• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Profesional Independensi dan Penge

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sikap Profesional Independensi dan Penge"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AUDITING II

“Sikap Profesional, Independensi, dan Pengendalian Kualitas” KELOMPOK 4

Disusun oleh:

Siti Musrifah 120810301064 Alvionardo A R 120810301071 Putri Pratiwi 120810301104 Ratih Tri Puspitasari 120810301133 Ridho Alamsyah 120810301138 Reni Wulan M 130810301162 Siti Fitriyani A 130810301163

S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER

(2)

Statement of Authorship

“Saya/kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk

makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menggunakannya.

Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme”

Nama NIM Tanda Tangan

Siti Musrifah 120810301064 1

Alvinardo A R 120810301071 2

Putri Pratiwi 120810301104 3

Ratih Tri Puspitasari 120810301133 4

Ridho Alamsyah 120810301138 5

Reni Wulan M 130810301162 6

Siti Fitriyani A 130810301163 7

Mata Kuliah : Auditing II (A)

Judul Makalah/Tugas : Sikap Profesional, Independensi, dan Pengendalian Kualitas

Tanggal : 27 November 2014

(3)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang kiranya patut penulis ucapkan, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Auditing II dengan dosen pengampu Siti Maria Wardayati.

Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khusunya dan pembaca pada umumnya.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Statement of Authorship... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah ... 2

1.4 Manfaat Pembahasan Masalah ... 3

BAB 2. PEMBAHASAN 2.1 Etika dan Profesionalisme ... 4

2.2 Konsep Teori Dasar Perilaku Etis ... 5

2.3 Tantangan Etis ... 8

2.4 Gambaran Umum Etika dan Profesionalisme dalam Akuntansi Publik... 9

2.5 Code of Profesional Conduct AICPA ... 11

2.6 Principles of Professional Conduct ... 12

2.7 Rule of Conduct ... 13

2.8 Rules of Conduct terkaitIndependensi, Integritas, dan Objektivitas ... 14

2.9 Persyaratan Independensi SEC dan PCAOB untuk Audit Perusahaan Publik ... 18

2.10 Rules of Conduct terkait Standar Umum dan Prinsip Akuntansi... 19

2.11 Rules of Conduct terkait Tanggung Jawab Terhadap Klien ... 21

2.12 Rules of Conduct terkait Tanggung Jawab dan Praktik Lain ... 22

2.13 Tindakan Disipliner ... 23

2.14 Sistem Pengendalian Kualitas ... 24

2.15 Inspeksi KAP terdaftar PCAOB ... 28

(5)
(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era modern kali ini beberapa orang salah mempresepsikan mengenai profesi auditor. Profesi auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi auditor, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Profesi auditor bertanggung jawab untuk meningkatkan keandalan dalam laporan keuangan. Sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam menunjang profesionalismenya sebagai auditor maka auditor dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman pada standar audit yang telah ditentukan dimana standar tersebut merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Namun selain standar audit , auditor juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku auditor dalam manjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum.

Dari penjelasan diatas, terlihat adanya kepentingan yang berbeda antara manajemen perusahaan dan pemakai laporan keuangan. Dari perbedaan itu pada akhirnya akan menuntut auditor untuk memperhatikan kualitas audit yang dihasilkan. Adapun pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan auditor baik dalam negeri maupun luar negeri. Semua itu kembali pada sikap professional, indenpendensi dan pengendalian kualitas yang dimiliki oleh auditor.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, timbul rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1.2.1 Apa definisi dan kepentingan secara umum terkait etika dan profesionalisme ? 1.2.2 Bagaimana konsep tiga teori dasar perilaku etis ?

(7)

1.2.4 Bagaimana standar etis professional untuk auditor telah berkembang dari waktu ke waktu dan entitas yang terlibat ?

1.2.5 Bagaimana kerangka Code of Profesional Conduct ? 1.2.6 Bagaimana prinsip Priciples of Profesional Conduct ? 1.2.7 Bagaimana kerangka Rules of Conduct ?

1.2.8 Bagaimana praktiknya terkait Rules of Conduct yang bagi independensi, integritas, dan objektivitas ?

1.2.9 Apa perbedaan dasar antara aturan independensi SEC bagi auditor perusahaan publik dan standar AICPA untuk audit entitas nonpublic ?

1.2.10 Apa pengaruh Rules of Conduct bagi standar umum dan prinsip akuntansi? 1.2.11 Apa pengaruh Rules of Conduct bagi pertanggungjawaban pada klien ? 1.2.12 Apa pengaruh Rules of conduct atas tanggung jawab dan praktik lain ?

1.2.13 Apa definisi sistem pengendalian kualitas dan program tinjauan partner AICPA ?

1.2.14 Bagaimana elemen pengendalian kualitas dan bagaimana suatu perusahaan memonitor sistem pengendalian kualitasnya ?

1.2.15 Bagaimana hubungan program pemeriksaan PCAOB untuk KAP yang melakukan audit untuk perusahaan publik ?

1.3 Tujuan Pembahasan Makalah

Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :

1.3.1 Mengetahui definisi dan kepentingan secara umum terkait etika dan profesionalisme.

1.3.2 Mampu menjelaskan konsep tiga teori dasar perilaku etis.

1.3.3 Memahami bagaimana menangani tantangan etis melalui suatu contoh situasi. 1.3.4 Mengetahui bagaimana standar etis professional untuk auditor telah

(8)

1.3.6 Mengetahui prinsip Priciples of Profesional Conduct. 1.3.7 Memahami kerangka Rules of Conduct.

1.3.8 Memiliki pengetahuan praktiknya terkait Rules of Conduct yang bagi independensi, integritas, dan objektivitas.

1.3.9 Mengetahui perbedaan dasar antara aturan independensi SEC bagi auditor perusahaan publik dan standar AICPA untuk audit entitas nonpublik.

