BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh
masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat Indonesia yang pada saat itu sangat dekat dengan alam bebas. Pada
periode 1940-an, masyarakat mulai mengenal ayam lain selain ayam liar. Pada
saat itu masyarakat mulai membedakan antara ayam orang Belanda dengan ayam
liar Indonesia. Ayam liar Indonesia tersebut kemudian diberi nama ayam
kampong sedangkan ayam orang Belanda dikenal dengan sebutan ayam negeri.
Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi
ayam. Pada saat itu, sifat ayam dipandang sebagai ayam kampung saja. Ayam
yang pertama kali masuk dan mulai diternakan pada periode ini adalah ayam ras
petelur white leghorn yang kurus dan umumnya diternakan setelah masa
produktifnya (Rasyaf, 2001).
Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang dikenal bernilai gizi
tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia seperti asam-asam amino yang lengkap dan seimbang, vitamin serta
mempunyai daya cerna yang tinggi. Telur ayam mengandung protein 12,8%, telur
bebek 13,1%. Selain itu telur mengandung aneka vitamin seperti vitamin A, B, D,
E, dan K. Telur juga mengandung sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor,
Tabel 3. Komposisi Zat Gizi Telur dalam 100 gram
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI dalam Haryoto, 1996
Menurut Haryoto (1996), struktur sebuah telur terdiri atas sel hidup yang
dikelilingi oleh kuning telur sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua
komponen itu dikelilingi oleh putih telur yang mempunyai kandungan air tinggi,
bersifat elastis dan dapat mengabsorbsi goncangan yang mungkin terjadi pada
telur tersebut. Ketiga komponen tersebut merupakan bagian dalam dari telur yang
dilindungi oleh kulit telur yang berfungsi untuk mengurangi kerusakan fisik dan
biologis.
Peternak khususnya peternak ayam ras di Indonesia, mempunyai posisi yang
cukup rawan dalam pencaturan bisnis unggas yang secara statistik sangat pesat.
Hal penting yang harus dibahas tentu saja langkah yang perlu diambil agar posisi
rawan itu dapat berubah menjadi posisi strategis yang menguntungkan. Untuk
menuju ke posisi tersebut, perlu diketahui permasalahan yang dihadapi peternak
ayam Indonesia. Menurut Suharno B. (1999), permasalahan tersebut yaitu :
1). Permintaan fluktuatif
Berbeda dengan masyarakat di negara maju yang menggunakan komoditas
mengkonsumsi daging dan telur ayam masih dianggap sebagai makanan mewah
dan mahal. Masyarakat mengkonsumsinya di saat-saat tertentu seperti lebaran,
tahun baru dan bulan-bulan tertentu. Keadaaan tersebut sangat menyulitkan
program produksi ayam. Para peternak mencoba melakukan program peningkatan
produksi jika lebaran tiba. Namun, kesulitan jika usai lebaran permintaan
langsung anjlok, sedangkan produksi tidak dapat diberhentikan karena barang
hidup. Harga pun langsung merosot tajam.
2). Pasarnya masih tradisional
Jika permintaan terhadap komoditas ayam benar fluaktuatif seperti yang disebut di
atas, maka logikanya pasokan ayam diatur dengan menggunakan teknologi
penyimpanan. Dengan cara ini, permintaan daging dan telur ayam dapat
diramalkan jumlahnya untuk waktu setahun. Dengan produksi ayam stabil,
sementara permintaan fluktuatif, pasokan ayam ke konsumen dapat diatur sesuai
dengan irama permintaan konsumen. Jadi, untuk kondisi tersebut, teknologi
pascapanen harus dikembangkan. Namun, kenyataannya pasar ayam Indonesia
masih bersifat tradisional. Kondisi ini menyebabkan masalah fluktuasi makin
menjadi-jadi dialami oleh peternak. Fluktuasi ini juga akan selalu terjadi
berulang-ulang setiap tahun.
3). Konsumen belum tahu persis tentang ayam
Ketidaktahuan konsumen secara pasti tentang ayam menjadi satu masalah yang
cukup merepotkan. Di beberapa media massa pernah terjadi pemberitaan
karena masyarakat lebih percaya pada media massa maka konsumen dapat selalu
mencurigai baik buruknya daging ayam.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Penawaran (Supply)
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat
hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan
para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual
untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula
keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu
barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah
barang tersebut yang ditawarkan (Sukirno, 2003).
Pergeseran kurva penawaran dari kurva S0 ke S1 merupakan pergeserankurva
penawaran, menunjukkan adanya pertambahan dalam jumlah suatu barang yang
ditawarkan (Nuraini, 2006).
Menurut Kadariah (1994), kurva penawaran menanjak ke atas, yang
menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga.
