan. Sejarah panjang menggambarkan bahwa nasionalisme menjadikan sebuah solidaritas dengan skala besar yang terbentuk dari sebuah perasaan pengorbanan. Sekelompok orang yang berasal dari pulau-pulau di nusantara telah menciptakan ikatan di masa lampau dan mempersiapkannya bagi generasi penerus di masa mendatang.

Namun, dimasa sekarang, semangat nasionalisme tersebut seakan memudar. Hal ini dibuktikan oleh munculnya gerakan-gerakan separatis baru ditengah-tengah masyarakat Indenesia. Mulai dari daerah Aceh, Maluku, hingga Papua mengadakan perserikatan baru dengan keinginan memisahkan diri dari NKRI (Kompasiana Semarang 28 Juli 2011). Gerakan-gerakan tersebut telah menciderai konstitusi (pasal 1 ayat 1, pasal 25A, pasal 37 ayat 5 UUD 1945) yang dulu telah disepakati.

(3)

kebebasan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Jadi kebebasan di sini tidak boleh dipahami sebagai kebebasan mutlak tanpa sebuah batas, tetapi merupakan kebebasan yang bertanggung jawab dan sesuai aturan-aturan hukum yang berlaku.

Dalam artikel ilmiah ini, akan dibahas empat pokok inti permasalahan yang terkait dengan separatisme di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang demokratis. Dua hal yang pertama adalah faktor-faktor penyebab separatism dalam masyarakat Indonesia serta upaya-upaya untuk mengatasinya. Dan dua pokok inti permasalahan yang terakhir, terkait dengan tantangan masyarakat demokrasi masa kini dan prospek demokrasi di Indonesia.

PEMBAHASAN

Neo-separatisme yang sekarang bermunculan di tengah masyarakat Indonesia, tentu memiliki beberapa faktor penyebab. Faktor tersebut meliputi faktor dari dalam maupun dari luar. Berdasarkan tinjauan dari beberapa literatur, setidaknya ada lima faktor penyebab terjadinya gerakan separatis baru dalam masyarakat Indonesia. Seperti yang dikatakan sebelumnya faktor tersebut terdapat dari luar maupun dari dalam. Selanjutnya, setelah adanya beberapa faktor penyebab yang telah diketahui, setidaknya ada lima upaya untuk mengatasi beberapa gerakan separatis dalam masyarakat Indonesia. Upaya-upaya tersebut akan bisa dicapai melalui integrasi dari seluruh komponen bangsa. Selanjutnya, dua permasalahan sebagai pembahasan terakhir yaitu mengenai tantangan masyarakat demokrasi masa kini dan bagaimana prospek demokrasi di Indonesia.

A. Tujuan Politik Tertentu

(4)

tertentu, kontrak sosial gagal dan stagnasi ekonomi, faktor historis, pendidikan yang tidak merata, serta primodialisme.

Tidak ada masyarakat yang luput dari masalah betapapun kecil, termasuk protes politik, kejahatan dengan kekerasandan kekacauan serta pelanggaran yang terjadi disana-sini.Pada tingkat rendah konflik-konflik semacam itu tidak menimbulkan kekacauan yang serius pada pembangunan.Tetapi apabila sudah menyangkut dengan separatisme yang baru bermunculan ini merupakan hal yang tidak enteng lagi. Biasanya hal ini terjadi dipicu oleh pihak-pihak yang memiliki antara laintujuan politik, yaitu pihak-pihak itu berusaha memperoleh kendali negara atau memperoleh kebebasan untuk mengubah ideologi dan kebijakan negara.

Faktor ideologi dapat muncul ketika hadir pemahaman baru mengenai tatanan kehidupan yang dirasa lebih baik.Kegagalan negara demokrasi dalam hal menata kehidupan masyarakat, menjadi pendorong untuk mencari ideologi alternatif.“Dekadensi moral dan sikap apatis terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi buah tatanan masyarakat demokratis telah mengecewakan banyak pihak” (Fortuna anwar 2005: 195).Dengan rentetan hal yang seperti ini, menjadikan mereka pada akhirnya mencari ideologi alternatif yang dirasa lebih baik, lebih adil, dan lebih mensejahterakan.Runtuhnya nilai-nilai kemuliaan manusia menjadi nilai-nilai materialistik dan individualistik, imperialisme gaya baru yang dirangkum dalam satu label globalisasi, merupakan strategi dan kandungan ideologi kapitalis yang masih eksis saat ini, juga membuat orang kecewa, sehingga muncul gerakan baru yang biasa disebut neo-separatisme

sebagai alat dalam mencapai tujuan politik tertentu. B. Kontrak Sosial Gagal Dan Stagnasi Ekonomi

