• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Karbon Aktif Terhadap Pemurnian Gliserin Berdasarkan Metode Analisa Uji Tollens, Uji Benedict Dan Lonza Di Pt.Ecogreen Oleochemicals Medan Plant

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Karbon Aktif Terhadap Pemurnian Gliserin Berdasarkan Metode Analisa Uji Tollens, Uji Benedict Dan Lonza Di Pt.Ecogreen Oleochemicals Medan Plant"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KARBON AKTIF

Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan umumnya diperoleh dari

hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon (C).

Umumnya arang mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan

daya adsorbsi tersebut dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang aktif

menggunakan uap atau bahan kimia. Sumber lain dari arang berasal dari bahan

nabati atau hewani antara lain serbuk gergaji, ampas tebu, tempurung, tongkol

jagung, dan tulang.

Pada umumnya pengarangan dilakukan pada suhu 300-500 oC. Suhu

pengarangan pada ruangan tanpa udara dilakukan pada suhu 600-700 oC. Pada

proses pengarangan akan terjadi penguapan air disusul dengan pelepasan gas CO2

dan selanjutnya terjadi peristiwa eksotermis yang merupakan tahap permulaan

proses pengarangan. Pengarangan dianggap sempurna jika asap tidak terbentuk

lagi, dan arang yang bermutu baik adalah arang yang mengandung kadar karbon

tinggi.

Arang aktif (activated carbon) : aktivasi karbon bertujuan untuk

memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup,

sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat warna. Pori-pori dalam

arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan zat organik lainnya yang terdiri dari

fixed carbon, abu, air, persenyawaan yang mengandung nitrogen dan sulfur.

(2)

sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca3(PO)4 , NaOH, Na2SO4, SO2 , ZnCl2 , Na2CO3 dan

uap air pada suhu tinggi.

Unsur-unsur mineral dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan

meresap kedalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh

komponen kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar.

Persenyawaan hidrokarbon yang menutupi pori-pori yang dapat dihilangkan

dengan cara oksidasi menggunakan oksidator lemah seperti CO2 yang disertai

dengan uap air. Dengan cara tersebut atom karbon tidak mengalami proses

oksidasi.

Mutu arang aktif yang diperoleh tergantung dari luas permukaan partikel,

ukuran partikel, volume dan luas penampung kapiler, sifat kimia permukaan

arang, sifat arang secara alamiah, jenis bahan pengaktif yang digunakan dan kadar

air.

Daya adsorbsi arang aktif disebabkan karena arang mempunyai pori-pori

dalam jumlah besar, dan adsorbsi akan terjadi karena adanya perbedaan energi

potensial antara permukaan arang dan zat yang diserap.

Keuntungan penggunaan arang aktif sebagai bahan pemucat minyak ialah

karena lebih efektif untuk menyerap warna , sehinga arang aktif dapat digunakan

dalam jumlah kecil. Arang yang digunakan sebagai bahan pemucat biasanya

berjumlah kurang 0.1-0.2 persen dari berat minyak.

Arang aktif dapat juga menyerap sebagian bau yang tidak dikehendaki dan

(3)

Keburukannya adalah karena minyak yang tertinggal dalam arang aktif

jumlahnya lebih besar dan proses otooksidasi terjadi lebih cepat pada minyak

yang dipucatkan dengan menggunakan arang aktif.( Ketaren, S .1986)

Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit

kelapa, dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti

perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang

memiliki permukaan dalam yang luas.

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,

dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada

suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi

kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung

karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain

digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben

(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan

ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi

dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.

Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan

kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif. Dalam satu gram karbon

aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga

sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran

0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa

saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon

(4)

aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap tertentu beberapa

jenis arang aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak jarang yang

disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi

metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu diperhatikan keterangan pada

kemasan produk tersebut.(Ketaren, S .1986)

2.2 GLYCERINE REFINING

Seksi 4 merupakan tahapan akhir pemrosesan gliserin-air. Pada seksi ini, seluruh

pengotor yang masih ada di dalam gliserin-air yang terbawa dari tahap

sebelumnya direduksi sebanyak mungkin. Pengolahan awal dan evaporasi

bertahap yang dilangsungkan di seksi 2 dan seksi 3 menghasilkan gliserin yang

masih memiliki konsentrasi air dan pengotor yang cukup tinggi yaitu sekitar 10%

massa air dan 1% massa pengotor diperlukan pemurnian gliserin dari

pengotor-pengotor tersebut sehingga diperoleh gliserin dengan konsentrasi 99,5%-massa.

Proses pemurnian gliserin ini dilakukan dengan menggunakan dua buah kolom

distilasi.

Gliserin keluaran dari seksi 3 masih mengandung sejumlah kecil fatty

acid, mono-, di-, dan trigliserida, serta berbagai pengotor yang lain. Minyak dan

fatty acid merupakan komponen yang dapat tersabunkan. Senyawa sabun

merupakan senyawa yang mempunyai titik didih tinggi dan susah didistilasi yang

akan terbuang bersama aliran Bottom distillate glycerin sebagai komponen berat.

Oleh karena itu, pemisahan pengotor terlebih dahulu dilakukan dengan

menambahkan soda kaustik (NaOH) ke dalam larutan gliserin untuk mengubah

(5)

(1) merupakan reaksi penyabunan fatty acid dan reaksi (2) merupakan reaksi

penyabunan trigliserida.

R-COOH + NaOH R-COONa + H2O

C3H5(COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3R-COONa

Sebelum gliserin diproses pada kolom distilasi, gliserin terlebih dahulu

dipanaskan di preheater dengan steam bertekanan rendah untuk mereduksi

tekanan uap gliserin. Tekanan uap direduksi agar proses destilasi lebih hemat

energy karena umpan lebih mudah menguap. Pada seksi 4 terdapat 2 buah kolom

distilasi bertipe packed column yang bekerja secara bersamaan untuk memurnikan

gliserin hingga 99,5% massa. Pada kedua buah kolom distilasi terdapat banyak

side-stream yang dialirkan ke kolom distilasi lainnya dan juga tempat keluarnya

distilat gliserin. Pada reaksi ini digunakan steam bertekanan rendah sebagai live

steam dan steam bertekanan menengah sebagai media pemanas. Produk Gliserin

yang terbentuk kemudian mengalami pemurnian lebih lanjut pada glycerine

bleaching untuk menyingkirkan berbagai pengotor ringan dan zat warna yang

masih terkandung di dalam gliserin. Zat warna dan zat pengotor lainnya

dihilangkan dengan menggunakan proses adsorpsi karbon aktif. Diagram alir

proses seksi 4 dapat dilihat pada gambar .( terlampir)

Selanjutnya akan dijabarkan mengenai deskripsi proses pada seksi 4. Gliserin

dialirkan dari tangki 10T20 menuju ke pemanas 4E1 menggunakan pompa 4G1.

Pada 4E1 terjadi pemanasan awal gliserin dengan panas bertekanan rendah

sebagai media pemanasnya. Gliserin keluaran dari 4E1 akan mengalami

perubahan temperatur dari 50°C menjadi 135°C. Larutan NaOH 50% dipompakan

(6)

fatty acid dan lemak akan tersabunkan sepanjang aliran dari 4E1 menuju ke kolom

distilasi 4D1. Pada 4D1, gliserin masuk melalui heating chamber pada bagian

bawah kolom 4D1. Heating chamber ini berlaku sebagai tempat masuk umpan

sekaligus reboiler pada kolom distilasi ini. Penguapan gliserin terjadi dengan

pemanasan hingga mencapai titik didih gliserin dalam kondisi vakum.

Kolom distilasi 4D1 memiliki pemanas ulang berupa ruang-ruang pemanasan

yang dialiri oleh panas bertekanan menengah dengan prinsip mammut system.