1.3.10 Mengetahui pengaruh Rules of Conduct bagi standar umum dan prinsip akuntansi.

1.3.11 Mengetahui pengaruh Rules of Conduct bagi pertanggungjawaban pada klien. 1.3.12 Mengetahui pengaruh Rules of conduct atas tanggung jawab dan praktik lain. 1.3.13 Mampu menjelaskan definisi sistem pengendalian kualitas dan program

tinjauan partner AICPA.

1.3.14 Mampu mendeskripsikan elemen pengendalian kualitas dan bagaimana suatu perusahaan memonitor sistem pengendalian kualitasnya.

1.3.15 Familiar dengan program pemeriksaan PCAOB untuk KAP yang melakukan audit untuk perusahaan publik.

1.4 Manfaat Pembahasan Makalah

(9)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Etika dan Profesionalisme

Sikap etis merupakan dasar peradaban modern. Suatu sikap etis mendukung kesuksesan fungsional yang hampir selalu ada dalam setiap aspek kehidupan masyarakat, seperti kehidupan keluarga sehari-hari hingga hukum, kesehatan, bisnis, sampai pemerintahan. Etika sendiri merupakan seperangkat prinsip moral dan nilai. Etika (praksis) juga memiliki pengertian sebagai nilai-nilai atau norma-norma moral yang mendasari perilaku manusia.1 Etika merujuk pada suatu sistem atau Rule of

Conduct yang didasarkan pada tugas dan kewajiban moral yang mengindikasikan bagaimana seorang individu seharusnya berinteraksi dengan yang lainnya dalam masyarakat. Suatu kesadaran untuk beretika memandu suatu individu untuk menilai lebih dari sekedar kepentingan pribadi dan untuk mengakui serta menghargai kepentingan orang lain. Apabila sikap untuk beretika ini hilang atau tidak dimiliki suatu individu, tentu masyarakat akan jatuh pada kekisruhan. Misalnya saja jika setiap orang sudah tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, standar moral, kewajiban, dan hak serta kepentingan orang lain. Kehidupan masyarakat akan seperti yang dipaparkan oleh Hobbes, yaitu “sendirian, miskin, tidak menyenangkan, kasar, dan pendek”.

Sikap etis merupakan dasar profesionalisme modern. Profesionalisme merujuk pada sikap,tujuan, atau kualitas yang menjadi karakter atau menandai suatu profesi atau orang profesional. Dalam hal profesional, satu pembeda esensial suatu profesi adalah ia mengakui tanggung jawabnya untuk menempatkan kepentingan publik di atas kepentingannya sendiri ketika keduanya berkonflik. Semua profesi menetapkan aturan atau Rule of Conduct yang mendefinisikan sikap etis untuk anggota profesi. Aturan ini ditetapkan agar:

1. Pengguna jasa profesional mengetahui apa yang diekspektasi ketika mereka membeli jasa semacam itu

2. Anggota profesi tahu apa sikap yang dapat diterima 1 Yanti. Etika dan Profesionalisme Seorang Auditor

(10)

3. Profesi dapat menggunakan aturan tersebut untuk memonitor tindakan anggotanya dan mengaplikasi disiplin ketika perlu

Konsep sikap etis dan profesional ini sangat penting bagi kesuksesan profesi akuntansi. Bahkan, mereka yang memasuki profesi akuntansi dan terlibat dalam sikap tidak etis akan mencederai diri mereka sendiri, orang lain, dan profesi akuntan. Konsep paling penting adalah mengenai tanggung jawab dan integritas personal. Sebagai seorang akuntan, auditor, manajer, atau orang bisnis, akan ditemui banyak sekali isu etis yang sulit, tekanan dan godaan. Sebagai seorang profesional, sikap yang harus ditunjukkan adalah integritas dan reputasi yang solid. Mengingat pentingnya reputasi, sikap etis, dan profesionalisme, profesi akuntan mengembangkan Code of Professional Conduct yang memandu sikap profesional akuntansi.

2.2 Konsep Teori Dasar Perilaku Etis

Beberapa pilihan etis sulit diambil karena godaan atau tekanan untuk mengejar kepentingan diri sendiri, yang dapat mengaburkan pertimbangan mengenai salah dan benar. Pilihan lainnya rumit karena kesulitan untuk memilah isu terkait dan memaknai apa tindakan yang mungkin tepat atau tidak tepat untuk dilakukan.

SM Mintz mengusulkan bahwa ada tiga metode atau teori yang saling tumpang tindih dari sikap etis yang dapat memandu analisis isu etis dalam akuntansi. Teori ini adalah utilitariasme, pendekatan berbasis-hak, dan pendekatan berbasis-keadilan. Berikut penjelasan terkait ketiga teori tersebut:

1. Teori utilitariasme

Teori ini mengakui bahwa pembuatan keputusan melibatkan trade-off antara manfaat dan beban tindakan alternatif, dan dia berfokus pada konsekuensi suatu tindakan tertentu pada individual yang terpengaruh. Teori ini mengajukan bahwa kepentingan semua pihak terpengaruh, tidak hanya kepentingan sendiri yang harus dipertimbangkan.

(11)

mengapa utilitarianisme sering juga digambarkan sebagai teori “konsekuensialis”. Satu bentuk utilitariasnisme menyebutkan bahwa aturan memiliki posisi sentral dalam pertimbangan moral karena konsekuensi buruk yang mungkin akan timbul jika semua orang memilih untuk melanggarnya.

Pendekatan ini memiliki signifikansi bagi auditor, yang diekspektasi untuk mengikuti Code of Professional Conduct dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Namun kelemahan dalam penggunaan teori ini adalah seringkali sulit untuk mengukur biaya dan manfaat potensial tindakan yang dilakukan. Selain itu, juga sulit untuk menyeimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat ketika kepentingan tersebut berkonflik satu sama lain.

2. Pendekatan berbasis-hak

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa individu memiliki hak-hak tertentu dan individu lainnya memiliki tugas untuk menghargai hak tersebut. Oleh karena itu, seorang pembuat keputusan yang mengikuti teori ini seharusnya mengambil suatu tindakan hanya bila tidak melanggar hak individu lain. Kerugian yang jelas dari teori ini adalah mungkin sulit atau bahkan tidak mungkin untuk memenuhi semua hak dari semua pihak yang terpengaruh, khususnya bila hak-hak tersebut berkonflik.