(5)

memadai (pekerjaan dan penghasilan).Bila terjadi stagnasi ekonomi, atau kemunduran dan layanan pemerintah memburuk, kontrak sosial tidak lagi berlaku, dan akibatnya muncul kekerasan atau pemberontakan.Jadi, “tingkat kemiskinan yang tinggi dan semakin tinggi serta layanan pemerintah yang semakin buruk dapat diperkirakan akan menimbulkan konflik dalam hal ini muncul gerakan baru yang bersifat separatis”Nafziger (dalam buku Hudiyanto 2005: 196).Kesenjangan (vertical) yang tinggi mungkin ada kaitan dengan kegagalan semacam itu.Kecuali jika, disertai dengan langkah-langakah yang berpihak pada rakyat untuk memperbaiki keadaan kehidupan golongan penduduk yang serba kekurangan.Konsep rasa tidak puas secara umum merujuk pada sebab-sebab yang diklarifikasi disini sebagai kegagalan kontrak sosial.

Pada awal reformasi, beberapa daerah yang kaya akan minyak dan hasil hutan menuntut sikap adil dari pemerintah. Dalam masa Orde Baru daerah yang kaya ini seakan menjadi sapi bajak oleh pemerintah pusat.Mereka tidak pernah menikmati kekayaan alam yang dieksploitasi negara dari tanah leluhurnya.Pada masa itu, APBD Aceh, Riau, dan Kalimantan timur jauh lebih kecil dari beberapa provinsi di Jawa.Bahkan APBD Aceh jauh lebih kecil dari APBD Timtim (daerah kecil yang miskin dan juga penuh masalah).Dari eksploitasi sumber daya alam besar-besaran oleh negara, sedang rakyat setempat tidak menikmati hasilnya, menjadi salah-satu pemicu gerakan separatisme. Daerah yang kaya akan sumber daya alam tetapi tetap tergolong miskin, lambat laun secara tidak sadar tergiring untuk membenci pada kebijakan pemerintah pusat. Akibatnya tuntutan demi tuntutan muncul atas otonomi khusus atau bahkan keinginan untuk memisahkan diri.

(6)

penyebab penting masuknya intervensi atau peran asing.“Sebagaimana yang terjadi pada daerah Aceh (Arun-Lhokeseumawe) terdapat cadangan LNG (gas alam cair) yang termasuk terbesar didunia. Eksploitasi ladang gas tersebut saat ini ditangani oleh Exxon-Mobil (AS)” (Hudiyanto Ekonomi 2005). Demikian didaerah lain banyak ditemukan deposit barang tambang yang cukup besar dikuasai oleh asing. Fenomena ini, menjadikan penyebab stagnasi ekonomi dan membuat masyarakat semakin kesal dan marah karena sumber daya alam yang diambil dari tanah leluhurnya tidak dapa dinikmati sendiri.

C. Faktor Historis

Karena ada beberapa alasan sejarah yang melatarbelakangi terbentuknya gerakan ini.Pada umumnya akibat dari rasa ketidakadilan, kesejahteraan tidak merata, intimidasi oleh aparat pemerintah, dan janji-janji pemerintah pusat yang tidak terealisasi membuat sekelompok masyarakat meciptakan suatu gerakan menentang pemerintah.Serta keyakinan bahwa mereka mampu hidup atau mengurus diri sendiri tanpa harus bargantung pada pemerintah Indonesia.

(7)

bagi aceh yaitu pembantaian terhadap Teungku Daud Beureueh beserta pengikutnya oleh aparat pemerintah yang juga dianggap sebagai pelanggaran HAM berat dan sampai saat ini kasusnya belum terselesaikan. Sampai-sampai Hasan Tiro (dalam buku Konflik Kekerasan Internal 2005) berkata, Indonesia tak lain dari proyek “Kolonialisme Jawa”, dan warisan tak sah perang kolonial belanda. Dengan kata lain, Dia menyangkal penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia pada 1949. Baginya, hak merdeka sudah harus dikembalikan kepada bangsa-bangsa seperti aceh atau sunda, yang sudah berdaulat sebelum Indonesia lahir. Kendati demikian, baik GAM, OPM, maupun RMS tidak pernah mendapat pengakuan Internasional terhadap status kelompok pemberontak mereka sehingga dalam Hukum Internasional kelompok ini dikenal dengan istilah kelompok pemberontak Insurgensi.

