• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SERAT KACA DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SERAT KACA DAN"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

POLYPROPYLENE

PADA KONSTRUKSI PERAHU

ALUMINIUM

AHMAD ADITIYA F

03091005047

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

SKRIPSI

ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SERAT KACA DAN

POLYPROPYLENE PADA KONSTRUKSI PERAHU ALUMINIUM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

AHMAD ADITIYA F

03091005047

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SERAT KACA

DAN

POLYPROPYLENE

PADA KONSTRUKSI

PERAHU ALUMINIUM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya

Oleh:

AHMAD ADITIYA FEBRIANSYAH 03091005047

Inderalaya, Februari 2015

Mengetahui, Diperiksa dan disetujui oleh,

Ketua Jurusan Teknik Mesin, Pembimbing Skripsi,

Qomarul Hadi, S.T, M.T. Agung Mataram, S.T, M.T, Ph.D

(4)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA Agenda :

FAKULTAS TEKNIK DiterimaTgl. :

JURUSAN TEKNIK MESIN Paraf :

SKRIPSI

Nama : AHMAD ADITIYA FEBRIANSYAH

NIM : 03091005047

Jurusan : TEKNIK MESIN

Judul Skripsi : ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SERAT KACA

DAN POLYPROPYLENE PADA KONSTRUKSI

PERAHU ALUMINIUM

Diberikan Tanggal :

Selesai Tanggal :

Inderalaya, Februari 2015

Mengetahui, Diperiksa dan disetujui oleh,

Ketua Jurusan Teknik Mesin, Pembimbing Skripsi,

Qomarul Hadi, S.T, M.T Agung Mataram, S.T, M.T, Ph.D

(5)

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah berupa Skripsi dengan judul “Analisa Kekuatan Komposit Serat Kaca dan Polypropylene pada Konstruksi Perahu Aluminium” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya pada tanggal 02 Februari 2015.

Inderalaya, Februari 2015

Tim Penguji Karya tulis ilmiah berupa Laporan Skripsi.

Ketua :

1. Qomarul Hadi, ST, MT.

NIP. 19690213 199503 1 001 (………...)

Anggota :

2. Dr. Ir. Diah Kusuma Pratiwi, M.T.

NIP. 19750226 199903 1 001 (………)

3. M. Yanis, ST, MT

NIP. 19700228 199412 1 001 (………)

4. Ir. Helmy Alian, M.T

NIP. 19591015 198703 1 006 (………)

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Mesin, Dosen Pembimbing

Qomarul Hadi, S.T, M.T. Agung Mataram, ST, MT, Ph.D

(6)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : AHMAD ADITIYA F

NIM : 03091005047

Judul : ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SERAT KACA DAN

POLYPROPYLENE PADA KONSTRUKSI PERAHU

ALUMINIUM

Memberikan izin kepada Pembimbing dan Universitas Sriwijaya untuk

mempublikasikan hasil penelitian saya untuk kepentingan akademik. Apabila

dalam waktu 1 (satu) tahun tidak mempublikasikan karya penelitian saya. Dalam

kasus ini saya setuju untuk menempatkan Pembimbing sebagai penulis

korespondensi (Corresponding author).

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada

paksaan dari siapapun.

Inderalaya, Februari 2015

Penulis,

(7)

HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ahmad Aditiya Febriansyah

NIM : 03091005047

Judul : ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SERAT KACA DAN

POLYPROPYLENE PADA KONSTRUKSI PERAHU

ALUMINIUM

Menyatakan bahwa Skripsi saya merupakan hasil karya sendiri didampingi

pembimbing dan bukan hasil penjiplakan/plagiat. Apabila ditemukan unsur

penjiplakan/plagiat dalam Skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik dari Universitas Sriwijaya sesuai aturan yang berlaku.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada

paksaan dari siapapun.

Inderalaya, Februari 2015

Penulis,

Ahmad Aditiya F NIM. 03091005047

(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 Berakit – rakit kehulu, berenang ketepian.

 Batu yang keras sekalipun dapat berlobang oleh kelembutan air.  Apa yang akan terjadi, maka terjadilah.

Karya kecil ini kupersembahkan untuk :

 Kedua Orangtuaku.

 Keluarga besarku.

 Keluarga besar Teknik Mesin Unsri.

 Almamaterku (Universitas Sriwijaya).

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam penulis

junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia pada

kehidupan yang lebih baik, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul ”ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SERAT KACA DAN

POLYPROPYLENE PADA KONSTRUKSI PERAHUALUMINIUM”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Skripsi ini. Adapun pihak

tersebut adalah:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA. selaku Dekan Fakultas

Teknik Universitas Sriwijaya,

2. Bapak Agung Mataram S.T, M.T, selaku Dosen Pembimbing Skripsi

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik,

3. Bapak Qomarul Hadi, S.T, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya,

4. Bapak Ir. Dyos Santoso, M.T, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya,

5. Orang Tua saya, yang selalu mendukung dan mendoakan setiap kegiatan

positif yang dilakukan anaknya,

(10)

7. Dosen Pengajar di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Sriwijaya,

8. Staf Administrasi, Laboratorium dan Perpustakaan di Jurusan Teknik

Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya,

9. Keluarga besar Teknik Mesin UNSRI khususnya Angkatan 2009,

10.Semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak bisa disebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan

Skripsi ini. Oleh karena itu penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kemajuan di masa yang akan datang.

Akhirnya penulis mengharapkan Srkripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua, Amiin.

Wassalamu’alaikum.

Indralaya, Februari 2015

(11)

RINGKASAN

JURUSAN TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Karya tulis ilmiah berupa Skripsi, 20 Januari2015

Ahmad Aditiya F, dibimbing oleh Agung Mataram, S.T, M.T, PhD

Analisa Kekuatan Komposit Serat Kaca dan Polypropylene pada Konstruksi Perahu Aluminium.

Xiv + 33 halaman, 3 lampiran

Polypropylene (PP) termasuk jenis plastik yang menempati peringkat kedua pada

paling banyak jenis sampah plastik setelah jenis High Density Polyethylene

(HDPE). Serat kaca memiliki sifat mekanik unggul dari serat alami. Karena

memiliki sifat mekanik yang baik dari serat kaca saat memainkan peran penting

dalam penggunaan komposit penguatan. Aluminium memiliki sifat tahan sangat

ringan dan korosi. Sifat mekanik serat kaca yang dimiliki, aluminium dan limbah

Polypropylene dapat dimanfaatkan sebagai penguat dan matriks bahan komposit.

Penelitian ini dilakukan dengan metode hand lay-up. Perbandingan fraksi volume

plastik polypropylene, serat kaca dan jenis aluminium dalam penelitian ini

ditetapkan : 64 : 0 : 36 (%), 54,4 : 9,6 : 36 (%), 44,8 : 19,2 : 36 (%), 35,2 : 28,8 :

36 (%), dan 25,6 : 38,4 : 36 (%).

