• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah ini dibuat Sejarah Tiongkok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah ini dibuat Sejarah Tiongkok"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ZAMAN TIGA NEGARA DAN DINASTI JIN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asia Timur.

Oleh:

Farawita Sari Idrus Rahman Ira Juniarti

Kasmuri Rani Bataviani Sigit Purnomo

Kelas B 2013

Pendidikan Sejarah

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Jakarta

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan informasi mengenai awal berdiri, perkembangan dan berakhirnya Zaman Tiga Negara dan Dinasti Jin.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan YME senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jakarta, September 2014

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul...1

Kata Pengantar...2

Daftar Isi...3

BAB I Pendahuluan...4

BAB II Zaman Tiga Negara...5

A. Perkembangan Kerajaan Wei...5

B. Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Shu...6

C. Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Wu...8

D. Masa Kejayaan Zaman Tiga Negara...9

E. Berakhirnya Zaman Tiga Negara...14

BAB III Dinasti Jin...15

A. Dinasti Jin Barat...15

B. Dinasti Jin Timur...16

BAB IV Penutup...19

I. Kesimpulan...19

II. Analisis...19

Daftar Pustaka...20

BAB I

(4)

Di dalam sejarah Cina biasanya hanya boleh ada kaisar tunggal yang dianggap menjalankan mandat langit untuk berkuasa. Namun pada Zaman Tiga Negara, karena tidak ada satupun negara yang dapat menaklukkan negara lainnya untuk mempersatukan Cina, maka muncullah tiga negara dengan kaisar masing-masing. Cina akhirnya dipersatukan oleh keluarga Sima yang merebut kekuasaan dari negara Wei dan menaklukkan Wu serta mendirikan Dinasti Jin.

Zaman Dinasti Wei dan Dinasti Jin berlangsung antara tahun 220 sampai 598 Masehi. Pada akhir abad ke-2, kekuasaan Dinasti Han Timur mengalami kemunduran. Sejak itu, China mulai memasuki masa terpecah-belah yang berlangsung dalam waktu relatif panjang. Masa awal itu adalah berdirinya secara sejajar tiga negara, yaitu Wei, Shu dan Wu.1

Setelah Zaman Tiga Negara atau Tiga Dinasti tersebut, China memasuki zaman Dinasti Jin Barat yang hanya bertahan dalam waktu yang singkat, yaitu antara tahun 265-316 M. China berhasil dipersatukan sementara pada 280 M oleh Dinasti Jin. Meskipun demikian, kelompok etnis dari luar suku Han (Wu Hu) masih menguasai sebagian besar wilayah pada awal abad ke-4 dan menyebabkan migrasi besar-besaran suku Han ke selatan Sungai Yangtze. Bagian utara China terpecah menjadi negara-negara kecil yang membentuk suatu era turbulen yang dikenal dengan zaman Enam Belas Negara (304-469).2

Setelah Dinasti Jin Barat runtuh, China kembali berada dalam keadaan tercerai-berai. Keluarga Kekaisaran Dinasti Jin Barat mendirikan Dinasti Jin Timur di bagian selatan China, yaitu sebelah selatan Sungai Yangtze yang melintang dari barat ke timur di bagian tengah China. Dinasti Jin Timur berkuasa antara317-420 M. Namun, pada masa itu di bagian utara China terjadi peperangan antar-etnis, yaitu muncul banyak kekuasaan yang disebut sebagai Enam Belas Negara.3

(5)

BAB II

ZAMAN TIGA NEGARA

Zaman Tiga Negara (220-280 M) adalah sebuah zaman di penghujung Dinasti Han, yaitu ketika China terpecah menjadi tiga negara yang saling bermusuhan. Secara umum, periode ini dianggap berlangsung sejak pendirian Wei (220 M) hingga penaklukan Wu oleh Dinasti Jin (280 M) walau banyak sejarawan China yang menganggap bahwa periode ini berlangsung sejak Pemberontakan Sorban Kuning (184 M). Pada masa ini, tidak ada pemerintahan pusat di China. Bagian utara di kuasai oleh orang-orang Turki dan bagian selatan pecah menjadi kerajaan regional.4

Peta Wilayah Zaman Tiga Negara

A. Perkembangan Kerajaan Wei

Cao Bei menggulingkan kaisar Han Xiandi dari tahtanya dan mengangkat dirinya sebagai kaisar Wendi (220-226). Ia menamai dinastinya Wei. Suku-suku barbar di utara, seperti Xiongnu, Shanshan, Guici dan Yutian takluk pada kaisar baru ini. Belajar dari pendahulunya, yakni Dinasti Han yang hancur karena campur tangan para ratu dalam urusan pemerintahan, Cao Bei melarang seseorang mengajukan petisi, usulan, atau permohonan kepada para ratu,

(6)

sehingga melangkahi wewenang kaisar. Sebelunya, bila ingin mengajukan suatu permohonan,seseorang menyampaikannya kepada istri-istri kaisar. Lebih jauh lagi, seluruh kerabat para istri raja dijauhkan dari jabatan atau posisi penting dalam pemerintahan. Sebagai gantinya, mereka diberi jatah daerah kekuasaan yang jauh dari pusat pemerintahan dan tidak diperkenankan tinggal di ibukota. Dikeluarkan pula aturan untuk membatasi jumlah prajurit yang mereka miliki.5