D. Pendidikan Yang Tidak Merata

Sudah diketahui bersama, bahwa kualitas suatu bangsa sebagian besar dipengaruhi oleh pendidikan. Dalam dunia pendidikan, orang akan mengetahui berbagai hal yang sudah pasti tidak didapatkan diluar pendidikan. Melalui pendidikan, setiap warga negara akan diberikan pengetahuan mengenai cara berkehidupan yang baik dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satu indikator dalam pendidikan yaitu ditanamkannya semanagat nasionalisme dan wawasan nusantara.

Dengan pengetahuan mengenai “wawasan nusantara, maka akan didapat rasa nasionalisme yang tinggi” (Sunarto,dkk 2010: 84). Demikian halnya masyarakat akan mengerti bagaimana yang seharusnya dilaksanakan dan yang tidak dilakukan. Pendek kata, masyarakat akan menjadi masyarakat yang madani, yang tahu apa yang menjadi hak dan kewajibannya (Azyumardi Azra 2003).

(8)

separatis.Dalam UUD 1945 pasal 28A yang mengatur mengenai (kemerdekaan berserikat dan berkumpul…)dimaksudkan bahwa membolehkan membuat suatu pergerakan asal tidak membahayakan negara.Namun, yang terjadi dewasa ini muncul perserikatan-perserikatan bersifat separatis yakni mempunyai niat untuk memisahkan diri dari NKRI.

Dalam KUHP juga diatur bahwasanya "gerakan separatis dapat dikategorikan perbuatan makar karena unsur-unsur tindak pidana makar” (Fahmi Zain Ridho 2011)terdapat dalam gerakan baru yang bersifat separatis ini. Pasal 106 KUHP (Moelyatno 2009: 43) menyatakan bahwa:

Makar (aanslag) yang dilakukan dengan niat hendak menaklukkan daerah negara sama sekali atau sebahagiannya kebawah pemerintah asing atau dengan maksud hendak memisahkan sebahagian dari daerah itu, dihukum pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. (KUHP 41, 35, 87, 1 10, 128, 130 dst., 140, 164 dst.)

Bilamana, sektor pendidikan tidak bisa diberikan secara merata, maka sudah barang pasti khalayak umum dapat berpandangan stereoptipe mengenai kebebasan berserikat dan berkumpul dalam negara demokrasi.

E. Faktor Primodialisme

Sebagai negara kesatuan, bukan merupakan hal yang baru lagi primodialisme merupakan salah satu pemicu gerakan separatisme di Indonesia.Semangat kedaerahan atau kesukuan dalam banyak kasus turut mendorong munculnya gerakan separatisme.Pada awalnya semangat primordialisme ini muncul dalam gerakan separatisme di Aceh tidak menonjol.Visi dan misi Daud Beureuh dan pengikutnya pada awal 50-an adalah berdirinya negara Islam Nasional.Bukan hanya Aceh, kompromi dari tujuan ini adalah tuntutan penerapan syariat Islam di Negeri Serambi Mekkah itu (Daniar Murdi Kompasiana 2011). Berbeda dengan itu, Gerakan Aceh Merdeka versi Tengku Hasan di Tiro lebih berbau primodialisme. Hal ini terungkap dalam pernyataan Hasan Tiro saat diwawancarai oleh TV2, sebuah stasiun TV Swedia. Ketika menjawab perntanyaan mengenai keinginan apa yang diharapkan dari RI, jawabannya adalah keluar dari Aceh dan orang jawa harus pergi(Kurnia 2012). Secara politis keinginan GAM adalah memisahkan diri dari Indoneisa.

(9)

Setelah mengetahui beberapa faktor penyebab neo-separatismedalam masyarakat Indonesia, maka dapat ditentukan upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk menanggulanginya. Sama seperti beberapa faktor penyebab, upaya yang dapat dilakuakan untuk mengatasi gerakan baru yang bersifat separatis dalam masyarakat Indonesia juga memuat lima solusi. Kelima solusi tersebut adalah pelaksanaan komunikasi politik, ekonomi politik pemerataan, perubahan berdimensi tiga, penerapan prinsip good governance, serta politik inklusif.