Kata kunci : Komposit, aluminium, serat kaca, polypropylene, uji bending, uji

(12)

SUMMARY

DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING, FACULTY OF ENGINEERING, SRIWIJAYA UNIVERSITY

Scientific Paper in the form of Skripsi, Januari 20th, 2015

Ahmad Aditiya F, supervised by Agung Mataram, S.T, M.T, Ph.D.

Glass fiber composites and polypropylene construction, application for aluminium boat.

xiv, 31 pages, 3 attachment

Polypropylene (PP ) including a type of plastic which ranks second on the most

number of types of plastic waste after the type of High Density Polyethylene

(HDPE). Glass fibers have superior mechanical properties of natural fibers.

Because it has good mechanical properties of glass fibers currently plays an

important role in the use of composite reinforcement. Aluminum has particularly

lightweight and corrosion resistant properties. Of mechanical properties owned

fiber glass, aluminum and PP waste can be utilized as composite reinforcement

and matrix materials. This research was carried out by hand lay-up methods.

Comparison of fiber volume fraction of gla ss, plastic and aluminum type of PP in

this study are set as : 64 : 0 : 36 (%), 54,4 : 9,6 : 36 (%), 44,8 : 19,2 : 36 (%), 35,2

: 28,8 : 36 (%), dan 25,6 : 38,4 : 36 (%).

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v

HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

2.2.2 Klasifikasi Komposit 6

(14)

2.4. Polypropylene 8

2.5. Serat Kaca 8

2.6 Aluminium 9

2.6.1 Manfaat dan Kelebihan Aluminium 9

2.7 Sifat Mekanis Material 12

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 18

3.3 Alat dan Bahan 18

3.4. Prosedur pengujian 18

3.4.1 Persiapan Serat Kaca 18

3.4.2 Persiapan Matrik P olypropylene 19

3.4.3 Pembuatan Cetakan 19

3.4.4 Pembuatan Spesimen Komposit 19

3.4.5 Penandaan Spesimen 21

3.4.6 Pengujian Impact 21

3.4.7 Pengujian Lengkung 22

3.4.8 Analisa dan Pengolahan Data 23

BAB 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Impact 24

4.1.1 Energi Impact per Satuan Luas 25

4.2 Hasil Pengujian Lengkung 30

4.2.1 Tegangan Lengkung 31

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

(15)

5.2. Saran 34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Serat Kaca 8

2.2. Skema Pengujian Charpy 14

2.3. Skema Pengujian Izod 14

2.4. Skema Pengujian Lengkung 16

3.1. Skema Metode Penelitian 17

3.2 Spesimen Pengujian Impact 21

3.3. Spesimen Pengujian Lengkung 22

4.1. Grafik Usaha Impact 28

4.2. Grafik Harga Energi Impact per Satuan Luas 29

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Perbandingan Fraksi Volume 19

3.2 Penandaan Spesimen 21

3.3 Data Awal Pengujian Impact 22

3.4 Data Awal Pengujian Lengkung 23

4.1 Data Hasil Awal Pengujian Impact 24

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara maritim, julukan itu didapatkan karena

2/3 luas seluruh Indonesia adalah lautan yang berarti lebih banyak perairan

daripada daratan. Laut memisahkan antara pulau pulau yang terdapat di Indonesia,

untuk meyatukan itu semua kita memerlukan alat transportasi air. Perahu,

merupakan salah satu alat transportasi tradisional yang kebanyakan berbahan baku

kayu, seiring waktu dan perkembangan zaman, kayu telah semakin langkah dan

mahal. Aluminium memiliki beberapa sifat yang mendukung untuk diaplikasikan

pada transportasi air.

Aluminium adalah suatu bahan yang memiliki tingkat rasio kekuatan dan

beratnya sangat baik dibanding material lain yang sering digunakan sebagai

material untuk konstruksi kapal. Begitu juga dengan beratnya yang relatif ringan

dibandingkan dengan material lain sebagai bahan utama dalam pembangunan

kapal seperti baja, ferro semen, bahkan kayu sekalipun (Ricky, 2012).

Pada kehidupan sehari – hari banyak ditemukan limbah dari hasil produk yang menjadi masalah. Salah satunya adalah tumpukan sampah yang dapat

menjadi salah satu penyebab bencana alam, salah satunya banjir. Masalah yang

diakibatkan banyaknya jumlah limbah plastik bahkan terasa semakin bertambah

parah karena kurangnya pengolahan terhadap limbah itu sendiri. Pengolahan

sampah di Indonesia yang hanya meliputi pengumpulan dan pengangkutan ke

tempat penimbunan sementara (TPS) dilanjutkan ke tempat penimbunan akhir

(TPA) dirasa belum cukup mampu untuk menyelesaikan masalah atas pencemaran

lingkungan. Produksi sampah yang tidak berbanding lurus dengan kecepatan

pengangkutan dan pengolahan membuat terjadinya penumpukan sampah di

mana-mana. Jika setiap orang rata-rata menghasilkan 1-2 kg sampah setiap hari dan

penduduk Indonesia berjumlah 200 juta orang, jumlah sampah yang menumpuk

(18)

adalah sampah rumah tangga (Ridwan, 2013). Salah satu sampah yang menempati

peringkat teratas berdasarkan jumlahnya adalah sampah jenis plastik

Polypropylene. Polypropylene merupakan jenis plastik yang sering digunakan

karena memiliki sifat tahan terhadap bahan kimia (Sahwan, 2005). Salah satu cara

mengatasi penumpukan sampah ini adalah dengan cara daur ulang (recycle),

membuat limbah plastik menjadi material baru yang memiliki nilai tambah pada

fungsi dan kekuatan material dengan cara menambahkan bahan penguat yang

disebut material komposit.

Komposit adalah bahan kombinasi antara dua atau lebih komponen atau

material yang memiliki sejumlah sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh masing– masing komponen tersebut. Penggunaan bahan komposit dengan matrik dan filler

(pengisi) jenis plastik mulai dikenal untuk menggantikan peran logam dalam

bidang industri. Hal ini disebabkan oleh beratnya komponen yang terbuat dari

logam, proses pembentukannya yang relatif sulit, dapat mengalami korosi dan

biaya produksinya mahal.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian untuk

memanfaatkan limbah plastik polypropylene secara optimal dengan

menjadikannya sebagai matrik dalam komposit yang diperkuat dengan serat kaca

(fiberglass) yang kemudian dilapiskan pada material logam, yaitu aluminium.

Dengan pengolahan yang sederhana dan mencari fraksi volume terbaik antara

matrik dan serat terhadap sifat mekanis yang dihasilkan dari komposit tersebut

akan membantu menambah kualitas, kegunaan serta menjaga kelestarian

lingkungan.

1.2 Batasan Masalah

Permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan pada penelitian ini

adalah bagaimana proses pengaplikasian komposit serat kaca & polypropylene

pada kontruksi perahu aluminium.

Adapun batasan masalah yang akan dikaji adalah :

1. Material yang akan dijadikan komposit, dalam hal ini adalah serat kaca dan

(19)

2. Pelapisan alumunium dalam material komposit.

3. Analisa variabel dengan pengujian impact dan bending.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Merencanakan komposit daur ulang limbah plastik pada pelapisan alumunium.