Aliran khusus di dalam ruang-ruang pemanas mempunyai system aliran yang

berurutan . Masing-masing kolom distilasi pada seksi ini mempunyai 4 buah

ruang pemanas.

Gliserin diuapkan pada kondisi vakum, yaitu dengan tekanan sekitar 10 mbar dan

dipisahkan dari bahan residu (senyawa sabun berberat molekul tinggi) yang tidak

dapat teruapkan. Kolom distilasi 4D1 memiliki system sirkulasi di masing-masing

ruang pemanas dengan menggunakan panas bertekanan rendah yang kontak

langsung (live steam) dengan material yang disirkulasikan. Uap gliserin pertama

melewati lapisan bahan packing (packing structure) pada bagian atas kolom 4D1.

Temperatur kolom dijaga tetap pada 160-170°C dengan mengatur laju steam

medium sebagai pemanas .

Beberapa senyawa yang tebentuk dari proses saponifikasi adalah garam-garaman

yang tidak dapat menguap saat dipanaskan di ruangan pemanas yang dikenal

dengan bottom distllate glyserin (pitch). Bottom distillate glyserin ini mengalir

menuju post distillation still 4D3 untuk menguapkan kembali gliserin yang terikut

bersamanya dengan menggunakan panas bertekanan sedang. Uap gliserin

(7)

dan ditampung pada 4F4. Bersamaan dengan distilat dari 4D1, gliserin

dipompakan dari tangki 4F4 menggunakan 4G3 menuju 2 arah yaitu ke tangki

distilat II 10T22 dan ke 4D1 sebagai aliran refluks. Sebelum dialirkan kembali ke

4D1, distilat didinginkan menggunakan Indirect Cooling Water (ICW).

Uap gliserin 90% kemudian terkondensasi dan distillat didinginkan mencapai

sekitar temperatur 110°C yang ditempatkan dibagian atas 4D2. Uap gliserin

tersebut mengalami proses kesetimbangan pada packing material. Pompa 4G2

memompa destilat yang dingin melalui pendingin 4E3 dan kembali ke lapisan

packing.

Uap gliserin yang tidak mengembun pada proses kondensasi di 4D2 lalu

diembunkan dalam bagian pengembun 4D4. Pada ruang terakhir dari chamber

pemanas, diperoleh bahan yang tidak teruapkan. Bahan ini dikeluarkan setiap

selang waktu 8 jam pada 4D3 dan distilasi dengan penambahan live steam yang

berfungsi sebagai penurunan tekanan parsial. Bahan yang tidak teruapkan dikenal

juga dengan sebutan bottom distillate glyserin (pitch) yang secara bertahap

dikeluarkan dari kolom.

Pada bagian atas kolom distilasi terjadi proses pengembunan. Proses

pengembunan ini terjadi pada bagian-bagian yang terdiri dari collector, distributor

dan packing structure. Pada bagian ini 10-15% uap gliserin terkondensasi setelah

mengalami kontak dengan refluks yang dialirkan secara kontiniu pada

temperature 130°C, yang bertemperatur relative lebih dingin dibanding uap

gliserin yang bergerak naik ke atas. Pada bagian ini terjadi kesetimbanagan antara

(8)

Kemudian distilat yang telah diembunkan mencapai sekitar temperature 150°C

dikumpulkan dibagian bawah packing 4D2 dan mengalir secara langsung ke 4D8

dan selanjutnya proses destilasi pada 4D8 dan 4D9 serupa pada 4D1 dan 4D2,

4D9 mengeluarkan destilat secara kontiniu dari proses ke 4F1. Sebagai fungsi

ketinggian level cairan di 4F1 sebagian glyserin dipompakan kembali ke kolom

distillasi berfungsi sebagai refluks dan sebagian lainnya setelah melalui 4E5

dialirkan menuju bleacher.