Bagi seorang auditor, teori ini penting karena tanggung jawab kepentingan publiknya. Hak publik untuk memperoleh informasi yang objektif dan jelas dari auditor lebih utama dari hak apa pun yang mungkin menjadi tanggungan auditor untuk masuk dalam hubungan dengan klien yang mungkin mengaburkan pertimbangan auditor. Auditor harus bersedia melihat isu melalui perspektif pihak lain dan menempatkan kepentingan pemangku kepentingan seperti investor dan kreditor, di atas kepentingan mereka sendiri atau KAP-nya. Contohnya, jika ada perbedaan pendapat dengan manajer puncak mngenai isu akuntansi atau pelaporan, auditor harus menekankan kepentingan investor dan kreditur dalam memutuskan tindakan yang akan dilakukan, bahkan jika itu berarti kehilangan klien.

(12)

Pendekatan ini mengulas tentang isu mengenai kesetaraan, kelayakan (fairness), dan ketidakberpihakan. Teori ini melibatkan dua prinsip dasar. Prinsip tersebut yaitu:

a. Setiap orang memiliki hak untuk kebebasan personal pada derajat tertinggi yang masih harmonis dengan kebebasan orang lain

b. Tindakan sosial dan ekonomik seharusnya menjadi keuntungan bagi semua orang dan manfaat tersebut tersedia bagi semuanya.

Contohnya, seseorang dalam posisi untuk mengumpulkan kekayaan memiliki kewajiban moral untuk memastikan bahwa orang lain tidak diperlakukan tidak adil sebagai akibat kekayaannya. Mintz berargumen bahwa keputusan yang dibuat dalam teori ini seharusnya mendistribusikan secara layak dan setara sumber daya antar individu atau grup yang terpengaruh. Mungkin akan sulit mengaplikasikan teori ini karena hak satu atau lebih individu atau kelompok bisa jadi terpengaruh ketika ada distribusi yang lebih atas manfaat yang disediakan bagi lainnya. Di bawah pendekatan ini, auditor mempertimbangkan apa keputusan yang paling adil dalam konteks alokasi sumber daya antar pihak yang berkepentingan.

Pada dasarnya, tidak ada teori yang dengan sendirinya menyediakan satu rerangka etis yang sempurna. Masing-masing dari teori tersebut diatas menekankan perlunya mempertimbangkan lebih dari sekedar kepentingan pribadi, dan masing-masingnya dapat berguna dalam membantu auditor memecahkan dilema dengan menyediakan suatu perspektif etis.

2.3 Tantangan Etis Kasus halm.218-2192

Dalam situasi dalam kasus tersebut, auditor diharapkan untuk memikirkan isu etis secara hati-hati dari beberapa perspektif yang berbeda. Menurut perspektif utilitarian, Johnson seharusnya mempertimbangkan konsekuensi tindakannya pada semua pihak yang terlibat dan apakah ada aturan yang mensyaratkan tindakan tertentu.

(13)

Menurut pendekatan berbasis hak, Johnson seharusnya memepertimbangkan hak pihak-pihak yang terlibat. Jika menggunakan pendekatan ini jelas tampak bahwa hak pemegang saham atas informasi wajar dan akurat untuk tujuan pembuatan keputusan akan jelas-jelas dilanggar jika dia tidak mensyaratkan peningkatan dalam cadangan kerugian-piutang.

Sedangkan dari perspektif berbasis keadilan, Johnson seharusnya memikirkan mengenai apakah keputusannya akan menghasilkan keuntungan untuk sejumlah pihak dengan merugikan pihak lainnnya, menfokuskan dengan proteksi bagi pihak yang sebaliknya akan mengalami kerugian. Johnson seharusnya menghindari mendukung kepentingan individu ataupun kelompok dan seharusnya tidak memilih suatu tindakan yang akan memberi keuntungan tidak adil bagi sejumlah pihak dengan merugikan pihak lain

Auditor seringkali mengalami tekanan etis, dan isunya seringkali tidak sejelas kasus tersebut di atas adalah penting bahwa auditor mengembangkan karakter moral yang baik, sehingga mereka dapat merespon secara layak dalam situasi semacam itu. Mint menyebutkan bahwa auditor yang memiliki karakter tertentu lebih mampu mengikuti sudut pandang moral. Contoh nilai tersebut adalah kejujuran,integritas, ketidakberpihakan, kemampuan mengetahui yang sebenarnya, dan dapat dipercaya. Karakter tersebut dimuat dalam Principle of Profesional Conduct.

2.4 Gambaran Umum Etika dan Profesionalisme dalam Akuntansi Publik Standar untuk Profesionalisme Auditor

(14)

sebagaimana ditetapkan dalam Code of Profesional Conduct. Selanjutnya, sebagian besar dewan akuntansi negara bagian telah mengadopsi Aturan tersebut, oleh karenanya mengintegrasinkannya ke dalam regulasi praktik akuntansi level negara bagian.

SEC memiliki kewenangan legal untuk mengawasi profesi akuntan publik. Melalui banyak sejarahnya, SEC telah memperbolehkan entitas sektor swasta untuk menetapkan standar akuntansi dan auditing, masing-masing. Namun, SEC telah menggunakan banyak pengaruhnya dalam proses penyusunan standar dan telah menetapkan standarnya sendiri dari waktu ke waktu.

PCAOB mengadopsi standar profesional yang ditetapkan oleh AICPA untuk sementara pada tahun 2003, termasuk Code of Profesional Conduct. Namun, PCAOB dan SEC memiliki standar profesional tambahan yang lebih ketat. Karena Code of Profesional Conduct AICPA, menyediakan peta paling luas dalam area saat profesionalisme yang diharapkan dari auditor.