Setelah wafat, Cao Bei digantikan oleh putranya yang bernama Cao Rui dengan gelar Mingdi (226-239). Ia dibantu oleh pejabat seperti Cao Zhen, Chen Qun, Cao Xiu, dan Sima Yi. Semasa pemerintahannya, terjadi beberapa peperangan melawan Kerajaan Sh dan Wu. Cao Rui merupakan pencetus kitab undang-undang hukum pidana dan administrasi negarayang dikenal sebagai Weilu dan Xinlu. Agar dapat menduduki jabatan pemerintahan, seseorang harus lulus ujian negara yang didasari oleh kitab-kitab klasik Konfusionisme. Ada sembilan tingkatan hasil ujian negara yang diperkenalkan pada masa Wei ini; dimana masing-masing tingkatan terbagi lagi menjadi tiga tingkatan: tinggi,sedang, dan rendah, sehingga secara keseluruhan terdapat 27 tingkatan.6

Cao Rui wafat tanpa meninggalkan seorang putra, oleh karenanya dangkatlah seorang anak dibawah umur bernama Cao Fang (239-254) dengan gelar Shaodi. Sima Yi diangkat sebagai wali dan semenjak saat itu pengaruh keluarga Sima mendominasi percaturan politik di Kerajaan Wei.7

B. Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Shu

Kerajaan Shu didirikan oleh Liu Bei. Ketika para pemberontak Topi Kuning menyerbu dan menguasai wilayah Zhuoxian, Liu Bei dan dua orang saudara angkatnya, Guan Yu dan Zhang Fei, bertempur dibawah pimpinan seorang xiaowei (setingkat kapten) bernama Zou Jing. Ketika akhirnya kaum pemberontak dapat diusir dari wilayah itu, Zou Jing merekomendasikan Liu Bei untuk menduduki jabatan resmi. Liu Bei lalu diangkat sebagai kapten di Distrik Anxi-xian. Pada saat memangku jabatan itu, Liu Bei beserta saudara-saudaranya menghajar seorang pejabat korup yang sombong, sehingga mereka harus melarikan diri.

5 Ivan Taniputera, History of China (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 219 6 Ibid.

(7)

Semenjak saat itu, Liu Bei beserta dua orang saudara angkatnya harus terus berpindah-pindah tempat kediaman dan mencari perlindungan pada berbagai penguasa. Peruntungan Liu Bei baru bersinar ketika ia bertemu dengan seorang penasehat dan pakar strategi tersohor bernama Zhunge Liang (Hokkian: Cukat Liang) alias Kong Ming (Hokkian: Khong Beng). Pada tahun 211, ia berhasil mengukuhkan kedudukannya di daerah Yizhou (Provinsi Sichuan sekarang). Ketika Liu Bei menggulingkan tahta Kerajaan Han, Liu Bei yang merasa sebagai keturunan Dinasti Han, mengangkat dirinya sebagai kaisar demi meneruskan keberlangsungan dinasti tersebut pada tahun 221.8 Negerinya diberi nama Shu. Liu Bei wafat tidak lama setelah kekalahan fatalnya pada pertempuran Yiling.

Liu Shan menggantikan Liu Bei sebagai raja dengan gelar Houzhu (223-263/264). Liu Shan bukanlah seorang pemimpin yang cakap, namun beruntung memiliki penasihat seperti Zhuge Liang yang tidak haus akan kekuasaan. Zhuge Liang sebelumnya telah mendapat mandat dari Liu Bei sebelum meninggal untuk membantu Liu Shan. Untuk memperkuat Shu, Zhuge Liang mengadakan persekutuan dengan Wu agar tercipta perimbangan kekuatan serta keamanan daerah perbatasan.

Meng Huo (Hokkian: Beng Hek), seorang pemimpin suku barbar disebelah selatan dekat perbatasan dengan Burma, melakukan pemberontakan terhadap Shu. Zhuge Liang segera memimpin ekspedisiguna memadamkan pemberontakan itu. Dengan siasat yang jitu, Meng Huo berhasil ditangkap. Tetapi ia masih belum bersedia mengakui kekalahannya. Ia mengatakan bahwa keberhasilan pihak Shu karena tipu muslihat belaka, sehingga bila dilepaskan dan diberi kesempatan untuk berperang kembali, niscaya ia akan berhasil memukul mundur pasukan Shu.9

Zhuge Liang dengan bijaksana melepaskan Meng Huo agar mendapat kesempatan membuktikan ucapannya itu. Suatu ketika Meng Huo punberhasil kembali ditangkap, namun belum bersedia mengakui kekalahannya dan meminta dibebaskan kembali dengan berbagai alasan. Secara keseluruhan, Zhuge Liang menangkap dan melepaskan Meng Huo hingga tujuh kali dan akhirnya mengakui kekalahannya, kemudian menyerah pada pihak Shu. Kesabaran dan kebaikan hati Zhuge Liang ini, masih membekas di hati rakyat daerah itu. Ketika pada tahun 1937, China membuat jalan melalui Burma yang dipimpin oleh Ir. Tan

(8)

ying (karena jalur keluar lainnya telah ditutup oleh Jepang), mereka mendapati bahwa rakyat Burma yang berdiam diwilayah itu banyak yang menghormati patung Zhuge Liang.10

