KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DENGAN INTERVENSI DISTRAKSI DAN RELAKSASI DI
RUANG AISYAH RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
Oleh
KRLOMPOK 8
1.
AINUN ULFA
[20161240]
2.
LAILUL MUNA
[20161257]
3.
VIKO SEPTIAN ARDYANTORO
[20151229]
4.
VIVI NUR SAFITRI
[20161273]
1
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Gambaran Lokasi Studi Kasus
Pengambilan data dilakukan di Ruang Aisyah Rumah Sakit Islam
Kendal. Rumah Sakit Islam Kendal merupakan salah satu rumah sakit
swasta kelas B yang berada di kabupaten Kendal, tepatnya berlokasi di
kecamatan Weleri. Rumah Sakit Islam Kendal terdiri dari beberapa ruang
perawatan, dengan berbagai kelas. Salah satu ruangannya yaitu ruangan
aisyah, yang mana ruangan tersebut adalah lokasi penulis mengambil data
untuk karya tulis ilmiah ini. Ruang aisyah adalah ruangan peri-natal,
dimana klien yang dirawat disana adalah ibu-ibu yang baru saja
melahirkan, baik dengan cara normal maupun operasi sectio caesarea.
Ruang aisyah ini juga terdiri dari tiga kelas, yaitu ruang aisyah utama A,
sebagai kamar kelas VIP (
Very Important Person
), ruang aisyah utama B,
sebagai kamar kelas 1, ruang aisyah 2A-E sebagai kamar kelas 2 dan ruang
aisyah 3A-E sebagai kelas 3 yang berbataskan sketsel. Penulis mengambil
data di ruang aisyah 2A dan 3D.
2.
Data Asuhan Keperawatan
a.
Pengkajian
1)
Identitas Pasien dan Hasil Anamnesis
IDENTITAS &ANAMNESA
Kasus 1 Kasus 2
Identitas Pasien
Nama Umur Jenis Kelamin Agama Status
Nyonya “J” 35 tahun Perempuan Islam Kawin
2
PendidikanSuku/Bangsa Alamat Pekerjaan
Tanggal/Jam Masuk Rumah Sakit Tanggal/Jam Pengkajian Diagnosa Medis
Identitas
Penanggungjawab
Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat
Hubungan dengan Klien
Sekolah Dasar
Jawa/Indonesia Rowosari IRT
1 Juli 2018/09.00
2 Juli 2018/08.00
Post operasi sectio
caesarea dengan indikasi adanya bekas jahitan pada vagina Suami klien
Sekolah Menengah Atas
Jawa/Indonesia Patebon Perawat
12 Juli 2018/09.30
13 Juli 2018/08.00
Post operasi sectio
caesarea dengan indikasi malposisi fetus
Tuan A Suami klien
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Riwayat Kesehatan Sekarang
Nyeri pada luka post operasi sectio caesarea
Klien datang ke RS pada tanggal 1 Juli 2018 jam 09.00 dengan keluhan perut terasa
kenceng-kenceng. Klien
mengalami kontraksi sejak tanggal 30 Juni 2018 malam dan ketuban pecah, kemudian klien dibawa ke RS untuk dilakukan bekas operasinya (abdomen bawah) dan balutan luka belum dibuka. Nyeri dirasakan saat klien bergerak, seperti ditusuk-tusuk dengan skala 6 (sedang) dan dirasakan hilang-timbul. Klien sudah bisa miring dan duduk
pelan-Nyeri pada luka post operasi sectio caesarea
3
Riwayat KesehatanDahulu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya masalah
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
pelan, namun masih kesulitan dan nyeri untuk bergerak.
Klien mengatakan saat usia 20 tahun pernah dirawat di RS karena typhoid, tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, asma, DM, jantung. Klen tidak memiliki riwayat penyakit menular dan alergi terhadap udang dan klien sudah pernah melahirkan dua kali sebelum ini dengan cara spontan, namun kelahiran ketiga ini merupakan kelahiran pertama kali dengan SC. Sebelumnya klien pernah mengalami penjahitan di area vagina.
Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular dan penyakit genetik. Anggota keluarganya ada yang melahirkan secara SC.
Tidak ada
1. Tahun 2000, tipe persalinan spontan, penolong bidan, jenis kelamin perempuan, BB lahir 2500g, keadaan bayi waktu lahir baik, tidak ada masalah kehamilan. 2. Tahun 2007, tipe
malam sekitar 4 jam.
Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, klien tidak memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi, jantung dan DM serta tidak memiliki penyakit menular dan tidak memiliki alergi. Klien belum pernah hamil dan melahirkan, dan ini pertama kalinya klien dilakukan SC.
Klien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang melahirkan secara SC, tetapi kalau melahirkan kembar ada yaitu ibu dari klien merupakan anak kembar. Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan keturunan.