Sistem vakum terdiri dari 3 surface condenser yang dilengkapi dengan 5 buah

steam vacum booster. Steam vacum booster 4G15 dan 4G15-1berfungsi untuk

mempertahankan kondisi vakum dalam kolom distilasi dan menghisap uap air

keluar kolom dengan tekanan operasi sekitar 90mbar. Uap air dan propelling

steam diembunkan dalam surface condenser 4G15-2. Gas-gas yang tidak dapat

mengembun dari proses sebelumnya kemudian dihisap oleh exhauster 4G15-3 dan

ditekan keluar pada tekanan atmosfir dalam 2 tahap. Booster ejector berfungsi

untuk pengosongan plant dari kondisi atmosfir. Hot well 4F3 digunakan untuk

mengumpulkan kondensat dari live steam dan propelling steam yang terbentuk

dalam surface condenser. Kondensat tersebut mengalir secara langsung ke selokan

air buangan.

Untuk memisahkan material organic non-gliserin dari gliserin, gliserin dialirkan

ke bleacher yang menggunakan kolom bleaching berunggun diam dengan karbon

aktif dan fixed filter di dalamnya. Distilat didinginkan sampai temperature proses

bleaching yaitu sekitar 80°C menuju bleacher 4D5/6/7. Bleacher adalah kolom

(9)

Karbon aktif diisikan pada bleacher dengan cara menyemprotkan air pada water

jet booster dan dimasukkan ke dalam bleacher. Air membersihkan karbon aktif

segar. Pengeringan karbon aktif dilakukan menggunakan uap super-heated 4 bar,

200°C dan bleacher dengan carbon aktif baru siap untuk dipakai.

Proses selanjutnya pada bleacher adalah Proses Darin untuk pengosongan carbon

aktif setelah pemakaian. Pengisian gliserin dihentikan, kemudian dilanjutkan

dengan pengosongan bleacher 4D5 dengan penekanan oleh udara untuk

mengeluarkan sisa glyserin dan dibersihkan dengan air yang dialirkan pada bejana

tersebut sebagai proses sweeting of dan akhirnya carbon aktif dari bleacher

dikosongkan (E. Greenberg, 1992).

2.3 LEMAK

Yang dimaksud dengan lemak disini adalah suatu ester asam lemak dengan

gliserol. Gliserol ialah sutu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon.

Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat

mengikat satu, dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang

disebut monogliserida, digliserida atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul

gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah

HO-CH2 R1-COO- CH2 HO- CH2 R1-COO- CH2

HO-CH HO-CH R2-COO- CH R2-COO- CH

HO-CH2 HO-CH2 R3-COO- CH2 R3-COO- CH2

(10)

Suatu trigliserida R1-COOH, R2-COOH, R3-COOH ialah molekul asam

lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu boleh sama,

boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat dalam alam ialah asam palmitat,

stearat, oleat, dan linoleat. (Poedjiadi, A. 1994).

Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan

gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim

tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol dan

garam asam lemak atau sabun. Oleh sebab itu proses hidrolisis yang

menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlah mol basa yang digunakan

dalam proses penyabunan ini tergantung pada jumlah mol asam lemak. Untuk

lemak berat tertentu, jumlah mol asam lemak tergantung dari panjang rantai

karbon pada asam lemak tersebut.

Apabila rantai karbon itu pendek, maka jumlah mol asam lemak besar,

sebaliknya apabila rantai karbon itu panjang, jumlah asam lemak kecil. Jumlah

miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut

bilangan penyabunan. Jadi besar atau kecilnya bilangan penyabunan ini

tergantung pada panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat

dikatakan juga bahwa besarnya bilangan penyabunan terantung pada berat

molekul lemak tersebut. Makin kecil berat molekul lemak, makin besar bilangan

penyabunannya. Disamping oleh asam atau basa, lemak juga dapat terhidrolisis

oleh enzim. Lemak yang kita makan akan terhidrolisis oleh enzim lipase yang

terdapat dalam cairan pankreas dan proses hidrolisis ini terjadi dalam usus halus

(11)

2.4 KARBOHIDRAT

Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi,

terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk

keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini

disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul

karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu++

dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi- pereaksi tertentu. Beberapa contoh

diberikan berikut ini yaitu pereaksi benedict, pereaksi ini berupa larutan yang

mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa dapat

mereduksi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium

karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah.

Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna

endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa (Poedjiadi,

1994).

2.5 MINYAK INTI SAWIT

Inti sawit merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari

daging buah dan tempurungnya dan tempurungnya dan selanjutnya dikeringkan.

Kandungan minyak yang terkandung didalam inti sekitar 50%. Bentuk inti sawit

bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung

lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung

didalamnya (disebut minyak inti) diekstraksi dan sisanya atau bangkilnya yang

(12)

Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya

akan berwarna lebih gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada

pengolahan minyak inti sawit adalah pada waktu perebusan yaitu sekitar 130oC.

Suhu kerja maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak

inti yang berubah warna. Brondolan buah yang lebih tipis daging buahnya atau

lebih tipis cangkangnya adalah lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut.

Tabel 2.1 Sifat Fisik Minyak Inti Sawit

Sifat fisik Range

Berat jenis pada 99/15,5oC 0,860 – 0,873

Indeks refraksi pada 40oC 1,449 – 1,452

Bilangan Iodium 14 – 22

Bilangan penyabunan 245 - 255

Zat tak tersabunkan % Tak lebih 0,8

Titik lebur, oC 24 oC -26 oC

Titik padat, oC 20 oC - 26 oC

Pada umumnya jika tandan dibiarkan 45-60 menit saja pada tekanan uap

jenuh 2,5 kg/cm2 dalam rebusan, hanya sedikit inti sawit yang mengalami

perubahan warna, minyaknya akan berubah kuning muda. Dalam hal warnanya

cokelat tua atau lebih gelap minyaknya akan sukar atau tidak dapat dipucatkan.

Demikian juga minyak dari inti sawit yang berasal dari inti yang kurang kering

atau dari inti yang disimpan basah. (Mangoensoekarjo,2003)

Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non protein. Bagian yang

disebut protein yang tak dapat diekstrak yang mengandung sejumlah sukrosa, gula

preduksi dan pati, tapi dalam beberapa cotoh tidak mengandung pati. Komposisi

(13)

Tabel 2.2 Komposisi Biji Inti sawit

Komponen Jumlah

Minyak 47-52

Air 6-8

Protein 7,5-9,0

Nitrogen yang tidak diekstrak 23-24

Selulosa 5

Abu 2

(Ketaren,1986)

Minyak inti sawit dapat dihasilkan dari inti sawit yang dinamakan minyak

inti sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil sampingnya adalah bungkil inti

kelapa sawit (Palm Kernel Meal atau Pellet). Bangkil inti sawit adalah inti kelpa

sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet

adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil yang berbentuk bulat panjang dengan

diameter kurang lebih 8 mm (Ketaren,1986).

Minyak inti sawit atau palm Kernel Oil (PKO) adalah berupa minyak putih

kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa

sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5%. Minyak inti sawit yang baik berkadar

asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah

dipucatkan. Bungkil inti sawit yang diinginkan berwarna relatif terang dan nilai

gizi tidak berubah (http://seafast.ipb.ac.id).

2.6 ASAM LEMAK

Asam lemak merupakan suatu asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis

suatu lemak atau minyak, umumnya mempuntai rantai hidrokarbon panjang dan

tidak bercabang. Asam lemak yang paling tersebar merata dalam alam, yaitu asam

(14)

ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati, minyak-minyak

ini disebut poliunsaturat (Fessenden,1986).

Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan

menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh hanya

memiliki ikatan tunggal diantara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya :

asam kaprilat, asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat, dan asam

stearat. Sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda

diantara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya asam oleat, asam linoleat dan

asam linolenat. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) dari

pada asam lemak tak jenuh

kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen daging buah/sabut

(perikarp) dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam

daging buah/sabut sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi

padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

(http://id.wikipedia.org/wiki/asam lemak).

Tabel 2.3. Komposisi asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit.

Asam lemak Minyak kelapa sawit

(%)

Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam

minyak dari jenis tenera lebih 500-700 ppm, kandungan tekoferol bervariasi dan

(15)

Hanya sedikit asam lemak bebas terdapat secara alami. Asam lemak

dijumpai pada lipida-lipida yang telah disebutkan terdahulu baik melalui ikatan-

ikatan ester maupun ikatan amida yang terbentuk didalam metabolisme lemak.

Asam lemak kebanyakan diperoleh melalui hidrolisis lemak yang :

a. Merupakan asam monokarboksilat yang mengandung grup karboksil yang

dapat berionisasi dan non polar, berantai atom C lurus dan siklik

b. Umum nya terbentuk dari atom C yang genap ( walaupun secara alami ada

juga yang beratom C ganjil)

c. Dapat jernih atau tidak jenuh (mengandung ikatan rangkap)

2.6.1 Asam Lemak Jenuh

Asam lemak jenuh mempunyai rumus umum CnH2+1 , COOH yang dimulai dari

asam lemak beratom C2 (asam asetat) seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4 Asam-asam Lemak Jenuh

Rumus Molekul (CnH2nO2)

Rumus Struktur (CnH2n+1)COOH

Nama Umum Nama Sistematik

C2H4O2 CH3COOH Asam Asetat -

Jumlah atom C berhubungan erat dengan titik didih dan titik cair suatu

lemak. Semakin banyak jumlah atom C atau semakin panjang rantai atom asam

(16)

Asam lemak dengan jumlah atom C>10 pada suhu kamar berada dalam

bentuk padat. Secara alami, asam lemak yang terbanyak adalah asam lemak yang

beratom C<14 dan lebih besar dari 19 terbentuk dalam jumlah sedikit.

2.6.2 Asam Lemak Tidak Jenuh

Tata nama sistematik pada asam lemak jenuh yang diberikan dengan

menggunakan akhiran enoat untuk asam lemak dengan satu ikatan rangkap,

akhiran dienoat untuk asam lemak dengan dua ikatan rangkap, akhiran trienoat

untuk asam lemak dengan tiga ikatan rangkap dan akhiran tetraenoat untuk asam

lemak dengan empat ikatan rangkap. Ketidak jenuhan asam lemak, sangat

mempengaruhi sifat lemak/asam lemak. Umumnya dengan sedemikian banyak

ikatan rangkap pada suatu asam lemak titik cair akan menjadi semakin rendah dan

daya larut didalam pelarut non polar semakin tinggi. Umumnya semua asam

lemak tidak jenuh pada suhu kamar berada dalam bentuk cair.

Asam lemak tidak jenuh yang umum di dapat di alam adalah asam lemak

tidak jenuh yang mempunyai satu ikatan rangkap dengan rumus CnH2n-1, dua

ikatan rangkap dengan rumus CnH2n-7, seperti yang terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4 Asam-asam Lemak tidak Jenuh

Rumus Molekul Rumus Struktur Nama Umum Nama Sistematik

(17)

C18H30O2 C17H29COOH Eleostearat 9,11,13

oktadekatrienoat

C20H32O2 C19H31COOH Arakidonat 5,8,11,14

eikosatetraenoat

C24H46O2 C23H45COOH Nervonat

Cis-15-tetrakosenoat

Asam lemak tidak jenuh dengan rumus molekul yang sama seperti oleat

dengan elaidat adalah merupakan isomer cis dan trans dari 9 oktadesenoat.