Pada tahun 227, Zhuge Liang melakukan serangkaian serangan ke Wei, tetapi tidak mendapatkan hasil berarti. Setelah Zhuge Liang wafat, kedudukannya sebagai penasehat kerajaan digantikan oleh Jiang Wan dan Fan Yi. Tidak lama setelah wafatnya Zhuge Liang, pihak Wei memutuskan untuk menyerang Shu pada tahun 263 dibawah pimpinan Jenderal Deng Ai dan Zhong Hui, karena melihat bahwa tidak ada lagi sosok yang dapat diandalkan oleh kerajaan itu; sementara rajanya sendiri jga seorang yang lemah. Serangan itu gagal dibendung oleh Jenderal andalan Shu yang bernama Jiang Wei, Liu Shan akhirnya terpaksa menyerah pada pihak Wei, sehingga dengan demikian berakhir sudah kerajaan yang dibangun dengan susah payah oleh Liu Bei. Setelah menyerah pihak Wei memperlakukan bekas kaisar Liu Shan dengan baik.11

C. Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Wu

Cikal-bakal Kerajaan Wu berawal dari seorang gubernur wilayah selatan Sungai Yangzi bernama Sun Jian. Ketika kota Luoyang dibakar Dong Zhuo, Sun Jian memasuki puing-puing kota itu dan menemukan materai kerajaan yang dianggapnya akan membawa nasib baik bagi negerinya. Ia lalu mohon diri pada Yuan Shao sebagai pemimpin pasukan untuk kembali kenegerinya. Yuan Shao juga menginginkan materai kerajaan itu dan memintanya dari Sun Jian. Tentu saja hal itu ditolak oleh Sun Jian dengan tegas. Hampir saja terjadi peperangan diantara keduanya, namun akhirnya Sun Jian dibiarkan kembali ke negerinya.

Yuan Shao masih mendendam dan membujuk Liu Bao, seorang pembesar kota, untuk mencegat Sun Jian dalam perjalanan serta merebut materai kerajaan. Namun usaha itupun gagal. Kemudian setelah peristiwa itu, terjadi perang antar keduanya, karena Sun Jian masih dendam terhadap Liu Biao. Pertempuran ini berakhir setelah tewasnya Sun Jian. Sebagai penggantinya, diangkatlah Sun Ce, putra sulung Sun Jian.

Sun Ce meninggal karena terluka oleh anak panah beracun yang ditembakkan musuhnya, kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sun Quan. Ketika Cao Bei menurunkan kaisar terakhir Dinasti Han pada tahun 220 dan Liu Bei menyusul mengangkat dirinya sebagai kaisar, Sun Quan pada tahun 222 juga mengikuti jejak mereka berdua menjadi kaisar dengan gelar Wudi (222-252) dan kerajaannya dinamai Wu dengan Jianye sebagai

10 Lihat Tan Pei-ying, The Building of Burma Road.

(9)

ibukotanya. Pada masa pemerintahannya, terjadi persekutuan dengan Shu untuk bersama-sama memerangi Wei di utara.

Setelah wafat, Sun Quan digantikan oleh Sun Liang dengan gelar Feidi (252-258). Wafatnya Sun Quan ini dimanfaatkan oleh pihak Wei untuk menyerang Wu, tetapi gagal. Bahkan Wu justru berbalik menyerang wilayah Wei. Zhuge Guo pemimpin pasukan Wu lalu meminta bantuan Jiang Wei, panglima perang Shu untuk bersama-sama menyerang Wei. Namun, usaha penyerangan ini juga tidak membuahkan hasil berarti.

Pada masa pemerintahan Kaisar Feidi, kekuasaan Wu digerogoti oleh seorang yang kejam bernama Sun Lin. Geram dengan perilaku Sun Lin, kaisar berniat membunuhnya. Namun rencana itu diketahui Sun Lin, yang kemudian justru mengambil tindakan dengan menurunkan kaisar beserta para menterinya yang bersekongkol kemudian membunuh mereka. Kemudian diangkatlah Sun Xiu dengan gelar Jingdi (258-264). Kaisar baru ini pun juga merasakan kesewenang-wenangan Sun Lin. Akhirnya dengan suatu strategi, Sun Lin pun ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.12

Setelah Sun Xiu wafat, Wu dipimpin oleh Sun Hao yang bergelar Modi (264-280). Sun Hao bukanlah penguasa yang baik, ia gemar berfoya-foya dan mabuk-mabukan. Menteri-menteri yang berani menegurnya, langsung dibunuh. Hal itu pun diketahui oleh kaisar Jin bernama Suma Yan yang sebelumnya berhasil meruntuhkan kekuasaan Wei. Tanpa berpikir panjang, Suma Yan pun mengambil inisiatif menyerang dan menaklukan Wu. Kaisar Modi pun akhirnya takluk dan menyerah kepada pihak Jin. Peristiwa itu pun mengakhiri riwayat Kerajaan Wu pada tahun 280.

D. Masa Kejayaan Zaman Tiga Negara

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kisah Tiga Negara karya Lo Guanzhong mencatat bahwa Zhunge Liang telah menciptakan alat angkut perbekalan pasukan yangdisebut dengan “Kerbau dan Kuda-kudaan Kayu”.13 Tokoh lainnya yang telah mengembangkan teknik pembuatan gerobak adalah Ge Yu, yang dicatat dalam Catatan Manifestasi Spiritual karya Gan Bao (348) dan Riwayat Dewa-dewa Terkenal karya Liu Xiang (ditulis antara abad pertama SM dan abad ke-4 M).