Gerakan baru dalam masyarakat Indonesia yang bersifat separatis muncul dikarenakan miskomunikasi antara pemerintah dan masyarakat.Dalam upaya preventif agar tidak terjadi lagi neo-separatisme, maka perlu dilaksanakan komunikasi politik yang konsisten.Dengan adanya komunikasi yang konsisten diharapkan dapat meminimalisir bahkan menutup erat-erat pintu menuju separatisme selanjutnya.

“Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang plural, terdiri dari beberapa bahasa daerah, adat, dan budaya masing-masing” Nasikun (dalam Study Masyarakat Indonesia 2007). Tidak mudah untuk memberikan pemahaman terkait kebijakan-kebijakn yang telah diambil, mengingat fasilitas dan teknologi penunjang tiap daerah yang terbatas.Maka perlu diterapkan sebuah komunikasi yang konsisten dan berkesinambungan agar tidak ada miskomunikasi yang menimbulkan neo-separatisme.

Narasi yang terbangun oleh kajian “komunikasi politik adalah peran perantara (mediator) antara pemerintahan dan masyarakat (warga negara), sebagai penyampai pesan yang bermuara pada pemenuhan kebutuhan” (Taliziduhu Ndraha 2012). Hal ini dapat dilihat dari:

(10)

tanggapan aktif (feedback) atas sejumlah stimulus (output).Output tersebut berupa kebijakan pemerintah, masyarakat adalah bagian penting sebagai penerima atau penolak terhadap kebijakan.

Komunikasi politik memiliki peran sebagai pemberi ancaman untuk memperoleh loyalitas (kepatuhan) sebelum alat paksa digunakan.Secara sederhana, komunikasi sebagai pintu perundingan awal dalam menentukan atau pengambilan kebijakan.Komunikasi politik memberikan nilai etika terhadap pergerakan politik sehingga mampu menguasai homogenitas yang relative tinggi.Nilai homogenitas politik memiliki pengaruh terhadap stabilitas politik.Komunikasi politik juga mampu menjadi pengontrol sosial yg memiliki idealisasi sosial dan keseimbangan politik (Rafael Raga Maran 1999).

G. Ekonomi Politik Pemerataan

Sebagian besar neo-separatisme muncul karena terdapat diskriminasi dalam hal pemerataan ekonomi. Seperti pada daerah papua yang notabene kaya akan sumberdaya alam berupa emas, akan tetapi tidak dapat menikmati dan mempergunakan warisan alam tersebut. Eksploitasi dilakukan secara besar-besaran oleh pihak asing sebagai investor yang mempunyai kewenangan atas daerah Indonesia yang kaya raya ini.

Dalam nilai fundamental bangsa Indonesia, sudah terdapat ketegasan bahwasanya ekonomi Indonesia adalah ekonomi kebangsaan atau kerakyatan. Pemerintah harusnya pro akan ekonomi rakyat, khususnya potensi daerah masing-masing. Namun, dalam kenyataannya pemerintah malah lebih menghargai para investor ketimbang masyarakatnya sendiri.Sehingga yang terjadi adalah neo-separatisme sebagai luapan rakyat atas ketidakadilan tersebut.

Gerakan baru dalam masyarakat Indonesia yang bersifat separatis, menunjukkan bahwasanya gerakan itu muncul karena rakyat ingin diperhatikan oleh pihak penguasa negara. Rakyat sudah kesal akan keadaan yang dari dulu hingga sekarang masih tergolong miskin, padahal sudah jelas-jelas Indonesia merupakan negara terkaya dipandang dari sisi sumber daya alamnya.

(11)

memunculkan persoalan dalam distribusi pendapatan mendorong menculnya kritik atas strategi itu.Upaya untuk medefinisikan kembali pengertian pembangunan mulai terjadi, seperti yang dilakukan oleh Dudley Seers (1973).Seer (dalam buku Ekonomi Politik 2005) mununjukkan bahwa “ada tiga sasaran penting yang tidak boleh dilepaskan dalam membangun, yaitu apa yang terjadi dengan pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan”.Apabila ketiganya mengalami penurunan, pembangunan tidak diragukan terjadi.namun, apabila terjadi sebaliknya, sulit mengakui adanya pembangunan.