2. Menerapkan konsep teoritis pengujian komposit limbah plastik pada pelapisan

alumunium untuk mendapatkan nilai maksimal pengaruh variabel pengujian

komposit.

3. Menghasilkan produk baru dari pengolahan limbah polypropylene.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan sifat material komposit

yang ringan dan kuat sehingga dapat menjadi produk yang berguna bagi

(20)

Produksi sampah yang tidak berbanding lurus dengan kecepatan

pengangkutan dan pengolahan membuat terjadinya penumpukan sampah di

mana-mana. Jika setiap orang rata-rata menghasilkan 1-2 kg sampah setiap hari dan

penduduk Indonesia berjumlah 200 juta orang, jumlah sampah yang menumpuk

setiap harinya bakal mencapai 400.000 ton dan dari total itu 60% diantaranya

adalah sampah rumah tangga (Ridwan, 2013). Salah satu sampah yang menempati

peringkat teratas berdasarkan jumlahnya adalah sampah jenis plastik

Polypropylene.

Polypropylene merupakan jenis plastik yang sering digunakan karena

memiliki sifat tahan terhadap bahan kimia (Sahwan, 2005). Salah satu cara

mengatasi penumpukan sampah ini adalah dengan cara daur ulang (recycle),

membuat limbah plastik menjadi material baru yang memiliki nilai tambah pada

fungsi dan kekuatan material dengan cara menambahkan bahan penguat yang

disebut material komposit.

2.2 Tinjauan Teoritis

2.2.1 Komposit

MATERIAL KOMPOSIT adalah kombinasi makroskopik dari dua atau

lebih bahan yang berbeda, dapat dikenali dengan bagian dalam mereka. Komposit

digunakan tidak hanya untuk sifat strukturalnya, tetapi juga untuk kelistrikan,

suhu, tribological, dan lingkungan aplikasi. Material komposit modern biasanya

dioptimalkan untuk mencapai keseimbangan sifat tertentu untuk berbagai aplikasi

yang diperlukan. Mengingat berbagai macam bahan yang dapat dianggap sebagai

komposit dan berbagai kegunaan yang dihasilkan material komposit yang dapat

dirancang, komposit itdak dapat berdiri sendiri, sederhana, dan kegunaan dapat

disesuaikan. Namun, sebagai definisi praktis umum, material komposit dapat

(21)

mengikat bersama-sama secara terus – menerus dan membentuk serangkaian yang menguatkan penyusunnya. Dihasilkan bahan komposit yang memiliki

keseimbangan sifat struktural yang lebih unggul baik bahan utamanya sendiri

(Carl Zweben, 1998).

Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan bahan

konvensional seperti logam. Kelebihan tersebut pada umumnya dapat dilihat dari

beberapa sudut yang penting seperti sifat-sifat mekanikal dan fisikal, keupayaan

(reliability), mudah dalam proses pembentukan dan biaya. Seperti yang diuraikan

dibawah ini :

2.2.1.1 Sifat - Sifat Mekanikal dan Fisikal

Pada umumnya pemilihan bahan matriks dan serat memainkan peranan

penting dalam menentukan sifat-sifat mekanik dan sifat komposit. Gabugan

matriks dan serat dapat menghasilkan komposit yang mempunyai kekuatan dan

kekakuan yang lebih tinggi dari bahan konvensional seperti keluli. Bahan

komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan

bahan konvensional. Ini memberikan implikasi yang lebih penting dalam konteks

penggunaan karena komposit akan mempunyai kekuatan dan kekakuan spesifik

yang lebih tinggi dari bahan konvensional. Implikasi adalah produk komposit

akan mempunyai kerut yang lebih rendah dari logam. Pengurangan berat ialah

suatu aspek yang penting dalam industri pembuatan seperti automobile dan

angkasa luar.

2.2.1.2 Mudah dibentuk

Komposit yang mudah dibentuk merupakan suatu kriteria yang penting

dalam penggunaan suatu bahan untuk menghasilkan produk. Ini karena dikaitkan

dengan produktivitas dan mutu suatu produk. Perbandingan antara produktivitas

dan mutu adalah penting dalam konteks pemasaran produk yang berasal dari

pabrik. Selain dari itu kemampuan untuk mudah dibentuk juga dikaitkan dengan

berbagai tehnik pabrikasi yang dapat digunakan untuk memproses suatu produk.

(22)

tehnik pabrikasi yang merupakan daya tarik yang dapat membuka ruang yang

lebih luas bagi penggunaan bahan komposit. Contohnya untuk komposit

termoplastik yang mempunnyai kelebihan dari segi pemrosesan yaitu dapat

diproses dengan berbagai tehnik pabrikasi yang umum yang biasa digunakan

untuk memproses termoplastik tanpa serat.

2.2.1.3 Biaya

Faktor biaya juga memainkan peranan yang sangat penting dalam

membantu perkembangan industri komposit. Biaya yang berkaitan erat dengan

penghasilan suatu produk seharusnya memperhitungkan beberapa aspek seperti

biaya, bahan mentah, pemrosesan, tenaga manusia dan sebagainya.

2.2.2 Klasifikasi Komposit

Serat komposit berdasarkan penguat dapat dikategorikan oleh komposisi

kimia, morfologistruktural, dan komersial fungsi. Komposit biasanya

diklasifikasikan pada dua tingkat yang berbeda. Tingkat pertama klasifikasi

biasanya dibuat sehubungan dengan unsur pokok matriks. Komposit kelas utama

termasuk komposit organik - matrix ( OMCS ), komposit logam –matrix (MMC), dan komposit keramik -matrix ( CMC ).

Istilah "organik matriks komposit" umumnya dianggap termasuk dalam

komposit kelas dua: komposit polimer matrix ( PMC ) dan komposit karbon

-matrix (sering disebut sebagai komposit karbon-karbon). Komposit karbon -

matriks biasanya terbentuk dari PMC dengan memasukkan langkah-langkah

ekstra karbonisasi dan kepadatan polimer matriks asli. Dalam komunitas

penelitian dan pengembangan, intermetalik – matrix komposit (IMCs) kadang-kadang terdaftar sebagai klasifikasi yang berbeda dari MMC. Namun, yang paling

penting aplikasi dari (IMCs) belum ada, dan dalam prakteknya bahan-bahan ini

secara radikal tidak memberikan perbedaan dari sifat relatif terhadap MMC.

Dalam setiap sistem ini, biasanya seluruh matriks dalam fase kontinyu di seluruh

(23)

Serat alami seperti kenaf atau goni yang berasal dari tanaman dan

digunakan hampir secara eksklusif di PMC. Oksida serat kaca berasal dari

campuran oksida, silika, atau kuarsa, serat berasal dari oksida tunggal. Serat tidak

berbentuk dan terutama digunakan untuk memperkuat termoplastik dan termoset

PMC. Serat aramid adalah kristal serat polimer dan sebagian besar digunakan

untuk memperkuat PMC. Serat karbon berdasarkan rencana pembuatan struktur,

Serat karbon biasanya digunakan untuk memperkuat PMC. Serat keramik

polikristalin. Oksida keramik (misalnya, silika-alumina dan murni alumina) serat

dan nonoxide keramik (misalnya, silikon karbida) serat digunakan untuk

memperkuat CMC dan MMC (Wallenberger, 1999).