Pada mulanya, gerobak ini hanya dipergunakan untuk keperluan milter, sehingga teknik pembuatannya sangat dirahasiakan. Alat angkut ini menjamin pula mobilitas pasukan

(10)

yang tinggi. Selanjutnya terdapat pula gerobak yang diberi layar, sehingga sanggup berjalan dengan kecepatan 40 mil per jam. Bila ditilik dari segi beban yang dapat diangkut, gerobak China ternyata lebih kuat dan sanggup mengangkut beban lebih berat dibandingkan gerobak temuan Barat.14

2. Perkembangan Ilmu Pengobatan

Tokoh ilmu pengobatan terkemuka semasa Zaman Tiga Negara adalah Huangfu Mi (215-282) yang menulis sebuah karya klasik mengenai akupuntur dan Wang Shuhe (abad ke-3) yang menulis karya klasik mengenai diagnosis dengan mengamati denyut nadi. Karya Wang Shuhe ini lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Tibet, Arab dan Persia. Bahkan karya ini telah diterjemahkan pula ke dalam bahasa Latin dan Barat pada abad ke-17 dan abad ke-18.15

3. Perkembangan Seni

Dalam hal seni satra, Cao Cao dapat dipandang sebagai seorang sastrawan, karena ia memang merupakan seorang penggemar sajak. Anak ketiga Cao Cao yang bernama Cao Zhi sejak masa mudanya telah menunjukkan bakatnya dalam kesusastraan. Kepiawaian Cao Zhi dalam sastra ini telah menjadikannya sebagai anak kesayangan ayahnya, sehingga Cao Bei, putra sulung Cao Cao, menjadi iri dan benci padanya. Kebencianpun bertambah ketika Cao Cao wafat dan Cao Bei menjadi Kaisar. Pada suatu hari, oleh karena suatu sebab, Cao Bei memerintahkan adiknya untuk merangkai sebuah sajak dalam tujuh langkah saja. Bila gagal, Cao Zhi akan dijatuhi hukuman berat. Ternyata, Cao Zhi berhasil menyelesaikan tugas sulit itu tepat pada waktunya. Sajak yang dikarangnya itu berkisah mengenai kacang yang bersama-sama dengan batangnya dilempar ke dalam kuali untuk dimasak. Di dalam kuali itu, kacang-kacang itu masih juga bertengkar dengan sesamanya, meski berasal dari batang yang satu. Kacang-kacang itu sesungguhnya melambangkan Cao bersaudara, yang meski berasal dari satu ”batang” (keturunan), masih saja bertengkar dan membenci satu sama lain. Padahal seharusnya mereka dilahirkan bukan untuk saling bermusuhan. Menurut Kisah Tiga Negara, ibu mereka lalu menangis, karena memahami makna di balik sajak gubahan Cao Zhi itu.16

Sebagai seorang sastrawan, Cao Bei mengarang sebuah kitab berjudul Dianlun, yang isinya membandingkan berbagai prosa dan puisi semasa Dinasti Han. Kelompok sastrawan terkemuka lainnya disebut Tujuh Orang Bijaksana dari Hutan Bambu (zhulin qizian), yang

14 Ivan Taniputera, History of China (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 227. 15 Ibid.

(11)

diwakili oleh seorang sastrawan dan pemusik terkemuka bernama Xi Kang (223-262). Sastrawan terkemuka berikutnya adalah Ruan Ji (210-263) yang menampilkan pengaruh-pengaruh Daois pada karyanya.17

4. Perkembangan Ekonomi dan Kemasyarakatan a) Situasi Ekonomi dan Kemasyarakatan Kerajaan Wei

Peperangan, banjir, dan bencana alam lainnya yang melanda China pada masa akhir Dinasti Han tidak hanya menyebabkan keterpurukan ekonomi, akan tetapi juga perpindahan penduduk yang selamat ke tempat lain yang dianggap lebih aman, seperti ke Provinsi Sichuan Modern, daerah aliran Sungai Yangzi dan wilayah timur laut China. Untuk mengatasi kekacauan dalam bidang ekonomi kemasyarakatan ini, Cao Cao berpandangan bahwa bidang pertanian perlu diarahkan dan dikendalikan oleh negara.

Oleh karena itu dibentuklah dua komunitas pertanian, yaitu komunitas pertanian sipil atau rakyat (mintuntian) dan komunitas pertanian militer (juntuntian). Komunitas-komunitas pertanian ini diawasi oleh pejabat khusus yang bergelar diannongli atau diannongguan. Anggota komunitas tersebut dilarang untuk meninggalkan kampung halaman mereka dan hanya diperbolehkan menikahi wanita yang berasal dari komunitas mereka saja. Mereka seolah-olah hidup sebagai budak negara dan bila berani melarikan diri, sebagian besar akan dikembalikan ke tempat asalnya secara paksa.18

b) Situasi Ekonomi dan Kemasyarakatan Kerajaan Shu

Kerajaan Shu yang berlokasi di wilayah Provinsi Sichuan modern kondisinya relatif tenang dan damai bila dibandingkan dengan China utara yang dikuasai oleh Kerajaan Wei. Daerah itu didominasi oleh para penganut Zhang Daoling yang telah mendirikan gerakan keagamaan wudoumidao atau “Jalan Lima Gantang Beras”, karena para calon pengikut yang hendak bergabung diharuskan menyerahkan lima gantang beras sebagai sumbangan.19