Yang dimaksud dengan penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran,
melainkan seluruh kurva penawaran, ialah hubungan yang lengkap (seluruh
hubungan) antara penjualan yang diinginkan dengan harga-harga alternatif yang
mungkin terjadi dari komoditi yang bersangkutan. Penawaran (supply)
menunjukkan seluruh hubungan antara jumlah seluruh komoditi yang ditawarkan
dan harga komoditi tersebut, dimana variabel-variabel lain dianggap tetap. Satu
titik pada kurva penawaran menggambarkan jumlah yang ditawarkan (the quantity
supplied) pada harga tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu :
1). Harga barang itu sendiri
Menurut Djojodipuro (1991), untuk mengembangkan teori tentang penentuan
harga suatu komoditi, perlu dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan
dari setiap komoditi dan harga komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar
menjelaskan bahwa makin tinggi harga suatu komoditi, makin banyak jumlah
barang yang ditawarkan. Sebabnya ialah karena keuntungan yang dapat diperoleh
dari produksi suatu komoditi akan naik jika harga tersebut naik, demikian juga
Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya
terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Kuantitas akan meningkat ketika
harganya meningkat dan kuantitas yang diminta menurun ketika harganya
menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan positif
dengan harga (Djojodipuro, 1991).
2). Harga barang lain
Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah
barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran.Jika ada
produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka konsumen akan
ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga terjadi penurunan
permintaan, akhirnya penawaran pun dikurangi.
3) Biaya produksi
Biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi,
seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk
bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi meningkat,
maka harga barang-barang diproduksi akan tinggi. Akibatnya produsen akan
menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan
karena produsen tidak mau rugi. Sebaliknya jika biaya produksi turun, maka
produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga
akan meningkat.
4). Jumlah produksi
Jumlah telur yang tersedia yang diperoleh pedagang dari pemasok sangat
maka harga akan turun dan sebaliknya ketika jumlah telur yang tersedia sedikit
maka harga akan naik.
5). Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang
ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen
dalam menghasilkan barang dan jasa. Selain itu dengan menggunakan
mesin-mesin modern akan menurunkan biaya produksi dan akan memudahkan produsen
untuk menjual barang dengan jumlah yang banyak.
6) Perkiraan harga dimasa depan
Perkiraan harga di masa datang sangat memengaruhi besar kecilnya jumlah
penawaran. Jika perusahaan memperkirakan harga barang dan jasa naik,
sedangkan penghasilan masyarakat tetap, maka perusahaan akan menurunkan
jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya pada saat krisis ekonomi,
harga-harga barang dan jasa naik, sementara penghasilan relatif tetap. Akibatnya
perusahaan akan mengurangi jumlah produksi barang dan jasa, karena takut tidak
laku.
Bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana yang menjelaskan
hubungan antara tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran adalah:
S = f (Px, Py, Pi, N, T, Hpro)
Dimana :
S = Penawaran komoditas
Px = Harga barang itu sendiri
Pi = Biaya produksi
N = Jumlah Produksi
T = Kemajuan teknologi
Hpro = Perkiraan harga dimasa depan
2.2.2 Permintaan (Demand)
Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa
yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode
waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain
harga barang yang di beli, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan, selera dan
lain-lain (Arsyad, 2000).
Suatu barang dihasilkan oleh produsen karena dibutuhkan oleh konsumen dan
karena konsumen bersedian membeli. Konsumen mau membeli barang-barang
yang mereka perlukan itu bila harganya “sesuai” dengan keinginan mereka dan
bila barang tersebut berguna bagi mereka (Sugiarto dkk, 2000).
Menurut Hanafie (2010), kurva permintaan bergerak turun dari kiri atas ke kanan
bawah (menurut kebiasaan internasional, harga diukur pada sumbu tegak P dan
jumlah diukur pada sumbu horizontal Q). Kurva permintaan pasar diperoleh dari
penjumlahna berbagai jumlah yang mau dibeli oleh sekian banyak konsumen pada
masyarakat pada tingkat tertentu.
Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan
harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap. Kurva ini memiliki lereng
(slope) yang negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta (the quantity
Hukum permintaan menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin
banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi selera harga
suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sifat
hubungan seperti itu disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para
pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap
barang yang mengalami kenaikan harga. Suatu barang dinamakan barang
pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain
tersebut (Sukirno, 2003).
Adapun variabel-variabel yang menentukan jumlah komoditi yang diinginkan
oleh rumah tangga adalah : harga barang bersangkutan, pendapatan rata-rata
rumah tangga, jumlah penduduk, harga-harga komoditi yang ada hubungannya
dengan komoditi tersebut. Untuk mengerti pengaruh masing-masing variabel
tersebut diatas, semua variabel dianggap tetap (Djojodipuro, 1991).