Keadaan di sekitar yang sering berisik
1. Tahun 2018, tipe persalinan SC, penolong dokter, jenis kelamin laki-laki, BB lahir 2900g, keadaan bayi waktu lahir baik, tidak ada masalah
4
Riwayat Kehamilan saat IniRiwayat Persalinan saat Ini
Riwayat menstruasi
Riwayat Ginekologi
persalinan spontan, penolong dokter, jenis kelamin laki-laki, BB lahir 2750g, keadaan bayi waktu lahir baik, tidak ada masalah kehamilan. 3. Tahun 2018, tipe
persalinan SC, penolong dokter, jenis kelamin perempuan, BB lahir 3350g, keadaan bayi waktu lahir baik, masalah kehamilan mual dan muntah.
Pengalaman menyusui selama 7 tahun
.
Masalah kehamilan: Mual, muntah
Gravida: G3 P3 A0 HPHT: 1-10-2017 TTP: 8-7-2018
Umur kehamilan: 36mgg
Jenis persalinan: SC Tgl/jam: 1 Februari 2018/15.37 WIB Jenis kelamin Bayi: P Penolong: Dokter Plasenta lahir: Ya BB/PB: 3350g/48cm Perdarahan: ± 270 cc Masalah dalam persalinan: Tidak ada
Lamanya: 7 hari Siklus: 30 hari
Masalah ginekologi: tidak ada
Riwayat KB: klien menggunakan
kontrasepsi suntik
Belum ada pengalaman menyusui
Masalah kehamilan: tidak ada
Gravida: G1 P1 A0 HPHT: 13-10-2017 TTP: 20-7-2018 Umur kehamilan: 37mgg
Jenis persalinan: SC Tgl/jam: 11 Februari 2018/17.00 WIB Jenis kelamin bayi: L Penolong: Dokter Plasenta lahir: Ya BB/PB: 2900 g/45cm Perdarahan: ±200 cc Masalah dalam persalinan: Tidak ada
Lamanya: 8 hari Siklus: 28 hari
Masalah ginekologi: tidak ada
Riwayat KB: Tidak ada
Pola Kesehatan Fungsional Gordon
Pola Persepsi dan Managemen Kesehatan
Sadar akan kesehatan dirinya: Ya
Yang dilakukan jika sakit: periksa ke yankes Periksa kehamilan rutin: Ya
Periksa kehamilan: 7
Sadar akan kesehatan dirinya: Ya
Yang dilakukan jika sakit: periksa ke yankes Periksa kehamilan rutin: Ya
5
Pola Nutrisi danMetabolik
Pola Eliminasi: 1. Eliminasi Alvi
2. Eliminasi Urin
Pola Aktivitas dan Kemandirian
kali Konsumsi
obat/jamu/alkohol: Tidak
Asuransi kesehatan: Tidak ada
Sebelum MRS: 3x sehari, nasi, lauk pauk, sayur, buah, 1 porsi habis, minum 10 gelas/hari, teh, air putih, susu.
Saat dikaji: 3x sehari, nasi, lauk pauk, sayur, buah, ¾ porsi, minum 6 gelas/hari, teh, air putih, diet TKTP
Sebelum MRS: 1-2x/hari pagi, konsistensi lunak berbentuk, bau 8x/hari, pancaran kuat, jumlah ±250cc sekali (BAK), bau amoniak, warna kuning pucat, perasaan setelah BAK puas, total produksi urin ±1.500-2.000cc/hari.
Saat dikaji: BAK melalui selang kateter, warna kuning pekat, bau amoniak, total produksi urin ±1000-1500.
Sebelum MRS: klien
BAB&BAK, dan makan minum.
Saat dikaji: klien dalam mandi, berpakaian dibantu
keluarga/perawat, belum bisa berpindah/berjalan,
kali Konsumsi
obat/jamu/alkohol: Tidak
Asuransi kesehatan: BPJS Kesehatan
Sebelum MRS: 3x sehari, nasi, lauk pauk, sayur, buah, 1 porsi habis, minum 10 gelas/hari, teh, air putih, susu.
Saat dikaji: 3x sehari, nasi, lauk pauk, sayur, ½ porsi, minum 5 gelas/hari, teh, air putih, diet TKTP
Sebelum MRS: 1-2x/hari pagi, konsistensi lunak berbentuk, bau khas, 8x/hari, pancaran kuat, jumlah ±250cc sekali (BAK), bau amoniak, warna kuning pucat, perasaan setelah BAK puas, total produksi
urin
±1.500-2.000cc/hari.
Saat dikaji: BAK melalui selang kateter, warna kuning pekat, bau amoniak, total produksi urin ±1000-1500.
BAB&BAK, dan makan minum.
Saat dikaji: klien
dalam mandi,
berpakaian dibantu keluarga/perawat,
6
Pola Istirahat TidurPola Persepsi Sensori dan Kognitif
Pola Persepsi diri dan Konsep Diri
Pola Hubungan dengan Orang Lain
Pola Reproduksi dan Seksual
menggunakan kateter, dan makan minum dibantu.
Sebelum MRS: Tidur malam 6-7 jam & tidak tidur siang, tidak ada pengantar dan gangguan tidur, perasaan waktu bangun lega.
Saat dikaji: Tidur malam 6 jam, tidur siang 1 jam, tidak ada pengantar & gangguan tidur, perasaan waktu bangun lega
Keluhan kemampuan sensasi: tidak ada Alat bantu: tidak ada Dapat mengingat, berbicara dan memahami pesan dengan baik.
Dapat mengambil keputusan sederhana Persepsi nyeri: P: Saat bergerak Q: Disayat-sayat R: Abdomen bawah (luka bekas operasi) S: 6 (sedang) T:Hilang-timbul
Klien berharap segera pulih dan bisa mengurus anaknya dengan maksimal
Klien bahagia karena anaknya lahir dengan sehat
Kemampuan berkomunikasi: baik
Orang paling
berpengaruh: suami, anak, dan keluarganya Hubungan dengan
keluarga dan
masyarakat: baik
Pasien sudah menikah, belum pernah bercerai,
berpindah/berjalan, menggunakan kateter, dan makan minum mandiri.
Sebelum MRS: Tidur malam 6-7 jam & tidur siang 2 jam, tidak ada pengantar dan gangguan tidur, perasaan waktu bangun lega.
Saat dikaji: Tidur malam 4 jam, tidak tidur siang, tidak ada pengantar tidur, sering terbangun karena nyeri perasaan waktu bangun tidak nyaman.
Keluhan kemampuan sensasi: miopia
Alat bantu: kacamata Dapat mengingat, berbicara dan memahami pesan dengan baik.
Dapat mengambil keputusan sederhana Persepsi nyeri: P: Saat bergerak Q: Ditusuk-tusuk R: Abdomen bawah (luka bekas operasi) S: 7 (sedang) T:Hilang-timbul
Klien berharap segera pulih dan bisa mengurus anaknya dengan maksimal Klien bahagia karena anaknya lahir dengan sehat dan merupakan anak yang diidam-idamkannya
Kemampuan berkomunikasi: baik
Orang paling
berpengaruh: suami, dan orangtuanya Hubungan dengan
keluarga dan
masyarakat: baik
7
Pola MekanismeKoping
Pola Nilai
Kepercayaan/Keyakinan
menstruasi lancar, memiliki dua anak, persalinan ketiga, dan pola seksualnya terganggu karena kehamilan dan persalinan (nyeri post-op).
Metode pengambilan keputusan: musyawarah Bila memiliki masalah: diceritakan ke suami dan keluarga
Upaya mengatasi masalah: mencari solusi bersama dengan suami dan keluarganya
Sumber kekuatan: Allah Swt. Dan keluarga Pola ibadah: sedang masa nifas, tidak beribadah
Keyakinan/budaya yang berhubungan dengan kesehatan: tidak ada
menstruasi lancar, belum memiliki anak, persalinan dan anak pertama, pola seksualnya terganggu karena kehamilan dan persalinan (nyeri post-op).
Metode pengambilan keputusan: musyawarah Bila memiliki masalah: diceritakan ke suami Upaya mengatasi masalah: mencari solusi bersama dengan suami
Sumber kekuatan: Allah Swt. Dan keluarga
Pola ibadah: sedang masa nifas, tidak beribadah
Keyakinan/budaya yang berhubungan dengan kesehatan: tidak ada
Makna dan Penjelasan
:
Kedua kasus memiliki diagnosa yang sama, yaitu
post
operasi sectio caesarea, namun yang membedakan adalah indikasi
dilakukan operasi tersebut. Kasus 1 dilakukan operasi atas indikasi
ada bekas jahitan di vagina, dan kasus 2 atas indikasi malposisi
fetus. Keluhan utama kedua kasus tersebut adalah nyeri pada luka
bekas operasi, namun perbedaannya terletak pada skala nyeri,
respon yang diterima klien dan gangguan lain yang muncul karena
nyeri. Perbedaan lainnya pada kedua kasus saat dikaji yaitu kasus 1
8
2)
Hasil Observasi, Pemeriksaan Fisik
Observasi Kasus 1 Kasus 2
Penampilan/keadaan umum
Tanda-Tanda Vital: 1. Tekanan Darah 2. Nadi
3. Pernapasan 4. Suhu
Bayi Rawat Gabung
Pengukuran Antropometri: 1. Berat Badan 2. Tinggi Badan 3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Baik/compos mentis
120/80mmHg 88 kali/menit 22 kali/menit 37 ºC
Ya
71 kilogram 154 sentimeter 30 kilogram/meter
Bentuk: bulat simetris Luka: tidak ada
Warna: hitam kecoklatan Bentuk: Sedikit ikal, tebal
Kebersihan: Bersih
Kemampuan melihat: baik
Jarak terjauh: 6 meter Ukuran pupil: kecil Reaksi terhadap cahaya: baik
Konjungtiva: tidak anemis
Sklera: tidak ikterik Alat bantu: tidak Sekret: tidak ada
Kebersihan: bersih Sputum deviasi: tidak ada
Sekret: tidak ada Epistaksis: tidak ada Polip: tidak ada
Nafas cuping hidung: tidak ada
Pemakaian Oksigen: tidak
Kemampuan Mendengar: baik Nyeri: tidak ada Sekret: tidak ada Pembengkakan: tidak
Tampak lesu/compos mentis
130/90 mmHg 90 kali/menit 24 kali/menit 36 ºC
Ya
60 kilogram 163 sentimeter 22,6 kilogram/meter
Bentuk: bulat simetris Luka: tidak ada
Warna: hitam Bentuk: lurus, tipis Kebersihan: Bersih
Kemampuan melihat: baik
Jarak terjauh: 6 meter Ukuran pupil: kecil Reaksi terhadap cahaya: baik
Konjungtiva: tidak anemis
Sklera: tidak ikterik Alat bantu: tidak Sekret: tidak ada
Kebersihan: bersih Sputum deviasi: tidak ada
Sekret: tidak ada Epistaksis: tidak ada Polip: tidak ada Nafas cuping hidung: tidak ada
Pemakaian Oksigen: tidak
9
5. Mulut6. Leher dan Tenggorokan
7. Ekspresi Wajah
Dada dan Thorak
1. Paru-Paru a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
2. Jantung a. Inspeksi
b. Palpasi
Alat bantu: tidak
Selaput Mukosa: lembab, warna merah muda, bersih
Gigi: utuh, putih, bersih Gusi: Baik
Bau mulut: Sedikit Bibir: lembab, warna merah muda
Posisi Trakea: simetris Benjolan pada Leher:
Pembesaran Tonsil: tidak ada
Penonjolan Vena Jugularis: tidak ada Obstruksi Jalan Nafas: tidak ada
Tampak nyeri, mengernyit ketika bergerak
Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka dan jejas, nafas teratur
Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka dan jejas, nafas teratur
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, taktil fremitus kanan dan kiri simetris
Bunyi sonor
Tidak ada suara nafas tambahan, suara nafas vesikuler
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada memar
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, ictus
Alat bantu: tidak
Selaput Mukosa: lembab, warna merah muda, bersih
Gigi: utuh, putih, bersih
Gusi: Baik Bau mulut: Tidak Bibir: lembab, warna merah muda
Posisi Trakea: simetris Benjolan pada Leher:
Pembesaran Tonsil: tidak ada
Penonjolan Vena Jugularis: tidak ada Obstruksi Jalan Nafas: tidak ada
Tampak nyeri, mengernyit dan meringis ketika bergerak
Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka dan jejas, nafas teratur
Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka dan jejas, nafas teratur
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, taktil fremitus kanan dan kiri simetris
Bunyi sonor
Tidak ada suara nafas tambahan, suara nafas vesikuler
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada memar
10
c. Perkusid. Auskultasi
3. Abdomen a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
d. Perkusi
Genital
Ekstremitas 1. Inspeksi Kuku
2. Capillary Refill
Time (CRT)
3. Kemampuan Berfungsi
cordis teraba di SIC ke-5, midklavikula sinistra
Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung
Suara irama jantung teratur, bunyi S1 & S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan
Bentuk simetris, terdapat luka bekas operasi sectio caesarea melintang sepanjang ±14cm di bagian bawah, kondisi luka belum diketahui karena masih tertutup perban.
Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
Terdapat nyeri tekan di area sekitar luka. Tinggi fundus uteri 1cm dibawah umbilikus
Terdengar bunyi timpani
Tampak utuh dan bersih, terpasang kateter, terdapat lokhea rubra warna merah segar, bau pucat, utuh, bersih
Cepat (<2detik)
Tangan kanan & kiri: kekuatan otot skala 5, gerakan normal penuh, menentang gravitasi, dengan penahanan penuh, klien mampu
ictus cordis teraba di SIC ke-5, midklavikula sinistra
Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung
Suara irama jantung teratur, bunyi S1 & S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan
Bentuk simetris, terdapat luka bekas operasi sectio caesarea melintang sepanjang ±10cm di bagian bawah, kondisi luka belum diketahui karena masih tertutup perban.
Terdengar bunyi peristaltik usus 12x/menit
Terdapat nyeri tekan di area sekitar luka. Tinggi fundus uteri
2cm dibawah
umbilikus
Terdengar bunyi timpani
Tampak utuh dan bersih, terpasang kateter, terdapat lokhea rubra warna merah segar, bau amis darah, jumlah ±210ml, tidak ada luka perinium, tidak ada hemoroid
Warna merah muda, bersih, agak panjang
Cepat (<2detik)
11
Kulit
menggenggam dengan erat dan mengangkat kedua tangannya keatas.
Kaki kanan & kiri: kekuatan otot skala 3, gerakan normal menentang gravitasi,
klien mampu
mengangkat kaki tetapi langsung diturunkan karena nyeri
Tampak bersih, warna sawo matang, turgor kulit elastis, tidak ada edema. Terdapat luka jahitan bekas operasi ±14cm di abdomen bawah, luka tidak ada tanda infeksi dan masih dibalut perban.
menggenggam dengan erat dan mengangkat kedua tangannya keatas.
Kaki kanan & kiri: kekuatan otot skala 3, gerakan normal menentang gravitasi,
klien mampu
mengangkat kaki tetapi langsung diturunkan karena nyeri
Tampak bersih, warna kuning langsat, turgor kulit elastis, tidak ada edema. Terdapat luka jahitan bekas operasi ±10cm di abdomen bawah, luka tidak ada tanda infeksi dan masih dibalut perban.
Makna dan Penjelasan:
Kedua kasus tidak memiliki perbedaan yang berarti saat
penulis melakukan observasi dan pemeriksaan fisik. Keadaan
umum klien kasus 2 lebih tampak lesu daripada klien kasus 1 yang
baik, dan juga ekspresi wajah klien pada kasus 1 dalam merespon
nyeri lebih santai daripada klien kasus 2.
3)
Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Kasus 1 Kasus 2
Lab
1)
Hb: 12,5 g/dl2)
NN : 11,0 – 15,0g/dl
3)
(Tgl 2 Juli 2018)12
Makna dan Penjelasan:
Hasil pemeriksaan diagnostik (pemeriksaan laboratorium)
pada kedua kasus tidak memiliki perbedaan hasil yang berarti.
ANALISIS MASALAH
Data Etiologi Masalah
KASUS 1
DS:
P (Paliatif) : Saat bergerak
Q (Quality) : Disayat-sayat
R (Regio) : Abdomen bawah (luka bekas operasi)
S (Skala) : 6 (sedang) T (Time) : Hilang-timbul
DO:
1. Klien tampak meringis saat mencoba untuk bergerak.
2. Klien tampak berhati – hati bila bergerak.
3. Terdapat luka post operasi pada abdomen bagian bawahkurang lebih 14 cm
Prosedur bedah (SC)
Terputusnya jaringan, pembuluh darah, dan saraf
Mengeluarkan histamin dan prostaglandin
Merangsang reseptor nyeri pada ujung – ujung
saraf bebas
\
Nyeri dihantarkan ke dorsal spinal cord
Thalamus
Cortex Serebri
Nyeri dipersepsikan
Nyeri akut
Nyeri Akut
DS:
1. Klien mengatakan belum pernah latihan turun dari tempat tidur/senam 2. klien mengatakan
aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
DO:
1. Klien tampak meminimalkan gerakan/berhati – hati bila bergerak. 2. Klien mobilisasi
secara bertahap, mulai dari miring
Tindakan SC
Adanya luka post Op
Nyeri
Klien takut bergerak banyak karena nyeri
bertambah
Hambatan mobilitas fisik
13
kiri kanan, duduk,turun dari tempat tidur.
3. Klien baru dapat miring kanan-miring kiri.
DS: -
DO:
1. Tampak luka post-op di abdomen yang masih ditutup verban.
2. Tanda REEDA: R (Kemerahan): tidak
E (Edema): tidak E (Ekimosis): tidak D (Discharge serum/pus/ darah): tidak ada
A (Approximate): tampak bekas luka post-op
Prosedur invasif (Tindakan SC)
Terputusnya jaringan, pembuluh darah, dan saraf
Adanya luka operasi merupakan post de entry
mikroorganisme
Resiko infeksi
Resiko Infeksi
KASUS 2
DS:
P (Paliatif): Saat bergerak
Q (Quality): Ditusuk-tusuk
R (Regio): Abdomen bawah (luka bekas operasi)
S (Skala): 7 (sedang). T (Time): Hilang-timbul
DO:
1. Klien tampak meringis dan merintih menahan nyeri.
2. Klien tampak meminimalkan gerakan.
3. Terdapat luka post op pada abdomen bagian bawah kurang lebih 10 cm
Prosedur bedah (SC)
Terputusnya jaringan, pembuluh darah, dan saraf
Mengeluarkan histamin dan prostaglandin
Merangsang reseptor nyeri pada ujung – ujung
saraf bebas
\
Nyeri dihantarkan ke dorsal spinal cord
Thalamus
Cortex Serebri
Nyeri dipersepsikan
Nyeri akut
14
DS:1. Klien mengatakan sering terbangun karena nyeri pada perut bagian bawah 2. Klien mengatakan
tidur malam sekitar 4 jam dan tidak dapat tidur siang 3. Klien mengeluh di
sekitarnya berisik dan
mengganggunya
DO:
1. Klien tampak lelah dan kantong mata agak hitam
2. Klien tampak gelisah
3. Klien tampak sering menguap 4. Ekspresi wajah
klien tampak mengantuk
Nyeri luka post Op SC
Rangsangan ke pusat jaga / Repticular Activating System (RAS)
Rapid eye movement menurun
Klien terjaga/sering terbangun
Gangguan pola tidur
Gangguan pola tidur
DS: -
DO:
1. Tampak luka post-op di abdomen yang masih ditutup verban.
2. Tanda REEDA: R (Kemerahan): tidak
E (Edema): tidak E (Ekimosis): tidak D (Discharge serum/pus/ darah): tidak ada
A (Approximate): tampak bekas luka post-op
Prosedur invasif (Tindakan SC)
Terputusnya jaringan, pembuluh darah, dan saraf
Adanya luka operasi merupakan post de entry
mikroorganisme
Resiko infeksi
Resiko Infeksi
Makna dan Penjelasan:
Analisa masalah yang muncul pada kedua kasus memiliki
persamaan dua masalah yang muncul, yaitu masalah nyeri akut sebagai
masalah prioritas utama pada kedua kasus dan masalah resiko infeksi.
15
fisik, dan resiko infeksi, sedangkan pada kasus 2 muncul tiga masalah,
yaitu nyeri akut, gangguan pola tidur, dan resiko infeksi.
b.
Diagnosis
Data Problem (Masalah) Etiologi (Penyebab) + Tanda & Gejala KASUS 1
DS:
P (Paliatif) : Saat bergerak
Q (Quality) : Disayat-sayat
R (Regio) : Abdomen bawah (luka bekas operasi)
S (Skala) : 6 (sedang) T (Time) : Hilang-timbul
DO:
1. Klien tampak meringis saat mencoba untuk bergerak.
2. Klien tampak berhati – hati bila bergerak.
3. Terdapat luka post op pada abdomen bagian bawah kurang lebih 14 cm
Nyeri akut
Agens cedera fisik (prosedur bedah) ditandai dengan Klien tampak meminimalkan gerakan, klien mengeluh nyeri saat bergerak pada abdomen bawah (luka post op)
DS:
1. Klien mengatakan belum pernah latihan turun dari tempat tidur/senam 2. klien mengatakan
aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
DO:
1. Klien tampak meminimalkan gerakan/berhati – hati bila bergerak. 2. Klien mobilisasi
secara bertahap, mulai dari miring kiri kanan, duduk, turun dari tempat tidur.
3. Klien baru dapat miring
kanan-Hambatan mobilitas fisik
Nyeri ditandai dengan
Klien tampak
meminimalkan
16
miring kiri.DS: -
DO:
1. Tampak luka post-op di abdomen yang masih ditutup verban.
2. Tanda REEDA: R (Kemerahan): tidak
E (Edema): tidak E (Ekimosis): tidak D (Discharge serum/pus/darah): tidak ada
A (Approximate): tampak bekas luka post-op
Resiko infeksi Prosedur invasif
KASUS 2
DS:
P (Paliatif): Setelah dilakukan operasi. Q (Quality): Ditusuk-tusuk.
R (Regio): Abdomen bagian bawah.
S (Skala): 7 (sedang). T (Time): Hilang-timbul, pada saat digerakkan.
DO:
1. Klien tampak merintih menahan nyeri.
2. Klien tampak meminimalkan gerakan.
3. Terdapat luka post op pada abdomen bagian bawah kurang lebih 10 cm
Nyeri akut
Agens cedera fisik ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah dan klien tampak merintih menahan nyeri.
DS:
1. Klien mengatakan sering terbangun karena nyeri pada perut bagian bawah 2. Klien mengatakan
tidur malam sekitar 4 jam dan tidak dapat tidur siang 3. Klien mengeluh
disekitanya berisik
Gangguan pola tidur
Imobilisasi ditandai
dengan klien
17
dan menggangguDO:
1. Klien tampak lelah dan kantong mata agak hitam
2. Klien tampak gelisah
3. Klien tampak sering menguap 4. Ekspresi wajah
klien tampak mengantuk
DS: -
DO:
1. Tampak luka post-op di abdomen yang masih ditutup verban.
2. Tanda REEDA: R (Kemerahan): tidak
E (Edema): tidak E (Ekimosis): tidak D (Discharge serum/pus/darah): tidak ada
A (Approximate): tampak bekas luka post-op
Resiko infeksi Prosedur invasif
(NANDA, 2015)
Makna dan Penjelasan:
Diagnosis yang muncul pada kedua kasus memiliki dua diagnosis
yang sama, yaitu nyeri akut dan resiko infeksi. Data subjektif dan data
obyektif diagnosis nyeri akut pada kedua kasus tidak memiliki
perbedaan yang berarti, namun memiliki perbedaan pada skala nyeri.
Kasus 1 muncul 3 diagnosis dan pada kasus 2 muncul 3 diagnosis.
c.
Perencanaan
Diagnosis Keperawatan (Tujuan, Kriteria
Hasil)
Intervensi (NIC) Rasional KASUS 1
Nyeri akut b.d. agens
1. Observasi tingkat nyeri
18
cedera fisik (prosedurbedah)
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam, klien menunjukkan
NOC
1. Keadaan umum baik 2. Skala nyeri berada
pada 1-2 (ringan) 3. Ekspresi wajah
rileks
2. Observasi tanda-tanda vital klien
3. Atur posisi berbaring misalnya dengan posisi supine
4. Lakukan teknik distraksi
5. Ajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam saat nyeri timbul
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik : injeksi ketorolac
klien
2. Melihat perkembangan keadaan umum klien dimana rangsang nyeri dapat meningkatkan tanda-tanda vital
3. Mengalihkan perhatian ke hal yang lain sehingga tidak terlalu fokus pada nyeri
4. Dengan posisi ini dapat mengurangi tekanan pada area operasi sehingga
rasa nyeri
berkurang
5. Relaksasi dengan cara menarik nafas dalam membuat otot – otot rileks sehingga nyeri berkurang
6. Membantu dalam mengurangi rasa nyeri, dengan memblokade pusat hantaran nyeri Hambatan mobilitas fisik
b.d. nyeri
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan
NOC
1. Keadaan umum baik 2. Klien dapat mobilisasi secara bertahap
1. Pantau kemampuan klien dalam mobilisasi secara bertahap
1. Mengetahui sampai sejauh mana kemampuan klien dalam beraktivitas
2. Untuk
memandirikan ibu dan meminimalkan terjadinya
kelemahan fisik yang lebih lanjut
3. Mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah sehingga
19
4. Berikan pendidikan kesehatan perihal tentang pentingnya mobilisasi post SC
4. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya mobilisasi sehingga memotivasi ibu untuk
melakukannya
Resiko infeksi b.d. prosedur invasif
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan
NOC
1. Perbaikan luka tepat waktu
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi (REEDA)
1. Monitor tanda-tanda vital serta tanda – tanda infeksi (jumlah, warna, dan bau dari luka operasi)
2. Rawat luka dengan teknik septik dan antiseptik
3. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein dan intake cairan yang adekuat
4. Anjurkan klien untuk mobilisasi secara bertahap
5. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan vulva / tubuh / area operasi,
meminimalkan infeksi nasokomial dengan menjaga kebersihan
lingkungan dan batasi pengunjung
6. Kolaborasi dalam penatalaksanaan pemberian antibiotik : injeksi cefotaxime
1. Deteksi dini terhadap adanya tanda – tanda infeksi. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2. Mencegah masuknya mikroorganisme melalui luka operasi
3. Protein berperan mengganti sel – sel yang rusak dan meningkatkan daya tahan tubuh
4. Mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah sehingga
mempercepat penyembuhan luka
5. Mencegah faktor resiko penularan
20
KASUS 2
Nyeri akut b.d. agens cedera fisik (prosedur bedah)
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan
NOC
1. Skala nyeri berkurang menjadi 1-2 (ringan)
2. Wajah klien tidak meringis menahan nyeri
1. Observasi tingkat nyeri
2. Observasi tanda-tanda vital klien
3. Atur posisi berbaring misalnya dengan posisi supine
4. Lakukan teknik distraksi
5. Ajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam saat nyeri timbul
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik : injeksi ketorolac
1. Mengetahui sampai mana tingkat nyeri rangsang nyeri dapat meningkatkan tanda-tanda vital
3. Mengalihkan perhatian ke hal yang lain sehingga tidak terlalu fokus pada nyeri
4. Dengan posisi ini dapat mengurangi tekanan pada area operasi sehingga
rasa nyeri
berkurang
5. Relaksasi dengan cara menarik nafas dalam membuat otot – otot rileks sehingga nyeri berkurang
6. Membantu dalam mengurangi rasa nyeri, dengan memblokade pusat hantaran nyeri
Gangguan pola tidur b.d. imobilisasi
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan
NOC
1. klien mengatakan tidurnya nyenyak/ pulas
2. klien tampak tenang 3. klien mengatakan
tidurnya cukup 4. ekspresi wajah
tampak segar
1. Beri posisi yang nyaman
2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
3. Ajarkan tekhnik relaksasi relaksasi sehingga menstimulasi untuk tidur
2. Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman sehingga mempermudah klien untuk tidur
3. Memberi rasa nyaman pada klien
21
makanan atau minuman yang tinggi protein sebelum tidur ( susu)
5. Berikan pendidikan kesehatan tentang manfaat terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur
triptopan yang mempunyai efek sedatif
5. Meningkatkan pengetahuan klien dan diharapkan mampu bekerja sama dengan perawat
Resiko infeksi b.d. prosedur invasif
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan
NOC
3. Perbaikan luka tepat waktu
4. Tidak ada tanda-tanda infeksi (REEDA)
1. Monitor tanda-tanda vital serta tanda – tanda infeksi (jumlah, warna, dan bau dari luka operasi)
2. Rawat luka dengan teknik septik dan antiseptik
3. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein dan intake cairan yang adekuat
4. Anjurkan klien untuk mobilisasi secara bertahap
5. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan vulva / tubuh / area operasi,
meminimalkan infeksi nasokomial dengan menjaga kebersihan
lingkungan dan batasi pengunjung
6. Kolaborasi dalam penatalaksanaan pemberian antibiotik : injeksi cefotaxime
1. Deteksi dini terhadap adanya tanda – tanda infeksi. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2. Mencegah masuknya mikroorganisme melalui luka operasi
3. Protein berperan mengganti sel – sel yang rusak dan meningkatkan daya tahan tubuh
4. Mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah sehingga
mempercepat penyembuhan luka
5. Mencegah faktor resiko penularan
22
antibiotik yang digunakan
(NIC, 2013; NOC, 2013)
Makna dan Penjelasan:
Perencanaan keperawatan pada kedua kasus memiliki persamaan
pada target waktu pencapaian tujuan, yaitu 3x24 jam pada semua
diagnosis yang muncul. Kriteria hasil diagnosis nyeri akut yang
ditentukan pada kedua kasus tidak memiliki perbedaan yang berarti.
Intervensi disusun berdasarkan kondisi klien dan ketersediaan sumber
daya yang ada. Pada karya tulis ilmiah ini, penulis memilih untuk lebih
fokus kepada diagnosis nyeri akut dengan intervensi relaksasi dan
distraksi.
d.
Pelaksanaan
Dx,Kep. 3 Juli 2018 4 Juli 2018 5 Juli 2018 KASU
S 1
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementa si i tingkat nyeri
Mengobservas dengan posisi supine vital klien
Mengobservas i tingkat nyeri
Memberikan dengan posisi supine posisi supine
23
i tingkat nyeriMelakukan i tingkat nyeri
Melakukan i tingkat nyeri
8.15
9.00
9.20
visual: melihat pemandangan
Mengobservas i tingkat nyeri
Mengajarkan teknik relaksasi: aroma
lavender saat nyeri timbul
Mengobservas i tingkat nyeri
10.20 nyeri timbul
Mengobserv asi tingkat nyeri
KASU
S 2 14 Juli 2018 15 Juli 2018 16 Juli 2018
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementa si vital klien
Mengobservas i tingkat nyeri
Memberikan dengan posisi supine i tingkat nyeri
Mengobservas i tanda-tanda vital klien
Mengatur posisi klien dengan posisi supine visual: melihat pemandangan
Mengobservas i tingkat nyeri
7.30 posisi supine
24
11.0011.20
13.00
13.20
i tingkat nyeri
Melakukan teknik distraksi: hipnosis nyeri
Mengobservas i tingkat nyeri
Melakukan i tingkat nyeri
11.0 nyeri timbul
Mengobservas i tingkat nyeri
Melakukan i tingkat nyeri
10.20 lavender saat nyeri timbul
Mengobserv
Makna dan Penjelasan:
Implementasi yang dilakukan penulis pada kedua kasus hanya
terfokus pada satu diagnosis yang sama pada kedua kasus, yaitu nyeri
akut. Persamaan pada kedua kasus tersebut yaitu implementasi
dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Semua impelementasi yang
dilakukan pada kedua kasus dilakukan pada saat penulis dinas pagi.
Perbedaan yang terdapat dalam implementasi pada kedua kasus, yaitu
respon dari masing-masing klien terhadap impelementasi yang
dilakukan. Implementasi yang dilakukan pada kasus ke 1 pada hari ke
3 lebih sedikit daripada kasus ke 2, karena intensitas nyeri yang
25
e.
Evaluasi
Dx. 3 Juli 2018 4 Juli 2018 5 Juli 2018 KASUS 1 S : Klien
mengatakan nyeri menurun menjadi skala 5, ketika bergerak seperti disayat-sayat, di abdomen bawah, dan hilang-timbul walaupun sudah dilakukan relaksasi dan distraksi
O : Klien masih tampak gelisah karena nyeri, tampak mengernyit dan meringis ketika bergerak, tampak berhati-hati dalam bergerak. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 89x/menit,
pernapasan 23x/menit, suhu 36ºC berkurang menjadi skala 3 ketika bergerak, seperti disayat namun tidak separah kemarin, di abdomen bawah dan hilang-timbul saat dilakukan distraksi dan relaksasi. Klien mengatakan lebih nyaman dari kemarin.
O : Klien tampak lebih nyaman, tidak terlihat terlalu gelisah, hanya mengernyit sesekali saat bergerak terlalu banyak, sudah lebih banyak bergerak. Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 85x/menit,
pernapasan 21x/menit, suhu 36ºC
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang menjadi skala 1, sudah hanya seperti dicubit saat bergerak, di abdomen bawah dan hilang-timbul sesekali. Saat dilakukan distraksi dan relaksasi, pasien mengatakan terasa nyaman dan nyeri tidak dirasakan.
O : Klien tampak tidak terganggu dengan nyerinya, sudah tidak mengernyit dan meringis saat bergerak, lebih bebas dan aktif dalam bergerak, dan tidak gelisah. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36ºC.
mengatakan nyeri masih pada skala 7 ketika bergerak, seperti ditusuk-tusuk, di abdomen bawah, dan
hilang-S : Klien mengatakan nyeri sudah agak berkurang menjadi skala 6 ketika bergerak, seperti ditusuk-tusuk, di
26
timbul dengan frekuensi sering. Saat dilakukan relaksasi dan distraksi belum terlalu terasa dampaknya dan nyeri belum berkurang.O : Klien tampak gelisah dan tidak nyaman, tampak meringis bahkan merintih saat bergerak, tampak meminimalkan gerakan karena nyeri. Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 90x/menit,
pernapasan 24x/menit, suhu 37ºC.
abdomen bawah, dan hilang-timbul. Klien mengatakan Relaksasi dan distraksi yang dilakukan mulai ada dampak bagi rasa nyerinya, tetapi sedikit.
O : Klien masih belum tampak nyaman, masih terlihat gelisah, tapi tidak separah kemarin. Klien masih tampak meminimalkan gerakan. Tampak masih merintih dan meringis saat merasakan nyeri, tetapi tidak sesering kemarin. Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 87x/menit, pernapasan 23x/menit, suhu 36.8ºC
rasa masih seperti disayat-sayat, di abdomen bawah dan hilang-timbul. Relaksasi dan distraksi yang dilakukan memang
berdampak pada nyeri, pasien teralihkan dari nyerinya, namun tidak sepenuhnya mampu
mengurangi rasa nyeri.
O : Klien tampak lebih nyaman dan tidak terlalu gelisah, lebih bebas dalam bergerak. Klien masih tampak mengernyit saat bergerak, namun sudah tidak terlihat merintih. Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 85x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 36,5ºC
A : masalah teratasi sebagian