Namun, penurunan harga serat karbon, ditambah dengan perbaikan di

bidang manufaktur yang murah metode dan permintaan lanjutan untuk efisiensi

struktural tinggi telah mulai mengubah nama baik komposit. Komposit mulai

bersaing dengan bahan murah tradisional, biaya bahan akan terus menjadi faktor

penting.

Beberapa pedoman yang perlu diingat adalah:

1. Serat: semakin besar jumlah filamen per belakangnya, semakin rendah biaya.

2. Resin: semakin rendah suhu kinerja, semakin rendah biaya.

3. Prepreg: lebih luas produk (kain), semakin rendah biaya.

2.3 Bahan Komposit Serat

Unsur utama komposit adalah serat, bahan komposit serat terdiri dari

serat-serat yang terikat oleh matrik yang saling berhubungan.

Bahan komposit serat terdiri dari dua macam, yaitu

1. serat panjang (continous fiber)

2. serat pendek (short fiber dan whisker).

Komposit pada umumnya mengunakan bahan plastik karena plastik mudah

didapat dan mudah perlakuannya, daripada bahan dari logam yang membutuhkan

(24)

2.4 Polypropylene (PP)

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terhadap penggunaan

polypropylene sebagai matrik dalam sebuah komposit diantaranya,

Penelitian terhadap polypropylene juga dilakukan dengan membuat

komposit dengan 3 jenis campuran, pertama polypropylene matrik murni (tanpa

serat), kedua polypropylene dengan 30% serat rami, ketiga polypropylene dengan

30% serat sisal. Dari penelitian didapat kekuatan tarik terbaik pada polypropylene

ditambah 30% serat rami dengan nilai 32,0 Mpa kemudian polypropylene

ditambah 30% serat sisal sebesar 26,6 Mpa dan terakhir polypropylene murni

kekuatan tariknya sebesar 26,0 Mpa (Ridwan, 2013).

Penelitian menggunakan polypropylene sebagai matrik yang berpenguat 2

jenis serat yakni serat pandan dan serat batang pisang dan merumuskan bahwa

polypropylene berserat pandan memiliki kekuatan tarik yang lebih baik

dibandingkan dengan polypropylene berserat batang pisang (Maulida, 2006).

Polypropylene mempunyai density yang rendah dibandingkan dengan jenis

plastik lain Dan polypropylene mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190 oC

s/d 200 oC), sedangkan titik kristalisasinya antara 1300C s/d 135 oC.

Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia (chemical resistance)

yang tinggi, tetapi ketahanan pukulnya (impact strength) rendah (Mujiarto, 2005).

2.5 Serat Kaca

Gambar 2.1 Serat Kaca

(25)

plastik yang diperkuat oleh serat-serat halus yang terbuat dari kaca. Bahan ini juga

dikenal dengan nama GFK yang merupakan kepanjangan dari

Glasfaserverstärkter Kunststoff, atau yang biasanya lebih akrab dikenal oleh serat

kaca yang digunakan dalam proses penguatannya, yang dalam bahasa inggrisnya

disebut fiberglass. GRP adalah suatu material yang ringan dan kuat dengan

banyak kegunaan, seperti dalam pembuatan perahu, mobil, tangki air, atap,

perpipaan, pelapisan, box motor delivery, payung promosi, booth fiberglass dll.

Fiberglass atau sering diterjemahkan menjadi serat kaca adalah kaca cair yang

ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm - 0,01 mm. Serat

ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian

diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi.

2.6 Aluminium

Orang Yunani kuno dan Romawi menggunakan tawas dalam pengobatan

sebagai astringent, dan dalam proses pewarnaan. Pada tahun 1761 De Morveau

mengusulkan nama "alumine" untuk basa dalam tawas. Pada tahun 1807, Davy

memberikan proposal untuk menamakan logam ini Aluminum, walau pada

akhirnya setuju untuk menggantinya dengan Aluminium. Nama yang terakhir ini

sama dengan nama banyak unsur logam lainnya yang berakhir dengan “ium”.

(Totten and MacKenzie, 2003).

2.6.1 Manfaat dan Kelebihan Aluminium

Manfaat dan kelebihan aluminium (capral, 2013) adalah :

1. Ringan

Aluminium merupakan salah satu logam komersial teringan dengan

kepadatan sekitar sepertiga dari baja atau tembaga. Kekuatannya yang tinggi

untuk rasio berat membuatnya sangat penting untuk industri transportasi yang

memungkinkan peningkatan muatan dan penghematan bahan bakar. kapal feri,

kapal tanker, dan pesawat adalah contoh dari penggunaan aluminium yang

digunakan dalam transportasi. Dalam fabrikasi lainnya, aluminium ringan dapat

(26)

2. Ketahanan korosi yang sangat baik

Aluminium memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap korosi karena

lapisan tipis aluminium oksida yang terbentuk pada permukaan aluminium ketika

terkena udara. Dalam banyak aplikasi, aluminium dapat dibiarkan di pabrik.

Sebaiknya perlindungan tambahan diperlukan, aluminium dapat dianodisa atau

dicat.

3. Kuat

Meskipun kekuatan tarik aluminium murni tidak tinggi, mekanik sifat

mekaniknya nyata dapat meningkat dengan penambahan elemen paduan dan

tempering. Anda dapat memilih paduan dengan karakteristik yang paling sesuai

untuk aplikasi Anda. Biasanya Unsur paduan adalah silikon, mangan, tembaga

dan magnesium.

4. Kuat pada temperatur rendah

Bila baja menjadi rapuh pada temperatur rendah, maka aluminium dapat

mengalami peningkatan kekuatan tarik dan mempertahankan ketangguhan yang

sangat baik.

5. Mudah digunakan

Aluminium dapat dengan mudah dibuat menjadi berbagai bentuk seperti

lembar kertas, bentuk geometri, batang, tabung dan kawat. Hal ini menunjukkan

mampu mesin yang baik dan plastisitas yang ideal untuk bending, cutting,

spinning, Roll forming, hammering, forging, dan drawning.

6. Konduktor panas yang baik

Aluminium adalah sekitar tiga kali lebih termal-konduktif dari baja baja.

Karakteristik ini sangat penting dalam aplikasi pertukaran panas (baik pemanasan

atau pendinginan). Aluminium digunakan secara luas dalam peralatan memasak,

(27)

7. Reflektifitas yang tinggi

Aluminium merupakan reflektor yang sangat baik dari energi radiasi untuk

seluruh rentang panjang gelombang. Baik dari ulltra violet hingga infra merah dan

gelombang panas, serta gelombang elektromagnetik seperti radio dan radar.