Permintaan seseorang terhadap suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor,
seperti :
1). Harga barang itu sendiri
Menurut Sagiarto dkk (2000), dalam teori ekonomi dianggap bahwa permintaan
suatu barang terutama dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri dengan asumsi
bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus. Secara
umum bila harga suatu barang tinggi, hanya sedikit orang yang mau dan mampu
membelinya. Sebaliknya jika harga barang tersebut diturunkan, lebih banyak
orang yang mau dan mampu membelinya sehingga jumlah barang yang dibeli
2). Harga komoditi lain (barang substitusi)
Menurut Sukirno (2003), Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi
oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang subtitusi maupun
terhadap harga barang komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang
subtitusi dan komplementer ini dikarenakan permintaan suatu barang memiliki
kaitan dan pengaruh yang langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
mempengaruhi atas suatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan
masing-masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi kegunaan, dan
juga saling melengkapi. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan
dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut
mengalami kenaikan.
Menurut Rasyaf (1991), antara telur ayam ras dengan itik komersil ada tingkat
subtitusinya, bila telur ayam naik, konsumen akan beralih ke telur itik komersil
yang memang mirip dengan telur ayam ras, perbedaannya hanya pada kulitnya
yang “kebiruan”.
3). Tingkat pendapatan perkapita
Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan
selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis barang. Pendapatan
yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk
dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan sedikit uang untuk
terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut
dinamakan barang normal (normal goods) (Sukirno, 2003) .
4).Jumlah tanggungan/penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan
kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang
tersebut. Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan.
Pertambahan jumlah tanggungan/penduduk tidak akan dengan sendirinya
menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertumbuhan jumlah
tanggungan/penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja.
Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini
menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan
menambah permintaan (Sukirno, 2003).
5). Cita rasa
Perubahan cita rasa masyarakat mempengaruhi permintaan. Bila selera konsumen
akan suatu barang meningkat, permintaan akan barang tersebut akan meningkat.
Sebaliknya bila selera konsumen berkurang, permintaan kan barang tersebut
menurun (Sugiarto dkk, 2000).
Menurut Setiawan (2006), selera berpengaruh besar terhadap keinginan untuk
membeli. Naiknya intensitas keinginan seseorang terhadap suatu barng pada
umumnya menyebabkan naiknya jumlah permintaan terhadap barang tersebut,.
Apabila selera konsumen berubah, permintaan kan suatu barang juga akan
6). Kualitas Komoditas
Menurut Rahim dan Diah (2008), kualitas komoditas yang bagus akan
meningkatkan permintaan. Semakin tinggi komoditas suatu barang, maka semakin
tinggi minat masyarakat.
7). Ramalan masa yang akan datang terhadap harga
Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang dapat berpengaruh
terhadap jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan
harga suatu barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan akan
barang tersebut akan bertambah. Demikian sebaliknya, apabila diramalkan harga
suatu barang turun pada masa yang akan datang, maka permintaan saat sekarang
akan berkurang (Bangun, 2007).
Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa bentuk persamaan matematis
secara umum dan sederhana untuk menjelasakan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan komoditas pertanian sebagai berikut:
D=f (Px, Py, I, N, T, Q, EsP)
Dimana:
D = Permintaan Komoditas
Px = Harga barang itu sendiri
Py = Harga barang lain
I = Pendapatan konsumen
N = Jumlah penduduk
Q = Kualitas komoditas
EsP = Perkiraan harga dimasa yang akan datang
Kurva permintaan dapat diturunkan dari meminimalisasikan pengeluaran dengan
kendala utilitas harus mencapai tingkat tertentu yang akan menghasilkan kurva
permintaan Hicks. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar kurva permintaan
Hicks sebagai berikut:
Pada gambar 2 panel (a) menggambarkan konsep utilitas, aksis horizontal
menggambarkan barang X dan vertikal menggambarkan konsumsi barang lainnya
(Y). Garis M0-m1 menggambarkan garis anggaran (budget line) dengan kondisi
awal. Titik persinggungan antara kurva U0 dengan garis M0-m1, pada titik A
merupakan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y.
Gambar 2 panel (b) menggambarkan bagaimana kurva dari barang X diturunkan
dari maksimisasi utilitas. Pada kondisi awal harga sebesar po, titik A pada panel
(a) di[etakan pada panel (b) sebagai titik a. Dimisalkan terjadi penurunan harga
dari P0 ke P1, maka garis anggaran M0-m0 bergerak menjadi M0-m1. Kurva
permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas konstan.