Dalam mengaudit suatu entitas swasta, seorang CPA harus mengikuti standar auditing yang ditetapkan oleh ASB, standar independensi, dan standar sikap profesional lain yang ditetapkan oleh Code of Profesional Conduct. Sebagai tambahan, ketiga standar dan ketiga interpretasi yang diterbitkan oleh Independence Standards Board (ISB) selama tahun 1997-2001 juga harus diikuti.

Dalam mengaudit perusahaan publik, seorang CPA harus mengikuti standar auditing PCAOB (saat ini serupa dengan standar AICPA dengan beberapa pengecualian penting), Code of Profesional Conduct, dan juga persyaratan independensi yang lebih ketat yang ditetapkan oleh SEC, ISB, dan PCAOB.

CPA (auditor)

Audit perusahaan swasta Audit perusahaan publik

Standar Auditing PCAOB – saai ini serupa dengan standar ASB, dengan yang lebih ketat untuk audit perusahaan publik ISB –

(15)

2.5 Code of Profesional Conduct AICPA : Suatu Kerangka Komprehensif bagi Auditor

Code of Profesional Conduct mendefinisi baik prinsip ideal dan seperangkat aturan khusus, aturan wajib yang mendeskripsi level minimum sikap yang harus dipelihara seorang akuntan.

Code of Profesional Conduct terdiri dari dua bagian :

- Principle of Profesional Conduct (mengetengahkan sikap dan sikap ideal) - Rules of Conduct ( mendefinisi standar minimum)

Principle of Profesional Conduct menyediakan kerangka untuk Rules of Conduct. Panduan tambahan untuk mengaplikasi Rules of Conduct disediakan oleh :

- Interpretasi Rules of Conduct

- Keputusan oleh Profesional Ethics Executive Committee (PEEC)

Interpretasi Rule of Conduct dan keputusan diumumkan oleh PEEC. AICPA untuk menyediakan panduan pada lingkup dan aplikasi Rule of Conduct. Tidak seperti Rule of Conduct, interpretasi dan keputusan etika tidak secara khusus dipaksakan, namun seorang auditor yang menyimpang darinya memiliki beban untuk menjustifikasi penyimpangan itu.

Panduan yang disediakan oleh Code of Profesional Conduct dimulai pada level konseptual dengan prinsip dan secara progresif bergerak ke aturan umum dan interpretasi terinci dan kemudian pada keputusan khusus pada kasus individu.

(16)

2.6 Principles of Professional Conduct

Kerangka Code of Professional Conduct disediakan oleh enam prinsip etis fundamental.

Tanggung Jawab Anggota seharusnya menggunakan pertimbangan profesional dan moral sensitif dalam semua aktivitasnya

Kepentingan Publik

Anggota seharusnya menerima kewajiban untuk bertindak dalam cara yang akan melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan mendemonstrasi komitmen pada profesionalisme

Integritas

Untuk memelihara dan memperluas kepercayaan publik, anggota seharusnya melakukan semua tanggung jawab profesional dengan rasa integritas tertinggi

Objektivitas dan Independensi

Seorang anggota seharusnya memelihara objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab professional. Seorang anggota dalam praktik public seharusnya independen dalam fakta dan tampilan ketika menyediakan jasa auditing dan atestasi lainnya

Due Care

Seorang anggota seharusnya mengobservasi standar teknis dan etis profesi, berjuang untuk terus meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa, dan melaksanakan tanggung jawab professional hingga kemampuan terbaiknya

Ruang Lingkup dan Sifat Jasa

(17)

Pembukaan Principles of Professional Conduct menyatakan sebagai berikut : “Mereka (prinsip-prinsip) memandu anggota dalam pelaksanaan tanggung jawab professional mereka dan mengekspresikan prinsip dasar sikap etis dan professional. Prinsip tersebut meminta komitmen teguh pada sikap terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan personal.” (ET 51.02)

Dua prinsip utama menunjukkan tanggung jawab CPA untuk menggunakan pertimbangan profesional dan moral dalam cara yang nmelayani kepentingan public. Prinsip ini memperkuat keyakinan bahwa peran CPA dalam masyarakat untuk melayani public. Sebagaimana diindikasikan oleh prinsip ketiga dan keempat, public bergantung pada integritas, objektivitas, dan indepedensi CPA dalam menyediakan jasa yang berkualitas tinggi. Integritas mensyaratkan CPA untuk jujur dan terbuka, dan menghormati baik format dan semangat standar etis. Oleh karena itu, seorang CPA harus membuat pertimbangan yang konsisten dengan teori hak dan keadilan. Prinsip kelima, due care, mensyaratkan CPA melakukan tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Sementara pelaksanaan jasa professional harus mempertimbangkan kepentingan klien, kepentingan publik harus dianggap lebih penting ketika kedua kepentingan itu berkonflik. Prinsip terakhir mensyaratkan bahwa CPA menentukan bahwa jasa yang akan diberikan konsisten dengan sikap profsional yang dapat diterima untuk CPA. Prinsip ini juga mensyaratkan bahwa KAP memelihara aktivitas pengendalian kualitas internal untuk memastikan bahwa jasa diberikan secara kompeten dan bahwa tidak ada konflik kepentingan.

2.7 Rule of Conduct

Anggaran dasar AICPA secara khusus mensyaratkan bahwa anggota menaati Rule of Conduct dari Code of Profesional Conduct. PCAOB juga mensyaratkan auditor perusahaan publik untuk menaati Rule of Conduct. Rule of Conduct mencakupi banyak bidang yang sama dengan Principles of Profesional Conduct, namun agak lebih khusus. Aturan-aturan ini dikelompokkan dan dinomeri dalam lima kategori yaitu :

 Independensi, Integritas, dan Objektivitas (Bagian 100)

 Standar umum dan Prinsip Akuntansi (Bagian 200)

(18)

 Tanggung Jawab pada Partner Kerja (Bagian 400)

 Tanggung Jawab dan Praktik Lain (Bagian 500)

2.8 Rules of Conduct terkaitIndependensi, Integritas, dan Objektivitas Independensi

Dalam aturan 101 telah dijelaskan bahwa: seorang anggota dalam praktik publik akan independen dalam pelaksanaan jasa profesional sebagaimana disyaratkan oleh standar yang diumumkan oleh badan yang ditunjuk oleh Dewan. Standar profesional AICPA mensyaratkan kantor akuntan publik untuk independen sesuai dengan aturan 101 CPA kapan saja KAP melakukan jasa atestasi bagi klien. Jasa atestasi mencakup tiga bagian, yaitu :

a) Audit laporan keuangan b) Tinjauan laporan keuangan

c) Jasa atestasi lain sebagaimana didefinisi dalam Pernyataan Standar Atestasi untuk Perikatan / Statements on Standards for Attestation Engagements (SSAEs).