Aluminium memiliki reflektifitas cahaya lebih dari 80% sehingga digunakan

secara luas pada perlengkapan pencahayaan. Karakteristik reflektifitas ini

menyebabkannya juga digunakan sebagai bahan isolasi. Misalnya, atap aluminium

merefleksikan persentase yang tinggi dari panas matahari, mendorong suasana

interior tetap dingin dimusim panas, juga isolator terhadap kehilangan panas

dimusim dingin.

8. Konduktor listrik yang baik

Aluminium adalah salah satu dari dua logam biasa yang memiliki

konduktivitas listrik yang cukup tinggi untuk digunakan sebagai konduktor listrik.

Tingkat konduktivitas listrik konduktor (paduan 1350) adalah sekitar 62% dari

Standar Internasional Annealed Copper. Namun, aluminium hanya sepertiga

berat tembaga, yang berarti menyalurkan sekitar dua kali listrik sebanyak yang

dapat dialirkan oleh tembaga dari berat yang sama. Aluminium secara luas

digunakan dalam kabel transmisi listrik, transformer, busbar dan basis lampu

listrik.

9. Perlakuan permukaan yang mudah

Pada banyak aplikasi, aluminium tidak memerlukan pelindung atau lapisan

dekoratif, permukaan yang disediakan sepenuhnya memadai tanpa finishing yang

lebih lanjut.penyelesaian mekanis seperti polishing, embossing, sandblasting, atau

wire brushing memenuhi berbagai kebutuhan. Dimana permukaan aluminium

(28)

10.Non magnetik

Aluminium memiliki sifat non magnetik yang membuatnya berguna untuk

pelindung alat elektrik seperti busbar atau rumahan kompas magnet. Aplikasi lain

termasuk disk komputer dan antena parabola.

11.Tak beracun

Fakta bahwa aluminium pada dasarnya tidak beracun ditemukan dimasa

awal dari industri. Ini adalah karakteristik yang memungkinkan logam yang akan

digunakan dalam peralatan memasak tanpa efek yang merugikan pada tubuh.

Aluminium dengan permukaan halus yang mudah dibersihkan, mendorong

lingkungan yang higienis untuk pengolahan makanan. Aluminium foil

pembungkus dan kontainer yang digunakan secara luas dan aman dalam kontak

langsung dengan produk makanan.

2.7 Sifat Mekanis Material

Setelah menghasilkan spesimen dari eksperimen perbandingan fraksi

volume, bahan komposit biasanya akan dilakukan beberapa pengujian di

antaranya pengujian beban, tarik, tekan, geser atau lintang, lenturan, dan densitas

untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis dari bahan yang di teliti. Namun pada

penelitian ini hanya difokuskan pada karakter yang dihasilkan oleh hasil uji

lengkung, dan uji impack.

2.7.1 Aturan Pencampuran

Salah satu cara cepat untuk memperkirakan sifat material yaitu, modulus

dalam 1 dan 2 arah komposit adalah dengan menggunakan aturan campuran. Ini

mengasumsikan bahwa modulus komposit adalah kombinasi dari modulus serat

dan matriks yang terkait dengan fraksi volume bahan penyusunnya.

Umumnya, sifat mekanik dari komposit tergantung pada sifat-sifat matriks

dan penguatan, interaksi antara matrik dan penguat, jumlah, jenis, susunan serat

dalam komposit, dan properties. Proses pembuatan komposit ditentukan melalui

(29)

Namun, satu set pengukuran eksperimental menentukan sifat dari sistem

serat-matriks tetap diproduksi dengan proses pembuatan tunggal.

Volume relatif dari unsur, sifat unsur, dan proses pembuatan. Percobaan

dapat memakan waktu dan biaya mahal. Model mekanika berbasis dan metode

semiempiris menentukan sifat komposit sehingga dapat berguna untuk

memprediksi efek dari sejumlah besar sistem variabel.

2.7.2 Uji Impact

Pengujian impact adalah suatu pengujian yang digunakan bertujuan untuk

mengetahui kegetasan atau keuletan suatu bahan (spesimen) yang akan diuji

dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda yang akan diuji secara

statik. Pada kondisi material ulet dapat mengalami patah getas dengan deformasi

plastis yang sangat kecil, namun hal itu dapat terjadi jika dipengaruhi temperatur

material yang rendah dan laju tegangan ditambah. Apabila nilai atau harga impact

material semakin tinggi maka material tersebut memiliki keuletan yang tinggi.

Material uji dikatakan bersifat ulet jika patahan yang terjadi pada bidang patah

material setelah di uji tidak rata dan tampak berserat-serat. Tetapi apabila material

bersifat getas, hasil dari patahan akan tampak rata dan mengkilap.

Secara umum jenis patahan dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

1. Patah Ulet

2. Patah Getas

Metode uji impact dapat dibedakan dari peletakkan posisi spesimen uji

pada tumpuan serta arah pembebanan terhadap arah impact, jenis-jenis dari

pengujian impact adalah sebagai berikut :

1. Metode Charpy yaitu pengujian takik yang meletakkan posisi spesimen uji

pada tumpuan dengan posisi horizontal dan arah pembebanan berasal dari

(30)

Gambar 2.2 Skema Pengujian Charpy (Callister, 2007)

2. Metode Izod yaitu pengujian impact yang meletakkan posisi spesimen uji

pada tumpuan dengan posisi vertikal dan arah pembebanan berasal dari

arah yang searah dengan arah takikan.

Gambar 2.3 Skema Pengujian Izod (Callister, 2007)

Pada pengujian di penelitian ini dilakukan dengan metode charpy

menggunakan Charpy Impact Testing Machine, benda uji (spesimen) dibuat

takikan terlebih dahulu sesuai dengan standar JIS Z 2202 dan hasil pengujian

benda tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi)

seperti bengkokan atau patahan sesuai dengan keuletan atau kegetasan terhadap

benda uji tersebut. Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda uji

atau usaha yang diserap benda uji sampai patah dapat diketahui melalui rumus

sebagai berikut :

E1 = P (D – D cos α ) (Callister, 2007)

Dimana : E1 = Usaha yang dilakukan (kg.m)

(31)

D = Jarak dari pusat sumbu palu ke pusat gravitasi (m)

α = Sudut angka palu (0)

E2 = P (D – D cos θ ) (Callister, 2007)

Dimana : E2 = Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg.m)

P = Berat palu (kg)

D = Jarak dari pusat sumbu palu ke pusat gravitasi (m)

= Sudut ayun setelah palu mengenai spesimen (0)

Usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji dapat diketahui melalui

rumus sebagai berikut :

E = E1 - E2 (Callister, 2007)

Dimana : E = Usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg.m)

E1 = Usaha yang dilakukan (kg.m)

E2 = Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg.m)

Dan besarnya harga takikdapat diketahui dari rumus berikut ini :

W = E

A0

(Callister, 2007)

Dimana : W = Harga impact (kg m/mm2)

E = Usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)

Ao = Luas penampang di bawah takikan (mm2)

2.7.3 Uji Lengkung

Pada pengujian ini akan digunakan Hydraulic Universal Material Tester

dengan standar JIS Z 2248 untuk mengetahui deformasi plastik yang akan terjadi

(32)

kelengkungan yang mampu diberikan kepada suatu material maka dilakukan uji

Lengkung.