Dalam konsep ini tujuan pembangunan mencakup peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.Oleh karena itu, pembangunan juga difokuskan pada aspek-aspek kualitatif dari pembangunan, yaitu mencakup masalah kemiskinan, kesenjangan, dan human resource development. Konsep redistribusi with growth berbeda dengan konsep trickle down effect. Terutama terletak pada metode distribusi hasil pertumbuhan ekonominya. Dalam konsep trickle down effect, distribusi pendapatan dilakukan semata-mata dengan menggunakan instrument fiskal dan pemberian santunan dengan tanpa mempertimbangkan partisipasi rakyat dalam proses. Konsep ini yang perlu dihindari dalam pemerintahan Indonesia.Akan tetapi harus diterapkannya konsep with growth yaitu perubahan mengikuti pertumbuhan.Pertumbuhan disini diartikan, dalam melakukan pemerataan ekonomi di Indonesia, pemerintah harus melakukan pemerataan dalam pemahaman politik dalam suatu masyarakat pada umumnya. Apabila hal ini dapat berjalan dengan seimbang, maka konsep persatuan bukan dalam mimpi lagi, tetapi secara nyata akan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat Indonesia baik dalam lingkup perkotaan maupun pedalaman. Hal ini, juga merupakan faktor penunjang sebagai negara yang benar-benar menganut demokrasi pancasila.

H. Perubahan Berdimensi pada Restrukturasi, Revitalisasi, dan Refungsionalisasi

(12)

di Indonesia khususnya gerakan neo-separatisme, sudah barang tentu dilakukan perubahan yang bersifat mendasar.Dari beberapa perpolitikan yang telah berjalan ini, harus diadakan evaluasi kembali bagi para kaum sekuler Indonesia.

Dalam melakukan perubahan hendaknya berdimensi restrukturisasi, revitalisasi, dan refungsionalisasi.Restrukturisasi yaitu tindakan untuk merubah struktur yang dipandang sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman dan dianggap tidak efektif lagi dalam memajukkan organisasi.Sedangkan revitalisasi merupakan upaya untuk memberi tambahan energi atau daya kepada organisasi agar dapat mengoptimalkan kinerja organisasi. Revitalisasi berkaitan dengan perumusan kembali rumusan tugas, penambahan kewenangan kepada unit strategis, peningkatam alokasi anggaran, penambahan atau pergantian berbagai instrument pendukung dalam menjalankan tugas organisasi. Serta refungsionalisasi merupakan perubahan yang berkaitan dengan tindakan atau upaya memfungsikan kembali sesuatu yang sebelumnya tidak atau belum berfungsi.Refungsionalisasi lebih mengarah kepada penajaman profesionalisme organisasi dalam mengemban misinya.

Apabila hal diatas diperhatikan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, upaya ini akan meminimalisasi terjadinya tindakan pemberontak negara atau separatisme dalam masyarakat Indonesia.

I. Penerapan Good Governance

Sistem tata kelola atau tata pemerintahan yang baik merupakan keinginan setiap negara didunia ini.Begitu pun warga negara Indonesia sangat mengharapkan pemerintahan Indonesia dapat berubah kearah yang lebih baik dan memerhatikan rakyat.

Secara umum, governance diartikan sebagai kualitas hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang dilayani dan dilindunginya (Sedarmayanti 2007).Good Governance mencakup 3 domain yang salah satunya adalahState

(13)

kepentingan rakyat yang dilaksanakan dengan menganut asas: keadilan, pemerataan, persamaan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas (Word Conference on Governance, UNDP, 1999).

Penerapan good governance menuntut adanya perubahan yang ekstensif, terutama dalam peran pemerintah. Inti reformasi adalah bagaimana mengelola suatu proses recognitif stage, yaitu tahap mengenali dan menyadari bahwa perubahan memang sangat diperlukan.Kemampuan untuk mendiagnosis dan memilih strategi untuk mendorong perubahan, adalah melakukan perubahan, secara efektif.