Pembangunan pertanian yang intensif tidak dilakukan pada daerah Sichuan saja, melainkan juga di daerah pegunungan di selatan, di mana wilayah ini untuk pertama kalinya benar-benar berkembang secara ekonomis. Meneruskan tradisi yang telah berlangsung

17 Ivan Taniputera, History of China (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 228. 18 Ibid, 229.

(12)

semenjak Dinasti Han, negara juga menerapkan monopoli terhadap garam, besi dan sutra. Mata uang yang banyak dipergunakan di negeri ini adalah uang logam tembaga.20

c) Situasi Ekonomi dan Kemasyarakatan Kerajaan Wu

Kerajaan Wu yang terletak disebelah selatan Sungai Yangzi merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam dan tanahnya subur. Namun penduduk selalu mendapat gangguan dari suku barbar penghuni pegunungan di selatan, sehingga mereka tidak mampu memaksimalkan mengolah dan memanfaatkan kekayaan tersebut. Hal itu juga yang membuat teknologi pertanian tidak dapat berkembang. Pasca kedatangan para pegungsi dari utara, mendorong berkembangnya teknolgi pertanian guna meraih hasil yang maksimal. Selain itu, para pegungsi dari utara juga menjadi sumber tenaga kerja baru.

Sun Quan juga membentuk komunitas pertanian sipil (mintuntian) dan militer (juntuntian) seperti halnya Cao Cao dari Kerajaan Wei. Namun ada beberapa perbedaan yang mendasar dari komunitas pertanian Sun Quan dan Cao Cao. Pertama, di kerajaan Wu, komunitas pertanian militer tidak hanya dihuni oleh para prajurit saja, melainkan juga keluarga mereka. Kedua, masing-masing komunitas itu diawasi oleh rantai birokrasi sipil dan militer sendiri. Selain komunitas pertanian yang dimiliki negara, terdapat pula tanah-tanah pertanian yang dimiliki oleh pribadi, seperti para tuan tanah kaya.

Sesuai dengan tradisi yang berlaku semenjak Dinasti Han, pembuatan garam, besi, dan sutra dikuasai oleh negara. Kerajinan tangan khas negeri ini adalah keramik berglasur hijau (qingci). Lebih jauh lagi, pembuatan kapal-kapalyang dilakukan pihak Wu memungkinkan negeri ini untuk menjalin hubungan dagang dengan negeri-negeri asing, seperti Koguryo (Korea sekarang), Funan (Kamboja), Linyi (Vietnam dan Kamboja sekarang), serta India. Meskipun mata uang tembaga menjadi alat tukar resmi, tetapi garam dan sutra dapat pula dipergunakan sebagai alat tukar (barter).21

5. Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat

(13)

Kerajaan Wei mengakui suatu organisasi keagamaan yaitu Zhengyi Mengwei (Aliran Ortodoks Utama), yang merupakan organisasi keagamaan yang didirikan oleh Zhang Daoling dan kemudian dipimpin oleh cucunya yang bernama Zhang Lu. Aliran tersebut juga dikenal sebagai Tianshi Dao (Aliran Para Guru Kedewaan). Kitab Daois penting yang ditulis pada zaman ini adalah Taishang Lingbao Wufujing (Kitab Pewahyuan Tertinggi Lima Jimat dari Ruh Suci). Ini merupakan kitab petama dari kumpulan kitab-kitab Liangbao (Ruh Suci).

Aliran filosofi Daois lain yang berkembang adalah apa yang dinamakan Aliran Misteri. Tokoh-tokohnya adalah He Yan (wafat tahun 249), yang mengarang sebuah karya berjudul Wuminglun (Risalah Mengenai yang Tak Bernama); Wang Bi (226-249), seorang ahli filsafat cendekia yang wafat pada usia 23 tahun dan telah menulis komentar terhadap kitab Laozi dan Yijing; Xiang Xiu (223-300), pengarang komentar terhadap kitab Zhuangzi; Guo Xiang (wafat 312) yang menambahkan komentarnya sendiri pada kitab karangan Xiang Xiu; Pei Wei (267-300) yang mengarang Chongyoulun (Risalah Mengenai Keberadaan). Aliran Misteri membahas masalah-masalah metafisika yang rumit, seperti masalah Keberadaan dan Ketidak-beradaan, yang dipandang bukan sebagai sesuatu yang berlawanan, melainkan sesuatu yang tak terpisahkan satu sama lain.

Hubungan perdagangan lewat laut dengan negara asing yang dikembangkan oleh Kerajaan Wu menyebabkan makin berkembangnya Buddhisme. Pada tahun 247, datanglah salah seorang penerjemah kitab Buddhis yang bernama Kang Senghui ke Nanjing. Ia merupakan keturunan bangsa Sogdia dan berasal dari keluarga pedagang yang berdiam di Vietnam.22

6. Penjelajahan dan Hubungan Luar Negeri

Perdagangan laut yang terjadi antara China selatan dengan India melalui Asia Tenggara dan Samudera Hindia menyebabkan timbulnya koloni tempat kediaman bangsa asing dari berbagai wilayah India dan Iran di daerah Sungai Merah (Vietnam sekarang) dan Lembah Kanton. Pada awal abad ke-3, telah disebutkan keberadaan banyak orang asing di daerah Jiaozhou (dekat Hanoi sekarang).23

E. Berakhirnya Zaman Tiga Negara

(14)