Gambar 2.4 Skema Pengujian Lengkung (ASM Handbook,1991)

Pada pengujian lengkung dapat dirumuskan :

σ =

3.�.�

2.�.ℎ2 (Callister, 2007)

dimana :

σ = tengangan lengkung

P = beban maximal

L = pertambahan panjangan

(33)
(34)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Metallurgi Universitas

Sriwijaya Jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya.

3.3 Alat dan Bahan

a. Alat

Adapun peralatan yang di gunakan pada penelitian ini adalah :

1. Alat uji : a. Mesin uji impact : Charpy Impact Testing Machine.

b. Mesin uji lengkung : Hydraulic Universal Material Tester.

2. Alat ukur : Timbangan digital, mistar, thermocouple dan jangka sorong

3. Alat bantu : Kikir, gergaji besi

b. Bahan

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Matrik : Limbah plastik bekas jenis polypropylene.

2. Reinforced : Serat kaca (fiberglass)

3. Tulang : Aluminium

4. Air

3.4 Prosedur Pengujian

Metodelogi pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.4.1 Persiapan Serat Kaca

a. Pemotongan

Serat kaca dipotong menjadi bagian-bagian kecil dari bentuk awal yang berupa

lembaran namun tetap dalam orientasi serat acak.

b. Penimbangan

Serat Kaca ditimbang sesuai dengan fraksi volume serat yang telah ditentukan

(35)

3.4.2 Persiapan Matrik Polypropylene

Plastik bekas jenis polypropylene dikumpulkan kemudian diolah dengan

cara :

a. Pencucian

Plastik polypropylene dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel.

b. Penjemuran

Plastik polypropylene dijemur untuk menghilangkan sisa air.

c. Pemotongan

Plastik polypropylene dipotong menjadi ukuran kecil agar mudah dalam proses

pencampuran.

3.4.3 Pembuatan Cetakan

Cetakan dibentuk sesuai ukuran standar JIS Z 2202 untuk uji impact dan

JIS Z 2248 untuk uji lengkung.

Cetakan dibuat dari aluminium hollow, salah satu sisi aluminium di belah

untuk menempatkan bahan yang akan dicetak.

3.4.4 Pembuatan Spesimen Komposit

Pembuatan spesimen komposit dilakukan dengan metode hand lay up.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Matrik Polypropylene, Serat Kaca, Batangan Aluminium ditimbang dengan

(36)

Volume total spesimen : 1 x 1 x 25 cm = 25 cm3.

Volume aluminium : 0,6 x 0,6 x 25 cm = 9 cm3.

Volume serat : Vt - Val = 25 – 9 = 16 cm3.

Fraksi volume (%) =

% Val = x 100% = 36%

% Vserat = x 100% = 64%

Rumus : % = x vtotalx ρ = … gram

Untuk 9,6% = x 25 x 1,23 = 2,952 gram

Untuk 54,4% = x 25 x 1,23 = 16,728 gram

Untuk Al 36% = x 25 x 1,23 = 11,07 gram dst…

b. Alat penggiling diatur sampai suhu melebihi titik leleh plastik polypropylene.

c. Matrik polypropylene dimasukkan ke alat penggiling yang panas sehingga

menjadi mencair.

d. Setelah itu polypropylene yang cair dituangkan ke sendok yang telah

disiapkan, untuk mengatur suhu. Suhu diukur antara 190oCsampai 200oC.

e. Setelah suhu diukur, polypropylene cair dituangkan kedalam cetakan spesimen

yang telah disiapkan serat kaca dan aluminium didalamnya.

f. Saat penuangan kedalam cetakan ada baiknya campuran diaduk dengan

pengaduk agar dapat mengontrol serat kaca tersebar merata.

g. Kemudian campuran ditekan dan diratakan dengan rol sampai permukaan rata.

h. Tunggu hingga campuran kering.

i. Spesimen yang sudah kering dilepas dari cetakan kemudian bagian

permukaannya dihaluskan dengan alat kikir dan amplas.

j. Spesimen komposit yang telah dihaluskan dan diukur geometri awalnya

(37)

3.4.5 Penandaan Spesimen

Berikut adalah tabel penandaan spesimen untuk membedakan spesimen

dengan variasi fraksi volume yang berbeda satu dan yang lainnya di dalam

pengujian :

Tabel 3.2 Penandaan Spesimen.

Nama Spesimen Keterangan

PP64FG00Al36 64% 64% Polypropylene : 0% Fiber Glass : 36% Aluminium

PP54,4FG9,6Al36 54,4% Polypropylene : 9,6% Fiber Glass : 36% Aluminium

PP44,8FG19,2Al36 44,8% Polypropylene : 19,2% Fiber Glass : 36%Aluminium

PP35,2FG28,8Al36 35,2% Polypropylene : 28,8% Fiber Glass : 36%Aluminium

PP25,6FG38,4Al36 25,6% Polypropylene : 38,4% Fiber Glass : 36%Aluminium

3.4.6 Pengujian Impact

Pengujian impact pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

mesin Charpy Impact Testing Machine. Bahan komposit pada pengujian impact

dibuat dengan bentuk dan ukuran mengacu pada standar uji JIS Z 2202.

Gambar 3.2 Spesimen Pengujian impact (Callister, 2007)

Adapun langkah-langkah pengujian takiktipe charpy ini adalah sebagai

berikut :

a. Meletakkan benda uji di tempat benda uji pada mesin uji impact. Penempatan

benda uji harus benar-benar berada pada posisi tengah dimana pisau pada

pendulum berada sejajar dengan takikan benda tersebut.

(38)

c. Lalu mengangkat pendulum sampai membentuk sudut 45º dengan cara

memutar berlawanan arah jarum jam secara perlahan-lahan.

d. Setelah itu melepaskan pendulum untuk mengayun dan mematahkan benda

uji sehingga terjadi deformasi.

e. Setelah patah, hasil data yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada busur

derajat dicatat.

f. Dari data pengujian yang telah diperoleh dilakukan perhitungan, yaitu

menghitung besarnya usaha (E) dan harga impact (W).

Tabel 3.3 Data Awal Pengujian Impact

Spesimen α(0) � (0) PP64FG00Al36

PP54,4FG9,6Al36

PP44,8FG19,2Al36

PP35,2FG28,8Al36

PP25,6FG38,4Al36

3.4.7 Pengujian Lengkung

Pengujian lengkung dilakukan dengan menggunakan mesin Bending

Testing Machine dengan mengacu pada standar uji JIS Z 2248.

Gambar 3.3 Spesimen Pengujian Lengkung (ASM Handbook, 1991)

Adapun langkah – langkah pengujian lengkungini adalah sebagai berikut : 1. Meletakkan benda uji di tempat benda uji pada mesin uji lengkung.

Penempatan benda uji harus benar-benar berada pada posisi tengah.

(39)

3. Lalu perlahan mesin bending digerakkan dengan gerakan menekan tengah

specimen, sehingga terjadi lengkungan pada spesimen.