Teori Perubahan yang dikemukakan oleh Kurt Lewis (1951)menyebutkan dua kekuatan perubahan, yaitu kekuatan yang mendorong perubahan dan kekuatan untuk menentang perubahan. Beberapa contoh kekuatan penentang perubahan adalah kekuatan akankegagalan, kehilangan status, kebiasaan yang sudah menetap atau kurangnya sumber daya. Kalau kekuatan pendorong perubahan seimbang atau lebih besar daripada kekuatan penentang perubahan, maka perubahan akan terjadi. tetapi kalau kekuatan penentang lebih kuat, maka perubahan tidak akan berlangsung.

Di Indonesia,good governance tidak bisa dicapai dengan jangka pendek. Akan tetapi membutuhkan kesabaran dan konsistensi dalam upaya penerapan sistem tersebut. Dengan mengacu pada penerapan sistem pemerintahan yang baik ini, sudah tentu pemerintah akan selalu memerhatikan rakyatnya dan mewujudkan negara yang berkeadilan sejahtera. Dengan adanya kesejahteraan yang merata, tata kelola, dan pemerintahan yang baik ini, gerakan-gerakan separatis mungkin akan hilang karena hakekatnya gerakan-gerakan ini sebagian besar pemicunya adalah faktor ketidakadilan dari pemerintah suatu bangsa. J. Politik Inklusif

(14)

manfaat antar kelompok dalam kaitan dengan pengeluaran pemerintah dan bantuan (termasuk distribusi investasi, dan lapangan kerja), dan dengan kesempatan mendapatkan pendidikan disemua tingkat bagi kelompok, layanan kesehatan, air dan kesehatan lingkungan, perumahan dan subsidi konsumen (jika relevan). Pemerataan kesempatan untuk mendapat pendidikan penting sekali karena ini memberikan sumbangan kepada pemerataan dalam potensi untuk memperoleh pendapatan, sedangkan jika pemerataan kesempatan mendapat pendidikan tidak ada, kesenjangan pendapatan akan terus berlanjut.

Sektor swasta.Perlu dipantau sumber kesenjangan horizontal yang berasal dari sektor swasta, dan menjalankan kebijakan untuk menghilangkan kesenjangan.Sektor swasta dapat menjadi sumber diferensiasi kelompok.Sektor swasta umumnya tidak terlalu explosif dari sisi politik jika dibanding dengan sektor negara yang senjang, karena tidak langsung atau secara terbuka dikendalikan oleh kekuatan politik. Namun demikian, dalam masyarakat dimana sektor swasta menjadi sumber utama dari kesenjangan antar kelompok dalam pekerjaan, pendapatan, dan kekayaan, kesenjanagan horizontal dalam sektor ini menjadi tempat konflik bersemai dalam situasi seperti ini perlu dijalankan kebijakan mengurangi kesenjangan horizontal yang ada saat ini di sektor swasta.

Dengan mengadakan politk inklusif ini, maka pemerataan baik ekonomi dibidang negeri maupun swasta bisa dipukul secara merata. Sehingga akan menimbulkan kesetaraan masyarakat Indonesia baik yang bekerja dalam bidang negeri maupun pekerja swasta.Akhirnya tidak ada ruang bagi para aktor untuk mencari alasan pembentukan gerakan neo-separatis dalam upaya memisahkan diri dari Indonesia.

K. Tantangan Masyarakat Demokrasi Masa Kini

(15)

Negara Indonesia adalah negara yang dibentuk berdasarkan keberagaman. Mulai dari bahasa, suku, agama, dan terlebih lagi lokasi yang luas dan terpisah antara satu sama lain. Dari keberagaman inilah yang melahirkan Pancasila yang dikenal dengan sloganmya yang fundamental yakni “Bhinneka Tunggal Ika”.Dalam konstitusinya yakni UUD 1945, tertuang penjabaran nilai-nilai Pancasila yang mengakui keberagaman yang berawal dari pengakuan mayoritas terhadap minoritas.“Indonesia terkenal dengan sistem pemerintahan demokrasi yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan suatu lembaga keterwakilan yang dipilih melalui asas kebebasan yang bertanggung jawab” (Jr, Titus Umbu 2010).