Independensi akan dianggap terganggu apabila:

1. Selama periode perikatan profesional, anggota yang ckupan:

a) Telah atau berkomitmen untuk memperoleh kepentingan keuangan langsung atau kepentingan keuangan tidak langsung yang materialdalam klien.

b) Dulu merupakan perwalian satu persekutuan atau pelaksana atau administrator suatu keadaan jika persekutuan atau keadaan tersebut telah atau berkomitmen untuk memperoleh kepentingan keuangan langsung atau kepentingan keuangan tidak langsung yang material dalam klien. c) Memiliki investasi bersama yang erat yang material bagi anggota

cakupan.

(19)

2. Selama periodeperikatan profesional seorang partner atau pegawai profesional KAP, keluarga dekatnya, atau kelompoknya yang betindak bersama memiliki lebih dari 5% sekuritas ekuitas klien yang beredar atau kepentingan kepemilikan lainnya.

3. Selama periode yang mencakupi oleh laporan keuangan atau selama periode perikatan profesional, suatu KAP, seorang partner, atau pegawai profesonal KAP secara bersamaan terasosiasi dengan klien sebagai :

a) Komisaris, manajemen, atau pegawai, atau kapasitas lain yang serupa dengan anggota manajemen

b) Promotor, penjamin, atau perwalian hak suara; atau c) Perwalian untuk dana pensiun atau pembagian laba klien.

KAP juga harus independen terhadap klien. Disini dapat di ambil contoh program keuntungan KAP tidak dapat berinvestasi dalam klien atestasi KAP. Pada akhir Interpretasi 101-1 yang mengakui kemustahilan pembahasan semua kondisi saat tampilan independensi dipertanyakan. CPA harus mengevaluasi seorang yang bertanggung jawab akan menyimpulkan bahwa independensi anggota dan KAP terancam pada level yang tidak bisa diterima.

Akan tetapi, AICPA telanh menyiapkan Rerangka Konseptual untuk Standar Independensi AICPA yang digunakan dalam membuat evaluasi semacam itu. Pendekatan ini mensyratkan seorang CPA untuk mengidentifikasi dan menilai luas ancaman independensi tersebut. Apabila ancaman tersebut memang ada, CPA harus mempertimbangkan apakah ancaman tersebut mengganggu pertimbangan profesional anggota.

Interpretasi 101-1 memeriksa independensi bersama dua dimensi hubungan keuangan dan hubungan bisnis dan juga mempertimbangkan dampak hubungan keluarga pada independensi.

Hubungan Keuangan

(20)

Kepentingan keuangan langsung adalah kepentingan keuangan yang langsung dimiliki oleh seorang individu atau entitas yang berada dibawah kendali satu individu atau entitas. Dengan beberapa pengecualian, kepentingan keuangan lasung oleh CPA dalam klien atestasi mencederai independensi.

Kepentingan keuangan tidak langsung terjadi ketika:

a) Seorang auditor atau anggota cakupan lain memiliki kepentingan keuangan dalam entitas yang terasosiasi dengan klien atestasi.

b) Kepentingan keuangan dimiliki dengan perantara investasi, keadaan, dana perwalian, atau perantara lainnya.

c) Auditor tidak mengendalikan perantara atau memiliki otorisasi untuk mengawasi atau berpartisipasi dalam keputusan investasi perantara.

Hubungan bisnis

Aturan 101 secara jelas mengindikasikan bahwa independensi sorang CPA rusak apabila CPA melakukan peran manajerial atau peran signifikan lainnya untuk organisasi klien selama periode waktu yang dicakupi oelh suatu perikatan atestasi.kerusakan independensi juga dapat terjadi ketika CPA pergi bekerja untuk kliendari KAPnya terdahulu. Tipe hubungan bisnis lain dapat muncul ketika sorang CPA diminta untuk menjadi komisaris kehormatan atau perwalian bagi klien niralaba.

Dampak Hubungan Keluarga

Kepentingan keuangan atau bisnis oleh kerabat dekat yang bukan anggota keluarga langsung auditor, seperti anak yang mandiri, saudara, orang tua, mertua, dan pasangannya normalnya tidak merusak independensi. Dua situasi utama yang dapat merusak independensi adalah:

 Kerabat dekat memiliki kepentingan keuangan dalam klien yang material bagi kerabat dekat, dan KAP yang berpartisipasi dalam perikatan menyadari kepentingan tersebut.

(21)

Dampak Litigasi Aktual atau Ancaman

Terdapat tiga kategori litigasi dalam interpretasi 101-6 yaitu (1) litigasi antara klien dan CPA; (2) litigasi oleh pemegang sekuritas; (3) litigasi pihak ketiga lainnya saat independensi CPA mungkin akan rusak. Panduan untuk menilai independensi ketika ada litigasi aktual atau ancaman antara klien dan CPA :

 Permulaan litigasi oleh manajemen saat ini yang menuduh defisiensi dalam pekerjaan audit untuk klien akan dianggap merusak independensi.

 Satu niat yang diekspresikan eleh manajemen saat ini untuk memulai litigasi terhadap CPA dengan menuduh defisiensi dalam pekerjaan audit juga akan merusak independensi jika auditor menyimpulkan bahwa sangat mungkin klaim tersebut diajukan.

 Permulaan litigasi oleh CPA terhadap manajemen sekarang dengan menuduh kecerangan atau penipuan manajemen akan dianggap merusak independensi. Litigasi oleh pemegang saham sekuritas atau pihak ketiga lainnya juga dapat merusak independensi auditor di bawah kondisi tertentu.