4. Lakukan sampai spesimen mengalami patah pada posisi tengah yang di

tekan.

5. Setelah patah, dihitung hasil pengujian dengan rumus yang telah di

tentukan.

Tabel 3.4 Data Awal Pengujian Lengkung

Spesimen σ1 (KgF/mm2)

PP64FG00Al36

PP54,4FG9,6Al36

PP44,8FG19,2Al36

PP35,2FG28,8Al36

PP25,6FG38,4Al36

3.4.8 Analisa dan Pengolahan Data

Setelah semua pengujian selesai, data-data yang ada disusun dan diolah

untuk menganalisa kekuatan takik dan kekuatan lengkung. Selanjutnya data hasil

(40)

serta tulangan berupa aluminium. Sampel di uji dengan pengujian impact dan

lengkung. Dengan perbandingan fraksi volume :

1. A = 64 % PP, 0 % Serat Kaca, 36 % aluminium sebanyak 3 spesimen.

Pengujian impact pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

mesin Charpy Impact Testing Machine. Bahan komposit pada pengujian impact

dibuat dengan bentuk dan ukuran mengacu pada standar uji JIS Z 2202.

Tabel 4.1 Data Hasil Awal Pengujian Impact

(41)

Pengujian impact biasa dipakai untuk mengetahui seberapa ulet atau getas

suatu spesimen yang akan diuji secara statik. Pengujian ini memakai mesin

Charpy Impact Testing Machine.

Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda uji atau usaha

yang diserap benda uji sampai patah dapat diketahui melalui rumus sebagai

berikut :

E1 = P (D – D cos α) (Callister, 2007)

E2 = P (D –D cos θ) (Callister, 2007)

Usaha untuk mematahkan benda uji dengan rumus :

E = E1 - E2 (Callister, 2007)

Dan besarnya harga takikdapat diketahui dari rumus berikut ini :

W = E

A0

(Callister, 2007)

Dari hasil pengujian impact dapat dihitung besar energi yang dipergunakan untuk

mematahkan masing – masing fraksi paduan komposit per satuan luas, dengan besar sudut simpangan 52.

4.1.1 Energi Impact per Satuan Luas (W)

Perhitungan hasil pengujian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Untuk perbandingan 64 % PP, 0 % FG, 36 % Al

Sudut simpangan

(42)

1. θ = 41,50 ; α = 450

Energi impact per satuan luas adalah :

(43)
(44)

Untuk selanjutnya dihitung dengan rumus yang sama seperti rumus diatas

sehingga diperoleh nilai rata – rata energi impact (E) dan nilai rata – rata energi impact per satuan luas (W). (lampiran).

Tabel 4.2 Nilai Rata – Rata Energi Impact

Persentase E1 E2 E W E rata –rata W rata – rata

Berat (%) (kg.m) (kg.m) (E1 –E2) (W/A0) (Joule) (J/mm2)

4,1858 0,6959 0,0086

PP64FG00Al36 4,8818 4 0,8817 0,0110 0,8197 0,0102

4 0,8817 0,0110 3,6233 1,2584 0,0157

PP54,4FG9,6Al36 4,8818 3,5783 1,3034 0,0162 1,2428 0,0154

3,715 1,1668 0,0145 3,445 1,4368 0,0179

PP44,8FG19,2Al36 4,8818 3,4383 1,4435 0,0180 1,4096 0,0175

3,5333 1,3485 0,0168 3,5333 1,3485 0,0168

PP35,2FG28,8Al36 4,8818 3,4383 1,4435 0,0180 1,4118 0,0176

3,4383 1,4435 0,0180 3,4383 1,4435 0,0180

PP25,6FG38,4Al36 4,8818 3,5333 1,3485 0,0168 1,3501 0,0168

3,6233 1,2584 0,0157

Berikut grafik hasil pengujian impact

(45)

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa nilai energi rata – rata yang diperlukan untuk mematahkan spesimen komposit dengan perbandingan 64 : 0 :

36 (%) sebesar : 0,8197 joule, pada fraksi 54,4 : 9,6 : 36 (%) sebesar : 1,2428

joule, pada fraksi 44,8 : 19,2 : 36 (%) sebesar : 1,4096 joule, pada fraksi 35,2 :

28,8 : 36 (%) sebesar : 1,4118 joule dan pada fraksi 25,6 : 38,4 : 36 (%) sebesar :

1,3501 joule.

Gambar 4.2 Grafik Harga Energi Impact per Satuan Luas (W)

Dari gambar 4.2 dapat juga dilihat harga impact (W) rata – rata yang diperlukan untuk mematahkan spesimen komposit dengan perbandingan fraksi 64

: 0 : 36 (%) sebesar : 0,0102 J/mm2, pada fraksi 54,4 : 9,6 : 36 (%) sebesar 0,0154

J/mm2, pada fraksi 44,8 : 19,2 : 36 (%) sebesar 0,0175 J/mm2, pada fraksi 35,2 :

28,8 : 36 (%) sebesar 0,0176 J/mm2, dan pada fraksi 25,6 : 38,4 : 36 (%) sebesar

0,0168 J/mm2.

Dari kedua grafik diatas dapat menjelaskan bahwa penambahan serat

kaca pada komposit berpengaruh terhadap nilai energi dan harga impact, dimana

terjadi peningkatan energi dan harga impact seiring dengan bertambahnya

(46)

Penambahan serat kaca memiliki kekakuan dan kekuatan yang tinggi

pada matriks polypropylene akan mengakibatkan peningkatan dari kekuatan

impact dan modulus elastisitasnya (Siagian, 2009).

Adanya volume serat serabut kelapa yang banyak, dapat menambah

keuletan dan kekuatan spesimen, sehingga serat serabut kelapa tersebut dapat

digunakan sebagai bahan komposit cukup baik (Prasetyo, 2013).

4.2 Hasil Pengujian Lengkung

Dalam pengujian lengkung yang biasa dilakukan untuk mengetahui

bahan teknik memiliki tujuan yang berbeda tergantung kebutuhannya.

Berdasarkan kebutuhan itu, pengujian lengkung dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. pengujian lengkung beban dan

b. pengujian lengkung perubahan bentuk.

Dalam pengujian kali ini, dibutuhkan pengujian lengkung beban yaitu

pengujian untuk mengetahui aspek – aspek kemampuan bahan uji dalam menerima pembebanan lengkung, yaitu:

a. kekuatan atau tegangan lengkung (b)

b. lenturan atau defleksi (f) sudut yang terbentuk oleh lenturan atau sudut

defleksi

c. elastisitas (E)

Pengujian lengkung dilakukan dengan menggunakan mesin Bending Testing

Machine dengan mengacu pada standar uji JIS Z 2248.

(47)

10 3,75

Dari data tabel 4.3 diatas dapat dilihat persentase perbandingan matrik

pada tiap specimen, tebal dan panjang specimen, beban maximal (P) yang terjadi

pada saat pengujian, serta tegangan lengkung yang terjadi.

Perhitungan hasil pengujian lengkung diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

(48)

Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan rumus yang sama

terdapat pada lampiran.