(16)

Wamena.Hal ini menjadi tanda-tanda awal yang bisa mengakibatkan hilangnya demokrasi di Indonesia. Dengan adanya perda ini akan memarjinalkan kaum minoritas. Akibatnya demokrasi tidak dirasakan oleh kaum minoritas, karena harus mematuhi perda masing-masing daerah. (3) ketidak adilan. Ini dapat menjadi tantangan demokrasi karena apabila terjadi ekonomi yang tidak merata, akan mengakibatkan kecemburuan antara daerah yang satu dengan lainnya. (4) menurunnya kepercayaan terhadap institusi yang ada. Dalam praktek demokrasi selama ini, meskipun relative baru ternyata mulai muncul rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap berbagai institusi.Seperti independensi pers, partai politik, lembaga perwakilan, bahkan kepada para penegak hukum dan para pimpinannya. (5) globalisasi. Pemerintah dalam negeri tidak mungkin lepas dari pengaruh negara lain. Karena dengan globalisasi warga negara secara leluasa dapat mengakses permasalahan serta solusi dari berbagai negara di dunia.

L. Prospek Demokrasi di Indonesia

Dalam dua dasawarsa terakhir, masyarakat Indonesia telah mengalami mobilisasi berbagai nilai-nilai sosial yang sangat fundamental. Proses ini berlangsung kurang lebih selama lima pelita. Dengan adanya berbagai transformasi sosial ini, lambat laun telah membawa hasil positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, walaupun belum mencapai tahap yang maksimal.Demikian juga praktik demokrasi di Indonesia dari waktu ke waktu mengalami peningkatan meskipun belum berhasil.

(17)

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Neo-separatisme yang muncul ditengah-tengah masyarakat Indonesia yang demokratis merupakan sesuatu yang tidak dapat dibenarkan, meskipun mengatas namakan hak berserikat dan berkumpul di negara demokrasi.Gerakan baru yang bersifat separatis ini telah banyak merugikan negara maupun masyarakat sendiri.Akibat dari gerakan atau aksi pemberontakan maupun pertahanan dari sekuler negara menimbulkan kerugian baik bagi pihak pemberontak maupun pengaman negara.Banyak nyawa masyarakat yang melayang sia-sia begitu juga sebaliknya.Aksi separatis ini biasanya dipelopori baik dari faktor intern maupun ekstern.

Faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya gerakan ini diantaranya adalah adanya (1) kepentingan politik tertentu.Faktor ini biasanya ditunggangi oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan, begitupun dari ektern terkait dengan intervensi dari pihak asing ikut memprakarsai timbulnya gerakan separatis ini. (2) kontrak sosial gagal dan stagnasi ekonomi. Sudah menjadi daya tarik antara sektor sosial maupun ekonomi.Dimana apabila dari aspek ekonomi, negara sudah tidak dapat mensejahterakan rakyatnya atau terjadi diskriminasi ekonomi, maka rasa kepercayaan atau timbul rasa benci dari masyarakat yang mengakibatkan gerakan separatisme semakin merajalela. (3) faktor kesejarahan. Hal ini muncul karena pandangan pragmatis yang merasa latarbelakang antara daerah yang bermasalah dengan Indonesia merasa mempunyai latarbelakang sejarah yang berbeda, sehingga timbul perasaan untuk memisahkan diri.(4) Pendidikan Yang Tidak Merata.Dengan tidak adanya pendidikan yang merata pada seluruh masyarakat Indonesia maka sudah pasti terdapat pemahaman yang berbeda antara masyarakat di daerah satu dengan lainnya.Dengan demikian maka tidak sulit gerakan separatisme muncul di salah satu daerah yang notabene

(18)

Meskipun demikian, gerakan separatisme yang sekarang bermunculan sudah memiliki strategi yang dapat mengelabuhi negara.Yaitu dengan beraksi damai yang tidak menyerang negara menggunakan kekerasan.Dengan adanya aksi seperti ini, maka aparat negara semakin sulit untuk mengadakan pemberhentian dengan cepat yaitu dengan pengamanan fisik.

Selain digemparkan dengan gerakan baru yang bersifat separatis, masyarakat demokratis juga mendapati beberapa hal atau tantangan yang perlu diperhatikan.Dalam kehidupan masyarakat yang demokratis tidak serta merta kehidupan berjalan sebagaimana indahnya sebuah teori negara demokrasi.Masyarakat dihadapkan dengan berbagai faktor yang mau tidak mau harus dihadapi.Diantaranya adalah berkembangnya kelompok radika, kepicikan daerah, keidakadilan, kurangnya rasa percaya terhadap institusi, serta globalisasi yang sampai sekarang masih berjalan.