Provisi Jasa Nonaudit

Tanggung jawab manajemen yang akan mencederai independensi CPA meliputi:

 Mengotorisasi, mengeksekusi, atau melaksanakan suatu transaksi atau dengan kata lain menggunakan otorisasi atas nama klien.

 Menyiapkan dokumen sumber, dalam bentuk elektronik atau lainnya, membuktikan kejadiaan suatu tansaksi.

 Memiliki hak atas aset klien

 Mensupervisi pegawai klien dalam pelaksanaan aktivitas berulang normal mereka.

 Menentukan rekomendasi mana dari anggota yang seharusnya diimplementasi.

 Menetapkan atau memelihara pengendalian internal, meliputi pelaksanaan aktivitas pengawasan berkelanjutan untuk seorang klien.

(22)

dijual. SEC mengkhususkan sembilan kategori jasa nonaudit yang dengan sejumlah pengecualian dianggap akan merusak independensi jika disediakan pada klien audit perusahaan publik:

 Pembukuan atau jasa lain terkait rekaman akuntansi atau laporan keuangan klien audit

 Desain dan implementasi sistem informasi keuangan

 Jasa penaksiran atau penilaian, opinikewajaran, atau laporan contribution in kind

 Jasa aktuarial

 Jasa alih daya audit internal

 Jasa alih daya audit internal

 Fungsi manajemen atau sumber daya manusia

 Broker atau dealer, penasihat investasi, atau jasa perbankan investasi

 Jasa hukum

 Jasa ahli/pakar

Integritas dan Obyektivitas

Aturan 102 menyatakan bahwa dalam pelaksanaan jasa profesional apapun, seorang anggota akan memelihara obyektivitas dan integritas, akan bebas konflik kepentingan dan tidak akan secara sengaja mengelirukan fakta atau mengalihkan pertimbangannya kepada bawahannya. Dalam berhadapan dengan akuntan eksternal pemberi kerjanya, seorang anggota harus terbuka dan tidak secara sengaja menyajikan secara keliru suatu fakta atau secara sengaja gagal mengungkapkan fakta tersebut.

Jasa pendidikan adalah jasa profesional dan dengan demikian merupakan subyek aturan 102. Oleh karena itu, seorang anggota harus memelihara obyektivitas dan integritas ketika melaksanakan jasa semacam itu.

2.10 Rules of Conduct terkait Standar Umum dan Prinsip Akuntansi

Unsur Rules of Conduct ini mengandung dua aturan yang berhubungan dengan standar umum dan satu aturan berhubungan dengan prinsip akuntansi.

Standar Umum dan Kepatuhan dengan Standar

(23)

Aturan 201 : Seorang anggota akan menaati dengan standar berikut dan dengan interpretasinya oleh badan yang ditunjuk oleh dewan.

A. Kompetensi Profesional. Hanya mengambil jasa professional yang anggota atau KAPnya dapat secara logis mengekspektasi untuk dilengkapi dengan kompetensi professional.

B. Due Professional Care. Gunakan Due Professional Care dalam pelaksanaan jasa professional.

C. Perencanaan dan Supervisi. Rencanakan dan supervisi secara memadai pelaksanaan jasa professional.

D. Data Relevan yang Cukup. Peroleh data relevan yang cukup untuk menyediakan basis yang logis bagi simpulan atau rekomendasi terkait jasa professional yang dilakukan.

Aturan 201 tersebut secara esensial menangkap banyak dari apa yang terkandung dalam sepuluh standar auditing berlaku umum yang berlaku bagi sikap auditor dan membuatnya bagian dari aturan.

Aturan 202 : Seorang anggota yang melakukan auditing, tinjauan, kompilasi, konsultasi, manajemen, perpajakan, atau jasa professional lainnya akan menaati standar yang diumumkan oleh badan yang dibentuk oleh dewan.

Aturan 202 ini langsung dan ringkas namun penting karena dia mensyaratkan bahwa anggota AICPA menaati standar professional ketika melakukan jasa professional, entah iya atau tidak mereka berpraktik sebagai akuntan publik.

Prinsip Akuntansi

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, terdapat satu aturan yang merupakan bagian Rule of Conduct yakni aturan 203 dimana aturan 203 mensyaratkan CPA untuk melaporkan kepatuhan dengan prinsip akuntansi yang sesuai.

(24)

laporan atau data semacam itu dalam rangka agar mereka sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, jika laporan atau data semacam itu mengandung penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dimumkan oleh badan yang ditunjuk oleh Dewan untuk menetapkan prinsip semacam itu yang memiliki dampak material pada laporan atau data yang diambil secara keseluruhan.

2.11 Rules of Conduct terkait Tanggung Jawab Terhadap Klien

Bagian dari Rules of Conduct berisi dua aturan terkait dengan tanggung jawab CPA pada kliennya.

Informasi Rahasia Klien

Aturan 301 (kutipan) : Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh mengungkapkan informasi klien tanpa izin khusus dari klien.

Aturan 301 dan interpretasinya ini secara umum melarang auditor mengungkapkan informasi rahasia klien, tetapi menetapkan lima situasi saat seorang CPA dapat mengungkap informasi rahasia tanpa persetujuan klien yakni :

1. Untuk memenuhi persyaratan pengungkapan dan kinerja sesuai PABU dan standar auditing berlaku umum

2. Untuk mematuhi panggilan tertulis yang valid untuk menghadap siding pengadilan

3. Untuk memungkinkan review praktik professional seorang anggota di bawah kewenangan AICPA, lembaga CPA negara bagian, atau dewan akuntansi negara bagian

4. Untuk mengikuti proses investigatif atau disipliner

5. Memungkinkan review atas praktik professional CPA sehubungan dengan pembelian, penjualan, atau penggabungan praktik.

Fee Kontingensi

Aturan 302 (kutipan) : Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh :

(25)

A. Suatu audit atau review laporan keuangan atau

B. Suatu kompilasi laporan keuangan ketika anggota menginginkan atau secara logis mungkin menginginkan bahwa pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan dan laporan kompilasi anggota tidak mengungkap kurangnya independensi atau

C. Suatu pemeriksaan informasi keuangan prospektif

 Mempersiapkan tingkat pengembalian pajak asli atau ubahan atau klaim pengembalian pajak untuk fee kontingensi untuk semua klien

Aturan 302 ini menjelaskan bahwa pelarangan fee kontingensi berlaku selama periode ketika anggota atau KAP anggota terikat untuk melakukan jasa yang terdaftar dan periode yang dicakup oleh laporan keuangan historis yang terlibat dalam jasa semacam itu. Sementara fee kontingensi itu sendiri adalah fee yang bergantung pada temuan atau hasil yang diperoleh sebagai akibat dari pekerjaan anggota.