Setelah wafatnya Cao Rui, Kerajaan Wei dipimpin oleh Cao Fang. Namun sehubungan dengan kaisar Cao Fang masih kanak-kanak, maka diangkatlah Sima Yi (anak buah Cao-Cao) sebagai wali. Sejak saat itulah keluarga Sima semakin mendominasi kekuasaan di kerajaan Wei. Hal tersebut terbukti ketika Sima Shi (putra tertua Sima Yi) berhasil menurunkan Kaisar Cao Fang dan menggantinya dengan Cao Mao (254-260) yang disukainya. Belakangan, Sima Zhao (putra lain Sima Yi) membunuh Cao Mao dan mengangkat seorang anak berusia 15 tahun bernama Cao Huan (260-265, gelar Yuandi) sebagai kaisar baru.24

Sima Zhao kemudian mengirimkan Jenderal Zhong Hui dan Deng Ai untuk menaklukkan Shu pada tahun 264. Kaisar Shu yang terakhir kemudian dibawa ke ibukota Kerajaan Wei dan diberi gelar sebagai Bangsawan Anle (kebahagiaan). Atas jasanya menaklukkan Kerajaan Shu itu, Sima Zhao diangkat sebagai xiangguo yang setara dengan jabatan perdana menteri dan diberi gelar Bangsawan Jin. Tidak lama kemudian, wafatlah Sima Zhao dan digantikan oleh putranya Sima Yan. Ia dengan berani memaksa kaisar Cao Huan agar menyerahkan singgasana padanya, sehingga dengan demikian berakhir pulalah kekuasaan keluarga Cao.

Peristiwa runtuhnya Kerajaan Wei ini terjadi pada tahun 265. Sima Yan mengangkat dirinya sebagai kaisar dan menamai dinastinya dengan Jin. Luoyang dijadikan sebagai ibukotanya. Belakangan, Kerajaan Wu berhasil ditaklukan pada tahun 280, sehingga China pun kembali bersatu.25

BAB III

(15)

DINASTI JIN

A. Dinasti Jin Barat

Pada tahun 265 M, kerajaan wei berhasil di jatuhkan oleh menteri Sima Yan. Dia mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Wudi yang memerintah dari tahun 265-290 M. setelah menjadi kaisar Sima Yan berhasil menyatukan China yang kemudian membentuk dinasti Jin Barat yang berlangsung dari tahun 265-317.

Sima Yan memerintahkan kepada seluruh negara untuk mengurangi anggaran belanja pemerintahan, terutama di bidang militer, mengatur setiap keresidenan besar dengan hanya boleh memiliki pasukan sebanyak 100 orang dan 50 orang di Karesidenan kecil. Sima Yan mengurangi wajib militer dan meningkatkan subsidi kepada para para petani dan peternakan ulat sutra sehingga ekonomi pun berkembang disana dengan pesat. Akan tetapi, dengan berkurangnya jumlah pasukan yang begitu drastis menimbulkan kerusuhan yang sulit di kendalikan, serta ditambah dengan sistem penobatan raja bangsawan yang berlaku pada zaman kaisar Yan telah memberikan kekuasaaan militer kepada mereka yang secara tak langsung menanam bibit kekacauan “Bawang Zhiluan” atau kerusuhan yang diakibatkan oleh para raja bangsawan.26

Pada tahun 290 kaisar Wudi wafat dan digantikan oleh anaknya yaitu Sima Zhong dengan gelar Huidi yang memerintah dari tahun 290-306/307 M. Kaisar Huidi sangat bodoh dan tidak pernah peduli dengan urusan Negara. Hal itu dimanfaatkan oleh selir Jiang untuk bertindak semena-mena namun, akhirnya selir Jiang dipaksa bunuh diri karena rencana jahatnya untuk membunuh putra mahkota Sima Yu terbongkar. Pada masa pemerintahan kaisar Huidi meletuslah pemberontakan Delapan Raja. Huidi akhirnya wafat dan diganti oleh saudaranya dengan gelar Huaidi yang memerintah dari tahun 306-312 M. Pada tahun 311 ibukota Dinasti Jin diserang oleh raja Han Utara Liu Cong. Pasukan Han berhasil menghancurkan Kota Luoyang dan Changan. Kaisar Jin lalu dibawa ke Pingyang dan dipaksa menjadi juru minuman Liu Cong.

Sementara itu pihak Jin mengangkat kaisar Mingdi untuk menggantikan kaisar Huaidi di Changan namun, pihan pasukan Xiongnu kembali menyerang dan kaisar Mingdi di tawan di Pingyang lalu dihukum mati tahun 318. Pihak jin yang putus asa memindahkan pusat

(16)

pemerintahan mereka dari utara ke selatan China disanalah awal dari terbentuknya Dinasti Jin Timur yang berlangsung dari tahun 317-420 M.