Lemak netral adalah salah satu lipida yang terbanyak di alam. Secara

struktur kimia, lemak adalah dari asam- asam lemak dengan trihidroksialkohol

(gliserol). Satu, dua atau tiga gugus hidroksil dari gliserol tersebut dapat

diesterkan dengan asam lemak dan membentuk mono, di dan trigliserida.

Trigliserida atau triacylgliserol atau dengan nama umum lemak netral, adalah

senyawa lemak yang paling banyak terdapat di alam. (Naibaho, P.M., 1996)

2.7 ASAM LEMAK BEBAS

Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidroiklisis lemak. Asam

lemak bebas dalam konsentrasi tinggi dalam minyak sawit dapat merugikan.

Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun, untuk

itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terfbentuknya asam lemak bebas dalam

minyak sawit.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam lemak

bebas yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:

a. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

b. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah

(18)

d. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.

Kenaikan kasar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai

tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa

pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah glisrol dan ALB. Reaksi

ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis.

Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyakkadar ALB yang

terbentuk (Tim penulis,1997).

O O

CH2-O- C-RI CH2-OH R1-C-OH

O 52 BAR O

CH –O- C- R2 + 3H2O CH –OH + R2-C-OH

260oC

O O

CH2-O-C-R3 CH2-OH R3-C-OH

Trigliserida Air Gliserida ALB

Gambar 2.1 reaksi glikolisis,trigliserida

Minyak inti sawit juga dapat mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah

terjadi pada inti pecah dan inti berjamur. Faktor yang menentukan pada

peningkatan kadar ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses

pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar

inti pecah. Inti sawit yang basah akan menjadi tempat biakan bagi

(19)

Dalam keadaan normal kadar ALB permulaan minyak inti sawit tidak lebih

dari 0,5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari 1%. Dengan

demikian kenaikan kadar ALB selama dan akibat pengolahannya hanya 0,5%.

Jadi pembentukkan ALB lebih banyak terjadi pada penimbunan, yaitu jika tempat

penimbunannya lembab.(Mangoensoekarjo,2003).

2.8 Gliserin

Gliserin yang diperoleh pada proses hidrolisa (splitting) dapat dimurnikan (diatas

95%) dengan cara penguapan berganda (multiple effect evaporation) dan

dilanjutkan dengan destilasi. Penggunaan gliserin mula-mula sekali adalah pada

industri kosmetik yang berfungsi sebagain pelembab kulit agar tetap segar. Selain

itu dapat dipakai juga sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan dalam

pembuatan shampo, obat kumur-kumur dan pasta gigi. Gliserin juga digunakan

sebagai hemactan pada industri rokok, permen karet, minyak pelincir, zat alkit,

selofan adesif, plester dan sabun.

Gliserol, gliserin, atau 1,2,3- propanatriol adalah adalah alkohol jenuh

bervalensi tiga, alkohol primer atau alkohol sekunder. Pada suhu kamar, berupa

zat cair yang tidak berwarna, kental,netral terhadap lakmus, dan rasanya manis.

Dalam keadaan murni, mempunyai sifat higroskopis. Dapat bercampur dengan air,

tetapi tidak larut dalam karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, karbon

(20)

H2C - CH - CH2 H

KHSO4

HO OH OH 210°C H2C = CH – C = O + 2H2O

gliserol akroleina

Dehidrasi gliserol dapat terjadi karena penambahan kalium hidrogen sulfat

pada suhu tinggi hasil dehidrasi berupa aldehida alifatik tak jenuh yang

mempunyai aroma khas yang disebut akroleina atau propenal. Reaksi ini sering

digunakan untuk mengidentifikasi gliserol, meskipun tidak spesifik.

Gliserol dapat mencegah terbentuknya endapan pada reaksi antara tembaga

sulfat encer dan natrium hidroksida encer. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya

senyawa kompleks yang larut. Hasil pksidasi gliserol tergantung pada kekuatan

oksidator yang digunakan. Dengan oksidator lemah, akan terbentuk

gliseraldehida, sedangkan dengan oksidator kuat akan terbentuk asam glisrat.

