• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Islam Indonesia Dalam Memperjuangkan Penggunaan Jilbab Pada Masa Orde Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gerakan Islam Indonesia Dalam Memperjuangkan Penggunaan Jilbab Pada Masa Orde Baru"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

SEJARAH JILBAB DI INDONESIA

SEJARAH HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM, PELAJAR ISLAM INDONESIA dan TARBIYAH

A. Sejarah Jilbab di Indonesia

Sebelum Jilbab dikenal pada masa peradaban Islam, ternyata Jilbab telah dikenal luas oleh peradaban Yunani dan Romawi. Setelah masuknya Islam ke negara Arab, lalu Jilbab menyebar ke negara-negara Timur Tengah karena adanya perintah untuk berhijab bagi perempuan muslim. Persebaran Jilbab dimulai pada abad ke-9 sampai abad ke-12 yang menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Jilbab sampai di Indonesia pada abad 15 yang di bawa oleh para ulama-ulama yang belajar dari negara Timur tengah. Pemakain Jilbab sudah tersebar di setiap wilayah Nusantara seperti Minang Kabau, Aceh, Sulawesi, Jawa dan lainnya. “Jilbab telah digunakan oleh para pejuang muslimah di Nusantara seperti H.R Rasuna Said, Teungku Fakinah, Cut Nyak Dhien, Sri Sultanah Ratu Nihrasyiah Rawangsa Khadiyu, Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Ta’jul Alam Shah dan Ratu Zakiatuddin Inayat Syah dari Aceh, Nyai Achmad Dahlan pendiri Nasyiatul Aisyiah Muhammadiyah dan Rahmah El Yunusiyyah merupakan mujahidah asal Minang.”55

Jilbab telah digunakan para pejuang wanita muslim yang berasal dari Aceh yaitu Sulthanah Sri Ratu Nihrasyiah Rawangsa Khadiyu yang memerintah kerajaan Samudra Pasai hingga tahun 1427 M dan Sulthanah Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam Shah yang memerintah Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun

1641-55

(2)

1675 M. Mereka merupakan sosok pemimpin perempuan yang pertama kali menggunakan selendang sebagai Jilbab walaupun belum sempurna, ini “terlihat didalam lukisan yang dibuat oleh Sayeed Dahlan Al Habsyi, dimana kedua ratu menggunakan baju lengan panjang dengan kerudung”.56 Selain itu pejuang dari Aceh yang juga mengenakan Jilbab adalah Cut Nyak Din dan Teungku Fakinah yang berjuang melawan penjajah Belanda dengan menggunakan selendang sebagai penutup kepala mereka.57

Jilbab juga digunakan oleh masyarakat di Minangkabau. Pemakaian Jilbab didaerah Minangkabau tidak terlepas dari Perjuangan kaum Padri yang tidak hanya memberantas perbuatan kemaksiatan tetapi juga menerapkan syariat Islam di Minangkabau, termasuk aturan pemakaian Jilbab. Hal ini dapat kita lihat dari bentuk Baju Kurung pakaian adat Minangkabau yang cukup tertutup. Selain itu, dari tulisan Buya Hamka pada bukunya yang berjudul “ayahku” bagian bab “cermin terus dan Pelita” berisi pengkleman dari ayah hamka (haji Abdul Karim Amrullah) yang menyuarakan kewajiban wanita muslim menutup aurat.

Tidak hanya di daerah Aceh saja, tetapi di Minangkabau juga terdapat pejuang muslimah yang telah menggunakan Jilbab pada masa penjajahan yaitu Rahmah El Yunusiyyah.

58

Memasuki masa pergerakan, pada tanggal 18 November 1912 didirikannya sebuah Organisasi Muhammadiyah yang bertujuan “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”59. Muhamadiyah sebagai organisasi Islam yang menyebarkan ajaran-ajaran yang telah di sampaikan oleh Rasulullah termasuk kewajiban menutup aurat bagi kaum wanita Islam. Pertama kali peraturan penggunaan Jilbab diperuntukan bagi para guru wanita Muhamadiyah yang diharuskan memakai kerudung.60

56

Ibid. 57

Ibid.

Sedangkan bagi organisasi

58

Hamka.Ayahku.1982.Jakarta:Umminda.[Ebook].Ha1.9 Di akses Pada Tanggal 31 Oktober 2016

dilihat melalui

59

Delie Noer. Op.cit.Hal 86. 60

(3)

Persatuan Islam (Persis) yang didirikan di Bandung pada tahun 1920. Persis melahirkan dua orang tokoh yang ternama yaitu Ahmad hassan yang merupakan Guru Persis yang utama pada masa penjajahan dan Mohammad Natsir merupakan seorang pemuda yang bertindak sebagai juru bicara dari kalangan terpelajar.61

Lembaga pendidikan Islam yang dibuat oleh Persis yang dikembangkan oleh Natsir menjadi sebuah sekolah: Taman Kanak-kanak, HIS tahun 1930, Sekolah Mulo tahun 1931.

Persis memperjuangkan Jilbab melalui pendidikan dengan mendidrikan Madrasah sebagai sarana pendidikan yang ditujukan unuk anak-anak dari anggota Persis. Dan pada tahun 1927 dibuatlah kelas khusus untuk anak-anak muda yang ingin mempelajari Islam.

62

Melalui sekolah-sekolah inilah Persis menerapkan Syariat Islam. Awal masuk ke sekolah ini harus ada pengambilan sumpah dan kewajiban untuk menjalankan peraturan salah satunya yaitu kewajiban untuk menggunakan pakaian yang diatur oleh Islam seperti penggunaan Jilbab.63

“...Di Pekalongan, Jawa Tengah, kongres Al Irsyad telah membahas isu-isu wanita yang berjudul Wanita dalam Islam Menurut Pandangan Golongan al-Irsyad. Salah satu hasil

Melalui sekolah-sekolah inilah Persis memperjuangkan Jilbab supaya digunakan oleh wanita Muslim. Persis secara tegas menyatakan tubuh wanita yang boleh kelihatan hanya muka dan pergelangan tangan. Sedangkan rambut dan kepala wanita harus ditutup. Akhirnya anggota-anggota wanita dari Persis mengenakan Jilbab sesuai dengan syariat Islam sebagai pakaian sehari-hari.

Organisasi keagamaan yang lainnya yang membahas mengenai kewajiban menggunakan Jilbab adalah Al-Irsyad. Al-Islam wal Ersyad al-Arabia yang disingkat AL-Irsyad didirikan pada tahun 1913, dan mendapatkan pengakuan legal dari pemerintah pada tanggal 11 Agustus 1915. Organisasi Al-Irsyad berkembang dan menidirikan berbagai sekolah-sekolah pada tahun 1930-an. Al-Irsyaad juga menyuarakan tentang keawajiban wanita muslim untuk menggunakan Jilbab.