2.12 Rules of Conduct terkait Tanggung Jawab Dan Praktik Lain

Section ini berisi empat Rules of Conduct yang terkait dengan aspek profesi lainnya:

1. Tindakan yang Mendiskreditkan

Aturan 501: seorang anggota tidak akan melakukan tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Aturan ini memungkinkan AICPA untuk mengeluarkan seorang anggota karena melakukan tindakan yang dapat memengaruhi reputasi profesi. Contohnya, seorang CPA yang dituduh melakukan suatu kejahatan serius dapat kehilangan keanggotaannya dalam AICPA.

2. Pengiklanan dan Bentuk Penawaran Lainnya

Aturan 502: seorang anggota dalam praktik publik tidak akan mencari untuk mendapatkan klien dengan pengiklanan dan bentuk lain penawaran dengan cara yang salah, menyesatkan, atau menipu. Penawaran dengan penggunaan perilaku koersi, melampaui batas, atau pelecehan adalah terlarang. Contoh, ekspektasi salah atau tidak terjustifikasi untuk hasil yang menguntungkan.

(26)

A. Komisi yang dilarang. Seorang anggota dalam praktik publik tidak kan demi komisi merekomendasi atau merujuk pada klien suatu produk atau jasa, atau demi komisi merekomendasi atau merujuk produk atau jasa untuk dipasok oleh seorang klien, atau menerima komisi, ketika seorang anggota atau anggota KAP juga melakukan untuk klien tersebut.

B. Pengungkapan komisi yang diizinkan. Seorang anggota dalam praktik publik yang tidak dilarang oleh aturan ini dari memberikan jasa untuk atau menerima komisi dan yang dibayar atau diharapkan untuk dibayar suatu komisi akan mengungkapkan fakta tersebut pada orang atau entitas yang menjadi sasaran anggota dalam merekomendasikan atau merujuk suatu produk atau jasa terkait komisi tersebut.

C. Fee rujukan. Seorang anggota yang meneriam fee rujukan untuk merekomendasi atau merujuk jasa seorang CPA pada orang atau entitas yang membayar fee rujukan untuk memperoleh klien akan mengungkapkan penerimaan atau pembayaran tersebut kepada klien.

4. Bentuk dan Nama Organisasi

Aturan 505: seorang anggota boleh berpraktik akuntan publik hanya dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh undang-undang atau regulasi yang karateristiknya sesuai dengan resolusi Dewan. Aturan ini mensyaratkan bahwa bentuk praktik akuntan publik memenuhi undang-undang atau regulasi yang karateristiknya sesuai dengan resolusi AICPA.

2.13 Tindakan Disipliner

AICPA memiliki sejumlah cara yang dengannya anggota dapat didisiplinkan karena melanggar Code of Profesional Conduct. Untuk pelanggaran yang tidak memenuhi syarat untuk di beri tindakan formal, PEEC dapat mengarahkan seorang anggota untuk mengambil tindakan remedial atau korektif. Jika anggota menolak rekomendasi komite, komite dapat merujuk kasus tersebut pada suatu panel dengar di Trial Board.

(27)

Pada tahun 1977 AICPA memulai program review rekan sukarela, dan pada Januari 1988 telah menyetujui tujuan rekan atas kualitas wajib. Program distruktur dalam dua lapis: satu untuk perusahaan yang memiliki klien audit perusahaan publik dan satu untuk perusahaan (biasanya lebih kecil) yang mengaudit hanya perusahaan privat. Tujuan tinjauan kualitas adalah untuk memastikan bahwa perusahaan patuh pada standar kualitas yang relevan. PCAOB mengambil tanggung jawab untuk penerbitan standar pengendalian kualitas baru yang berlaku bagi KAP yang mengaudit klien perusahaan publik. Namun, AICPA mempertahankan Peer Review Program (PRP) yang didesain untuk me-review dan mengevaluasi porsi praktik akuntansi dan auditing KAP yang bukan merupakan subjek inpeksi PCAOB. Tujuan PRP adalah meningkatkan kualitas dalam jasa akuntansi dan audit yang disediakan oleh anggota individual AICPA dan KAP-nya.

PRP AICPA terdiri dari dua tipe review: review sistem dan review perikatan. Tujuan review rekan dalam suatu review sistem adalah untuk menentukan jika kebijakan dan prosedur KAP untuk pengendalian kualitas sesuai dengan standar profesional dan jika KAP menaati sistem pengendlian kualitasnya. KAP yang tidak melakukan audit atau perikatan serupa, namun melakukan pekerjaan akuntansi lain seperti review dan komplikasi, menjalani review perikatan, yang berfokus pada pekerjaan yang dilakukan pada perikatan pilihan tertentu alih-alih pada sistem pengendalian kualitas secara keseluruhan.

Sistem pengendalian kualitas

Sistem pengendalian kualitas kantor akuntan seharusnya didesain untuk menyediakannya dengan keyakinan logis bahwa perusahaan dan pegawainya menaati persyaratan profesional, legal dan regulator dan bahwa rekan menerbitkan laporan yang sesuai (SQCS). Suatu sistem pengendalian kualitas harus disesuaikan dengan ukuran kantor akuntan, sifat praktik, organisasinya dan pertimbangan biaya manfaat. Untuk praktisi sendiri atau kantor akuntan kecil, suatu sistem pengendalian kualitas akan kurang formal dibandingkan dengan kantor akuntan nasional atau internasional.