B. Dinasti Jin Timur

Zaman dinasti Dongjin (Jin Timur) beserta 16 negara ini berlangsung selama 103 tahun (317-420). Enam belas negara ini adalah pemerintah yang terpisah. Tahun 317, Sima Rui yang merupakan keponakan dari Sima Yan mendeklarasikan dirinya sebagai raja, pada bulan ke 3 tahun berikutnya, ia menganggap dirinya sebagai kaisar dengan gelar Yuandi yang memerintah dari tahun 317-322 M dan menetapkan kota Jiankang sebagai ibu kota. Pada masa pemerintahannya terjadi perselisihan di antara dua faksi. Kaisar yuandi kemudian digantikan oleh kaisar Mingdi yang memerintah dari tahun 322-325 M. Kaisar Mingdi tidak membawa pengaruh apapun sehingga dinasti Jin tidak mengalami perkembangan sedikitpun, keadaan ini terus berlanjut hingga masa pemerintahan selanjutnya yang di pimpin oleh kaisar Chengdi yang memerintah dari tahun 325-342 M, dan kaisar Kangdi yang hanya berkuasa satu tahun. Perubahan besar terjadi padamasa pemerintahan kaisar Mudi yang memerintah dari tahun 344-361 M, di mana ia berhasil merebut kota Sichuan dan Luoyang. Kemudian ia digantikan oleh kaisar Aidi (361-365) pdamasa pemerintahannya kota Sichuan dan Luoyang kembali direbut oleh suku barbar. Kaisar Aidi lalu digantikan oleh beberapa kaisar yakni Feidi alias Hai Xi Gong (365-371), dan Jian Wendi (371-372). Selain itu para kaisar dinasti Jin Timur, juga memerintah berdampingan dengan pemerintahan suku bangsa lain yaitu 16 negara di sebelah utara. Yang disebut 16 negara sebenarnya ada 22.27

Peistiwa penting selanjutnya teerjadi pada masa pemerintahan kaisar Xiao Wudi (372-396). Pada tahun 383 Fu Jian raja Qin Awal melakukan serangan untuk menaklukan Jin Timur. Meskipun kekuatan pasukan Qin Awal sangat besar namun kesatuan rantai komandonya sangat lemah hal ini dimanfaatkan oleh Jenderal dari Jin Timur yaitu Xie Xuan dan Xie Shi untuk menyerang mereka dengan kekuatan strategi jitu. Akhirnya pasukan Qin Awal berhasil dikalahkan. Meskipun Jin Timur menang mereka tetap kehilangan wilayahnya di utara. Namun pada masa-masa selanjutnya Jin Timur mengalami berbagai permasalahan internal berupa pemberontakkan yang dilakukan oleh para petani serta gangguan dari para

(17)

bajak laut. Para Jendral pun saling berselisih satu sama lain. Di tengah kekacauan ini kaisar Andi naik tahta (396-418). Kemudian kaisar digantikan oleh seseorang yang kejam bernama Sima Dewen dengan gelar Gongdi (418-420). Dinasti Jin berakhir pada tahun 420 M.

C. Perkembgan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti Jin

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi pada masa pemerintahan kaisar Jin Wudi hal ini terbukti dengan dibangunnya sebuah perpustakaan di Luoyang serta diciptakannya sebuah peta oleh Pei Xiu (224-271) yang menggunakan sistem pembagian garis lintang dan bujur, serta penggunaan skala. Pada tahun 267 ia diangkat sebagai menteri. Pada masa ini bangsa Tionghoa juga telah menemukan metode pengendalian hama secara biologis yakni dengan menghadirkan mangsa atau musuh dari hama tersebut contohnya, semut yang digunakan untuk membasmi hama tanaman jeruk. Metode ini masih digunakan hingga saat ini karena cara ini lebiih baik dibandingkan dengan mnggunakan pestisida.

D. Perkembanga Ilmu Pengobatan pada masa Dinasti Jin

Ge Hong merupakan tokoh yang penting dalam perkembangan ilmu pengobatan semasa Dinasti Jin. Ia adaah seorang ahli patologi dan alkimia serta dikenal pula sebagai tokoh Daoisme. Ia belajar ilmu pengobatan tradisional China dengan pamannya yang bernama Ge Xuan dan berhasil menjadi murid terpandai. Sekitar tahun 326 ia menulis sebuah kitab berjudul Baopuzi Neiwaipian. Dalam kitab ini Ge hong banyak membahas tentang alkimia, ilmu diet dan kegaiban. Dalam bidang patologi, Ge Hong menyumbangkan pembahasan mengenai penyakit cacar, beri-beri, dan penyakit lainnya. Bahan dan resep obat Ge Hong tergolong murah dan manjur sehingga cocok untuk rakyat kebanyakan.28

E. Perkembangan Seni semasa Dinasti Jin

Satrawan terkenal pada masa dinasti Jin adalah tao Yuanming, ia berhasil membuat beberapa karya sastra diantaranya berjudul Menyembahyangi Adik Zheng, Pulang, dan Sumber Bunga Persik. Selain karya sastra pada masa dinasti Jin juga berkembang seni lukis dan patung dan kaligrafi. Seni patung banyak dipengaruhi oleh Budhisme. Salah satu seniman untuk kaligrafi yang terkenal adalah Liu Ji, sedangkan pelukis ternama pada asa ini adalah Gu Kaizhi. Lukisan pada masa dinasti jin memiliki cirri seperti pemilihan warna yang lebih beragam dan pembentukkan nuansa jauh dekat melalui ‘penupukkan’ pada berbagai bidang.29

(18)

F. Perkembangan Ekonomi dan Kemasyarakatan Semasa Dinasti Jin

Sistem komunitas pertanian yang dikembangankan semasa kerajaan Wei yang diawasi oleh para pejabat khusus itu dihapuskan semasa dinasti Jin. Alasannya, para petani yang tinggal di komunitas itu ingin memiliki tanahnya sendiri, dan selain itu tampaknya lebih manusiawi untuk membebaskan mereka berkerja sebagai pedagang atau petani penyewa tanah. Pemerintahan Jin yang menghapuskan sistem tuntian30 ini berusaha keras agar para petani itu bersedia kembali ke desa asalnya.