B. Saran

Pada dasarnya, dalam kehidupan ini setiap aksi pasti ada konsekuensi. Begitu juga dalam permasalahan separatisme yang muncul ditengah-tengah masyarakat Indonesia yang tergolong plural. Masalah-masalah yang timbul khususnya gerakan baru yang separatis atau neo-separatisme juga ada beberapa upaya baik bersifat preventif maupun defentif.

Beberapa solusi yang dapat diambil untuk mencegah maupun mengatasi gerakan separatisme ini, antara lain pelaksanaan komunikasi politik, pemerataan politik ekonomi, perubahan berdimensi pada restrukturasi, revitalisasi, dan refungsionalisasi, penerapan good governance, serta politik yang inklusif. Dengan adanya upaya-upaya ini diharapkan gerakan yang bersifat separatis ini dapat dicegah maupun dipangkas.

Disamping solusi atau upaya-upaya tersebut. Tantangan masyarakat dalam negara demokrasi juga sangat kompleks sekali dan sering timbul tantangan baru karena faktor globalisasi yang mengguncah baik dalam negara sendiri maupun lingkup internasional.

(19)

mengolah dan mentransfer beberapa pengetahuan yang sekiranya dapat mendukung reformasi kearah yang diharapkan.

Daftar Pustaka

Fortuna Anwar, Dewi.dkk. 2005. Konflik Kekerasan Internal. Jakarta: Yayasan OborIndonesia

Sedarmayanti. 2007. Good Governance(Keperintahan Yang Baik) Good CorporateGovernance (Tata Kelola Perusahaan Yang Baik) Bagian Ketiga. Bandung:Mandar Maju

Kurnia, Dedi.2012. Media dan Politik.Ciputat : Graha Ilmu Hudiyanto. 2005. Ekonomi Politik. Jakarta : Bumi aksara

Raga Maran, Rafael. 1999. Pengantar Sosiolohi Politik. Jakarta: Rineka Cipta Kymlicka. 2002. Kewarganegaraan Multikultural. Jakarta: Pustaka LP3ES

Indonesia

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) 1. Jakarta: RinekaCipta

Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani.

Jakarta:Prenada Media

Handoyo, Eko. 2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu SosialUniversitas Negeri Semarang.

Sunarto, dkk.2010. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

Semarang: UNNES Press

Moelyatno. 2009. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Jakarta: Bumi Aksara Murdi, Daniar. 2010. Gerakan Separatisme dalam Konteks Nasionalisme.

http://www.kompasiana.com (Diunduh 18 April 2013)

Titus, Umbu.Jr. 2010. Masa Depan dan Tantangan Demokrasi Indonesia.

http://maribelajarnulis.blogspot.com (Diunduh 17 April 2013) Al-Shihab, Arhy Abdy. 2010. Prospek Demokrasi di Indonesia.

http: arhypemerintahan.blogspot.com (Diunduh 18 April 2013)

(20)

(Diunduh 15 April 2013)

Perundang-Undangan: Undang-undang Dasar 1945

Referensi

Dokumen terkait

Critical success factor dalam Public Private Partnership dengan skema Build Operate Transfer bagi pihak swasta yaitu Analisa finansial (Estimasi biaya tepat);

ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk merancang dan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui refleksi diri atau yang lebih dikenal dengan penelitian tindakan

Beberapa jenis karang yang sama memiliki bentuk pertumbuhan yang berbeda pada setiap zona terumbu karang, menurut Mustakim (2012) bahwa Acropora tabulate atau

DIDISPOSISIKAN KE WADEK BAKSI, KABAG. TATA USAHA DAN KASUBBAG. SURAT DIPROSES DI SUBBAG. SURAT DIBERI NOMOR, TANGGAL DAN STEMPEL OLEH SUBBAG. MAHASISWA MENGAMBIL SURAT TERSEBUT

Terlaksananya kegiatan  peningkatan kapasitas  pelayanan administrasi  kependudukan  pemerintah kota  setidaknya diikuti 20 ...

penyelesaian soal dengan mengidentifikasi simbol standar yang digunakan untuk data (as), kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi seluruh konsep yang diketahui

Berikut merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses rancang bangun aplikasi sistem pengenalan pola fraktur tengkorak manusia dengan menggunakan