Artinya, bagaimana konsumen tetap berada pada utilitas semula dengan danyanya
perubahan harga dari P0 ke P1. Salah satu cara adalah dengan mengubah
pendapatan konsumen (dalam hal ini menurunkan pendapatan dari M0 ke M1),
sehingga dia tetap berada pada tingkat kepuasan semula. Garis anggaran baru,
yakni M1-m1 yang mempunyai garis paralel dengan M0-m1, adalah garis yang
menggambarkan perubahan pendapatan tersebut. Titik perpotongan antara garis
anggaran M1-m1 dengan kurva indeferen lama U0 menghasilkan tingkat konsumsi
barang X sebesar X, jika kita petakan titik ini dengan titik harga baru pada tingkat
P1 pada panel (b) akan diperoleh titik perpotongan c. Sekarang jika kita
hubungkan titik perpotongan c, akan diperoleh kurva permintaan Hicks (Fauzi,
2.2.3 Model Cobweb Dalam Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan
Sistem dinamis memiliki waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh).
Sebagai contoh didalam setiap perekonomian senantiasa terdapat perubahan
secara kontiniu dan penyesuaiannya terhadap perubahan. Apabila ekonom ingin
mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan ke arah
keseimbangan, keterlambatan-keterlambatan waktu (time lags) pada
penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan, maka secara eksplisit ia akan memperkenalkan
waktu kedalam sistem yang bersangkutan.Oleh karena itu ia bekerja dengan suatu
sistem dinamis (dynamic system) (Simatupang, 1995).
Menurut Setiawan (2010), salah satu sistem dinamis yang sederhana adalah model
Cobweb (teori sarang laba-laba). Kasus Cobweb ini dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap
b) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan
c) Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi dengan
jarak yang semakin membesar
Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan
sama dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis
Gambar 3. Model Cobweb
Menurut Chiang dan Wainwright (2008), bila berinteraksi antara
permintaan dan penawaran akan menghasilkan osilasi eksplosif. Dengan harga
awal P0 (disini diasumsikan di atas P), kita dapat megikuti anak panah dengan
membaca kurva S bahwa kuantitas yang ditawarakan dalam periode selanjutnya
(periode 1) akan menjadi Q1. Dalam pasar bebas, kuantitas yang diminta dalam
periode 1 juga harus Q, yang hanya mungkin jika dan hanya jika harga ditentukan
pada tingkat P1. Sekarang, memlalui kurva S, harga P1 akan menghasilkan Q2
sebagai kuantitas yang ditawarkan dalam periode 2, dan pada pasar bebas dalm
periode berikutnya, harga harus ditentukan pada tingkat P2 sesuai dengan kurva
permintaan . Dengan mengulangi kembali alasan ini, kita dapat menentukan harga
dan kuantitas dalam periode berikutnya dengan mengikuti anak panah dlam
diagram, sehingga memutari “cobweb” atau jaring laba-laba disekitar kurva
permintaan dan penawaran. Dengan cobweb (jaring laba-laba) berputar dari dalam
Dimana , proses perputaran akan menimbulkan suatu cobweb yang
sentripetal. Dari P0, bila kita mengukuti anak panah, kita akan lebih mendekat
pada perpotongan kurva permintaan dan penawaran, dimana P berada. Jika tetap
berosilasi, jalur harga ini adalah konvergen (Chiang dan Wainwright, 2008),.
2.3 Kerangka Permikiran
Dalam kajian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras
adalah penawaran telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sebelumnya
dan populasi ayam ras petelur. Dengan mengetahui berbagai faktor berpengaruh
tersebut diharapkan akan menjadi salah satu upaya agar peternak telur ayam ras
dapat mengoptimalkan produksinya.
Diketahui bahwa telur merupakan bahan pangan yang sangat digemari untuk
dikonsumsi sebab rasanya nikmat dan harganya yang relatif murah. Permintaan
pangan hewani ini dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan
permintaan telur ayam ras sebelumnya, harga telur ayam ras sekarang, harga telur
ayam buras sekarang, harga telur bebek sekarang dan jumlah penduduk sekarang.
Faktor-faktor inilah yang perlu diteliti apakah memang benar berpengaruh
terhadap permintaan telur ayam ras.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan
telur ayam ras di Sumatera Utara maka keseimbangan akan tercapai, yaitu jumlah
Adapun skema kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan tersebut
disajikan pada gambar berikut :
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Menyatakan hubungan : Menyatakan pengaruh
Faktor yang mempengaruhi :
1.Harga telur ayam ras 2.Harga telur ayam buras 3.Harga telur bebek 4.Jumlah penduduk Faktor yang
mempengaruhi :
1.Harga telur ayam ras 2.Populasi ayam ras
petelur
Permintaan telur ayam ras Penawaran
telur ayam ras
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan landasan teori yang telah
dikemukakan, dugaan sementara atau hipotesis penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh faktor-faktor seperti harga telur ayam ras dan populasi ayam ras
petelur terhadap penawaran telur ayam ras.
2. Ada pengaruh faktor-faktor seperti harga telur ayam ras, harga telur ayam
buras, harga telur bebek dan jumlah penduduk terhadap permintaan telur ayam
ras.
3. Penawaran dan Permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara adalah konvergen