Para pejabat dan pemilik tanah yang berasal dari kalangan bangsawan pun memiliki kesempatan untuk mengumpulkan tanah yang sangat luas dan memperkerjakan banyak orang yang semuanya bebas pajak. Terdapat tiga aspek yang mempergaruhi perekonomian Jin timur. Pertama, aliran pengungsi dari utara yang melarikan diri dari bangsa barbar, mereka menjadi sumber tenaga kerja penggerak roda perekonomian negara. Kedua tumbuhnya ekonomian dapat dikatakan lambat, kampanye militer melawan bangsa barbar di utara yang hanya berakhir setelah pertempuran feishui. Ketiga, pemberontakan dan perang saudara yang terjadi di sepanjang sejarah dinasti Jin timur.

Tempat tinggal khusus bagi para pengungsi itu yang kerap kali diberi nama mirip dengan daerah asal usul mereka di utara, seperti Nan Xuzhou, yang secra harfiah kota Xuzhou di selatan atau dapat pula kota Xuzhou yang berpindah ke selatan sesungguhnya dimaksudkan sebagai tempat penampungan sementara bagi mereka sambil menunggu direbut kembalinya wilatah utara dari tangan bangsa barbar.

Terlepas dari terjadinya beberapa pemberontakan dan perang saudara selama kurun waktu pemerintahan Dinasti Jin Timur sebenernya relatif tenang, meskipun demikian, perekonomian dapat dikatakan lambat tumuhnya.31 Selain itu agama yang mendominasi pada zaman Dinasti Jin adalah Daoisme dan Buddhisme.

BAB IV

PENUTUP

30 Tuntian merupakan komunitas militer mandiri yang didirikan oleh Cao Cao (Kerajaan Wei), di mana para prajurit diharuskan untuk menghidupi dirinya dengan membuka ladang dan bertani, dengan kata lain mereka merupakan petani sekaligus sebagai

prajurit negara. Lihat Ivan Taniputera, History of China (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 229.

(19)

I.

Kesimpulan

Sejak runtuhnya Dinasti Han Timur, kondisi politik dan pemerintahan di China menjadi terpecah belah menjadi beberapa kerajaan yang dipimpin oleh kaisar pada masing-masing kerajaan. Di dalam sejarah Cina sebenarnya hanya boleh ada kaisar tunggal yang dianggap menjalankan mandat langit untuk berkuasa. Namun pada Zaman Tiga Negara, karena tidak ada satupun negara yang dapat menaklukkan negara lainnya untuk mempersatukan Cina. Zaman Tiga Negara terdiri dari tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Wei yang didirikan oleh Cao Cao (Cao Bei), Kerajaan Shu yang didirikan oleh Liu Bei, dan Kerajaan Wu yang didirikan oleh Sun Quan. Cina akhirnya dipersatukan oleh keluarga Sima yang merebut kekuasaan dari negara Wei dan menaklukkan Wu serta mendirikan Dinasti Jin.

II.

Analisis

Bila kita menelisik lebih jauh mengenai kehidupan masyarakat dan pemerintahan China sekarang ini, maka kita dapat menyimpulkan suatu hal bahwa para pemimpin maupun rakyat China itu sendiri telah memiliki mental anti korupsi dengan komitmen yang tinggi. Hal itu dibuktikan oleh salah satu kaisar yaitu Liu Bei ketika masih menjabat sebagai kapten di Distrik Anxi-xian, ia bersama dua orang saudara angkatnya Guan Yu dan Zhang Fei menghajar salah seorang pejabat yang korup dan sombong. Hal itu yang membuat mereka harus melarikan diri dan hidup berpindah-pindah, peristiwa itu juga yang melatar belakangi berdirinya kerajaan Shu yang dilakukan oleh Liu Bei.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Benton, William.1982.The New Encyclopædia Britannica.London: Encyclopædia Britannica Inc

Hendri W, Yusin.2014.Sang Naga dari Timur.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sutopo, FX. 2009.Sejarah Singkat China.YogYakarta: Ar-Ruzz Media

Taniputera, Ivan.2011. History of China.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

http://en.wikipedia.org/wiki/Three_Kingdoms

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Agar suatu fungsi terdefinisi (mempunyai daerah hasil di himpunan bilangan real), maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi1. Fungsi di

7 Tahun 2004, khususnya Pasal 9 tentang hak guna usaha air yang telah memberikan peluang kepada sektor swasta dalam pengelolaan sumber air menimbulkan beberapa dampak

“ Short Sleep Duration Is Associated with Reduced Leptin, Elevated Ghrelin, and Increased Body Mass Index .” PLoS Med 1(3): e62. Panduan Menurunkan Berat Badan dengan

Pengaruh Model Pembelajaran Bermain Peran Lakon Wayang Kulit Terhadap Wawasan Nilai Karakter Siswa Pada Mata Pelajaran.. PKn Kelas V SDN

Berdasarkan perhitungan dan hasil hipotesis diketahui bahwa CKPN atas kredit, NPL, IRR, PDN, LDR, IPR, LAR, BOPO, FBIR, dan GCG secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu : Tes tertulis dan Observasi. Teknik analisis

Ukuran perusahaan yang ada dalam sampel penelitian ini adalah 3.08196, memiliki nilai penyimpangan sebesar 1.00342 yang lebih kecil dari nilai rata-rata 3.08196, dengan