61

Ibid. Hal. 97. 62

Ibid. Hal. 101. 63

(4)

kongresnya menyarankan anggota wanitanya untuk menutupi kepala dan tubuh mereka kecuali wajah dan telapak tangan.”64

Pada masa kemerdekaan, perempuan Islam semakin banyak menggunakan Jilbab dalam bentuk kerudung, berupa satu lembar selendang yang masih menampakan rambut dan leher. Selain itu, wanita yang memakai Jilbab di anggap sebagai wanita yang kolot, tidak modis, kuno dan kampungan. Sedangkan pada masa Orde Baru, perempuan yang mengunakan Jilbab dianggap oleh pemerintah sebagai anggota dalam aliran tertentu, atau masuk dalam suatu pergerakan tertentu. Masa Orde Baru, penggunaan kerudung berubah menjadi Jilbab yang sudah menutupi rambut dan leher. Semangat untuk menggunakan Jilbab pada wanita-wanita muslim di Indonesia pada masa Rezim Orde Baru dipengaruhi Revolusi Iran yang terjadi pada tahun 1979 yang dipimpin Khomeini yang berhasil menggulingkan Rezim Syah Iran.65 Revolusi Iran memicu kemunculan semangat dan menjadi pendorong psikologis berjilbab di Indonesia karena terbentuknya harga diri, rasa hormat, kebanggan dan identitas baru bagi muslimah Indonesia. Para pelajar dan mahasiswi dihipnotis dan disadarkan dengan wanita Iran yang mengenakan busana tertutup rapat yang ikut serta berjuang pada Revolusi Iran dengan menggunakan senjata dan berhasil mengusir dominasi serta pengaruh Amerika dari Iran.66

“Pemikiran Ikhwanul Muslimin menjadi sebuah gerakkan sosial keagamaan dengan dibentuknya Dewan Dakwah Iskam Indonesia (DDII) pada tahun 1974 oleh Muhammad

Semangat menggunakan Jilbab juga disebabkan adanya pemikiran Al-Ikhwan Al-Muslimin yang masuk ke Indonesia melalui buku-buku para tokohnya yang banyak diterjemahkan sejak tahun 1970-an. Pemikiran Ikhwan Al-Muslimin memberikan semangat keislaman dan menjadi inspirasi bagi pergerakan Islam di kampus. Pemikiran Hasan al-Banna yang menjadi cikal bakal adanya pergerakan dakwah kampus yang berfaham tarbiyah di Indonesia.

64

Perjuangan Panjang Jilbab di Indonesia. Didalam Artikel Jejak Islam Diakses Melalui Pukul 10.00 WIB.

65

Abdul Ghofar. 1989.Revolusi Islam Iran.[Skripsi]. Di akses melalui Digilib.Uinsby.Ac.Id pada tanggal 13 Oktober 2016, pukul 11.00 WIB.

66

(5)

Natsir dengan meluncurkan Program bina mesjid kampus untuk mengkaji Islam dan gerakkan Islam”67

Hasil dari Pemikiran Ikhwanul Muslimin berbuah kepada semangat mahasiswa untuk mempelajari Islam, dan bagi yang perempuan terlihat dari penggunan Jilbab (panjang), yang marak dikalangan aktifis mahasiswi-mahasiswi kampus

.

68

Jilbab dipandang sebagai sebuah gerakan pemberontokan karena berhubungan dengan kemunculan beberapa konflik di negara-negara Timur tengah. Seperti di Mesir pada awal abad ke-20 M, Jilbab merupakan bagian strategi politik kalangan perempuan Mesir terhadap kolonialisme Barat

.Semangat penggunaan Jilbab pada masa Orde Baru dimulai oleh para remaja puteri. Pada awalnya Jilbab dianggap sebagai fenomena politik oleh pemerintah Orde Baru. Sehingga menimbulkan reaksi kecurigaan pemerintah Orde Baru terhadap kelompok Islam Politik. Jilbab dipandang oleh pemerintahan Orde Baru sebagai bentuk pemberontakan yang dilakukan kelompok Islam ekstrimis yang bisa mengganggu keamanan negara bahkan yang akan merongrong kewibawaan para penguasa saat itu.

69

67

Ibid. 68

Masnun Tahir Dan Zusiana E Triantini.2014. Menakar Kontekstualisasi Konsep Jilbab Dalam Islam. Jurnal Qawwam. Volume 8 Nomor 1 : Pusat Studi Gender Dan Anak (Psga). Hal. 4. 69

Ibid. Hal. 5.

(6)

yang disepakati adalah menggunakan Jilbab keseluruhan siswi atau tidak menggunakan Jilbab, hasil dari kesepakatan adalah seragam sekolah tidak menggunakan Jilbab, sehingga siswi-siswi harus menggunakan baju seragam sekolah yang telah disepakati.

Hasil dari SK 052 menimbulkan berbagai kasus pelarangan Jilbab yang dialami oleh siswi-siswi Sekolah Negri. Sanksi yang diterima oleh siswi yang mengunakan Jilbab mulai dari teguran, di interogasi di ruang BK, dijatuhi hukuman skors, tidak diperiksa ulangan maupun tugas rumah, dijemur dilapangan sambil hormat bendera, dicorot namanya dari daftar hadir bahkan sampai di keluarkan dari sekolah negri dan pindah ke sekolah swasta. Begitu banyak kasus-kasus pelarangan Jilbab yang terjadi dari tahun 1985 sampai tahun 1989. Kasus pelarangan Jilbab terjadi bahkan sebelum keluarnya SK 052, yaitu berawal dari tahun 1980, terjadi kasus pelarangan Jilbab juga di SMAN 3 dan SMAN 4 Bandung.70

Memasuki tahun 1982, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Departemen P dan K) Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan (SK) 052/C/Kep/D/82, setelah keluarnya SK tersebut semakin banyak siswi-siswi berjilbab yang memperoleh teguran, pelarangan, dan tekanan. Akhirnya, pada tanggal 16 Februari 1991, SK seragam sekolah yang baru yaitu SK 100/C/Kep/D/1991, ditandatangani secara resmi, setelah melalui konsultasi dengan banyak pihak.

Setelah tahun 1980 kasus pelarangan Jilbab tidak berkurang bahkan menjadi lebih banyak.

71

Kondisi yang berbeda dialami Provinsi Sumatra Utara, semangat menggunakan Jilbab dikalangan siswi dan mahsiswa terjadi pada tahun 1988

Dengan SK 100 yang telah di sepakati ini, memberikan kebebasan bagi siswi-siswi Islam untuk menggunakan seragam lainnya (yaitu Jilbab dengan baju lengan panjang). Selain itu bermunculan berbagai tokoh masyarakat menggunakan Jilbab atau kerudung termasuk Mbak Tutut, anak perempuan tertua Presiden Soeharto.

70

Alwi Alatas.Op.cit. Hal. 32. 71

(7)

sedangkan kasus-kasus pelarangan Jilbab baru muncul pada tahun 1989 sampai tahun 1993 dengan peraturan lainnya yang menghambatyaitu pada saat pas foto harus menampakkan Kuping, dengan begitu pada saat pas foto untuk STTB ataupun Ijazah, para siswi dan mahasiswi yang telah menggunakan Jilbab harus membuka Jilbabnya pada saat pengambilan pas foto. Dengan begitu bermunculan reaksi untuk agar diperbolehkannya pas foto menggunakn Jilbab walaupun dengan menerima konsekwensinya.

Memasuki masa reformasi Jilbab menjadi fenomena yang diminati oleh banyak orang dari berbagai kalangan untuk menggunakannya. Apalagi didukung oleh Pers atau majalah-majalah yang memuat model-model dengan menggunakan Jilbab atau kerudung menjadikan Jilbab dengan berbagai Stylis. Perkembangan Jilbab terus meningkat kepada kalangan pekerja seperti dunia bisnis yang awalnya jarang bahkan tidak ada yang menggunakan Jilbab, karena Jilbab dulunya dianggap oleh para pengusaha-pengusaha sebagai pakaian yang kampungan.

Memasuki masa sekarang, muslimah menikmati kebebasan dalam menggunakan Jilbab terbukti dengan begitu banyaknya model-model Jilbab, merek-merek Jilbab yang ternama seperti Zoya, Zahra, Elzatta, Rabbani, Meccanism dan lainnya.72

Didukung dengan Kota-kota besar di pulau Jawa terutama Bandung menjadi poros perkembangan industri Jilbab. Keberagaman gaya Jilbab mulai dari pakaian dengan potongan kain yang berbentuk asimetris, berbagai bentuk Bisa dikatakan Jilbab sekarang menjadi trend Fashion

dengan begitu banyak kreasi-kreasi model Jilbab yang kita temukan di kalangan remaja, orang dewasa bahkan ibu-ibu. Kita bisa melihatnya di tempat-tempat umum, kampus-kampus dan kantor-kantor begitu banyaknya model atau kreasi Jibab yang wanita Islam kenakan. Sekarang Indonesia menjadi pusat fashion Jilbab yang diakui dunia dikarenakan makin meningkatnya minat para desainer pakaian muslim dalam mendesain pakaian muslim yang modern.

72

(8)

scarf segi empat dan pashmina dengan motif yang beragam seperti motif flowers, animal print, tiedye, etnik, polkadot serta motif lainnya yang semakin menarik dengan pemilihan warna yang segar, lembut (soft) dan tentunya tambahan aksesoris dengan berbagai macam bentuk yang cantik.73

B. Gerakan Islam Indonesia

Kebebasan dalam menggunakan Jilbab pada saat ini, tidak terlepas dari gerak-gerakan Islam pada masa Orde Baru yang memperjuangkan Jilbab. Jilbab yang dulunya dianggap sebagai hal yang kolot, ekstrim, dan bahkan menjadi sebuah ancaman, berubah menjadi sesuatu modif, trend bahkan menjadi bisnis untuk saat ini. Ini semua tidak terlepas dari kontribusi Gerakan-gerakan Islam yaitu Himpunan Mahasiswa Islam, Pelajar Islam Indonesia dan Tarbiyah.

Kebebesan Jilbab yang kita rasakan saat ini tidak terlepas dari semangat-semangat perjuangan yang dilakukan dari berbagai eleman masyarakat termasuk para pemuda-pemuda yang merupakan agen perubahan (Agen Of Change) yang terbentuk dalam suatu wadah organisasi-organisasi Islam yang berlandasakan kepada Al-quran dan As-sunnah sebagai bentuk gerakan Islam Indonesia. Adapun geraka-gerakan Islam Indonesia adalah:

B.1. Himpunan Mahasiswa Islam

HMI berdiri dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia yaitu tepatnya pada tanggal 5 Febuari tahun 1947 atau 14 Rabiul Awal tahun 1366 H di Jalan Setyodiningratan yang diprakarsai Yogyakarta yang didirikan oleh Lafran Pane. Lafran Pane merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) yang berinisatif untuk mendirikan organisasi mahasiswa Islam bersama temannya yaitu Kartono Zarkasji, Dahlan husein, Suwali, M. Jusdi, Mansjur, M.Anawar, Hasan Bashri, Marwan, Zulkarnaen Tajeb Razak, Toha Mashudi, Bidron Hadi, Maisaroh Hilal,

73

(9)

dan siti zainah.74 Tujuan HMI ketika pertama kali berdiri adalah untuk membela Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta untuk menjaga dan memajukan agama Islam.75 HMI hadir sebagai organisasi Islam yang berkembang begitu pesatnya dan menjadi jembatan bagi kelompok-kelompok Islam lainnya, tidak mengherankan jika HMI pada saat itu sangat diminati oleh kalangan muda terutama Mahasiswa. Pada tahun 1960 anggota HMI berjumlah 100.000 yang menjadikan HMI sebagai organisasi kemahasiswaan paling besar di Indoesia pada saat itu.76 Sebagai organisasi yang telah lahir setelah kemerdekaan tentunya mempunyai fokus perjuangan yang cukup kuat pengaruhnya dalam membentuk kepribadian kader yaitu:77

Kehadiran HMI sejak awal menentang ajaran komunis, bahkan pada tahun 1958 PB HMI mengeluarkan pernyataan yang memandang bahwa paham komunis merupakan satu paham yang membahayakan dan memusuhi agama, serta harus dilenyapkan dari bumi Indonesia. Akibat dari pernyataan yang dikeluarkan PB HMI mengakibatkan berbagai organisasi dan partai politik untuk tidak bekerjasma dengan kelompok komunis dalam bentuk apapun.

pertama, perjuangan dalam mematangkan ide organisasi. Kedua, perjuangan dalam pergerakan politik, ketiga, perjuangan dalam mematangkan ide kenegaraan.

78

Melihat sikap dari HMI maka PKI yang memiliki kecendrungan unuk mengahancurkan kekuatan yang menghalanginya termasuk HMI yang menjadi target PKI berikutnya untuk dihancurkan.79

74

Alfan Alfian. 2013.HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 1963-1966 Menegakkan Pancasila Di Tengah Prahara. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Hal. 10 .

75

Alfan alfian. Op.cit.Hal. 10 76

(10)

1965, No Tr/1953/Kotra/65, yang dinyatakan bahwa HMI tidak dibubarkan dan mempunyai hak dan kedudukan yang sama dengan organisasi mahasiswa yang lain.80

Pada tahun 1963 HMI memiliki ribuan anggota yang tersebar di 41 cabang HMI, dikarenakan berhasil memenuhi aspirasi mahasiswa dan tuntutan pemuda yang siap sedia membela negara. Karakter yang tertanam pada tubuh HMI yang menjadi jati diri HMI yaitu berasaskan Islam bersumber dari Al-quran serta As-sunnah, bersifat independen, berstatus organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan organisasi perjuangan serta bertuga sebagai sumber insani pemimpin bangsa, HMI mempunyai Misi yang jelas yaitu : 81

a) Menegakkan dan mengembangkan agama Islam yang bersumber pada Al-quran dan As-sunnah, untuk keyakinan tauhid, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang majemuk dengan melakukan dakwah

amar ma’ruf nahi munkar.82

b) Berperan dan berpatisipasi aktif, konstruktif, proaktif, inklusif, integratif, bersama-sama pemerintah Republik Indonesia serta seluruh kekuataan bangsa guna meningkatkan harkat dan martabat serta peradaban bangsa Indonesia dalam bidang kehidupan beragama, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, sosial, politik, kemasyarakatan, dan deminsi kehidupan lainnya, dan hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia, untuk mencapai masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang diridhai Allah SWT.

c) Berusaha menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka membangun masa depan bangsa.

80

Ibid. Hal. 89. 81

Ibid .Hal 112. 82

(11)

d) Membina kader-kader intelektual dan pejuang bangsa yang berwawasan keislaman, keindonesia, keilmuan dan independen, sebagai calon pemimpin bangsa di masa mendatang untuk mengisi kemerdekaan.

e) Membendung dan memberantas bahaya laten paham/ajaran komunis dalam segala bentuk dan manifesta

f) sinya, serta paham-paham lain yang bertentangan dengan Islam dan Pancasila

g) Senantiasa mengusahakan persatuan dan kesatuan umat Islam dan bangsa Indonesia yang majemuk, serta keseluruhan umat Islam dan bangsa Indonesia yang majemuk, serta keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia dari Sabang sampai merauke sebagai syarat mutlak tercapainya cita-cita umat Islam dan bangsa Indonesia yang besar dan luhur dalam hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Tujuan HMI adalah “terbinanya insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhai allah SWT. HMI memiliki stuktur yang kuat dalam tiga jenjang yaitu Pengurus Besar, Cabang, dan komisariat yang didampingi oleh instansi pemegang kekuasaan organisasi yaitu kongres untuk Pegurus Besar, Konferensi untuk cabang dan Rapat Anggota bagi komesariat setelah berkembangnya HMI sehingga di tambahkan berbagai bidang-bidang dalam struktur kepungurusan HMI seperti Dadan Koordinator, Kordinator Komisariat dan lembaga-lembaga lainnya yaitu lembaga-lembaga kekaryaan, Kohati dan Rayon. 83

83

Ibid. Hal. 124.

(12)

adalah satu kesatuan organisasi yang dibentuk didaerah yang terdapat perguruan tinggi dan lembaga pendidikan yang sederajat.84

Jenjang pengkaderan HMI pada awalnya terjadi beberapa kali perubahan, sehingga sistem pengkaderan HMI telah mengalami perubahan secara dinamis sehingga berbagai jenjang pengkaderan HMI untuk saat sekarang ini dibagi dalam Latihan Kader I yang pada awalnya dikenal dengan Basic tarining, jenjang kedua yaitu Latihan Kader II sebelumnya bernama intermediate training dan jenjang pengkaderan ketiga yang nama awalnya Advan training diganti dengan Latihan Kader III.

Aktivitas cabang dibantu oleh koordinator komisariat-komisariat. Sedangkan komisariat adalah kesatuan organisasi yang dibentuk pada satu atau beberapa fakultas dalam lingkungan satu universitas.

85

“...tidak heran saat pak Harto merubah arah kebijakan, menjadi lebih pro kepada politik Islam, anak anak HMI semakin kuat di golkar itu dengan kata lain menghijaukan golkar seperti akbar tanjung.Tapi sebelumnya mereka di lapis kedua, begitu pak Harto memberikan lebih banyak porsi ke pada kelompok-kelompok Islam.”

Akhir tahun 1980-an, hubungan yang terbangun antara kelompok Islam dan pemerintah Orde mulai membaik, termasuk hubungan pemerintah dengan HMI yang semakin mesra, ini terbukti dari pernyataan yang di ungkapakan oleh Bapak taufan:

86

84

Ibid. Hal. 125. 85

Ibid.Hal.149. 86

Ahmad Taufan. Pada Kamis, 24 November 2016, Pukul 10.15-11.00 WIB di Fisip USU

Hubungan yang terjalin mesra antara HMI dan pemerintahan Orde Baru membawa HMI memasuki ranah politik Informal dan politik formal. Bahkan HMI semakin berkembang diberbagai bidang termasuk pendirian berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang didirikan oleh anggota-angota HMI.

(13)

Gerakan Tarbiyah di Indonesia dipengaruhi oleh pemikiran dari gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir arti dari Ikhwanul Muslimin adalah persaudaraan kaum Muslim. Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Ahmad Abdurrahman al-Banna al-Sa’ati yang lebih dikenal dengan Hasan al-Banna pada bulan Maret 1928. Karakter yang dimiliki oleh gerakan Ikhwanul Muslimin adalah Rabaniyah (beriontasi ketuhunan) dan nsaniyah (peduli tehadap aspek kemanusiaan)87, sehingga Islam menjadi agama yang universal dan menyeluruh agar terwujudnya agama rahmatan lil ‘alamin. Lambang Ikhwanul Muslimin ialah: dua bilah pedang menyilang melingkari Al-Qur’an, ayat Al-Qur’an (wa‘adu) dan tiga kata yang terdapat didalam lambang Ikhawanul Muslimin: Haq

(kebenaran), Quwwah (kekuatan) dan Hurriyah (kemerdekaan).88 Gerakan Ikhwanul Muslimi yang tersusun secara terstuktur dan mempunyai tingkat-tingkat antara lain: Tamhidi (mula), Muayyid (muda), Muntasib (madya), Muntanzim

(dewasa), Amilin (ahli), dan Takhasus (purna).89

Ikhwan Muslimin berusaha keras memperluas kawasan geraknya sampai menjadi sebuah gerakan internasional. Gerakan Ikhwanul Muslimin memberikan pengaruh yang besar bagi kemeredekaan Indonesia, karena syarat terbentuknya suatu negara dengan adanya pengakuan secara Defacto dari negara lain. Dengan desakan dari Ikhwanul Muslimin, akhirnya pemerintah Mesir mengakui kemerdekaan Indonesia. Sehingga Indonesia menjadi suatu negara yang telah memenuhi syarat pendirian suatu negara. Ajaran yang terdapat pada gerakan Ikhwanul Muslimin kemudian menjadi inspirasi bagi organisasi-organisasi Islam Indonesia seperti Masyumi yang didirikan oleh M. Natsir, Partai Bulan Bintang pada tahun 1998 dan gerakan Tarbiyah yang bermetamorfasi menjadi Partai

87

Hasan Albana. 2008. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Solo: Era Inntermedia. Hal.163. 88

Ahsanul Khalikin. Ikhwanul Muslimin Dan Gerakan Tarbiyah Di Banten Dan Kota Batam. Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 11. Hal. 59/

89

Abdurahman. 2013. Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam Terhadap Gerakan

Islam Transnasional.[Tesis]. Hal. 61. Diakses melalui

(14)

Keadilan 1998.90

Pada masa Orde Baru adanya program dari pemerintah Orde Baru yang mengirimkan mahasiswa untuk belajar ke luar negri salah satunya negara Timur Tengah. Mahasiswa-mahasiswa yang belajar di negara Timur Tengah melakukan interaksi dengan aktivis Ikhwanul Muslimin. Mahasiswa-mahasiswa ini tertarik dengan gagasan-gagasan dari Ikhawanul Muslimin dan membawanya ke Indonesia. Mahasiswa yang memperoleh pendidikan di Timur Tengah lalu menyebarkan pemikiran Ikhawanul Muslimin di Indonesia adalah Hilmi Aminuddin, Salim Segaf Al Jufri, dan Acep Abdusyakur.

Sebelum memasuki tahun 1980-an, Ikhawanul Muslimin telah menjadi Insipirasi bagi lembaga Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DIII) yang didirikan tahun 26 febuari 1967 yang diketuai oleh M.Natsir sebagai transformasi dari organisasi masyumi dulunya.

91

Kemudian buku-buku dari pemikiran Ikhawanul Muslimin di terjemahkan dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya penerjemahan ini membuat pemikiran dari Ikhawanul Muslimin mudah dimengerti dan diserap oleh para aktifis dakwah Islam. Setelah kepulangan Hilmi Aminudin bersama teman-temannya pada tahun 1979 ke Indonesia mengadakan kegiatan Lembaga Mujahuid Dakwah (LMD) yang dikelola dengan pelatihan dan pendidikan untuk calon-calon mujahid pejuang Islam.92

LMD merupakan satu model latihan dakwah yang dilakukan dengan cara pembentukan kelompok-kelompok kecil dan bimbingan oleh seorang mentor untuk mebicarakan segala kehidupan dari cara pandang Islam. Program ini terinspirasi dari buku-buku Ikhawanul Muslimin, dengan membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 10 orang sampai 15 orang yang dibimbing oleh seorang pementor. Kelompok-kelompok binaan atau kajian ini berkembang lebih banyak lagi di Universitas seperti di ITB, KIP Bandung, UI dan UGM. Materi-materi yang disampaikan oleh Amanduddin tidak hanya sebatas ketauhidan tetapi

90

Ahsanul Khalikin.Op.Cit.Hal 60. 91

Ibid.Hal.93. 92

(15)

juga membahas persoalan agama lainnya seperti Fiqih, Al-quran, hadist dan lainnya. Sehingga kelompok Hilmi Amanudin semakin banyak di masuki oleh kader-kader dakwah.

Hilmi Amanudin membangun dakwah kampus dengan menggunakan pola dari Ikhwanul Muslimin. Inilah yang menjadi pondasi awal lahirnya gerakan Tarbiyah sebagai gerakan sosial keagamaan di Indonesia. Kemudian gerakan Tarbiyah ini berkembang di Perguruan Tinggi dan Perguruan Tinggi Agama. Tidak hanya di kalangan Mahsiswa saja, gerakan tarbiyah juga memasuki sekolah-sekolah Negri. Gerakkan tarbiyah muncul di Indonesia pada tahun 1980-an y1980-ang didirik1980-an oleh Hilmi Aminuddin.93 Model Tarbiyah dipopulerkan oleh Amaduddin melalui diskusi-diskusi intensif yang di selenggarakan oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang menggunakan Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai pusat aktivitasnya. Perkembangan gerakan Tarbiyah semakin pesat dikarenakan mendapatkan dukungan dari Alumni Lembaga Ilmu Islam dan Sastra Arab (LIPIA) Jakarta yang saat itu masih bernama Lembaga Pengajaran Bahasa Arab (LPBA). 94

Gerakan Tarbiyah didirikan sebagai bentuk reaksi perlawan dari tindakan represif (hambatan) yang dilakukan oleh rezim Orde Baru terhadap aktivitas umat Islam dalam bidang politik pada saat itu. Selain itu gerakakan tarbiyah muncul akibat munculnya asas tunggal yang merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh rezim Orde Baru.95

93

Abdurahman. Op.Cit. Hal. 94

Rubaidi. Variasi Gerakan Radikal Islam Di Indonesia.Analisis, Volume Xi, Nomor 1, Juni 2011. Hal 38

95

Ibid.

(16)

kebijakan tersebut adalah pembukaan terhadap Dewan Mahasiswa(organisasi intra kampus) dan membatasi organisasi ekstra.96

Perlakuan-perlakuan yang diterima umat Islam dari sifat represif rezim Orde Baru, mengakibatkan umat Islam membentuk satu gerakan yang yang terstuktur terdiri dari sekelompok orang yang merupakan alumni-alumni dari Perguruan Tinggi Agama Islam di Timur Tengah, yang merupakan hasil interaksi mereka dengan gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, disebut gerakan tarbiyah.97 Kata “Tarbiyah” yang artinya “pendidikian”, sedangkan didalam Tesisnya Abdurahman tarbiyah “... metode bersama dalam berinteraksi sesama manusia dengan baik dan benar dalam mencapai proses perubahan struktur masyarakat yang lebih baik.”98

Aktifitas yang dilakukan Aktifis Dakwah Kampus (ADK) Gerakkan tarbiyah yang melakukan kajian-kajian Islam dengan agenda-agenda pembinaan yang dilakukan seperti pertemuan atau pengajian mingguan (halaqah), training berkala, diskusi buku, tugas-tugas hafalan ayat, bermalam bersama (Mabit), wirausaha, silaturahmi tokoh, dan sebagainya.

Gerakkan tarbiyah muncul di Indonesia membawa pengaruh yang besar di semua kalangan terutama kalangan mahasiswa, terbukti dengan meningkatnya jumlah muslimah dalam menggunakan Jilbab.

99

96

Wilda Adriani. Pada hari Kamis, 8 Januari 2017, pukul 14.50-15.45 WIB di Tanjung Morawa. 97

Febrian Taufq Sholeh2015. Manhaj Tarbiyah Dalam Pendidikan Politik Kader Partai Keadilan Sejahtera (Pks) .Jurnal Salam. Volume 18 No. 1 Halaman 1-183, Malang. Hal. 60.

98

Ibid. Hal.2. 99

Ibid. Hal. 4

(17)

dakwah. Tujuan dari gerakan tarbiyah adalah syakhshiyyah islāmiyyah da‘iyyah (kepribadian da‘i yang Islami). 100

Didalam gerakan tarbiyah ada proses dan tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk menggapai tujuan yaitu tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam tarbiyah, ada tahapan-tahapan yaitu:101

Kegiatan-kegiatan aktivis dakwah berkembang sangat pesat pada tahun 1980-1990 ke setiap perguruan tinggi di Indonesia termasuk perguruan tinggi di Medan sendiri. Metode dakwah yang pertama kali digunakan adalah pendekatan dakwah secara personal, setelah itu secara persuasif diajak untuk mengikuti kegiatan pembinaan. Mahasiswa yang bertugas membina mahasiswa dalam kajian keislaman disebut pembina (murabbi), sedangkan yang dibina disebut mutarobbi. Murabbi menanamkan pemahaman kepada mahasiwa muslim tentang urgensi pendidikan Islam. Pola pendekatan dakwah tidak berhenti di Aktivis Dakwah Kampus yang masif dilanjutka dengan pembentukan lembaga dewan fakultas (LDF)

(a) memperbaiki pribadi muslim, (b) membentuk keluarga muslim, (c) membimbing menuju masyarakat islami, (d) berperan aktif dalam membantu negeri muslim agar bebasdari penjajahan, (e) memperbaiki negara, (f) mengembalikan kepemimpinan umat Islam.

102

Puncak kematangan gerakan Tarbiyah di Indonesia mulai pada awal tahun 90-an. Pada saat itu, aktivis-aktivis Tarbiyah praktis menguasai organisasi intra kampus di sebagian besar perguruan tinggi bergengsi di tanah air. Dan seiring dengan mulai munculnnya krisis nasional pada tahun 1998, aktifis Tarbiyah mendirikan Kesatuan Aksi Mahasis Muslim Indonesia (KAMMI) dan Himpunan Antar Muslim Kampus (HAMMAS), tepatnya di bulan April 1998. Setelah

100

Febrian Taufig Sholeh.Op.cit. Hal 61 101

Ibid.Hal.52. 102

(18)

jatuhnya Suharto, beberapa tokoh kunci gerakan Tarbiyah terlibat aktif dalam pembentukan Partai Keadilan (PK).103

Gerakan tarbiyah yang awalnya berfokus pada keagamaan mencoba untuk memasuki ranah Politik. karena Islam mempelajari segala ranah ilmu termasuk politik. Sesuai kandungan di dalam alquran surat al-baqarah ayat 208 “Wahai orang-orang beriman masukklah kedalam agama Allah secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu”. Inilah yang menjadi landasan serta pegangan bagi gerakan tarbiyah untuk memasuki dunia politik. Selain itu, Mereka harus mampu melaksanakan misi khilafah, yaitu “memelihara, mengatur dan memakmurkan bumi yang merupakan aktiftas politik yang paling otentik”.104

Organiasi Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan suatu wadah bagi pelajar-pelajar Islam untuk menambah Ilmu agama, kepemimpinan maupun keterampilan yang sudah ada sejak zaman kemerdekaan Indonesia. Salah satu faktor pendorong berdirinya PII tidak terlepas dari syair dalam bahasa Arab yang mengatakan “kun rojulan rijluhu fil ats tsuro, wa hammatu himmatihi fits tsurayo” yang artinya hendaklah kamu menjadi seseorang laki-laki yang kakinya tetap di bumi, tetapi kemauan dan cita-citanya membumbung keatas bintang tsuroya.

Maka didirikanlah Partai Keadilan pada tanggal 9 Agustus 1998, bertempat di halaman masjid al-Azhar, Kebayoran Baru.

B.3. Pelajar Islam Indonesia

105

Berdirinya gerakkan PII di Indonesia di motivasi oleh dua hal yaitu motivasi keislaman dan kebangsaan.106

103

Rubaidi.Op.cit. Hal 38. 104

Febrian Taufq Sholeh. Op.cit. Hal. 61. 105

Moh.Husein Thamrin Dan Ma’roov. 1998. Pilar-Pilar Dasar Gerakan Pii. Jakarta : Karsa Cipta Jaya. Hal 30.

106

(19)

Motivasi keislaman terlihat dari startegi yang dilakukan oleh Belanda berupa politik asosiasi, dimana memberikan pendidikan kepada kalangan bumiputa dengan kurikulum yang telah ditetapkan Belanda. Pendidikan yang diterapkan oleh Belanda sering disebut sebagai pendidikan umum. Pelajar yang bersekolah di pendidikan umum banyak meniru budaya dan pola hidup ala Barat, terlihat dari cara mereka bersikap, berpakaian dan nilai keagamaan yang mulai luntur.107 Pendidikan umum merupakan strategi dari pemerintah Belanda, agar anak-anak muslim terjauh dari ikatan agama mereka dan bisa mendukung eksistensi Belanda. Selain dari pendidikan umum, ada juga sistem pendidikan yang bersifat keagamaan dengan berlandaskan nilai-nilai Islam yang sering dijumpai di pesantren-pesantren. Pendidikan mulai dirasakan oleh kaum pribumi pada tahun 1850-an dan ini merupakan bagian dari politik asosiasi. Pada tahun 1940-an jumlah pelajar sekolah umum 88.223 orang, sedangkan santri dan pelajar madrasah pada tahun 1942 berjumlah 139.415 orang.108

Terjadinya Perselisihan antara dua kelompok pelajar yaitu pelajar umum dengan pelajar santri, dimulai dengan saling memberikan julukan “santri teklek-teklek” julukan yang diberikan pelajar umum kepada kalangan santri, sedangkan julukan yang diberi kalangan santri kepada pelajar umum yaitu “Londo ireng (belanda Hitam)”109. Sehingga Pelajar Islam terpecah menjadi dua kubu yang saling berseteru dan saling menjatuhkan satu sama yang lainnya. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang, adanya tekanan kemurnian aqidah, dimana diwajibkan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan Sekrei yakni menyembah

Tenno Heika ( Kaisar Jepang) setiap pagi dengan cara menghadap kearah negri Jepang.110

Tekanan ini mendapat ketidak setujuan dari umat Islam karena sekrei

merupakan suatu perbuatan musyrik dan termasuk dosa besar dalam ajaran Islam.

107

Ibid. Hal 55. 108

Moh, Husein Thamrin Dan Ma’roov. Op.Cit. Hal 55. 109

Ibid. Hal. 195. 110

(20)

Melihat dari sejarah-sejarah berupa budaya-budaya yang ditinggalkan oleh Jepang dan Belanda, menyebabkan keprihatin terhadap umat Islam yang mulai menjauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri. Inilah yang menjadi alasan terbesar bagi Djoesdi Ghozali untuk membentuk suatu organsasi yang akan menjadi wadah untuk mengutarakan aspirasi dari Pelajar Islam dan mewujudkan misi Islam berupa kehidupan yang lebih baik sesuai dengan Alquran dan Hadist.

Djoesdi Ghozali mengadakan pertemuan dengan Rekan-rekan antara lain; Anton Timur Djaelani, Amien Syahri dan Ibrahim Zakhasyi, dan Noersjaf semua yang hadir kemudian menyampaikan pendapat mengenai pendirian PII pada Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), pada tanggal 30 Maret sampai 1 April 1947 di Gedung Muallimin Jalan Margomulyo No.8 Yogyakarta.111 Hasil dari kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) sepakat untuk mendirikan organisasi Pelajar Islam Indonesia. Dilanjutkan pada pertemuan tanggal 4 Mei 1947 di Kantor GPII jalan Margomulya no 8 Yogyakarta jam 10.00 pertemuan ini dihadiri oleh sayap organisasi dari GPII yaitu pelajar-pelajar Islam dari sekolah tinggi Islam Yogyakarta, sekolah tinggi kedokteran Klaten dan sekolah-sekolah lanjutan di Yogyakarta.112 Dalam pertemuan ini diputuskan berdiri organisasi

Pelajar Islam Indonesia dan pada pertemuan ini sekaligus juga ditetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) PII.113

Pengurus besar PII periode pertama yaitu Yoesdi Ghozali sebagai ketua umum, Thoha Mashudi sebagai Wakil I, Mansur Ali sebagai ketua II, Ibrahim Zarkasyi sebagai seketaris Jendral, Kartono sebagai Bendahara, Amin Syahri sebagai bagian pendidikan, dan anton Timur Djaelani sebagai penanggung jawab bagian penerangan.114

111

Moh, Husein Thamrin Dan Ma’roov.Op.Cit. Hal. 32. 112

Ibid. Hal. 3. 113

Ibid. Hal 4. 114

Djayadi Hanan.Op.Cit. Hal. 59.

(21)

bulan bintang menunjukkan ketinggian Islam sebagai cita-cita yang diperjuangkan dan kubah yang membumbung tinggi melambangkan keagungan dan kebesaran Islam.115

Pendirian PII ini, mempunyai makna sebagai Tri komitmen, yaitu komitmen kepada pelajar, komitmen kepada Islam dan komimen kepada bangsa.116 Lahir PII sebagai bentuk dari rasa kebanggaan, rasa semangat juang yang masih membara atas kemerdekaan yang baru di raih Indonesia serta ancaman yang di rasakan dengan kedatangan Belanda untuk menjajah Indonesia kembali. Dengan kedatangan Belanda kembali, PII mengambil tindakan untuk berperan dalam perjuangan Indonesia dengan melawan Belanda, ini terlihat pada tanggal 21 Juli 1947 disaat tentara Belanda melancarakan agresi militer 1. Para anggota PII yang bersenjata membentuk Briagde PII untuk menyalurkan anggota PII yang berbakat agar bergabung dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).117

Hubungan kerjasama yang baik juga dibangun antara PII dan ABRI sebelum peristiwa G-30-S, dimana ABRI menyewa gedung pertemuan pemuda Islam yang berada di komplek kantor PII yang dijadikan tempat latihan para kader Akademik Militer Nasional Magelang.

PII dan ABRI melakukan Latihan Militer Biagade selama satu tahun dari tahun 1963-1964.

118

Kontribusi PII untuk Indonesia semakin terasa saat PII ikut dalam menumpaskan pemberontakan Partai Komunis Indonesia di Madiun pada tahun 1948119

115

Ibid. Hal. 60. 116

Ibid. Hal. 42. 117

Ibid.Hal 45. 118

Ibid. Hal 73. 119

Ibid. Hal. 71.

(22)

dwikora dan penurunan harga).120

Melihat pertikaian yang semakin memanas maka diadakanlah pertemuan antara Pengurus Besar IPI dengan Pengurus Besar PII di asrama mahasiswa fakultas teknik di jalan maliboro 41 Yogyakarta dengan Hasil dari pertemuan ini dikenal dengan “Perjanjian Malioboro” yang berbunyi, “berdirinya organisasi PII disamping IPI adalah dianggap perlu, terutama untuk mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan soal-soal umum yang dikerjakan bersama-sama oleh IPI dan PII”.

Yang menjadi ketua dalam memotori gerakan KAPPI ini adalah Husnie Thamrin yang merupakan Sekjen PB PII periode 1964-1966. Hasil dari demontrasi yang dilakukan oleh KAPPI adalah PKI dan ormas-ormas lainnya resmi dibubarkan sejak tanggaal 12 maret 1966.

Perjuangan-perjuangan yang telah di berikan PII, sehingga PII termasuk salah satu gerakan yang mempunyai peranan dalam menumbangkan kekuasaan Orde Lama.Sebelum lahirnya PII, terdapat organisasi yang diperuntukan bagi pelajar Umum, organisasi ini dikenal dengan IPI (Ikatan Pelajaran Indonesia). IPI yang merupakan organisasi yang diminati oleh pelajar-pelajar, sampai akhirnya IPI mendapat intervensi dari partai politik sehingga organisasi ini tidak bisa menjaga indenpendesinya. Sikap IPI yang mulai berpihak kepada partai politik tertentu, mengakibatkan sebagian dari anggota IPI memilih untuk keluar dari IPI dan masuk ke dalam organisasi yang baru mucul yaitu PII. Dengan semakin banyak anggota IPI yang keluar dan masuk kedalam tubuh PII menimbulkan ketidak sukaan, pertentangan bahkan sampai kepada perkelahian diantara kedua organisasi ini.

121

Gerakan PII diperuntukan bagi pelajar Islam, sehingga diperlukan jiwa-jiwa pelajar seperti semangat yang membara, yang Haus akan pengetahuan, bersifat

Dengan adanya perjanjian maliboro ini, keberdaan PII berjalan beriiringan dengan IPI.

120

Ibid. Hal. 200. 121

(23)

kritis, konstruktif, produktif dan dinamis untuk memberikan kenyamanan. Didalam organisasi PII, terdapat peran perempuan-perempuan PII yang memberikan pengaruh besar untuk Organisasi PII. Didalam kongres kelima di Kediri, putri-putri PII mengadakan pameran pakaian khusus untuk putri-purtri PII. Peragaan busana ini, memperlihatkan bagaimana pakaian yang dipakai oleh anggota PII yaitu pakaian yang menutup aurat. Selain itu juga ada pembahasan mengenai penetapan norma pakaian.122

Organisasi PII mempunyai ciri khas dari sistem pengkaderannya. Awal dari Proses kaderisasi dilakukan di pesantren atau Madrasah dan sekolah umum dengan memberikan kursus-kursus. Pada periode 1956-1958 pada masa kepimpinan Wartono Dwijoyuwono dilakukan proses pengaderan yang berjalan secara sistematis, “sistem kaderisasi PII dinamakan : 1)Ta’dib terdiri dari jalur-jalur pembinaan berupa training berjenjang dengan penekan pada aspek kepemimpinan 2) Ta’lim dengan penekan pada aspek intelektualitas dan keislaman dan 3) jakur kursur yang menekan pada penguasaan keahlian tertentu berdasarkan pada minta dan bakat”

Norma pakaian ini adalah bentuk konsekwensi dari ide-ide yang telah dirumuskan sesuai dengan perintah yang telah di sampaikan allah untuk menggunakan Jilbab dan menutup aurat.

123

. Proses dari pengkaderan bagi peserta yang mau bergabung dengan PII harus mengikuti berbagai kegiatan-kegiatan yang telah dibuat. Beberapa kegiatan-kegiatan yang dijadikan satu menjadi suatu program-program yang dijalankan bersama yang terbagi menjadi program-program umum dan prograam khusu. Program umum yang dibuat oleh organisasi PII adalah:124

1. Memperjuangkan, mempertahankan dan memelihara PII 2. Mengadakan disiplin organisasi

3. Menghadapi organisasi-organisasi gabungan 4. Kontrol

122

Ibid. Hal. 43. 123

Ibid. Hal. 82. 124

(24)

5. Menghadapi soal-soal negara 6. Hubungan luar negri

7. Mempertinggi hari-hari besar Islam dan nasional

8. Memperingati hari ulang tahun PII pada tiap-tiap tanggal 4 mei. 9. Simbol dan lambang PII.

Tidak hanya program umum, tetapi PII juga merancang kegiatan-kegiatan kedalam program-program khusus. Dan pada program Khusus terbagi kedalam berbagai bagian-bagian antaralain:125

a) Bagian pendidikan b) Bagain penerangan c) Bagian olahraga d) Bagian kesenian.

Dari bagian-bagian tersebut melahirkan agenda-agenda lain yang ditawarkan antara lain;126

a) Penyelenggaraan aktivitas olahraga dan seni di ranting atau cabang PII b) Penyelenggaraan English Conservation Club (ECC)

c) Perayaan hari besar Islam dengan berbagai aktivitas oleh raga, seni dan sayembara yang melibatkan seluruh kalangan pelajar.

d) Aktif membantu ormas-ormas Islam dalam meneyelenggarakan aktivitas amal.

Anggota PII terdiri dari pelajar yang masih berstatuskan pelajar dan masih aktif dalam belajar disekolah lanjutan. Tujuan organisasi ini didirikan terdapat pada pasal 4 di Ad ART PII yaitu kesempurnaan pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam bagi segenap rakya Indonesia.127

125

Ibid. Hal. 129-130.

126

Ibid. Hal.171-172.

127

Ibid. Hal. 33.

(25)

di tengah masyarakat, menjadi kader dan pemersatu umat pada khususnya bangsa. Maka untuk mencapai tujuan ini, dibuatlah program-program yang menjadi satu kesatuan didalam “network”. Program–program ini bertujuan untuk 128

a) Menampilkan PII

:

b) Terhimpunnya pelajar dalam aktivitas pii

c) Dakwah dan memberi warna keislaman dalam aktivitas pelajara d) Penelusuran calon-calon peserta mental trainging dan student

camping.

Setelah dari kegiatan-kegiatan diatas, pengurus PII dapat mengelompokkan peserta ke dalam program khas dari PII berupa mental training dan student camping. Melalui mental training dilakukan penanaman,pemeliharaan dan pengekalan aqidah Islamiyah menurut Al-quran dan Hadist, sedangkan pada mental training ditanamkan untuk melahirkan khilafah-khilafah Allah dimuka bumi. Dari dua program pelatihan ini, pengurus PII dapat memilih peserta yang memiliki bakat kepemimpinan yang akan di ikut sertakan dalam pelatihan kepemimpinan (leadership Training).

Pelatihan kepemimpinan yang diadakan PII terdapat 3 tingkatan yaitu: pertama, Basic Training adalah berasal mereka yang aktif pada program sebelumnya. Kedua, advanced training adalah berasal dari peserta yang terpilih dari hasil Basic Training, dan pada tingkat terakhir adalah Senior Course adalah berasal dari mereka yang dipilih dari hasil advanced training yang ditetapkan oleh pengurus besar PII.129

128

Ibid. Hal. 170.

129

Ibid. Hal. 174.

(26)

Memasuki masa Orde Baru Posisi PII mengalami ancaman dengan dikeluarkannya Surat Keputusan yang melahirkan Undang-Undang No 08/1985 tentang ORMAS, menetapkan bahwa seluruh organisasi sosial atau massa harus mencantumkan Pancasila sebagai asas tunggal mereka. Salah satu Alasan dari PII menolak asas tunggal karena UU keormasan dapat memperlemah Independesi organsasi PII sebagaimana yang tertuang di dalam Undang-Undang No 08/1985 tentang ORMAS, pada Bab VI Pasal 11 UK terdapat Pembinaan dari pemerintah yang dinyatakan “Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna pembinaan organisasi kemasyarakatan diupayakan untuk berhimpun dalam wadah pembinaan dan pengembangan yang sejenis agar lebih berperan dalam melaksanakan fungsinya”.130

Reaksi dari PII terkait UU Keormasan ini ialah menolak dengan tegas. Penolakkan yang dilakukan PII, menjadikan PII sebagai organisasi yang terlarang atau menjadi organisasi yang ilegal karena PII tidak mengikuti prinsip-prinsip fundamental UU Keormasan. Landasan hukum yang menjadikan PII sebagai organisasi terlarang adalah surat keputusan mentri yang dikeluarkan oleh Mendagri No 120 dan 121 tgl 10 Desember 1987 melarang PII dengan alasan PII tidak mematuhi aturan mengenai Ormas131

Memasuki masa Reformasi posisi PII mengalami penurunan dari segi kualitasnya maupun kuatintasnya dikarenakan permasalahan internal organisasi yang terus bermunculan dan tidak kunjung selesai. Dengan kejadian ini memberikan efek Tidak berperannya beberapa Pengurus Wilayah (PW) dalam . Walaupun telah ditetapkan sebagai organisasi terlarang tetap saja PII menjalankan kegiatan organisasi dengan bersembunyi-sembunyi. Pada masa penghujung kekuasaan Rezim Orde Baru awal tahun 1998, ternyata melalui perdebat yang panjang didalam tubuh internal PII, akhirnya PII mencantumkan Pancasila sebagai asas dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya (AD/ART).

130

Ibid. Hal. 136. 131

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan judul baru ini, yakni “Peranan Gerakan Mahasiswa Bandung tahun 1998 dalam Proses Pergantian Orde Baru” dan konfirmasi serta peretujuan dari calon dosen pembimbing

Skripsi dengan judul “ Peranan Muhammadiyah dalam Pembinaan Umat Islam di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru pada Masa Orde Baru ”, y ang disusun oleh Saudari

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah pada orde lama, agak sukar untuk mengadakan penilaian secara umum, akan tetapi melihat beberapa muatan Undang- Undang

Artikel ini ingin menganalisis proses dekonstruksi atas tafsir Sejarah Indonesia pada masa Orde Baru melalui kebijakan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa yang hadir dalam bentuk

Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini yaitu: 1) menjelaskan dinamika gerakan guru Indonesia setelah era Orde Baru. Fase ini ditandai dengan bermunculan berbagai organisasi

Krisis tersebut terjadi akibat terdapat banyak ketidakadilan yang terjadi dalam pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru.. Seperti kekuasaan kehakiman yang dinyatakan pada

Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa: (1) awal masa Orde Baru aspek pendukung pendidikan dasar sangatlah kurang, maka sejak lahirnya pemerintah Orde Baru,

Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini yaitu: 1) menjelaskan dinamika gerakan guru Indonesia setelah era Orde Baru. Fase ini ditandai dengan bermunculan berbagai organisasi guru