Elemen Pengendalian Kualitas

(28)

1. Tanggung jawab kepemimpinan untuk kualitas dalam kantor akuntan. Kantor akuntan seharusnya membuat kebijakan dan prosedur yang didesain untuk mendukung budaya internal yang didasarkan pada pengakuan bahwa kualitas sangatlah penting dalam melaksanakan perikatan. Kebijakan dan prosedur semacam itu mensyaratkan pimpinan kantor akuntan untuk mengasumsikan tanggung jawab akhir bagi sistem pengendalian kualitas kantor akuntan. Kantor akuntan seharusnya menetapkan kebijakan dan prosedur yang didesain untuk menyediakannya dengan kewajiban logis bahwa siapa saja atau yang diberikan tanggung jawab operasional untuk sistem pengendalian kualitas oleh pimpinan kantor akuntan memiliki pengalaman dan kemampuan yang cukup dan layak, dan otoritas yang diperlukan untuk mengasumsikan tanggung jawab tersebut. (SQC 8.21)

2. Persyaratan etis yang relevan. Kantor akuntan publik seharusnya menetapkan kebijakan dan prosedur yang didesain untuk menyediakannya dengan keyakinan wajar bahwa kantor akuntan dan pegawainya menaati persyaratan etis yang relevan. (SQC 8.21)

(29)

integritas klien dan tidak memiliki informasi yang mengakibatkan menyimpulkannya bahwa klien kurang berintegritas. (SQC 8.27)

4. Sumber daya manusia. Kantor akuntan seharusnya menetapkan kebijakan dan prosedur yang didesain untuk menyediakannya dengan keyakinan logis bahwa ia memiliki pegawai yang cukup dengan kompetensi, kemampuan, dan komitmen pada prinsip etitas yang diperlukan untuk melakukan perikatan sesuai dengan standar profesional dan persyaratan legal dan regulator yang berlaku dan memungkinkan kantor akuntan untuk menerbitkan laporan yang sesuai dalam kondisi tersebut. (SQCS.8.31-32)

5. Kinerja perikatan. Kantor akuntan seharusnya menetapkan kebijakan dan prosedur yang didesain untuk menyediakan dengan keyakinan wajar bahwa perikatan dilakukan sesuai dengan stadar profesional dan persyaratan ilegal dan regulator yang berlaku dan bahwa kantor akuntan menerbitkan laporan yang sesuai dalam keadaan tersebut. (SQCS 8.35)

6. Pemonitoran. Kantor akuntan seharusnya menetapkan proses pemonitoran yang didesain untuk menyediakan dengan keaykinan logis bahwa kebijakan dan prosedur terkait sistem pengendalian kualitas adalah relevan, memadai, dan beroperasi secara efektif.

Kantor akuntan seharusnya mengimplementasikan prosedur pemonitoran untuk mengidentifikasi dan mengkomunikasi keadaan yang mungkin melakukan perubahan dan perbaikan pada sistem pengendalian kualitas kantor akuntan. Prosedur pemonitoran termasuk:

- Tinjauan catatan terkait elemen pengendalian kualitas.

(30)

- Diskusi dengan pegawai kantor akuntan.

- Tinjauan laporan diringkas, paling tidak secara tahunan, mengenai temuan prosedur pemonitoran dan investigasi penyebabnya sehingga perbaikan bisa dibuat.

- Penentuan tindakan korektif yang akan dilakukan atau perbaikan yang akan dibuat dalam sistem, termasuk menyediakan umpan balik bagi kebijakan dan prosedur kantor akuntan terkait pendidikan dan pelatih. - Tindak lanjut secara tepat waktu oleh manajemen kantor yang sesuai dan

(31)

2.15 Inspeksi KAP Terdaftar PCAOB

PCAOB mengadakan inspeksi rutin atas kantor akuntan publik yang disyaratkan untuk mendaftar oleh Dewan. Inspeksi ini berfokus pada perikatan audit dan tinjauan kuartalan pilihan dan mengevaluasi kecukupan sistem pengendalian kualitas KAP terdaftar. Tujuan inspeksi ini adalah memastikan bahwa KAP terdaftar, sehubungan dengan audit perusahaan publik mereka, menaati Sarbanes-Oxley Act, atauran PCAOB, aturan SEC dan standar profesional.

PCAOB mengadakan inspeksi khusus secara ad hoc ketika memiliki tujuan khusus, namun frekuensi inspeksi rutin ditetapkan berdasarkan undang-undang. KAP terdaftar yang menertbitkan lebih dari 100 laporan audit untuk perusahaan publik per tahun merupakan sunjek inspeksi tahunan, sementara KAP yang secra rutin menerbitkan lebih dari 1 namun kurang dari 100 laporan audit dalam setahun harus diinspeksi paling tidak sekali tiap tiga tahun.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Messier, William F., Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt. 2014. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Sistematis. Jakarta: Salemba Empat.

Yanti. Etika dan Profesionalisme Seorang Auditor

Referensi

Dokumen terkait

Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi

Dengan demikian Penelitian semiotika ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif dan bersifat deskriptif dengan tujuan mencari penjelasan detil tentang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi sebelum dan sesudah kenaikan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada KPP

Dalam film Kita versus Korupsi yang menjadi objek penelitian kali ini peneliti akan memotret gambaran praktik korupsi yang biasa terjadi dilingkungan kita dan digambarkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis yang terbaik pada pemanfaatan diatomae Chaetoceros ceratosporum dalam formula pakan terhadap peningkatan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia pemberian makanan pendamping ASI pertama kali dengan status gizi batita, menganalisis hubungan

Menganalisis secara bersamaan hubungan antara masa kerja, status gizi, kelengkapan APD, lama menyemprot dalam sehari, pengelolaan pestisida, toksisitas pestisida dengan

Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 8,61 persen, diikuti oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah