• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAER"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK ANAK KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002, anak adalah amanah dari karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Sedangkan definisi pada Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak adalah manusia yang belum dewasa dan berumur dibawah 18 tahun yang masih rentan terhadap kesalahan sehingga perlu pengawasan dari manusia dewasa.

Karena anak masih rentan terhadap kesalahan dan rentan terhadap perlakuan diskriminatif, maka anak pada dasarnya juga harus dilindungi. Mereka masih mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap seluruh penyelenggara perlindungan anak, yaitu orangtua,keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Seluruh penyelenggara perlindungan anak jelas mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang satu sama lainnya saling terikat dibawah pengertian perlindungan sebagai wadahnya. Bentuk perlindungan anak dalam suatu negara yaitu dengan memberikan suatu hak yang spesifik dan perlindungan yang spesifik dalam suatu rezim hak asasi manusia yang bersifat spesifik pula.

(2)

ratifikasi terhadap KHA tersebut, maka Indonesia menyepakati bahwa seluruh hak anak tersebut adalah hak asasi manusia dari seorang anak dan setara pentingnya. Indonesia juga akan melakukan segala upaya untuk memastikan seluruh hak tersebut dihormati, dilindungi dan dipenuhi. Indonesia merealisasikan hal tersebut dengan mengembangkan suatu kerangka kerja hukum yang relatif progresif untuk memajukan hak-hak anak. Kerangka kerja hukum tersebut terdapat pada Undang-Undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002, utamanya adalah realisasi legislatif atas ratifikasi KHA tersebut.

Meskipun sudah terdapat kerangka kinerja hukum sebagai alat untuk melakukan perlindungan dan pemenuhan hak anak, tetapi nyatanya masih saja ditemui adanya permasalahan. Dari sisi pemenuhan hak anak terutama hak – hak dasar seperti pangan sandang, pendidikan, dan kesehatan setidaknya sudah menunjukan kemajuan yang cukup berarti. Tetapi dari sisi perlindungan nak dari segala bentuk kekerasan eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya belum dapat dilakukan secara maksimal. Sering sekali kita saksikan beberapa anak yang kurang beruntung dan mendapatkan perlakuan kekerasan, eksploitasi, dan perlakuan tidak baik lainnya yang semuanya merupakan pelanggaan kemanusiaan. Ironisnya semua masalah tersebut masih kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat. Kerangka hukum yang efektif seharusnya bisa mengelola dan melaksanakan pelayanan perlindungan anak serta bisa memecahkan permasalahan tersebut. Instansi pemerintah yang diberikan mandat oleh kerangka hukum tersebut harus bisa menentukan kontinum dalam upaya pencegahan intervensi dini, dan pelayanan guna mencegah dan merespon segala bentuk perlakuan yang salah terhadap anak. Mereka juga harus bisa menentukan standar, kriteria, wewenang dan prosedur pengambilan keputusan yang sesuai dengan intervensi kasus, termasuk standar mengenai kapan suatu pelayanan perlindungan wajib dijalankan.

(3)

Hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah kota Malang terhadap permasalahan tersebut. Sebab lainnya juga bisa disimpulkan karena belum terbangunnya kesamaan pandangan atas masalah yang berakibat pada perbedaan pemahaman atas kebutuhan dan model penanganannya. Maka sangat diperlukan peran Peraturan Daerah dalam menyatukan pandangan-pandangan tersebut yang berupa Peraturan Daerah tentang Perlindungan Anak. Jadi, Pemerintah Daerah telah memberikan wewenang terhadap daerah (kota Malang) untuk melakukan upaya perlindungan anak. Perlindungan anak merupakan urusan wajib yang harus dilakukan pemerintah provinsi dan kebupatn/kota.Kota Malang sendiri sudah melakukan berbagai upaya dalam mengimplementasikan perlindungan dan pemenuhan hak anak. Tahun 2013 pun kota Malang dianugerahi oleh Kementerian PPPA sebagai Kota Layak Anak tahun 2013.

Faktor utama yang menyebabkan anak rentan mengalami berbagai pelanggaran hak seperti kekerasan, eksploitasi, penelantaran,dan perlakuan salah lainnya adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang bertanggung jawab penuh dalam melindungi dan memenuhi hak anak. Anak yang berasal dari keluarga baik pasti tidak akan terhambat dalam pencapaian pemenuhan haknya. Tetapi jika keluarga tidak mampu dalam memenuhi hak anak, maka anak akan kekurangan pemenuhan hak nya. Dari situlah negara wajib untuk membantu keluarga dengan cara membuat program pendidikan/pengasuhan bagi keluarga,yaitu keterampilan menjadi orang tua, keterampilan melindungi anak, kemampuan meningkatkan partisipasi anak dalam keluarga, penyelenggaraan program konseling bagi anak dan keluarga. Bisa juga bila diperlukan, negara membantu memberikan bantuan ekonomi. Oleh sebab itu, jika keluarga maupun sebuah negara tersebut gagal dalam melakukan tanggung jawabnya mengasuh dan melindungi anak, maka beresiko mengalami kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan tidak baik yang lain.

B. Identifikasi Masalah

(4)

Internasional yaitu dengan melalui penandatanganan kesepakatan Internasional, Konvensi Hak Anak (KHA). Kemudian Indonesia secara eksplisit juga memberikan pengakuan seperti yang tercantum dalam Pasal 28B ayat (2) UUD 1945. Kemudian berkembang menjadi Undang Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Meskipun sudah banyak terlampir Undang Undang yang relevan sebagai instrumen perlindungan anak, namun masih saja ditemui persoalan yang menyangkut tentang pengaturan undang-undang hak anak. Oleh karena itu, suatu daerah seperti kota Malang seharusnya memiliki payung hukum berupa Perda yang mampu mengakomodir semua isu yang berkaitan dengan perlindungan anak. Perda juga harus bisa memerikan layanan secara holistik dan komprehensif, serta memberikan mandat kepada lembaga untuk melakukan koordinasi kebijakan dan pengawasan secara tegas.Perda juga harus dapat membuka keterlibatan institusi non pemerintah dan masyarakat untuk berperan secara luas.

Dengan demikian, naskah akademik ini merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah Peraturan Daerah yang mengatur tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak dibutuhkan keberadaannya?

2. Bagaimana analisis tentang kebijakan daerah dalam mengatasi situasi perlindungan anak?

3. Apa sasaran utama dibentuknya Peraturan Daerah Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak?

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:

1. Merumuskan perlu tidaknya pembuatan perlindungan dan pemenuhan hak anak.

2. Merumuskan analisis tentang kebijakan daerah dalam mengatasi situasi perlindungan anak.

(5)

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan naskah akademik adalah metode penelitian yudikatif normatif yang dilakukan melalui studi literatur dan pustaka terutama dalam menelaah data sekunder baik yang berupa perundang-undangan, hasil pengkajian dan referensi lainnya.

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

Undang-undang tentang perlindungan anak pertama kali diakui di dalam dunia Internasional berawal dari Konvensi Hak Anak (KHA). KHA atau United Nations Convention on the Right of the Child adalah sebuah konvensi internasional yang mengatur hak-hak sipil,politik,ekonomi,sosial, dan kultural anak. Negara-negara yang meratifikasi konvensi internasional ini terikat untuk menjalankannya sesuai dengan hukum internasional. Sedangkan pelaksanaannya diawasi oleh Komite Hak Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa. Indonesia juga merupakan bagian dari negara yang meratifikasinya. Oleh karana itu, negara Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk mengimplementasikan kewajiban-kewajiban ini serta mandat kepemimpinan dalam melaksanakan peraturan dan mekanisme yang diperlukan iuntuk mewujudkan kewajiban tersebut.

(6)

Pemenuhan hak dan perlindungan anak di Indonesia sendiri mempunyai hubungan yang signifikan dengan pencapaian MDGs Indonesia. MDGs sendiri adalah Milenium Developmet Goals , yaitu suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, yang mempunyai tujuan dan batas waktu serta target tertentu. Seperti yang terdapat pada butir pertama MDG yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Dalam kaitannya dengan perlindungan anak adalah dengan memastikan setiap anak mendapatkan kehidupan yang layak, dan tidak terlantar serta bebas dari kemiskinan dan kelaparan. Kemudian dalam butir MDG kedua, yaitu mencapai pendidikan dasar untuk semua. Dalam kaitannya dengan perlindungan anak yaitu dengan memastikan setiap anak dapat menyelesaikan pendidikan sampai jenjang pendidikan minimal SMA.

Terdapat juga pada butir MDG keempat yaitu menurunkan angka kemarian anak, yaitu dengan memastikan setiap anak mendapatkan akses atas pelayanan kesehatan terutama di daerah miskin dan terpencil. Pada butir MDG keenam yaitu memerangi HIV/AIDS,Malaria, dan penyakit menular lainnya. Pencapaiannya dengan cara memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal apabila terjangkit HIV/AIDS,Malaria dan penyakit menular lainnya. Keberhasilan dalam pencapaian MDGs di Indonesia ini tergantung pada peran semua pihak yaitu pemerintah dan masyarakatnya.

Dalam penerapan perlindungan anak juga perlu diperhatikan jug rangkaian tentang pengasuhan anak yang berkelanjutan yang meliputu tahapan primer (layanan universal anak dan keluarga), tahapan sekunder (menargetkan kelompok spesifik anak dan keluarga beresiko), dan terakhir yaitu tahapan tersier (menargetkan anak-anak dan keluarga secara individu).

B. Kajian Prinsip dalam Penyusunan Norma

(7)

Prinsip kedua adalah kepentingan terbaik bagi anak (best interest of the child). Pengertiannya adalah bahwa semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau badan legislatif, dan kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama. Dalam setiap pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan anak maka anak-anak harus dilibatkan. Kemauan anak harus menjadi dasar pembuatan kebijakan itu sendiri. Prinsip ketiga adalah hak untuk hidup, kelangsungan dan perkembangan. Prinsip ini menjelaskan tentang jaminan terhadap kelangsungan hidup anak. Segala potensi yang akan membahayakan anak harus diminimalisir dari semua lingkungan kehidupan anak, misalnya seperti lingkungan sekolah dan rumah. Negara harus ikut menjamin sampai pada batas maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan anak.

Prinsip yang terakhir adalah prinsip penghargaan terhadap anak (respect for the views of the child). Pengertiannya adalah bahwa pendapat anak yang terutama mengenai hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya harus diperhatikan dalam setiap mengambil keputusan. Secara khususnya memberikan hak anak untuk didengar dan pandangannya dipertimbangkan pada setiap proses peradilan dan administatif yang mempengaruhi dia.Contohnya adalah dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan,pengasuhan dan adopsi.

C. Kajian Empiris

Kota Malang sudah lama telah membentuk suatu badan atau lembaga yang bertujuan untuk penyelenggaraan perlindungan dan pemenuhan hak anak. Lembaga tersebut disebut LPA atau Lembaga Perlindungan Anak yang dibentuk tahun 2008. Tujuan utama dibentuknya LPA adalah untuk menangani isu/kasus anak yang sedang terjadi, dimana anggota LPA sendiri tidak terdiri dari orang-orang birokrat. Tahun 2013 pemerintah kota Malang juga akan merealisasikan suatu program untuk menyelenggaraan perlindungan dan pemenuhan hak anak. Program ini lebih khusus dibentuk sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya trafficking pada anak. Program ini berisi yaitu tentang kelurahan layak anak dan forum anak. Program tersebut diharapkan dapat tercapai sehingga kota Malang menuju kota layak anak dapat tercapai dan mencegah terjadinya trafficking di kota Malang.

(8)

kekerasan yang terjadi di wilayah Kota Malang dan sekitarnya. Data tentang kasus kekerasan anak juga terdapat pada kekerasan antar siswa atau teman yaitu pengeroyokan anak. Terdapat juga data tentang adanya kekerasan seksual pada anak. Selain tindak kekerasan, eksploitasi pada anak-anak yaitu eksploitasi tenaga kerjanya untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan rumah tangga sangatlah banyak terjadi. Masalah- masalah lain juga masih ditemui misalnya masih banyaknya anak jalanan di kota Malang yang terlantar. Putus sekolah dan mencari uang disaat waktu mereka untuk belajar dan bermain sangatlah menyalahi aturan yang telah ada di Indonesia.

Kondisi-kondisi seperti diatas disebut sebagai masalah kekerasan terhadap anak karena hal-hal diatas bertolak belakang dengan asas universal perlindungan anak. Seperti dalam pasal no 2 KHA disebutkan bahwa ada yang namanya asas non diskriminasi. Tetapi permasalahan eksploitasi tenaga kerja anak merupakan salah satu perilaku diskriminatif. Kemudian dalam pasal no 6 KHA yang disebutkan asas hak hidup. Dalam pasal ini berhubungan dengan masalah penelantaran hidup,pendidikan terhadap anak. Di dalam pasal itu, negara akan menjamin hak hidup dan perkembangan anak, termasuk juga anak-anak jalanan yang hidupnya terlantar di jalan dan tidak sanggup membiayai pendidikan mereka

Berikut ini merupakan tabel yang berisi angka partisipasi murni sekolah berdasarkan kelompok umur di kota Malang tahun 2011.

Kelompok Umur Partisipasi Sekolah (%)

5-6 18,92%

7-12 99,46%

13-15 93,89%

16-18 76,81%

19-24 33,54%

Sumber BPS Kota Malang 2012

(9)

tersebut naik 31% dibanding tahun sebelumnya. Pemerintah sendiri sudah mengusahakan untuk mengurangi masalah-masalah tersebut. Salah satu upaya pemerintah Kota Malang dalam mengatasi masalah anak jalanan adalah dengan memberikan pelayanan akte kelahiran secara gratis. Umumnya, banyak anak jalanan yang tidak mempunyai akte kelahiran karena tidak adanya biaya. Akte kelahiran sendiri sangat penting adanya untuk dimiliki. Untuk menerima suatu beasiswa, mendaftarkan diri ke sekolah-sekolah dan untuk berbagai hal lainnya dibutuhkan suatu dokumen identitas dan itu adalah akte kelahiran. Selain itu memberikan kegiatan bimbingan sosial dan latihan keterampilan bagi anak anak jalanan juga dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang.

Sedangkan untuk data penyalahgunaan narkoba pada anak-anak di Kota Malang, Badan Narkotika Nasional Kota Malang menemukan 57 kasus narkoba dengan tersangka 78 orang dalam tahun 2012-2013 dan 11 orang dari mereka adalah pelajar kota Malang. Untuk menanggulangi masalah ini, pemerintah Kota Malang telah berusaha mengatasinya dengan mengadakan program BNN Kota Malang goes to school yang akan diadakan bergilir di seluruh sekolah –sekolah di Kota Malang.

Upaya yang dilakukan pemerintah Kota Malang setidaknya sudah mewakili implementasi dari KHA meskipun belum sepenuhnya tercapai. Salah satu penerapannya adalah mencanangkan sekolah gratis 12 tahun untuk seluruh anak di Kota Malang. Penerapan itu telah memenuhi konsep KHA pasal 6 yaitu hak anak untuk hidup dan berkembang. Pemerintah Kota Malang juga melakukan sosialisasi perlindungan anak dan pencegahan KDRT terhadap anak yang bekerjasama dengan TP-PKK Kel/RW terpilih di kota Malang untuk mengurangi terjadinya kekerasan anak. Tahun 2013 ini pemerintah Kota Malang melalui SKPD Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (BKBPM) Kota Malang membuka program telepon sahabat anak (Tesa). Program ini sebagai tempat konsultasi dan curhat bagi anak-anak melalui jaringan seluler.

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TERKAIT

(10)

merupakan undang - undang pertama yang mengatur tentang pemenuhan dan perlindungan hak anak di Indonesia.Pemenuhan dan perlindungan hak anak di Indonesia menjadi penting adaya sejak Undang-Undang Perlindungan Anak dicanangkan. Untuk pelaksanaan Undang-Undang tersebut, KPP (Kementerian Pemberdayaan Perempuan) yang telah diberi amanat oleh Presiden mengambil peran dalam koordinasi dan advokasi pelaksanaannya di tingkat nasional dan daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adanya tanggung-jawab untuk penanganan anak di tingkat pemerintah daerah, telah meningkatkan kesadaran akan hak-hak anak, meningkatkan identifikasi masalah-masalah perlindungan anak dan keterlibatan pihak-pihak yang sebelumnya tidak terlibat.

Di bidang hukum, dengan adanya Undang-Undang Perlindungan dan Pemenuhan hak Anak di Kota Malang ini mempunyai dasar hukum yang lebih kuat untuk melindungi anak, terutama untuk masalah-masalah yang sebelumnya tidak mempunyai dasar hukum seperti perkosaan, pelecehan, kekerasan dan juga penelantaran di kota Malang. Selain itu masalah adopsi menjadi jelas dasar hukumnya. Adapun peraturan Perundang-Undangan dan Menteri yang terkait dapat digolongkan dalam beberapa kategori, antara lain :

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 B ayat 2

Menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi 2. Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Pasal 2 ayat (3) menyatakan anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

Pasal 2 ayat (4) menyatakan anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

(11)

Anak Nakal diusahakan agar anak dimaksud jangan dipisahkan dari orang tuanya. Apabila karena hubungan antara orang tua dan anak kurang baik, atau karena sifat perbuatannya sangat merugikan masyarakat sehingga perlu memisahkan anak dari orang tuanya, hendaklah tetap dipertimbangkan bahwa pemisahan tersebut semata-mata demi pertumbuhan dan perkembangan anak secara sehat. Undang-Undang No.3 Tahun 1997 yang menggunakan istilah bagi anak yang dituduh dan/ atau telah terbukti melakukan tindak pidana dengan sebutan anak nakal. Sanksi untuk anak yang terbukti melakukan tindak pidana berupa pidana atau tindakan. Tindakan antara lain dapat berupa mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh.

4. Undang Undang Nomer 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.

5. Undang-Undang Nomer 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal (2) menyatakan bahwa penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta prinsip prinsip dasar konvensi Hak-Hak Anak yang meliputi :

a. Non diskriminasi

b. Kepentingan yang terbaik bagi anak

c. Hak untuk hidup kelangsungan hidup dan perkembangan, dan d. Penghargaan terhadap anak.

Dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 dinyatakan, bahwa negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan/ atau mental. Selanjutnya Pasal 22 menyatakan, negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

(12)

Pasal 68 menyatakan pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Selanjutnya Pasal 69 ayat (1) menyatakan dikecualikan bagi anak berumur antara 13 (tiga belas) tahun s/d 15 (lima belas) tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial.

Pasal 74 ayat (1) menyatakan siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk dan ayat (2) menyatakan, pekerjaan-pekerjaan terburuk yang diamaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;

b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian;

c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/ atau

d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 menyatakan:

(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/ atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Pasal 11 menyatakan:

(1)Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.

(13)

Pasal 34 menyatakan :

(1)Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar.

(2)Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

(3)Wajib belajar mmerupakan tanggung jawab negara yang yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemrintah Daerah, dan masyarakat.

8. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Pasal 5 menyatakan bahwa setiap orang yang melakukan pengangkatan anak dengan menjanjikan sesuatu atau memberikan sesuatu dengan maksud untuk dieksploitasi dipidana dengan pidana penjara peling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah).

Pasal 6 menyatakan, setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara apapun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah).

9. Undang-Undang nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Pasal 55 menyatakan Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/ atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 Tentang Usaha Kesejahteraan Anak bagi yang Mempunyai Masalah.

11. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar.

(14)

13. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak.

14. Keputusan Presiden Nomor 88 Tahhun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (Trafiking).

15. Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 2004 Tentang Komisi Perlindungan Anak. 16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2005 Tentang

Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak.

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, YURIDIS DAN SOSIOLOGIS

A. Landasan Filosofis

Pemenuhan dan Perlindungan hak anak dapat ditemukan bersumber pada sila-sila dari pancasila-sila terutama sila-sila kedua dan kelima. Sila kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab sedangkan sila kelima adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara tersirat sila-sila tersebut terkait dengan upaya perlindungan anak. Amanat penyelenggaraan perlindungan anak juga tercantum dalam Undang Undang Dasar 1945 (Perubahan II, 18 agustus 200), pasal 28B ayat 2 yang berbunyi : “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Kemudian terdapat juga pada pasal 34 (Perubahan IV, 10 Agustus 2002) yang berbunyi : (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara; dan (2) negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusian.

Pemerintah Kota Malang sendiri sedang merealisasikan berbagai kegiatan sebagai Kota Layak Malang. KLA atau Kota Layak Anak merupakan salah satu indikator tolak ukur secara nasional keberhasilan pembangunan suatu Pemerintahan benar-benar berorientasi pada kepentingan sumber daya manusia pada masa dini. Upaya pemerintah dalam melakukan berbagai kegiatan-kegiatan tersebut demi terwujudnya Malang sebagai Kota Layak Anak merupakan bentuk kepedulian atas kesejahteraan anak di Kota Malang.

(15)

secara optimal seperti pemenuhan kebutuhan dasar, kualitas pengasuhan dalam lingkungan keluarga, kesempatan pendidikan yang berkualitas, serta kesempatan untuk belajar menjadi bagian dari proses di dalam masyarakat. Makna dari kepedulian juga berarti upaya untuk memastikan bahwa setiap anak terhindar dari ancaman berbagai bentuk kekerasan, perlakuan salah,eksploitasi, dan penelantara yang tak hanya berdampak buruk pada keselamatan dan kesehatan fisik anak,namun juga terhadap kesehatan perkembangan mental,moral, dan sosial anak.

Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 menargetkan Provila (Provinsi Layak Anak) dengan target 80% Kab/Kota se Jawa Timur sudah terbentuk KLA sedangkan Pemerintah Pusat menargetkan jumlah KLA pada tahun 2014 bisa mencapai 100 kota/kabupaten. Oleh karena itu, adalah hal krusial bagi Kota Malang untuk memiliki perangkat peraturan daerah yang bisa mewujudkan fungsi dari KLA yaitu bisa memberikan kepastian hukum dan kejelasan tanggungjawab bahwa setiap anak akan terpelihara kebutuhan kesejahteraannya dan terlindungi.Undang-undang Dasar 1945 sendiri memberikan kesempatan besar untuk itu melalui Pasal 18 (Perubahan II, 18 agustus 2000) ayat 5 yang berbunyi: “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah”; dan ayat 6 yang berbunyi: “Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”.

B. Landasan Yuridis

Secara yuridis NKRI telah berusaha memberikan perlindungan tentang hak anak sesuai dengan ketentuan internasional, yaitu dengan diratifikasinya berbagai konvensi internasional sebagai berikut :

1. Konvensi Hak-Hak Anak/ CRC. Diratifikasi melalui Keputusan Presiden Nomer 36 Tahun 1990;

2. Ratifikasi Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Diratifikasi melalui Undang-Undang nomer 7 tahun 1984

(16)

4. Konvensi ILO Nomor 182 Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak. Diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000.

.Dengan diratifikasinya konvensi-konvensi internasional dan ditandatanganinnya Deklarasi Dunia yang Layak bagi Anak-anak, maka Negara Republik Indonesia telah terikat baik secara yuridis maupun politis dan moral untuk mengimplementasikan peraturan-peraturan tersebut. Konvensi Hak-hak Anak (KHA) merupakan instrumen internasional di bidang Hak Asasi Manusia (HAM) yang paling komprehensif dibandingkan dengan konvensi-konvensi internasional lainnya. Sehubungan dengan konvensi-konvensi atau kovenan-kovenan tersebut di atas, maka secara yuridis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak di Indonesia dapat dijumpai dalam :

1. Undang-Undang Nomer 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 2 menyatakan, bahwa penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta prinsip-prinsip dasar konvensi Hak-hak Anak yang meliputi:

a. Non diskriminasi;

b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;

c. Hak untuk hidup kelangsungan hidup dan perkembangan; dan d. Penghargaan terhadap pendapat anak.

Dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 dinyatakan, bahwa negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan/ atau mental. Selanjutnya Pasal 22 menyatakan, negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

(17)

Meskipun telah memuat banyak peraturan perundang undangan untuk memenuhi dan melindungi hak anak, tapi perlindungan anak di Kota Malang dalam kenyataannya belum memadai. Berdasarkan data-data yang didapat, masih banyak terjadi berbagai bentuk diskriminasi, tindak kekerasan, eksploitasi, pelecehan seksual,penyalahgunaan narkotika, traficking , dan anak terlantar. Oleh karena itu, kota Malang sangat memerlukan adanya Peraturan Daerah Kota Malang tentang Perlindungan Anak.

C. Landasan Sosiologis

Pemenuhan dan perlindungan hak anak sangat dibutuhkan oleh pemerintah kota Malang. Karena berbagai masalah yang berhubungan dengan anak semakin hari semakin bertambah dan tidak adanya payung hukum untuk melindungi mereka. Misalnya anak yang diterlantarkan, diperlakukan salah dan dieksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual. Selain itu, perkembangan masyarakat yang semakin kompleks telah memberikan pengaruh buruk terhadap pengasuhan dan perawatan anak. Eksploitasi anak secara ekonomi, kekerasan, penelantaran anak dan bentuk-bentuk pelanggaran lainnya, baik jumlah maupun kualitasnya semakin meningkat. Salah satu korban yang diperlakukan salah dan mengalami ekploitasi ekonomi dan seksual terbanyak di Kota Malang adalah anak jalanan. Menurut data Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur anak jalanan di Kota Malang berjumlah 800 anak

Anak jalanan sendiri diartikan sebagai anak yang menggunakan sebagian besar waktunya di jalanan. Anak jalanan mendayagunakan jalan sebagai sumber mata pencaharian melalui kegiatan yang dapat memberikan keuntungan uang bagi mereka.

Apabila dilihat secara konsep Sosial Functioning, keberadaan mereka di jalanan merupakan Situasional Malfunctioning karena pada usia anak seperti itu seharusnya mereka berada di dalam lingkungan dan perlindungan keluarga. Mereka menggunakan jalan sebagai area untuk pemenuhan kebutuhannya. Misalnya untuk bermain dan mencari nafkah guna kelanjutan kehidupan. Bentuk kegiatan yang dilakukan mereka misalnya berjualan rokok, koran, membersihkan kendaraan, mengamen dan lainnya. Konsentrasi kegiatan mereka pada umumnya di perempatan jalan raya dan pasar tradisional..

(18)

keluarga. Faktor-faktor utama yang membuat keluarga dan anak berpisah dan terkadang membiarkan anaknya untuk mandiri adalah faktor sosio-ekonomi makro, berkurangnya modal sosial dalam masyarakat, kekerasan dalam rumah tangga, kejadian traumatik, sektor ekonomi informal di daerah perkotaan dan keberadaan subkultur jalanan.

Gambaran Umum Kota Malang 4.1 Keadaan Geografis

Kota Malang adalah salah satu kota di propinsi Jawa Timur. Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah kota Surabaya. Kota Malang merupakan sebuah kota yang memiliki tinggi wilayah diatas rata-rata dibandingkan kota lain di Provinsi Jawa Timur. Secara geografis kota Malang terletak pada koordinat 112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan. Kota Malang merupakan salah satu kote orde kedua dalam sistem keruangan wilayah Jawa Timur yang terletak di bagian sentral dengan batas-batas sebagai berikut:

 Sebelah utara : Kecamatan Karang Ploso dan Kecamatan Singosari  Sebelah timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang

 Sebelah selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji  Sebelah barat : Kecamatan wagir dan kecamatan dau

Luaswilayah Kota Malang sebesar 110,06 km2 yang terbagi dalam lima kecamatan yaitu Kecamatan Kedungkandang, Sukun, Klojen, Blimbing dan Lowokwaru. Potensi alam yang dimiliki Kota Malang adalah letaknya yang cukup tinggi yaitu 440 – 667 meter di atas permukaan air laut. Salah satu lokasi yang paling tinggi adalah Pegunungan Buring yang terletak di sebelah timur Kota Malang. Dari atas pegunungan ini terlihat jelas pemandangan yang indah antara lain dari arah Barat terlihat barisan Gunung Kawi dan Panderman, sebelah utara Gunung Arjuno, Sebelah Timur Gunung Semeru dan jika melihat ke bawah terlihat hamparan Kota Malang. Sedangkan sungai yang mengalir di Wilayah Kota Malang adalah Sungai Brantas, Amprong dan Bango

(19)

Hasil Sensus Penduduk 2013 tercatat jumlah penduduk Kota Malang sebesar 836.373 jiwa, yang terdiri dari 418.100 jiwa penduduk laki-laki dan 418.273 jiwa penduduk perempuan. Apabila dilihat dari luas wilayah Kota Malang yang memiliki luas 110,06 Km2 dengan jumlah penduduk jiwa 836.373, maka kepadatan penduduk Kota Malang sebesar 7.599 jiwa/Km2. Sedangkan penyebaran kepadatan penduduk di Kecamatan dapat dilhat pada Gambar peta kepadatan penduduk Kota Malang. Kepadatan penduduk paling besar berada di Wilayah Kecamatan Klojen (11.994 jiwa/Km2). Sedangkan yang terendah berada di Wilayah Kecamatan Kedungkandang (4.374 jiwa/Km2 ).

4.3 Keadaan Sosial

Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di Kota Malang untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tahun 2012/2013 sebanyak 316 lembaga. Untuk jenjang Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) jumlah lembaga yang pada Tahun 2012/2013 sebanyak 115 lembaga. Pada jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan Madrasah Aliyah (MA) Tahun 2012/2013 sebanyak 56 lembaga dan jenjang pendidikan SMK sebanyak 45 lembaga.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk usia 7-12 tahun mencapai 99,46%, Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk usia 13-15 sebesar 93,89%, Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada usia 16-18 tahun 76,81%. APS adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia sekolah tertentu yang sedang sekolah dengan seluruh penduduk menurut kelompok usia yang sama dalam persen. Kesehatan

Kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Diantara beberapa ukuran kesehatan yang ada, indikator yang digunakan untuk melihat kemajuan taraf kesehatan penduduk adalah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH).

(20)

4.4. Keadaan Pertanian

Kota Malang dalam rangka pembangunan lebih memprioritaskan pembangunan di sektor riil terutama di sektor industri, perdagangan dan jasa-jasa, sedangkan sektor pertanian cenderung tergeser oleh sektor tersebut. Hal ini terlihat dari perkembangan luas lahan pertanian di Kota Malang cenderung berkurang. Pada tahun 2007 luas lahan pertanian di Kota Malang masih sebesar 1.550 hektare atau terus menyusut menjadi 1.400 hektare pada 2009, dan 2012 tinggal 1.300 hektare

.

Meskipun bukan merupakan sektor yang menunjang perekonomian di Kota Malang, kegiatan di sektor pertanian masih terlihat, salah satunya adalah kegiatan pertanian padi. Perkembangan kegiatan pertanian padi pada kurun tahun 2013 cenderung menurun. Kebutuhan beras Kota Malang mencapai 167.000 ton per tahun. Sementara, produksi beras hanya 73.000 ton dengan lahan seluas 1.282 hektar. Jadi, Kota Malang membutuhkan tambahan 94.000 ton beras, yang harus dibeli dari luar Kota Malang.

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PERATURAN DAN

RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan frasa:

1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

2. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

(21)

keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

4. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/atau ibu tiri, atau ayah dan/atau ibu angkat.

5. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.

6. Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

7. Anak yang menyandang cacat adalah anak yang mengalami hambatan fisik dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.

8. Anak yang memiliki keunggulan adalah anak yang mempunyai kecerdasan luar biasa, atau memiliki potensi dan/atau bakat istimewa.

9. Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan. 10. Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga, untuk

diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar.

11. Kuasa asuh adalah kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik, memelihara, membina, melindungi, dan menumbuhkembangkan anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan kemampuan, bakat, serta minatnya.

12. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. 13. Masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial

dan/atau organisasi kemasyarakatan kota Malang/

14. Pendamping adalah pekerja sosial yang mempunyai kompetensi profesional dalam bidangnya.

(22)

fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

16. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.

17. Pemerintah adalah Pemerintah yang meliputi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

18. Daerah adalah Daerah Kota Malang

19. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

20. Pemerintah Daerah adalah Wali Kota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kota Malang.

21. Akta Kelahiran Anak adalah Adalah dokumen hukum yang menjamin pengakuan atas indentitas dan status kewarganegaraan anak yang diterbitkan oleh dan menjadi kewajiban Negara untuk segera menyediakannya kepada setiap anak yang terlahir..

B. Materi Pokok yang akan Diatur

1. Tujuan Penyelenggaraan Pemenuhan dan Perlindungan Hak Anak

Pasal 3 Undang Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak secara tegas menyebutkan tujuan penyelenggaraan pemenuhan dan perlindungan hak anak adalah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

2. Lingkup Penyelenggaraan Pemenuhan dan Perlindungan Hak Anak

(23)

Termasuk juga mengoptimalkan berbagai kegiatan program pemenuhan hak hak dasar anak. Yang terakhir adalah mencegah atau menindak pihak-pihak yang mengganggu atau menghalangi anak dalam mendapatkan atau menikmati hak-hak asasinya yang lain.

3 Prinsip Pemandu Penyelenggaraan Pemenuhan dan Perlindungan Hak Anak Penyelenggaraan pemenuhan dan perlindungan hak anak dilandasi pemikiran bahwa masa anak adalah masa pembelajaran dan pembentukan menuju kematangan atau pencapaian status dewasa, dan bahwa setiap pengalaman dan perlakuan yang terjadi akan mempengaruhi proses tersebut. Oleh karena itu, untuk melindungi kualitas proses tersebut, maka empat prinsip pemandu sebagaimana dinyatakan dalam Konvensi Hak Anak harus menjadi bagian dari setiap upaya Penyelenggaraan Pemenuhan dan Perlindungan Hak Anak dan perlu dituangkan secara jelas arti tiap prinsip dan kaitan antara tiap prinsip dengan isu hak anak lainnya sesuai logika konvensi.

a. Prinsip Kepentingan terbaik untuk anak.

Yang berarti bahwa setiap keputusan yang diambil dan berhubungan dengan anak harus sebuah keputusan yang terbaik untuknya. Keputusan tersebut harus dipertimbangkan dengan jelas demi kepentingan anak. Ini berlaku dalam pembuatan kebijakan pemerintah ( langkah-langkah legislasi, administrative atau program ), dan perlu mendapat perhatian khusus dalam setiap keputusan yang berdampak pada pemisahan anak dari pengasuhan orangtua/keluarga, ketika pemerintah menjalankan kewajiban membantu keluarga yang tidak mampu dalam mengasuh/melindungi anak, pelaksanaan adopsi, pelaksanaan peradilan anak, atau dalam penanganan pengungsi anak.

b. Prinsip Pemenuhan Hak Hidup, Tumbuh-kembang, dan Kelangsungan Hidup Anak

(24)

mengakibatkan terganggunya atau terhalanginya perkembangan seluruh aspek atau salah satu aspek tumbuh-kembang anak.

c. Prinsip Non-diskriminatif

Yang berarti bahwa pemandu tidak boleh membedakan semua anak. Setiap keputusan yang diambil oleh pemandu tidak boleh membeda-bedakan latar belakang, jenis kelamin anak, kecacatan, atau perbedaan kondisi fisik dan mental anak. Pemandu juga tidak boleh bersifat diskriminatif terhadap perbedaan agama, etnisitas, kebangsaan, kemampuan ekonomi, kelas sosial, atau pandangan politis anak dan orangtua. Termasuk juga perlakuan diskriminatif akibat pandangan salah dan stigmatisasi yang berkembang di masyarakat untuk anak-anak yang berada dalam situasi khusus seperti korban kekerasan, eksploitasi seksual, berkonflik dengan hukum, terinfeksi HIV/AIDs, dll. Karena dasarnya, setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mengakses pemenuhan hak-haknya.

d. Prinsip Menghargai Pendapat Anak

Yang berarti bahwa pemandu harus menghargai semua pendapat anak. Setiap keputusan yang diambil atau tindakan yang diambil sedapat mungkin disertai dengan pertimbangan atau pendapat dari anak sesuai dengan tingkat kematangan usianya. Anak adalah aktor penting dalam penyelenggaraan perlindungan anak, sehingga perlu dikembangkan upaya untuk membangun faktor pelindung pada diri anak, sehingga mampu mencegah atau menghindarkannya dari situasi pelanggaran terhadap hak-haknya.

4. Bentuk Bentuk Masalah Pemenuhan dan Perlindungan Hak Anak di kota Malang Masalah masalah permenuhan dan perlindungan hak anak yang ada di Kota Malang yang telah teridentifikasi atau diantisipasi kemunculannya terutama adalah : a. Penelantaran dan pengabaian pemenuhan hak anak. Perlakuan penelantaran ini

(25)

b. Eksploitasi terhadap anak. Dimana anak dipekerjakan atau dimanfaatkan dengan cara atau dalam situasi yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak. Pengertian lainnya adalah pembatasan atau penhilangan kesempatan anak mengakses hak-hak dan yang beresiko mengganggu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara perkembangan fisik,mental dan moral. Contohnya adalah seperti anak yang dipaksa bekerja dijalan sebagai pengamen, pengemis, anak yang dipekerjakan dalam rumah tangga sebagai pembantu, anak yang dilibatkan dalam usaha pelayanan seksual, dan lain lain.

c. Kekerasan dan perilaku salah lainnya terhadap anak. Kekerasan terhadap anak diyakini mengancam keselamatann. Kesehatan, serta perkembangan fisik, mental dan moral anak anak yang berada dalam pengasuhan diluar lingkungan rumahnya dan orangtua atau keluarga. Seperti tawuran anak dengan sekolah anak lainnya, kekerasan seksual, kekerasan anak saat dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga, dan lainnya.

5. Upaya Penanganan

(26)

Dalam masalah eksploitasi terhadap anak , pemerintah kota Malang melakukan upaya dalam memastikan pemerintah dan masyarakat kota Malang dalam melakukan intervensi awal atau deteksi dini, yaitu segera memberikan perlindungan terhadap anak yang berada dalam situasi beresiko mengalami berbagai bentuk tindakan eksploitasi dan bentuk tindakan salah lainnya. Upaya juga dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan anak itu sendiri dalam menciptakan lingkungan yang protektif bagi anak.

Solusi untuk penelantaran dan pengabaian hak anak dapat dilakukan dengan pengembangan sumber daya manusia. Melakukan program kejar paket A dan B untuk anak putus sekolah juga dijalankan dengan Dinas Pendidikan Luar Sekolah. Tujuannya adalah untuk memberikan keterampilan untuk masa depannya. Dilakukan juga program bimbingan dan penyantunan anak terlantar. Keterampilan diberikan tergantung pada minat masing masing anak. Kemudian memberikan keterampilan bagi anak-anak dari keluarga pra-sejahtera berupa pemberian modal usaha (lahan dan barang).

C. Ketentuan Sanksi

Ketentuan sanksi sendiri mengatur tentang sanksi pidana dan sanksi administratif. Sanksi pidana mengacu pada perundangan yang relevan, sedangkan sanksi administratif mengatur mengenai bentuk sanksi dan lembaga yang menjamin pelaksanaan sanksi. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak memberikan sanksi hukum terhadap pelaku kekerasan saknsi pidana 15 tahun terhadap pelaku kekerasan anak, tetapi tidak ada hukuman minimal. Sanksi maksimal juga tidak pernah tercapai. Sebagai sanksi seseorang yang tidak melakukan pemenuhan dan perlindungan hak anak akan dijatuhi sanksi yang tepat dan sesuai untuk kepentingan yang terbaik bagi anak merujuk pada Undang Undang perlindungan Anak Pasal 64. Pemerintah kota juga mengembangkan mekanisme positif atau pemberian penghargaan untuk tujuan penguatan perilaku atau percepatan perbaikan layanan di lingkungan kelembagaan yang ada.

D. Ketentuan Peralihan

(27)

anak dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam peraturan daerah ini.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kota Malang merupakan kota yang sedang mengalami perkembangan yang pesat. Dengan semakin berkembangnya kota, masalah - masalah sosial juga ikut berkembang. Masalah-masalah tersebut berdampak terhadap kehidupan anak di kota Malang. Data – data menyatakan bahwa kasus masalah anak di kota Malang semakin hari semakin meningkat secara kuantitas maupun kualitas. Maka sangat perlu untuk diadakan sebuah perlindungan hak untuk anak. Pemenuhan dan perlindungan hak anak sudah menjadi dan diakui sebagai hak asasi manusia di Indonesia mulai dari diratifikasinya KHA oleh pemerintah Indonesia. Untuk pelaksanaannya tersebut, maka pemerintah Indonesia melalui SKPD KPP mengambil peran dalam koordinasi dan advokasi pelaksanaannya di tingkat nasional dan daerah, sesuai dengan tugas dan fungsinya. Malang.

Oleh karena itu, pemerintah kota Malang mempunyai dasar untuk membuat suatu peraturan daerah untuk melindungi hak anak.Peraturan tersebut disusun sebagai suatu acuan normatif yang dapat menjadi panduan dalam mengintegrasikan seluruh sumber daya pemerintah dan masyarakat sehingga penyelenggaraan perlindungan anak di kota Bandung dapat segera beralih dari cara-cara yang responsif, sporadis, diskontinu, dan fragmental menjadi cara-cara yang lebih sistemik yang memberikan bobot besar pada upaya pencegahan dan layanan integratif.

B. Saran

(28)

Referensi

Dokumen terkait

support, perusahaan harus mendapatkan informasi yang tepat tetang customer dan CRS harus ditraining dengan baik dalam melakukan dialog cross-selling agar dia dapat.

Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa dapat menjelaskan kelainan kulit dan hubungannya perawatan kulit dan kesehatan Jumlah Pertemuan : 1 (satu) kali pertemuan.

membentuk simbilisme yang diproduksi dari gagasan modem. Demikian pula perkembangan sosiologi belakangan telah dipengaruhi fenomenatersebutdi atas. Bila dianalisa tidak hanya

kesehatan, oleh sebab itu masyarakat sendirilah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut masyarakat sendirilah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan pendampingan/bimbingan

Setiap anggota DPRD mempunyai hak mengajukan rancangan peraturan daerah yang disampaikan kepada Pimpinan DPRD dalam bentuk rancangan peraturan daerah disertai

"Terwujudnya Kabupaten Selayar sebagai Destinasi Pariwisata Bahari Andalan Nasional". Untuk mewujudkan visi tersebut, diperlukan ketersediaan usaha pariwisata yang

Maksud penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Perindustrian adalah memberikan justifikasi ilmiah dan pemahaman diperlukan Peraturan

Surat Edaran Menteri Hukum dan HAM termasuk termasuk naskah akademik, rancangan awal s/d rancangan akhir dan telaah hukumb. Rancangan Peraturan Pemerintah termasuk naskah