H2C - CH - C = O H2C - CH - C = O

HO OH H HO OH OH

Gliseraldehida asam gliserat

Gliserol mempunyai banyak kegunaan, terutama sebagai bahan dasar untuk

sintesis senyawa organik lainnya. Dalam kedokteran sebagai lakansia atau

pencahar. Pada konsentrasi 25%, gliserol bekerja sebagai anti septik, selain

sebagai pelarut dan pemanis, gliserol juga digunakan sebagai pengawet vaksin

dan fermen ( Sumardjo, 2006 ).

Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak pada proses fat-split. Di

(21)

sintetis. Kurang lebih 10 % gliserin yang dapat dihasilkan pada proses fat-split

dari sejumlah CPO yang diolah. Gliserin tersebut dapat dimurnikan ( lebih dari

95%) dengan cara penguapan berganda, dilanjutkan dengan destilasi dan

deionisasi.

Gliserin terutama digunakan dalam industri kosmetika, antara lain sebagai

bahan pelarut dan pengatur kekentalan shampoo, pomade, obat kumur, dan pasta

gigi. Selain itu, gliserin berfungsi sebagai hemaktan pada industri rokok, permen

karet, minyak pelincir, cat, adesif, plester, dan sabun.

Dibandingkan minyak kelapa, penggunaan minyak inti sawit sebagai bahan

baku dalam industri sabun dan kosmetika lebih mempunyai keunggulan karena

mengandung vitamin E yang bersifat antioksidan dan melindungi kulit dari

oksidasi. Penggunaan minyak yang bertitik leleh tinggi dalam pembuatan

kosmetika dapat digantikan oleh minyak sawit yang berupa fraksi stearin.

Penggantian ini, dilihat dari kualitas produk yang dibuat sifatnya lebih berperan

sebagai anti-kanker dan anti-oksidasi pada kulit.

Alternatif pemakaian minyak sawit dalam pembuatan pomade (minyak

rambut) dapat lebih dikembangkan karena sifatnya yang semi mengering dan

dapat dicampur dengan minyak lain. Dengan kondisi demikian, maka produk

tersebut memiliki kemampuan untuk mempertahankan kerapian rambut (Tim

penulis, 2000).

2.9 Uji Benedict

Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat dan

(22)

yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natriumkarbonat dan

natriumsitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang

terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna endapan ini

tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi benedict lebih

banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine dari pada pereaksi

fehling karena beberapa alasan. Apabila dalam urine terdapat asam urat atau

kreatinin, kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi benedict. Disamping itu

pereaksi benedict lebih peka dari pada pereaksi fehling. Penggunaan pereaksi

benedict juga lebih mudah karena hanya terdiri atas satu macam larutan,

Gambar

Tabel 2.1 Sifat Fisik Minyak Inti Sawit
Tabel 2.2 Komposisi Biji Inti sawit
Tabel 2.3. Komposisi asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit.
Tabel 2.4 Asam-asam Lemak Jenuh
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Teknis Pelaksana Entry

Tujuan dari gerakan ini adalah: untuk cetakan seorang sarjana yang (1) ahli dalam ilmu pengetahuan modern, (2) ahli dalam harta ilmu pengetahuan Islam, (3) memahami relevansi

harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja... langsung, dan biaya overhead

[r]

Untuk itu saudara diwajibkan membawa data-data perusahan yang asli serta 1(satu) rangkap dokumen penawaran yang suda di jilid sesuai dokumen yang suda di aplot untuk

El resultado arrojado por el Modelo 1, que es- tablece la incidencia de manera conjunta del total de estrategias identificadas por los niños como utilizadas por sus padres

Sebab, di saat para politisi sibuk berkampanye diri, para tokoh bangsa berlomba-lomba menjadi calon presiden, banyak aparat keamanan menjadi beking judi, para agamawan sibuk