TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum Hutan Mangrove
Hutan mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah
terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hampir
tawar, serta daerah ke arah daratan yang memiliki air tawar.
Samingan (1980) menemukan bahwa di Karang Agung, Sumatera Selatan,
di zona mangrove yang berhadapan dengan laut didominasi oleh S. alba yang
tumbuh pada areal yang betul-betul dipengaruhi oleh air laut. Van Steenis (1958)
melaporkan bahwa S. alba dan A. alba merupakan jenis-jenis ko-dominan pada
areal pantai yang sangat tergenang ini. Komiyama, dkk (1988) menemukan bahwa
di Halmahera, Maluku, di zona ini didominasi oleh S.alba. Komposisi floristik
dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung pada substratnya. S. alba
cenderung untuk mendominasi daerah berpasir, sementara A. marina dan
R.mucronata cenderung untuk mendominasi daerah yang lebih berlumpur.
Meskipun demikian, Sonneratia akan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah
lumpurnya kaya akan bahan organik.
Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove zona terbuka biasanya
didominasi oleh jenis Rhizophora. Namun, Samingan (1980) menemukan di
Karang Agung didominasi oleh B.cylindrica. Jenis-jenis penting lainnya yang
ditemukan di Karang Agung adalah B. gymnorrhiza, E. agallocha, R. mucronata,
X. granatum dan X. moluccensis.
Pada zona mangrove di sepanjang sungai berair payau hingga hampir
tawar biasanya didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Di Karang
Agung, komunitas Nypa fruticans terdapat pada jalur yang sempit di sepanjang
sebagian besar sungai. Di jalur-jalur tersebut sering sekali ditemukan tegakan
N. fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri dari Cerbera sp,
Glutarenghas, S. palustris dan X. granatum. Ke arah pantai, campuran Sonneratia
- Nypa lebih sering ditemukan. Di sebagian besar daerah lainnya, seperti di Pulau
Kaget dan Pulau Kembang di mulut Sungai Barito di Kalimantan Selatan atau di
mulut Sungai Singkil di Aceh, S. caseolaris lebih dominan terutama bagian
estuari yang berair hampir tawar (Giesen & van Balen, 1991).
Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona perairan payau atau hampir
tawar di belakang jalur hijau mangrove yang sebenarnya ini termasuk Ficus
microcarpus, Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera racemosa, Pandanus sp. dan
X. moluccensis. Zona ini meeiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan
dengan zonasi lain (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).
Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut
merupakan satu dari peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru.
Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya
mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus,
sementara vegetasi secara keseluruhan dapat memerangkap sedimen
(Davies dan Claridge, 1993).
Deskripsi Umum Bruguiera cylindrica
Nama lokalnya adalah burus, tanjang, tanjang putih, tanjang sukim, tanjang sukun, lengadai, bius, lindur. Pohon dengan ketinggian mencapai 23
meter. Kulit kayu abu-abu, relatif halus dan memiliki sejumlah lentisel kecil.
Berakar lutut dan akar papan yang melebar ke samping di bagian pangkal pohon.
Biasanya tumbuh megelompok dalam jumlah besar di belakang zona Avicennia,
atau bagian tengah vegetasi mangrove kea rah laut. B.cylindrica mempunyai
kemampuan tumbuh pada substrat yang baru terbentuk dan tidak cocok untuk
jenis lainnya. Kemampuan tumbuhnya pada tanah liat membuat pohon ini sangat
bergantung kepada akar untuk memperoleh pasokan oksigen yang cukup, dan oleh
karena itu sangat responsif terhadap penggenangan yang berkepanjangan.
Memiliki buah yang ringan dan mengapung sehingga penyebarannya dapat
dibantu oleh arus air, tapi petumbuhannya lambat. Perbungaan terjadi sepanjang
tahun. Manfaat dari tumbuhan mangrove jenis B. cylindrica adalah untuk kayu
bakar (Noor dkk, 2006).
Salinitas dan Adaptasi Mangrove
Di Indonesia, areal yang selalu digenangi walaupun pada saat pasang rendah umumnya didominasi oleh A. alba atau S. alba. Areal yang digenangi oleh pasang sedang didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora. Adapun areal yang digenangi hanya pada saat pasang tinggi, yang mana areal ini lebih ke daratan, umumnya didominasi oleh jenis- jenis Bruguiera dan X. granatum, sedangkan areal yang digenangi hanya pada saat pasang tertinggi (hanya beberapa hari dalam sebulan) umumnya didominasi oleh B. sexangula dan L. littorea.
Berdasarkan adaptasi terhadap kandungan garam, mangrove dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni, salt - excreting mangrove, seperti jenis Avicennia, Aegiceras, dan Aegialitis, dan non - secretor mangrove, seperti jenis Rhizophora, Bruguiera, Sonneratia. Hutching dan Saenger (1987) mengemukakan tiga cara mangrove beradaptasi. Pertama sekresi garayang berarti
flora mangrove menyerap air dengan salinitas tinggi kemudian mengekskresikan garam dengan kelenjar garam yang terdapat pada daun. Kedua, mencegah masuknya garam (salt exclusion), flora mangrove menyerap air tetapi mencegah masuknya garam, melalui saringan yang terdapat pada akar. Ketiga, akumulasi garam (salt accumulation), flora mangrove seringkali menyimpan Na dan Cl pada bagian kulit kayu, akar dan daun yang lebih tua.
B. cylindrica dapat mengatasi tekanan garam sampai kadar salinitas 2%
(Wong dkk, 2007). Hal ini disebabkan oleh bakteri E.coli yang berasoiasi dengan gen DNA pembawa sifat tahan terhadap salinitas oleh perakaran semai B.cylindrica. Pertumbuhan B. cylindrica yang optimal adalah pada naungan 50
Simbolon (2013). Penelitian pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan biomassa semai non-sekresi C. tagal dan kandungan lipid pada tingkat pohon dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan biomassa semai C.tagal pada berbagai tingkat salinitas, mengetahui kandingan lipid pada daun dan akar C.tagal pada tingkat pohon. Penelitian menggunakan 5 perlakuan, yaitu salinitas
0%, 0.5%, 1.5%, 2%, dan 3% dengan masing-masing 5 ulangan. Ekstraksi dan analisis lipid dilakukan dengan mengekstraksi daun dan akar dari pohon dewasa yang diambil dari hutan mangrove.
Ramayani (2012) mengemukakan bahwa variasi salinitas memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, dan biomassa semai C. tagal. Pertumbuhan semai paling baik adalah 0,5 % dengan pertumbuhan tinggi
dan diameter semai yaitu 3,24 cm dan 3,65 mm. Berat basah dan berat kering, akar dan batang semai C. tagal paling tinggi pada salinitas 1,5 %. Total lipid di daun dan akar C. tagal adalah sebesar 16,2 mg dan 8,9 mg.