Hubungan antara tegangan rata – rata dengan perbandingan variasi fraksi volume komposit dengan matriks plastik polypropylene dengan diperkuat serat

kaca dan tulangan berupa aluminium, dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 4.3 Grafik Tegangan Lengkung

Berdasarkan hasil pengujian dan pengolahan data uji lengkung pada

kekuatan lengkung benda dengan matrik plastik bekas polypropylene dan

diperkuat serat kaca dan tulangan aluminium, dapat dilihat pada tabel dengan

variasi fraksi volume matrik 64 : 0 : 36 (%) yaitu sebesar - N/mm2, variasi fraksi

volume 54,4 : 9,6 : 36 (%) yaitu sebesar 1,125 N/mm2, variasi fraksi volume 44,8

: 19,2 : 36 (%) yaitu sebesar 2,5 N/mm2, variasi fraksi volume 35,2 : 28,8 : 36 (%)

yaitu sebesar 4,625 N/mm2, variasi fraksi volume 25,6 : 38,4 : 36 (%) yaitu

sebesar 2,77 N/mm2.

Dari data – data diatas dapat kita peroleh nilai tertinggi diperoleh dari variasi fraksi 35,2 : 28,8 : 36 (%) yaitu sebesar 4,625 N/mm2. Sedangkan nilai

(49)

Peningkatan kekuatan spesimen ini dipengaruhi oleh daya ikat antara serat

dengan matriks yang sempurna serta penambahan volume fraksi serat pada

komposit. Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kekuatan komposit adalah

orientasi serat dalam komposit tersebut.

Penurunan kekuatan komposit serat ini disebabkan oleh tidak

sempurnanya ikatan antara serat dan matriks seiring dengan penambahan volume

serat pada komposit sehingga menimbulkan banyaknya void. Selain itu orientasi

serat yang acak tidak mampu secara optimum menahan gaya yang diberikan pada

(50)

sebagai berikut :

1. Dalam melakukan pembuatan komposit daur ulang limbah plastik

polypropylene pada pelapisan alumunium dengan fraksi volume antara matrik

dan penguat yaitu : 64 : 0 : 36 (%), 54,4 : 9,6 : 36 (%), 44,8 : 19,2 : 36 (%),

35,2 : 28,8 : 36 (%), dan 25,6 : 38,4 : 36 (%), orientasi arah serat acak dan

proses menggunakan tangan (hand lay up).

2. Dalam mencapai nilai maksimal dari kekuatan komposit kami terapkan

konsep teoritis pengujian komposit dengan variasi variable dan fraksi masing

– masing bahan baku komposit, guna mendapatkan pada fraksi mana komposit menempati kekuatan maksimalnya. Dalam penelitian ini kekuatan

maximal terletak pada perandingan fraksi 35,2 : 28,8 : 36 (%), yaitu nilai rata

– rata energi impact (E) : 1,4118 Joule dan nilai rata – rata energi impact per satuan luas (W) adalah : 0,0176 (J/mm2).

3. Dari hasil penelitian ini, bahan bekas dapat dibuat menjadi produk baru jika

dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

5.2 Saran

Penelitian ini hanya dilakukan pada fraksi volume dari 25,6 : 38,4 : 36

(%), maka untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menaikkan fraksi

volume serat kaca diatas nya pada campuran komposit agar dapat menemukan

nilai yang berbeda. Selanjutnya kami sarankan untuk melakukan pengujian lebih

(51)

DAFTAR PUSTAKA

ASM Handbook International, The Materials Information Company,

Volume 4 of the ASM Handbook Heat Treating was launched in Detroit

(1991).

ASM International Handbook Committee, 2001, Composites, Volume 21.

Callister D.Williams, 2007, Material Science and Engineering,

Departement of Metallurgical Engineering, The University of Utah.

Capral Ltd. (2013) Capral’s Little Green Book. Volume 4. Australia: Capral’s

Ltd.

Carl Zweben, 1998, Composite Materials and Mechanical Design, Mechanical

Engineer's Handbook, 2nd ed., Myer Kutz, Ed., John Wiley & Sons, Inc.,

New York.

F.T. Wallenberger, 1999, Advanced Inorganic FibersProcesses, Structures,

Properties, Applications, Kluwer Academic Publishers, Dordrecht, the

Netherlands.

Muhammad Ridwan, 2013, Pembuatan Komposit dengan Matrik Limbah

Plastik diperkuat dengan Serat Kaca, Fakultas Teknik Jurusan Teknik

Mesin Universitas Sriwijaya.

Mujiarto Imam, 2005, Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif,

Jurnal Traksi. Vol. 3. No.2.

Paryanto, Nasmi, D.G.Pertama Putra, 2012, Pengaruh Orientasi dan Fraksi,

Dinamika Teknik Mesin, volume 2 No.1.

Prasetyo Nawanji, 2013, Kajian Kekuatan Kejut Biokomposit Serat Serabut

Kelapa sebagai Bahan yang Ramah Lingkungan, Fakultas Teknologi

(52)

Ricky, 2012, Produksi Kapal Ikan Tradisional dengan Kulit Lambung dan

Geladak Kayu Laminasi serta Konstruksi Gading dan Geladak

AluminiumFakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember

Sahwan Firman L, Djoko Heru Martono, Sri Wahyono, Lies A

Wisoyodharmo, 2005, Sistem Pengelolaan Limbah Plastik di Indonesia, J.

Tek. Ling. P3TL-BPPT.6.(1) : 311-318.

Siagian Kiki A, 2009, Pemanfaatan Limbah Plastik Polietilena (PE) Sebagai

Matriks Komposit Dengan Bahan Penguat Serat Kaca, Fakultas MIPA

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Totten, G.E. and Mackenzie, D.S. (n.d). Handbook of Aluminum Volume 7

Physical Metallurgy and Processes. Volume 7. United States of America:

Gambar

Gambar 2.1 Serat Kaca
Gambar 2.2 Skema Pengujian Charpy (Callister, 2007)
Gambar 2.4 Skema Pengujian Lengkung (ASM Handbook,1991)
Gambar 3.1 Skema Metode Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perjuangan rakyat Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan Belanda, kemudian Jepang, dan perjuangan untuk mengusir masuknya kembali Belanda ke

Bahkan sebagian masyarakat beranggapan bahwa tugas guru agama dalam menyampaikan ilmu agama yang mereka kuasai kepada anak didik dan masya- rakat pada umumnya memang

listrik> tr%nsmisi energi listrik> sumber(sumber energi listrik %ltern%ti @term%suk bienergi> berb%g%i up%:% ,%l%m meng&em%t energi listrik> sert%

Tanaman krisan dengan cahaya tambahan warna merah dan putih memiliki umur panen yang paling lama karena pada penambahan cahaya lampu merah, batang tanaman

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan

Deskripsi : Kontrak didapat dari pembangunan Thamrin nine fase 2, Gedung GOP 1, Chitaland Tower, Taman Permata Buana Apartemen dan Hotel Potato Head Waktu : Tahun 2017.

Mengetahui dan menganalisis pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada Subsektor